2. Pengertian
Wakaf
Kata “wakaf” atau “waqf” berasal dari bahasa arab “waqafa”.Asal
kata “waqafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau “diam di
tempat” atau “tetap berdiri”. Menurut istilah
“waqaf/wakaf” adalah menahan suatu benda yang kekal abadi
secara fisik zatnya serta dapat digunakan untuk sesuatu yang
benar dan bermanfaat.
3. DasarWakaf
Dasar wakaf terdapat dalam QS. Al-Imron : 92, yang artinya:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.
dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah
mengetahuinya”.
4. RukunWakaf
Rukun WakafAda empat rukun yang mesti dipenuhi dalam
berwakaf :
Pertama, orang yang berwakaf (al-waqif).
Kedua, benda yang diwakafkan (al-mauquf).
Ketiga, orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi).
Keempat, lafadz atau ikrar wakaf (sighah).
5. Syarat-Syarat
wakaf
1. Syarat-syarat orang yang berwakaf (al-waqif)
2. Syarat-syarat harta yang diwakafkan (al-mauquf)
3. Syarat-syarat orang yang menerima wakaf
(al-mauquf alaih)
4. Syarat-syarat Shigah
6. Jenis-Jenis
Wakaf
1. Wakaf Mutlak (‘AM) - merujuk kepada amalan menyerahkan
harta wakaf dengan tidak menyatakan sesuatu tujuan tertentu
dalam perwakafan hartanya.
2. Wakaf Muqayyad (KHAS) – amalan mewakafkan harta
dimana pewakaf menyatakan tujuan wakaf secara spesifik semasa
menwakafkan hartanya.
7. Harta yang
bias diWakaf
a. sebidang tanah
b. pepohonan untuk diambil manfaat atau hasilnya
c. bangunan masjid, madrasah, atau jembatan
8. Pengertian
Wasiat
Dalam definisi wasiat secara lughawi, wasiat berasal dari bahasa
arab yang berarti "pesan, menyambung, menaruh belas kasihan,
menjadikan, memerintahkan, dan mewajibkan". Makna wasiat
(ٌ
َّةي ِ
ص َ)و menurut istilah syar’i ialah, pemberian kepemilikan yang
dilakukan seseorang untuk orang lain, sehingga ia berhak
memilikinya ketika si pemberi meninggal dunia. Secara umum
pemberian wasiat dikaitkan dengan kondisi seseorang (yang
memberi wasiat) dalam keadaan sakit menjelang
kematian. Sementara wasiat meliputi atas sesuatu pekerjaan,
jasa, maupun harta peninggalan. Dengan demikian, lingkup wasiat
dalam pembahasan fiqih meliputi pesan atas sesuatu harta dari
seseorang menjelang kematian.
9. RukunWasiat
Pertama :
Harus ada orang yang berwasiat (mushi), harus memenuhi
persyaratan, yaitu:
1. Baligh (dewasa),
2. Berakal sehat (aqil)
3. Bebas menyatakan kehendaknya,
4. Merupakan tindakan tabarru’ (derma sukarela atau amal),
5. Beragama islam
10. RukunWasiat
Kedua :
Harus ada seseorang atau badan hukum yang menerima wasiat
(musha-lahu). Dan orang yang menerima wasiat (musha-lahu) ia
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Harus data diketahui dengan jelas siapa orang atau badan
hukum yang menerima wasiat itu,nama orang tersebut,badan
organisasi tertentu,atau mesjid-mesjid.
b. Telah wujud (ada) pada waktu wasiat dinyatakan ada
sebenarnya atau ada suara yuridis misalnya anak yang masih
dalam kandungan.
c. Bukan tujuan kemaksiatan
11. RukunWasiat
Ketiga :
Sesuatu yang di wasiatkan (musha-bihi) :
a. Dapat berlaku sebagai harta warisan baik benda bergerak
maupun benda tak bergerak, atau dapat menjadi objek perjanjian,
b. Benda itu sudah (wujud pada waktu diwasiatkan),
c. Hak milik itu betul-betul kepunyaan si pewasiat (mushi)
12. Pengertian
Hibah
Kata hibah adalah bentuk masdar dari kata wahaba digunakan
dalam al-Quran beserta kata derivatifnya sebanyak 25 kali dalam
13 surat. Wahaba artinya memberi, dan jika subyeknya Allah berati
memberi karunia, atau menganugerahi (QS.Ali Imran, 3:8,
Maryam, 19:5, 49, 50, 53).
Secara bahasa, dalam kamus al-Munjid, hibah berasal dari akar
kata wahaba-yahabu-hibatan, berarti memberi atau
pemberian. Demikian pula dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti pemberian dengan sukarela dengan
mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang lain.
13. Rukun dan
Syarat Hibah
a. Pemberi Hibah (Wahib)
Syarat-syarat pemberi hibah (wahib) adalah sudah baligh,
dilakukan atas dasar kemauan sendiri, dibenarkan melakukan
tindakan hukum dan orang yang berhak memiliki barang.
b. Penerima Hibah (Mauhub Lahu)
Syarat-syarat penerima hibah (mauhub lahu), diantaranya :
Hendaknya penerima hibah itu terbukti adanya pada waktu
dilakukan hibah.Apabila tidak ada secara nyata atau hanya ada
atas dasar perkiraan, seperti janin yang masih dalam kandungan
ibunya maka ia tidak sah dilakukan hibah kepadanya.
14. Rukun dan
Syarat Hibah
c. Barang yang dihibahkan (Mauhub)
Syarat-syarat barang yang dihibahkan (Mauhub), diantaranya :
jelas terlihat wujudnya, barang yang dihibahkan memiliki nilai
atau harga, betul-betul milik pemberi hibah dan dapat
dipindahkan status kepemilikannya dari tangan pemberi hibah
kepada penerima hibah.
d. Akad (Ijab dan Qabul),
Akad (ijab qobul) misalnya si penerima menyatakan “saya
hibahkan atau kuberikan tanah ini kepadamu”, si penerima
menjawab, “ya saya terima pemberian saudara”.
15. Macam-
Macam Hibah
1. Hibah barang adalah memberikan harta atau barang kepada
pihak lain yang mencakup materi dan nilai manfaat harta atau
barang tersebut, yang pemberiannya tanpa ada tendensi
(harapan) apapun. Misalnya menghibahkan rumah, sepeda motor,
baju dan sebagainya.
2. Hibah manfaat, yaitu memberikan harta kepada pihak lain
agar dimanfaatkan harta atau barang yang dihibahkan itu, namun
materi harta atau barang itu tetap menjadi milik pemberi hibah.
Dengan kata lain, dalam hibah manfaat itu si penerima hibah
hanya memiliki hak guna atau hak pakai saja. Hibah manfaat
terdiri dari hibah berwaktu (hibah muajjalah) dan hibah seumur
hidup (al-amri). Hibah muajjalah dapat juga dikategorikan
pinjaman (ariyah) karena setelah lewat jangka waktu tertentu,
barang yang dihibahkan manfaatnya harus dikembalikan.
16. Hukum Hibah
a. Wajib.
Hibah yang diberikan kepada istri dan anak hukumnya wajib
sesuai dengan kemampuannya. Rosululloh SAW bersabda yang
artinya: “Bertaqwalah kalian kepada Allah dan adillah terhadap
anak anak kalian”.
b. Haram
Hibah menjadi haram hukumnya apabila harta yang telah
dihibahkan ditarik kembali.
c. Makruh
Menghibahkan sesuatu dengan maksud mendapatkan imbalan
sesuatu baik berimbang maupun lebih banyak hukumnya adalah
makhruh.
17. Hikmah Hibah
1. Menumbuhkan rasa kasih sayang kepada sesama
2. Menumbuhkan sikap saling tolong menolong
3. Dapat mempererat tali silaturahmi
4. Menghindarkan diri dari berbagai malapetaka.