SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
PENETAPAN ASAS DISKRESI DALAM
PEMBUATAN KEPUTUSAN TATA USAHA
NEGARA (ASAS DISKRESI DAN BATASAN
ASAS DISKRESI DALAM PUTUSAN TATA
USAHA NEGARA)
DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:
1. Aditya Renaldy Madima
2. Eva Rahmawati
3. Gusti Silva Amelia S.
4. Frisca Febi Yuliana
5 Dio Pratama Putra
6. Sayed Muhsin
7. Ferda De Cholina
Latar belakang
Asas diskresi adalah peraturan umum
yang dikeluarkan oleh instansi pemerintahan berkenaan dengan wewenang untuk
melaksanakan tugas pemerintah terhadap warga negara maupun instansi
pemerintahan lainnya. Penetapan asas tersebut dalam pembuatan putusan Tata
Usaha Negara dikarenakan
luas dan kompleksnya permasalahan di masyarakat khususnya diantara pejabat
pemerintah dengan orang atau badan hukum privat, namun tidak semua
tindakan atau keputusan yang akan dilakukan oleh Pejabat Pemerintah dalam
menyelesaikan suatu masalah tersedia aturannya. Oleh Karena itu
timbul konsekuensi khusus dimana pejabat pemerintah memerlukan kewenangan
dalam bertindak memberi keputusan atas inisiatif sendiri berupa peraturan dalam
menyelesaikan masalah-masalah
genting dan penting. Peraturan tersebut tidak memiliki dasar yang tegas dalam
Undang-Undang Dasar, sehingga peraturan tersebut tidak mengikat secara umum.
Sehingga pelaksanaan penerapan asas diskresi terhadap putusan Tata Usaha negara
diperlukan sebuah batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk menjamin kepastian
hukum dan mencegah penyalahgunaan wewenang dalam memberi keputusan dan
atau tindakan oleh Pejabat Pemerintahan.
Rumusan masalah
1. Bagaimana penerapan asas diskresi dalam putusan dalam Tata
Usaha Negara?
2. Bagaimana batasan asas diskresi dalam putusan Tata Usaha
Negara?
Tujuan
1. Ingin mengetahui penerapan asas diskresi dalam putusan Tata
Usaha Negara
2. Ingin mengetahui batasan asas diskresi dalam putusan Tata
Usaha
A .Penerapan asas diskresi dalam putusan Tata Usaha Negara
Menurut Prof. Benyamin, diskresi didefinisikan sebagai kebebasan
atau kewenangan yang diberikan kepada pejabat pemerintah dalam
mengambil keputusan menurut pertimbangannya sendiri. Asas
diskresi diberlakukan dalam membuat putusan sengketa tata usaha
negara. Dasar diterbitkannya keputusan diskresi adalah adanya
keadaan mendesak dan pengujian terhadap keputusan diskresi oleh
Pengadilan Tata Usaha Negara dilakukan tidak dengan menggunakan
peraturan perundang- undangan yang berlaku, melainkan dengan
asas-asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB). Asas diskresi
merupakan bagian kewenangan pejabat pemerintah untuk mengisi
kekosongan hukum dengan tujuan memberikan kepastian hukum
kepada warga negara Indonesia.
Dasar hukum asas diskresi dalam putusan Tata Usaha negara
1. Pasal 1 Angka 9 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 (BLOD) tentang Administrasi
Pemerintahan, diskresi adalah keputusan dan/atau tindakan yang dilakukan oleh
pejabat pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan yang
memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya
stagnasi pemerintahan.
2. Pasal 6 ayat (2) huruf e jo ayat (1) UU No. 30 Tahun 2014 (BLOD) Pejabat
Pemerintahan adalah unsur yang melaksanakan fungsi pemerintahan, baik di
lingkungan pemerintah maupun penyelenggara negara lainnya. Diskresi yang ada di
Indonesia muncul bersamaan dengan adanya pemberian tugas bagi pemerintah untuk
melaksanakan dan merealisasikan tujuan negara Indonesia. Situasi darurat dapat
dipahami sebagai daya paksa yang terdapat di dalam Pasal 48 KUHPidana “barangsiapa
melakukan perbuatan karena daya paksa, tidak dipidana.”
3. Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan dalam Pasal
22 ayat (1) memberi batasan terhadap diskresi yaitu “Diskresi hanya dapat dilakukan
oleh Pejabat Pemerintahan yang berwenang.”
PEMBAGIAN ASAS DISKRESI
1. Diskresi bebas
Yaitu Undang-Undang hanya menetapkan batas-
batas dan administrasi negara bebas mengambil
keputusan apa saja asalkan tidak melampaui atau
melanggar batas-batas tersebut.
2. Diskresi terikat
Yaitu Undang-Undang menetapkan beberapa
alternatif keputusan dan administrasi negara bebas
memilih salah satu alternatif keputusan yang
disediakan oleh Undang-Undang.
Menurut Marcus Lukman, 1996;205 freies Etmessen
diartikan sebagai salah satu sarana yang memberikan ruang
bergerak bagi pejabat pemerintah untuk melakukan
tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang-
undang. Penerapan asas ini sebagai alternatif untuk mengisi
kekurangan dan kelemahan di dalam penerapan asas
legalitas guna kemanfaatan dan kepentingan umum. Asas
diskresi memberi kewenangan kepada pejabat pemerintah
disaat keadaan mendesak atau memaksa untuk mengambil
keputusan karena peraturan perundang-undangan tidak
lengkap atau tidak jelas, namun harus dilakukan sesuai
dengan syarat dan prosedur yang telah ditetapkan.
B.Batasan-batasan penerapan asas diskresi dalam putusan Tata Usaha
Negara
Dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan dalam Pasal 22 ayat (1) memberi batasan terhadap
diskresi yaitu “Diskresi hanya dapat dilakukan oleh Pejabat
Pemerintahan yang berwenang.”
Dalam pratek penyelenggaraan pemerintahan asas diskresi dilakukan
pejabat pemerintah dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
penyelesaian konkrit terhadap suatu masalah tertentu, namun
masalah tersebut menuntut penyelesaian yang segera
2. Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar bagi aparat
pemerintah untuk diberikan kebebasan sepenuhnya
3. Adanya delegasi perundang-undangan yaitu aparat pemerintah
diberi keleluasaan untuk mengatur sendiri yang sebenarnya kekuasaan
itu merupakan kekuasaan aparat yang lebih tinggi tingkatannya
Diperlukannya sebuah batasan-batasan terhadap asas
deskresi sebagai penerapan putusan TUN untuk
menjamin kepastian hukum dan mencegah
penyalahgunaan wewenang dalam keputusan
dan/atau tindakan oleh Pejabat Pemerintahan guna
memperkuat konsep dan implementasi reformasi
birokrasi demi terwujudnya penyelenggaraan
administrasi pemerintahan yang baik. Sehingga
batasan penerapan asas diskresi adalah:
1. Penerapan asas diskresi tidak boleh bertentangan
dengan sistem hukum yang berlaku
2. Penggunaan asas diskresi hanya ditujukan demi
kepentingan umum
3.Pelaksanaan asas tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan "Secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran
dan keadilan mengutamakan persatuan dan
kesatuan, demi kepentingan bersama"
4.Wewenang asas ini diberikan hanya kepada
pejabat pemerintah dalam untuk melakukan
tindakan-tindakan biasa maupun tindakan hukum
sebagai peraturan kebijaksanaan.
Adapun ruang lingkup asas diskresi dalam penerapan putusan
TUN:
1. Pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang memberikan
suatu pilihan Keputusan dan/atau Tindakan
2. Pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan karena
peraturan perundang-undangan tidak mengatur
3. Pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan karena
peraturan perundang-undangan tidak lengkap atau tidak jelas
4. Pengembalian Keputusan dan/atau Tindakan karena adanya
stagnasi pemerintahan guna kepentingan yang lebih luas
TERIMAKASIH

More Related Content

Similar to PENETAPAN ASAS DISKRESI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (ASAS DISKRESI DAN BATASAN ASAS DISKRESI DALAM PUTUSAN TATA USAHA NEGARA)

Korupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HAN
Korupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HANKorupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HAN
Korupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HANTri Widodo W. UTOMO
 
PERTEMUAN 7.pptx
PERTEMUAN 7.pptxPERTEMUAN 7.pptx
PERTEMUAN 7.pptxBeatDragon
 
UU No 30_2014 ttg Adm Pemerintahan
UU No 30_2014 ttg Adm PemerintahanUU No 30_2014 ttg Adm Pemerintahan
UU No 30_2014 ttg Adm PemerintahanInspektorat
 
ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YG BAIK (AUPB)
ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YG BAIK (AUPB)ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YG BAIK (AUPB)
ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YG BAIK (AUPB)EllisaVikalista1
 
Diskresi dan Konflik Kepentingan
Diskresi dan Konflik KepentinganDiskresi dan Konflik Kepentingan
Diskresi dan Konflik KepentinganTri Widodo W. UTOMO
 
Peradilan Administrasi.pptx
Peradilan Administrasi.pptxPeradilan Administrasi.pptx
Peradilan Administrasi.pptxMuchammadHaitami
 
4_-Kedudukan-Kewenangan-Dan-Tindakan-Hukum-Pemerintah-Kedudukan-Hukum-Rechtsp...
4_-Kedudukan-Kewenangan-Dan-Tindakan-Hukum-Pemerintah-Kedudukan-Hukum-Rechtsp...4_-Kedudukan-Kewenangan-Dan-Tindakan-Hukum-Pemerintah-Kedudukan-Hukum-Rechtsp...
4_-Kedudukan-Kewenangan-Dan-Tindakan-Hukum-Pemerintah-Kedudukan-Hukum-Rechtsp...mutiaramadhani29
 
Organ dan Fungsi Kekuasaan Negara
Organ dan Fungsi Kekuasaan NegaraOrgan dan Fungsi Kekuasaan Negara
Organ dan Fungsi Kekuasaan NegaraSarah Zamzami
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negaraaishkhuw fillah
 
6. jaminan administrasi negara
6. jaminan administrasi negara6. jaminan administrasi negara
6. jaminan administrasi negaraDian Oktavia
 
KONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUN
KONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUNKONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUN
KONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUNsherlcoklekipiouw
 
Workshop peraturan kebijakan di kementerian ppn bappenas
Workshop peraturan kebijakan di kementerian ppn  bappenasWorkshop peraturan kebijakan di kementerian ppn  bappenas
Workshop peraturan kebijakan di kementerian ppn bappenasBekti Eka Sari
 
Keperluan undang undang pentadbiran dan aplikasinya di malaysia
Keperluan undang  undang pentadbiran dan aplikasinya di malaysiaKeperluan undang  undang pentadbiran dan aplikasinya di malaysia
Keperluan undang undang pentadbiran dan aplikasinya di malaysiaskyjamil
 
Tugas pertama menganilisis sumber berita topik pemerintah yang menyalahgunaan...
Tugas pertama menganilisis sumber berita topik pemerintah yang menyalahgunaan...Tugas pertama menganilisis sumber berita topik pemerintah yang menyalahgunaan...
Tugas pertama menganilisis sumber berita topik pemerintah yang menyalahgunaan...Sihite Hasnul
 

Similar to PENETAPAN ASAS DISKRESI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (ASAS DISKRESI DAN BATASAN ASAS DISKRESI DALAM PUTUSAN TATA USAHA NEGARA) (20)

Uu no 30_2014
Uu no 30_2014Uu no 30_2014
Uu no 30_2014
 
Korupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HAN
Korupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HANKorupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HAN
Korupsi Dalam Perspektif Kebijakan Publik dan HAN
 
PERTEMUAN 7.pptx
PERTEMUAN 7.pptxPERTEMUAN 7.pptx
PERTEMUAN 7.pptx
 
UU No 30_2014 ttg Adm Pemerintahan
UU No 30_2014 ttg Adm PemerintahanUU No 30_2014 ttg Adm Pemerintahan
UU No 30_2014 ttg Adm Pemerintahan
 
ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YG BAIK (AUPB)
ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YG BAIK (AUPB)ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YG BAIK (AUPB)
ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YG BAIK (AUPB)
 
Diskresi dan Konflik Kepentingan
Diskresi dan Konflik KepentinganDiskresi dan Konflik Kepentingan
Diskresi dan Konflik Kepentingan
 
HAN.pdf
HAN.pdfHAN.pdf
HAN.pdf
 
Peradilan Administrasi.pptx
Peradilan Administrasi.pptxPeradilan Administrasi.pptx
Peradilan Administrasi.pptx
 
4_-Kedudukan-Kewenangan-Dan-Tindakan-Hukum-Pemerintah-Kedudukan-Hukum-Rechtsp...
4_-Kedudukan-Kewenangan-Dan-Tindakan-Hukum-Pemerintah-Kedudukan-Hukum-Rechtsp...4_-Kedudukan-Kewenangan-Dan-Tindakan-Hukum-Pemerintah-Kedudukan-Hukum-Rechtsp...
4_-Kedudukan-Kewenangan-Dan-Tindakan-Hukum-Pemerintah-Kedudukan-Hukum-Rechtsp...
 
Ketidakabsahan suatu produk hukum karena mengalami kekurangan yuridis
Ketidakabsahan suatu produk hukum karena mengalami kekurangan yuridisKetidakabsahan suatu produk hukum karena mengalami kekurangan yuridis
Ketidakabsahan suatu produk hukum karena mengalami kekurangan yuridis
 
Organ dan Fungsi Kekuasaan Negara
Organ dan Fungsi Kekuasaan NegaraOrgan dan Fungsi Kekuasaan Negara
Organ dan Fungsi Kekuasaan Negara
 
Policy Brief 2016 (Diskresi)
Policy Brief 2016 (Diskresi)Policy Brief 2016 (Diskresi)
Policy Brief 2016 (Diskresi)
 
Jurnal konstitusi
Jurnal konstitusiJurnal konstitusi
Jurnal konstitusi
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara
 
Hukum & kemandirian yudisial
Hukum & kemandirian yudisial Hukum & kemandirian yudisial
Hukum & kemandirian yudisial
 
6. jaminan administrasi negara
6. jaminan administrasi negara6. jaminan administrasi negara
6. jaminan administrasi negara
 
KONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUN
KONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUNKONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUN
KONSEP HUKUM KEPUTUSAN TUN DAN KOPETENSI PTUN
 
Workshop peraturan kebijakan di kementerian ppn bappenas
Workshop peraturan kebijakan di kementerian ppn  bappenasWorkshop peraturan kebijakan di kementerian ppn  bappenas
Workshop peraturan kebijakan di kementerian ppn bappenas
 
Keperluan undang undang pentadbiran dan aplikasinya di malaysia
Keperluan undang  undang pentadbiran dan aplikasinya di malaysiaKeperluan undang  undang pentadbiran dan aplikasinya di malaysia
Keperluan undang undang pentadbiran dan aplikasinya di malaysia
 
Tugas pertama menganilisis sumber berita topik pemerintah yang menyalahgunaan...
Tugas pertama menganilisis sumber berita topik pemerintah yang menyalahgunaan...Tugas pertama menganilisis sumber berita topik pemerintah yang menyalahgunaan...
Tugas pertama menganilisis sumber berita topik pemerintah yang menyalahgunaan...
 

Recently uploaded

PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxmuhammadarsyad77
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...Indra Wardhana
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANharri34
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfSumardi Arahbani
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptxmohamadhafiz651
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxINTANAMALINURAWALIA
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIdillaayuna
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum ViktimologiSaktaPrwt
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxekahariansyah96
 

Recently uploaded (10)

PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 

PENETAPAN ASAS DISKRESI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (ASAS DISKRESI DAN BATASAN ASAS DISKRESI DALAM PUTUSAN TATA USAHA NEGARA)

  • 1. PENETAPAN ASAS DISKRESI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (ASAS DISKRESI DAN BATASAN ASAS DISKRESI DALAM PUTUSAN TATA USAHA NEGARA)
  • 2. DISUSUN OLEH KELOMPOK 5: 1. Aditya Renaldy Madima 2. Eva Rahmawati 3. Gusti Silva Amelia S. 4. Frisca Febi Yuliana 5 Dio Pratama Putra 6. Sayed Muhsin 7. Ferda De Cholina
  • 3. Latar belakang Asas diskresi adalah peraturan umum yang dikeluarkan oleh instansi pemerintahan berkenaan dengan wewenang untuk melaksanakan tugas pemerintah terhadap warga negara maupun instansi pemerintahan lainnya. Penetapan asas tersebut dalam pembuatan putusan Tata Usaha Negara dikarenakan luas dan kompleksnya permasalahan di masyarakat khususnya diantara pejabat pemerintah dengan orang atau badan hukum privat, namun tidak semua tindakan atau keputusan yang akan dilakukan oleh Pejabat Pemerintah dalam menyelesaikan suatu masalah tersedia aturannya. Oleh Karena itu timbul konsekuensi khusus dimana pejabat pemerintah memerlukan kewenangan dalam bertindak memberi keputusan atas inisiatif sendiri berupa peraturan dalam menyelesaikan masalah-masalah genting dan penting. Peraturan tersebut tidak memiliki dasar yang tegas dalam Undang-Undang Dasar, sehingga peraturan tersebut tidak mengikat secara umum. Sehingga pelaksanaan penerapan asas diskresi terhadap putusan Tata Usaha negara diperlukan sebuah batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk menjamin kepastian hukum dan mencegah penyalahgunaan wewenang dalam memberi keputusan dan atau tindakan oleh Pejabat Pemerintahan.
  • 4. Rumusan masalah 1. Bagaimana penerapan asas diskresi dalam putusan dalam Tata Usaha Negara? 2. Bagaimana batasan asas diskresi dalam putusan Tata Usaha Negara? Tujuan 1. Ingin mengetahui penerapan asas diskresi dalam putusan Tata Usaha Negara 2. Ingin mengetahui batasan asas diskresi dalam putusan Tata Usaha
  • 5. A .Penerapan asas diskresi dalam putusan Tata Usaha Negara Menurut Prof. Benyamin, diskresi didefinisikan sebagai kebebasan atau kewenangan yang diberikan kepada pejabat pemerintah dalam mengambil keputusan menurut pertimbangannya sendiri. Asas diskresi diberlakukan dalam membuat putusan sengketa tata usaha negara. Dasar diterbitkannya keputusan diskresi adalah adanya keadaan mendesak dan pengujian terhadap keputusan diskresi oleh Pengadilan Tata Usaha Negara dilakukan tidak dengan menggunakan peraturan perundang- undangan yang berlaku, melainkan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB). Asas diskresi merupakan bagian kewenangan pejabat pemerintah untuk mengisi kekosongan hukum dengan tujuan memberikan kepastian hukum kepada warga negara Indonesia.
  • 6. Dasar hukum asas diskresi dalam putusan Tata Usaha negara 1. Pasal 1 Angka 9 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 (BLOD) tentang Administrasi Pemerintahan, diskresi adalah keputusan dan/atau tindakan yang dilakukan oleh pejabat pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan. 2. Pasal 6 ayat (2) huruf e jo ayat (1) UU No. 30 Tahun 2014 (BLOD) Pejabat Pemerintahan adalah unsur yang melaksanakan fungsi pemerintahan, baik di lingkungan pemerintah maupun penyelenggara negara lainnya. Diskresi yang ada di Indonesia muncul bersamaan dengan adanya pemberian tugas bagi pemerintah untuk melaksanakan dan merealisasikan tujuan negara Indonesia. Situasi darurat dapat dipahami sebagai daya paksa yang terdapat di dalam Pasal 48 KUHPidana “barangsiapa melakukan perbuatan karena daya paksa, tidak dipidana.” 3. Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan dalam Pasal 22 ayat (1) memberi batasan terhadap diskresi yaitu “Diskresi hanya dapat dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan yang berwenang.”
  • 7. PEMBAGIAN ASAS DISKRESI 1. Diskresi bebas Yaitu Undang-Undang hanya menetapkan batas- batas dan administrasi negara bebas mengambil keputusan apa saja asalkan tidak melampaui atau melanggar batas-batas tersebut. 2. Diskresi terikat Yaitu Undang-Undang menetapkan beberapa alternatif keputusan dan administrasi negara bebas memilih salah satu alternatif keputusan yang disediakan oleh Undang-Undang.
  • 8. Menurut Marcus Lukman, 1996;205 freies Etmessen diartikan sebagai salah satu sarana yang memberikan ruang bergerak bagi pejabat pemerintah untuk melakukan tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang- undang. Penerapan asas ini sebagai alternatif untuk mengisi kekurangan dan kelemahan di dalam penerapan asas legalitas guna kemanfaatan dan kepentingan umum. Asas diskresi memberi kewenangan kepada pejabat pemerintah disaat keadaan mendesak atau memaksa untuk mengambil keputusan karena peraturan perundang-undangan tidak lengkap atau tidak jelas, namun harus dilakukan sesuai dengan syarat dan prosedur yang telah ditetapkan.
  • 9. B.Batasan-batasan penerapan asas diskresi dalam putusan Tata Usaha Negara Dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan dalam Pasal 22 ayat (1) memberi batasan terhadap diskresi yaitu “Diskresi hanya dapat dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan yang berwenang.” Dalam pratek penyelenggaraan pemerintahan asas diskresi dilakukan pejabat pemerintah dalam hal-hal sebagai berikut: 1. Belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penyelesaian konkrit terhadap suatu masalah tertentu, namun masalah tersebut menuntut penyelesaian yang segera 2. Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar bagi aparat pemerintah untuk diberikan kebebasan sepenuhnya 3. Adanya delegasi perundang-undangan yaitu aparat pemerintah diberi keleluasaan untuk mengatur sendiri yang sebenarnya kekuasaan itu merupakan kekuasaan aparat yang lebih tinggi tingkatannya
  • 10. Diperlukannya sebuah batasan-batasan terhadap asas deskresi sebagai penerapan putusan TUN untuk menjamin kepastian hukum dan mencegah penyalahgunaan wewenang dalam keputusan dan/atau tindakan oleh Pejabat Pemerintahan guna memperkuat konsep dan implementasi reformasi birokrasi demi terwujudnya penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang baik. Sehingga batasan penerapan asas diskresi adalah: 1. Penerapan asas diskresi tidak boleh bertentangan dengan sistem hukum yang berlaku 2. Penggunaan asas diskresi hanya ditujukan demi kepentingan umum
  • 11. 3.Pelaksanaan asas tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan "Secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan, demi kepentingan bersama" 4.Wewenang asas ini diberikan hanya kepada pejabat pemerintah dalam untuk melakukan tindakan-tindakan biasa maupun tindakan hukum sebagai peraturan kebijaksanaan.
  • 12. Adapun ruang lingkup asas diskresi dalam penerapan putusan TUN: 1. Pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang memberikan suatu pilihan Keputusan dan/atau Tindakan 2. Pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan karena peraturan perundang-undangan tidak mengatur 3. Pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan karena peraturan perundang-undangan tidak lengkap atau tidak jelas 4. Pengembalian Keputusan dan/atau Tindakan karena adanya stagnasi pemerintahan guna kepentingan yang lebih luas