1. PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat
atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase
terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium
pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm.
Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal
dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang
terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta,
masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray,
jelly, dll.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau
suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa
pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai
dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan
partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul
yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai
ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid
belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul
S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah
haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai
diameter sekitar 6 x 10-7.
Sistem koloid ini mempunyai sifat yang berbeda dari sifat larutan atau
suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat dapat
dibuat menjadi koloid. Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan
kehidupan kita sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid,
2. bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat,
berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem
koloid.
2. MACAM – MACAM KOLOID
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam
medium pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat
padat, cair, dan gas. Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Sol (fase terdispersi padat)
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi pada
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
2. Emulsi (fase terdispersi cair)
a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
3. Buih (fase terdispersi gas)
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat.
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium
pendispersi sama- sama berupa gas, campurannya tergolong larutan. Dan
secara lebih luas lagi penjelasan sistem koloid tersebut adalah sebagai berikut :
3. A. Sistem Koloid Fase Padat-Cair (Sol)
Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat
cair. Contoh sol/gel yaitu agar-agar, pektin(selai), gelatin(jelly), cairan kanji, air
sungai, tinta, cat, gel kalsium asetat dalam alkohol, sol emas, sol Fe(OH)3, sol
Al(OH)3, dan sol belerang.
B. Sistem Koloid Fase Padat-Padat (Sol Padat)
Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat
padat. Contoh sol padat yaitu kaca berwarna dan logam campuran (aloi) seperti
stainless steel (campuran antara besi, nikel, dan kromium).
C. Sistem Koloid Fase Padat-Gas (Aerosol Padat)
Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat
gas. Contoh aerosol padat yaitu asap.
D. Sistem Koloid Fase Cair-Gas (Aerosol)
Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat gas.
Contoh aerosol yaitu kabut, awan, parfum, hairspray, cat semprot dan lain-
lain.
E. Sistem Koloid Fase Cair-Cair (Emulsi)
Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat
cair. Contoh emulsi yaitu campuran antara minyak yang bersifat nonpolar
dengan air yang bersifat polar, susu, air santan, dan krim. Dalam emulsi
terdapat emulgator yaitu zat penghubung yang menyebabkan pembentukkan
emulsi, contoh zat emulgator adalah sabun, detergen, lesitin dan kasein (dalam
susu).
4. F. Sistem Koloid Fase Cair-Padat (Emulsi Padat)
Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat
padat. Contoh emulsi padat yaitu keju, mentega, dan mutiara.
G. Sistem Koloid Fase Gas-Cair (Busa)
Dengan fase terdispersi berupa zat gas dan medium pendispersi berupa zat cair.
Contoh busa yaitu buih.
H. Sistem Koloid Fase Gas-Padat (Busa Padat)
Dengan fase terdispersi berupa zat gas dan medium pendispersi berupa zat
padat. Contoh busa padat yaitu karet busa dan batu apung.
Sistem koloid dibagi menjadi dua bagian yaitu fase terdispersi (zat terlarut) dan
medium
pendispersi (pelarut). Keduanya terdiri dari tiga fase/wujud yaitu padat, cair
dan gas yang bersatu. Namun antara fase gas dengan gas tidak membentuk
Sistem koloid karena bercampur homogen, melainkan larutan.
No Fase Terdispersi
Medium
Pendispersi
Nama Koloid Contoh
1. Padat Padat Sol Padat Perunggu, baja
2. Padat Cair Sol Cat, tinta, lotion
3. Padat Gas
Aerosol
padat
Asap, debu
diudara
4. Cair Padat Emulsi Padat
Keju, mentega,
jeli
5. Cair Cair Emulsi cair Susu, santan
6. Cair Gas Aerosol cair Kabut, awan
7. Gas Padat Busa
Batu apung, busa
jok
8. Gas Cair Busa/buih
Buih
sabun/sampo
3. SIFAT – SIFAT KOLOID.
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-
partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup
5. besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli
fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan
sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya
akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
b. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak
lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Gerakan tersebut dapat
bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat
seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau
gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan
partikel-partikel koloid itu sendiri. ukuran partikel koloid dan semakin cepat
kecepatan gerak partikel, semakin cepat gerak Brown terjadi.
Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel
cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga
terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak
partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil
6. c. Absorpsi
Absorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
Absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang
terjadi di dalam suatu partikel. Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif
karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif
karena permukaannya menyerap ion S2.
d. Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid
bermuatan negatif.
e. Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk
koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran
koloid yang berbeda muatan.
f. Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid
lain dari proses koagulasi.
g. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut
proses dialisis.
7. h. Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik.
4. Pembuatan Sistem Koloid
a. Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui
larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
b. Pemanasan nitrat
Jika dipanaskan, kebanyakan nitrat cenderung mengalami dekomposisi
membentuk oksida logam, nitrogen dioksida berupa asap coklat, dan oksigen.
Semua nitrat dari natrium sampai cesium terdekomposisi menurut reaksi di
atas, satu-satunya yang membedakan adalah panas yang harus dialami agar
reaksi bisa terjadi. Semakin ke bawah golongan, dekomposisi akan semakin sulit,
dan dibutuhkan suhu yang lebih tinggi.
c. Pemanasan karbonat
Jika dipanaskan, kebanyakan karbonat cenderung mengalami dekomposisi
membentuk oksida logam dan karbon dioksida.
8. Karbonat dari unsur-unsur selain lithium pada Golongan 1 tidak
terdekomposisi pada suhu Bunsen, walaupun pada suhu yang lebih tinggi
mereka akan terdekomposisi. Suhu dekomposisi lagi-lagi meningkat semakin ke
bawah Golongan.
d. Kondensasi
Pembuatan koloid dengan mengubah partikel-partikel larutan yang terdiri dari
molekul-molekul atau ion menjadi partikel koloid.
Cara kondensasi merupakan cara kimia, misalnya :
a. Reaksi redoks : 2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S(koloid)
b. Reaksi Hidrolisis : FeCl3(aq) + 3H2O(l)--> → Fe(OH)3(koloid) +3HCl(aq)
c. Reaksi dekomposisi rangkap : AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl(koloid) + NaNO3(aq)
d. Reaksi pergantian pelarut : S + alkohol + air → S(koloid)
e. Cara Dispersi
pembuatan koloid dari suspensi kasar. Cara dispersi dibedakan menjadi 4, yaitu
:
a. Cara Mekanik
Pembuatan koloid dengan cara penggerusan/penggilingan untuk zat padat,
cara
pengadukan/pengocokan untuk zat cair, kemudian didispersikan ke dalam
medium (pendispersi).
Contoh : belerang halus + air → sol belerang
b. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara memecah molekul besar menjadi molekul yang
lebih kecil
dengan menghilangkan ion elektrolit penyebab gumpalan.
c. Cara Busur Bredig (Elektrodispersi)
Pembuatan koloid dengan menggunakan loncatan bunga api listrik. Cara ini
biasanya untuk membuat sol logam.
d. Cara Homogenisasi
Pembuatan koloid dengan cara membuat suatu zat menjadi homogen dan
berukuran koloid. Cara ini digunakan pada pembuatan susu.
5. Kegunaan Koloid
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang
9. penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat
saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam
skala besar.
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
Jenis industri Contoh aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan
tubuh
Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan
6. KESIMPULAN
Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang
melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini
disebut efek Tyndall.
Jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa
bergerak dengan gerak patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown
terjadi karena tumbukan tak simetris antara molekul medium dengan partikel
koloid.
Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh
karena luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya
adsorpsi yang besar.
Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena
berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan
menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang.
Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan
koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya;
sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada
Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi,
bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya.
Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul
mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid.
Asbut adalah suatu bentuk pencemaran yang merupakan sistem koloid