[Ringkasan]
Pasien wanita usia 20 tahun datang dengan keluhan sesak napas dan batuk berdahak. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya efusi pleura di paru kiri. Diagnosa difisialnya adalah infeksi nonspesifik, malignansi. Pasien dirawat dengan pemberian oksigen, cairan infus, antibiotik, dan rencana pasang selang thoracostomy.
3. Efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal pada rongga pleura yang
disebabkan oleh meningkatnya produksi cairan atau menurunnya absorbsi cairan
atau keduanya
Efusi pleura terjadi pada lebih dari 1,5 juta orang di Amerika Serikat dan
disebabkan oleh beberapa kondisi. Penyebab yang paling sering adalah gagal
jantung kongestif, infeksi, dan malignansi. Efusi pleura sering terjadi di negara-
negara yang berkembang, salah satunya di Indonesia. Hal ini lebih banyak
diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis.
Penyakit-penyakit yang mendasari terjadinya efusi pleura adalah tuberkulosis,
infeksi paru non tuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul
pada daerah dada, infark paru, serta gagal jantung kongestif
5. Definisi
Efusi pleura adalah akumulasi jumlah cairan di dalam
rongga pleura diantara pleura parietalis dan pleura
viseralis dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat
yang merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara
produksi cairan pleura dengan absorbsi cairan pleura
7. Etiologi
Infeksi
Infeksi merupakan penyebab efusi pleura eksudstif. Mikroorganisme penyebabnya
dapat berupa bakteri, virus, mikoplasma, atau mikobakterium. Efusi pleura
eksudatif jarang disebabkan oleh bakteri penyebab pneumonia akut.
Non Infeksi
Neoplasma penyebab efusi pleura meliputi karsinoma bronkogenik (dalam
keadaan ini jumlah leukosit biasanya >2500/mL, sebagian terdiri dari limfosit, sel
maligna, dan sering terjadi reakumulasi setelah torakosintesis),
8. Klasifikasi
Eksudat adalah cairan yang terbentuk melalui membran kapiler abnormal yang
permeabel dan berisi protein berkonsentrasi tinggi
Transudat adalah terbentuknya cairan pada satu sisi pleura yang melebihi proses
reabsorpsi cairan tersebut pada sisi pleura lainnya akibat dari ketidakseimbangan
antara tekanan kapiler hidrostatik dengan tekanan onkotik.
9. Patofisiologi
Efusi pleura terjadi akibat akumulasi cairan pleura abnormal yang secara garis besar dapat
disebabkan oleh dua hal, yaitu:
Pembentukan cairan pleura yang berlebih
Hal ini dapat terjadi karena peningkatan permeabilitas kapiler (peradangan dan neoplasma),
peningkatan tekanan hidrostatik (gagal jantung kiri), dan penurunan tekanan intrapleura
(atelektasis).
Penurunan kemampuan reabsorpsi
Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan tekanan osmotik koloid darah (hipoalbumin) dan
sumbatan pembuluh limfe. Terjadinya efusi pleura pada kanker paru yaitu dengan menumpuknya
sel tumor akan meningkatkan permeabilitas pleura terhadap air dan protein, adanya massa
tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluh darah vena dan getah bening, sehingga
rongga pleura gagal dalam memindahkan cairan dan protein. Adanya gangguan reabsorbsi
cairan pleura melalui obstruksi aliran limfe mediastinum yang mengalirkan cairan pleura parietal,
sehingga terkumpul cairan eksudat dalam rongga pleura.
10. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis baik dan pemeriksaan fisik yang teliti,
diagnosis pasti ditegakkan melalui pungsi percobaan, biopsi dan analisa cairan pleura. Dari
anamnesa didapatkan sesak nafas, rasa berat pada dada, berat badan menurun pada neoplasma,
batuk berdarah pada karsinoma bronchus atau metastasis, demam subfebris pada TBC, dernarn
menggigil pada empilema, dan ascites pada sirosis hepatis.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan (pada sisi yang sakit) dinding dada lebih cembung dan gerakan
tertinggal, vokal fremitus menurun, perkusi dull sampal flat, bunyi pernafasan menurun sampai
menghilang, dan pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat dapat dilihat atau diraba pada
treakhea.
11. Pemeriksaan Penunjang
Foto thoraks
Pada foto dada posterior anterior (PA) permukaan cairan yang terdapat dalam
rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan
daerah lateral lebih tinggi dari pada bagian medial, tampak sudut kostrofrenikus
menumpul. Pada pemeriksaan foto dada posisi lateral dekubitus, cairan bebas akan
mengikuti posisi gravitasi.
Torakosintesis
Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) sebagai sarana diagnostik maupun
terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan
pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior dengan jarum abbocath
nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500
cc pada setiap aspirasi
Biopsi Pleura
Dapat menunjukkan 50%-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor
pleura. Komplikasi biopsi adalah pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi
atau tumor pada dinding dada
12. Untuk diagnosis cairan pleura dilakukan pemeriksaan:
Warna cairan. Cairan pleura bewarna agak kekuning-kuningan (serous-santrokom).
Biokimia. Terbagi atas efusi pleura transudat dan eksudat.
Sitologi. Digunakan untuk diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel
patologis atau dominasi sel-sel tertentu.
Sel neutrofil: pada infeksi akut
Sel limfosit: pada infeksi kronik (pleuritis tuberkulosa atau limfoma maligna).
Sel mesotel: bila meningkat pada infark paru
Sel mesotel maligna: pada mesotelioma
Sel giant: pada arthritis rheumatoid
Sel maligna: pada paru/metastase.
Bakteriologi. Cairan pleura umumnya steril, bila cairan purulen dapat mengandung
mikroorganisme berupa kuman aerob atau anaerob. Paling sering pneumokokus,
E.coli, klebsiela, pseudomonas, enterobacter.
13. Tatalaksana
Tujuan penatalaksanaan efusi pleura terlebih dahulu meringankan gejala
simptomatik dengan cara mengeluarkan akumulasi cairan dari cavum pleura dan
menangani penyebab efusi pleura
Water Seal Drainage (tube thoracostomy)
Modalitas terapi yang bekerja dengan menghubungkan cavum pleura yang berisi
cairan abnormal dengan botol perangkat WSD yang nantinya akan menarik keluar
isi cairan abnormal yang ada di dalam cavum pleura dan mengembalikan cairan
pleura seperti semula serta mengurangi kompresi terhadap paru yang tertekan
hingga akhirnya paru akan mengembang kembali
14.
15. Pemasangan WSD dilakukan sebagai berikut:
Tempat untuk memasukkan selang toraks biasanya di sela iga 7, 8, 9 linea aksilaris media atau ruang sela
iga 2 atau 3 linea medioklavikuralis.
Setelah dibersihkan dan dianastesi, dilakukan sayatan transversal selebar kurang lebih 2 cm sampai
subkutis. Dibuat satu jahitan matras untuk mengikat selang.
Jaringan subkutis dibebaskan secara tumpul dengan klem sampai mendapatkan pleura parietalis.
Selang dan trokar dimasukkan ke dalam rongga pleura dan kemudian trokar ditarik. Pancaran cairan
diperlukan untuk memastikan posisi selang toraks.
Setelah posisi benar, selang dijepit dan luka kulit dijahit serta dibebat dengan kasa dan plester.
Selang dihubungkan dengan botol penampung cairan pleura. Ujung selang dihubungkan dengan botol
penampung cairan pleura. Ujung selang diletakkan dibawah permukaan air sedalam sekitar 2 cm, agar
udara dari luar tidak dapat masuk ke dalam rongga pleura.
WSD perlu diawasi tiap hari dan jika sudah tidak terlihat undulasi pada selang, kemungkinan cairan
sudah habis dan jaringan paru mengembang. Untuk memastikan dilakukan foto toraks.
Selang torak dapat dicabut jika produksi cairan/hari <100ml dan jaringan paru telah mengembang.
Selang dicabut pada saat ekspirasi maksimum
16. Thorakosintesis
Modalitas terapi yang bekerja dengan cara melakukan aspirasi menggunakan jarum yang
ditusukkan pada linea axillaris media spatium intercostalis VI. Aspirasi dilakukan dengan
menggunakan jarum dan spuit atau dapat juga menggunakan kateter dengan batas
maksimal 1000-1500 cc untuk menghindari komplikasi re-ekspansi edema pulmonum dan
pneumothoraks akibat terapi
17. Pleurodesis
Pleurodesis dilakukan dengan memakai bahan sklerosis yang dimasukkan ke dalam
rongga pleura.Bertujuan melekatkan pleura viseralis dengan pleura parietalis,
merupakan penanganan terpilih pada efusi pleura keganasan. Efektifitas dari bahan
ini tergantung pada kemampuan untuk menimbulkan fibrosis dan obliterasi kapiler
pleura
19. Identitas Pasien
Nama : Ny W
Usia : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Pidie
Tanggal Masuk : 26 / 11/ 2022
Tanggal Periksa : 26/ 11 / 2022
20. Keluhan Utama : Sesak napas
Keluhan Tambahan : -
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu. Sesak nafas timbul dengan
aktivitas ringan. Sesak tidak dipengaruhi cuaca dan debu. Sesak nafas tidak disertai suara mengi.
Batuk berdahak sejak 3 bulan yang lalu dan memberat sejak 1 bulan ini. Batuk berdahak berwarna
kuning dan sulit dikeluarkan. Nyeri dada tidak ada. Riwayat demam ada, demam hilang timbul,
penurunan nafsu makan disertai penurunan berat badan ada pada pasien, terdapat riwayat keringat
malam, mual dan muntah tidak ada, BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak memiliki riwayat TB paru, Asma, DM,
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien tidak ada mengeluhkan keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Pemakaian Obat :
Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan inhaler, OAT, HT dan DM
27. Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1
bulan yang lalu. Sesak nafas timbul dengan aktivitas
ringan. Sesak tidak dipengaruhi cuaca dan debu. Sesak
nafas tidak disertai suara mengi. Batuk berdahak sejak
3 bulan yang lalu dan memberat sejak 1 bulan ini.
Batuk berdahak berwarna kuning dan sulit dikeluarkan.
Nyeri dada tidak ada. Riwayat demam ada, demam
hilang timbul, penurunan nafsu makan disertai
penurunan berat badan ada pad pasien, terdapat
riwayat keringat malam, mual dan muntah tidak ada,
BAB dan BAK dalam batas normal.
Manifestasi klinis dari efusi pleura sangat bervariasi dan
seringkali berhubungan dengan proses penyakit yang
mendasarinya. Nyeri dada dikarenakan proses inflamasi
pleura (infeksi pleura, mesotelioma, infark pulmonal).
Sesak dapat timbul karena penimbunan cairan dalam
rongga pleura yang akan memberikan kompresi
patologis pada paru sehingga ekspansinya terganggu.
Batuk pada efusi pleura mungkin disebabkan oleh
rangsangan pada pleura oleh karena cairan pleura yang
berlebihan, proses inflamasi, ataupun massa pada paru-
paru
28. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tampak pergerakan
dinding dada simetris, juga
didapatkan fremitus taktil sulit
dinilai, perkusi terdengar redup
dan auskultasi terkesan vesikuler
melemah
Hal ini dapat disebabkan karena di antara dinding dada
dan parenkim paru dipisahkan oleh cairan, sehingga
transmisi suara perkusi maupun auskultasi terganggu.
Tingkat gangguan transmisi suara tergantung pada jumlah
cairan di dalam rongga pleura. Jika jumlah cairan pleura
kurang dari 300 mL, cairan ini belum menimbulkan gejala
pada pemeriksaan fisik. Jika jumlah cairan melebihi 300
mL, sehingga ditemukan gejala berupa gerak dada yang
melambat atau terbatas saat inspirasi pada sisi yang
mengandung akumulasi cairan yaitu sisi sebelah kiri.
Fremitus taktil juga berkurang pada paru yang
mengandung cairan. Suara perkusi menjadi redup dan
suara napas pada auskultasi terdengar melemah walaupun
sifatnya masih vesikuler
29. Penatalaksanaan dilakukan punksi
pleura dengan pemasangan WSD
Cairan dari efusi pleura dikeluarkan dengan
melakukan aspirasi menggunakan jarum yang
ditusukkan pada linea axillaris media spatium
intercostalis VI. Aspirasi dilakukan dengan
menggunakan jarum dan spuit atau dapat juga
menggunakan kateter dengan batas maksimal
1000-1500cc
31. Efusi pleura merupakan penumpukan cairan di dalam rongga pleura.
Dalam keadaan normal, rongga pleura diisi cairan yang berfungsi
mempermudah pergerakan paru di rongga dada selama bernapas. Jumlah
cairan melebihi volume normal dapat disebabkan oleh kecepatan
produksi cairan di lapisan pleura parietal yang melebihi kecepatan
penyerapan cairan oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah
mikropleura viseral.