SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
LEGAL MEMORANDUM
DARI : SANDORO PURBA
KEPADA : JKPP DAN SLPP
TENTANG : PENGATURAN MENGENAI PERHUTANAN SOSIAL DI WILAYAH KERJA PERUM PERHUTANI SESUAI DENGAN
P.39/MENLHK/SETJEN/KUM.L/ 6/2017
Bagaimana prosedur penetapan Perhutanan Sosial di Wilayah
Kerja Perum Perhutani sesuai dengan
P.39/MENLHK/SETJEN/KUM.l/6/2017 Tentang
Perhutanan Sosial di Wilayah Kerja Perum Perhutani?
I. Sesuai dengan Pasal 1 angka 1, Perhutanan Sosial
adalah:
“Perhutanan Sosial di Wilayah Kerja Perum Perhutani
adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan
dalam kawasan hutan negara yang dikelola oleh Perum
Perhutani yang dilaksanakan oleh masyarakat sebagai pelaku
utama untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan
lingkungan dan dinamika sosial budaya dalam bentuk izin
pemanfaatan hutan·”
II. Subjek-subjek dalam pengaturan ini adalah:
1. Masyarakat
Pasal 1 angka 4
“Masyarakat adalah Warga Negara Republik Indonesia yang
tinggal di sekitar kawasan hutan dibuktikan dengan Kartu Tanda
Penduduk dan Nomor Induk Kependudukan (NIK), atau yang
telah memiliki riwayat penggarapan dibuktikan dengan surat
keterangan dari Ketua Kelompok masyarakat, Ketua Kelompok
Tani Hutan, atau Ketua Koperasi”
2. Penggarap
Pasal 1 angka 5
“Penggarap adalah petani dengan mata pencaharian utama
mengerjakan lahan secara langsung.”
3. Prasyarat khusus:
Pasal 11 ayat (3)
“Ketua kelompok pemohon atau anggota kelompok pemohon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan petani penggarap
yang tidak memiliki lahan atau petani yang memiliki lahan
dibawah atau sama dengan 0,5 (lima persepuluh) hektar”
4. Dengan demikian, subjek yang akan memperoleh Izin
Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS) adalah:
a. Kelompok Masyarakat;
b. Gabungan Kelompok Tani Hutan;
c. Koperasi Setempat/Koperasi Mitra BUMDes.
yang merupakan petani penggarap yang tidak memiliki
lahan atau petani yang memiliki lahan dibawah atau sama
dengan 0,5 (lima persepuluh) hektar
III. Bentuk perizinan dalam pengaturan ini adalah:
 IPHPS
Pasal 1 angka 3
“Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial yang
selanjutnya disebut IPHPS adalah usaha dalam bentuk
pemanfaatan kawasan, pemanfaatan hasil hutan kayu
dalam hutan tanaman, pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu dalam hutan tanaman, pemanfaatan air,
pemanfaatan energi air, pemanfaatan jasa wisata alam,
pemanfaatan sarana wisata alam, pemanfaatan
penyerapan karbon di hutan produksi dan hutan lindung
dan pemanfaatan penyimpanan karbon di hutan lindung
dan hutan produksi.”
 Bentuk IPHPS
“Perhutanan Sosial di Wilayah Kerja Perum Perhutani
diberikan dalam bentuk IPHPS di Hutan Lindung dan
Hutan Produksi.” (Pasal 3)
 Kegiatan IPHPS, meliputi:
Pasal 5 Ayat (1):
a. usaha pemanfaatan kawasan;
b. usaha pemanfaatan hasil hutan kayu
dalam hutan tanaman;
c. usaha pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu dalam hutan tanaman;
d. usaha pemanfaatan air;
e. usaha pemanfaatan energi air;
f. usaha pemanfaatan jasa wisata alam;
g. usaha pemanfaatan sarana wisata alam;
h. usaha pemanfaatan penyerapan karbon
di hutan produksi dan hutan lindung;
dan
i. usaha pemanfaatan penyimpanan
karbon di hutan produksi dan hutan
lindung.
 Batasan IPHPS
Pasal 17
(1) IPHPS bukan merupakan hak kepemilikan
atas kawasan hutan.
(2) IPHPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang dipindahtangankan, diubah status
dan fungsi kawasan hutan, serta digunakan
untuk kepentingan lain.
Dengan demikian, pemberian jenis usaha IPHPS sangat
bergantung pada persyaratan dan ketentuan yang akan
dijelaskan dalam tabel selanjtnya.
PERHUTANAN SOSIAL DI WILAYAH KERJA PERUM PERHUTANI SESUAI DENGAN P.39/MENLHK/SETJEN/KUM.L/ 6/2017
No. Lingkup IPHPS
(Hutan Produksi)
IPHPS
(Hutan Lindung)
Ketentuan Khusus
1. Bentuk/Jenis
Usaha
usaha pemanfaatan
kawasan;
usaha pemanfaatan hasil
hutan kayu dalam hutan
tanaman;
usaha pemanfaatan hasil
hutan bukan kayu dalam
hutan tanaman;
usaha pemanfaatan air;
usaha pemanfaatan energi
air;
usaha pemanfaatan jasa
wisata alam;
usaha pemanfaatan sarana
wisata alam;
usaha pemanfaatan
penyerapan karbon di
hutan produksi; dan
usaha pemanfaatan
penyimpanan karbon di
hutan produksi.
usaha pemanfaatan
kawasan;
usaha pemanfaatan hasil
hutan bukan kayu dalam
hutan tanaman;
usaha pemanfaatan air;
usaha pemanfaatan energi
air;
usaha pemanfaatan jasa
wisata alam;
usaha pemanfaatan sarana
wisata alam;
usaha pemanfaatan
penyerapan karbon di
hutan lindung; dan
usaha pemanfaatan
penyimpanan karbon di
hutan lindung.
Pasal 4
(1) Perhutanan Sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dapat
diberikan pada wilayah kerja dengan
tutupan lahan yang terbuka atau
terdapat tegakan hutan kurang dari
atau sama dengan 10% (sepuluh
perseratus) secara terus menerus
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
atau lebih.
(2) Dalam hal terdapat kondisi sosial
yang memerlukan penanganan secara
khusus dapat diberikan IPHPS pada
areal yang terbuka dengan tegakan
hutan di atas 10% (sepuluh
perseratus).
(3) Penetapan wilayah kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), ditetapkan oleh Direktur
Jenderal yang membidangi planologi
kehutanan.
(4) Hasil penetapan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dimasukan
pada revisi Peta Indikatif dan Areal
Perhutanan Sosial (PIAPS).
2. a. Syarat Fisik Khusus Garapan1
:
“IPHPS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) huruf a sampai dengan
huruf c dilaksanakan oleh anggota
kelompok dengan luas lahan garapan
efektif diberikan paling banyak 2 (dua)
hektar per kepala keluarga.”
Catatan Penting:
 Luas: Maksimal 2 (dua) Ha/KK
 Dapat Diwariskan2
:
 “Lahan garapan anggota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diwariskan atas persetujuan
kelompok.”
 Dilarang untuk dipindahtangankan;3
 Jika dipindahtangankan, lahan akan
dikembalikan kepada kelompok dan
koperasi/koperasi mitra BUMDes.4
Khusus Jasa Lingkungan5
:
“Usaha pemanfaatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf d
sampai dengan huruf i, dikelola oleh
kelompok dan koperasi/ koperasi mitra
BUMDes serta bukan merupakan lahan
garapan anggota.”
Khusus Topografi tertentu6
:
Untuk areal yang mempunyai
kelerengan lebih dari 40% (empat
puluh perseratus), sempadan sungai,
sempadan pantai, mata air, kebun
bibit, bukit batu dan jalan
patroli/setapak dikelola oleh
kelompok dan koperasi/koperasi
mitra BUMDes
b. Syarat
Dokumen
Surat Permohonan dan Lampiran:
a. Daftar nama-nama pemohon IPHPS dan dilampiri fotocopy Kartu Tanda
Penduduk/NIK dan Kartu Keluarga;
b. Gambaran umum wilayah, antara lain keadaan fisik wilayah, sosial ekonomi,
dan potensi kawasan; dan
c. Peta areal yang dimohon.
1
Pasal 15 Ayat (1)
2
Pasal 15 Ayat (4)
3
PAsal 15 Ayat (5)
4
Pasal 16 Ayat (6)
5
Pasal 15 Ayat (3)
6
Pasal 15 Ayat (2)
3. Pola Tanam IPHPS7
lahan efektif untuk produksi
dengan pola tanam:
a. budidaya tanaman pokok hutan
seluas 50% (lima puluh perseratus);
b. budidaya tanaman multi guna/
Multi Purpose Trees Species
(MPTS) seluas 30% (tiga puluh
perseratus);
c. c. budidaya tanaman semusim seluas
20% (dua puluh perseratus).
Bentuk:
 bentuk jalur atau wana tani
(Agroforestry);
 silvofishery, luas budidaya
ikan/udang (tambak) paling banyak
seluas 30% (tiga puluh perseratus);
 silvopasture (wana ternak), luas
budidaya tanaman semusim seluas
20% (dua puluh perseratus) dapat
ditanami tanaman pakan ternak;
 tumpang sari dengan tanaman
semusim atau pakan ternak.
IPHPS8
dalam hutan lindung pada lahan
efektif dengan pola tanam:
a. tanaman kayu non fast growing
species untuk perlindungan tanah
dan air seluas 20% (dua puluh
perseratus);
b. tanaman multi guna/Multi Purpose
Trees Species (MPTS) seluas 80%
(delapan puluh perseratus); dan
c. tanaman di bawah tegakan berupa
tanaman selain jenis umbi-umbian
dan/atau tanaman lainnya yang
menyebabkan kerusakan lahan.
4. Bagi Hasil  Hasil budidaya dapat dijual kepada BUMN dan/atau swasta.
 Bagi hasil dari keuntungan bersih IPHPS atas penjualan hasil budidaya diatur
sebagai berikut:
a. untuk tanaman pokok hutan 30% (tiga puluh perseratus) untuk Perum
Perhutani dan 70% (tujuh puluh perseratus) untuk pemegang IPHPS.
b. budidaya tanaman multi guna/Multi Purpose TreesSpecies (MPTS) 20% (dua
puluh perseratus) untuk Perum Perhutani dan 80% (delapan puluh
perseratus) untuk pemegang IPHPS.
7
Pasal 6
8
Pasal 7
c. budidaya tanaman semusim dan ternak 10% (sepuluh perseratus) untuk
Perum Perhutani dan 90% (sembilan puluh perseratus) untuk pemegang
IPHPS.
d. budidaya ikan/silvofishery/tambak 30% (tiga puluh perseratus) untuk Perum
Perhutani dan 70% (tujuh puluh perseratus) untuk pemegang IPHPS.
e. usaha jasa lingkungan 10% (sepuluh perseratus) untuk Perum Perhutani dan
90% (sembilan puluh perseratus) untuk pemegang IPHPS.
5. Tata Cara
Permohonan
I. Surat permohonan dari:9
a. ketua kelompok masyarakat;
b. ketua gabungan kelompok tani hutan; atau
c. ketua koperasi setempat/ koperasi mitra BUMDes.
II. Ditujukan kepada Menteri,10
Tembusan:
a. Dirjen yang membidangi planologi kehutanan;
b. Kepala Dinas Provinsi;
c. Dirut Perum Perhutani.
III. Wajib didampingi, dari salah satu:
a. Pokja PPS, lembaga swadaya masyarakat, penyuluh, perguruan tinggi,
lembaga penelitian atau pemerintah daerah setempat.11
b. Dalam hal lembaga swadaya masyarakat, penyuluh, perguruan tinggi,
lembaga penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum menjadi
anggota Pokja PPS, maka dilakukan penyesuaian Pokja PPS.12
IV. Verifikasi:
 Dilakukan oleh: Pokja PPS dan/atau pendamping setempat.13
 Verifikasi akan diatur dalam Perdirjen
V. Penerbitan Izin.
Perubahan Anggota
Dalam hal terdapat perubahan atau
tambahan anggota kelompok,
diajukan kepada Menteri untuk
diverifikasi dan mendapatkan
persetujuan dari Direktur Jenderal.14
9
Pasal 11
10
PAsal 10 Ayat (1)
11
Pasal 10 Ayat (2)
12
Pasal 10 Ayat (3)
13
Pasal 12 Ayat (1)
14
Pasal 13 ayat (3)
6. Pendampingan  Pendamping15
memberikan fasilitasi kepada Pemegang IPHPS
antara lain:
a. penyusunan berkas permohonan;
b. penyusunan rencana pemanfaatan hutan dan rencana kerja tahunan;
c. penguatan kelembagaan dan kelola kawasan;
d. pengembangan ekonomi produktif;
e. penyelesaian konflik;
f. pemulihan kawasan hutan; dan
g. perlindungan areal kerja.
 Percontohan16
“Pendamping dalam melakukan fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berhak memanfaatkan lahan sebagai demplot untuk percontohan dengan
luas sesuai kebutuhan dan kesepakatan kelompok pemegang IPHPS.”
Pendampingan Pemohon17
(1) Pemohon IPHPS dapat
menunjuk pendamping lembaga
swadaya masyarakat setempat
yang berbadan hukum.
(2) Dalam hal Pemohon IPHPS
tidak menunjuk pendamping,
maka Pokja PPS menunjuk
pendamping setempat yang
berbadan hukum.
7. IPHPS
Jangka Waktu
 Direktur Jenderal atas nama Menteri menerbitkan IPHPS
a. nama, KTP/NIK, dan Kartu Keluarga;
b. lokasi dan luas;
c. jenis usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1);
d. hak dan kewajiban pemegang izin;
e. jangka waktu; dan
f. monitoring dan evaluasi.
 IPHPS diberikan selama 35 (tiga puluh lima) tahun dan dilakukan evaluasi
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun serta dapat
diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi.
IPHPS dapat diajukan melalui
permohonan atau penunjukan oleh
Menteri.18
15
Pasal 20 Ayat (1)
16
Pasal 20 Ayat (2)
17
Pasal 19
18
PAsal 9
8. Hak dan
Kewajiban
Hak
a. melakukan kegiatan pada areal yang telah diberikan IPHPS;
b. mendapat perlindungan dari gangguan perusakan dan pencemaran
lingkungan atau pengambilalihan secara sepihak oleh pihak lain;
c. mengelola dan memanfaatkan kawasan hutan sesuai dengan fungsinya;
d. mendapatkan pendampingan dalam hal permohonan, pemanfaatan,
penyuluhan, teknologi, akses pembiayaan dan pemasaran;
e. mendapatkan hasil usaha pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7; dan
f. bermitra dengan BUMN atau BUMS.
Kewajiban:
a. menjaga arealnya dari perusakan dan pencemaran lingkungan;
b. memberi tanda batas areal kerjanya;
c. menyusun rencana pemanfaatan jangka panjang selama 10 (sepuluh) tahun
dan jangka pendek selama 1 (satu) tahun;
d. melakukan penanaman dan pemeliharaan hutan di areal kerjanya;
e. melaksanakan tata usaha hasil hutan;
f. mempertahankan fungsi hutan; dan
g. melaksanakan fungsi perlindungan.
9. Tidak
Berlakunya
IPHPS
Alasan:19
a. jangka waktu izin telah berakhir;
b. izin dicabut oleh pemberi izin sebagai sanksi yang dikenakan kepada
pemegang izin; atau
c. izin dikembalikan oleh pemegang izin.
 Sebelum dinyatakan tidak berlaku,
IPHPS harus dievaluasi oleh
KLHK.20
 Segala kewajiban pemegang
IPHPS harus diselesaikan
meskipun IPHPS telah dinyatakan
tidak berlaku.21
19
Pasal 18 Ayat (1)
20
Pasal 18 Ayat (2)
21
PAsal 18 Ayat (3)
10. Pembinaan dan
Fasilitasi
 Kewenangan sepanjang mengenai Perhutanan Sosial dari:22
a. Direktur Jenderal;
b. Kepala Bdan;
c. Kepala Dinas
 Kewenangan tersebut dapat berupa:23
“penandaan batas areal kerja, pemetaan dengan drone, pendampingan,
penyuluhan, dukungan bibit, sarana produksi, bimbingan teknis, sekolah
lapang, promosi/pemasaran produk, penelitian dan pengembangan.
 Instansi lain yang dapat terlibat dalam rangka program pemberdayaan
masyarakat:24
a. kementerian/lembaga,
b. lembaga keuangan,
c. BUMN/BUMS.
 Kartu Perhutanan Sosial25
Anggota kelompok pemegang IPHPS diberikan Kartu Perhutanan Sosial
oleh Direktur Jenderal.
 Pembiayaan
dapat bersumber dari:
a. anggaran pendapatan dan
belanja negara
kementerian/lembaga;
b. anggaran pendapatan dan
belanja daerah;
c. pinjaman pembiayaan
pembangunan hutan;
d. dana desa;dana rehabilitasi
hutan dan lahan; dan/atau
e. sumber lain yang sah dan
tidak mengikat sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
11. Monitoring,
Evaluasi dan
Sanksi
Monitoring:26
 Berkala, 1 kali setiap 6 bulan.
Evaluasi
 Berkala, 1 kali dalam 1 Tahun.
Dilakukan oleh Direktur Jenderal dengan melibatkan:
 Pokja PPS, dan
 Perum Perhutani,
 dibantu oleh tim kerja yang ditetapkan
Sanksi Pencabutan Izin
Apabila:27
a. pemindahtanganan IPHPS;
b. manipulasi/pemalsuan data;
c. peringatan 3 kali berturut-
turut dalam waktu 1 bulan
akibat tidak memenuhi
kewajiban.
22
Pasal 23 Ayat (1)
23
Pasal 23 Ayat (2)
24
Pasal 23 Ayat (3)
25
Pasal 23 Ayat (4)
26
Pasal 22
27
PAsal 24
11. Ketentuan
Peralihan
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 25
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka:
a. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini yang
arealnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 disesuaikan dengan Peraturan Menteri ini.
b. PHBM yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini yang arealnya diluar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 dinyatakan tetap berlaku dan selanjutnya pelaksanaannya disesuaikan dengan ketentuan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 tentang
Perhutanan Sosial.
c. Pelaksanaan Hutan Desa dan Hutan Kemasyarakatan di hutan lindung diluar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4, diilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 tentang Perhutanan Sosial.
Bogor, 27 Juli 2017
Catatan Akhir:
1. Ketentuan dalam Peraturan ini yang berkaitan dengan Pola Tanam dan Bagi Hasil tentu harus diperhatiikan dengan
seksama apakah akan dapat dijalankan atau tidak dalam kondisi-kondisi yang terdapat di lapangan
2. Ketentuan dalam Pasal 4 Peraturan ini, yang membuka kesempatan pemberian IPHPS pada kondisi wilayah kerja
“dengan tutupan lahan yang terbuka atau terdapat tegakan hutan kurang dari atau sama dengan 10% (sepuluh
perseratus) secara terus menerus selama 5 (lima) tahun atau lebih.” harus diterjemahkan dengan jelas. Karena, kondisi
yang demikian apakah masih benar untuk dikelola sebagai Kawasan Hutan atau kondisi lainnya yang harus diperiksa
dengan teliti. Selain itu, koordinasi dengan Direktur Jenderal yang membidangi Planologi dan untuk menempatkan
areal yang dimaksud ke dalam PIAPS tentu membutuhkan Pengaturan yang tepat dan dapat berjalan.
3. Mekanisme dalam Ketentuan Peralihan harus diterjemahkan dengan tepat. Dimana, implementasi pasal ini
mengharuskan evaluasi yang menyeluruh dan mentransformasikan bentuk kerjasama terdahulu ke dalam skema
perizinan saat ini.

More Related Content

What's hot

Abdul wahib situmorang - presentasi IP4T
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4TAbdul wahib situmorang - presentasi IP4T
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4T01112015
 
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan hti
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan htiP.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan hti
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan htiSani Saragih
 
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutananPermenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutananJhon Blora
 
Keppres 33 tahun 1998 ttg kawasan ekosistem lauser
Keppres 33 tahun 1998 ttg kawasan ekosistem lauserKeppres 33 tahun 1998 ttg kawasan ekosistem lauser
Keppres 33 tahun 1998 ttg kawasan ekosistem lauserwalhiaceh
 
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_Jhon Blora
 
Buku Panduan Perizinan HKm
Buku Panduan Perizinan HKmBuku Panduan Perizinan HKm
Buku Panduan Perizinan HKmAmien Saliwu
 
Rdkk pupuk
Rdkk pupukRdkk pupuk
Rdkk pupukakasia16
 
Webinar Seri 2 Hutan Kota : Hutan Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota
Webinar Seri 2 Hutan Kota : Hutan Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang KotaWebinar Seri 2 Hutan Kota : Hutan Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota
Webinar Seri 2 Hutan Kota : Hutan Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang KotaKukuh Sungkawa
 
Profil KOTAKU Kabupaten Tulungagung
Profil KOTAKU Kabupaten TulungagungProfil KOTAKU Kabupaten Tulungagung
Profil KOTAKU Kabupaten Tulungagungkomunikasiosp
 
Webinar Seri 1 Hutan Kota : Hutan Kota Infrastruktur Hijau Kota
Webinar Seri 1 Hutan Kota : Hutan Kota Infrastruktur Hijau KotaWebinar Seri 1 Hutan Kota : Hutan Kota Infrastruktur Hijau Kota
Webinar Seri 1 Hutan Kota : Hutan Kota Infrastruktur Hijau KotaKukuh Sungkawa
 
Profil KOTAKU Kabupaten Jember
Profil KOTAKU Kabupaten JemberProfil KOTAKU Kabupaten Jember
Profil KOTAKU Kabupaten Jemberkomunikasiosp
 
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...01112015
 
Profile KOTAKU Kota Probolinggo
Profile KOTAKU Kota ProbolinggoProfile KOTAKU Kota Probolinggo
Profile KOTAKU Kota Probolinggokomunikasiosp
 
UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya
UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan EkosistemnyaUU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya
UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan EkosistemnyaPenataan Ruang
 
Profil KOTAKU Kota Pasuruan
Profil KOTAKU Kota PasuruanProfil KOTAKU Kota Pasuruan
Profil KOTAKU Kota Pasuruankomunikasiosp
 
Pres Wg Pm Permenhut Mdk Di Kk Sep08
Pres Wg Pm Permenhut Mdk Di Kk Sep08Pres Wg Pm Permenhut Mdk Di Kk Sep08
Pres Wg Pm Permenhut Mdk Di Kk Sep08wgpemberdayaan
 

What's hot (20)

Abdul wahib situmorang - presentasi IP4T
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4TAbdul wahib situmorang - presentasi IP4T
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4T
 
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan hti
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan htiP.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan hti
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan hti
 
Kelola kph
Kelola kphKelola kph
Kelola kph
 
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutananPermenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
 
Keppres 33 tahun 1998 ttg kawasan ekosistem lauser
Keppres 33 tahun 1998 ttg kawasan ekosistem lauserKeppres 33 tahun 1998 ttg kawasan ekosistem lauser
Keppres 33 tahun 1998 ttg kawasan ekosistem lauser
 
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
 
Buku Panduan Perizinan HKm
Buku Panduan Perizinan HKmBuku Panduan Perizinan HKm
Buku Panduan Perizinan HKm
 
Rdkk pupuk
Rdkk pupukRdkk pupuk
Rdkk pupuk
 
Webinar Seri 2 Hutan Kota : Hutan Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota
Webinar Seri 2 Hutan Kota : Hutan Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang KotaWebinar Seri 2 Hutan Kota : Hutan Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota
Webinar Seri 2 Hutan Kota : Hutan Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota
 
Profil KOTAKU Kabupaten Tulungagung
Profil KOTAKU Kabupaten TulungagungProfil KOTAKU Kabupaten Tulungagung
Profil KOTAKU Kabupaten Tulungagung
 
P49 08 Hutan Desa
P49 08   Hutan DesaP49 08   Hutan Desa
P49 08 Hutan Desa
 
Webinar Seri 1 Hutan Kota : Hutan Kota Infrastruktur Hijau Kota
Webinar Seri 1 Hutan Kota : Hutan Kota Infrastruktur Hijau KotaWebinar Seri 1 Hutan Kota : Hutan Kota Infrastruktur Hijau Kota
Webinar Seri 1 Hutan Kota : Hutan Kota Infrastruktur Hijau Kota
 
Profil KOTAKU Kabupaten Jember
Profil KOTAKU Kabupaten JemberProfil KOTAKU Kabupaten Jember
Profil KOTAKU Kabupaten Jember
 
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
 
Profile KOTAKU Kota Probolinggo
Profile KOTAKU Kota ProbolinggoProfile KOTAKU Kota Probolinggo
Profile KOTAKU Kota Probolinggo
 
Uu 05 1990
Uu 05 1990Uu 05 1990
Uu 05 1990
 
UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya
UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan EkosistemnyaUU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya
UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya
 
Profil KOTAKU Kota Pasuruan
Profil KOTAKU Kota PasuruanProfil KOTAKU Kota Pasuruan
Profil KOTAKU Kota Pasuruan
 
Pres Wg Pm Permenhut Mdk Di Kk Sep08
Pres Wg Pm Permenhut Mdk Di Kk Sep08Pres Wg Pm Permenhut Mdk Di Kk Sep08
Pres Wg Pm Permenhut Mdk Di Kk Sep08
 
Bab 4 rev 02
Bab 4 rev 02Bab 4 rev 02
Bab 4 rev 02
 

Similar to Legal Memorandum; Memo Perhutanan Sosial Pada Areal Perhutani

Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem GambutPermen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem GambutJaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Pp no 68 tentang kawasan suaka alam dan pelestarian alam
Pp no 68 tentang kawasan suaka alam dan pelestarian alamPp no 68 tentang kawasan suaka alam dan pelestarian alam
Pp no 68 tentang kawasan suaka alam dan pelestarian alamwalhiaceh
 
Pp nomor 68 tahun 1998 ttg kawasan suaka alam
Pp nomor 68 tahun 1998 ttg kawasan suaka alamPp nomor 68 tahun 1998 ttg kawasan suaka alam
Pp nomor 68 tahun 1998 ttg kawasan suaka alamwalhiaceh
 
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutanPermen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutanwalhiaceh
 
2023 11 23 Mekanisme Perhutanan Sosial.pptx
2023 11 23 Mekanisme Perhutanan Sosial.pptx2023 11 23 Mekanisme Perhutanan Sosial.pptx
2023 11 23 Mekanisme Perhutanan Sosial.pptxBidangPertanahan
 
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan SosialPanduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan SosialRyadhi EthniCitizen
 
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...ZfHartawan
 
Pp tata hutan
Pp tata hutanPp tata hutan
Pp tata hutanwalhiaceh
 
PPT-PERCEPATAN-PENETAPAN-KHDTK.pdf
PPT-PERCEPATAN-PENETAPAN-KHDTK.pdfPPT-PERCEPATAN-PENETAPAN-KHDTK.pdf
PPT-PERCEPATAN-PENETAPAN-KHDTK.pdfsabaruddinsabar2
 
Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016
Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016
Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016hadiarnowo
 
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...Penataan Ruang
 
Uu no 5 tahun 1990 tentang konservasi
Uu no 5 tahun 1990 tentang konservasiUu no 5 tahun 1990 tentang konservasi
Uu no 5 tahun 1990 tentang konservasiwalhiaceh
 
Paparan dirjen phpl tenurial 27okt2017
Paparan dirjen phpl tenurial 27okt2017Paparan dirjen phpl tenurial 27okt2017
Paparan dirjen phpl tenurial 27okt2017Panji Kharisma Jaya
 
Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...
Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...
Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...CIFOR-ICRAF
 
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdfMeldaYeni3
 
PP Nomor 45 Tahun 2004
PP Nomor 45 Tahun 2004PP Nomor 45 Tahun 2004
PP Nomor 45 Tahun 2004Ardi Yanson
 
Pp nomor 6 tahun 1999 ttg pengusahaan dan pemungutan hasil hutan
Pp nomor 6 tahun 1999 ttg pengusahaan dan pemungutan hasil hutanPp nomor 6 tahun 1999 ttg pengusahaan dan pemungutan hasil hutan
Pp nomor 6 tahun 1999 ttg pengusahaan dan pemungutan hasil hutanwalhiaceh
 
Pp no 10 thn 2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528
Pp no  10 thn  2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528Pp no  10 thn  2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528
Pp no 10 thn 2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528walhiaceh
 
Proposalkbr2011 110215202607-phpapp01
Proposalkbr2011 110215202607-phpapp01Proposalkbr2011 110215202607-phpapp01
Proposalkbr2011 110215202607-phpapp01Farianata Turang
 

Similar to Legal Memorandum; Memo Perhutanan Sosial Pada Areal Perhutani (20)

Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem GambutPermen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
 
Pp no 68 tentang kawasan suaka alam dan pelestarian alam
Pp no 68 tentang kawasan suaka alam dan pelestarian alamPp no 68 tentang kawasan suaka alam dan pelestarian alam
Pp no 68 tentang kawasan suaka alam dan pelestarian alam
 
Pp nomor 68 tahun 1998 ttg kawasan suaka alam
Pp nomor 68 tahun 1998 ttg kawasan suaka alamPp nomor 68 tahun 1998 ttg kawasan suaka alam
Pp nomor 68 tahun 1998 ttg kawasan suaka alam
 
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutanPermen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
 
2023 11 23 Mekanisme Perhutanan Sosial.pptx
2023 11 23 Mekanisme Perhutanan Sosial.pptx2023 11 23 Mekanisme Perhutanan Sosial.pptx
2023 11 23 Mekanisme Perhutanan Sosial.pptx
 
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan SosialPanduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
 
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...
sosialisasi-peraturan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-9-tahun-20...
 
Pp tata hutan
Pp tata hutanPp tata hutan
Pp tata hutan
 
Cappa hd
Cappa hdCappa hd
Cappa hd
 
PPT-PERCEPATAN-PENETAPAN-KHDTK.pdf
PPT-PERCEPATAN-PENETAPAN-KHDTK.pdfPPT-PERCEPATAN-PENETAPAN-KHDTK.pdf
PPT-PERCEPATAN-PENETAPAN-KHDTK.pdf
 
Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016
Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016
Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016
 
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
 
Uu no 5 tahun 1990 tentang konservasi
Uu no 5 tahun 1990 tentang konservasiUu no 5 tahun 1990 tentang konservasi
Uu no 5 tahun 1990 tentang konservasi
 
Paparan dirjen phpl tenurial 27okt2017
Paparan dirjen phpl tenurial 27okt2017Paparan dirjen phpl tenurial 27okt2017
Paparan dirjen phpl tenurial 27okt2017
 
Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...
Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...
Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...
 
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf
 
PP Nomor 45 Tahun 2004
PP Nomor 45 Tahun 2004PP Nomor 45 Tahun 2004
PP Nomor 45 Tahun 2004
 
Pp nomor 6 tahun 1999 ttg pengusahaan dan pemungutan hasil hutan
Pp nomor 6 tahun 1999 ttg pengusahaan dan pemungutan hasil hutanPp nomor 6 tahun 1999 ttg pengusahaan dan pemungutan hasil hutan
Pp nomor 6 tahun 1999 ttg pengusahaan dan pemungutan hasil hutan
 
Pp no 10 thn 2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528
Pp no  10 thn  2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528Pp no  10 thn  2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528
Pp no 10 thn 2010 8bc486d52c8bea7fb698cd3e78275528
 
Proposalkbr2011 110215202607-phpapp01
Proposalkbr2011 110215202607-phpapp01Proposalkbr2011 110215202607-phpapp01
Proposalkbr2011 110215202607-phpapp01
 

More from Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif

Pemanfaatan Dana Desa untuk Pemetaan Sumberdaya Desa Berbasis Spasial
Pemanfaatan Dana Desa untuk Pemetaan Sumberdaya Desa Berbasis SpasialPemanfaatan Dana Desa untuk Pemetaan Sumberdaya Desa Berbasis Spasial
Pemanfaatan Dana Desa untuk Pemetaan Sumberdaya Desa Berbasis SpasialJaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 

More from Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (20)

Potret Krisis Ruang Sulawesi
Potret Krisis Ruang SulawesiPotret Krisis Ruang Sulawesi
Potret Krisis Ruang Sulawesi
 
Potret Ketimpangan Ruang Kalimantan
Potret Ketimpangan Ruang KalimantanPotret Ketimpangan Ruang Kalimantan
Potret Ketimpangan Ruang Kalimantan
 
Sustainable Land Use Planning (SLUP) Working Paper 2015
Sustainable Land Use Planning (SLUP) Working Paper 2015Sustainable Land Use Planning (SLUP) Working Paper 2015
Sustainable Land Use Planning (SLUP) Working Paper 2015
 
Panduan Pemetaan Berbasis Masyarakat Oleh Alix Flavelle
Panduan Pemetaan Berbasis Masyarakat Oleh Alix FlavellePanduan Pemetaan Berbasis Masyarakat Oleh Alix Flavelle
Panduan Pemetaan Berbasis Masyarakat Oleh Alix Flavelle
 
24.2 Manifesto Forestry Land Reform oleh Dianto Bachriadi
24.2 Manifesto Forestry Land Reform oleh Dianto Bachriadi24.2 Manifesto Forestry Land Reform oleh Dianto Bachriadi
24.2 Manifesto Forestry Land Reform oleh Dianto Bachriadi
 
Pemanfaatan Dana Desa untuk Pemetaan Sumberdaya Desa Berbasis Spasial
Pemanfaatan Dana Desa untuk Pemetaan Sumberdaya Desa Berbasis SpasialPemanfaatan Dana Desa untuk Pemetaan Sumberdaya Desa Berbasis Spasial
Pemanfaatan Dana Desa untuk Pemetaan Sumberdaya Desa Berbasis Spasial
 
Kertas posisi bersama MPMK (RMI, JKPP dan Huma)
Kertas posisi bersama MPMK (RMI, JKPP dan Huma)Kertas posisi bersama MPMK (RMI, JKPP dan Huma)
Kertas posisi bersama MPMK (RMI, JKPP dan Huma)
 
Reforma Agraria Untuk Pemula
Reforma Agraria Untuk PemulaReforma Agraria Untuk Pemula
Reforma Agraria Untuk Pemula
 
Konsesi Mencaplok Sawah Food Estate Mematikan Petani
Konsesi Mencaplok Sawah Food Estate Mematikan PetaniKonsesi Mencaplok Sawah Food Estate Mematikan Petani
Konsesi Mencaplok Sawah Food Estate Mematikan Petani
 
Anggota Individu JKPP Periode 2017 2021
Anggota Individu JKPP Periode 2017 2021Anggota Individu JKPP Periode 2017 2021
Anggota Individu JKPP Periode 2017 2021
 
Kabar JKPP Edisi 22
Kabar JKPP Edisi 22Kabar JKPP Edisi 22
Kabar JKPP Edisi 22
 
Laporan BRWA 2018 2019
Laporan BRWA 2018 2019Laporan BRWA 2018 2019
Laporan BRWA 2018 2019
 
Memahami Dimensi-dimensi Kemiskinan Masyarakat Adat
Memahami Dimensi-dimensi Kemiskinan Masyarakat AdatMemahami Dimensi-dimensi Kemiskinan Masyarakat Adat
Memahami Dimensi-dimensi Kemiskinan Masyarakat Adat
 
Kebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan Indonesia
Kebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan IndonesiaKebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan Indonesia
Kebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan Indonesia
 
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...
Keputusan Kepala BIG No. 27 tahun 2019 tentang Walidata Informasi Geospasial ...
 
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
 
Panduan Teknis Penetapan dan Penegasan Batas Desa_ MCA Indonesia
Panduan Teknis Penetapan dan Penegasan Batas Desa_ MCA IndonesiaPanduan Teknis Penetapan dan Penegasan Batas Desa_ MCA Indonesia
Panduan Teknis Penetapan dan Penegasan Batas Desa_ MCA Indonesia
 
Perpres Nomor 39 tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia
Perpres Nomor 39 tahun 2019   tentang Satu Data IndonesiaPerpres Nomor 39 tahun 2019   tentang Satu Data Indonesia
Perpres Nomor 39 tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia
 
Kabar jkpp edisi 21
Kabar jkpp edisi 21Kabar jkpp edisi 21
Kabar jkpp edisi 21
 
Kabar jkpp 20
Kabar jkpp 20Kabar jkpp 20
Kabar jkpp 20
 

Recently uploaded

Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 

Recently uploaded (20)

Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 

Legal Memorandum; Memo Perhutanan Sosial Pada Areal Perhutani

  • 1. LEGAL MEMORANDUM DARI : SANDORO PURBA KEPADA : JKPP DAN SLPP TENTANG : PENGATURAN MENGENAI PERHUTANAN SOSIAL DI WILAYAH KERJA PERUM PERHUTANI SESUAI DENGAN P.39/MENLHK/SETJEN/KUM.L/ 6/2017 Bagaimana prosedur penetapan Perhutanan Sosial di Wilayah Kerja Perum Perhutani sesuai dengan P.39/MENLHK/SETJEN/KUM.l/6/2017 Tentang Perhutanan Sosial di Wilayah Kerja Perum Perhutani? I. Sesuai dengan Pasal 1 angka 1, Perhutanan Sosial adalah: “Perhutanan Sosial di Wilayah Kerja Perum Perhutani adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara yang dikelola oleh Perum Perhutani yang dilaksanakan oleh masyarakat sebagai pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya dalam bentuk izin pemanfaatan hutan·” II. Subjek-subjek dalam pengaturan ini adalah: 1. Masyarakat Pasal 1 angka 4 “Masyarakat adalah Warga Negara Republik Indonesia yang tinggal di sekitar kawasan hutan dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk dan Nomor Induk Kependudukan (NIK), atau yang telah memiliki riwayat penggarapan dibuktikan dengan surat keterangan dari Ketua Kelompok masyarakat, Ketua Kelompok Tani Hutan, atau Ketua Koperasi” 2. Penggarap Pasal 1 angka 5 “Penggarap adalah petani dengan mata pencaharian utama mengerjakan lahan secara langsung.” 3. Prasyarat khusus: Pasal 11 ayat (3) “Ketua kelompok pemohon atau anggota kelompok pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan petani penggarap yang tidak memiliki lahan atau petani yang memiliki lahan dibawah atau sama dengan 0,5 (lima persepuluh) hektar” 4. Dengan demikian, subjek yang akan memperoleh Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS) adalah: a. Kelompok Masyarakat; b. Gabungan Kelompok Tani Hutan; c. Koperasi Setempat/Koperasi Mitra BUMDes. yang merupakan petani penggarap yang tidak memiliki lahan atau petani yang memiliki lahan dibawah atau sama dengan 0,5 (lima persepuluh) hektar
  • 2. III. Bentuk perizinan dalam pengaturan ini adalah:  IPHPS Pasal 1 angka 3 “Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial yang selanjutnya disebut IPHPS adalah usaha dalam bentuk pemanfaatan kawasan, pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan tanaman, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dalam hutan tanaman, pemanfaatan air, pemanfaatan energi air, pemanfaatan jasa wisata alam, pemanfaatan sarana wisata alam, pemanfaatan penyerapan karbon di hutan produksi dan hutan lindung dan pemanfaatan penyimpanan karbon di hutan lindung dan hutan produksi.”  Bentuk IPHPS “Perhutanan Sosial di Wilayah Kerja Perum Perhutani diberikan dalam bentuk IPHPS di Hutan Lindung dan Hutan Produksi.” (Pasal 3)  Kegiatan IPHPS, meliputi: Pasal 5 Ayat (1): a. usaha pemanfaatan kawasan; b. usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan tanaman; c. usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dalam hutan tanaman; d. usaha pemanfaatan air; e. usaha pemanfaatan energi air; f. usaha pemanfaatan jasa wisata alam; g. usaha pemanfaatan sarana wisata alam; h. usaha pemanfaatan penyerapan karbon di hutan produksi dan hutan lindung; dan i. usaha pemanfaatan penyimpanan karbon di hutan produksi dan hutan lindung.  Batasan IPHPS Pasal 17 (1) IPHPS bukan merupakan hak kepemilikan atas kawasan hutan. (2) IPHPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang dipindahtangankan, diubah status dan fungsi kawasan hutan, serta digunakan untuk kepentingan lain. Dengan demikian, pemberian jenis usaha IPHPS sangat bergantung pada persyaratan dan ketentuan yang akan dijelaskan dalam tabel selanjtnya.
  • 3. PERHUTANAN SOSIAL DI WILAYAH KERJA PERUM PERHUTANI SESUAI DENGAN P.39/MENLHK/SETJEN/KUM.L/ 6/2017 No. Lingkup IPHPS (Hutan Produksi) IPHPS (Hutan Lindung) Ketentuan Khusus 1. Bentuk/Jenis Usaha usaha pemanfaatan kawasan; usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan tanaman; usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dalam hutan tanaman; usaha pemanfaatan air; usaha pemanfaatan energi air; usaha pemanfaatan jasa wisata alam; usaha pemanfaatan sarana wisata alam; usaha pemanfaatan penyerapan karbon di hutan produksi; dan usaha pemanfaatan penyimpanan karbon di hutan produksi. usaha pemanfaatan kawasan; usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dalam hutan tanaman; usaha pemanfaatan air; usaha pemanfaatan energi air; usaha pemanfaatan jasa wisata alam; usaha pemanfaatan sarana wisata alam; usaha pemanfaatan penyerapan karbon di hutan lindung; dan usaha pemanfaatan penyimpanan karbon di hutan lindung. Pasal 4 (1) Perhutanan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dapat diberikan pada wilayah kerja dengan tutupan lahan yang terbuka atau terdapat tegakan hutan kurang dari atau sama dengan 10% (sepuluh perseratus) secara terus menerus dalam kurun waktu 5 (lima) tahun atau lebih. (2) Dalam hal terdapat kondisi sosial yang memerlukan penanganan secara khusus dapat diberikan IPHPS pada areal yang terbuka dengan tegakan hutan di atas 10% (sepuluh perseratus). (3) Penetapan wilayah kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan oleh Direktur Jenderal yang membidangi planologi kehutanan. (4) Hasil penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dimasukan pada revisi Peta Indikatif dan Areal Perhutanan Sosial (PIAPS).
  • 4. 2. a. Syarat Fisik Khusus Garapan1 : “IPHPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf c dilaksanakan oleh anggota kelompok dengan luas lahan garapan efektif diberikan paling banyak 2 (dua) hektar per kepala keluarga.” Catatan Penting:  Luas: Maksimal 2 (dua) Ha/KK  Dapat Diwariskan2 :  “Lahan garapan anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwariskan atas persetujuan kelompok.”  Dilarang untuk dipindahtangankan;3  Jika dipindahtangankan, lahan akan dikembalikan kepada kelompok dan koperasi/koperasi mitra BUMDes.4 Khusus Jasa Lingkungan5 : “Usaha pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf d sampai dengan huruf i, dikelola oleh kelompok dan koperasi/ koperasi mitra BUMDes serta bukan merupakan lahan garapan anggota.” Khusus Topografi tertentu6 : Untuk areal yang mempunyai kelerengan lebih dari 40% (empat puluh perseratus), sempadan sungai, sempadan pantai, mata air, kebun bibit, bukit batu dan jalan patroli/setapak dikelola oleh kelompok dan koperasi/koperasi mitra BUMDes b. Syarat Dokumen Surat Permohonan dan Lampiran: a. Daftar nama-nama pemohon IPHPS dan dilampiri fotocopy Kartu Tanda Penduduk/NIK dan Kartu Keluarga; b. Gambaran umum wilayah, antara lain keadaan fisik wilayah, sosial ekonomi, dan potensi kawasan; dan c. Peta areal yang dimohon. 1 Pasal 15 Ayat (1) 2 Pasal 15 Ayat (4) 3 PAsal 15 Ayat (5) 4 Pasal 16 Ayat (6) 5 Pasal 15 Ayat (3) 6 Pasal 15 Ayat (2)
  • 5. 3. Pola Tanam IPHPS7 lahan efektif untuk produksi dengan pola tanam: a. budidaya tanaman pokok hutan seluas 50% (lima puluh perseratus); b. budidaya tanaman multi guna/ Multi Purpose Trees Species (MPTS) seluas 30% (tiga puluh perseratus); c. c. budidaya tanaman semusim seluas 20% (dua puluh perseratus). Bentuk:  bentuk jalur atau wana tani (Agroforestry);  silvofishery, luas budidaya ikan/udang (tambak) paling banyak seluas 30% (tiga puluh perseratus);  silvopasture (wana ternak), luas budidaya tanaman semusim seluas 20% (dua puluh perseratus) dapat ditanami tanaman pakan ternak;  tumpang sari dengan tanaman semusim atau pakan ternak. IPHPS8 dalam hutan lindung pada lahan efektif dengan pola tanam: a. tanaman kayu non fast growing species untuk perlindungan tanah dan air seluas 20% (dua puluh perseratus); b. tanaman multi guna/Multi Purpose Trees Species (MPTS) seluas 80% (delapan puluh perseratus); dan c. tanaman di bawah tegakan berupa tanaman selain jenis umbi-umbian dan/atau tanaman lainnya yang menyebabkan kerusakan lahan. 4. Bagi Hasil  Hasil budidaya dapat dijual kepada BUMN dan/atau swasta.  Bagi hasil dari keuntungan bersih IPHPS atas penjualan hasil budidaya diatur sebagai berikut: a. untuk tanaman pokok hutan 30% (tiga puluh perseratus) untuk Perum Perhutani dan 70% (tujuh puluh perseratus) untuk pemegang IPHPS. b. budidaya tanaman multi guna/Multi Purpose TreesSpecies (MPTS) 20% (dua puluh perseratus) untuk Perum Perhutani dan 80% (delapan puluh perseratus) untuk pemegang IPHPS. 7 Pasal 6 8 Pasal 7
  • 6. c. budidaya tanaman semusim dan ternak 10% (sepuluh perseratus) untuk Perum Perhutani dan 90% (sembilan puluh perseratus) untuk pemegang IPHPS. d. budidaya ikan/silvofishery/tambak 30% (tiga puluh perseratus) untuk Perum Perhutani dan 70% (tujuh puluh perseratus) untuk pemegang IPHPS. e. usaha jasa lingkungan 10% (sepuluh perseratus) untuk Perum Perhutani dan 90% (sembilan puluh perseratus) untuk pemegang IPHPS. 5. Tata Cara Permohonan I. Surat permohonan dari:9 a. ketua kelompok masyarakat; b. ketua gabungan kelompok tani hutan; atau c. ketua koperasi setempat/ koperasi mitra BUMDes. II. Ditujukan kepada Menteri,10 Tembusan: a. Dirjen yang membidangi planologi kehutanan; b. Kepala Dinas Provinsi; c. Dirut Perum Perhutani. III. Wajib didampingi, dari salah satu: a. Pokja PPS, lembaga swadaya masyarakat, penyuluh, perguruan tinggi, lembaga penelitian atau pemerintah daerah setempat.11 b. Dalam hal lembaga swadaya masyarakat, penyuluh, perguruan tinggi, lembaga penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum menjadi anggota Pokja PPS, maka dilakukan penyesuaian Pokja PPS.12 IV. Verifikasi:  Dilakukan oleh: Pokja PPS dan/atau pendamping setempat.13  Verifikasi akan diatur dalam Perdirjen V. Penerbitan Izin. Perubahan Anggota Dalam hal terdapat perubahan atau tambahan anggota kelompok, diajukan kepada Menteri untuk diverifikasi dan mendapatkan persetujuan dari Direktur Jenderal.14 9 Pasal 11 10 PAsal 10 Ayat (1) 11 Pasal 10 Ayat (2) 12 Pasal 10 Ayat (3) 13 Pasal 12 Ayat (1) 14 Pasal 13 ayat (3)
  • 7. 6. Pendampingan  Pendamping15 memberikan fasilitasi kepada Pemegang IPHPS antara lain: a. penyusunan berkas permohonan; b. penyusunan rencana pemanfaatan hutan dan rencana kerja tahunan; c. penguatan kelembagaan dan kelola kawasan; d. pengembangan ekonomi produktif; e. penyelesaian konflik; f. pemulihan kawasan hutan; dan g. perlindungan areal kerja.  Percontohan16 “Pendamping dalam melakukan fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak memanfaatkan lahan sebagai demplot untuk percontohan dengan luas sesuai kebutuhan dan kesepakatan kelompok pemegang IPHPS.” Pendampingan Pemohon17 (1) Pemohon IPHPS dapat menunjuk pendamping lembaga swadaya masyarakat setempat yang berbadan hukum. (2) Dalam hal Pemohon IPHPS tidak menunjuk pendamping, maka Pokja PPS menunjuk pendamping setempat yang berbadan hukum. 7. IPHPS Jangka Waktu  Direktur Jenderal atas nama Menteri menerbitkan IPHPS a. nama, KTP/NIK, dan Kartu Keluarga; b. lokasi dan luas; c. jenis usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1); d. hak dan kewajiban pemegang izin; e. jangka waktu; dan f. monitoring dan evaluasi.  IPHPS diberikan selama 35 (tiga puluh lima) tahun dan dilakukan evaluasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun serta dapat diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi. IPHPS dapat diajukan melalui permohonan atau penunjukan oleh Menteri.18 15 Pasal 20 Ayat (1) 16 Pasal 20 Ayat (2) 17 Pasal 19 18 PAsal 9
  • 8. 8. Hak dan Kewajiban Hak a. melakukan kegiatan pada areal yang telah diberikan IPHPS; b. mendapat perlindungan dari gangguan perusakan dan pencemaran lingkungan atau pengambilalihan secara sepihak oleh pihak lain; c. mengelola dan memanfaatkan kawasan hutan sesuai dengan fungsinya; d. mendapatkan pendampingan dalam hal permohonan, pemanfaatan, penyuluhan, teknologi, akses pembiayaan dan pemasaran; e. mendapatkan hasil usaha pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; dan f. bermitra dengan BUMN atau BUMS. Kewajiban: a. menjaga arealnya dari perusakan dan pencemaran lingkungan; b. memberi tanda batas areal kerjanya; c. menyusun rencana pemanfaatan jangka panjang selama 10 (sepuluh) tahun dan jangka pendek selama 1 (satu) tahun; d. melakukan penanaman dan pemeliharaan hutan di areal kerjanya; e. melaksanakan tata usaha hasil hutan; f. mempertahankan fungsi hutan; dan g. melaksanakan fungsi perlindungan. 9. Tidak Berlakunya IPHPS Alasan:19 a. jangka waktu izin telah berakhir; b. izin dicabut oleh pemberi izin sebagai sanksi yang dikenakan kepada pemegang izin; atau c. izin dikembalikan oleh pemegang izin.  Sebelum dinyatakan tidak berlaku, IPHPS harus dievaluasi oleh KLHK.20  Segala kewajiban pemegang IPHPS harus diselesaikan meskipun IPHPS telah dinyatakan tidak berlaku.21 19 Pasal 18 Ayat (1) 20 Pasal 18 Ayat (2) 21 PAsal 18 Ayat (3)
  • 9. 10. Pembinaan dan Fasilitasi  Kewenangan sepanjang mengenai Perhutanan Sosial dari:22 a. Direktur Jenderal; b. Kepala Bdan; c. Kepala Dinas  Kewenangan tersebut dapat berupa:23 “penandaan batas areal kerja, pemetaan dengan drone, pendampingan, penyuluhan, dukungan bibit, sarana produksi, bimbingan teknis, sekolah lapang, promosi/pemasaran produk, penelitian dan pengembangan.  Instansi lain yang dapat terlibat dalam rangka program pemberdayaan masyarakat:24 a. kementerian/lembaga, b. lembaga keuangan, c. BUMN/BUMS.  Kartu Perhutanan Sosial25 Anggota kelompok pemegang IPHPS diberikan Kartu Perhutanan Sosial oleh Direktur Jenderal.  Pembiayaan dapat bersumber dari: a. anggaran pendapatan dan belanja negara kementerian/lembaga; b. anggaran pendapatan dan belanja daerah; c. pinjaman pembiayaan pembangunan hutan; d. dana desa;dana rehabilitasi hutan dan lahan; dan/atau e. sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 11. Monitoring, Evaluasi dan Sanksi Monitoring:26  Berkala, 1 kali setiap 6 bulan. Evaluasi  Berkala, 1 kali dalam 1 Tahun. Dilakukan oleh Direktur Jenderal dengan melibatkan:  Pokja PPS, dan  Perum Perhutani,  dibantu oleh tim kerja yang ditetapkan Sanksi Pencabutan Izin Apabila:27 a. pemindahtanganan IPHPS; b. manipulasi/pemalsuan data; c. peringatan 3 kali berturut- turut dalam waktu 1 bulan akibat tidak memenuhi kewajiban. 22 Pasal 23 Ayat (1) 23 Pasal 23 Ayat (2) 24 Pasal 23 Ayat (3) 25 Pasal 23 Ayat (4) 26 Pasal 22 27 PAsal 24
  • 10. 11. Ketentuan Peralihan KETENTUAN PERALIHAN Pasal 25 Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka: a. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini yang arealnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 disesuaikan dengan Peraturan Menteri ini. b. PHBM yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini yang arealnya diluar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dinyatakan tetap berlaku dan selanjutnya pelaksanaannya disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 tentang Perhutanan Sosial. c. Pelaksanaan Hutan Desa dan Hutan Kemasyarakatan di hutan lindung diluar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, diilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 tentang Perhutanan Sosial. Bogor, 27 Juli 2017 Catatan Akhir: 1. Ketentuan dalam Peraturan ini yang berkaitan dengan Pola Tanam dan Bagi Hasil tentu harus diperhatiikan dengan seksama apakah akan dapat dijalankan atau tidak dalam kondisi-kondisi yang terdapat di lapangan 2. Ketentuan dalam Pasal 4 Peraturan ini, yang membuka kesempatan pemberian IPHPS pada kondisi wilayah kerja “dengan tutupan lahan yang terbuka atau terdapat tegakan hutan kurang dari atau sama dengan 10% (sepuluh perseratus) secara terus menerus selama 5 (lima) tahun atau lebih.” harus diterjemahkan dengan jelas. Karena, kondisi yang demikian apakah masih benar untuk dikelola sebagai Kawasan Hutan atau kondisi lainnya yang harus diperiksa dengan teliti. Selain itu, koordinasi dengan Direktur Jenderal yang membidangi Planologi dan untuk menempatkan areal yang dimaksud ke dalam PIAPS tentu membutuhkan Pengaturan yang tepat dan dapat berjalan. 3. Mekanisme dalam Ketentuan Peralihan harus diterjemahkan dengan tepat. Dimana, implementasi pasal ini mengharuskan evaluasi yang menyeluruh dan mentransformasikan bentuk kerjasama terdahulu ke dalam skema perizinan saat ini.