SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Beberapa Rincian Tentang APBN 2013
7 CIRI MENONJOL (KHAS) APBN 2013 :
1. Pendapatan negara meningkat lebih cepat daripada belanja negara komitmen
untuk memperkuat kemandirian APBN;
2. Peningkatan belanja modal, terutama untuk infrastruktur bukti kuatnya komitmen
untuk meningkatkan kualitas belanja;
3. Peniadaan Pasal Larangan Penyesuaian Harga BBM dan Pengendalian Subsidi
Listrik komitmen kuat pemberian fleksibilitas dan deskresi kepada Pemerintah
untuk meningkatkan efisiensi anggaran subsidi energi;
4. Transfer ke Daerah meningkat lebih cepat dari Belanja Pemerintah Pusat
menunjukkan besarnya perhatian Pemerintah untuk percepatan pembangunan
daerah, memperkuat pelaksanaan desentralisasi fiskal dan pemerataan
pembangunan;
5. Defisit menurun bukti kuatnya komitmen untuk menjaga kesinambungan fiskal
dan menjaga kesehatan APBN;
6. Pengutamaan Pembiayaan Dalam Negeri meneguhkan tekad membangun dengan
kekuatan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada luar negeri;
7. Sarat langkah-langkah antisipasi ketidakpastian ekonomi global dengan pasal-
pasal antisipasi krisis dalam UU APBN 2013.
Berikut disampaikan pokok-pokok yang tertuang dalam APBN-P 2013 sebagaimana
disampaikan:
1. Asumsi dasar makro ekonomi 2013, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen,
inflasi 7,2 persen, nilai tukar Rp9.600/dollar AS.
2. Tingkat suku bunga SPN tiga bulan 5,0 persen, harga minyak Indonesia
USD108 per barel dan lifting gas 1.240 barel per hari.
3. konsumsi BBM sebesar 48,0 juta kiloliter, Rumah Tangga Sasaran (RTS)
Raskin dan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebanyak 15,5
juta.
4. Untuk postur APBN-P 2013, pendapatan negara diperkirakan mencapai
Rp1.502 triliun, atau turun Rp27,7 triliun dari target APBN 2013 sebesar
Rp1.629,7 triliun. Penerimaan ini terdiri dari PNBP Rp349,2 triliun,
penerimaan pajak Rp1.148 triliun, dan penerimaan hibah Rp4,5 triliun.
5. Untuk belanja negara RP1.762,2 triliun, terdiri dari belanja pusat Rp1.196
triliun atau naik Rp42,4 triliun dari pagi APBN 2013 sebesar Rp1.154,4 triliun,
dan transfer ke daerah Rp529,4 triliun.
6. Terjadi defisit anggaran sebesar Rp224,2 triliun (2,38 persen), lebih besar dari
APBN 2013 sebesar Rp153,3 triliun (1,65 persen). Pembiayaan anggaran
diperkirakan mencapai Rp224,2 triliun, yang bersumber dari dari antara lain
tambahan pemanfaatan SAL Rp20,0 triliun, SBN Neto Rp51,4 triliun, dan
penarikan pinjaman program Rp4,6 triliun.
7. Kenaikan belanja pemerintah pusat dipengaruhi empat hal. Pertama, kenaikan
subsidi BBM dan subsidi listrik akibat perubahan asumsi makro dan
peningkatan subsidi menjadi 48 juta kiloliter. Kedua, pelaksanaan Program
Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S) sebesar Rp12,5 triliun,
yang meliputi Program Bantuan Siswa Miskin (BSM), Program Keluarga
Harapan (PKH), dan program tambahan penyaluran beras untuk masyarakat
miskin (Raskin); Yang ketiga, pelaksanaan Program Khusus, yang terdiri atas
pemberian BLSM Rp9,3 triliun untuk 15,5 juta RTS selama 4 bulan sebesar
Rp150.000, serta safeguarding BLSM Rp360,0 miliar dan Program
Infrastruktur Dasar Rp7.250 miliar. Terakhir atau keempat, pemotongan
anggaran belanja K/L sebesar Rp13.202,6 miliar dan penyesuaian anggaran
pendidikan sehingga menjadi Rp345,3 triliun (20,01 persen).
Beberapa rincian tentang RAPBN 2014
Berikut data lengkap RAPBN dan asumsi-asumsinya:
1. Anggaran Penerimaan: Rp 1.662,5 Triliun (naik 10,7% dari 2013 Rp 1.502,0
triliun)
2. Anggaran Belanja: Rp 1.816,7 triliun (naik 5,2% dari 2013 Rp 1.726,2 triliun)
3. Penerimaan pajak: Rp 1.310,2 triliun (naik 14,1 persen dari 2013 Rp 1.148,4
triliun)
4. Defisit Anggaran: Rp 154,2 triliun atau 1,49 persen terhadap PDB, turun
dibanding APBNP 2013 yang mencapai 2,38 persen dari PDB.
5. Pertumbuhan ekonomi: 6,4 persen (naik dari 2013 sebesar 6,3%)
6. Laju inflasi: kisaran 4,5 persen (turun dari APBN-P 2013 7,2%)
7. Nilai tukar rupiah: Rp 9.750 per dolar AS (naik dari 2013 sebesar Rp 9.600)
8. Rata-rata suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan: 5,5 persen
(naik dari 2013 sebesar 5%)
9. Harga minyak mentah Indonesia (ICP): US$ 106 per barel (turun dari 2013
sebesar US$ 108 per barel)
10. Lifting minyak mentah: 870 ribu barel per hari (naik dari 2013 sebesar 840 ribu
barel per hari)
11. Lifting gas bumi: 1.240 ribu barel setara minyak per hari (sama seperti target
2013)
12. Rasio utang pemerintah terhadap PDB pada akhir tahun 2014: 22-23 persen.
Analisis APBN 2013 Terhadap RAPBN 2014
Bila dilihat dari sisi Pendapatan. Pendapatan Indonesia dari tahun 2013 sampai
tahun 2014 dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
mengalami kenaikan tercatat pendapatan pada tahun 2013 mencapai Rp1.502 triliun
dan diharapkan meningkat pada tahun selanjutnya, menjadi Rp 1.662,5 Triliun pada
tahun 2014. Perpajakan masih menjadi primadona bagi pendapatan negara,
penerimaan negara berasal dari sektor perpajakan. Tercatat penerimaan dari sektor
perpajakan selalu meningkat tiap tahunnya sehingga menyebabkan peningkatan
pendapatan negara Indonesia, pada 2013 pendapatan dari sektor pajak sebesar
Rp1.148 triliun atau pada rancangan 2014 sebesar Rp 1.310,2 triliun.
Jika kita cermati lebih dalam dari rincian APBN, dapat kita temukan bahwa
pendapatan dari sektor pajak paling besar diberikan oleh PPh Nonmigas. 513.509,0
milyar rupiah pada tahun 2013 Sedangkan sektor yang memberikan pendapatan paling
sedikit berasal sari sektor perikanan, sektor tersebut hanya menyumbang 180,0 milyar
rupiah pada 2013. Hal tersebut sungguh ironis dan membuat miris, mengingat
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki perairan yang sangat luas,
namun dalam kenyataannya hanya menghasilkan pendapatan yang bisa dibilang
sangat kecil bagi negara yang memiliki perairan yang sangat luas. Hal tersebut
mengindikasikan ada yang salah dalam pengelolaan sektor perikanan di Indonesia.
Pendapatan yang sangat besar dari sektor perpajakan tidak sepatutnya dinodai oleh
para pelayan pajak yang melakukan korupsi, seperti kasus Gayus Tambunan CS.
Karena hal tersebut dapat menjadikan kepercayaan masyarakat menurun terhadap
negara untuk memberikan uangnya bagi sektor perpajakan, mereka tidak mau uang
yang mereka setorkan untuk pajak tidak masuk ke kas negara malah masuk ke saku-
saku oknum-oknum pegawai pajak yang korup. Terlepas dari hal diatas, sebenarnya
negara masih bisa mendapatkan pendapatan yang lebih besar dari sektor pajak, karena
potensi pajak negara Indonesia dengan 250 juta penduduknya sangat besar, namun
demikian masih sangat banyak warga negara Indonesia yang kesadarannya untuk
membayar pajak minim, hal ini juga menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, agar
pendapatan yang dihasilkan dari sektor perpajakan bisa melambung tinggi jauh lebih
tinggi dari pendapatan sekarang ini. Belanja negara juga mengalami peningkatan
setiap tahunnya seperti pendapatan negara, tercatat pada 2013 RP1.762,2 triliun terdiri
dari belanja pusat Rp1.196 triliun atau naik Rp42,4 triliun dari pagi APBN 2013
sebesar Rp1.154,4 triliun, dan transfer ke daerah Rp529,4 triliun. Sedangkan untuk
RAPBN 2014 Anggaran Belanja Rp 1.816,7 triliun (naik 5,2% dari 2013 Rp 1.726,2
triliun). Bila dibandingkan APBN 2013 kenaikan belanja pemerintah pusat
dipengaruhi empat hal yang terdiri dari kenaikan subsidi BBM dan subsidi listrik.
Kedua, pelaksanaan Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S)
sebesar Rp12,5 triliun, yang meliputi Program Bantuan Siswa Miskin (BSM),
Program Keluarga Harapan (PKH), dan program tambahan penyaluran beras untuk
masyarakat miskin (Raskin); Yang ketiga, pelaksanaan Program Khusus, yang terdiri
atas pemberian BLSM Rp9,3 triliun untuk 15,5 juta RTS selama 4 bulan sebesar
Rp150.000, serta safeguarding BLSM Rp360,0 miliar dan Program Infrastruktur
Dasar Rp7.250 miliar. Terakhir atau keempat, pemotongan anggaran belanja K/L
sebesar Rp13.202,6 miliar dan penyesuaian anggaran pendidikan sehingga menjadi
Rp345,3 triliun (20,01 persen). Dibandingkan RAPBN 2014 pemerintah masih
mempertahankan perkembangan import minyak dan gas yang tidak bisa ditinggalkan.
Bila kita membandingkan APBN 2013 dengan RAPBN 2014, tampak terlihat
perbedaan dalam mengambil keputusan di beberapa sektor. Pemerintah tampak
optimistis dengan kinerja perekonomian 2014, meski anggaran 2013 saat ini kondisi
makro ekonomi sedang dalam tekanan dan mengalami pelemahan. Optimisme itu
tercermin asumsi makro ekonomi yang disampaikan pemerintah, yakni: pertumbuhan
ekonomi sebesar 6,8 persen, nilai tukar rupiah Rp9.300 terhadap dolar AS, inflasi 4,9
persen, suku bunga SPN 3 bulan 5,0 persen, lifting minyak 900 ribu barel per hari dan
lifting gas bumi 1.360 ribu barel setara minyak per hari. Pemerintah mematok target
pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, meski kondisi global masih belum menentu
sehingga dikhawatirkan dapat mempengaruhi investasi dan pertumbuhan. Demikian
pula jika berpijak dari kondisi perekonomian saat ini, indikator ekonomi makro justru
sedang berada dalam tekanan yang dikhawatirkan secara berkelanjutan akan
berdampak terhadap ekonomi makro ekonomi 2014. Target pertumbuhan ekonomi
2013 sebesar 6,3 persen juga diperkirakan bisa tergelincir. Bank Indonesia sudah
merevisi target pertumbuhan ekonomi 2013, dari 5,9-6,3 persen menjadi 5,8-6,2
persen. Sebelumnya, Bank Dunia sudah lebih dahulu mengumumkan koreksi proyeksi
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dari sebelumnya 6,2 persen menjadi 5,9
persen, sedangkan target dalam APBN-P 2013 sebesar 6,3 persen.
Sementara dari sisi perekonomian global, dalam World Economic Outlook
(Juni 2013) IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan negara-negara yang memiliki
pengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia. China misalnya, 2013,
diperkirakan hanya tumbuh 7,8 persen dan 7,7 persen untuk 2014. Sedangkan
perekonomian Amerika diproyeksikan tahun ini tumbuh 1,7 persen dan membaik
tahun depan menjadi 2,7 persen. Sementara Eropa diprediksi masih dalam kondisi
resesi sehingga tahun ini hanya tumbuh 0,6 persen dan 0,9 persen pada 2014. Nilai
tukar rupiah yang dipatok pemerintah juga sangat optimis, sementara saat ini rupiah
sedang terkapar menyentuh Rp11.000 per dolar AS. Selain rupiah yang melemah,
inflasi juga terbang tinggi. Baru-baru ini, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir
bahwa inflasi pada bulan Juli mencapai 3,29 persen melampaui perkiraan BI sebesar
2,87 persen. Adapun inflasi tahunan pada Juli 2013 sebesar 8,61 persen melampaui
perkiraan BI sebesar 8,18 persen. Inflasi tahun ini diperkirakan akan terus berada di
atas 8 persen hingga akhir 2013 bahkan mungkin sampai Juni 2014. Bank Dunia
membuat perkiraan inflasi tahun ini sebesar 9 persen. Sementara Bank Indonesia (BI)
memperkirakan laju inflasi pada tahun ini bakal menembus angka 7,69 persen atau
jauh lebih tinggi dari target pemerintah di level 7,2 persen. Tidak hanya inflasi yang
meroket, cadangan devisa kita juga merosot, dan per 31 Juli 2013 mencapai 92,67
miliar dolar AS atau turun 5,33 miliar dolar dibanding posisi akhir Juni 2013 yang
mencapai sebesar 98,10 miliar dolar AS. Pemerintah juga harus memberikan
perhatian terhadap iklim investasi, sebab kondisi ekspor sedang melemah. Pemerintah
juga harus mencermati peranan ekspor yang akhir-akhir ini ternyata sudah mengalami
defisit, karena nilai impor yang terus naik. Konsumsi pemerintah dan swasta
diharapkan dapat mendorong gerbong ekonomi pada 2014. Target pertumbuhan yang
cukup tinggi, memang diharapkan bisa tercapai, namun kita juga berharap
pertumbuhan ekonomi tersebut, selain realistis juga berkualitas yang bisa mendorong
membaiknya kualitas pembangunan.
Selain dari sisi makro ekonomi, sisi lain yang perlu di cermati adalah sejauh
mana anggaran mampu menjadi alat politik atau instrumen untuk mengatur
pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan
pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta
prioritas pembangunan secara umum. Postur anggaran negara memang terus
meningkat. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014
pendapatan negara direncanakan mencapai Rp1.662,5 triliun. Jumlah ini naik 10,7
persen dari target pendapatan negara pada APBN-P 2013 sebesar Rp1.502 triliun.
Anggaran belanja negara dalam RAPBN 2014 juga mengalami kenaikan, yang
direncanakan mencapai Rp1.816,7 triliun atau naik 5,2 persen dari pagu belanja
negara dalam APBN-P 2013 sebesar Rp1.726,2 triliun. Dari anggaran pendapatan
negara sebesar Rp1.662,5 triliun, penerimaan perpajakan direncanakan mencapai
Rp1.310,2 triliun naik 14,1 persen dari target dalam APBN-P 2013 sebesar Rp1.148,4
triliun. Dengan total penerimaan perpajakan sebesar Rp1.310,2 triliun maka rasio
penerimaan perpajakan terhadap PDB atau tax ratio mengalami peningkatan dari 12,2
persen di 2013 menjadi 12,6 persen di 2014. Meskipun penerimaan perpajakan naik,
tetapi itu adalah kenaikan yang paling rendah selama tiga tahun terakhir. Padahal
dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6 persen dan PDB
kita juga terus naik. Dengan demikian, sistem perpajakan kita masih belum banyak
mengalami kemajuan.
Sisi lain yang harus dicermati dalam RAPBN 2014 adalah peningkatan belanja
negara masih didominasi oleh belanja nonproduktif seperti tersandera kepentingan
birokrasi, beban pembayaran utang pokok, beban bunga dan cicilan utang serta beban
subsidi. Dalam RAPBN 2014, pemerintah mengalokasikan sebesar Rp636,4 triliun
untuk belanja subsidi dan pembayaran bunga utang. Ini adalah mencapai hampir
sepertiga dari total anggaran. Sementara itu alokasi anggaran belanja pegawai dalam
RAPBN 2014 mencapai Rp276,7 triliun atau meningkat 18,8 persen dari tahun
sebelumnya. Peningkatan ini jauh melampaui peningkatan penerimaan negara yang
hanya meningkat 10,7 persen. Belanja nonproduktif seperti anggaran birokrasi, beban
pembayaran utang pokok, bunga dan cicilan utang serta beban subsidi, sudah menyita
hampir sebagian besar anggaran negara kita. Padahal pos-pos tersebut tidak memiliki
pengaruh yang signifikan dalam pergerakan ekonomi dibandingkan dengan belanja
modal, yang dalam RAPBN 2014 hanya dialokasikan sebesar Rp205 triliun naik
sebesar 6.9 persen dibanding tahun sebelumnya. Dengan besarnya belanja
nonproduktif tersebut maka alokasi anggaran untuk investasi tidak mendapat porsi
yang proporsional. Salah satu fungsi anggaran negara untuk menciptakan pemerataan
adalah melalui anggaran yang di daerahkan (dana transfer daerah). Penajaman
prioritas dan efektivitas anggaran negara yang di daerahkan perlu dilakukan. Sebab
peningkatan dana transfer daerah masih belum diikuti dengan membaiknya
kesejahteraan masyarakat daerah. Transfer daerah dalam tahun anggaran 2014 di
rencanakan mencapai Rp584,4 triliun yang terdiri dari dana perimbangan mencapai
Rp481,8 triliun dan dana otonomi khusus dan penyesuaian masing-masing sebesar
Rp16,2 triliun dan Rp87,9 triliun. Penajaman prioritas dan efektivitas anggaran yang
di daerahkan juga sangat penting, terutama dana bagi hasil, dana otsus Papua dan
Aceh, dan postur anggaran daerah yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan
rakyat. Selain itu, masih terdapat 181 Kabupaten tertinggal yang apabila tidak ada
dukungan alokasi pembangunan infrastruktur maka daerah ini akan semakin
tertinggal. Komitmen pemerintah untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah masih
rendah. Pengalihan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan menjadi DAK kurang
mendapatkan perhatian yang serius dari Pemerintah Pusat. Padahal hal ini
diamanatkan oleh UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah Pasal 108. Kebijakan yang diambil pemerintah untuk
meningkatkan kapasitas fiskal daerah khususnya daerah tertinggal masih kurang
optimal. Sejak 2009 sampai 2013, anggaran tidak terserap mencapai Rp180 triliun.
Sedangkan daerah begitu sulitnya mendapatkan alokasi anggaran untuk mempercepat
pembangunan di daerah.

More Related Content

What's hot

APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMA
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMAAPBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMA
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMAPraktisiMadrasah
 
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG...
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG...PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG...
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG...JARI Indonesia Borneo Barat
 
2013 2-01062-ak bab4001
2013 2-01062-ak bab40012013 2-01062-ak bab4001
2013 2-01062-ak bab4001anzaniaza15
 
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2Nandang Sukmara
 
Permen no.37 th_2014_lampiran
Permen no.37 th_2014_lampiranPermen no.37 th_2014_lampiran
Permen no.37 th_2014_lampiranAbdul Hadi
 
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015Sutardjo ( Mang Ojo )
 
Siklus 2 media xi_3.6_apbn
Siklus 2 media xi_3.6_apbnSiklus 2 media xi_3.6_apbn
Siklus 2 media xi_3.6_apbnakusajahebat
 
Keuangan publik dan kebijakan fiskal
Keuangan publik dan kebijakan fiskalKeuangan publik dan kebijakan fiskal
Keuangan publik dan kebijakan fiskalAry Efendi
 
MAKALAH MEKASNIME DAN KONFLIK DALAM APBN
MAKALAH MEKASNIME DAN KONFLIK DALAM APBNMAKALAH MEKASNIME DAN KONFLIK DALAM APBN
MAKALAH MEKASNIME DAN KONFLIK DALAM APBNSolala Halawa
 
Dampak kenaikan bbm tahun 2014
Dampak kenaikan bbm tahun 2014Dampak kenaikan bbm tahun 2014
Dampak kenaikan bbm tahun 2014Andre Siagian
 
Anggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaraAnggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaragravity1992
 
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAANKEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAANTri Damri
 
keuangan publik dan kebijakan fiskal
keuangan publik dan kebijakan fiskalkeuangan publik dan kebijakan fiskal
keuangan publik dan kebijakan fiskalSrestha Anindyanari
 
D1 Pajak: Penyusunan APBN dan Kebijakan Fiskal
D1 Pajak: Penyusunan APBN dan Kebijakan FiskalD1 Pajak: Penyusunan APBN dan Kebijakan Fiskal
D1 Pajak: Penyusunan APBN dan Kebijakan FiskalNur Rina Martyas Ningrum
 

What's hot (20)

Apbd
Apbd  Apbd
Apbd
 
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMA
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMAAPBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMA
APBN dan APBD Materi Ekonomi Kelas 12 MA/SMA
 
Advertorial APBN 2014
Advertorial APBN 2014Advertorial APBN 2014
Advertorial APBN 2014
 
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG...
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG...PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG...
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG...
 
2013 2-01062-ak bab4001
2013 2-01062-ak bab40012013 2-01062-ak bab4001
2013 2-01062-ak bab4001
 
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
 
Tugas Kelompok
Tugas KelompokTugas Kelompok
Tugas Kelompok
 
Permen no.37 th_2014_lampiran
Permen no.37 th_2014_lampiranPermen no.37 th_2014_lampiran
Permen no.37 th_2014_lampiran
 
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015
 
APBN 2015
APBN 2015APBN 2015
APBN 2015
 
Siklus 2 media xi_3.6_apbn
Siklus 2 media xi_3.6_apbnSiklus 2 media xi_3.6_apbn
Siklus 2 media xi_3.6_apbn
 
Keuangan publik dan kebijakan fiskal
Keuangan publik dan kebijakan fiskalKeuangan publik dan kebijakan fiskal
Keuangan publik dan kebijakan fiskal
 
MAKALAH MEKASNIME DAN KONFLIK DALAM APBN
MAKALAH MEKASNIME DAN KONFLIK DALAM APBNMAKALAH MEKASNIME DAN KONFLIK DALAM APBN
MAKALAH MEKASNIME DAN KONFLIK DALAM APBN
 
Dampak kenaikan bbm tahun 2014
Dampak kenaikan bbm tahun 2014Dampak kenaikan bbm tahun 2014
Dampak kenaikan bbm tahun 2014
 
Uu 26 2003 Pjls
Uu 26 2003 PjlsUu 26 2003 Pjls
Uu 26 2003 Pjls
 
Anggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaraAnggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negara
 
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAANKEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
 
keuangan publik dan kebijakan fiskal
keuangan publik dan kebijakan fiskalkeuangan publik dan kebijakan fiskal
keuangan publik dan kebijakan fiskal
 
Outlook-Ekonomi-2017
Outlook-Ekonomi-2017Outlook-Ekonomi-2017
Outlook-Ekonomi-2017
 
D1 Pajak: Penyusunan APBN dan Kebijakan Fiskal
D1 Pajak: Penyusunan APBN dan Kebijakan FiskalD1 Pajak: Penyusunan APBN dan Kebijakan Fiskal
D1 Pajak: Penyusunan APBN dan Kebijakan Fiskal
 

Similar to Beberapa rincian tentang apbn 2013

Faktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskalFaktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskalBazari Azhar Azizi
 
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)Badan Kebijakan Fiskal
 
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdfTRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdfTrifoniaApikaRirinPu1
 
Jenis- Jenis Pendapatan pusat ppt
Jenis- Jenis Pendapatan pusat pptJenis- Jenis Pendapatan pusat ppt
Jenis- Jenis Pendapatan pusat pptNabila Hanun
 
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)MaritaDamanik1
 
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI DAN RE...
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI DAN RE...IMPLEMENTASI KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI DAN RE...
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI DAN RE...BappedaLampungUtara
 
Kebijakan Fiskal
Kebijakan FiskalKebijakan Fiskal
Kebijakan FiskalSiti Sahati
 
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnTransparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnwandranatuna
 
Ppt iero september 2013
Ppt iero september 2013Ppt iero september 2013
Ppt iero september 2013Rosa Kristiadi
 
SPKN-Pengelolaan Kebijakan Fiskal Dan Kerangka Ekonomi Makro.pptx
SPKN-Pengelolaan Kebijakan Fiskal Dan Kerangka Ekonomi Makro.pptxSPKN-Pengelolaan Kebijakan Fiskal Dan Kerangka Ekonomi Makro.pptx
SPKN-Pengelolaan Kebijakan Fiskal Dan Kerangka Ekonomi Makro.pptxAdityaNugroho97
 
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016ekho109
 
Adm Keuangan Ari.docx
Adm Keuangan Ari.docxAdm Keuangan Ari.docx
Adm Keuangan Ari.docxFadhielAchmad
 
Paper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiunPaper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiunReza Yudhalaksana
 
Pengaruh mandatory spending di Indonesia
Pengaruh mandatory spending di IndonesiaPengaruh mandatory spending di Indonesia
Pengaruh mandatory spending di IndonesiaPuja Lestari
 

Similar to Beberapa rincian tentang apbn 2013 (20)

Tugas kebijakan fiskal
Tugas kebijakan fiskalTugas kebijakan fiskal
Tugas kebijakan fiskal
 
hukum pajak.docx
hukum pajak.docxhukum pajak.docx
hukum pajak.docx
 
Artikel keuangan negara
Artikel keuangan negaraArtikel keuangan negara
Artikel keuangan negara
 
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskalFaktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskal
 
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
 
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdfTRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
 
Rapbn
RapbnRapbn
Rapbn
 
Jenis- Jenis Pendapatan pusat ppt
Jenis- Jenis Pendapatan pusat pptJenis- Jenis Pendapatan pusat ppt
Jenis- Jenis Pendapatan pusat ppt
 
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
 
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI DAN RE...
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI DAN RE...IMPLEMENTASI KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI DAN RE...
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI DAN RE...
 
Kebijakan Fiskal
Kebijakan FiskalKebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal
 
Frame perencanaan tahun 2012 2
Frame perencanaan tahun 2012 2Frame perencanaan tahun 2012 2
Frame perencanaan tahun 2012 2
 
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnTransparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
 
Ppt iero september 2013
Ppt iero september 2013Ppt iero september 2013
Ppt iero september 2013
 
SPKN-Pengelolaan Kebijakan Fiskal Dan Kerangka Ekonomi Makro.pptx
SPKN-Pengelolaan Kebijakan Fiskal Dan Kerangka Ekonomi Makro.pptxSPKN-Pengelolaan Kebijakan Fiskal Dan Kerangka Ekonomi Makro.pptx
SPKN-Pengelolaan Kebijakan Fiskal Dan Kerangka Ekonomi Makro.pptx
 
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016
 
Adm Keuangan Ari.docx
Adm Keuangan Ari.docxAdm Keuangan Ari.docx
Adm Keuangan Ari.docx
 
Paper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiunPaper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiun
 
Pengaruh mandatory spending di Indonesia
Pengaruh mandatory spending di IndonesiaPengaruh mandatory spending di Indonesia
Pengaruh mandatory spending di Indonesia
 
ADM KEUANGAN 1.docx
ADM KEUANGAN 1.docxADM KEUANGAN 1.docx
ADM KEUANGAN 1.docx
 

More from Yesica Adicondro

Konsep Balanced Score Card
Konsep Balanced Score Card Konsep Balanced Score Card
Konsep Balanced Score Card Yesica Adicondro
 
Makalah kelompok Analisis Taksi Bakri
Makalah kelompok Analisis Taksi BakriMakalah kelompok Analisis Taksi Bakri
Makalah kelompok Analisis Taksi BakriYesica Adicondro
 
Makalah kelompok Analisis Taksi Bakri
Makalah kelompok Analisis Taksi BakriMakalah kelompok Analisis Taksi Bakri
Makalah kelompok Analisis Taksi BakriYesica Adicondro
 
Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia
Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia
Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia Yesica Adicondro
 
Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia
Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia
Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia Yesica Adicondro
 
Makalah kelompok 3 gudang garam
Makalah kelompok 3 gudang garamMakalah kelompok 3 gudang garam
Makalah kelompok 3 gudang garamYesica Adicondro
 
Makalah Perusahaan Gudang Garam
Makalah Perusahaan Gudang GaramMakalah Perusahaan Gudang Garam
Makalah Perusahaan Gudang GaramYesica Adicondro
 
Makalah kelompok 2 garuda citilink PPT
Makalah kelompok 2 garuda citilink PPTMakalah kelompok 2 garuda citilink PPT
Makalah kelompok 2 garuda citilink PPTYesica Adicondro
 
Makalah kelompok 2 garuda citilink
Makalah kelompok 2 garuda citilinkMakalah kelompok 2 garuda citilink
Makalah kelompok 2 garuda citilinkYesica Adicondro
 
Makalah kinerja operasi Indonesia PPT
Makalah kinerja operasi Indonesia PPT Makalah kinerja operasi Indonesia PPT
Makalah kinerja operasi Indonesia PPT Yesica Adicondro
 
Makalah kinerja operasi Indonesia
Makalah kinerja operasi IndonesiaMakalah kinerja operasi Indonesia
Makalah kinerja operasi IndonesiaYesica Adicondro
 
Business process reengineering PPT
Business process reengineering PPTBusiness process reengineering PPT
Business process reengineering PPTYesica Adicondro
 
Business process reengineering Makalah
Business process reengineering Makalah Business process reengineering Makalah
Business process reengineering Makalah Yesica Adicondro
 
Makalah Balanced Scorecard
Makalah Balanced Scorecard Makalah Balanced Scorecard
Makalah Balanced Scorecard Yesica Adicondro
 
Analisis Manajemen strategik PT garuda citilink
Analisis Manajemen strategik PT garuda citilinkAnalisis Manajemen strategik PT garuda citilink
Analisis Manajemen strategik PT garuda citilinkYesica Adicondro
 

More from Yesica Adicondro (20)

Strategi Tata Letak
Strategi Tata LetakStrategi Tata Letak
Strategi Tata Letak
 
Konsep Balanced Score Card
Konsep Balanced Score Card Konsep Balanced Score Card
Konsep Balanced Score Card
 
Makalah kelompok Analisis Taksi Bakri
Makalah kelompok Analisis Taksi BakriMakalah kelompok Analisis Taksi Bakri
Makalah kelompok Analisis Taksi Bakri
 
Makalah kelompok Analisis Taksi Bakri
Makalah kelompok Analisis Taksi BakriMakalah kelompok Analisis Taksi Bakri
Makalah kelompok Analisis Taksi Bakri
 
Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia
Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia
Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia
 
Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia
Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia
Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia
 
Makalah kelompok 3 gudang garam
Makalah kelompok 3 gudang garamMakalah kelompok 3 gudang garam
Makalah kelompok 3 gudang garam
 
Makalah Perusahaan Gudang Garam
Makalah Perusahaan Gudang GaramMakalah Perusahaan Gudang Garam
Makalah Perusahaan Gudang Garam
 
Makalah kelompok 2 garuda citilink PPT
Makalah kelompok 2 garuda citilink PPTMakalah kelompok 2 garuda citilink PPT
Makalah kelompok 2 garuda citilink PPT
 
Makalah kelompok 2 garuda citilink
Makalah kelompok 2 garuda citilinkMakalah kelompok 2 garuda citilink
Makalah kelompok 2 garuda citilink
 
Dmfi leaflet indonesian
Dmfi leaflet indonesianDmfi leaflet indonesian
Dmfi leaflet indonesian
 
Dmfi booklet indonesian
Dmfi booklet indonesian Dmfi booklet indonesian
Dmfi booklet indonesian
 
Makalah kinerja operasi Indonesia PPT
Makalah kinerja operasi Indonesia PPT Makalah kinerja operasi Indonesia PPT
Makalah kinerja operasi Indonesia PPT
 
Makalah kinerja operasi Indonesia
Makalah kinerja operasi IndonesiaMakalah kinerja operasi Indonesia
Makalah kinerja operasi Indonesia
 
Business process reengineering PPT
Business process reengineering PPTBusiness process reengineering PPT
Business process reengineering PPT
 
Business process reengineering Makalah
Business process reengineering Makalah Business process reengineering Makalah
Business process reengineering Makalah
 
PPT Balanced Scorecard
PPT Balanced Scorecard PPT Balanced Scorecard
PPT Balanced Scorecard
 
Makalah Balanced Scorecard
Makalah Balanced Scorecard Makalah Balanced Scorecard
Makalah Balanced Scorecard
 
Analisis Manajemen strategik PT garuda citilink
Analisis Manajemen strategik PT garuda citilinkAnalisis Manajemen strategik PT garuda citilink
Analisis Manajemen strategik PT garuda citilink
 
analisis PPT PT Japfa
analisis PPT PT Japfaanalisis PPT PT Japfa
analisis PPT PT Japfa
 

Recently uploaded

Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiPengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiGustiAdityaR
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxHakamNiazi
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptxObyMoris1
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 

Recently uploaded (20)

Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiPengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 

Beberapa rincian tentang apbn 2013

  • 1. Beberapa Rincian Tentang APBN 2013 7 CIRI MENONJOL (KHAS) APBN 2013 : 1. Pendapatan negara meningkat lebih cepat daripada belanja negara komitmen untuk memperkuat kemandirian APBN; 2. Peningkatan belanja modal, terutama untuk infrastruktur bukti kuatnya komitmen untuk meningkatkan kualitas belanja; 3. Peniadaan Pasal Larangan Penyesuaian Harga BBM dan Pengendalian Subsidi Listrik komitmen kuat pemberian fleksibilitas dan deskresi kepada Pemerintah untuk meningkatkan efisiensi anggaran subsidi energi; 4. Transfer ke Daerah meningkat lebih cepat dari Belanja Pemerintah Pusat menunjukkan besarnya perhatian Pemerintah untuk percepatan pembangunan daerah, memperkuat pelaksanaan desentralisasi fiskal dan pemerataan pembangunan; 5. Defisit menurun bukti kuatnya komitmen untuk menjaga kesinambungan fiskal dan menjaga kesehatan APBN; 6. Pengutamaan Pembiayaan Dalam Negeri meneguhkan tekad membangun dengan kekuatan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada luar negeri; 7. Sarat langkah-langkah antisipasi ketidakpastian ekonomi global dengan pasal- pasal antisipasi krisis dalam UU APBN 2013. Berikut disampaikan pokok-pokok yang tertuang dalam APBN-P 2013 sebagaimana disampaikan: 1. Asumsi dasar makro ekonomi 2013, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen, inflasi 7,2 persen, nilai tukar Rp9.600/dollar AS. 2. Tingkat suku bunga SPN tiga bulan 5,0 persen, harga minyak Indonesia USD108 per barel dan lifting gas 1.240 barel per hari. 3. konsumsi BBM sebesar 48,0 juta kiloliter, Rumah Tangga Sasaran (RTS) Raskin dan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebanyak 15,5 juta. 4. Untuk postur APBN-P 2013, pendapatan negara diperkirakan mencapai Rp1.502 triliun, atau turun Rp27,7 triliun dari target APBN 2013 sebesar Rp1.629,7 triliun. Penerimaan ini terdiri dari PNBP Rp349,2 triliun, penerimaan pajak Rp1.148 triliun, dan penerimaan hibah Rp4,5 triliun.
  • 2. 5. Untuk belanja negara RP1.762,2 triliun, terdiri dari belanja pusat Rp1.196 triliun atau naik Rp42,4 triliun dari pagi APBN 2013 sebesar Rp1.154,4 triliun, dan transfer ke daerah Rp529,4 triliun. 6. Terjadi defisit anggaran sebesar Rp224,2 triliun (2,38 persen), lebih besar dari APBN 2013 sebesar Rp153,3 triliun (1,65 persen). Pembiayaan anggaran diperkirakan mencapai Rp224,2 triliun, yang bersumber dari dari antara lain tambahan pemanfaatan SAL Rp20,0 triliun, SBN Neto Rp51,4 triliun, dan penarikan pinjaman program Rp4,6 triliun. 7. Kenaikan belanja pemerintah pusat dipengaruhi empat hal. Pertama, kenaikan subsidi BBM dan subsidi listrik akibat perubahan asumsi makro dan peningkatan subsidi menjadi 48 juta kiloliter. Kedua, pelaksanaan Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S) sebesar Rp12,5 triliun, yang meliputi Program Bantuan Siswa Miskin (BSM), Program Keluarga Harapan (PKH), dan program tambahan penyaluran beras untuk masyarakat miskin (Raskin); Yang ketiga, pelaksanaan Program Khusus, yang terdiri atas pemberian BLSM Rp9,3 triliun untuk 15,5 juta RTS selama 4 bulan sebesar Rp150.000, serta safeguarding BLSM Rp360,0 miliar dan Program Infrastruktur Dasar Rp7.250 miliar. Terakhir atau keempat, pemotongan anggaran belanja K/L sebesar Rp13.202,6 miliar dan penyesuaian anggaran pendidikan sehingga menjadi Rp345,3 triliun (20,01 persen). Beberapa rincian tentang RAPBN 2014 Berikut data lengkap RAPBN dan asumsi-asumsinya: 1. Anggaran Penerimaan: Rp 1.662,5 Triliun (naik 10,7% dari 2013 Rp 1.502,0 triliun) 2. Anggaran Belanja: Rp 1.816,7 triliun (naik 5,2% dari 2013 Rp 1.726,2 triliun) 3. Penerimaan pajak: Rp 1.310,2 triliun (naik 14,1 persen dari 2013 Rp 1.148,4 triliun) 4. Defisit Anggaran: Rp 154,2 triliun atau 1,49 persen terhadap PDB, turun dibanding APBNP 2013 yang mencapai 2,38 persen dari PDB. 5. Pertumbuhan ekonomi: 6,4 persen (naik dari 2013 sebesar 6,3%) 6. Laju inflasi: kisaran 4,5 persen (turun dari APBN-P 2013 7,2%)
  • 3. 7. Nilai tukar rupiah: Rp 9.750 per dolar AS (naik dari 2013 sebesar Rp 9.600) 8. Rata-rata suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan: 5,5 persen (naik dari 2013 sebesar 5%) 9. Harga minyak mentah Indonesia (ICP): US$ 106 per barel (turun dari 2013 sebesar US$ 108 per barel) 10. Lifting minyak mentah: 870 ribu barel per hari (naik dari 2013 sebesar 840 ribu barel per hari) 11. Lifting gas bumi: 1.240 ribu barel setara minyak per hari (sama seperti target 2013) 12. Rasio utang pemerintah terhadap PDB pada akhir tahun 2014: 22-23 persen. Analisis APBN 2013 Terhadap RAPBN 2014 Bila dilihat dari sisi Pendapatan. Pendapatan Indonesia dari tahun 2013 sampai tahun 2014 dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), mengalami kenaikan tercatat pendapatan pada tahun 2013 mencapai Rp1.502 triliun dan diharapkan meningkat pada tahun selanjutnya, menjadi Rp 1.662,5 Triliun pada tahun 2014. Perpajakan masih menjadi primadona bagi pendapatan negara, penerimaan negara berasal dari sektor perpajakan. Tercatat penerimaan dari sektor perpajakan selalu meningkat tiap tahunnya sehingga menyebabkan peningkatan pendapatan negara Indonesia, pada 2013 pendapatan dari sektor pajak sebesar Rp1.148 triliun atau pada rancangan 2014 sebesar Rp 1.310,2 triliun. Jika kita cermati lebih dalam dari rincian APBN, dapat kita temukan bahwa pendapatan dari sektor pajak paling besar diberikan oleh PPh Nonmigas. 513.509,0 milyar rupiah pada tahun 2013 Sedangkan sektor yang memberikan pendapatan paling sedikit berasal sari sektor perikanan, sektor tersebut hanya menyumbang 180,0 milyar rupiah pada 2013. Hal tersebut sungguh ironis dan membuat miris, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki perairan yang sangat luas, namun dalam kenyataannya hanya menghasilkan pendapatan yang bisa dibilang sangat kecil bagi negara yang memiliki perairan yang sangat luas. Hal tersebut mengindikasikan ada yang salah dalam pengelolaan sektor perikanan di Indonesia. Pendapatan yang sangat besar dari sektor perpajakan tidak sepatutnya dinodai oleh para pelayan pajak yang melakukan korupsi, seperti kasus Gayus Tambunan CS.
  • 4. Karena hal tersebut dapat menjadikan kepercayaan masyarakat menurun terhadap negara untuk memberikan uangnya bagi sektor perpajakan, mereka tidak mau uang yang mereka setorkan untuk pajak tidak masuk ke kas negara malah masuk ke saku- saku oknum-oknum pegawai pajak yang korup. Terlepas dari hal diatas, sebenarnya negara masih bisa mendapatkan pendapatan yang lebih besar dari sektor pajak, karena potensi pajak negara Indonesia dengan 250 juta penduduknya sangat besar, namun demikian masih sangat banyak warga negara Indonesia yang kesadarannya untuk membayar pajak minim, hal ini juga menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, agar pendapatan yang dihasilkan dari sektor perpajakan bisa melambung tinggi jauh lebih tinggi dari pendapatan sekarang ini. Belanja negara juga mengalami peningkatan setiap tahunnya seperti pendapatan negara, tercatat pada 2013 RP1.762,2 triliun terdiri dari belanja pusat Rp1.196 triliun atau naik Rp42,4 triliun dari pagi APBN 2013 sebesar Rp1.154,4 triliun, dan transfer ke daerah Rp529,4 triliun. Sedangkan untuk RAPBN 2014 Anggaran Belanja Rp 1.816,7 triliun (naik 5,2% dari 2013 Rp 1.726,2 triliun). Bila dibandingkan APBN 2013 kenaikan belanja pemerintah pusat dipengaruhi empat hal yang terdiri dari kenaikan subsidi BBM dan subsidi listrik. Kedua, pelaksanaan Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S) sebesar Rp12,5 triliun, yang meliputi Program Bantuan Siswa Miskin (BSM), Program Keluarga Harapan (PKH), dan program tambahan penyaluran beras untuk masyarakat miskin (Raskin); Yang ketiga, pelaksanaan Program Khusus, yang terdiri atas pemberian BLSM Rp9,3 triliun untuk 15,5 juta RTS selama 4 bulan sebesar Rp150.000, serta safeguarding BLSM Rp360,0 miliar dan Program Infrastruktur Dasar Rp7.250 miliar. Terakhir atau keempat, pemotongan anggaran belanja K/L sebesar Rp13.202,6 miliar dan penyesuaian anggaran pendidikan sehingga menjadi Rp345,3 triliun (20,01 persen). Dibandingkan RAPBN 2014 pemerintah masih mempertahankan perkembangan import minyak dan gas yang tidak bisa ditinggalkan. Bila kita membandingkan APBN 2013 dengan RAPBN 2014, tampak terlihat perbedaan dalam mengambil keputusan di beberapa sektor. Pemerintah tampak optimistis dengan kinerja perekonomian 2014, meski anggaran 2013 saat ini kondisi makro ekonomi sedang dalam tekanan dan mengalami pelemahan. Optimisme itu tercermin asumsi makro ekonomi yang disampaikan pemerintah, yakni: pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8 persen, nilai tukar rupiah Rp9.300 terhadap dolar AS, inflasi 4,9 persen, suku bunga SPN 3 bulan 5,0 persen, lifting minyak 900 ribu barel per hari dan
  • 5. lifting gas bumi 1.360 ribu barel setara minyak per hari. Pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, meski kondisi global masih belum menentu sehingga dikhawatirkan dapat mempengaruhi investasi dan pertumbuhan. Demikian pula jika berpijak dari kondisi perekonomian saat ini, indikator ekonomi makro justru sedang berada dalam tekanan yang dikhawatirkan secara berkelanjutan akan berdampak terhadap ekonomi makro ekonomi 2014. Target pertumbuhan ekonomi 2013 sebesar 6,3 persen juga diperkirakan bisa tergelincir. Bank Indonesia sudah merevisi target pertumbuhan ekonomi 2013, dari 5,9-6,3 persen menjadi 5,8-6,2 persen. Sebelumnya, Bank Dunia sudah lebih dahulu mengumumkan koreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dari sebelumnya 6,2 persen menjadi 5,9 persen, sedangkan target dalam APBN-P 2013 sebesar 6,3 persen. Sementara dari sisi perekonomian global, dalam World Economic Outlook (Juni 2013) IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan negara-negara yang memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia. China misalnya, 2013, diperkirakan hanya tumbuh 7,8 persen dan 7,7 persen untuk 2014. Sedangkan perekonomian Amerika diproyeksikan tahun ini tumbuh 1,7 persen dan membaik tahun depan menjadi 2,7 persen. Sementara Eropa diprediksi masih dalam kondisi resesi sehingga tahun ini hanya tumbuh 0,6 persen dan 0,9 persen pada 2014. Nilai tukar rupiah yang dipatok pemerintah juga sangat optimis, sementara saat ini rupiah sedang terkapar menyentuh Rp11.000 per dolar AS. Selain rupiah yang melemah, inflasi juga terbang tinggi. Baru-baru ini, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir bahwa inflasi pada bulan Juli mencapai 3,29 persen melampaui perkiraan BI sebesar 2,87 persen. Adapun inflasi tahunan pada Juli 2013 sebesar 8,61 persen melampaui perkiraan BI sebesar 8,18 persen. Inflasi tahun ini diperkirakan akan terus berada di atas 8 persen hingga akhir 2013 bahkan mungkin sampai Juni 2014. Bank Dunia membuat perkiraan inflasi tahun ini sebesar 9 persen. Sementara Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi pada tahun ini bakal menembus angka 7,69 persen atau jauh lebih tinggi dari target pemerintah di level 7,2 persen. Tidak hanya inflasi yang meroket, cadangan devisa kita juga merosot, dan per 31 Juli 2013 mencapai 92,67 miliar dolar AS atau turun 5,33 miliar dolar dibanding posisi akhir Juni 2013 yang mencapai sebesar 98,10 miliar dolar AS. Pemerintah juga harus memberikan perhatian terhadap iklim investasi, sebab kondisi ekspor sedang melemah. Pemerintah juga harus mencermati peranan ekspor yang akhir-akhir ini ternyata sudah mengalami
  • 6. defisit, karena nilai impor yang terus naik. Konsumsi pemerintah dan swasta diharapkan dapat mendorong gerbong ekonomi pada 2014. Target pertumbuhan yang cukup tinggi, memang diharapkan bisa tercapai, namun kita juga berharap pertumbuhan ekonomi tersebut, selain realistis juga berkualitas yang bisa mendorong membaiknya kualitas pembangunan. Selain dari sisi makro ekonomi, sisi lain yang perlu di cermati adalah sejauh mana anggaran mampu menjadi alat politik atau instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum. Postur anggaran negara memang terus meningkat. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014 pendapatan negara direncanakan mencapai Rp1.662,5 triliun. Jumlah ini naik 10,7 persen dari target pendapatan negara pada APBN-P 2013 sebesar Rp1.502 triliun. Anggaran belanja negara dalam RAPBN 2014 juga mengalami kenaikan, yang direncanakan mencapai Rp1.816,7 triliun atau naik 5,2 persen dari pagu belanja negara dalam APBN-P 2013 sebesar Rp1.726,2 triliun. Dari anggaran pendapatan negara sebesar Rp1.662,5 triliun, penerimaan perpajakan direncanakan mencapai Rp1.310,2 triliun naik 14,1 persen dari target dalam APBN-P 2013 sebesar Rp1.148,4 triliun. Dengan total penerimaan perpajakan sebesar Rp1.310,2 triliun maka rasio penerimaan perpajakan terhadap PDB atau tax ratio mengalami peningkatan dari 12,2 persen di 2013 menjadi 12,6 persen di 2014. Meskipun penerimaan perpajakan naik, tetapi itu adalah kenaikan yang paling rendah selama tiga tahun terakhir. Padahal dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6 persen dan PDB kita juga terus naik. Dengan demikian, sistem perpajakan kita masih belum banyak mengalami kemajuan. Sisi lain yang harus dicermati dalam RAPBN 2014 adalah peningkatan belanja negara masih didominasi oleh belanja nonproduktif seperti tersandera kepentingan birokrasi, beban pembayaran utang pokok, beban bunga dan cicilan utang serta beban subsidi. Dalam RAPBN 2014, pemerintah mengalokasikan sebesar Rp636,4 triliun untuk belanja subsidi dan pembayaran bunga utang. Ini adalah mencapai hampir sepertiga dari total anggaran. Sementara itu alokasi anggaran belanja pegawai dalam RAPBN 2014 mencapai Rp276,7 triliun atau meningkat 18,8 persen dari tahun
  • 7. sebelumnya. Peningkatan ini jauh melampaui peningkatan penerimaan negara yang hanya meningkat 10,7 persen. Belanja nonproduktif seperti anggaran birokrasi, beban pembayaran utang pokok, bunga dan cicilan utang serta beban subsidi, sudah menyita hampir sebagian besar anggaran negara kita. Padahal pos-pos tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam pergerakan ekonomi dibandingkan dengan belanja modal, yang dalam RAPBN 2014 hanya dialokasikan sebesar Rp205 triliun naik sebesar 6.9 persen dibanding tahun sebelumnya. Dengan besarnya belanja nonproduktif tersebut maka alokasi anggaran untuk investasi tidak mendapat porsi yang proporsional. Salah satu fungsi anggaran negara untuk menciptakan pemerataan adalah melalui anggaran yang di daerahkan (dana transfer daerah). Penajaman prioritas dan efektivitas anggaran negara yang di daerahkan perlu dilakukan. Sebab peningkatan dana transfer daerah masih belum diikuti dengan membaiknya kesejahteraan masyarakat daerah. Transfer daerah dalam tahun anggaran 2014 di rencanakan mencapai Rp584,4 triliun yang terdiri dari dana perimbangan mencapai Rp481,8 triliun dan dana otonomi khusus dan penyesuaian masing-masing sebesar Rp16,2 triliun dan Rp87,9 triliun. Penajaman prioritas dan efektivitas anggaran yang di daerahkan juga sangat penting, terutama dana bagi hasil, dana otsus Papua dan Aceh, dan postur anggaran daerah yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan rakyat. Selain itu, masih terdapat 181 Kabupaten tertinggal yang apabila tidak ada dukungan alokasi pembangunan infrastruktur maka daerah ini akan semakin tertinggal. Komitmen pemerintah untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah masih rendah. Pengalihan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan menjadi DAK kurang mendapatkan perhatian yang serius dari Pemerintah Pusat. Padahal hal ini diamanatkan oleh UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Pasal 108. Kebijakan yang diambil pemerintah untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah khususnya daerah tertinggal masih kurang optimal. Sejak 2009 sampai 2013, anggaran tidak terserap mencapai Rp180 triliun. Sedangkan daerah begitu sulitnya mendapatkan alokasi anggaran untuk mempercepat pembangunan di daerah.