Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang prosedur resusitasi neonatus yang meliputi penilaian awal bayi baru lahir, tindakan jika bayi tidak menangis, gangguan nafas pada neonatus beserta penatalaksanaannya, serta beberapa masalah yang sering dihadapi bayi baru lahir seperti hipotermi, kesulitan bernafas, dan masalah gastrointestinal.
2. RESUSITASI NEONATUS
Bayi lahir >> cukup bulan?
Menangis/bernafas? Tonus otot baik?
Cairan ketuban jernih?
Bayi kurang bulan >> kurang
surfaktan >> inj. Dexamethason.
Cairan ketuban bercampur mekonium
kental >> bayi bugar?? Ada usaha
nafas, HR > 100x/m, tonus otot baik.
3. Jika jawaban ya untuk keempat
kriteria penilaian awal, maka lakukan
perawatan rutin.
Jika salah satu jawaban tidak, maka
lakukan tindakan sesuai temuan.
Jika bayi tidak menangis, maka
lakukan JAIKAN.
Jika cairan ketuban bercampur
mekonium kental, BUKAN bayi
bugar, maka lakukan ETT pada
JAIKAN.
4. JAIKAN
Nilai pernafasan, tonus otot, dan
warna kulit.
Jika bernafas, warna kulit
KEMERAHAN, dan HR > 100x/m
>>perawatan rutin.
Jika SIANOSIS sentral di sekitar
bibir, beri tambahan O2.
Jika memerah >> observasi, jika
menetap >> VTP.
Jika apnu atau HR < 100x/m >> VTP.
5. VTP
Jika HR > 100x/m, bernafas, dan
warna kulit kemerahan >> observasi.
Jika HR > 100x/m, megap-megap >>
VENTILASI.
Jika HR < 100x/m, belum bernafas>>
VENTILASI.
Jika HR < 60x/m, belum bernafas >>
VENTILASI & Kompresi Dada.
6. VENTILASI
Jika HR > 100x/m, bernafas, dan
warna kulit kemerahan >> observasi.
Jika HR > 100x/m, megap-megap >>
VENTILASI lagi.
Jika HR < 100x/m, belum bernafas>>
VENTILASI lagi.
Jika HR > 60x/m, belum bernafas >>
VENTILASI lagi.
Jika HR < 60x/m, belum bernafas >>
VENTILASI & Kompresi Dada.
7. VENTILASI & KOMPRESI DADA
Jika HR > 60 x/m, belum bernafas >>
lakukan VENTILASI lagi.
Jika HR < 60 x/m, belum bernafas >>
berikan efinefrin.
VENTILASI dilakukan sampai bayi
bernafas.
KOMPRESI DADA dilakukan sampai
HR > 60 x/m.
8. Kebutuhan Asuhan BBL secara
ascenden.
Nilai risiko untuk kebutuhan resusitasi,
thermoregulasi, membersihkan jalan
nafas, mengeringkan dan menstimulasi
untuk bernafas.
Beri tambahan O2 bila
perlu, memberikan VTP,
intubasi endotrakeal.
Kompresi dada,
pemberian obat
Semakindiperlukan
9. GANGGUAN NAFAS
PADA NEONATUS
Dispneu/gangguan nafas : kesulitan
bernafas.
Tacipnu : nafas cepat.
Batasannya : kesulitan bernafas
kriterianya >> frekuensi nafas >60 x/m
dengan 1 atau lebih tanda kesulitan
bernafas, frekuensi nafas < 30
x/m, sianosis sentral, dan apnu > 20
detik.
11. Diagnosis
Frekuen
si Nafas
Gejala Tambahan Gangguan
Nafas
Klasifikasi
> 60 x/’ dengan Sianosis sentral DAN retraksi
dada atau merintih saat
ekspirasi
Gangguan
Nafas Berat
> 90 x/’ dengan Sianosis sentral atau retraksi
dada atau merintih saat
ekspirasi
< 30 x/’ dengan
atau
tanpa
Gejala lain dari gangguan nafas
60 – 90
x/’
dengan
tetapi
tanpa
Retraksi dada atau merintih saat
ekspirasi
Sianosis sentral Gangguan
Nafas Sedang> 90 x/’ tanpa Sianosis sentral atau retraksi
dada atau merintih saat
12. Diagnosis
Frekuensi
Nafas
Gejala Tambahan
Gangguan Nafas
Klasifikasi
60 – 90 x/’ tanpa Sianosis sentral atau retraksi
dada atau merintih saat
ekspirasi
Gangguan
Nafas Ringan
60 – 90 x/’ dengan
tetapi
tanpa
Sianosis sentral
Retraksi dada atau merintih
saat ekspirasi
Kelainan
Jantung
Kongenital
13. Macam-macam Gangguan Nafas
Klasifikasi
Gangguan Nafas
Tanda & Gejala
Kondisi Khas
R T A C M S
MAS x x x BCB, warna kehijauan pada tali
pusat/kulit bayi, Takipnu khas >
120 x/’, mekonium dalam saluran
nafas, ronkhi +
Pneumonia x x x Dispneu, terdapat GBS
HMD/RDS type 1 x x x x x BKB, hipotensi, hipotoni, pola RD
pada hasil rontgen, terdapat
atelektasis difus pada air
bronchogram.
TTN/RDS type 2 x BCB, Barrel chest, terdapat garis
hilar pada hasil foto thorax.
Pneumotoraks x x x Tension pneumotoraks,
pergeseran mediastinum.
BPD x Wheezing, sekret endotrakeal
kental, retensi CO2
14. Down Score
Pembeda 0 1 2 Keterangan
Frekuensi
nafas
< 60 x/’ 60 – 80 x/’ > 80 x/’
Skor < 4 =
tidak gawat
nafasRetraksi
dada
Tidak ada Ringan Berat
Sianosis Tidak
sianosis
Hilang
dengan O2
Menetap
walaupun
diberi O2
Skor 4 – 7 =
gawat nafasAir entry Udara
masuk
bilateral baik
Penurunan
ringan udara
masuk
Tidak ada
udara masuk
Merintih Tidak
merintih
Terdengar
dengan
stetoskop
Terdengar
tanpa alat
bantu
Skor > 7 =
ancaman
gagal nafas
32. Maturity Rating
Usia kehamilan =
score physical +
score
neuromuscular.
ATAU
Jika hanya
dilakukan
pemeriksaan fisik
saja, maka usia
kehamilan = score
physical X 2.
35. HDN / PDVK
Definisi : penyakit
perdarahan pada BBL
akibat kekurangan
faktor pembekuan (Vit.
K dependent factors
>> F. II, VII, IX, X).
Klasifikasi :
◦ Early onset
◦ Classic disease
◦ Late onset
Penyebab :
◦ Cadangan Vit. K di
hati rendah.
◦ Transfer Vit. K dari
placenta rendah.
◦ Kadar Vit. K ASI
rendah.
◦ Sterilitas saluran
pencernaan bayi.
Pencegahan :
pemberian Vit. K1 0,5
- 1 mg IM pada BBL.
36.
37. Faktor
Peranan dalam Pembekuan
Darah
Tes
I Fibrinogen Prekursor fibrin PT
II Protrombin
Proenzim, diaktifkan oleh
tromboplastin PT
III Tromboplastin
Diperlukan untuk mengubah
protrombin menjadi trombin PT
IV Ion Calsium Diperlukan pada semua tahap PT
V Proaccelerine
Diperlukan untuk pembentukan
tromboplastin PT
VII Proconvertine
Diperlukan untuk mengubah
protrombin menjadi trombin
VIII AHF
Diperlukan untuk pembentukan
tromboplastin PTT
38. Faktor
Peranan dalam Pembekuan
Darah
Tes
IX
Komponen
tromboplastin
plasma
Diperlukan untuk pembentukan
tromboplastin PTT
X Trombokinase
Diperlukan untuk pembentukan
tromboplastin dan perubahan
protrombin menjadi trombin
PT
XI PTA
Diperlukan untuk pembentukan
tromboplastin PTT
XII Faktor Hageman
Mengawali proses pembekuan
darah in vitro PTT
XIII
Faktor stabilisasi
fibrin
Mengubah fibrin menjadi polimer
fibrin PTT
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46. Klasifikasi HDN
Early Onset
Classic
Disease
Late Onset
Age 0 – 24 hours 2 – 7 days 1 – 6 months
Site of
hemorrhage
Cephal
hematom,
subgaleal,
intrakranial, GIT,
umbilikus,
intraabdominal
GIT, ear, nose,
throat, mucosal,
intrakranial,
circumcision,
cutaneous,
injection sites
Intracranial, GIT,
cutaneous, ear,
nose, throat,
mucosal,
injection sites,
thoracic
Etiology/risk Maternal drugs,
inherited
coagulopathy
Vit. K deficiency,
breast feeding
Cholestatis,
malabsorption
Vit. K,
Abetalipoprotein
deficiency,
idiopathic,
warfarin
ingestion
47. Klasifikasi HDN
Early Onset
Classic
Disease
Late Onset
Prevention Vit. K IM at birth
or to mother
avoid high risk
medication
Vit. K IM at birht Vit. K IM and
high dose oral
Vit. K during
periods of
cholestatis and
malabsorption
Incidence Very rare 2% if not given
Vit. K
Dependent on
primary disease
48. Diagnosis Banding
Komponen HDN Penyakit Hati DIC
Morfologi eritrosit Normal Sel target Sel target, sel
burr,
fragmentosit,
sferosit
PTT Memanjang Memanjang Memanjang
PT Memanjang Memanjang Memanjang
Fibrin split product Normal Normal/naik
sedikit
Naik
Trombosit Normal Normal Menurun
Faktor yang
menurun
II, VII, IX, X I, II, V, VII, IX, X I, II, V, VIII, XIII
49. IKTERUS
Ikterus/Jaundice :
Warna kuning pada kulit
dan mukosa akibat
peningkatan kadar
bilirubin dalam darah
(>2 mg/dL).
Hiperbilirubin (>13
mg/dL): Komplikasi dari
ikterus yang
menyebabkan infeksi
pada otak.
Terlihat ikterus jika
kadar bilirubin darah 5 -
7 mg/dL.
53. Berbagai Masalah pada
BBLR
Hipotermi & Termolabil
Kesulitan bernafas
Masalah gastrointestinal dan nutrisi
Imaturitas fungsi hati
Imaturitas susunan saraf pusat
Imaturitas fungsi ginjal
Imaturitas imunologis
Masalah kardiovaskuler
Masalah hematologi
Masalah metabolisme