Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sifilis pada ibu hamil di rumah sakit Intan Husada tahun 2015. Faktor-faktor tersebut meliputi pengetahuan ibu hamil tentang penyakit sifilis, cara penularan sifilis, dan pengobatan sifilis. Dokumen ini juga menjelaskan gejala dan tahapan sifilis serta dampaknya bagi ibu hamil dan janin.
1. FAKTOR-FAKTOR PENYAKIT SIFILIS
PADA IBU HAMIL DI POLI OBGYN
RUMAH SAKIT INTAN HUSADA
TAHUN 2015
Nama : Lulu Halimatusadiyah
NIM : KHG B15034
Kelas : 1A
Prodi : D3 Kebidanan
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
RUMAH SAKIT INTAN HUSADA
2015
2. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun
frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit yang
berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran
darah, syaraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya,
sehingga menyebabkan kelainan bawaan pada bayi tersebut (Rukiyah, 2010 ; 42).
Menurut data dari World Health Organization (WHO) memperkirakan, setiap
tahunnya wanita hamil dengan sifilis bertanggung jawab terhadap 460 ribu kasus
abortus atau lahir mati, 270 ribu kasus sifilis kongenital dan 270 ribu kasus berat
badan lahir rendah atau premature. Hampir setengah neonatus yang menderita sifilis
congenital mempunyai ibu yang tidak melakukan PNC.
Di Indonesia sendiri angka kejadian PMS (penyakit menular seksual) pada ibu
hamil tahun 2008, adalah 58 %, 29,5% adalah infeksi genital nonspesipik, kemudian
10,2 % Vaginosis bacterial, kandidiasis vaginalis 9,1 %, gonorea 3,4 %, trikomoniasis
1,1% dan gonorea bersama trikomoniasis 1,1%. Penyakit menular seksual dapat
menimbulkan kemtian janin pada kehamilan < 16 minggu, pada kehamilan lanjut
dapat menyebabkan kelahiran premature, cacat bawaan. Dampak penyakit menular
seksual (IMS) pada kehamilan bergantung pada organisme penyebab, lamanya infeksi
dan usia kehamilan pada saat perempuan terinfeksi. Kematian janin, baik dalam
bentuk abortus spontan maupun lahir mati, dapat ditemukan pada 20-25% ibu hamil
yang menderita sifilis dini, 7-54% ibu hamil dengan herpes genital primer, dan pada
4-10% pada ibu hamil yang tidak menderita ISR. Bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) dapat dijumpai 10-25% ibu hamil dengan vaginosis bacterial. Resiko trasmisi
dari ibu yang hamil menderita gonore kepada janin/neonatus diperkirakan 30%. Pada
infeksi klamidia, resiko terjadinya konjungtivitis neonatus 25-50%
(http://www.guideline.com2009).
Berdasarkan survei awal yang sudah dilakukan di Poli Obgyn Rumah Sakit
Haji Medan dari 10 ibu hamil yang sudah penulis wawancarai, terdapat 3 orang ibu
hamil yang mengetahui pengertian sifilis tetapi tidak mengetahui gejala, cara
penularan dan pencegahan sifilis, sedangkan 7 orang ibu hamil lagi tidak mengetahui
tentang pengertian, cara penularan, dan pencegahan sifilis.
3. 1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis merumuskan permasalahan
dalam penelitian ini, adalah “Bagaimana Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Penyakit
Sifilis Pada Kehamilan di Poli Obgyn Rumah Sakit Intan Husada Tahun 2015”.
1.3 Tujuan Penelitian
Faktor _faktor Apa_apa sajakah yang mempengaruhi penyakit sifilis pada
Ibu Hamil di Poli Obgyn Rumah Sakit Intan Husada Tahun 2015.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
Tempat Peneliti
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan informasi bagi para
tim kesehatan terutama bidan, dalam upaya mengurangi resiko tinggi pada ibu
hamil dengan penyakit sifilis.
Peneliti
Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan peran serta peneliti dalam
menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan khususnya masalah sifilis
serta dapat menambah pengalaman peneliti dalam melakukan suatu penelitian.
Responden
Sebagai bahan masukan bagi responden agar dapat lebih mengerti dan
memahami bahwa sifilis dapat diatasi dengan berbagai cara dan dapat
dihilangkan secara bertahap.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya dan sebagai bahan
perbandingan dalam ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di STIKes Rumah Sakit Haji Medan.
4. BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 SIFILIS
2.1.1 DEFENISI
Sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi
penyakit ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat
menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, syaraf dan dapat ditularkan
oleh ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya, sehingga menyebabkan kelainan bawaan
pada bayi tersebut (Rukiyah, 2010 ; 42).
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu
Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi
sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya,
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai baru yanga diperkenalkan.
Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
Umur
Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak pengetahuan yang
didapat.
Sumber Informasi
Kemudian untuk memperoleh suatu informasi dapat membentuk mempercepat
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak, 2009 ; 258).
5. BAB III
PEMBAHASAN
Sifilis atau raja singa adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang
bernama Treponema pallidum. Sifilis adalah salah satu infeksi menular
seksual (IMS). Penyebaran infeksi ini paling umum adalah melalui hubungan
seksual dengan orang yang terinfeksi. Selain melalui hubungan intim, bakteri
penyebab sifilis juga bisa menyebar melalui pajanan cairan tubuh
penderitanya misalnya melalui darah.
Pada umumnya kontak langsung terjadi melalui hubungan seksual.
Hubungan seksual ini bisa berbentuk seks vagina, anal, maupun oral. Selain
itu, berbagi jarum juga bisa menularkan infeksi penyakit ini, baik pada
pengguna narkoba suntik maupun pada penyuka seni merajah tubuh misalnya
tato dan menindik telinga.
Penularan sifilis bisa juga terjadi dari wanita yang hamil kepada bayi
yang dikandungnya. Kondisi ini dikenal sebagai kongenital sifilis. Kematian
bayi di dalam kandungan bisa terjadi karena infeksi ini. Bakteri ini tidak bisa
bertahan lama di luar tubuh manusia. Infeksi penyakit ini tidak dapat
ditularkan dengan cara-cara di bawah ini:
Memakai toilet yang sama.
Berbagi peralatan makan yang sama.
Memegang gagang pintu yang sama.
Berbagi kolam renang atau pun kamar mandi yang sama.
Gejala pertama sifilis muncul sekitar 3 minggu setelah bakteri memasuki
tubuh. Infeksi sifilis terbagi menjadi empat tahapan utama, antara lain:
Sifilis primer
Penderita sifilis mengalami gejala yang dimulai dengan lesi
atau luka pada alat kelamin atau di dalam dan sekitar di mulut. Luka
yang terjadi berbentuk seperti gigitan serangga tapi tidak menimbulkan
rasa sakit. Pada tahap ini, jika orang yang terinfeksi berhubungan
seksual dengan orang lain, penularan sangat mudah terjadi. Luka ini
bertahan selama 1-2 bulan. Pada akhirnya, lesi ini akan sembuh tanpa
meninggalkan bekas.
Sifilis sekunder
Penderita sifilis sekunder akan mengalami ruam merah
seukuran koin kecil dan biasanya ruam ini muncul pada telapak tangan
dan telapak kaki. Gejala lain yang mungkin muncul adalah demam,
turunnya nafsu makan, radang tenggorokan dan kutil kelamin. Fase ini
bisa bertahan selama satu hingga tiga bulan.
6. Sifilis laten
Setelah fase sifilis sekunder, sifilis seakan-akan menghilang
dan tidak menimbulkan gejala sama sekali. Masa laten ini bisa
bertahan sekitar dua tahun sebelum kemudian lanjut ke masa yang
paling berbahaya dalam infeksi sifilis yaitu sifilis tersier.
Sifilis tersier
Jika infeksi tidak terobati, sifilis akan berkembang ke tahapan
akhir, yaitu sifilis tersier. Pada tahap ini, infeksi bisa memberi efek
yang serius pada tubuh. Beberapa akibat dari infeksi pada tahapan ini
adalah kelumpuhan, kebutaan, demensia, masalah pendengaran,
impotensi, dan bahkan kematian jika tetap tidak ditangani.
Sifilis paling mudah menular pada fase sifilis primer dan sekunder.
Jika Anda merasa terinfeksi sifilis, segera periksakan diri ke dokter atau klinik
spesialis penyakit kelamin untuk memastikan diagnosis terhadap sifilis. Makin
cepat sifilis diobati, maka makin kecil kemungkinan sifilis berkembang
menjadi penyakit yang serius.
Pengobatan Yang Dilakukan Terhadap Sifilis
Pengobatan sifilis sangat mudah dilakukan dengan memakai antibiotik.
Biasanya dengan menggunakan suntikan penisilin. Jika tidak diobati, sifilis
bisa menjadi penyakit yang berbahaya dan bisa berujung kepada kematian.
Penderita yang sedang ditangani untuk sifilis harus menghindari
hubungan seksual hingga infeksi pada dirinya hilang. Pasangan seksual dari
penderita sifilis harus diuji dan ada kemungkinan besar juga perlu diobati.
7. BAB III
PEMBAHASAN
A. SIFILIS
Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri spiroset Treponema pallidum sub-spesies pallidum. Rute utama
penularannya melalui kontak seksual; infeksi ini juga dapat ditularkan
dari ibu ke janin selama kehamilan atau saat kelahiran, yang
menyebabkan terjadinya sifilis kongenital. Penyakit lain yang diderita
manusia yang disebabkan oleh Treponema pallidum termasuk yaws
(subspesies pertenue), pinta (sub-spesies carateum), dan bejel (sub-
spesies endemicum) (Anonim, 2014). Sifilis atau penyakit Raja Singa
adalah salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang kompleks,
disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Perjalanan
penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua alat
tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain
itu wanita hamil yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya
ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang dapat
menyababkan kelainan bawaan atau bahkan kematian. Jika cepat
terdeteksi dan diobati, sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotika.
Tetapi jika tidak diobati, sifilis dapat berkembang ke fase selanjutnya
dan meluas ke bagian tubuh lain di luar alat kelamin (Hartono Olivia
R, 2008: 2).
Asal penyakit ini tidak jelas. Sebelum tahun 1492, penyakit ini
belum dikenal di Eropa. Ada yang berpendapat bahwa penyakit ini
berasal dari penduduk indian yang dibawa oleh anak buah Christopher
Colombus sewaktu mereka kembali ke Spanyol dari benua Amerika
pada tahun 1492. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli, Italia.
Pada abad ke 18 baru diketahui bahwa penyebaran sifilis dan gonore
terutama disebabkan oleh senggama dan keduanya dianggap sebagai
infeksi yang sama. Dengan berjalannya waktu, akhirnya diketahui
bahwa kedua penyakit itu disebabkan oleh jenis kuman yang berbeda
dan gejala klinisnyapun berlainan (Hartono Olivia R, 2008: 2-3).
B. PENULARAN SIFILIS
Sifilis terutama ditularkan melalui kontak seksual atau selama
kehamilan dari ibu ke janinnya, spiroseta mampu menembus membran
mokusa utuh atau ganguan kulit. Oleh karena itu dapat ditularkan
melalui mencium area di dekat lesi, serta seks oral, vaginal, dan anal.
Sekitar 30 sampai 60% dari mereka yang terkena sifilis primer atau
sekunder akan terkena penyakit tersebut. Contoh penularannya,
seseorang yang disuntik dengan hanya 57 organisme mempunyai
peluang 50% terinfeksi. Sebagian besar (60%) dari kasus baru di
United States terjadi pada laki-laki yang berhubungan seks dengan
8. laki-laki. Penyakit tersebut dapat ditularkan lewat produk darah.
Namun, produk darah telah diuji di banyak negara dan risiko penularan
tersebut menjadi rendah. Risiko dari penularan karena berbagi jarum
suntik tidaklah banyak. Sifilis tidak dapat ditularkan melalui dudukan
toilet, aktifitas sehari-hari, bak panas, atau berbagi alat makan serta
pakaian (Anonim, 2014).
C. STADIUM SIFILIS
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder,
laten dan tersier. Tiap stadium perkembangan memiliki gejala penyakit
yang berbeda-beda dan menyerang organ tubuh yang berbeda-beda
pula.
1. Stadium Dini (primer) Tiga minggu setelah infeksi, timbul
lesi pada tempat masuknya Treponema pallidum. Lesi pada
umumnya hanya satu. Terjadi afek primer berupa
penonjolan-penonjolan kecil yang erosif, berkuran 1-2 cm,
berbentuk bulat, dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya
tampak meradang, dan bila diraba ada pengerasan. Kelainan
ini tidak nyeri. Dalam beberapa hari, erosi dapat berubah
menjadi ulkus berdinding tegak lurus, sedangkan sifat
lainnya seperti pada afek primer. Keadaan ini dikenal
sebagai ulkus durum. Sekitar tiga minggu kemudian terjadi
penjalaran ke kelenjar getah bening di daerah lipat paha.
Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal pada perabaan,
tidak nyeri, tunggal dan dapat digerakkan bebas dari
sekitarnya. Keadaan ini disebut sebagai sifilis stadium 1
kompleks primer. Lesi umumnya terdapat pada alat
kelamin, dapat pula di bibir, lidah, tonsil, putting susu, jari
dan anus. Tanpa pengobatan, lesi dapat hilang spontan
dalam 4-6 minggu, cepat atau lambatnya bergantung pada
besar kecilnya lesi.
2. Stadium II (sekunder) Pada umumnya bila gejala sifilis
stadium II muncul, sifilis stadium I sudah sembuh. Waktu
antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8 minggu. Kadang-
kadang terjadi masa transisi, yakni sifilis I masih ada saat
timbul gejala stadium II. Sifat yang khas pada sifilis adalah
jarang ada rasa gatal. Gejala konstitusi seperti nyeri kepala,
demam, anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher biasanya
mendahului, kadang-kadang bersamaan dengan kelainan
pada kulit. Kelainan kulit yang timbul berupa bercak-bercak
atau tonjolan-tonjolan kecil. Tidak terdapat gelembung
bernanah. Sifilis stadium II seringkali disebut sebagai The
Greatest Immitator of All Skin Diseases karena bentuk
9. klinisnya menyerupai banyak sekali kelainan kulit lain.
Selain pada kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput
lendir dan kelenjar getah bening di seluruh tubuh.
3. Sifilis Stadium III Lesi yang khas adalah guma yang dapat
terjadi 3-7 tahun setelah infeksi. Guma umumnya satu,
dapat multipel, ukuran milier sampai berdiameter beberapa
sentimeter. Guma dapat timbul pada semua jaringan dan
organ, termasuk tulang rawan pada hidung dan dasar mulut.
Guma juga dapat ditemukan pada organ dalam seperti
lambung, hati, limpa, paru-paru, testis dll. Kelainan lain
berupa nodus di bawah kulit, kemerahan dan nyeri.
4. Sifilis Tersier Termasuk dalam kelompok penyakit ini
adalah sifilis kardiovaskuler dan neurosifilis (pada jaringan
saraf). Umumnya timbul 10-20 tahun setelah infeksi primer.
Sejumlah 10% penderita sifilis akan mengalami stadium ini.
Pria dan orang kulit berwarna lebih banyak terkena.
Kematian karena sifilis terutama disebabkan oleh stadium
ini. Diagnosis pasti sifilis ditegakkan apabila dapat
ditemukan Treponema pallidum. Pemeriksaan dilakukan
dengan mikroskop lapangan gelap sampai 3 kali (selama 3
hari berturut-turut) (Hartono Olivia R, 2008:3-4).
D. GEJALA-GEJALA PENYAKIT SIFILIS
Tanda dan gejala sifilis bervariasi bergantung pada fase mana
penyakit tersebut muncul (primer, sekunder, laten, dan tersier). Fase
primer secara umum ditandai dengan munculnya chancre tunggal
(ulserasi keras, tidak menimbulkan rasa sakit, tidak gatal di kulit),
sifilis sekunder ditandai dengan ruam yang menyebar yang seringkali
muncul di telapak tangan dan tumit kaki, sifilis laten biasanya tidak
memiliki atau hanya menunjukkan sedikit gejala, dan sifilis tersier
dengan gejala gumma, neurologis, atau jantung. Namun, penyakit ini
telah dikenal sebagai "peniru ulung" karena kemunculannya ditandai
dengan gejala yang tidak sama. Diagnosis biasanya dilakukan melalui
tes darah; namun, bakteri juga dapat dilihat melalui mikroskop. Sifilis
dapat diobati secara efektif dengan antibiotik, khususnya dengan
suntikan penisilin G (yang disuntikkan untuk neurosifilis), ataupun
ceftriakson, dan bagi pasien yang memiliki alergi berat terhadap
penisilin, doksisiklin atau azitromisin dapat diberikan secara oral atau
diminum (Anonim, 2014).
a. Primer Sifilis primer umumnya diperoleh dari kontak
seksual secara langsung dengan orang yang terinfeksi ke
orang lain. Sekitar 3 sampai 90 hari setelah awal kedapatan
10. (rata-rata 21 hari) luka di kulit dinamakan chancre, tampak
pada saat kontak. Lesi ini biasanya (40 % dari waktu)
tunggal, kokoh, tanpa rasa sakit, pemborokan kulit tanpa
rasa gatal dengan dasar yang bersih serta berbatasan tajam
antara ukuran 0,3 dan 3,0 cm. Walau bagaimanapun luka
bisa dikeluarkan hampir dalam bentuk apapun. Pada bentuk
yang umum, luka baerkembang dari macule ke papule dan
akhirnya ke erosion atau ulcer. Kadang-kadang, lesi ganda
mungkin muncul (~40%). Lesi ganda lebih umum ketika
koinfeksi dengan HIV. Lesi mungkin nyeri atau perih
(30%), dan bisa terjadi di luar kelamin (2–7%). Letak
paling umum pada wanita adalah di cervix (44%), penis
laki-laki heteroseksual (99%), dan anal serta rektal
umumnya secara relatif (laki-laki yang berhubungan seks
dengan laki-laki) (34%). Pelebaran nodus limfa;(80%)
sering kali terjadi di sekitar daerah infeksi, terjadi selama
10 hari setelah pembentukan tukak. Lesi dapat bertahan
selama tiga hingga enam minggu tanpa pengobatan
(Anonim, 2014).
b. Fase Skunder Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu
ruam kulit, yang muncul dalam waktu 6-12 minggu setelah
terinfeksi. Ruam ini bisa berlangsung hanya sebentar atau
selama beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini
akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan
kemudian akan muncul ruam yang baru. Pada fase sekunder
sering ditemukan luka di mulut. Sekitar 50% penderita
memiliki pembesaran kelenjar getah bening di seluruh
tubuhnya dan sekitar 10% menderita peradangan mata.
Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi
kadang terjadi pembengkakan saraf mata sehingga
penglihatan menjadi kabur (Anonim, 2008).
c. Fase Laten Setelah penderita sembuh dari fase sekunder,
penyakit akan memasuki fase laten dimana tidak nampak
gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-
tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang
hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang
infeksi kembali muncul (Anonim, 2008).
d. Tersier Sifilis tersier bisa terjadi kira-kira 3 hingga 15 tahun
setelah infeksi awal, dan bisa dibagi kedalam tiga bentuk
berbeda; sifilis gummatous (15%), akhir neurosifilis
(6.5%),dan kardiovaskular sifilis (10%). Tanpa pengobatan,
11. ketiga dari orang yang terinfeksi berkembang ke penyakit
tersier. Orang dengan sifilis tersier adalah bukan penular.
Sifilis gummatous atau sifilis akhir benign biasanya terjadi
1 hingga 46 tahun setelah infeksi awal, dengan rata-rata 15
tahun. Fase ini ditandai oleh pembentukan gumma kronik,
yang lembut,mirip peradangan bola tumor yang bisa
bermacam-macam dan sangat signifikan bentuknya gumma
umumnya mempengaruhi kulit, tulang, dan liver, tetapi bisa
terjadi dimanapun. Neurosifilis merujuk pada infeksi yang
melibatkan sistem saraf pusat yang bisa terjadi dini,
menjadi tak bergajala atau dalam bentuk dari meningitis
sifilistik yang berhubungan dengan keseimbangan yang
lemah dan nyeri kilat pada ekstrimitas lebih rendah. Akhir
neurosifilis umumnya terjadi 4 hingga 25 tahun setelah
infeksi awal. Siflis meningovaskular umumnya muncul
dengan apati dan sawan, serta telah umum dengan demensia
dan dorsalis. Juga di sana mungkin terdapat pupil Argyll
Robertson, tempat pupil kecil bilateral menyempit ketika
orang fokus pada objek dekat, tapi tidak menyempit ketika
terkena cahaya terang. Sifilis kardiovaskular biasanya
terjadi 10-30 tahun setelah infeksi awal. Komplikasi yang
paling umum adalah syphilitic aortitis, yang dapat
mengakibatkan pembentukan aneurisme (anonim, 2014).
E. PENCEGAHAN PENYAKIT SIFILIS
Tidak ada vaksin yang efektif untuk pencegahan. Berpantang
dari kontak fisik intim dengan orang yang terinfeksi secara efektif
mengurangi penularan sifilis, seperti penggunaan yang tepat dari
kondom lateks. Namun, penggunaan kondom, tidak sepenuhnya
menghilangkan risiko.[13][10] Oleh karena itu, Centers for Disease
Control and Prevention merekomendasikan hubungan jangka panjang
dengan satu pasangan yang tidak terinfeksi dan menghindari zat seperti
alkohol dan zat terlarang lainnya yang dapat meningkatkan risiko
perilaku seksual. Sifilis bawaan pada bayi dapat dicegah dengan
penapisan ibu selama awal kehamilan dan mengobati mereka yang
terinfeksi. United States Preventive Services Task Force (USPSTF)
sangat merekomendasikan penapisan universal pada semua wanita
hamil, sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia menyarankan agar
semua wanita dites pada kunjungan pertama antenatal dan sekali lagi
pada trimester ketiga. Jika mereka positif, mereka menganjurkan agar
pasangan mereka juga dirawat. Meskipun demikian, sifilis bawaan
masih banyak terjadi di negara berkembang, karena banyak wanita
yang sama sekali belum menerima perawatan antenatal, dan bahkan
perawatan lain sebelum melahirkan yang diterima tidak termasuk
12. penapisan, dan ini terkadang masih terjadi di negara maju, karena
mereka yang kemungkinan besar tertular sifilis (melalui penggunaan
obat-obatan terlarang, dll.) adalah yang paling sedikit menerima
perawatan selama kehamilan. Beberapa langkah untuk meningkatkan
akses ke tes tampaknya efektif untuk mengurangi tingkat sifilis bawaan
di negara berpendapatan rendah sampai menengah. Sifilis adalah
penyakit yang harus dilaporkan di beberapa negara, termasuk di
Kanada Uni Eropa , dan Amerika Serikat. Ini berarti penyedia layanan
kesehatan diwajibkan untuk memberitahukan kepada otoritas
Kesehatan Masyarakat, yang idealnya nanti akan memberikan
pemberitahuan pasangan kepada pasangan pasien. Dokter juga dapat
mendorong pasien untuk mengirim pasangan pasien untuk mencari
perawatan kesehatan. CDC merekomendasikan laki-laki yang aktif
secara seksual yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki dites
sekurang-kurangnya sekali dalam setahun (Anonim, 2014).
13. BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Penyakit sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema
Pallidium, merupakan penyakit kronis dan laten. Penyakit ini dapat menyerang dan
merusak seluruh tubuh jika tidak ditangani secepatnya. Penyakit sifilis dapat ditularkan
melalui banyak cara yaitu dengan jalan kontak langsung seperti berhubungan seks,
menerima donor darah dari orang yang telah infeksi penyakit ini, dapat juga ditularkan
dari ibu kepada bayinya selama didalam kandungan. Tidak ada vaksin khusus untuk
mencegah penularan penyakit raja singa ini, hanya saja dapat dilakukan pencegahan dari
penularan penyakit ini yaitu dengan setia terhadap satu pasangan dan tidak bergonta-ganti
pasangan.
B. SARAN
Penyakit sifilis dimasa kini sudah dapat ditangani penyakit ini tetap ada
meskipun penyebarannya sudah dapat ditekan. Setia pada satu pasangan dan tidak
bergonta-ganti pasangan adalah salah satu cara yang efektif untuk mencegah penyakit
ini.
http://www.alodokter.com/sifilis/ (diakses pada hari senin, 23 nopember pukul 22:40)
https://kalsumummi11.wordpress.com/kti-q/
http://karyatulisilmiah.com/penyakit-kelamin-sifilis/