2. LATAR BELAKANG
• Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan.
• Desa siaga lahir sebagai respon pemerintah terhadap masalah
kesehatan di Indonesia yang tak kunjung selesai.
• tingginya angka kematian ibu dan bayi, munculnya kembali
berbagai penyakit lama seperti tuberkulosis paru, merebaknya
berbagai penyakit baru yang bersifat pandemik seperti SARS,
HIV/AIDS dan flu burung serta belum hilangnya penyakit endemis
seperti diare dan demam berdarah merupakan masalah utama
kesehatan di Indonesia. Bencana alam yang sering menimpa
bangsa Indonesia seperti gunung meletus, tsunami, gempa bumi,
banjir, tanah longsor dan kecelakaan massal menambah
kompleksitas masalah kesehatan di Indonesia.
3. Pengertian
Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan kesehatan dari
sebelumnya bersifat sentralistik dan top down menjadi lebih partisipatif dan bottom
up.
Desa siaga adalah desa yg penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri
4. Konsep Desa SIaga
• Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem di suatu desa yang bertanggung
jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah bimbingan dan
interaksi dengan seorang bidan dan 2 orang kader desa.
• Melibatkan berbagai pengurus desa untuk mendorong peran serta masyarakat dalam
program kesehatan seperti imunisasi dan posyandu
5. Tujuan
• Umum
Terwujudnya masyarakat desa yg sehat, serta peduli dan tanggap thd
permasalahan kesehatan di wilayahnya
• Khusus
• Meningkatnya pengetahuan & kesadaran masyarakat desa ttg
pentingnya kesehatan
• Meningkatnya kewaspadaan & kesiapsiagaan masyarakat desa thd
risiko & bahaya yg dapat menimbulkan ganggunag thd kesehatan
(bencana, wabah, kegawatdaruratan dsb)
• Meningkatnya keluarga yg sadar gizi dan melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat
• Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa
• Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa utk
menolong diri sendiri di bidang kesehatan
6. Sasaran
• Semua individu & keluarga di desa, yg diharapkan mampu melaksanakan
hidup sehat, serta peduli & tanggap thd permasalahan kesehatan di wilayah
desanya
• Pihak2 yg mempunyai pengaruh thd perubahan perilaku individu & keluarga
atau dpt menciptakan iklim yg kondusif bg perubahan perilaku tsb, spt tokoh
masy, termasuk tokoh agama; tokoh perempuan dan pemuda; kader; serta
petugas kesehatan
• Pihak2 yg diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan,
perundang2an, dana, tenaga, sarana, dll, spt Kades, Camat, para pejabat
terkait, swasta, para donatur dan pemangku kepentingan lainnya
7. Kriteria
Sebuah desa telah menjadi desa siaga:
• Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan
sekurang-kurangnya 2 orang kader desa.
• Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes)
beserta peralatan dan perlengkapannya.
8. Pos Kesehatan Desa
• Adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yg dibentuk di
desa dlm rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bg
masyarakat desa
• Poskesdes dpt dikatakan sbg sarana kesehatan yg merupakan pertemuan
antara upaya2 masyarakat dan dukungan pemerintah
• Pelayanannya meliputi upaya2 promotif, preventif dan kuratif yg dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dg melibatkan kader atau tenaga
sukarela lainnya
9. Kegiatan Poskesdes
Kegiatan Poskesdes sekurang2nya :
1. Pengamatan epidemiologis sederhana thd penyakit, terutama penyakit
menular & penyakit yg berpotensi menimbulkan KLB, dan faktor2 risikonya
(termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang beresiko
2. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular & penyakit yg
berpotensi menimbilkan KLB, serta faktor2 risikonya (termasuk kurang gizi)
3. Kesiapsiagaan & penanggulangan bencana & kegawatdaruratan kesehatan
4. Pelayanan medis dasar, sesuai kompetensinya
10. Sumberdaya Poskesdes
• Poskesdes diselenggarakan oleh nakes (minmal seorang bidan) dg dibantu
oleh sekurang2nya 2 orang kader
• Harus tersedia sarana fisik bangunan, perlengkapan dan peralatan kesehatan
• Pembangunan sarana fisik dpt dilaksanakandg berbagai cara, dg urutan
alternatif sbb :
1. Mengembangkan Pondok Bersalin Desa (Polindes) yg telah ada menjadi
Poskesdes
2. Memanfaatkan bangunan yg sudah ada, misanyaa BAlai RW, Balai Desa, Balai
Pertemuan Desa, dll
3. Membangun baru, yaitu dg pendanaan dari Pemerintah (pusat atau daerah),
donatur, dunia usaha atau swadaya masyarakat
11. Pendekatan Pengembangan Desa Siaga
Dilaksanakan dg membantu/memfasilitasi masy. untuk menjalasi proses pembelajaran
melalui siklus pemecahan masalah yg terorganisir yaitu ;
1.Mengidentifikas masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yg dpt dimanfaatkan utk
mengatasi masalah
2.Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif2 pemecahan masalah
3.Menetapkan alternatif pemecahan masalah yg layak, merencanakan dan melaksanakannya
4.Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya2 yg telah dilakukan
12. Pengembangan Desa Siaga
1. Pengembangan tim petugas
2. Pengembangan tim di masyarakat
3. Surve mawas diri
4. Musyawara masyarakat desa
5. Pelaksanaan kegiatan : pemilihan pengurus dan kader desa siaga,
orientasi/pelatihan kader desa siaga, pengembangan poskesdes dan UKBM lain,
Penyelenggaraan kegatan desa siaga
6. Pembinaan dan peningkatan
13. Peran Jajaran Kesehatan Pemangku Kepentingan
Terkait
1. Peran Puskesmas
2. Peran Rumah Sakit
3. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
4. Peran Dinas Kesehatan Provinsi
5. Peran Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, Desa
6. Tim Penggerak PKK
7. Tokoh Masyarakat
8. Organisasi Kemasyarakatan/LSM/Dunia Usaha/Swasta
14. Indikator Keberhasilan
1. Indikator masukan
2. Indikator proses
3. Indikator keluaran
4. Indikator dampak :
a. Jumlah penduduk yg menderita sakit
b. Jumlah penduduk yang menderita gangguna jiwa
c. Jumlah ibu melahirkan dan meninggal dunia
d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
e. Jumlah balita dengan gizi buruk
15. Prinsip pengembangan desa siaga
(Depkes, 2008), yaitu
• Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan program
kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya masyarakat
yang terorganisir.
• Desa siaga mengandung makna “kesiapan” dan “kesiagaan” Kesiagaan
masyarakat dapat didorong dengan memberi informasi yang akurat dan cepat
tentang situasi dan masalah-masalah yang mereka hadapi.
16. • Prinsip respons segera. Begitu masyarakat mengetahui
adanya suatu masalah, mereka melalui desa siaga, akan
melakukan langkah-langkah yang perlu dan apabila
langkah tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan
memberikan bantuan (termasuk pustu, puskesmas,
Dinkes, dan RSUD).
• Desa siaga adalah “wadah” bagi masyarakat dan sistem
pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan
berbagai program kesehatan.
17. Kegiatan pokok desa siaga
• Surveilans dan pemetaan : Setiap ada masalah kesehatan di rumah
tangga akan dicatat dalam kartu sehat keluarga. Selanjutnya,
semua informasi tersebut akan direkapitulasi dalam sebuah peta
desa (spasial) dan peta tersebut dipaparkan di poskesdes.
18. • Perencanaan partisipatif: Perencanaan partisipatif di laksanakan
melal ui survei mawas diri (SMD) dan musyawarah masyarakat
desa (MMD). Melalui SMD, desa siaga menentukan prioritas
masalah. Selanjutnya, melalui MMD, desa siaga menentukan
target dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai
target tersebut. Selanjutnya melakukan penyusunan anggaran.
• Mobilisasi sumber daya masyarakat : Melalui forum desa siaga,
masyarakat dihimbau memberikan kontribusi dana sesuai
dengan kemampuannya. Dana yang terkumpul bisa
dipergunakan sebagai tambahan biaya operasional poskesdes.
Desa siaga juga bisa mengembangkan kegiatan peningkatan
pendapatan, misalnya dengan koperasi desa. Mobilisasi sumber
daya masyarakat sangat penting agar desa siaga berkelanjutan
(sustainable).
19. • Kegiatan khusus: Desa siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus yang
efektif mengatasi masalah kesehatan yang diprioritaskan. Dasar penentuan
kegiatan tersebut adalah pedoman standar yang sudah ada untuk program
tertentu, seperti malaria, TBC dan lain-lain. Dalam mengembangkan kegiatan
khusus ini, pengurus desa siaga dibantu oleh fasilitator dan pihak puskesmas.
• Monitoring kinerja : Monitoring menggunakan peta rumah tangga sebagai
bagian dari surveilans rutin. Setiap rumah tangga akan diberi Kartu Kesehatan
Keluarga untuk diisi sesuai dengan keadaan dalam keluarga tersebut.
Kemudian pengurus desa siaga atau kader secara berkala mengumpulkan data
dari Kartu Kesehatan Keluarga untuk dimasukkan dalam peta desa.
• Manajemen keuangan: Desa siaga akan mendapat dana hibah (block grant)
setiap tahun dari DHS-2 guna mendukung kegiatannya. Besarnya sesuai
dengan proposal yang diajukan dan proposal tersebut sebelumnya sudah
direview oleh Dewan Kesehatan Desa, kepala desa, fasilitator dan Puskesmas.
Untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas, penggunaan dana tersebut
harus dicatat dan dilaporkan sesuai dengan pedoman yang ada.
21. • Keberhasilan desa siaga sbg wujud upaya kesehatan berbasis masyarakat
sangat tergantung pd ketepatan penerapan langkah2 dalam pendekatan
edukatif dan pengorganisasian masyarakat
• Khusus untuk tenaga kesehatan akan lebih baik apabila memiliki 7
kompetensi andalan yaitu Manajemen diri sendiri, Keinginan untuk
berprestasi, Ketrampilan hubungan antar manusia, Kemampuan teknis
profesionalisme, Ketampilan melayani, Ketrampilan manajerial dan
Wawasan berpikir gobal