views
Doc ini dibuat oleh Riksa Rizki Zetta Adeli dan tim.
Di dalamnya, terdapat hal-hal berikut.
- Rumusan Masalah Hubungan Titik Beku dengan Jumlah Partikel dan Molalitas
- Tujuan Percobaan
- Dasar Teori
- Alat Bahan
- Cara Kerja
- Hasil Pengamatan
- Pembahasan
- Kesimpulan dan Saran
diolah dari berbagai sumber. Semoga dapat bermanfaat.
http://facebook.com/rrza28
http://twiter.com/risarizi
http://noonecanfly.blogspot.com
2. I. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakan hubungan antara titik beku larutan dengan jumlah partikel dan
molalitas ?
II. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami, mengetahui dan
mengamati pengaruh dari faktor jumlah partikel dan molalitas suatu larutan yang
sejenis ataupun tidak terhadap penurunan titik bekunya.
III. DASAR TEORI
Larutan merupakan suatu campuran yang homogen, dan dapat berwujud padatan, atau
cairan. Akan tetapi, larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan berbentuk cairan,
dimana suatu zat tertentu dilarutkan ke dalam pelarut yang berbentuk cairan yang sesuai
hingga konsentrasi tertentu (James Brady, 2003).
Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, atau kira-kira pada
larutan yang ada. Jadi, sifat-sifat tersebut tidak tergantung pada jenis terlarut. Keempat
sifat tersebut ialah penurunan tekanan uap, peningkatan titik didih, penurunan titik beku,
dan tekanan osmotik yang semuanya dinamakan sifat-sifat koligatif (Petrucci, 1987).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut
tetapi bergantung pada banyaknya jumlah partikel zat terlarut dalam larutan (Syukri,
1999).
Titik beku adalah suhu pada saat larutan mulai membeku pada tekanan luar 1 atm.
Titik beku normal air adalah 0°C yang diukur pada tekanan 1 atm. Titik beku merupakan
suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatnya, atau dengan kata
lain titik beku adalah suhu dimana pada suhu tersebut, zat cair berubah menjadi padat.
Jika air murni didinginkan pada suhu 0°C, maka air tersebut akan membeku dan
tekanan uap permukaannya sebesar 1 atm. Tetapi, bila kedalamnya dilarutkan zat terlarut
yang sukar menguap, maka pada suhu 0°C ternyata belum membeku dan tekanan uap
permukaannya lebih kecil dari 1atm. Supaya larutan membeku tekanan uap
permukaannya harus mencapai 1 atm. Hal ini dapat dicapai bila suhu larutan diturunkan
(Yazid, 2005).
Setiap larutan memiliki nilai titik didih dan titik beku. Nilai titik didih dan titik beku
larutan masing-masing berbeda. Misalnya saja air, air meiliki titik didih sebesar 100˚C
dan mempunyai nilai titik beku sebesar 0˚C. Titik didih dan titik beku air tadi tentu
berbeda dengan larutan lainnya (Annisa, 2008).
3. Karena setiap cairan mempunyai suhu beku tertentu,maka jika suatu cairan digunakan
sebagai pelarut, dapat diamati bahwa titik beku larutan tersebut ternyata selalu lebih
rendah dibandingkan titik beku cairan murninya (pelarut). Hal ini disebut penurunan titik
beku.
Sebagai contoh, suhu air ketika air tersebut berubah menjadi es disebut titik beku air.
Titik beku suatu pelarut dalam larutannya juga bergantung pada konsentrasi zat terlarut
dan sifat pelarut tersebut. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0°C karena pada
suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. Keberadaan zat terlarut dalam suatu
larutan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan uap jenuh pelarutnya dalam larutan
tersebut dan hal ini menyebabkan titik beku larutan berkurang. Besarnya pengurangan
titik beku suatu pelarut dalam larutannya tersebut kemudian dikenal dengan sebagai
penurunan titik beku (∆Tf). Jika zat telarutnya merupakan zat non elektrolit, maka
penurunan titik bekunya sebanding dengan molalitas larutan (m). Titik beku (Tf) pelarut
murni lebih tinggi daripada titik beku larutan.
Adanya zat terlarut menyebabkan entropi (ketidakteraturan) pelarut semakin tinggi
atau mengakibatkan suatu pelarut semakin sulit membeku. Dengan demikian, untuk
mengubah pelarut dari fasa cair menjadi fasa padat diperlukan usaha ekstra. Hal ini
mengakibatkan titik beku larutan akan lebih rendah dibandingkan dengan titik beku
pelarut murninya. Selisih antara titik beku larutan dengan titik beku pelarut murninya
disebut penurunan titik beku larutan. Berikut ini adalah persamaan dari penurunan titik
beku.
∆Tf = Tf
o
– Tf
ΔTf = penurunan titik beku
Tf = titik beku larutan
Tfº = titik beku pelarut murni
Titik beku tidak tergantung pada jenis zat terlarut, tetapi tergantung pada konsentrasi
atau jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. Semakin besar konsentrasi larutan, maka
semakin besar penurunan titik bekunya.
Penambahan zat terlarut dalam pelarut akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi
yang mengakibatkan semakin rendah titik bekunya. Jadi, makin besar molaritas larutan,
makin tinggi kenaikan titik didih larutan dan makin tinggi pula penurunan titik beku
larutan. Jumlah partikel yang lebih banyak, akan membuat larutan elektrolit lebih sukar
membeku, sehingga membutuhkan suhu yang lebih rendah, dan waktu yang lama. Hal
inilah yang membuat titik beku larutan elektrolit lebih rendah.
∆Tf ~ m
Untuk larutan nonelektrolit berlaku persamaan :
4. ∆Tf = Kf . m
ΔTf = penurunan titik beku
Kf = tetapan penurunan titik beku zat pelarut
m = molal larutan
Untuk larutan elektrolit berlaku persamaan :
∆Tf = Kf . m . � = Kf . m . [ 1 + (n – 1) α ]
ΔTf = penurunan titik beku
= faktor Van't Hoff
Kf = konstanta penurunan titik beku molal
n = jumlah koefisien
m = molalitas zat terlarut
= derajat ionisasi
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat:
• Kaca arloji
• Termometer
• Tabung reaksi
• Plastik
• Neraca Ohauss
• Beaker glass
• Neraca Triple Beam
Bahan:
• Aquades • Larutan urea 0,1 molal
5. • Larutan urea 1 molal
• Larutan NaCl 0,1 molal
• Es Batu
• Garam dapur
V. CARA KERJA :
1) Masukkan pecahan kecil – kecil es batu dalam gelas kimia hingga ¾ bagian dan beri
10 sendok garam dapur, aduk hingga rata !
2) Masukkan larutan urea ( CO(NH2)2 0,5 m hingga ½ bagian pada tabung reaksi,
kemudian masukkan tabung reaksi tersebut ke dalam gelas kimia yang berisi pecahan
es !
3) Masukkan termometer kedalam mulut tabung reaksi tersebut
4) Amati penurunan suhu pada larutan urea tersebut tiap 30 menit sekali , hingga
larutan tersebut mencapai kesetimbangan atau membeku
5) Ukur suhu konstan dari urea tersebut dan catat sebagai titik beku larutan
6) Ulangi langkah 1 – 5 untuk larutan aquades, urea 1 m dan NaCl 0,5 m !
VI. HASIL PENGAMATAN
NO UREA
(0,1 m)
UREA
( 1 m)
NaCl
( 0,1 m )
Aquades
Temperatur
Awal(T o )
0 °C 0 °C 0 °C 0 °C
Temperatur
Akhir(T )
- 3 °C - 4 °C - 4 °C 0 °C
Perubahan
Temperatur
VII.PEMBAHASAN
6. Dari hasil percobaan yang telah di lakukan, masing-masing zat mempunyai titik beku
yang berbeda. Tidak tergantung pada jenis zat terlarut, tetapi pada konsentrasi atau jumah
partikel zat terlarut dalam larutan. Semakin besar jumlah partikel zat terlarut dalam larutan,
maka akan semakin besar penurunan titik bekunya. Sebaliknya, semakin kecil jumlah
partikel zat terlarut dalam larutan, maka akan semakin kecil penurunan titik bekunya. Pada
percobaan di dapat data sebagai berikut :
NO LARUTAN PENURUNAN TITIK
BEKU
1 AQUADES 0 °C
2 UREA 0,1 m - 3 °C
3 UREA 1 m - 4 °C
4 NaCl 0,1 m - 4 °C
Dari data eksperimen yang telah dilakukan, dapat kita lihat Aquades (murni tidak ada
campuran bahan lain) memiliki penurunan titik beku sebesar 0 °C. Urea 0,1 M dengan Urea
1 M mengalami perbedaan titik beku di karenakan adanya perbedaan jumlah partikel pada
kedua larutan. Urea 1 M memiliki jumlah partikel yang lebih banyak di bandingkan dengan
Urea 0,1 M. Sehingga penurunan titik beku larutan Urea 1 M lebih besar di bandingkan
denga Urea 0,1 M. Urea 1 M penurunan titik beku - 4 °C sedangkan Urea 0,1 M penurunan
titik beku hanya mencapai – 3 °C.
Pada larutan NaCl penurunan titik beku lebih besar di banding larutan Urea yang sama-
sama memiliki molaritas 0,1 M. Ini disebabkan karena NaCl merupakan salah satu larutan
elektrolit, dan larutan elektrolit memiliki penurunan titik didih yang lebih besar dari larutan
nonelektrolit. Dikarenakan larutan elektrolit memiliki derajat ionisasi (α) = 1 sehingga
mudah mengion, yang mengakibatkan jumlah partikel pada larutan elektrolit bertambah
banyak, jadi semakin tinggi penurunan titik bekunya
VIII. PENUTUP
a. KESIMPULAN :
7. Dari hasil eksperimen dapat disimpulkan bahwa setiap larutan memiliki
penurunan titik beku yang berbeda-beda tergantung pada jumlah partikel dalam
larutan tersebut. Semakin besar jumlah partikel zat terlarut dalam larutan, maka akan
semakin besar penurunan titik bekunya. Sebaliknya, semakin kecil jumlah partikel
zat terlarut dalam larutan, maka akan semakin kecil penurunan titik bekunya.
Penurunan titik beku pada larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit terdapat
perbedaan. Ini dikarenakan larutan elektrolit memiliki derajat ionisasi (α) = 1
sehingga mudah mengion, yang mengakibatkan jumlah partikel pada larutan
elektrolit bertambah banyak, jadi semakin tinggi penurunan titik bekunya.
Sedangkan larutan nonelektrolit tidak mengion sehingga penurunan titik bekunya
akan cenderung lebih rendah dibandingakan dengan larutan elektrolit.
Garam dapur berfungsi sebagai zat yang menurunkan titik beku es batu sehingga es
batu tidak akan membeku pada suhu 0 °C, jadi ketika sebuah tabung reaksi
diletakkan didalam gelas kimia, akan terbentuk sebuah sistem antara larutan es batu
yang suhunya 0 °C dengan larutan uji yang ada di dalam tabung reaksi.
b. SARAN
Sebaiknya para siswa lebih berhati hati dalam mengukur penurunan suhu pada setiap
larutan
Disarankan lebih berhati hati dalam penimbangan setiap larutan untuk mendaatkan
data yang lebih akurat