SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
Oleh:
dr. Ratih Putri Rahayu
Dokter Pembimbing:
dr. Deddy Rizki .Sp.PD
EFUSI PLEURA
Pendahuluan
 Efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal pada rongga pleura yang
disebabkan oleh meningkatnya produksi cairan atau menurunnya absorbsi cairan
atau keduanya
 Efusi pleura terjadi pada lebih dari 1,5 juta orang di Amerika Serikat dan
disebabkan oleh beberapa kondisi. Penyebab yang paling sering adalah gagal
jantung kongestif, infeksi, dan malignansi. Efusi pleura sering terjadi di negara-
negara yang berkembang, salah satunya di Indonesia. Hal ini lebih banyak
diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis.
 Penyakit-penyakit yang mendasari terjadinya efusi pleura adalah tuberkulosis,
infeksi paru non tuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul
pada daerah dada, infark paru, serta gagal jantung kongestif
Tinjauan Pustaka
Definisi
Efusi pleura adalah akumulasi jumlah cairan di dalam
rongga pleura diantara pleura parietalis dan pleura
viseralis dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat
yang merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara
produksi cairan pleura dengan absorbsi cairan pleura
Anatomi
Etiologi
 Infeksi
 Infeksi merupakan penyebab efusi pleura eksudstif. Mikroorganisme penyebabnya
dapat berupa bakteri, virus, mikoplasma, atau mikobakterium. Efusi pleura
eksudatif jarang disebabkan oleh bakteri penyebab pneumonia akut.
 Non Infeksi
 Neoplasma penyebab efusi pleura meliputi karsinoma bronkogenik (dalam
keadaan ini jumlah leukosit biasanya >2500/mL, sebagian terdiri dari limfosit, sel
maligna, dan sering terjadi reakumulasi setelah torakosintesis),
Klasifikasi
 Eksudat adalah cairan yang terbentuk melalui membran kapiler abnormal yang
permeabel dan berisi protein berkonsentrasi tinggi
 Transudat adalah terbentuknya cairan pada satu sisi pleura yang melebihi proses
reabsorpsi cairan tersebut pada sisi pleura lainnya akibat dari ketidakseimbangan
antara tekanan kapiler hidrostatik dengan tekanan onkotik.
Patofisiologi
 Efusi pleura terjadi akibat akumulasi cairan pleura abnormal yang secara garis besar dapat
disebabkan oleh dua hal, yaitu:
 Pembentukan cairan pleura yang berlebih
 Hal ini dapat terjadi karena peningkatan permeabilitas kapiler (peradangan dan neoplasma),
peningkatan tekanan hidrostatik (gagal jantung kiri), dan penurunan tekanan intrapleura
(atelektasis).
 Penurunan kemampuan reabsorpsi
 Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan tekanan osmotik koloid darah (hipoalbumin) dan
sumbatan pembuluh limfe. Terjadinya efusi pleura pada kanker paru yaitu dengan menumpuknya
sel tumor akan meningkatkan permeabilitas pleura terhadap air dan protein, adanya massa
tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluh darah vena dan getah bening, sehingga
rongga pleura gagal dalam memindahkan cairan dan protein. Adanya gangguan reabsorbsi
cairan pleura melalui obstruksi aliran limfe mediastinum yang mengalirkan cairan pleura parietal,
sehingga terkumpul cairan eksudat dalam rongga pleura.
Diagnosis
 Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis baik dan pemeriksaan fisik yang teliti,
diagnosis pasti ditegakkan melalui pungsi percobaan, biopsi dan analisa cairan pleura. Dari
anamnesa didapatkan sesak nafas, rasa berat pada dada, berat badan menurun pada neoplasma,
batuk berdarah pada karsinoma bronchus atau metastasis, demam subfebris pada TBC, dernarn
menggigil pada empilema, dan ascites pada sirosis hepatis.
 Dari pemeriksaan fisik didapatkan (pada sisi yang sakit) dinding dada lebih cembung dan gerakan
tertinggal, vokal fremitus menurun, perkusi dull sampal flat, bunyi pernafasan menurun sampai
menghilang, dan pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat dapat dilihat atau diraba pada
treakhea.
Pemeriksaan Penunjang
 Foto thoraks
 Pada foto dada posterior anterior (PA) permukaan cairan yang terdapat dalam
rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan
daerah lateral lebih tinggi dari pada bagian medial, tampak sudut kostrofrenikus
menumpul. Pada pemeriksaan foto dada posisi lateral dekubitus, cairan bebas akan
mengikuti posisi gravitasi.
 Torakosintesis
 Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) sebagai sarana diagnostik maupun
terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan
pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior dengan jarum abbocath
nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500
cc pada setiap aspirasi
 Biopsi Pleura
 Dapat menunjukkan 50%-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor
pleura. Komplikasi biopsi adalah pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi
atau tumor pada dinding dada
 Untuk diagnosis cairan pleura dilakukan pemeriksaan:

 Warna cairan. Cairan pleura bewarna agak kekuning-kuningan (serous-santrokom).
 Biokimia. Terbagi atas efusi pleura transudat dan eksudat.
 Sitologi. Digunakan untuk diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel
patologis atau dominasi sel-sel tertentu.
 Sel neutrofil: pada infeksi akut
 Sel limfosit: pada infeksi kronik (pleuritis tuberkulosa atau limfoma maligna).
 Sel mesotel: bila meningkat pada infark paru
 Sel mesotel maligna: pada mesotelioma
 Sel giant: pada arthritis rheumatoid
 Sel maligna: pada paru/metastase.
 Bakteriologi. Cairan pleura umumnya steril, bila cairan purulen dapat mengandung
mikroorganisme berupa kuman aerob atau anaerob. Paling sering pneumokokus,
E.coli, klebsiela, pseudomonas, enterobacter.
Tatalaksana
 Tujuan penatalaksanaan efusi pleura terlebih dahulu meringankan gejala
simptomatik dengan cara mengeluarkan akumulasi cairan dari cavum pleura dan
menangani penyebab efusi pleura
 Water Seal Drainage (tube thoracostomy)
 Modalitas terapi yang bekerja dengan menghubungkan cavum pleura yang berisi
cairan abnormal dengan botol perangkat WSD yang nantinya akan menarik keluar
isi cairan abnormal yang ada di dalam cavum pleura dan mengembalikan cairan
pleura seperti semula serta mengurangi kompresi terhadap paru yang tertekan
hingga akhirnya paru akan mengembang kembali
 Pemasangan WSD dilakukan sebagai berikut:
 Tempat untuk memasukkan selang toraks biasanya di sela iga 7, 8, 9 linea aksilaris media atau ruang sela
iga 2 atau 3 linea medioklavikuralis.
 Setelah dibersihkan dan dianastesi, dilakukan sayatan transversal selebar kurang lebih 2 cm sampai
subkutis. Dibuat satu jahitan matras untuk mengikat selang.
 Jaringan subkutis dibebaskan secara tumpul dengan klem sampai mendapatkan pleura parietalis.
 Selang dan trokar dimasukkan ke dalam rongga pleura dan kemudian trokar ditarik. Pancaran cairan
diperlukan untuk memastikan posisi selang toraks.
 Setelah posisi benar, selang dijepit dan luka kulit dijahit serta dibebat dengan kasa dan plester.
 Selang dihubungkan dengan botol penampung cairan pleura. Ujung selang dihubungkan dengan botol
penampung cairan pleura. Ujung selang diletakkan dibawah permukaan air sedalam sekitar 2 cm, agar
udara dari luar tidak dapat masuk ke dalam rongga pleura.
 WSD perlu diawasi tiap hari dan jika sudah tidak terlihat undulasi pada selang, kemungkinan cairan
sudah habis dan jaringan paru mengembang. Untuk memastikan dilakukan foto toraks.
 Selang torak dapat dicabut jika produksi cairan/hari <100ml dan jaringan paru telah mengembang.
Selang dicabut pada saat ekspirasi maksimum
 Thorakosintesis
 Modalitas terapi yang bekerja dengan cara melakukan aspirasi menggunakan jarum yang
ditusukkan pada linea axillaris media spatium intercostalis VI. Aspirasi dilakukan dengan
menggunakan jarum dan spuit atau dapat juga menggunakan kateter dengan batas
maksimal 1000-1500 cc untuk menghindari komplikasi re-ekspansi edema pulmonum dan
pneumothoraks akibat terapi
 Pleurodesis
 Pleurodesis dilakukan dengan memakai bahan sklerosis yang dimasukkan ke dalam
rongga pleura.Bertujuan melekatkan pleura viseralis dengan pleura parietalis,
merupakan penanganan terpilih pada efusi pleura keganasan. Efektifitas dari bahan
ini tergantung pada kemampuan untuk menimbulkan fibrosis dan obliterasi kapiler
pleura
Laporan Kasus
 Identitas Pasien
 Nama : Ny W
 Usia : 20 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Pelajar
 Alamat : Pidie
 Tanggal Masuk : 26 / 11/ 2022
 Tanggal Periksa : 26/ 11 / 2022
 Keluhan Utama : Sesak napas
 Keluhan Tambahan : -
 Riwayat Penyakit Sekarang :
 Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu. Sesak nafas timbul dengan
aktivitas ringan. Sesak tidak dipengaruhi cuaca dan debu. Sesak nafas tidak disertai suara mengi.
Batuk berdahak sejak 3 bulan yang lalu dan memberat sejak 1 bulan ini. Batuk berdahak berwarna
kuning dan sulit dikeluarkan. Nyeri dada tidak ada. Riwayat demam ada, demam hilang timbul,
penurunan nafsu makan disertai penurunan berat badan ada pada pasien, terdapat riwayat keringat
malam, mual dan muntah tidak ada, BAB dan BAK dalam batas normal.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
 Pasien tidak memiliki riwayat TB paru, Asma, DM,
 Riwayat Penyakit Keluarga :
 Keluarga pasien tidak ada mengeluhkan keluhan yang sama dengan pasien.
 Riwayat Pemakaian Obat :
 Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan inhaler, OAT, HT dan DM
Vital Sign
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/90 mmHg
HR : 98 x/i
RR : 32 x/i
T : 37 oC
Normocephali, warna rambut
putih, distribusi tidak merata
NCH (-/-), sekret (-), cavum nasi
hiperemis (-/-), sianosis perioral
(-)
I : simetris, jejas (-), retraksi (-/-)
P : NT (-), sf ka = sf ki
P : sonor (+/-) Redup (-/+)
A : ves (+/+), rh (-/-), wh
(-/-)
Konjungtiva palpebra inferior
pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
TVJ 5-2 cmH2O, pembesaran
KGB (-)
BJ I > BJ II, reguler, gallops dan
murmur (-)
I : Distensi (-)
A : Peristaltik normal
P : Soepel (+), organomegali (-), NT
(+) epigastrium
P : timpani (+), undulasi (-), shifting
dullness (-),.
Pucat (-/-), akral hangat kering,
CRT < 2 detik, edema (-/-)
Pemeriksaan Fisik
Hematologi 26-11-2022 Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin
12.3 12,0-15,0 g/dL
Hematokrit
37.6 37-47 %
Eritrosit
4.19 4,2-5,4 106/mm3
Leukosit
10.3 4,5-10,5 103/mm3
Trombosit 157 150-450 103/mm3
GDS 94 <200 mg/dL
SGOT 97 <35 U/L
SGPT 80 <45 U/L
Ureum 101 13-43 mg/dL
Kreatinin 3.1 0,67-1,17 mg/dL
 Diagnosis
 Efusi pleura Sinitra ec dd/
 Infeksi non spesifik
 Malignansi

 Terapi
 O2 3 L/menit NK
 IVFD RL 15gtt/i
 Inj Ceftriaxone1gr/12jam
 Inj Ranitidine1amp/12jam
 Inj Metyl prednisolone 62,5 mg/8jam
 Vit C 2x1
 Molaneuron 2x1
 Curcuma 2x1
 Erdostein
 Rencana pasang WSD
Pembahasan
 Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1
bulan yang lalu. Sesak nafas timbul dengan aktivitas
ringan. Sesak tidak dipengaruhi cuaca dan debu. Sesak
nafas tidak disertai suara mengi. Batuk berdahak sejak
3 bulan yang lalu dan memberat sejak 1 bulan ini.
Batuk berdahak berwarna kuning dan sulit dikeluarkan.
Nyeri dada tidak ada. Riwayat demam ada, demam
hilang timbul, penurunan nafsu makan disertai
penurunan berat badan ada pad pasien, terdapat
riwayat keringat malam, mual dan muntah tidak ada,
BAB dan BAK dalam batas normal.
 Manifestasi klinis dari efusi pleura sangat bervariasi dan
seringkali berhubungan dengan proses penyakit yang
mendasarinya. Nyeri dada dikarenakan proses inflamasi
pleura (infeksi pleura, mesotelioma, infark pulmonal).
Sesak dapat timbul karena penimbunan cairan dalam
rongga pleura yang akan memberikan kompresi
patologis pada paru sehingga ekspansinya terganggu.
Batuk pada efusi pleura mungkin disebabkan oleh
rangsangan pada pleura oleh karena cairan pleura yang
berlebihan, proses inflamasi, ataupun massa pada paru-
paru
 Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tampak pergerakan
dinding dada simetris, juga
didapatkan fremitus taktil sulit
dinilai, perkusi terdengar redup
dan auskultasi terkesan vesikuler
melemah
 Hal ini dapat disebabkan karena di antara dinding dada
dan parenkim paru dipisahkan oleh cairan, sehingga
transmisi suara perkusi maupun auskultasi terganggu.
Tingkat gangguan transmisi suara tergantung pada jumlah
cairan di dalam rongga pleura. Jika jumlah cairan pleura
kurang dari 300 mL, cairan ini belum menimbulkan gejala
pada pemeriksaan fisik. Jika jumlah cairan melebihi 300
mL, sehingga ditemukan gejala berupa gerak dada yang
melambat atau terbatas saat inspirasi pada sisi yang
mengandung akumulasi cairan yaitu sisi sebelah kiri.
Fremitus taktil juga berkurang pada paru yang
mengandung cairan. Suara perkusi menjadi redup dan
suara napas pada auskultasi terdengar melemah walaupun
sifatnya masih vesikuler
 Penatalaksanaan dilakukan punksi
pleura dengan pemasangan WSD
 Cairan dari efusi pleura dikeluarkan dengan
melakukan aspirasi menggunakan jarum yang
ditusukkan pada linea axillaris media spatium
intercostalis VI. Aspirasi dilakukan dengan
menggunakan jarum dan spuit atau dapat juga
menggunakan kateter dengan batas maksimal
1000-1500cc
Kesimpulan
Efusi pleura merupakan penumpukan cairan di dalam rongga pleura.
Dalam keadaan normal, rongga pleura diisi cairan yang berfungsi
mempermudah pergerakan paru di rongga dada selama bernapas. Jumlah
cairan melebihi volume normal dapat disebabkan oleh kecepatan
produksi cairan di lapisan pleura parietal yang melebihi kecepatan
penyerapan cairan oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah
mikropleura viseral.
Terima Kasih

More Related Content

What's hot (20)

Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Deep Vein Trombosis
Deep Vein TrombosisDeep Vein Trombosis
Deep Vein Trombosis
 
Ulkus &amp; gangren diabetikum
Ulkus &amp; gangren diabetikumUlkus &amp; gangren diabetikum
Ulkus &amp; gangren diabetikum
 
Laporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasisLaporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasis
 
Veruka vulgaris
Veruka vulgarisVeruka vulgaris
Veruka vulgaris
 
Bronkiektasis dr.halim sp.p
Bronkiektasis dr.halim sp.pBronkiektasis dr.halim sp.p
Bronkiektasis dr.halim sp.p
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
 
Askep apendisitis
Askep apendisitisAskep apendisitis
Askep apendisitis
 
351383036-HEMATOTHORAX-ppt.pptx
351383036-HEMATOTHORAX-ppt.pptx351383036-HEMATOTHORAX-ppt.pptx
351383036-HEMATOTHORAX-ppt.pptx
 
Sepsis
SepsisSepsis
Sepsis
 
Ppt bronkopneumonia
Ppt bronkopneumoniaPpt bronkopneumonia
Ppt bronkopneumonia
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
 
Bordetella pertussis
Bordetella pertussisBordetella pertussis
Bordetella pertussis
 
Anemia mikrositik hipokrom
Anemia mikrositik hipokromAnemia mikrositik hipokrom
Anemia mikrositik hipokrom
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
Crs minggu 2 kelompok 2
Crs minggu 2 kelompok 2Crs minggu 2 kelompok 2
Crs minggu 2 kelompok 2
 
Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
 
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleura
 
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-pptkejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
 

Similar to efusi pleura.pptx (20)

Efusi pleura makalah
Efusi pleura makalahEfusi pleura makalah
Efusi pleura makalah
 
ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA.pptxASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA.pptx
 
Askepefusipleura
AskepefusipleuraAskepefusipleura
Askepefusipleura
 
Asuhan keperawatan pada klien efusi plura
Asuhan keperawatan pada klien efusi pluraAsuhan keperawatan pada klien efusi plura
Asuhan keperawatan pada klien efusi plura
 
Lp efusi pleura
Lp efusi pleura Lp efusi pleura
Lp efusi pleura
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan efusi
Asuhan keperawatan pada klien dengan efusiAsuhan keperawatan pada klien dengan efusi
Asuhan keperawatan pada klien dengan efusi
 
EFUSI PLEURA GE.docx
EFUSI PLEURA GE.docxEFUSI PLEURA GE.docx
EFUSI PLEURA GE.docx
 
Komplikasi efusi pleura
Komplikasi efusi pleuraKomplikasi efusi pleura
Komplikasi efusi pleura
 
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
 
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNAEfusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
 
Efusi pleura makalah
Efusi pleura makalahEfusi pleura makalah
Efusi pleura makalah
 
SLIDE lapkas Sindrom Down.ppt
SLIDE lapkas Sindrom Down.pptSLIDE lapkas Sindrom Down.ppt
SLIDE lapkas Sindrom Down.ppt
 
Efusi pleura makalah
Efusi pleura makalahEfusi pleura makalah
Efusi pleura makalah
 
Efusi pleura makalah (2)
Efusi pleura makalah (2)Efusi pleura makalah (2)
Efusi pleura makalah (2)
 
Efusi pleura makalah
Efusi pleura makalahEfusi pleura makalah
Efusi pleura makalah
 
CRS Hidropneumotoraks.pptx
CRS Hidropneumotoraks.pptxCRS Hidropneumotoraks.pptx
CRS Hidropneumotoraks.pptx
 
Effusi pleura
Effusi pleuraEffusi pleura
Effusi pleura
 
Batuk darah-des
Batuk darah-desBatuk darah-des
Batuk darah-des
 
jurnal efusu flaura
jurnal efusu flaurajurnal efusu flaura
jurnal efusu flaura
 

Recently uploaded

#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdfbendaharadakpkmbajay
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatZuheri
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanB117IsnurJannah
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RambuIntanKondi
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxDwiHmHsb1
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxhellokarin81
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALBagasTriNugroho5
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxPoliJantung
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptRekhaDP2
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptxNezaPurna
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiRizalMalik9
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 

Recently uploaded (20)

#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 

efusi pleura.pptx

  • 1. Oleh: dr. Ratih Putri Rahayu Dokter Pembimbing: dr. Deddy Rizki .Sp.PD EFUSI PLEURA
  • 3.  Efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal pada rongga pleura yang disebabkan oleh meningkatnya produksi cairan atau menurunnya absorbsi cairan atau keduanya  Efusi pleura terjadi pada lebih dari 1,5 juta orang di Amerika Serikat dan disebabkan oleh beberapa kondisi. Penyebab yang paling sering adalah gagal jantung kongestif, infeksi, dan malignansi. Efusi pleura sering terjadi di negara- negara yang berkembang, salah satunya di Indonesia. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis.  Penyakit-penyakit yang mendasari terjadinya efusi pleura adalah tuberkulosis, infeksi paru non tuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul pada daerah dada, infark paru, serta gagal jantung kongestif
  • 5. Definisi Efusi pleura adalah akumulasi jumlah cairan di dalam rongga pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat yang merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara produksi cairan pleura dengan absorbsi cairan pleura
  • 7. Etiologi  Infeksi  Infeksi merupakan penyebab efusi pleura eksudstif. Mikroorganisme penyebabnya dapat berupa bakteri, virus, mikoplasma, atau mikobakterium. Efusi pleura eksudatif jarang disebabkan oleh bakteri penyebab pneumonia akut.  Non Infeksi  Neoplasma penyebab efusi pleura meliputi karsinoma bronkogenik (dalam keadaan ini jumlah leukosit biasanya >2500/mL, sebagian terdiri dari limfosit, sel maligna, dan sering terjadi reakumulasi setelah torakosintesis),
  • 8. Klasifikasi  Eksudat adalah cairan yang terbentuk melalui membran kapiler abnormal yang permeabel dan berisi protein berkonsentrasi tinggi  Transudat adalah terbentuknya cairan pada satu sisi pleura yang melebihi proses reabsorpsi cairan tersebut pada sisi pleura lainnya akibat dari ketidakseimbangan antara tekanan kapiler hidrostatik dengan tekanan onkotik.
  • 9. Patofisiologi  Efusi pleura terjadi akibat akumulasi cairan pleura abnormal yang secara garis besar dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu:  Pembentukan cairan pleura yang berlebih  Hal ini dapat terjadi karena peningkatan permeabilitas kapiler (peradangan dan neoplasma), peningkatan tekanan hidrostatik (gagal jantung kiri), dan penurunan tekanan intrapleura (atelektasis).  Penurunan kemampuan reabsorpsi  Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan tekanan osmotik koloid darah (hipoalbumin) dan sumbatan pembuluh limfe. Terjadinya efusi pleura pada kanker paru yaitu dengan menumpuknya sel tumor akan meningkatkan permeabilitas pleura terhadap air dan protein, adanya massa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluh darah vena dan getah bening, sehingga rongga pleura gagal dalam memindahkan cairan dan protein. Adanya gangguan reabsorbsi cairan pleura melalui obstruksi aliran limfe mediastinum yang mengalirkan cairan pleura parietal, sehingga terkumpul cairan eksudat dalam rongga pleura.
  • 10. Diagnosis  Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis baik dan pemeriksaan fisik yang teliti, diagnosis pasti ditegakkan melalui pungsi percobaan, biopsi dan analisa cairan pleura. Dari anamnesa didapatkan sesak nafas, rasa berat pada dada, berat badan menurun pada neoplasma, batuk berdarah pada karsinoma bronchus atau metastasis, demam subfebris pada TBC, dernarn menggigil pada empilema, dan ascites pada sirosis hepatis.  Dari pemeriksaan fisik didapatkan (pada sisi yang sakit) dinding dada lebih cembung dan gerakan tertinggal, vokal fremitus menurun, perkusi dull sampal flat, bunyi pernafasan menurun sampai menghilang, dan pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat dapat dilihat atau diraba pada treakhea.
  • 11. Pemeriksaan Penunjang  Foto thoraks  Pada foto dada posterior anterior (PA) permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi dari pada bagian medial, tampak sudut kostrofrenikus menumpul. Pada pemeriksaan foto dada posisi lateral dekubitus, cairan bebas akan mengikuti posisi gravitasi.  Torakosintesis  Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) sebagai sarana diagnostik maupun terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior dengan jarum abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap aspirasi  Biopsi Pleura  Dapat menunjukkan 50%-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura. Komplikasi biopsi adalah pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada
  • 12.  Untuk diagnosis cairan pleura dilakukan pemeriksaan:   Warna cairan. Cairan pleura bewarna agak kekuning-kuningan (serous-santrokom).  Biokimia. Terbagi atas efusi pleura transudat dan eksudat.  Sitologi. Digunakan untuk diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel-sel tertentu.  Sel neutrofil: pada infeksi akut  Sel limfosit: pada infeksi kronik (pleuritis tuberkulosa atau limfoma maligna).  Sel mesotel: bila meningkat pada infark paru  Sel mesotel maligna: pada mesotelioma  Sel giant: pada arthritis rheumatoid  Sel maligna: pada paru/metastase.  Bakteriologi. Cairan pleura umumnya steril, bila cairan purulen dapat mengandung mikroorganisme berupa kuman aerob atau anaerob. Paling sering pneumokokus, E.coli, klebsiela, pseudomonas, enterobacter.
  • 13. Tatalaksana  Tujuan penatalaksanaan efusi pleura terlebih dahulu meringankan gejala simptomatik dengan cara mengeluarkan akumulasi cairan dari cavum pleura dan menangani penyebab efusi pleura  Water Seal Drainage (tube thoracostomy)  Modalitas terapi yang bekerja dengan menghubungkan cavum pleura yang berisi cairan abnormal dengan botol perangkat WSD yang nantinya akan menarik keluar isi cairan abnormal yang ada di dalam cavum pleura dan mengembalikan cairan pleura seperti semula serta mengurangi kompresi terhadap paru yang tertekan hingga akhirnya paru akan mengembang kembali
  • 14.
  • 15.  Pemasangan WSD dilakukan sebagai berikut:  Tempat untuk memasukkan selang toraks biasanya di sela iga 7, 8, 9 linea aksilaris media atau ruang sela iga 2 atau 3 linea medioklavikuralis.  Setelah dibersihkan dan dianastesi, dilakukan sayatan transversal selebar kurang lebih 2 cm sampai subkutis. Dibuat satu jahitan matras untuk mengikat selang.  Jaringan subkutis dibebaskan secara tumpul dengan klem sampai mendapatkan pleura parietalis.  Selang dan trokar dimasukkan ke dalam rongga pleura dan kemudian trokar ditarik. Pancaran cairan diperlukan untuk memastikan posisi selang toraks.  Setelah posisi benar, selang dijepit dan luka kulit dijahit serta dibebat dengan kasa dan plester.  Selang dihubungkan dengan botol penampung cairan pleura. Ujung selang dihubungkan dengan botol penampung cairan pleura. Ujung selang diletakkan dibawah permukaan air sedalam sekitar 2 cm, agar udara dari luar tidak dapat masuk ke dalam rongga pleura.  WSD perlu diawasi tiap hari dan jika sudah tidak terlihat undulasi pada selang, kemungkinan cairan sudah habis dan jaringan paru mengembang. Untuk memastikan dilakukan foto toraks.  Selang torak dapat dicabut jika produksi cairan/hari <100ml dan jaringan paru telah mengembang. Selang dicabut pada saat ekspirasi maksimum
  • 16.  Thorakosintesis  Modalitas terapi yang bekerja dengan cara melakukan aspirasi menggunakan jarum yang ditusukkan pada linea axillaris media spatium intercostalis VI. Aspirasi dilakukan dengan menggunakan jarum dan spuit atau dapat juga menggunakan kateter dengan batas maksimal 1000-1500 cc untuk menghindari komplikasi re-ekspansi edema pulmonum dan pneumothoraks akibat terapi
  • 17.  Pleurodesis  Pleurodesis dilakukan dengan memakai bahan sklerosis yang dimasukkan ke dalam rongga pleura.Bertujuan melekatkan pleura viseralis dengan pleura parietalis, merupakan penanganan terpilih pada efusi pleura keganasan. Efektifitas dari bahan ini tergantung pada kemampuan untuk menimbulkan fibrosis dan obliterasi kapiler pleura
  • 19.  Identitas Pasien  Nama : Ny W  Usia : 20 tahun  Jenis Kelamin : Perempuan  Pekerjaan : Pelajar  Alamat : Pidie  Tanggal Masuk : 26 / 11/ 2022  Tanggal Periksa : 26/ 11 / 2022
  • 20.  Keluhan Utama : Sesak napas  Keluhan Tambahan : -  Riwayat Penyakit Sekarang :  Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu. Sesak nafas timbul dengan aktivitas ringan. Sesak tidak dipengaruhi cuaca dan debu. Sesak nafas tidak disertai suara mengi. Batuk berdahak sejak 3 bulan yang lalu dan memberat sejak 1 bulan ini. Batuk berdahak berwarna kuning dan sulit dikeluarkan. Nyeri dada tidak ada. Riwayat demam ada, demam hilang timbul, penurunan nafsu makan disertai penurunan berat badan ada pada pasien, terdapat riwayat keringat malam, mual dan muntah tidak ada, BAB dan BAK dalam batas normal.  Riwayat Penyakit Dahulu :  Pasien tidak memiliki riwayat TB paru, Asma, DM,  Riwayat Penyakit Keluarga :  Keluarga pasien tidak ada mengeluhkan keluhan yang sama dengan pasien.  Riwayat Pemakaian Obat :  Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan inhaler, OAT, HT dan DM
  • 21. Vital Sign Kesadaran : Compos mentis Tekanan darah : 120/90 mmHg HR : 98 x/i RR : 32 x/i T : 37 oC
  • 22. Normocephali, warna rambut putih, distribusi tidak merata NCH (-/-), sekret (-), cavum nasi hiperemis (-/-), sianosis perioral (-) I : simetris, jejas (-), retraksi (-/-) P : NT (-), sf ka = sf ki P : sonor (+/-) Redup (-/+) A : ves (+/+), rh (-/-), wh (-/-) Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), sklera ikterik (-/-) TVJ 5-2 cmH2O, pembesaran KGB (-) BJ I > BJ II, reguler, gallops dan murmur (-) I : Distensi (-) A : Peristaltik normal P : Soepel (+), organomegali (-), NT (+) epigastrium P : timpani (+), undulasi (-), shifting dullness (-),. Pucat (-/-), akral hangat kering, CRT < 2 detik, edema (-/-) Pemeriksaan Fisik
  • 23. Hematologi 26-11-2022 Nilai Rujukan Satuan Hemoglobin 12.3 12,0-15,0 g/dL Hematokrit 37.6 37-47 % Eritrosit 4.19 4,2-5,4 106/mm3 Leukosit 10.3 4,5-10,5 103/mm3 Trombosit 157 150-450 103/mm3 GDS 94 <200 mg/dL SGOT 97 <35 U/L SGPT 80 <45 U/L Ureum 101 13-43 mg/dL Kreatinin 3.1 0,67-1,17 mg/dL
  • 24.
  • 25.  Diagnosis  Efusi pleura Sinitra ec dd/  Infeksi non spesifik  Malignansi   Terapi  O2 3 L/menit NK  IVFD RL 15gtt/i  Inj Ceftriaxone1gr/12jam  Inj Ranitidine1amp/12jam  Inj Metyl prednisolone 62,5 mg/8jam  Vit C 2x1  Molaneuron 2x1  Curcuma 2x1  Erdostein  Rencana pasang WSD
  • 27.  Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu. Sesak nafas timbul dengan aktivitas ringan. Sesak tidak dipengaruhi cuaca dan debu. Sesak nafas tidak disertai suara mengi. Batuk berdahak sejak 3 bulan yang lalu dan memberat sejak 1 bulan ini. Batuk berdahak berwarna kuning dan sulit dikeluarkan. Nyeri dada tidak ada. Riwayat demam ada, demam hilang timbul, penurunan nafsu makan disertai penurunan berat badan ada pad pasien, terdapat riwayat keringat malam, mual dan muntah tidak ada, BAB dan BAK dalam batas normal.  Manifestasi klinis dari efusi pleura sangat bervariasi dan seringkali berhubungan dengan proses penyakit yang mendasarinya. Nyeri dada dikarenakan proses inflamasi pleura (infeksi pleura, mesotelioma, infark pulmonal). Sesak dapat timbul karena penimbunan cairan dalam rongga pleura yang akan memberikan kompresi patologis pada paru sehingga ekspansinya terganggu. Batuk pada efusi pleura mungkin disebabkan oleh rangsangan pada pleura oleh karena cairan pleura yang berlebihan, proses inflamasi, ataupun massa pada paru- paru
  • 28.  Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak pergerakan dinding dada simetris, juga didapatkan fremitus taktil sulit dinilai, perkusi terdengar redup dan auskultasi terkesan vesikuler melemah  Hal ini dapat disebabkan karena di antara dinding dada dan parenkim paru dipisahkan oleh cairan, sehingga transmisi suara perkusi maupun auskultasi terganggu. Tingkat gangguan transmisi suara tergantung pada jumlah cairan di dalam rongga pleura. Jika jumlah cairan pleura kurang dari 300 mL, cairan ini belum menimbulkan gejala pada pemeriksaan fisik. Jika jumlah cairan melebihi 300 mL, sehingga ditemukan gejala berupa gerak dada yang melambat atau terbatas saat inspirasi pada sisi yang mengandung akumulasi cairan yaitu sisi sebelah kiri. Fremitus taktil juga berkurang pada paru yang mengandung cairan. Suara perkusi menjadi redup dan suara napas pada auskultasi terdengar melemah walaupun sifatnya masih vesikuler
  • 29.  Penatalaksanaan dilakukan punksi pleura dengan pemasangan WSD  Cairan dari efusi pleura dikeluarkan dengan melakukan aspirasi menggunakan jarum yang ditusukkan pada linea axillaris media spatium intercostalis VI. Aspirasi dilakukan dengan menggunakan jarum dan spuit atau dapat juga menggunakan kateter dengan batas maksimal 1000-1500cc
  • 31. Efusi pleura merupakan penumpukan cairan di dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal, rongga pleura diisi cairan yang berfungsi mempermudah pergerakan paru di rongga dada selama bernapas. Jumlah cairan melebihi volume normal dapat disebabkan oleh kecepatan produksi cairan di lapisan pleura parietal yang melebihi kecepatan penyerapan cairan oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah mikropleura viseral.