SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Rangkuman
                Materi PPh Pasal 22




Nama Kelompok :

  1.   Dian Sekar Yuni Wulan Sari
  2.   Wininda Tri Widya
  3.   Uun Priyanti
  4.   Nana R. Aditya
  5.   Silva Sandriarini
  6.   Ghany Herda
PPh Pasal 15
Pengertian PPh Pasal 15 adalah :

Pajak Penghasilan yang dikenakan Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib
Pajak Tertentu, yaitu :

       Perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional
       Perusahaan pelayaran dalam negeri
       Perusahaan penerbangan dalam negeri
       Perusahaan asuransi luar negeri
       Perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi
       Perusahaan dagang asing
       Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah atau BOT
       (“build, operate, and transfer”).

Untuk menghindari kesukaran dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
golongan Wajib Pajak tertentu tersebut, berdasarkan pertimbangan praktis atau sesuai dengan
kelaziman pengenaan pajak dalam bidang-bidang usaha tersebut, Menteri Keuangan diberi
wewenang untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus guna menghitung besarnya
penghasilan neto dari Wajib Pajak tertentu tersebut.



No Penghasilan                                Tarif          DPP          Ketentuan Berlaku
Urut
                                           %
1    Imbalan yang diterima/diperoleh       1.2               Penghasilan NOMOR
     sehubungan dengan pengangkutan orang                    Bruto       416/KMK.04/1996
     dan/atau barang, termasuk penyewaan   Bersifat final
     kapal laut oleh perusahaan pelayaran
     dalam negeri ^
2    Imbalan Charter Kapal Laut dan/atau   2,64              Penghasilan NOMOR
     Pesawat Udara yang                                      Bruto       417/KMK.04/1996
     Dibayarkan/Terutang Kepada Perusahaan bersifat final
     Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar                                 jo NOMOR SE –
     Negeri *                                                            32/PJ.4/1996
3    Imbalan yang Diterima/Diperoleh       2,64              Penghasilan s.d.a.
     Sehubungan dengan Pengangkutan                          Bruto
     Orang dan/atau Barang Termasuk        bersifat final.
     Charter Kapal Laut dan/atau Pesawat
     Udara Oleh Perusahaan Pelayaran
      dan/atau Penerbangan Luar Negeri *
4    Imbalan Charter Pesawat Udara Yang    1.8               Penghasilan NOMOR
Dibayarkan/Terutang Kepada Perusahaan               Bruto
      Penerbangan Dalam Negeri                                        475/KMK.04/1996
5    WP LN yang mempunyai Kantor           0.44          Nilai Ekspor KEP-667/PJ./2001
     Perwakilan Dagang di Indonesia **                   Bruto
6    Pihak-pihak yang melakukan kerjasama 5              jumlah       248/KMK.04/1995
     dalam bentuk Perjanjian Bangunan Guna               bruto nilai
     Serah (Built Operate and Transfer)    Final bagi WP yang
                                           OP            tertinggi
                                                         antara nilai
                                                         pasar
                                                         dengan
                                                         Nilai Jual
                                                         Obyek
                                                         Pajak
                                                         (NJOP)
Keterangan

*            Jika perusahaan pelayaran/penerbangan luar negeri tidak memiliki BUT di
             indonesia maka tarif 20% atau sesuai dengan P3B bersifat final
             tidak termasuk penggantian atau imbalan yang diterima atau diperoleh
             perusahaan pelayaran atau penerbangan luar negeri tersebut dari
             pengangkutan orang dan/atau barang di luar negeri dan dari pelabuhan
             diluar negeri ke pelabuhan di Indonesia.

^     yang dimaksud dengan peredaran bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti
      berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak perusahaan
      pelayaran dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari
      satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia
      ke pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya.
      Perlu diperhatikan bahwa yang dimaksud dengan perjanjian charter kapal atau
      pesawat udara meliputi semua bentuk charter. Khusus mengenai sewa ruangan
      kapal atau pesawat udara baik untuk orang dan/atau barang (“space charter’),
      apabila sewa tersebut meliputi lebih dari 50% (lima puluh Persen) dari kapasitas
      angkut atau pesawat terbang yang disewa, maka sewa tersebut digolongkan sebagai
      charter.
**    nilai ekspor bruto adalah semua nilai pengganti atau imbalan yang diterima atau
      diperoleh Wajib Pajak luar negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di
      Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan yang berada
      atau bertempat kedudukan di Indonesia.

Pasal 15 UU PPh

Norma Penghitungan Khusus untuk menghitung penghasilan netto dari Wajib Pajak tertentu
yang tidak dapat dihitung berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) atau ayat (3) ditetapkan
Menteri Keuangan.
Penjelasan Pasal 15 UU PPh

Ketentuan ini mengatur tentang Norma Penghitungan Khusus untuk golongan Wajib Pajak
tertentu, antara lain perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional, perusahaan asuransi
luar negeri, perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi, perusahaan dagang asing,
perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah (“build, operate, and
transfer”).

Untuk menghitung kesukaran dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
golongan Wajib Pajak tertentu tersebut, berdasarkan pertimbangan praktis atau sesuai dengan
kelaziman pengenaan pajak dalam bidang-bidang usaha tersebut, Menteri Keuangan diberi
wewenang untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus guna menghitung besarnya
penghasilan netto dari Wajib Pajak tertentu tersebut.




Pengertian/Definisi Wajib Pajak Perusahaan
Pelayaran Dalam Negeri (PPh Pasal 15)
Pengertian/Definisi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri adalah :

Orang yang bertempat tinggal atau badan yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia yang
melakukan usaha pelayaran dengan kapal yang didaftarkan baik di Indonesia maupun di luar
negeri atau dengan kapal pihak lain.

Pengertian/Definisi Peredaran Bruto Dalam Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri adalah :

Semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang yang
dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia
ke pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya.
Objek Pajak PPh Pasal 15 Bagi Perusahaan
Pelayaran Dalam Negeri
Objek Pajak PPh Pasal 15 Bagi Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri adalah :

Seluruh penghasilan yang diterima atau diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia. Oleh karena itu penghasilan yang menjadi Objek pengenaan PPh meliputi penghasilan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk
penghasilan penyewaan kapal yang dilakukan dari :

       pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia;
       pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;
       pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan
       pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.
Besarnya Norma Penghitungan Khusus
Penghasilan neto Perusahaan Pelayaran
Dalam Negeri
Besarnya Norma Penghitungan khusus penghasilan neto Perusahaan Pelayaran Dalam
Negeri adalah :

4% (empat persen) dari peredaran bruto.

Contoh :

PT. Laut Kargo memperoleh pendapatan/penghasilan dari usaha pengangkutan barang antar
pulau di Indonesia pada bulan Maret 2012 sebesar 100.000.000.

Maka penghasilan neto bulan Maret 2012 sebesar :

4 % x 100.000.000 = 4.000.000
Tarif Pajak PPh Pasal 15 Atas Penghasilan
Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
Tarif Pajak PPh Pasal 15 Atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri adalah
sebesar :

1,2% (satu koma dua persen) dari peredaran bruto dan bersifat final.

Jadi Atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri dikenakan Pajak yang bersifat
final, yaitu hanya dikenakan sekali saja. Sehingga penyetoran PPh Pasal 15 hanya satu kali saja
dan dilaporkan di SPT Masa PPh Pasal 15, sedangkan pada SPT Tahunan hanya dilaporkan
sebagai penghasilan final jadi SPT Tahunan PPh Badan/SPT Tahunan PPh Orang Pribadi untuk
Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri adalah nihil.

Contoh :

PT. Angin Timur Kargo memperoleh pendapatan/penghasilan bruto dari usaha pengangkutan
orang antar pulau di Indonesia pada bulan Juni 2012 sebesar 400.000.000.

Maka PPh Pasal 15 atas penghasilan bulan Juni 2012 sebesar :

1,2 % x 400.000.000 = 4.800.000
Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh
Pasal 15 Atas Penghasilan Perusahaan
Pelayaran Dalam Negeri
Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 15 Atas Penghasilan Perusahaan
Pelayaran Dalam Negeri adalah sebagai berikut :

       Dalam hal penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian persewaan atau charter
       dengan pemotong pajak,

maka pihak yang membayar atau terutang hasil tersebut wajib :

          1. Memotong PPh Pasal 15 yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya
             imbalan atau nilai pengganti;
          2. Memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 15 atas Penghasilan Perusahaan
             Pelayaran Dalam Negeri (Final) kepada pihak yang menerima atau memperoleh
             penghasilan.
          3. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat-
             lambatnya 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya
             imbalan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) dengan kode jenis
             setoran pajak 411128-410.
          4. Melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan
             Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran
             atau terutangnya imbalan, dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 15,
             dilampiri dengan Lembar ke-3 SSP, Daftar dan Lembar ke-2 Bukti Pemotongan
             PPh atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri (Final).

       Dalam hal penghasilan diperoleh selain berdasarkan perjanjian persewaan atau
       charter dengan pemotong pajak,

maka Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri wajib :

          1. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat-
             lambatnya tanggal 15 bulan berikut setelah bulan diterima atau diperolehnya
             penghasilan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) Final;
          2. Melaporkan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak selambat-
             lambatnya tanggal 20 bulan berikut setelah bulan diterima atau diperolehnya
             penghasilan, dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 15, dilampiri dengan
             lembar ke-3 SSP Final dengan kode jenis setoran pajak 411128-410.

       Dalam hal Wajib Pajak membayar pajak di Luar negeri atas penghasilan yang
       diterima atau diperolehnya di luar negeri dari pengangkutan orang dan/atau
       barang termasuk penyewaan kapal (PPh Pasal 24), pajak yang dibayar di luar negeri
tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh yang terutang berdasarkan KMK No.
416/KMK.04/1996 Tanggal 14 Juni 1996, untuk masing-masing negara setinggi-
tingginya 1,2% (satu koma dua persen) dari penghasilan yang diterima atau diperolehnya
diluar negeri tersebut.
Dalam hal Wajib Pajak juga menerima atau memperoleh penghasilan lainnya
selain penghasilan dari pelayaran dalam negeri, maka atas penghasilan lainnya
dikenakan PPh berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku;
Oleh karena atas penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk
penghasilan penyewaan kapal telah dikenakan PPh yang bersifat final, maka :

   1. Dalam pembukuan Wajib Pajak, wajib dipisahkan penghasilan dan biaya yang
      berkenaan dengan pengangkutan orang dan/atau barang termasuk penghasilan
      penyewaan kapal Dari penghasilan dan biaya lainnya. Sesuai dengan ketentuan
      Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010, biaya yang berkenaan
      dengan pengangkutan orang dan/atau barang termasuk penghasilan penyewaan
      kapal tidak boleh dikurangkan dalam melakukan penghitungan penghasilan kena
      pajak karena dari penghasilan final;
   2. Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri yang menerima atau memperoleh
      penghasilan semata-mata dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk
      penghasilan penyewaan kapal tidak lagi diwajibkan menyetor PPh Pasal 25

More Related Content

What's hot

Ppt Pajak bumi dan bangunan
Ppt Pajak bumi dan bangunanPpt Pajak bumi dan bangunan
Ppt Pajak bumi dan bangunan
ranioktalia
 
Pengantar Perpajakan
Pengantar PerpajakanPengantar Perpajakan
Pengantar Perpajakan
eryeryey
 

What's hot (20)

Hukum pajak
Hukum pajakHukum pajak
Hukum pajak
 
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21PPh Pasal 21
PPh Pasal 21
 
Tax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPNTax Planning atas PPN
Tax Planning atas PPN
 
PPh 22, 23 dan 4 ayat (2)
PPh 22, 23 dan 4 ayat (2)PPh 22, 23 dan 4 ayat (2)
PPh 22, 23 dan 4 ayat (2)
 
Materi ppn
Materi ppnMateri ppn
Materi ppn
 
PPN Faktur Pajak
PPN   Faktur PajakPPN   Faktur Pajak
PPN Faktur Pajak
 
Ppn dan ppnbm
Ppn dan ppnbmPpn dan ppnbm
Ppn dan ppnbm
 
Ppt Pajak bumi dan bangunan
Ppt Pajak bumi dan bangunanPpt Pajak bumi dan bangunan
Ppt Pajak bumi dan bangunan
 
Pengantar Perpajakan
Pengantar PerpajakanPengantar Perpajakan
Pengantar Perpajakan
 
Pph pasal 22
Pph pasal 22Pph pasal 22
Pph pasal 22
 
Penjelasan PPh pasal 22
Penjelasan PPh pasal 22Penjelasan PPh pasal 22
Penjelasan PPh pasal 22
 
PPN Fasilitas
PPN   FasilitasPPN   Fasilitas
PPN Fasilitas
 
PPh 26
PPh 26PPh 26
PPh 26
 
PPh Pasal 22
PPh Pasal 22PPh Pasal 22
PPh Pasal 22
 
Pph 21
Pph 21Pph 21
Pph 21
 
pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26
 
PPN Saat & Tempat Terutang
PPN   Saat & Tempat TerutangPPN   Saat & Tempat Terutang
PPN Saat & Tempat Terutang
 
Obligasi konversi akuntansi bagian 2 b
Obligasi konversi akuntansi bagian 2 bObligasi konversi akuntansi bagian 2 b
Obligasi konversi akuntansi bagian 2 b
 
perpajakan internasional
 perpajakan internasional  perpajakan internasional
perpajakan internasional
 
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara PerpajakanKetentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
 

Similar to Pengertian p ph pasal 15

perpajakan_Bentuk_Usaha_Tetap.ppt
perpajakan_Bentuk_Usaha_Tetap.pptperpajakan_Bentuk_Usaha_Tetap.ppt
perpajakan_Bentuk_Usaha_Tetap.ppt
AdeliaFebrianti4
 
Saat dan tempat terutang pajak
Saat dan tempat terutang pajakSaat dan tempat terutang pajak
Saat dan tempat terutang pajak
rereee
 
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptxpph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
IputuEka
 
INISIASI ketentuan umum tata cara perpajakan (Pendaftaran NPWP, penghapusan ...
INISIASI ketentuan umum  tata cara perpajakan (Pendaftaran NPWP, penghapusan ...INISIASI ketentuan umum  tata cara perpajakan (Pendaftaran NPWP, penghapusan ...
INISIASI ketentuan umum tata cara perpajakan (Pendaftaran NPWP, penghapusan ...
YudhiAprianto3
 

Similar to Pengertian p ph pasal 15 (20)

perpajakan_Bentuk_Usaha_Tetap.ppt
perpajakan_Bentuk_Usaha_Tetap.pptperpajakan_Bentuk_Usaha_Tetap.ppt
perpajakan_Bentuk_Usaha_Tetap.ppt
 
Norma penghitungan khusus
Norma penghitungan khususNorma penghitungan khusus
Norma penghitungan khusus
 
PPh Pasal 26
PPh Pasal  26PPh Pasal  26
PPh Pasal 26
 
3.3. penghasilan final
3.3. penghasilan final3.3. penghasilan final
3.3. penghasilan final
 
1_Hukum Pajak Internasional.pptx
1_Hukum Pajak Internasional.pptx1_Hukum Pajak Internasional.pptx
1_Hukum Pajak Internasional.pptx
 
Makalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isiMakalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isi
 
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptxHukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
 
PPh final - Riki ardoni
PPh final  - Riki ardoniPPh final  - Riki ardoni
PPh final - Riki ardoni
 
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMIakutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
 
Saat dan tempat terutang pajak
Saat dan tempat terutang pajakSaat dan tempat terutang pajak
Saat dan tempat terutang pajak
 
makalah pajak (pph 24)
makalah pajak (pph 24)makalah pajak (pph 24)
makalah pajak (pph 24)
 
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptxpph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
 
PPN Fasilitas
PPN  FasilitasPPN  Fasilitas
PPN Fasilitas
 
Bab ix-expatriate-baru
Bab ix-expatriate-baruBab ix-expatriate-baru
Bab ix-expatriate-baru
 
INISIASI ketentuan umum tata cara perpajakan (Pendaftaran NPWP, penghapusan ...
INISIASI ketentuan umum  tata cara perpajakan (Pendaftaran NPWP, penghapusan ...INISIASI ketentuan umum  tata cara perpajakan (Pendaftaran NPWP, penghapusan ...
INISIASI ketentuan umum tata cara perpajakan (Pendaftaran NPWP, penghapusan ...
 
Akt_Pajak,MUHTAROMI,SURYANIH,STIAMI TANGERANG
Akt_Pajak,MUHTAROMI,SURYANIH,STIAMI TANGERANGAkt_Pajak,MUHTAROMI,SURYANIH,STIAMI TANGERANG
Akt_Pajak,MUHTAROMI,SURYANIH,STIAMI TANGERANG
 
Akutansi_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,STIAMI TANGERANG
Akutansi_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,STIAMI TANGERANGAkutansi_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,STIAMI TANGERANG
Akutansi_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,STIAMI TANGERANG
 
Akt_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,STIAMI TANGERANG
Akt_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,STIAMI TANGERANGAkt_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,STIAMI TANGERANG
Akt_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,STIAMI TANGERANG
 
Akt_Pajak,PPH Pasal 23 dan PPH Pasal 4 (2),Romi,Suryanih,Stiami
Akt_Pajak,PPH Pasal 23 dan PPH Pasal 4 (2),Romi,Suryanih,StiamiAkt_Pajak,PPH Pasal 23 dan PPH Pasal 4 (2),Romi,Suryanih,Stiami
Akt_Pajak,PPH Pasal 23 dan PPH Pasal 4 (2),Romi,Suryanih,Stiami
 
Pmk 85 bumn_pemungut_ppn
Pmk 85 bumn_pemungut_ppnPmk 85 bumn_pemungut_ppn
Pmk 85 bumn_pemungut_ppn
 

Pengertian p ph pasal 15

  • 1. Rangkuman Materi PPh Pasal 22 Nama Kelompok : 1. Dian Sekar Yuni Wulan Sari 2. Wininda Tri Widya 3. Uun Priyanti 4. Nana R. Aditya 5. Silva Sandriarini 6. Ghany Herda
  • 2. PPh Pasal 15 Pengertian PPh Pasal 15 adalah : Pajak Penghasilan yang dikenakan Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak Tertentu, yaitu : Perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional Perusahaan pelayaran dalam negeri Perusahaan penerbangan dalam negeri Perusahaan asuransi luar negeri Perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi Perusahaan dagang asing Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah atau BOT (“build, operate, and transfer”). Untuk menghindari kesukaran dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi golongan Wajib Pajak tertentu tersebut, berdasarkan pertimbangan praktis atau sesuai dengan kelaziman pengenaan pajak dalam bidang-bidang usaha tersebut, Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus guna menghitung besarnya penghasilan neto dari Wajib Pajak tertentu tersebut. No Penghasilan Tarif DPP Ketentuan Berlaku Urut % 1 Imbalan yang diterima/diperoleh 1.2 Penghasilan NOMOR sehubungan dengan pengangkutan orang Bruto 416/KMK.04/1996 dan/atau barang, termasuk penyewaan Bersifat final kapal laut oleh perusahaan pelayaran dalam negeri ^ 2 Imbalan Charter Kapal Laut dan/atau 2,64 Penghasilan NOMOR Pesawat Udara yang Bruto 417/KMK.04/1996 Dibayarkan/Terutang Kepada Perusahaan bersifat final Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar jo NOMOR SE – Negeri * 32/PJ.4/1996 3 Imbalan yang Diterima/Diperoleh 2,64 Penghasilan s.d.a. Sehubungan dengan Pengangkutan Bruto Orang dan/atau Barang Termasuk bersifat final. Charter Kapal Laut dan/atau Pesawat Udara Oleh Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri * 4 Imbalan Charter Pesawat Udara Yang 1.8 Penghasilan NOMOR
  • 3. Dibayarkan/Terutang Kepada Perusahaan Bruto Penerbangan Dalam Negeri 475/KMK.04/1996 5 WP LN yang mempunyai Kantor 0.44 Nilai Ekspor KEP-667/PJ./2001 Perwakilan Dagang di Indonesia ** Bruto 6 Pihak-pihak yang melakukan kerjasama 5 jumlah 248/KMK.04/1995 dalam bentuk Perjanjian Bangunan Guna bruto nilai Serah (Built Operate and Transfer) Final bagi WP yang OP tertinggi antara nilai pasar dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Keterangan * Jika perusahaan pelayaran/penerbangan luar negeri tidak memiliki BUT di indonesia maka tarif 20% atau sesuai dengan P3B bersifat final tidak termasuk penggantian atau imbalan yang diterima atau diperoleh perusahaan pelayaran atau penerbangan luar negeri tersebut dari pengangkutan orang dan/atau barang di luar negeri dan dari pelabuhan diluar negeri ke pelabuhan di Indonesia. ^ yang dimaksud dengan peredaran bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya. Perlu diperhatikan bahwa yang dimaksud dengan perjanjian charter kapal atau pesawat udara meliputi semua bentuk charter. Khusus mengenai sewa ruangan kapal atau pesawat udara baik untuk orang dan/atau barang (“space charter’), apabila sewa tersebut meliputi lebih dari 50% (lima puluh Persen) dari kapasitas angkut atau pesawat terbang yang disewa, maka sewa tersebut digolongkan sebagai charter. ** nilai ekspor bruto adalah semua nilai pengganti atau imbalan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan yang berada atau bertempat kedudukan di Indonesia. Pasal 15 UU PPh Norma Penghitungan Khusus untuk menghitung penghasilan netto dari Wajib Pajak tertentu yang tidak dapat dihitung berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) atau ayat (3) ditetapkan Menteri Keuangan.
  • 4. Penjelasan Pasal 15 UU PPh Ketentuan ini mengatur tentang Norma Penghitungan Khusus untuk golongan Wajib Pajak tertentu, antara lain perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional, perusahaan asuransi luar negeri, perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi, perusahaan dagang asing, perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah (“build, operate, and transfer”). Untuk menghitung kesukaran dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi golongan Wajib Pajak tertentu tersebut, berdasarkan pertimbangan praktis atau sesuai dengan kelaziman pengenaan pajak dalam bidang-bidang usaha tersebut, Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus guna menghitung besarnya penghasilan netto dari Wajib Pajak tertentu tersebut. Pengertian/Definisi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri (PPh Pasal 15) Pengertian/Definisi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri adalah : Orang yang bertempat tinggal atau badan yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia yang melakukan usaha pelayaran dengan kapal yang didaftarkan baik di Indonesia maupun di luar negeri atau dengan kapal pihak lain. Pengertian/Definisi Peredaran Bruto Dalam Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri adalah : Semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya.
  • 5. Objek Pajak PPh Pasal 15 Bagi Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri Objek Pajak PPh Pasal 15 Bagi Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri adalah : Seluruh penghasilan yang diterima atau diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Oleh karena itu penghasilan yang menjadi Objek pengenaan PPh meliputi penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan penyewaan kapal yang dilakukan dari : pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia; pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia; pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.
  • 6. Besarnya Norma Penghitungan Khusus Penghasilan neto Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri Besarnya Norma Penghitungan khusus penghasilan neto Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri adalah : 4% (empat persen) dari peredaran bruto. Contoh : PT. Laut Kargo memperoleh pendapatan/penghasilan dari usaha pengangkutan barang antar pulau di Indonesia pada bulan Maret 2012 sebesar 100.000.000. Maka penghasilan neto bulan Maret 2012 sebesar : 4 % x 100.000.000 = 4.000.000
  • 7. Tarif Pajak PPh Pasal 15 Atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri Tarif Pajak PPh Pasal 15 Atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri adalah sebesar : 1,2% (satu koma dua persen) dari peredaran bruto dan bersifat final. Jadi Atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri dikenakan Pajak yang bersifat final, yaitu hanya dikenakan sekali saja. Sehingga penyetoran PPh Pasal 15 hanya satu kali saja dan dilaporkan di SPT Masa PPh Pasal 15, sedangkan pada SPT Tahunan hanya dilaporkan sebagai penghasilan final jadi SPT Tahunan PPh Badan/SPT Tahunan PPh Orang Pribadi untuk Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri adalah nihil. Contoh : PT. Angin Timur Kargo memperoleh pendapatan/penghasilan bruto dari usaha pengangkutan orang antar pulau di Indonesia pada bulan Juni 2012 sebesar 400.000.000. Maka PPh Pasal 15 atas penghasilan bulan Juni 2012 sebesar : 1,2 % x 400.000.000 = 4.800.000
  • 8. Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 15 Atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 15 Atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri adalah sebagai berikut : Dalam hal penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian persewaan atau charter dengan pemotong pajak, maka pihak yang membayar atau terutang hasil tersebut wajib : 1. Memotong PPh Pasal 15 yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan atau nilai pengganti; 2. Memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 15 atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri (Final) kepada pihak yang menerima atau memperoleh penghasilan. 3. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat- lambatnya 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) dengan kode jenis setoran pajak 411128-410. 4. Melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan, dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 15, dilampiri dengan Lembar ke-3 SSP, Daftar dan Lembar ke-2 Bukti Pemotongan PPh atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri (Final). Dalam hal penghasilan diperoleh selain berdasarkan perjanjian persewaan atau charter dengan pemotong pajak, maka Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri wajib : 1. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat- lambatnya tanggal 15 bulan berikut setelah bulan diterima atau diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) Final; 2. Melaporkan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak selambat- lambatnya tanggal 20 bulan berikut setelah bulan diterima atau diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 15, dilampiri dengan lembar ke-3 SSP Final dengan kode jenis setoran pajak 411128-410. Dalam hal Wajib Pajak membayar pajak di Luar negeri atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya di luar negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang termasuk penyewaan kapal (PPh Pasal 24), pajak yang dibayar di luar negeri
  • 9. tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh yang terutang berdasarkan KMK No. 416/KMK.04/1996 Tanggal 14 Juni 1996, untuk masing-masing negara setinggi- tingginya 1,2% (satu koma dua persen) dari penghasilan yang diterima atau diperolehnya diluar negeri tersebut. Dalam hal Wajib Pajak juga menerima atau memperoleh penghasilan lainnya selain penghasilan dari pelayaran dalam negeri, maka atas penghasilan lainnya dikenakan PPh berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku; Oleh karena atas penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan penyewaan kapal telah dikenakan PPh yang bersifat final, maka : 1. Dalam pembukuan Wajib Pajak, wajib dipisahkan penghasilan dan biaya yang berkenaan dengan pengangkutan orang dan/atau barang termasuk penghasilan penyewaan kapal Dari penghasilan dan biaya lainnya. Sesuai dengan ketentuan Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010, biaya yang berkenaan dengan pengangkutan orang dan/atau barang termasuk penghasilan penyewaan kapal tidak boleh dikurangkan dalam melakukan penghitungan penghasilan kena pajak karena dari penghasilan final; 2. Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan semata-mata dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan penyewaan kapal tidak lagi diwajibkan menyetor PPh Pasal 25