Makalah Implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan modern
1. MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
IMPLEMENTASI IMAN DAN TAQWA DALAM KEHIDUPAN MODERN
Diajukan sebagai tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh :
Achmad Syarief 32052
Anggi Mita Wijaya 32033
Nofirta Ayu N. 31977
Alan Zakaria A. 32060
Pradina Chrismaorin 31998
Dian Rahmawati 31975
Hendra Agung P. 30599
STIE MALANGKUCECWARA
MALANG
2013
2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada baginda
Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu
agama Islam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Implementasi
Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern” ini dengan lancar.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan agama islam serta infomasi dari media massa yang
berhubungan dengan agama islam, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pengajar
matakuliah Pendidikan Agama Islam atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah
ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini.
Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi iman dan takwa dalam
kehidupan modern, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
MALANG, Mei 2013
Penulis
Kelompok 3
3. BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Iman adalah percaya dan meyakini bahwa Allah SWT adalah tuhan semesta alam.
Sedangkan taqwa adalah mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Masalah iman dan taqwa ini sangat menarik untuk dibicarakan, terutama dalam implementasi
di kehidupan modern seperti saat ini. Semakin berkembangnya dunia saat ini selain
berdampak positif, juga berdampak negatif. Dalam kehidupan modern ini, iman dan taqwa
sangat diperlukan untuk menguatkan landasan hidup bagi manusia. Misalnya, dalam hal
pendidikan, pekerjaan, keluarga, masyarakat, pergaulan, dan sebagainya. Tetapi
kenyataannya saat ini banyak orang yang mengaku beriman tetapi mereka jarang sekali
menerapkan iman dan ketaqwaan mereka dalam kehidupan. Sedangkan mereka sendiri
mengaku sebagai umat Islam yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah SWT.
Kehidupan modern telah membuat sebagian masyarakat lupa akan hakikat manusia sebagai
makhluk ciptaan Allah SWT yang wajib beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Mereka sibuk
mencari kepuasan dan kenikmatan duniawi. Mereka lebih mementingkan kebutuhan materi
dibandingkan dengan kebutuhan rohani. Semua rela mereka korbankan hanya untuk
memenuhi hawa nafsu mereka..
4. BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Iman
Menurut bahasa iman berarti membenarkan, sedangkan menurut syara’ berarti
membenarkan denagn hati, dalam arti menerima dan tunduk kepada hal-hal yang diketahui
berasal dari Nabi Muhamad. Dengan demikian Iman kepada Allah berati iman atau percaya
bahwa Allah satu-satunya dzat yang mencipta, memelihara, menguasai, dan mengatur alam
semesta. Iman kepada keesaan Allah juga berarti iman atau yakin bahwa hanya kepada Allah-
lah manusia harus bertuhan, beribadah memohon pertolongan, tunduk, patuh, dan
merendahkan diri. Selain itu iman kepada keesaan Allah juga berarti mempercayai bahwa
Allah-lah yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari sifat tercela atau dari
segala kekurangan.
Iman tidak cukup disimpan didalam hati. Iman harus dilahirkan dalam bentuk perbuatan yang
nyata dan dalam bentuk amal sholeh atau perilaku yang baik. Disamping itu, pengertian
tersebut juga membawa makna bahwa iman tidak sekedar beriman kepada apa yang
disebutkan di dalam “rukun iman” saja, yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat-
malaikat-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadha’ dan qadar, tetapi lebih dari
itu, cakupan iman meliputi pengimanan terhadap segala hal yang dibawa oleh Nabi
Muhammad selain rukun iman tersebut. Misalnya, iman terhadap kewajiban sholat, zakat,
puasa, haji, dan juga tentang halal haramnya sesuatu.
B. Taqwa
Menurut imam ghozali : Taqwa di dalam Al qur’an disebut dalam tiga
pengertian. Pertama : Takut dan malu, Kedua :Taat dan beribadah, Ketiga : Membersihkan
hati dari dosa, dan yang terakhir adalah taqwa yang sejati.
Demikianlah pengertian taqwa menurut imam ghozali. Secara umum, taqwa adalah perkataan
yang mengungkapakn penghindaran diri dari kemurkaan Allah SWT dan Siksa-Nya. Yakni
dengan melaksanakan apa yang diperintah-Nya dan menahan diri dari melakukan segala
larangan-Nya. Hakikat taqwa ialah Tuhan melihat kehadiranmu dimana Dia telah
melarangmu. Tuhan tidak kehilangan kamu dimana Dia telah memerintahkanmu.
5. C. Amalan Taqwa
Amalan taqwa bukan sebatas apa yang terkandung di dalam rukun islam, seperti
syahadat, sholat, zakat, dan haji saja. Bukan sebatas membaca Al qur’an atau berwirid dan
berzikir. Amalan taqwa juga tidak dimasjid saja. Amalan taqwa adalah apa saja amalan dan
perbuatan didalam kehidupan yang dilandaskan syariat, baik itu fardhu, wajib, sunah, mubah,
atau apa saja amalan dan perbuatan yang dijauhi dan ditinggalkan baik itu haram dan makruh.
Ini termasuklah segala perkara yang berlaku dalam kehidupan baik dalam kehidupan
keseharian, dalam bidang ekonomi, pembangunan, pendidikan, kenegaraan, kebudayaan,
manajemen, kesehatan dan sebagainya. Asalkan yang dilakukan atau ditinggalkan itu terkait
dan karena Allah, maka itu taqwa. Sedangkan amalan yang tidak terkait dan tidak dilakukan
karena Allah, itu adalah amalan yang tidak ada nyawa, jiwa, atau rohnya dan ia tidak ada
nilainya di sisi-Nya.
Begitu pentingnya ketaqwaan bagi seorang muslim, sehingga derajat seorang manusia
ditentukan oleh kadar ketaqwaannya kepada Allah. Mulia atau tidaknya seorang manusia
bukan ditentukan oleh banyaknya harta yang dimiliki atau jabatan yang di duduki. Tidak
mustahil jika ada seseorang, jabatannya tinggi, hartanya melimpah, dipuji oleh manusia,
tetapi karena tidak bertaqwa kepada Allah maka ia pun tidak memiliki derajat bahkan hina
dihadapan Allah SWT. sebaliknya, seorang pemulung yang dicaci dan hina dihadapan
manusia, jika bertaqwa maka ia memiliki derajat yang mulia dihadapan Allah SWT.
Derajatnya melebihi seorang pejabat yang dipuji ternyata korupsi. Berbicara juga dapat
menjadi taqwa kalau apa yang di bicarakan itu adalah ilmu, nasihat atau perkara-perkara yang
baik, dan manfaat, dan dilakukan karena Allah. Diam juga dapat menjadi taqwa kalau diam
itu untuk mengelakkan dari berkata-kata yang maksiat dan sia-sia atau supaya tidak
menyakiti hati orang dan dilakukan karena takut kepada Allah.
Di antara ciri-ciri orang yang bertaqwa kepada Allah itu adalah :
1. Gemar menginfaqkan harta bendanya dijalan Allah, baik dalam waktu sempit maupun
lapang
2. Mampu menahan diri dari sifat marah.
3. Selalu memaafkan orang lainyang telah membuat salah kepadanya ( tidak
pendendam).
4. Tatkala terjerumus pada perbuatan keji dan dosa atau mendzalimi diri sendiri, ia
segera ingat Allah, lalu bertaubat, memohon ampun kepada-Nya atas dosa yang telah
dilakukan.
5. Tidak meneruskan perbuatan keji itu lagi, dengan kesadaran dan sepengetahuan
dirinya.
6. Betapa pentingnya nilai taqwa. Hingga merupakan bekal yang terbaik dalam menjalani
kehidupan didunia dan betapa tinggi derajat taqwa, hingga manusia yang paling mulia di sisi
Allah adalah orang yang paling taqwa di antara mereka. Dan banyak sekali buah yang akan
dipetik, hasil yang akan diperoleh dan nikmat yang akan diraih oleh orang yang bertaqwa di
antaranya adalah :
1. Ia akan memperoleh Al-Furqon yaitu kemampuan untuk membedakan antara yang
haq dan yang batil, halal dan haram, antara yang sunnah dengan bid’ah. Serta
kesalahan-kesalahannya dihapus dan dosa-dosanya di ampuni.
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan
memberikan kepadamu Furqon dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu
dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-
Anfal: 29)
2. Ia akan memperoleh jalan keluar dari segala macam problema yang dihadapinya,
amalan-amalan baiknya diterima oleh Allah hingga menjadi berat timbangannya di
hari akhir kelak, mudah penghisabannya dan ia menerima kitab catatan amalnya
dengan tangan kanan.
3. Amalan-amalan baiknya diterima oleh Allah hingga menjadi berat timbangannya di
hari kiamat kelak, mudah penghisabannya dan ia menerima kitab catatan amalnya
dengan tangan kanan.
4. Serta Allah memasukkan ke dalam Surga, kekal di dalamnya serta hidup dalam
Keridhoan-Nya.
D. Ciri-ciri Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah komunitas orang yang hidup bersama dalam suatu tempat
dengan ikatan dan aturan-aturan tertentu yang bersifat modern serta penggunaan teknologi.
Ciri-ciri pokok masyarakat modern menurut Deliar Noor:
1. Bersifat rasional yakni lebih mengutamakan pendapat yang berdasarkan akal.
2. Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang
bersifat sesaat.
3. Menghargai waktu, yakni dengan memafaatkan waktu sebaik-baiknya dan seefektif
mungkin sehingga tidak ada waktu yang mubadzir tanpa makna.
4. Bersifat terbuka yakni mau menerima kritikan, saran, masukan untuk perbaikan yang
datang dari manapun.
7. 5. Berfikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya
bagi masyarakat.
6. Tantangan, Problema Dan Resiko Kehidupan Modern.
E. Problematika Tantangan dan Resiko dalam Kehidupan Modern
Di antara problematika dalam kehidupan modern adalah masalah sosial-budaya yang
sudah established , sehingga sulit sekali memperbaikinya.
Berbicara tentang masalah sosial budaya berarti berbicara tentang masalah alam
pikiran dan realitas hidup masyarakat. Alam pikiran bangsa Indonesia adalah majemuk
(pluralistik), sehingga pergaulan hidupnya selalu dipenuhi oleh konflik baik sesama orang
Islam maupun orang Islam dengan non-Islam.
Pada millenium ketiga, bangsa Indonesia dideskripsikan sebagai masyarakat yang satu
dengan lainnya saling bermusuhan. Hal itu digambarkan oleh Ali Imran: 103, sebagai
kehidupan yang terlibat dalam wujud saling bermusuhan ( idz kuntum a'daa'an ), yaitu suatu
wujud kehidupan yang berada pada ancaman kehancuran.
Adopsi modernisme ( werternisme ), kendatipun tidak secara total, yang dilakukan
bangsa Indonesia selama ini, telah menempatkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang semi
naturalis. Di sisi lain, diadopsinya idealisme juga telah membuat bangsa Indonesia menjadi
pemimpi. Adanya tarik menarik antara kekuatan idealisme dan naturalisme membuat bangsa
Indonesia bersikap tidak menentu. Oleh karena itu, kehidupannya selalu terombang-ambing
oleh isme-isme tersebut.
Secara ekonomi bangsa Indonesia semakin tambah terpuruk. Hal ini karena
diadopsinya sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran. Sedangkan di bidang
politik, selalu muncul konflik di antara partai dan semakin jauhnya anggota parlemen dengan
nilai-nilai qur'ani, karena pragmatis dan oportunis.
Di bidang sosial banyak muncul masalah. Berbagai tindakan kriminal sering terjadi
dan pelanggaran terhadap norma-norma bisa dilakukan oleh anggota masyarakat. Lebih
memprihatinkan lagi adalah tindakan penyalahgunaan NARKOBA oleh anak-anak sekolah,
mahasiswa, serta masyarakat. Selain itu masih ada bermacam-macam masalah yang dihadapi
bangsa Indonesia dalam kehidupan modern.
Persoalan itu muncul, karena wawasan ilmunya salah, sedang ilmu merupakan roh
yang menggerakkan dan mewarnai budaya. Hal itu menjadi tantangan yang sangat berat dan
dapat menimbulkan tekanan kejiwaan, karena kalau masuk dalam kehidupan seperti itu, maka
akan melahirkan risiko yang besar.
8. Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari berbagai persoalan di atas, perlu diadakan
revolusi pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat berperan menyelesaikan
problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.
F. Peran Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problem dan Tantangan Kehidupan
Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan
beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.
1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda.
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah
hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat
mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-
dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan
kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada
khurafat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah
surat al-Fatihah ayat 1-7.
2. Iman menanamkan semangat berani menghadap maut.
Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara
manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi
resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah.
Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah dalam
QS. an-Nisa/4:78.
3. Iman menanamkan sikap “self-help” dalam kehidupan.
Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, arena kepentingan penghidupannya.
Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan
dan bermuka dua, menjilat dan memperbudak diri untuk kepentingan materi.
Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah dalam QS. Hud/11:6.
4. Iman memberikan ketenteraman jiwa.
Acapkali manusia dilanda resah dan dukacita, serta digoncang oleh keraguan dan
kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tenteram
(mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan dalam firman Allah
surat ar-Ra’d/13:28.
5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah).
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu menekankan
9. kepada kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan Allah
dalam firman-Nya QS. an-Nahl/16:97.
6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa
pamrih, kecuali keridhaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan
apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia
senantiasa berpedoman pada firman Allah dalam QS. al-An’am/6:162.
7. Iman memberi keberuntungan
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing
dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang
beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam QS. al-Baqarah/2:5.
8. Iman mencegah penyakit
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh
manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua gerak dan perbuatan
manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan, minum,
berdiri, melihat, dan berpikir, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan, seperti
gerak jantung, proses pencernaan, dan pembuatan darah, tidak lebih dari serangkaian
proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang
melaksanakan proses biokimia ini bekerja di bawah perintah hormon. Kerja
bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise
yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofise
ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang dibawa manusia semenjak ia masih
berbentuk zigot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman mampu mengatur hormon dan
selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia.
Jika karena terpengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perubahan
fisiologis tubuh (keseimbangan terganggu), seperti takut, marah, putus asa, dan
lemah, maka keadaan ini dapat dinormalisir kembali oleh iman. Oleh karena itu,
orang-orang yang dikontrol oleh iman tidak akan mudah terkena penyakit modern,
seperti darah tinggi, diabetes dan kanker.
Sebaliknya, jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan asas
moral dan akhlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak
pernah ingat Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan diikuti oleh kepanikan
dan ketakutan. Hal itu akan menyebabkan tingginya produksi adrenalin dan
persenyawaan lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif
terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan
hormon dan kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses
metabolisme zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itu timbullah gejala penyakit, rasa
sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.
10. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa iman dan taqwa itu sesuatu yang harus dimiliki seorang mukmin, karena
dengan itu kita bisa menyakini , dan takut hanya kepada Allah. Sehingga apa yang
diperintahkan Allah kita selalu senantiasa mengerjakannya. Taqwa juga bisa menjadiakn kita
sebagai manusia yang mulia di sisi Allah.
Bila landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan kehidupan manusia sudah
mulai goyah atau terbuai dengan perkembangan zaman, maka manusia akan mulai
mengalami kehancuran. Hal ini bisa dicegah dengan selalu memupuk iman dan ketaqwaan
dalam diri.