2. A. WHY:
Mengapa harus ada pendidikan karakter
B. WHAT:
Apa karakter
Apa pendidikan karakter
C. WHEN:
Kapan pendidikan karakter tepat diberikan
D. WHO:
Siapa yang harus diberi pendidikan karakter
Siapa yang harus bertanggung jawab melakukan
pendidikan karakter
E. HOW:
Bagaimana melakukan pendidikan karakter
Qomari Anwar: qomari9@yahoo.com
3. “Allah membuat perumpamaan sebuah negeri yang
dahulunya aman dan tenteram, rezeki datang kepadanya
melimpah ruah di semua penjuru, lalu penduduknya
mengingkari nikmat Allah, karena itu lalu Allah
membiarkan mereka merasakan pakaian kelaparan dan
ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat” (Q.S. An-
Nahl:112).
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan kalimat yang baik bagaikan pohon
yang baik, akarnya kuat menghunjam ke bumi, (ranting)
dan dahannya menjulang ke angkasa; pohon itu terus
berbuah setiap saat (tiada henti) atas izin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan seperti itu agar manusia
memperoleh peringatan” (QS Ibrahim 24-26)
4. Nabi Muhammad saw diperintahkan oleh Tuhan untuk
mengisahkan cerita dalam al-Qur’an tentang para rasul,
seperti nabi Musa, Harun, Ismail, Nuh bahwa mereka
menyungkur bersujud dan menangis bila ditunjukkan ayat-
ayat Allah. Selanjutnya Allah memperingatkan:
“Maka datanglah sesudah mereka, generasi yang jelek, menyia-
nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, mereka
itulah yang jelas akan sesat. Kecuali orang yang bertaubat,
beriman, dan beramal salih. Maka mereka itu akan masuk surge
dan tidak mungkin dianiaya (dirugikan) sedikitpun”. (Q.S.
Maryam 59-60)
Nabi bersabda: Ketahuilah bahwa dalam diri setiap kalian ada
”mudghoh” (segumpal daging), jika mudghoh itu bersih maka
semua yang ditampilkan oleh orang tersebut juga bersih (baik),
dan jika mudghoh itu rusak maka yang ditampilkan oleh orang
tersebut juga rusak (tidak baik). Ketahuilah bahwa yang disebut
mudghoh itu adalah al-qolb (hati). (Al-Hadist)
7. Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena turut
menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu
dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa emas
namun kritis bagi pembentukan karakter seseorang.
Thomas Lickona (seorang profesor pendidikan dari Cortland University)
mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda jaman yang kini terjadi, tetapi
harus diwaspadai karena dapat membawa bangsa menuju jurang
kehancuran. 10 tanda jaman itu adalah:
(1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja/masyarakat;
(2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk/tidak baku;
(3) pengaruh peer-group (geng) dalam tindak kekerasan, menguat;
(4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba;
alkohol dan seks bebas;
(5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk;
(6) menurunnya etos kerja;
(7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru;
(8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok;
(9) membudayanya kebohongan/ketidakjujuran, dan
(10) adanya rasa saling curiga dan kebencian antar sesama.
8. .
NO ASPEK YANG DIBANDINGKAN PERINGKAT
1 Buta huruf usia > 15 tahun 44 dari 49
2 Literasi Membaca 39 dari 41
3 Kemampuan berkomunikasi 49 dari 49
4 KKN dan Praktik Tak Etis 49 dari 49
5 Pengangguran generasi muda 48 dari 49
6 Daya tarik terhadap Iptek 34 dari 49
7 Pengembangan teknologi dan aplikasi 46 dari 49
8 Kemampuan alih teknologi 49 dari 49
9 Implementasi Tekno-informasi 47 dari 49
10 Literasi IPA 38 dari 42
11 Riset Dasar 45 dari 49
12 Indeks berkompetisi 59 dari 60
9. PENGEMBANGAN: USIA REMAJAPENGEMBANGAN: USIA REMAJA
(Lingkungan masyarakat tidak kondusif)(Lingkungan masyarakat tidak kondusif)
PENGEMBANGAN: USIA REMAJAPENGEMBANGAN: USIA REMAJA
(Lingkungan masyarakat tidak kondusif)(Lingkungan masyarakat tidak kondusif)
PEMBENTUKAN: USIA DINIPEMBENTUKAN: USIA DINI
(Banyak diserahkan pada pembantu)(Banyak diserahkan pada pembantu)
PEMBENTUKAN: USIA DINIPEMBENTUKAN: USIA DINI
(Banyak diserahkan pada pembantu)(Banyak diserahkan pada pembantu)
PEMANTAPAN: USIA DEWASAPEMANTAPAN: USIA DEWASA
(Terbentuknya low trust society)(Terbentuknya low trust society)
PEMANTAPAN: USIA DEWASAPEMANTAPAN: USIA DEWASA
(Terbentuknya low trust society)(Terbentuknya low trust society)
Pengembangan KARAKTER di INDONESIAPengembangan KARAKTER di INDONESIA
10. TIDAK SINCERE
(Tidak Tulus Ikhlas –
Tidak Sungguh-sungguh)
SEMU
(Senang Basa Basi &
Budaya Abs)
Akibat dari the existing situationAkibat dari the existing situation
AKIBATNYA:
DATA TIDAK AKURAT, KEBIJAKAN TIDAK TEPAT,
TIDAK RELEVAN, DLL
11. Dan perumpamaan kalimat
(kebijakan) yang buruk
bagaikan pohon yang buruk,
yang telah dicabut akar-
akarnya dari permukaan
bumi; tidak dapat tegak
sedikitpun. (Ibrahim:26)
BANGSA INDONESIA
MENGALAMI KRISIS
KEPRIBADIAN ?
Timbulkan Akibat Buruk:Timbulkan Akibat Buruk:
- Karakter Bangsa LunturKarakter Bangsa Luntur
- Bencana Meluas Di Bidang:Bencana Meluas Di Bidang:
- Krisis Politik - Ekonomi - Moneter -
Kepercayaan – Hukum - Dll
Timbulkan Akibat Buruk:Timbulkan Akibat Buruk:
- Karakter Bangsa LunturKarakter Bangsa Luntur
- Bencana Meluas Di Bidang:Bencana Meluas Di Bidang:
- Krisis Politik - Ekonomi - Moneter -
Kepercayaan – Hukum - Dll
12. Menurut Simon Philips (2008), karakter adalah kumpulan tata nilai yang
menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku
yang ditampilkan. Sedangkan Doni Koesoema A (2007) memahami bahwa
karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ”ciri, atau
karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber
dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,
Sementara Winnie memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian
tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah
laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah
orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila
seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut
memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya
dengan ‘personality’. Seseorang baru bisa disebut ‘orang yang berkarakter’ (a
person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.
Sedangkan Imam Ghozali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan
akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan
yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu
dipikirkan lagi.
13. Dari pendapat di atas difahami bahwa karakter itu berkaitan
dengan kekuatan moral, berkonotasi ‘positif’, bukan netral. Jadi,
‘orang berkarakter’ adalah orang yang mempunyai kualitas moral
(tertentu) positif. Dengan demikian, pendidikan membangun
karakter, secara implisit mengandung arti membangun sifat atau
pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral
yang positif atau baik, bukan yang negatif atau buruk. Hal ini
didukung oleh Peterson dan Seligman (Gedhe Raka, 2007:5) yang
mengaitkan secara langsung ’character strength’ dengan
kebajikan. Character strength dipandang sebagai unsur-unsur
psikologis yang membangun kebajikan (virtues). Salah satu
kriteria utama dari ‘character strength’ adalah bahwa karakter
tersebut berkontribusi besar dalam mewujudkan sepenuhnya
potensi dan cita-cita seseorang dalam membangun kehidupan
yang baik, yang bermanfaat bagi dirinya, orang lain, dan
bangsanya
14. Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri
seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan
masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana
transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni
sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi
dan sosialisasi). Anak harus mendapatkan pendidikan yang
menyentuh dimensi dasar kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan
itu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal paling mendasar,
yaitu: (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan,
ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta
kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif yang
tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk
menggali dan mengembang-kan serta menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin
pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis,
kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.
15. Ki Hadjar Dewantara dari Taman Siswa di Yogyakarta
bulan Oktober 1949 pernah berkata bahwa "Hidup
haruslah diarahkan pada kemajuan, keberadaban,
budaya, dan persatuan”. Sedangkan menurut Prof.
Wuryadi, manusia pada dasarnya baik secara individu
dan kelompok, memiliki apa yang jadi penentu watak
dan karakternya yaitu dasar dan ajar. Dasar dapat
dilihat sebagai apa yang disebut modal biologis
(genetik) atau hasil pengalaman yang sudah dimiliki
(teori konstruktivisme), sedangkan ajar adalah kondisi
yang sifatnya diperoleh dari rangkaian pendidikan
atau perubahan yang direncanakan atau diprogram.
16. Selain memperkecil resiko kehancuran, karakter juga menjadi
modal yang sangat penting untuk bersaing dan bekerja sama
secara tangguh dan terhormat di tengah-tengah bangsa lain.
Karakterlah yang membuat bangsa Jepang cepat bangkit
sesudah kekalahannya dalam Perang Dunia II dan meraih
kembali martabatnya di dunia internasional.
Karakterlah yang membuat bangsa Vietnam tidak bisa
ditaklukkan, bahkan mengalahkan dua bangsa yang secara
teknologi dan ekonomi jauh lebih maju, yaitu Perancis dan
Amerika.
Pembangunan karakterlah yang membuat Korea Selatan
sekarang jauh lebih maju dari Indonesia, walaupun pada
tahun 1962 keadaan kedua negara secara ekonomi dan
teknologi hampir sama.
Pembangunan karakterlah yang membuat para pejuang
kemerdekaan berhasil menghantar bangsa Indonesia ke
gerbang kemerdekaannya (Gedhe Raka, 1997 ).
17. “Selama dimensi karakter tidak menjadi bagian dari kriteria
keberhasilan dalam pendidikan, selama itu pula pendidikan tidak
akan berkontribusi banyak dalam pembangunan karakter” (I
Gedhe Raka)
”Dalam kenyataanya, pendidik berkarakterlah yang
menghasilkan SDM handal dan memiliki jati diri. Oleh karena itu,
jadilah manusia yang memiliki jati diri, berkarakter kuat dan
cerdas.”
”Pilar akhlak (moral) yang dimiliki (mengejewantah) dalam diri
seseorang, sehingga ia menjadi orang yang berkarakter baik
(good character), memiliki sikap jujur, sabar, rendah hati,
tanggung jawab dan rasa hormat, yang tercermin dalam
kesatuan organisasi pribadi yang harmonis dan dinamis. Tanpa
nilai-nilai moral dasar (basic moral values) yang senantiasa
mengejewantah dalam diri pribadi kapan dan dimana saja, orang
dapat dipertanyakan kadar keimanan dan ketaqwaan
18. Nilai-nilai itu meliputi : (1). Ketuhanan yang maha Esa, (2) Kemanusiaan yang
adil dan beradap, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan (5) Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Nilai-nilai ini selaras dengan nilai-nilai 5 pilars characteristics :
1. Transendensi: Menyadari bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan yang maha Esa.
Darinya akan memunculkan penghambaan semata-mata pada Tuhannya yang Esa.
Kesadaran ini juga berarti memahami keberadaan diri dan alam sekitar sehingga mampu
memakmurkannya.
2. Humanisasi: Setiap manusia pada hakekatnya setara di mata Tuhan kecuali ilmu dan
ketakwaan yang membedakannya. Manusia diciptakan sebagai subjek yang memiliki
potensi.
3. Kebinekaan: Kesadaran akan ada sekian banyak perbedaan di dunia. Akan tetapi, mampu
mengambil kesamaan untuk menumbuhkan kekuatan
4. Liberasi: Pembebasan atas penindasan sesama manusia. Olehnya, tidak dibenarkan
adanya penjajahan manusia oleh manusia.
5. Keadilan: Keadilan merupakan kunci kesejahteraan. Adil tidak berarti sama, tetapi
proporsional.
19. 1.Kejujuran
2.Loyalitas dan dapat diandalkan
3.Hormat
4.Cinta
5.Ketidak egoisan dan sensitifitas
6.Baik hati dan pertemanan
7.Keberanian
8.Kedamaian
9.Mandiri dan Potensial
10.Disiplin diri dan Moderasi
11.Kesetiaan dan kemurnian
12.Keadilan dan kasih sayang
20. Seorang intelektual profetik tidak memikirkan dirinya sendiri, tetapi berpikir bagaimana dapat memberikan
sebanyak-banyaknya bagi lingkungan.
1.Sadar sebagai makhluq ciptaan Tuhan. Sadar sebagai makhluq muncul ketika ia mampu memahami
keberadaan dirinya, alam sekitar, dan Tuhan YME. Konsepsi ini dibangun dari nilai-nilai transendensi.
2.Cinta Tuhan. Orang yang sadar akan keberadaan Tuhan meyakini bahwa ia tidak dapat melakukan apapun
tanpa kehendak Tuhan. Oleh karenanya memunculkan rasa cinta kepada Tuhan. Orang yang cinta Tuhan
akan menjalankan apapun perintah dan menjauhi larangan-Nya.
3.Bermoral. Jujur, saling menghormati, tidak sombong, suka membantu, dll merupakan turunan dari manusia
yang bermoral.
4.Bijaksana. Karakter ini muncul karena keluasan wawasan seseorang. Dengan keluasan wawasan, ia akan
melihat banyaknya perbedaan yang mampu diambil sebagai kekuatan. Karakter bijaksana ini dapat
terbentuk dari adanya penanaman nilai-nilai kebinekaan.
5.Pembelajar sejati. Untuk dapat memiliki wawasan yang luas, seseorang harus senantiasa belajar. Seorang
pembelajar sejati pada dasarnya dimotivasi oleh adanya pemahaman akan luasnya ilmu Tuhan (nilai
transendensi). Selain itu, dengan penanaman nilai-nilai kebinekaan ia akan semakin bersemangat untuk
mengambil kekuatan dari sekian banyak perbedaan.
6.Mandiri. Karakter ini muncul dari penanaman nilai-nilai humanisasi dan liberasi. Dengan pemahaman bahwa
tiap manusia dan bangsa memiliki potensi dan sama-sama subjek kehidupan maka ia tidak akan
membenarkan adanya penindasan sesama manusia. Darinya, memunculkan sikap mandiri sebagai bangsa.
7.Kontributif. Kontributif nerupakan cermin seorang pemimpin.
21. Pendidikan holistik membentuk manusia secara utuh (holistik) yang
berkarakter, yaitu mengembangkan aspek/potensi spiritual, potensi
emosional, potensi intelektual (intelegensi & kreativitas), potensi sosial,
dan potensi jasmani siswa secara optimal.
Membangun karakter itu harus dimulai sedini mungkin, atau bahkan sejak
dilahirkan, dan harus dilakukan secara terus menerus dan terfokus,
Pendidikan holistik juga untuk membentuk manusia pembelajar sepanjang
hayat yang sejati (lifelong learners).
Di samping itu, pendidikan karakter juga mengembangkan semua potensi
anak sehingga menjadi manusia seutuhnya. Dalam hal ini, perkembangan
anak harus seimbang, baik dari segi akademiknya maupun segi sosial dan
emosinya. Pendidikan selama ini hanya memberi penekanan pada aspek
akademik saja dan tidak mengembangkan aspek social, emosi, kreatifitas,
dan bahkan motorik. "Anak hanya dipersiapkan untuk dapat nilai bagus,
namun mereka tidak dilatih untuk bisa hidup.
22. CIRI KURIKULUM PENDIDIKAN HOLISTIKCIRI KURIKULUM PENDIDIKAN HOLISTIK
1. Spiritualitas adalah jantung dari setiap proses dan praktek pembelajaran.
2. Pembelajaran diarahkan agar siswa menyadari akan keunikan dirinya
dengan segala potensinya. Mereka harus diajak untuk berhubungan
dengan dirinya yang paling dalarn (inner self, sehingga memahami
eksistensi, otoritas, tapi sekaligus bergantung sepenuhnya kepada
pencipta Nya.
3. Pembelajaran tidak hanya mengembangkan cara berpikir analitis/linier
tapi juga intuitif.
4. Pembelajaran berkewajiban menumbuhkembangkan potensi kecerdasan
jamak (multiple intelligences).
5. Pembelajaran berkewajiban menyadarkan siswa tentang keterkaitannya
dengan komunitasnya, sehingga mereka tak boleh mengabaikan tradisi,
budaya, kerjasama, hubungan manusiawi, serta pemenuhan kebutuhan
yang tepat guna (jawa: nrimo ing pandum; anti konsumerisme).
23. 6. Pembelajaran berkewajiban mengajak siswa untuk menyadari
hubungannya dengan bumi dan "masyarakat" non manusia seperti hewan,
tumbuhan, dan benda benda tak bernyawa (air, udara, tanah) sehingga
mereka memiliki kesadaran ekologis.
7. Kurikulum berkewajiban memperhatikan hubungan antara berbagai pokok
bahasan dalam tingkatan transdisipliner8, sehingga hal itu akan lebih
memberi makna kepada siswa.
8. Pembelajaran berkewajiban menghantarkan siswa untuk menyeimbangkan
antara belajar individual dengan kelompok (kooperatif, kolaboratif, antara
isi dengan proses, antara pengetahuan dengan imajinasi, antara rasional
dengan intuisi, antara kuantitatif dengan kualitatif.
9. Pembelajaran adalah sesuatu yang tumbuh, menemukan, dan memperluas
cakrawala.
10. Pembelajaran adalah sebuah proses kreatif dan artistik.
24. Kunci sukses dalam menghadapi tantangan berat
dalam hidup itu terletak pada kualitas sumberdaya
manusia (SDM) Indonesia yang handal dan berbudaya.
Oleh karena itu perlu implementasi penyelenggaraan
pendidikan holistik secara baik.
beberapa hal yang mendapat penekanan lebih dalam
menerapkan model pendidikan karakter. Pertama,
"Knowing the good. Untuk membentuk karakter, anak
tidak hanya sekedar tahu mengenai hal-hal yang baik,
namun mereka harus dapat memahami kenapa perlu
melakukan hal tersebut. "Selama ini banyak orang
yang tahu bahwa ini baik dan itu buruk, namun mereka
tidak tahu apa alasannya melakukan hal yang baik dan
meninggalkan hal-hal yang tidak baik. Jadi masih ada
25. 1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya
(love Allah, trust, reverence, loyalty)
2. Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian
(responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness)
3. Kejujuran/Amanah dan Arif
(trustworthines, honesty, and tactful)
4. Hormat dan Santun
(respect, courtesy, obedience)
5. Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong/Kerjasama
(love, compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation)
6. Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras
(confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage,
determination, enthusiasm)
7. Kepemimpinan dan Keadilan
(justice, fairness, mercy, leadership)
8. Baik dan Rendah Hati
(kindness, friendliness, humility, modesty)
9. Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan
(tolerance, flexibility, peacefulness, unity)
26. Suasana belajar yang efektif, menyenangkan,
dan dapat mengembangkan seluruh aspek
dimensi manusia secara holistik harus menjadi
prioritas untuk diterapkan.
Caranya dapat menggunakan pendekatan
Student Active Learning,
Integrated Learning,
Developmentally Appropriate Practices,
Contextual Learning,
Collaborative Learning, dan
Multiple Intelligences
27. Pendidik (guru) profesional dengan tugas
utama:
- mendidik,
- mengajar,
- membimbing,
- mengarahkan,
- melatih,
- menilai, dan
- mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, dasar, dan pendidikan
menengah
28. .
Merubah sikap/
kepribadian menjadi
lebih baik & profesional,
sehingga dapat membe-
rikan manfaat besar
dalam mencerdaskan
bangsa
Merubah sikap/
kepribadian menjadi
lebih baik & profesional,
sehingga dapat membe-
rikan manfaat besar
dalam mencerdaskan
bangsa
29. 1.1. Memiliki pengetahuan keMemiliki pengetahuan keagamaaagamaan yang luasn yang luas
dan mengamalkannya dalam kehidupandan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari secara aktifsehari-hari secara aktif
2.2. Meningkatkan kualitas keilmuan secaraMeningkatkan kualitas keilmuan secara
berkelanjutanberkelanjutan
3.3. Zuhud dalam kehidupan, mengajar danZuhud dalam kehidupan, mengajar dan
mendidik untuk mencari ridhamendidik untuk mencari ridha TuhanTuhan
4.4. Bersih jasmani dan rohaniBersih jasmani dan rohani
5.5. Pemaaf, penyabar, dan jujurPemaaf, penyabar, dan jujur
6.6. Berlaku adil terhadap peserta didik dan semuaBerlaku adil terhadap peserta didik dan semua
stakeholders pendidikanstakeholders pendidikan
30. 7. Mempunyai watak dan sifat robbaniyah7. Mempunyai watak dan sifat robbaniyah
yang tercermin dalam pola pikir, ucapan,yang tercermin dalam pola pikir, ucapan,
dan tingkah lakudan tingkah laku
8.8. Tegas bertindak, profesional, danTegas bertindak, profesional, dan
proporsionalproporsional
9. Tanggap terhadap berbagai kondisi9. Tanggap terhadap berbagai kondisi yangyang
mungkinmungkin dapat mempengaruhidapat mempengaruhi jiwa,jiwa,
keyakinan, dan pola pikir peserta didikkeyakinan, dan pola pikir peserta didik
10. Menumbuhkan kesadaran diri sebagai da’i10. Menumbuhkan kesadaran diri sebagai da’i
31.
32. Ciri orang yang kuat imannya, antara lain:
(1) secara tulus dia patuh pada Tuhannya;
(2) dia tertib dan disiplin melaksanakan perintah dan
menjauhi larangan Tuhan, secara mahdhoh/ritual;
(3) memahami dan menghargai ajaran agama lain, sehingga
tercipta kehidupan yang toleran;
(4) memperbanyak kerjasama dalam bidang kehidupan
social.
(5) memiliki prilaku baik berdasarkan nilai agama yang
dianautnya
(6) menghindarkan diri dari prilaku yang tidak sejalan dengan
nilai agama yang dianutnya.
(7) dll.