2. OUTLINE PRESENTASI
• Pendahuluan
• Pariwisata Lokomotif Pengembangan WIlayah
• Pemahaman Tata Kelola Destinasi
• Tantangan Pembentukan DMO
• Tantangan Pengembangan DMO
• Tantangan Keberlanjutan DMO
• Konteks Geografi Geopark Gunungsewu
• Membangun Kelembagaan the 7C
• Mengembangkan Guyuprukun
• Mengembangkan Gotongroyong
• Penutup
3. PENDAHULUAN
►Destinasi pariwisata bersifat borderless tourism, dimana
destinasi pariwisata tidak memiliki batas rigid administratif.
►Setiap daerah memiliki potensi pariwisata yang unik dengan
karakteristik pengelolaan dan tahapan yang beragam,
sehingga perlu disulam dan disusun menjadi mosaik destinasi
yang saling mendukung.
►Pengelolaan destinasi pariwisata melibatkan berbagai
pemangku kepentingan dengan kebutuhan yang beragam
dan bersifat komplek.
►Pengelolaan destinasi pariwisata melibatkan rangkaian antar
satu titik kepentingan menuju titik kepentingan berikutnya
yang saling bertautan.
►Karakter pengelolaan kepariwisataan yang demikian
memerlukan orientasi dan proses pengelolaan destinasi
pariwisata yang terpadu dan sistemik.
4. WORLD TOURISM (2030)
In 2030, international tourist arrivals will achieve 1,8 billion. Growth forecast
of international tourist arrivals Year 2010 – 2030 around 43 million/year
1,8 B
World Tourism
International tourist arrivals
5. 5Inbound Tourism Based on Regions
International tourist arrivals in 2030, share %
Source: UNWTO
2010
2030
204
million
535
million
Asia and the Pacific
22%
Asia and
the Pacific
30%
6. 12 AIMS OF SUSTAINABLE TOURISM
1. Economic Viability
2. Local Prosperity
3. Employment Quality
4. Social Equity
5. Visitor Fulfillment
6. Local Control
7. Community Wellbeing
8. Cultural Richness
9. Physical Integrity
10. Biological Diversity
11. Resource Efficiency
12. Environmental Purity
7. TOURISM CHANGE & CHALLENGE
IN DIGITAL WORLD
1. Emerging market of tourism in Asia, Pacific, Latin America
2. New lifestyle of tourist from new emerging economy with huge population in
Asia such as China, India and Indonesia
3. Changing market demand and preferences
4. Advance technologies: information, communication and transportation
smart society
5. Government have to innovate and improve policy
6. Business should not only working for profit, but also share benefits to the
people and conserves the planet
7. Increasing role of women in tourism industry
8. Growing role of Small Medium Enterprise (SME) in tourism
9. Opportunity of jobs in many aspects of tourism Source: Baiquni 2013 FEALAC
9. 9
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL
DESTINASI
PARIWISATA
INDUSTRI
PARIWISATA
PEMASARAN
PARIWISATA
KELEMBAGAAN
KEPARIWISATAAN
Pembangunan daya tarik
wisata/atraksi
Pembangunan prasarana
Penyediaan fasilitas
umum
Pembangunan fasilitas
pariwisata
Pemberdayaan
masyarakat
Menciptakan,
meningkatkan kualitas
produk & pelayanan
kepariwisataan serta
kemudahan pergerakan
wisatawan di destinasi
pariwisata.
Pembangunan struktur
industri pariwisata
Daya saing produk
pariwisata
Kemitraan usaha
pariwisata
Kredibilitas bisnis
Tanggung jawab
terhadap lingkungan
alam & sosial budaya
Mendorong penguatan
struktur industri pariwisata,
peningkatan daya saing
produk pariwisata,
penguatan kemitraan usaha
pariwisata, penciptaan
kredibilitas bisnis, &
pengembangan tanggung
jawab terhadap lingkungan.
Menciptakan,
mengkomunikasikan,
menyampaikan produk
wisata dan mengelola relasi
dengan wisatawan untuk
mengembangkan
kepariwisataan seluruh
pemangku kepentingannya.
Pengembangan
organisasi pemerintah,
pemerintah daerah,
swasta, & masyarakat
Pengembangan sumber
daya manusia
Pengembangan regulasi,
serta mekanisme
operasional di bidang
kepariwisataan
Mengembangkan organisasi
kepariwisataan, SDM
pariwisata untuk
mendukung dan
meningkatkan kualitas
pengelolaan &
penyelenggaraan kegiatan
Kepariwisataan di
Destinasi Pariwisata.
Pengembangan pasar
wisatawan
Pengembangan citra
pariwisata
Pengembangan kemitraan
Pemasaran Pariwisata
Pengembangan promosi
pariwisata.
Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS 2010 -2025
Sumber: Rakor Kementerian Pariwisata 2016
10. PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA
DESTINASI PARIWISATA YANG AMAN, NYAMAN, MENARIK, MUDAH DICAPAI, BERWAWASAN
LINGKUNGAN, MENINGKATKAN PENDAPATAN NASIONAL, DAERAH DAN MASYARAKAT
PERWILAYAHAN ATRAKSI WISATA AKSESIBILITAS AMENITAS MASYARAKAT
OUTCOME/IMPACT :
1. Jumlah Wisatawan : Mancanegara dan Nusantara
2. Jumlah Devisa dari Wisatawan Mancanegara
3. Jumlah Pengeluaran Wisatawan Nusantara
4. PDB Bidang Pariwisata
INVESTASI
• 50 DPN (Destinasi
Pariwisata Nasional);
• 88 KSPN (Kawasan
Strategis Pariwisata
Nasional);
• 222 KPPN (Kawasan
Pengembangan
Pariwisata Nasional)
• Daya Tarik
Wisata Alam;
• Daya Tarik
Wisata Budaya;
• Daya Tarik
Wisata Buatan
Manusia
• Prasarana
transportasi
• Sarana
transportasi
• Sistem
transportasi
• Prasarana
Umum
• Fasilitas
Umum
• Fasilitas
pariwisata
• Peningkatan
kapasitas sumber
daya masyarakat
• Peningkatan
kesadaran dan
peran
masyarakat
• Insentif
investasi
• Kemudahan
investasi
• Promosi
investasi
TUJUAN PEMBANGUNAN DESTINASI PARIWISATA : Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata
PORTFOLIO PRODUK WISATA
ALAM/Nature (35%) BUDAYA/Culture (60%) BUATAN MANUSIA/ Manmade (5%)
1. Wisata Bahari
2. Ekowisata
3. Wisata Petualangan
1. Wisata Warisan Budaya dan Sejarah
2. Wisata Belanja dan Kuliner
3. Wisata Kota dan Desa
1. Wisata MICE dan Even
2. Wisata Olah Raga
3. Wisata Kawasan Terintegrasi
25%
60%
15%35%
45%
20%
20%
45%
35%
Sumber: Rakor Kementerian Pariwisata 2016
11. Tarikan Pasar
Dorongan
Produk
Pemberdayaan
MasyarakatPeningkatan
Investasi
Kelembagaan dan
Manajemen
Pengembangan destinasi pariwisata
berdasarkan pada preferensi dan analisis
perilaku (travel behavior) dan psikografik
pasar (target market) serta tarikan pasar
untuk:
• Wisatawan mancanegara
• wisatawan nusantara
Pendekatan pengembangan
destinasi pariwisata berdasarkan
pada potensi, karakteristik dan
keunggulan sumber daya
berkualitas internasional yang
dimiliki
Pendekatan pengembangan destinasi pariwisata dengan melibatkan
peran serta aktif dan meningkatkan kapasitas masyarakat serta
memberikan manfaat dan keberlanjutan sumber daya dalam kegiatan
kepariwisataan setempat
Pendekatan pengembangan destinasi
pariwisata melalui dukungan
pengelolaan kelembagaan dan
keterpaduan dengan menerapkan
manajemen dan regulasi yang
sinergistik
Pendekatan Pengembangan
destinasi melalui peningkatan
investasi (pemerintah, swasta)
untuk proyek infrastruktur dan
usaha di bidang pariwisata
KETERKAITAN PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA
Sumber: Rakor Kementerian Pariwisata 2016
12. Danau Toba
SumateraUtara
LOKASI 10 DESTINASI PARIWISATA PRIORITAS
KSPN/Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
KEK/Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Tanjung Kelayang
Bangka Belitung
Kepulauan Seribu
DKI Jakarta
Tanjung Lesung
Banten
Wakatobi
Sulawesi Tenggara
Pulau Morotai
Maluku Utara
Mandalika
Nusa Tenggara Barat
Komodo
Nusa Tenggara Timur
Borobudur
Jawa Tengah
Bromo Tengger
Semeru
Jawa Timur
Sumber: Rakor Kementerian Pariwisata 2016
14. PENGERTIAN DESTINASI PARIWISATA
• Destinasi Pariwisata: Daerah tujuan pariwisata yang
selanjutnya disebut sebagai destinasi pariwisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata,
fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan (Pasal 1 angka 6 UU Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan)
15. PENGERTIAN DMO
Adalah tata kelola destinasi pariwisata yang terstruktur dan
sinergis yang mencakup fungsi koordinasi, perencanaan,
implementasi, dan pengendalian organisasi destinasi secara
inovatif dan sistemik melalui pemanfaatan jejaring, informasi
dan teknologi, yang terpimpin secara terpadu dengan peran
serta masyarakat, pelaku/asosiasi, industri, akademisi dan
pemerintah yang memiliki tujuan, proses dan kepentingan
bersama dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan,
volume kunjungan wisata, lama tinggal dan besaran
pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi masyarakat lokal.
16. FUNGSI DMO
DMO berfungsi sebagai penggerak ekonomi, sebagai akselerator citra
destinasi, sebagai peneguh kebanggaan nilai lokal.
• Fungsi penggerak ekonomi lokal dalam menghasilkan pendapatan daerah,
lapangan pekerjaan, dan penghasilan pajak yang memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi lokal.
• Fungsi pemasar lokal yang membentuk citra destinasi, merancang acara kegiatan
pariwisata, sehingga menjadi pilihan pengunjung.
• Fungsi koordinator industri yang berkemampuan untuk meningkatkan
pertumbuhan industri daerah dengan mendatangkan hasil dan keuntungan
daerah melalui bisnis pariwisata.
• Fungsi sebagai lembaga yang mewakili pengelola destinasi pariwisata dalam
berhubungan dengan pengunjung.
• Fungsi membangun dan menggali nilai keunikan lokal yang dapat memperkuat
identitas kedaerahan dan menjadi kebanggaan masyarakat lokal.
17. SKALA DMO
1. DMO Lokal:
• Skala DMO pada tingkat lokal mencakup wilayah yang bisa dikendalikan pada tingkat
kabupaten. Fungsi dari DMO lokal menekankan pada konsolidasi internal dan
pengelolaan yang bersifat domestik.
2. DMO Regional
• Skala DMO pada tingkat regional mencakup wilayah yang bisa dikendalikan pada
tingkat provinsi. DMO Regional juga melakukan fungsi konsolidasi internal sekaligus
pengelolaan eksternal pemasaran dan promosi destinasi pariwisata bekerja sama
dengan pemangku kepentingan lainnya. Kegiatan pada DMO regional meliputi
pengelolaan internal dan eksternal secara berimbang.
3. DMO Nasional
• Skala DMO pada tingkat nasional mencakup wilayah seluruh Indonesia. Fungsi DMO
nasional lebih difokuskan pada upaya pengelolaan destinasi eksternal pemasaran yang
sangat dominan dengan strategi terencana secara keseluruhan (misalnya: pemasaran
dan diplomasi pariwisata).
18. BENTUK KELEMBAGAAN DMO
Beberapa alternatif bentuk kelembagaan diuraikan sebagai berikut:
1. Badan Layanan Umum (BLU): dibentuk tidak untuk mencari keuntungan, akan
tetapi letak enterprising-nya dapat dilihat pada Pasal 69 ayat (6) UU no 1 /2004
tentang Perbendaharaan Negara bahwa pendapatan BLU dapat digunakan
langsung untuk membiayai belanja BLU yang bersangkutan.
2.Koperasi: adalah usaha kekeluargaan seperti yang tertulis pada UUD 1945 Pasal
33 ayat (1) dan bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya. Koperasi
dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya, dimana setiap anggota
memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan.
3. Forum Pengelolaan Kolaboratif: adalah Forum multipihak yang terdiri dari
perwakilan unsur pemerintah, sektor swasta, tokoh masyarakat dan organisasi
non-pemerintah bertujuan untuk membangun koordinasi antar pihak yang
berbeda kepentingan dalam pemanfaatan kegiatan pariwisata yang memiliki
potensi ekonomi bernilai strategis, jasa lingkungan yang besar dan
keanekaragaman hayati yang tinggi.
19. FUNGSI KELEMBAGAAN DMO
• Melakukan Koordinasi, Kemitraan dan Jejaring
• Melakukan Konsultasi dan Advokasi
• Melakukan Pembenahan Fasilitas Standar Pelayanan
• Melakukan Penelitian
• Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat
• Menyelenggarakan Pemasaran
• Melakukan Promosi Investasi
• Melakukan Monitoring dan Evaluasi
• Melakukan Survey Kualitas Pelayanan
• Melakukan Penyusunan Program-program Inovasi
• Menerapkan ManajemenKrisis
20. TANTANGAN PEMBENTUKAN DMO
► Begitu luas wilayah dan beragam karakter serta perbedaan tingkat
kemajuan destinasi.
► Beragam sektor tidak mudah untuk bisa dikoordinasikan dan
disinkronisasikan kebijakan serta disinergikan progamnya.
► Beragam aktor dan pemangku kepentingan, sehingga menyulitkan untuk
proses pemaduan aspirasi dan mencapai kesepakatan.
► Langkanya pemimpin yang mampu secara aktif dan partisipatif dalam
membentuk DMO.
► Inisiatif pembentukan DMO yang pernah ada kurang bisa berkembang.
► Kesepakatan pembentukan DMO seringkali bersemangat di depan
kemudian jadi loyo dan lunglai setelah dicanangkan.
► Proses pembentukan DMO kurang melibatkan segenap pemangku
kepentingan, tetapi bila terlalu banyak akan sulit juga mengelolanya
21. TANTANGAN PENGEMBANGAN DMO
► Langkanya pemimpin dan manajer handal yang berani dan mampu
mengembangkan DMO.
► Data segenap aktivitas, atraksi, amenitas dan aktor kepariwisataan masih sulit
didapatkan secara akurat dan cepat.
► Perencanaan kebijakan dan kontinyuitas implementasi pengembangan DMO yang
belum optimal.
► Koordinasi lintas aktor dan sektor serta area destinasi pariwisata jarang dilakukan,
kalau toh dapat dilakukan seringkali kurang optimal.
► Dukungan pendanaan melalui iuran anggota, kontribusi pemangku kepentingan,
pendapatan dari jasa tidak mudah dilakukan.
► Kemanfaatan yang kurang dirasakan oleh pemengku kepentingan.
► Pengembangan DMO yang masih belum menjadi prioritas, karena setiap pelaku
masih membenahi menejemen internal bisnisnya atau kentor dinasnya masing-
masing.
► Belum adanya panduan dan training yang dapat memperkuat kapasitas para
manajer DMO
22. TANTANGAN KEBERLANJUTAN DMO
► Transformasi manajemen dan perkembangan organisasi belum optimal.
► Sistem manajemen destinasi masih kurang “link & match” inter sub-sistem maupun
antar sistem pariwisata dengan sistem pendukungnya.
► Komitmen kebijakan untuk mengembangkan dan mempercepat pengembangan
destinasi masih perlu ditingkatkan.
► Koordinasi inter dan antar sektor, maupun aktor dan pemangku kepentingan dalam
pengembangan destinasi.
► eTourism belum menjadi platform dalam pengembangan destinasi.
► Sumber pendanaan secara mandiri belum menjadi kenyataan, masih tergantung
pada pendanaan dari pemerintah.
► Sumberdaya manusia pelaksana program, berganti ganti sehingga seperti memulai
lagi beberapa langkah ke belakang.
► Kreativitas dan inovasi manajemen yang menghasilkan produk maupun kinerja
destinasi belum muncul
► Knowledge management dan continual improvement berdasar hasil riset belum
berkembang dengan optimal.
23. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN
SISTEM THE SEVEN C FOR DMO
1. Commitment: Komitmen atau niat adalah kekuatan hati yang dimanifestasikan
menjadi tekad yang teguh dalam menjalani serangkaian kagiatan dalam
pengembangan destinasi pariwisata. Komitmen menjadikan destinasi pariwisata
menjadi semakin lebih baik, dapat dilihat dari kemanfaatannya bagi warga masyarakat
maupun wisatawan dalam suatu pola yang saling memberi manfaat (mutual benefits).
Komitmen perlu dipupuk agar selalu menjadi lebih teguh dan harus diuji agar menjadi
lebih kokoh menghadapi perubahan.
2. Concept: Konsep pengembangan destinasi pariwisata merupakan abstraksi gagasan
yang dirumuskan secara kolektif segenap pemangku kepentingan dan pelaku
pariwisata yang diekspresikan secara tertulis dalam bentuk narasi atau rumus tertentu.
Pemahaman konsep secara mendasar merupakan manifestasi dari komitmen yang
perlu dikomunikasikan agar terjadi kesefahaman bersama untuk mewujudkannya.
Baiquni 2014
24. 3. Comparative And Competitive Advantages: Keunggulan komparatif dan
kompetitif suatu destinasi pariwisata merupakan modal dasar yang harus diolah
secara tepat guna dan dikelola secara optimal, sehingga dapat dikembangkan
dengan karakteristik wilayah geografis dan dinamika pembangunan berkelanjutan
yang memberi manfaat pada kesejahteraan masyarakat luas.
4. Coordination: Koordinasi menjadi kunci untuk menggerakkan segenap pemangku
kepentingan dan pelaku di destinasi pariwisata. Menggerakkan secara terpadu
ritme gerak langkah yang berirama merupakan tantangan koordinasi. Setiap pihak
memiliki kepentingan, keinginan, dan kemampuan masing-masing yang perlu
diposisikan secara tepat dalam “tata surya” orbit yang tepat agar dinamika tata
destinasi dapat berlangsung dengan optimal, menyelesaikan konfik (confict) dan
mengatasi krisis (crisis) yang hadir dalam siklus perkembangan destinasi.
SOLUSI THE SEVEN C FOR DMO
Baiquni 2014
25. 5. Connectivity: Konetivitas atau keterhubungan jejaring tata kelola destinasi pariwisata
tidak hanya dalam arti fisik seperti sarana transportasi dan jaringan komunikasi; lebih
dari itu keterhubungan ini merupakan “tali silaturahim” yang erat antar kelompok
kepentingan atau asosiasi profesi.
6. Cooperation: Kerjasama merupakan sinergi lanjutan dari koordinasi dan
keterhubungan yang diwujudkan menjadi tindakan nyata. Kerjasama ini memerlukan
proses pembelajaran panjang dan kesabaran yang mendalam, terutama para pihak
menjadi pemuka (destination leaders) yang selalu berusaha memperbaiki keadaan dan
menciptakan iklim usaha yang sehat melalui tata kelola destinasi.
7. Creativity: Kreativitas merupakan energi terbarukan dalam menggerakkan setiap
tahapan dalam siklus kehidupan destinasi pariwisata. Kreativitas disemangati oleh rasa
ingin tahu (knowledge), energi pembaharuan, tampil baru dan memberikan suasana
segar, yang dapat dinikmati melalui serangkaian “mengalam-mengalami-pengalaman”
sebagai bentuk total pengalaman kehidupan (experience).
SOLUSI THE SEVEN C FOR DMO
Baiquni 2014
26. Studi Kasus Pariwisata Berkelanjutan
yang sudah dirintis Yogyakarta
STUDI KASUS THE ECOPROVINCE
27. 27KONTEKS GEOGRAFI GLOBAL GEOPARK GUNUNGSEWU
Geopark Gunungsewu (Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan)
World Heritage (Borobudur, Prambanan, Sangiran)
National Park (Gunung Merapi Dan Gunung Merbabu)
Joglosemar (Jogja, Solo, Semarang) International Airport