Indeks Demokrasi Indonesia

Yuca Siahaan
Yuca Siahaancomunication n information staff en Sebelas Maret University
PRAKTEK ANALISIS EKONOMI PEMBANGUNAN
“INDEKS DEMOKRASI INDONESIA”

Disusunoleh :
GILRANDY CHRISTANTO

F01090

AZIZAH

F01090

YUCA SIAHAAN

F0109109

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
A.

PENDAHULUAN INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI)
Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) adalah angka-angka yang menunjukkan tingkat
perkembangan demokrasi di seluruh provinsi di Indonesia berdasarkan beberapa aspek
tertentu dari demokrasi. Tingkat perkembangan demokrasi tersebut diukur berdasarkan
pelaksanaan dan perkembangan sejumlah aspek demokrasi di semua provinsi di Indonesia.
Yang dijadikan aspek demokrasi dalam penyusunan IDI ini adalah Kebebasan Sipil (Civil
Liberties), Hak-Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-lembaga Demokrasi
(Institution of Democracy). Ketiga aspek demokrasi ini kemudian dijabarkan menjadi
sejumlah variabel dan indikator.
IDI bertujuan untuk mengkuantifikasikan perkembangan demokrasipada tingkat
provinsi di Indonesia.Dari indeks tersebut akan terlihatperkembangan demokrasi di
setiapprovinsi sesuai dengan ketiga aspekyang dipelajari. Di samping itu,indeks
perkembangan demokrasidi satu daerah daerah juga dapatdibandingkan dengan daerah
lainnyauntuk memperoleh gambaranperkembangan demokrasi di provinsi-provinsi di
seluruh Indonesia.Mengukur perkembangandemokrasi bukanlah pekerjaan yangmudah
karena luasnya pengertiandemokrasi yang mencakup sejumlahbesar objek. Oleh karena itu
perludilakukan penentuan komponen-komponendemokrasi apa saja yangdatanya akan
dikumpulkan sehinggakomponen yang lain tidak diperhatikan.
Dalam rangka menyusun IDI untuk tahun 2009 ditetapkan tigaaspek seperti
yang telah disebutkandi atas dengan 11 variabel dan 28indikator. Penentuan semua
inidilakukan

berdasarkan

signifikansisemua

komponen

tersebut

dalam

menentukanperkembangan demokrasi.Karena yang dikumpulkan adalahdata-data pada
tingkat provinsi,maka IDI yang disusun ini adalah IDIpada tingkat provinsi, bukan
padatingkat nasional. Oleh karena itukata ―Indonesia‖ dalam IDI mengacupada kumpulan
semua provinsi diIndonesia. Tentu saja perkembangandemokrasi pada tingkat provinsi
berbedadari perkembangan demokrasipada tingkat nasional. IDI padatingkat nasional harus
menggunakanpemerintah pusat di Jakarta danrakyat Indonesia secara keseluruhansebagai
sumber data, sedangkan IDIyang disusun pada tahap ini menggunakan pemerintah provinsi
dankabupaten/kota yang ada di provinsitersebut serta rakyat di provinsibersangkutan
sebagai sumber data.
Setelah lebih dari sepuluh tahun Indonesia berusaha menegakkan demokrasi,
sangat menarik untuk mengetahui secara nyata perkembangan demokrasi pada tingkat
provinsi di Indonesia. Selama ini perkembangan demokrasi di Indonesia hanya diukur
secara kualitatif yakni berdasarkan perkiraan yang bersifat subjektif tanpa tolok ukur yang
jelas. Sudah saatnya perkembangan demokrasi yang sangat beragam di berbagai provinsi di
Indonesia diukur secara kuantitatif dengan menggunakan angka-angka yang menunjukkan
tingkat perkembangan demokrasi secara nyata. Pengukuran secara kuantitatif akan
menghasilkan gambaran yang jelas dari tingkat perkembangan demokrasi. Di samping itu
tingkat perkembangan demokrasi di setiap provinsi akan menghasilkan perbandingan
perkembangan demokrasi antar provinsi yang dapat mengungkapkan provinsi dengan
tingkat perkembangan demokrasi yang paling baik dan yang paling buruk. Gambaran yang
diperoleh dari IDI mempunyai berbagai manfaat. Pertama, secara akademis, dapat
ditunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di setiap provinsi di Indonesia. Hal ini
memberikan data penting bagi studi mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia
karena tingkat perkembangan tersebut didasarkan atas data-data yang jelas dengan tolok
ukur yang jelas pula. Data-data yang diperoleh dari IDI dapat membantu mereka yang
mempelajari perkembangandemokrasi dan demokratisasi diIndonesia, seperti para
mahasiswa,ilmuwan, dan wartawan. Adanya IDI merupakan kemajuan dalam studi
perkembangan demokrasi di Indonesia karena untuk pertama kalinya perkembangan
demokrasi di berbagai provinsi di Indonesia dapat diketahui dengan pasti. Manfaat kedua
adalah bagi perencanaan pembangunan politik pada tingkat provinsi. Data-data yang
disampaikan oleh IDI mampu menunjukkan aspek atau variabel atau indikator mana saja
yang tidak atau kurang berkembang di sebuah provinsi sehingga dapat diketahui hal-hal
apa saja yang perlu dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait untuk
meningkatkan perkembangan demokrasi di provinsi bersangkutan.
Selama ini pembangunan ekonomi telah memiliki tolok ukur yang jelas dan
kuantitatif bagi perkembangan ekonomi yang sangat bermanfaat bagi perencanaan
pembangunan ekonomi. IDI dapat memberikan tolok ukur yang jelas dalam menilai tingkat
perkembangan demokrasi di provinsi-provinsi di Indonesia. Manfaat ketiga adalah bagi
pemerintah dan masyarakat provinsi. Provinsi yang tingkat perkembangan demokrasinya
kurang baik dapat menarik pelajaran dari data-data tersebut dengan memperhatikan
indikator-indikator demokrasi yang mendapat nilai rendah. Pemerintah daerah dan
masyarakat di provinsi bersangkutan secara bersama-sama dapat mengambil langkahlangkah tertentu yang dapat memperbaiki angka bagi indikator tersebut sehingga indeks
bagi indikator itu bisa meningkat di masa yang akan datang. Data-data yang disampaikan
oleh IDI berguna bagi pemerintah daerah provinsi dan masyarakatnya untuk mengevaluasi
diri sendiri dalam melaksanakan demokrasi dan melakukan perbaikan-perbaikan untuk
meningkatkan kualitas penyelenggaraan demokrasi.

B. ASPEK, VARIABEL DAN INDIKATOR
Pada konteks penyusunan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2009, disepakati 3
(tiga) aspek yang dijadikan sebagai objek kajian. Tiga aspek yang dimaksud adalah:
Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-lembaga
Demokrasi (Institutionof Democracy).
a.

Kebebasan Sipil
Kebebasanmerupakan kondisi yang sangatpenting bagi demokrasi karenatanpa
kebebasan maka masyarakattak dapat menuntut akuntabilitaspemerintah.
1.

Kebebasan

Berkumpul

danBerserikat.

Berkumpul

adalah

aktivitas

kemasyarakatan dalam bentuk pertemuan yang melibatkan lebih dari 2 orang.
Sedangkan berserikat adalah mendirikan atau membentuk organisasi, baik
terdaftar atau tidak terdaftar di lembaga pemerintah.
2.

Kebebasan Berpendapat; yakni kebebasan individu dan kelompok untuk
mengeluarkan pendapat, pandangan, kehendak, dan perasaan, tanpa adanya
rintangan berupa tekanan fisik, psikis dan pembatasan.

3.

Kebebasan Berkeyakinan; yakni kebebasan individu untuk untuk meyakini
kepercayaan atau agama diluar kepercayaan atau agama yang ditetapkan
pemerintah, serta tidak adanya tindakan represi dari satu kelompok masyarakat
terhadap kelompok masyarakat lain yang menolak kebijakan pemerintah terkait
dengan salah satu keyakinan.

4.

Kebebasan dari Diskriminasi; yakni kebebasan dari perlakuan yang
membedakan individu warga negara dalam hak dan kewajiban yang dia miliki
dimana pembedaan tersebut didasarkan pada alasan gender, agama, afiliasi
politik, suku / ras, umur, ODHA, dan hambatan fisik.

b.

Hak – hak Politik
Political rights merupakan indikator demokrasi politik yang cukup lengkap,
mencakup partisipasi dan kompetisi. Mengingat pentingnya aspek hak politik
(political rights) ini, Robert Dahl (1971) memberikan lima indikator untuk dimensi
hak politik yakni: hak untuk memberikan suara, hak untuk memperebutkan jabatan
publik, hak berkompetisi dalam merebut suara, pemilihan yang bebas dan adil, dan
pembuatan kebijakan pemerintah berdasarkan suara atau pilihan publik.
1.

Hak Memilih dan Dipilih; yaitu hak setiap individu untuk secara bebas
memberikan suara dalam pemilihan pejabat publik. Sedangkan hak dipilih
adalah hak setiap individu untuk berkompetisi memperebutkan suara secara
bebas dalam suatu pemilihan sebagai pejabat publik.

2.

Partisipasi

Politik

dalam

Pengambilan

Keputusan

dan

Pengawasan.

Secaraharfiah partisipasi berartikeikutsertaan. Dalam kontekspolitik, hal ini
mengacu padakeikutsertaan warga dalamberbagai proses politik. Salahsatu
bentuk partisipasi politikadalah menggunakan hak pilihdalam pemilu. Bentuk
lain daripartisipasi adalah keterlibatanwarga dalam segala tahapankebijakan,
mulai

sejak

pembuatankeputusan

sampai

denganpenilaian

keputusan,

termasukjuga peluang untuk ikut sertadalam pelaksanaan maupunpengawasan
keputusan.

Keterlibatanmasyarakat

dapatdilihat

dari

jumlah

(frekuensi)keterlibatan baik secaraindividual maupun kelompokdalam berbagai
kegiatan sepertihearing, demonstrasi, mogok,dan semacamnya. Sementara
pengawasan

oleh

masyarakat

dapat

dilakukan

dalam

bentuk

pelaporan/pengaduan terhadap penyelenggaraan pemerintahan melalui press
statement, pengaduan kepada kepolisian, dan prakarsa media memuat berita
terkait dengan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan.
c.

Lembaga – Lembaga Demokrasi
Civil liberties dan political rights sebagai pilar darikonsep demokrasi tidak
mungkinakan dapat teraktualisasikan secara maksimal tanpa didukung oleh lembagalembaga demokrasi. Atas dasar pertimbangan ini, cukup beralasan bila beberapa
akademisi telah mengartikulasi lembaga demokrasi sebagai aspek yang tidak
terpisahkan dari civil liberties dan political rights.
1.

Pemilihan Umum (Pemilu) yang Bebas dan Adil; adalah pemilu yang
memenuhi standar demokratis, yang dicerminkan oleh, antara lain: adanya
kesempatan yang sama dalam kampanye, tidak adanya manipulasi dalam
penghitungan suara, tidak adanya intimidasi dan kekerasan fisik dalam
memberikan suara.

2.

Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD); adalah efektifivitas
pelaksanaan fungsi parlemen/DPRD dalam rangka konsolidasi demokrasi. Hal
ini penting untuk dilihat, karen parlemen merupakan representasi kedaulatan
rakyat untuk mewujudkan supremasi kekuasaan sipil. Parlemen yang efektif,
yakni yang memprioritaskan kepentingan masyarakat, diindikasikan oleh
antara lain: adanya tingkat partisipasi dan kontestasi politik yang tinggi;
berjalannya mekanisme check and balance; akuntabilitas politik yang tinggi;
dan adanyahubungan yang kuat antarapolitisi dengan konstituen.

3.

Peran Partai Politik. Partaipolitik adalah suatu kelompokyang terorganisir
yang anggotaanggotanyamempunyai orientasi,nilai-nilai, dan cita-citayang
sama.

Tujuan

kelompokini

adalah

untuk

memperolehkekuasan

dan

kedudukanpolitik—dengan cara constitutional—untuk melaksanakankebijakankebijakan mereka(Miriam Budiardjo, 1983: 160).Terdapat sejumlah fungsi
daripartai politik, diantaranya adalah:fungsi penyerapan aspirasimasyarakat;
fungsi komunikasipolitik (antara konstituendengan para penyelenggaranegara);
fungsi pengkaderandan rekruitment calon-calonpemimpin politik; serta
fungsisosialisasi politik.
4.

Peran Birokrasi PemerintahanDaerah. Dalam hal ini dibatasipada peran
birokrasi

dalamkonsolidasi

demokrasi,

yaitu:keterbukaan

dan

kesungguhanpemerintah daerah dalam menerimadan menindaklanjutiaspirasi
masyarakat dan keterbukaan(transparansi) dalampenentuan pejabat Abirokrasi.
5.

Peradilan yang Independen(independent judiciary) adalahpelaksanaan rule
of law yangbebas intervensi, penegakan hukum (law enforcement) yang
konsisten dan kesetaraan dihadapan hukum (equality before the law). Hal ini
penting untuk dilihat, karena supremasi hukum merupakan landasan
demokrasi. Peradilan yang bebas dari intervensi birokrasi dan politik (dan
cabang kekuasaan yang lainnya), serta penegakan hukum yang konsisten
mengindikasikan bahwa supremasi hukum dijunjung tinggi.

C. METODE IDI
Dalam konteks penyusunan IDI, disepakati teknik pengumpulan datanya
menerapkan metode triangulation (Denzin, 1978), yakni mengkombinasikan antara metode
kuantitatif dan kualitatif dengan rancangan tertentu sehingga data yang didapat dari metode
yang satu akan memvalidasi (cross validate) data yang didapat dengan metode yang lain.
Untuk lebih spesifiknya,ada empat metode utama yang digunakan dalam pengumpulan
data untuk penyusunan IDI, yaitu: Review Media (analisis isi berita surat kabar), Review
Dokumen (analisis isi dokumen resmi yang dikeluarkan pemerintah), Focus Group
Discussion (FGD), dan Wawancara Mendalam (in-depth Interview).
a) Review Media dan Review
Review media dan dokumen termasuk dalam kelompok teknik
kuantitatif.Metode ini umumnya digunakan untuk mendapatkan data dan informasi
berkaitan dengan variabel dan indikator penelitian melalui analisis isi (content
analysis) bahan-bahan tertulis maupun simbolik (writtenand symbolic material),
misalnya surat kabar, foto, lirik lagu, film, peraturan perundang-undangan, dan
sebagainya.
Review media dan dokumen dipilih sebagai salah satu teknik
pengumpulan data, karena baik media maupun dokumen dianggap sebagai sumber
informasi paling realistik untuk mendapatkan data kuantitatif (dalam kurun waktu
pengamatan selama satu tahun) berkaitan dengan 3 aspek, 11 variabel, dan 28
indikator IDI 2009. IDI berpendapat, koranlah yangmerekam kehidupan daerah –
termasuk di dalamnya denyut demokrasiatau proses demokratisasi, selamasatu
tahun secara terus menerusdari hari ke hari. IDIsepenuhnya menyadari
keterbatasankoran seperti kemungkinan bias-biaseditorial dan wartawan,
keterbatasanjangkauan liputan, keterbatasanruang, dan keterbatasan
keahlianwartawan Untuk mengurangibias yang munculkarena
kelemahankelemahanyang inheren ada dalammetode review koran inilah makaFGD
dan wawancara mendalam jugadilakukan.
Untuk menerapkan metode reviewmedia dan
dokument pada IDI, sedikitnya harus dipenuhiempat persyaratan pokok.
Pertama,merumuskan secara spesifik isuyang akan dicari (dalam konteks
IDIberarti mulai dari 3 aspek, 11 variabel,hingga 28 indikator IDI).
Kedua,menetapkan jenis media dan dokumenyang akan di-review(ditetapkan
media yang dimaksud adalah surat kabar, dan untuk ini telah dipilih satu surat
kabar terkemukadi masing-masing provinsi. (Daftar nama suratkabar yang
dijadikan sampel sumber data dapat dilihat pada Lampiran 3).
Ketiga,menyusun alat atau sistem untuk―merekam‖ data dan informasi yang
diperlukan (dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan DPRD
–seperti Peraturan Daerah (Perda), Surat Keputusan Gubernur, Surat Keputusan
DPRD serta dokumendokumen resmi lainnya seperti data demonstrasi dari
Kepolisian, dan data pemilih yang dikeluarkan oleh KPUD.
Keempat, mengukur datadan informasi yang telah terkumpuluntuk selanjutnya
disajikan dalambentuk angka atau persentase.
b.Focus Group Discussion (FGD)
Metode Focus Group Discussion (FGD) yaitu suatu proses pengumpulan
data dan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik
melalui diskusi kelompok. FGD, proses penggalian informasi lebih didasarkan
pada interaksi di antara para partisipan dengan merujuk pada isu yang
dikemukakan oleh peneliti atau fasilitator FGD.
Mengapa FGD acapkali dipilih sebagai metode pengumpulan data? Dua
di antara sejumlah alasan adalah:pertama, FGD merupakan teknik yang lebih
handal untuk mendapatkan keragaman informasi tentang pandangan, penilaian,
pengalaman, dan reaksi para narasumber atas isu-isu penelitian melalui dialog
kelompok. Kedua, FGD memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi
yang cukup komprehensif dalam waktu yang relatif singkat (Gibbs, 1997: 2).
Namun demikian,penting dicatat teknik pengumpulan data melalui
FGDmemiliki sejumlah keterbatasan. Salah satunya, data dan informasi yang
diperoleh dari FGD tidak cukup kuat dijadikan sebagai‖landas-pijak‖ untuk
melakukan generalisasi pada konteks yang lebih luas karena data dan informasi
yang diperoleh tersebut hanya merefleksikan pandangan dan pendapat para
partisipan dalam jumlah yang sangat terbatas (Hoppe, 1995).
Dalam kaidah penelitian ilmiah,FGD termasuk dalam kategori teknik
pengumpulan data kualitatif. Sebagai salah satu dari teknik pengumpulan data,
FGD dapat berperan sebagai metode utama, atau bila mengaplikasikan lebih dari
satu teknik pengumpulan data, FGD dapat berperansebagai
komplementerterhadap metode-metode lainnya. Pilihan atas peran ini –apakah
sebagai metode utama ataukah komplementer, sangat ditentukan oleh tujuan FGD
itu sendiri.
Tujuan utama dari penggunaan FGD adalah untuk menjaring
data kualitatif berkaitan dengan aspek, variabel, dan indikator IDI tujuan FGD
dalam pengumpulan data IDI adalah:
Pertama, untuk mendapatkan informasi tentang pendapat dan penilaian partisipan
(verifikasi, konfirmasi, diskonfirmasi) atas data-data kuantitatif berkaitan dengan
indikator-indikator IDI yang telah berhasil dikumpulkan melalui review media dan
dokumen.
Kedua, melakukan eksplorasi atas kasus-kasus yang memiliki tingkat relevansi
tinggi terhadap indikator IDI.
etiga, menggali informasi (data kualitatif) berkaitan dengan
indikator-indikator IDI yang belum didapatkan melalui review media dan review
dokumen.
c. Wawancara Mendala
Wawancara mendalam (in-depth interview) dalam kaidah penelitian ilmiah, juga
termasuk kategori teknik pengumpulan data kualitatif (Moleong,2005: 186)
Teknik in-depth interview umumnya juga digunakan untuk
mendapatkaninformasi yang lebih mendalam –atau melakukan eksplorasi
ataspandangan/perspektif narasumber, berkaitan dengan isu-isu yang sedang
diteliti (Guion, 2006; Berry, 1999)
Penggunaan metode in-depth interview tidak saja membutuhkan keterampilan khusus bagi para pewawancara (interviewers), tetapi juga harus memenuhi
sedikitnya 7 (tujuh) tahapan Guion (2006: 2-4).
 Pertama, thematizing, yaitu menetapkan tujuan dari melakukan wawancara
mendalam, dan merumuskan isu-isu yang akan digali.
 Kedua, designing atau merancang alat yang akan digunakan untuk menggali
data
dan informasi (interview guide).
 Ketiga, interviewing, yakni, melakukan wawancara dengan para narasumber.
 Keempat, transcribing, menurunkan atau menarasikan hasil wawancara
dalam bentuk teks tertulis.
 Kelima, analysing, yakni menilai dan mengartikulasi informasi yang diperoleh
dari hasil wawancara dalam kaitannya dengan tema dan masalah yang sedang
diteliti.
 Keenam, verifying, melakukan verifikasi atas validitas data dan informasi yang
telah diperoleh.
 Ketujuh, reporting, yakni menyusun laporan hasil wawancara.
Pada konteks penyusunan IDI, in-depth interview digunakan untuk melakukan verifikasi
dan pendalaman informasi yang telah diperoleh melalui review media dan dokumen serta FGD.
Karena itu, cukup beralasan jika in-depth interview diperankan bukan sebagai metode utama
dalam proses pengumpulan data, tetapi lebih bersifat komplementer karena melengkapi ketiga
metode lainnya. In-depth interview juga berperan sebagai ―filter‖ dalam megurangi bias
informasi berkaitan dengan aspek, variabel dan indikator IDI.
Dengan demikian, penghitungan indeks untuk masing-masing indikator IDI ditetapkan
dengan bertumpu pada data kuantitatif yang diperoleh melalui dua metode yang pertama (review
media dan review dokumen) serta data kualitatif yang diperoleh melalui dua metode berikutnya
(FGD dan in-depth interview).
Indeks masingmasing indikator IDI (28 indikator) di setiap provinsi memberikan
kontribusi dalam penghitungan indeks 11 variabel IDI, selanjutnya indeks 11 varibel
memberikan kontribusi terhadap penghitungan indeks tiga aspek IDI. Pada akhirnya, komposit
indeks ketiga aspek IDI inilah yang merefleksikan indeks demokrasi di masing-masing provinsi.

Berdasarkan metode pengumpulan data yang digambarkan di atas, disusun sejumlah
instrumen pengumpulan data berupa: Format Koding Dokumen, Format Koding Isi Surat Kabar,
Panduan FGD dan Kelompok Peserta FGD, Format Pencatatan FGD, Format Tabulasi Ekstraksi
Hasil FGD, Panduan Wawancara Mendalam, dan Format Transkripsi Hasil Wawancara.
C. ANALISIS
Contoh aplikasi analisis Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2009
4.1.1. Indeks Demokrasi Nasionalmenurut Aspek
Grafik 4.1 di bawah menunjukkan, IDI tahun 2009 pada skala nasional adalah 67,30. Distribusi
indeks dari ketiga aspek IDI adalah 86,97 untuk aspek Kebebasan Sipil; 54,60 untuk aspek HakHak Politik; dan 62,72 untuk aspek Lembaga Demokrasi. Distribusi indeks tiga aspek ini
sekaligus memperlihatkan kontribusi dari masing-masing aspek terhadap indeks keseluruhan
pada skala nasional, dimana aspek Kebebasan Sipil memberikan kontribusi paling tinggi,
disusul oleh Lembaga Demokrasi, dan yang paling kecil memberikan kontribusi adalah aspek
Hak-Hak Politik.Aaspek Kebebasan Sipil menyokong indeks sangat tinggi (86,97).

Grafik di atas menunjukkan kesenjangan nilai indeks tiga aspek. Artinya, sejauh ini Indonesia
relatif sangat berhasil dalam membangun kebebasan sipil, dan cukup berhasil dalam membangun
lembaga demokrasi, namun pada sisi lain relatif tertinggal dalam hal hak-hak Politik.
4.1.2. Indeks Demokrasi Provinsi Menurut Aspek
Hanya pada tiga provinsi saja dimana indeks aspek Kebebasan Sipil mendekati dan/atau
berada di bawah indeks dua aspek yang lain, yaitu di Provinsi Aceh, Sumatera Barat, dan
Kalimantan Selatan. Di Aceh, misalnya, indeks aspek KebebasanSipil berada di bawah indeks
aspek Hak-Hak Politik namun di atas indeks aspek Lembaga Demokrasi. Di Sumatera Barat
indeks aspek Kebebasan Sipil secara ekstrem berada ibawah indeks dua aspek yang lain.
Sementara di Provinsi Kalimantan Selatan indeks aspek Kebebasan Sipil hampir berhimpitan
dengan indeks aspek Lembaga Demokrasi.

Grafik 4.3, semakin mempertegas proporsi tentang kecenderungan umum pada tingkat nasional
yang antara lain menyebutkan bahwa sejauh ini Indonesia relatif berhasil dalam membangun
kebebasan sipil,namun relatif tertinggal dalam halmemfungsikan lembaga demokrasi dan
mengaktualisasi hak-hak politik.
4.1.3. Ranking Indeks Demokrasidi 33 Provinsi
Capaian Indeks Demokrasi Provinsi di 33 provinsi Indonesia dikelompokkan menurut
tiga ketegori kinerja demokrasi, yaitu:
High Performing Democracy (Indeks >80);
Medium Performing Democracy (Indeks 60-80); dan
Low Performing Democracy (Indeks <60).
Tidak ada satu pun provinsi di Indonesia yang termasuk pada kategori High Performing
Democracy. Hanya terdapat satu provinsi, Nusa Tenggara Barat, yang termasuk pada kategori
Low Performing Democracy.Jadi, hampir seluruh provinsi di Indonesia (32 provinsi) termasuk
pada kategori Medium PerformingDemocracy.
Grafik 4.4. tersebut, terlihat dengan jelas tidak satu pun provinsi di Indonesia memiliki indeks
dengan kategori tinggi (indeks >80). Provinsi yang menduduki peringkat paling tinggi adalah
Kalimantan Tengah dengan nilai indeks 77,63. Sementara provinsi yang berada pada peringkat
paling rendah adalah Nusa Tenggara Barat dengan nilai indeks 58,12. Bila dibandingkan dengan
Indeks Demokrasi Nasional, secara kuantitas, memang terlihat bahwa Indeks Demokrasi Provinsi
Kalimantan Tengah berada di atas Indeks Demokrasi Nasional (67,30), namun demikian tetap
termasuk pada kategori sedang (indeks 60-80).
D. KESIMPULAN
 Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) adalah angka-angka yang menunjukkan tingkat
perkembangan demokrasi di seluruh provinsi di Indonesia berdasarkan beberapa aspek
tertentu dari demokrasi.
 IDI bertujuan untuk mengkuantifikasikan perkembangan demokrasipada tingkat provinsi
di Indonesia.
 Mamfaat yang diperoleh dari IDI:
* Pertama, secara akademis, dapat ditunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di
setiap provinsi di Indonesia.
* Manfaat kedua adalah bagi perencanaan pembangunan politik pada tingkat provinsi.
 Dalam rangka menyusun IDI untuk tahun 2009 ditetapkan tigaaspek dengan 11 variabel
dan 28indikator.
 Ketiga aspek IDI : Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak Politik (Political Rights), dan
Lembaga-lembaga Demokrasi (Institutionof Democracy).
 Untuk metode disepakati teknik pengumpulan data IDI menerapkan metode triangulation
 Ada empat metode utama yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penyusunan
IDI, yaitu: Review Media (analisis isi berita surat kabar), Review Dokumen (analisis isi
dokumen resmi yang dikeluarkan pemerintah), Focus Group Discussion (FGD), dan
Wawancara Mendalam (in-depth Interview).
 IDI tahun 2009 pada skala nasional adalah 67,30. Distribusi indeks dari ketiga aspek IDI
adalah 86,97 untuk aspek Kebebasan Sipil; 54,60 untuk aspek Hak-Hak Politik; dan
62,72 untuk aspek Lembaga Demokrasi.
 Pada tahun 2009, aspek yang memberikan kontribusi paling tinggi terhadap IDI adalah
Kebebasan Sipil (86,97).
 Indonesia relatif sangat berhasil dalam membangun kebebasan sipil, dan cukup berhasil
dalam membangun lembaga demokrasi, namun pada sisi lain relatif tertinggal dalam hal
hak-hak Politik.
 Pada tahun 2009, tidak satu pun provinsi di Indonesia memiliki indeks dengan kategori
tinggi (indeks >80). Provinsi yang menduduki peringkat paling tinggi adalah Kalimantan
Tengah dengan nilai indeks 77,63.
 Tidak ada satu pun provinsi di Indonesia yang termasuk pada kategori High Performing
Democracy. Hanya terdapat satu provinsi, Nusa Tenggara Barat, yang termasuk pada
kategori Low Performing Democracy. Jadi, hampir seluruh provinsi di Indonesia (32
provinsi) termasuk pada kategori Medium Performing Democracy
E. REKOMENDASI
Variabel yang tertinggal seperti peran partai politik perlu untuk lebih
diperhatikan/dibangun untuk ke depannya agar tidak semakin mengalami
kesenjangan dengan variabel IDI lainnya.
Indonesia yang masih tertinggal dalam memfungsikan lembaga demokrasi dan
mengaktualisasi hak-hak politik, untuk ke depannya perlu mengupayakan untuk
memaksimalkan fungsi lembaga demokrasi dan mhak-hak politik.
Provinsi yang masuk dalam kategori Low Performing Democracy seperti Nusa
Tenggara Timur perlu diperhatikan lagi agar demokrasi di NTB untuk ke
depannya bisa lebih baik lagi.
F. DAFTAR PUSTAKA
http://www.bappenas.go.id/
http://kupang.tribunnews.com/read/artikel/28646/sitemap.html
http://buras-lampost.blogspot.com/2011/04/indeks-demokrasi-indonesia-di-bawah.html
http://www.bappenas.go.id/node/165/3175/peluncuran-buku-indeks-demokrasi-indonesia-idi/
http://www.infoindo.com/20110628212440-read-indeks-demokrasi-indonesia-6730-persen

Recomendados

Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance) por
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance)Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance)Tri Widodo W. UTOMO
21.5K vistas25 diapositivas
Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, por
Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Makalah pemerintahan ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Operator Warnet Vast Raha
6.8K vistas18 diapositivas
Hakikat Negara dan Pemerintahan por
Hakikat Negara dan PemerintahanHakikat Negara dan Pemerintahan
Hakikat Negara dan PemerintahanSiti Hardiyanti
814 vistas17 diapositivas
Format Hubungan dan Kerjasama Pemerintah, Media, serta Private Sector dengan ... por
Format Hubungan dan Kerjasama Pemerintah, Media, serta Private Sector dengan ...Format Hubungan dan Kerjasama Pemerintah, Media, serta Private Sector dengan ...
Format Hubungan dan Kerjasama Pemerintah, Media, serta Private Sector dengan ...Dadang Solihin
2.7K vistas28 diapositivas
RUU Pekerja Sosial por
RUU Pekerja SosialRUU Pekerja Sosial
RUU Pekerja SosialAndamAnnisa
951 vistas44 diapositivas
Penyusunan RPJMDes dan RKPDes por
Penyusunan RPJMDes dan RKPDesPenyusunan RPJMDes dan RKPDes
Penyusunan RPJMDes dan RKPDesEka Saputra
7.8K vistas11 diapositivas

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Pergeseran paradigmatik-dalam-disiplin-administrasi-publik por
Pergeseran paradigmatik-dalam-disiplin-administrasi-publikPergeseran paradigmatik-dalam-disiplin-administrasi-publik
Pergeseran paradigmatik-dalam-disiplin-administrasi-publikFrans Dione
958 vistas13 diapositivas
45 butir butir pancasila por
45 butir butir pancasila45 butir butir pancasila
45 butir butir pancasilaRohman Efendi
20.3K vistas2 diapositivas
Buku panduan desa bebas pronografi anak por
Buku panduan desa bebas pronografi anakBuku panduan desa bebas pronografi anak
Buku panduan desa bebas pronografi anakECPAT Indonesia
1.4K vistas34 diapositivas
Pedoman Monitoring dan Evaluasi por
Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pedoman Monitoring dan Evaluasi
Pedoman Monitoring dan Evaluasi Dadang Solihin
6.1K vistas41 diapositivas
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah por
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah DaerahKonsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah DaerahSiti Sahati
4.3K vistas17 diapositivas
Musyawarah desa por
Musyawarah desaMusyawarah desa
Musyawarah desaEka Saputra
4.9K vistas16 diapositivas

La actualidad más candente(20)

Pergeseran paradigmatik-dalam-disiplin-administrasi-publik por Frans Dione
Pergeseran paradigmatik-dalam-disiplin-administrasi-publikPergeseran paradigmatik-dalam-disiplin-administrasi-publik
Pergeseran paradigmatik-dalam-disiplin-administrasi-publik
Frans Dione958 vistas
45 butir butir pancasila por Rohman Efendi
45 butir butir pancasila45 butir butir pancasila
45 butir butir pancasila
Rohman Efendi20.3K vistas
Buku panduan desa bebas pronografi anak por ECPAT Indonesia
Buku panduan desa bebas pronografi anakBuku panduan desa bebas pronografi anak
Buku panduan desa bebas pronografi anak
ECPAT Indonesia1.4K vistas
Pedoman Monitoring dan Evaluasi por Dadang Solihin
Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pedoman Monitoring dan Evaluasi
Pedoman Monitoring dan Evaluasi
Dadang Solihin6.1K vistas
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah por Siti Sahati
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah DaerahKonsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Siti Sahati4.3K vistas
Musyawarah desa por Eka Saputra
Musyawarah desaMusyawarah desa
Musyawarah desa
Eka Saputra4.9K vistas
Tugas dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah por Dadang Solihin
Tugas dan Fungsi DPRD  dalam Pembangunan Daerah Tugas dan Fungsi DPRD  dalam Pembangunan Daerah
Tugas dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Dadang Solihin16.3K vistas
Materi perlindungan anak por Azka Sudrajat
Materi perlindungan anakMateri perlindungan anak
Materi perlindungan anak
Azka Sudrajat33.1K vistas
bela negara kepemimpinan pancasila por LuqmanSuyanto
bela negara kepemimpinan pancasilabela negara kepemimpinan pancasila
bela negara kepemimpinan pancasila
LuqmanSuyanto2.2K vistas
Pengukuran Good Governance Index por Dadang Solihin
Pengukuran Good Governance IndexPengukuran Good Governance Index
Pengukuran Good Governance Index
Dadang Solihin16.8K vistas
Desa Ramah Perempuan dan Desa Peduli Anak | Konperensi Pers 11 Nopember 2020 por TV Desa
Desa Ramah Perempuan dan Desa Peduli Anak | Konperensi Pers 11 Nopember 2020Desa Ramah Perempuan dan Desa Peduli Anak | Konperensi Pers 11 Nopember 2020
Desa Ramah Perempuan dan Desa Peduli Anak | Konperensi Pers 11 Nopember 2020
TV Desa2.4K vistas
Makalah hukum kepegawaian (disiplin pegawai negeri umk cabang raha) por Septian Muna Barakati
Makalah hukum kepegawaian (disiplin pegawai negeri umk cabang raha)Makalah hukum kepegawaian (disiplin pegawai negeri umk cabang raha)
Makalah hukum kepegawaian (disiplin pegawai negeri umk cabang raha)
Septian Muna Barakati10.1K vistas
Peran koordinasi dalam meningkatkan pelayanan e ktp por Andi Dps
Peran koordinasi dalam meningkatkan pelayanan e ktpPeran koordinasi dalam meningkatkan pelayanan e ktp
Peran koordinasi dalam meningkatkan pelayanan e ktp
Andi Dps13.5K vistas
RESUME MODUL LOYAL.pptx por MichaelHarts
RESUME MODUL LOYAL.pptxRESUME MODUL LOYAL.pptx
RESUME MODUL LOYAL.pptx
MichaelHarts1.1K vistas
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2 por Hanifmaruf19
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Hanifmaruf196.2K vistas

Similar a Indeks Demokrasi Indonesia

Makalah pemilu di indonesia por
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaSeptian Muna Barakati
835 vistas18 diapositivas
Makalah pemilu di indonesia por
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaOperator Warnet Vast Raha
16.6K vistas18 diapositivas
Makalah pemilu di indonesia por
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaWarnet Raha
3.4K vistas18 diapositivas
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU) por
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)David Adi Nugroho
80.8K vistas17 diapositivas
Kelompok 2 pkn demokrasi por
Kelompok 2 pkn demokrasiKelompok 2 pkn demokrasi
Kelompok 2 pkn demokrasiDyasti Paramudhita Putri
471 vistas15 diapositivas
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera... por
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...Succes Zen
166 vistas14 diapositivas

Similar a Indeks Demokrasi Indonesia(20)

Makalah pemilu di indonesia por Warnet Raha
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesia
Warnet Raha3.4K vistas
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera... por Succes Zen
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...
Succes Zen166 vistas
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILU por AN ASYUF
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILUPENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILU
PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMILU
AN ASYUF23.9K vistas
Konsepku 131010214842-phpapp01 por Ahmad Sulton
Konsepku 131010214842-phpapp01Konsepku 131010214842-phpapp01
Konsepku 131010214842-phpapp01
Ahmad Sulton165 vistas
Konsepku 131010214842-phpapp01 (1) por Rifky Hidayat
Konsepku 131010214842-phpapp01 (1)Konsepku 131010214842-phpapp01 (1)
Konsepku 131010214842-phpapp01 (1)
Rifky Hidayat800 vistas
New Critical Democrats Januari 2014 por joaquimrohi
New Critical Democrats Januari 2014New Critical Democrats Januari 2014
New Critical Democrats Januari 2014
joaquimrohi777 vistas
Peran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia por vina irodatul afiyah
Peran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di IndonesiaPeran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia
Peran Partai Politik dalam Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia
vina irodatul afiyah2.5K vistas
Membangun budaya politik dalam sistem politik por Muhammad Salim
Membangun budaya politik dalam sistem politikMembangun budaya politik dalam sistem politik
Membangun budaya politik dalam sistem politik
Muhammad Salim5.5K vistas
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA por vina irodatul afiyah
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA  PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA
Final Competition Public Relations 2014 por Novri
Final Competition Public Relations 2014Final Competition Public Relations 2014
Final Competition Public Relations 2014
Novri 278 vistas
demokrasi masyarakat beradab por Nasria Ika
demokrasi masyarakat beradabdemokrasi masyarakat beradab
demokrasi masyarakat beradab
Nasria Ika1.5K vistas
Renstra BAWASLU por Bawaslu HSU
Renstra BAWASLURenstra BAWASLU
Renstra BAWASLU
Bawaslu HSU258 vistas

Más de Yuca Siahaan

Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon... por
Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...
Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...Yuca Siahaan
4K vistas84 diapositivas
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral RI: Sebuah Pengantar" por
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral  RI: Sebuah Pengantar"Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral  RI: Sebuah Pengantar"
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral RI: Sebuah Pengantar"Yuca Siahaan
5.2K vistas6 diapositivas
Contoh Proposal Penelitian por
Contoh Proposal PenelitianContoh Proposal Penelitian
Contoh Proposal PenelitianYuca Siahaan
108.5K vistas12 diapositivas
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif por
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatifBeberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatifYuca Siahaan
48.7K vistas3 diapositivas
Analytic hierarchy process por
Analytic hierarchy processAnalytic hierarchy process
Analytic hierarchy processYuca Siahaan
2.2K vistas13 diapositivas
Indikator makroekonomi indonesia por
Indikator makroekonomi indonesiaIndikator makroekonomi indonesia
Indikator makroekonomi indonesiaYuca Siahaan
10.7K vistas8 diapositivas

Más de Yuca Siahaan(20)

Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon... por Yuca Siahaan
Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...
Dampak penghapusan tarif bea masuk oleh negara anggota wto terhadap makroekon...
Yuca Siahaan4K vistas
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral RI: Sebuah Pengantar" por Yuca Siahaan
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral  RI: Sebuah Pengantar"Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral  RI: Sebuah Pengantar"
Resensi Buku "Bank Indonesia Bank Sentral RI: Sebuah Pengantar"
Yuca Siahaan5.2K vistas
Contoh Proposal Penelitian por Yuca Siahaan
Contoh Proposal PenelitianContoh Proposal Penelitian
Contoh Proposal Penelitian
Yuca Siahaan108.5K vistas
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif por Yuca Siahaan
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatifBeberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Beberapa pertanyaan dalam metode kuantitatif
Yuca Siahaan48.7K vistas
Analytic hierarchy process por Yuca Siahaan
Analytic hierarchy processAnalytic hierarchy process
Analytic hierarchy process
Yuca Siahaan2.2K vistas
Indikator makroekonomi indonesia por Yuca Siahaan
Indikator makroekonomi indonesiaIndikator makroekonomi indonesia
Indikator makroekonomi indonesia
Yuca Siahaan10.7K vistas
Fenomena pilkada por Yuca Siahaan
Fenomena pilkadaFenomena pilkada
Fenomena pilkada
Yuca Siahaan2.1K vistas
Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan) por Yuca Siahaan
Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)
Kasus bima(otonomi daerah vs pembangunan)
Yuca Siahaan4.3K vistas
Aliran aliran makro ekonomi por Yuca Siahaan
Aliran aliran makro ekonomiAliran aliran makro ekonomi
Aliran aliran makro ekonomi
Yuca Siahaan15.1K vistas
Wawancara Koperasi Mahasiswa UNS por Yuca Siahaan
Wawancara Koperasi Mahasiswa UNSWawancara Koperasi Mahasiswa UNS
Wawancara Koperasi Mahasiswa UNS
Yuca Siahaan6.8K vistas
Analisis swot koperasi por Yuca Siahaan
Analisis swot koperasiAnalisis swot koperasi
Analisis swot koperasi
Yuca Siahaan5.8K vistas
Exchange rate dan neraca pembayaran por Yuca Siahaan
Exchange rate dan neraca pembayaranExchange rate dan neraca pembayaran
Exchange rate dan neraca pembayaran
Yuca Siahaan2.7K vistas
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan por Yuca Siahaan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Yuca Siahaan57.7K vistas
Resensi buku utang pemerintah mencekik rakyat por Yuca Siahaan
Resensi buku utang pemerintah mencekik rakyatResensi buku utang pemerintah mencekik rakyat
Resensi buku utang pemerintah mencekik rakyat
Yuca Siahaan999 vistas
Commen currency area analysis kel.11 (2) por Yuca Siahaan
Commen currency area analysis kel.11 (2) Commen currency area analysis kel.11 (2)
Commen currency area analysis kel.11 (2)
Yuca Siahaan383 vistas
Analisis pasar by kel 11 por Yuca Siahaan
Analisis pasar by kel 11Analisis pasar by kel 11
Analisis pasar by kel 11
Yuca Siahaan921 vistas
kriteria investasi por Yuca Siahaan
kriteria investasikriteria investasi
kriteria investasi
Yuca Siahaan2.6K vistas
Investasi sdm melalui program magang por Yuca Siahaan
Investasi sdm melalui program magangInvestasi sdm melalui program magang
Investasi sdm melalui program magang
Yuca Siahaan2K vistas
Ruang lingkup dan pentingnya eko sdm por Yuca Siahaan
Ruang lingkup dan pentingnya eko sdmRuang lingkup dan pentingnya eko sdm
Ruang lingkup dan pentingnya eko sdm
Yuca Siahaan805 vistas
Cafta dan perkembangannya di indonesia por Yuca Siahaan
Cafta dan perkembangannya di indonesiaCafta dan perkembangannya di indonesia
Cafta dan perkembangannya di indonesia
Yuca Siahaan18.5K vistas

Indeks Demokrasi Indonesia

  • 1. PRAKTEK ANALISIS EKONOMI PEMBANGUNAN “INDEKS DEMOKRASI INDONESIA” Disusunoleh : GILRANDY CHRISTANTO F01090 AZIZAH F01090 YUCA SIAHAAN F0109109 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
  • 2. A. PENDAHULUAN INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) adalah angka-angka yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di seluruh provinsi di Indonesia berdasarkan beberapa aspek tertentu dari demokrasi. Tingkat perkembangan demokrasi tersebut diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan sejumlah aspek demokrasi di semua provinsi di Indonesia. Yang dijadikan aspek demokrasi dalam penyusunan IDI ini adalah Kebebasan Sipil (Civil Liberties), Hak-Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-lembaga Demokrasi (Institution of Democracy). Ketiga aspek demokrasi ini kemudian dijabarkan menjadi sejumlah variabel dan indikator. IDI bertujuan untuk mengkuantifikasikan perkembangan demokrasipada tingkat provinsi di Indonesia.Dari indeks tersebut akan terlihatperkembangan demokrasi di setiapprovinsi sesuai dengan ketiga aspekyang dipelajari. Di samping itu,indeks perkembangan demokrasidi satu daerah daerah juga dapatdibandingkan dengan daerah lainnyauntuk memperoleh gambaranperkembangan demokrasi di provinsi-provinsi di seluruh Indonesia.Mengukur perkembangandemokrasi bukanlah pekerjaan yangmudah karena luasnya pengertiandemokrasi yang mencakup sejumlahbesar objek. Oleh karena itu perludilakukan penentuan komponen-komponendemokrasi apa saja yangdatanya akan dikumpulkan sehinggakomponen yang lain tidak diperhatikan. Dalam rangka menyusun IDI untuk tahun 2009 ditetapkan tigaaspek seperti yang telah disebutkandi atas dengan 11 variabel dan 28indikator. Penentuan semua inidilakukan berdasarkan signifikansisemua komponen tersebut dalam menentukanperkembangan demokrasi.Karena yang dikumpulkan adalahdata-data pada tingkat provinsi,maka IDI yang disusun ini adalah IDIpada tingkat provinsi, bukan padatingkat nasional. Oleh karena itukata ―Indonesia‖ dalam IDI mengacupada kumpulan semua provinsi diIndonesia. Tentu saja perkembangandemokrasi pada tingkat provinsi berbedadari perkembangan demokrasipada tingkat nasional. IDI padatingkat nasional harus menggunakanpemerintah pusat di Jakarta danrakyat Indonesia secara keseluruhansebagai sumber data, sedangkan IDIyang disusun pada tahap ini menggunakan pemerintah provinsi dankabupaten/kota yang ada di provinsitersebut serta rakyat di provinsibersangkutan sebagai sumber data. Setelah lebih dari sepuluh tahun Indonesia berusaha menegakkan demokrasi, sangat menarik untuk mengetahui secara nyata perkembangan demokrasi pada tingkat provinsi di Indonesia. Selama ini perkembangan demokrasi di Indonesia hanya diukur secara kualitatif yakni berdasarkan perkiraan yang bersifat subjektif tanpa tolok ukur yang jelas. Sudah saatnya perkembangan demokrasi yang sangat beragam di berbagai provinsi di Indonesia diukur secara kuantitatif dengan menggunakan angka-angka yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi secara nyata. Pengukuran secara kuantitatif akan menghasilkan gambaran yang jelas dari tingkat perkembangan demokrasi. Di samping itu tingkat perkembangan demokrasi di setiap provinsi akan menghasilkan perbandingan perkembangan demokrasi antar provinsi yang dapat mengungkapkan provinsi dengan tingkat perkembangan demokrasi yang paling baik dan yang paling buruk. Gambaran yang
  • 3. diperoleh dari IDI mempunyai berbagai manfaat. Pertama, secara akademis, dapat ditunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di setiap provinsi di Indonesia. Hal ini memberikan data penting bagi studi mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia karena tingkat perkembangan tersebut didasarkan atas data-data yang jelas dengan tolok ukur yang jelas pula. Data-data yang diperoleh dari IDI dapat membantu mereka yang mempelajari perkembangandemokrasi dan demokratisasi diIndonesia, seperti para mahasiswa,ilmuwan, dan wartawan. Adanya IDI merupakan kemajuan dalam studi perkembangan demokrasi di Indonesia karena untuk pertama kalinya perkembangan demokrasi di berbagai provinsi di Indonesia dapat diketahui dengan pasti. Manfaat kedua adalah bagi perencanaan pembangunan politik pada tingkat provinsi. Data-data yang disampaikan oleh IDI mampu menunjukkan aspek atau variabel atau indikator mana saja yang tidak atau kurang berkembang di sebuah provinsi sehingga dapat diketahui hal-hal apa saja yang perlu dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait untuk meningkatkan perkembangan demokrasi di provinsi bersangkutan. Selama ini pembangunan ekonomi telah memiliki tolok ukur yang jelas dan kuantitatif bagi perkembangan ekonomi yang sangat bermanfaat bagi perencanaan pembangunan ekonomi. IDI dapat memberikan tolok ukur yang jelas dalam menilai tingkat perkembangan demokrasi di provinsi-provinsi di Indonesia. Manfaat ketiga adalah bagi pemerintah dan masyarakat provinsi. Provinsi yang tingkat perkembangan demokrasinya kurang baik dapat menarik pelajaran dari data-data tersebut dengan memperhatikan indikator-indikator demokrasi yang mendapat nilai rendah. Pemerintah daerah dan masyarakat di provinsi bersangkutan secara bersama-sama dapat mengambil langkahlangkah tertentu yang dapat memperbaiki angka bagi indikator tersebut sehingga indeks bagi indikator itu bisa meningkat di masa yang akan datang. Data-data yang disampaikan oleh IDI berguna bagi pemerintah daerah provinsi dan masyarakatnya untuk mengevaluasi diri sendiri dalam melaksanakan demokrasi dan melakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan demokrasi. B. ASPEK, VARIABEL DAN INDIKATOR Pada konteks penyusunan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2009, disepakati 3 (tiga) aspek yang dijadikan sebagai objek kajian. Tiga aspek yang dimaksud adalah: Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-lembaga Demokrasi (Institutionof Democracy). a. Kebebasan Sipil Kebebasanmerupakan kondisi yang sangatpenting bagi demokrasi karenatanpa kebebasan maka masyarakattak dapat menuntut akuntabilitaspemerintah. 1. Kebebasan Berkumpul danBerserikat. Berkumpul adalah aktivitas kemasyarakatan dalam bentuk pertemuan yang melibatkan lebih dari 2 orang. Sedangkan berserikat adalah mendirikan atau membentuk organisasi, baik terdaftar atau tidak terdaftar di lembaga pemerintah.
  • 4. 2. Kebebasan Berpendapat; yakni kebebasan individu dan kelompok untuk mengeluarkan pendapat, pandangan, kehendak, dan perasaan, tanpa adanya rintangan berupa tekanan fisik, psikis dan pembatasan. 3. Kebebasan Berkeyakinan; yakni kebebasan individu untuk untuk meyakini kepercayaan atau agama diluar kepercayaan atau agama yang ditetapkan pemerintah, serta tidak adanya tindakan represi dari satu kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lain yang menolak kebijakan pemerintah terkait dengan salah satu keyakinan. 4. Kebebasan dari Diskriminasi; yakni kebebasan dari perlakuan yang membedakan individu warga negara dalam hak dan kewajiban yang dia miliki dimana pembedaan tersebut didasarkan pada alasan gender, agama, afiliasi politik, suku / ras, umur, ODHA, dan hambatan fisik. b. Hak – hak Politik Political rights merupakan indikator demokrasi politik yang cukup lengkap, mencakup partisipasi dan kompetisi. Mengingat pentingnya aspek hak politik (political rights) ini, Robert Dahl (1971) memberikan lima indikator untuk dimensi hak politik yakni: hak untuk memberikan suara, hak untuk memperebutkan jabatan publik, hak berkompetisi dalam merebut suara, pemilihan yang bebas dan adil, dan pembuatan kebijakan pemerintah berdasarkan suara atau pilihan publik. 1. Hak Memilih dan Dipilih; yaitu hak setiap individu untuk secara bebas memberikan suara dalam pemilihan pejabat publik. Sedangkan hak dipilih adalah hak setiap individu untuk berkompetisi memperebutkan suara secara bebas dalam suatu pemilihan sebagai pejabat publik. 2. Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan Pengawasan. Secaraharfiah partisipasi berartikeikutsertaan. Dalam kontekspolitik, hal ini mengacu padakeikutsertaan warga dalamberbagai proses politik. Salahsatu bentuk partisipasi politikadalah menggunakan hak pilihdalam pemilu. Bentuk lain daripartisipasi adalah keterlibatanwarga dalam segala tahapankebijakan, mulai sejak pembuatankeputusan sampai denganpenilaian keputusan, termasukjuga peluang untuk ikut sertadalam pelaksanaan maupunpengawasan keputusan. Keterlibatanmasyarakat dapatdilihat dari jumlah (frekuensi)keterlibatan baik secaraindividual maupun kelompokdalam berbagai kegiatan sepertihearing, demonstrasi, mogok,dan semacamnya. Sementara pengawasan oleh masyarakat dapat dilakukan dalam bentuk pelaporan/pengaduan terhadap penyelenggaraan pemerintahan melalui press statement, pengaduan kepada kepolisian, dan prakarsa media memuat berita terkait dengan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan.
  • 5. c. Lembaga – Lembaga Demokrasi Civil liberties dan political rights sebagai pilar darikonsep demokrasi tidak mungkinakan dapat teraktualisasikan secara maksimal tanpa didukung oleh lembagalembaga demokrasi. Atas dasar pertimbangan ini, cukup beralasan bila beberapa akademisi telah mengartikulasi lembaga demokrasi sebagai aspek yang tidak terpisahkan dari civil liberties dan political rights. 1. Pemilihan Umum (Pemilu) yang Bebas dan Adil; adalah pemilu yang memenuhi standar demokratis, yang dicerminkan oleh, antara lain: adanya kesempatan yang sama dalam kampanye, tidak adanya manipulasi dalam penghitungan suara, tidak adanya intimidasi dan kekerasan fisik dalam memberikan suara. 2. Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD); adalah efektifivitas pelaksanaan fungsi parlemen/DPRD dalam rangka konsolidasi demokrasi. Hal ini penting untuk dilihat, karen parlemen merupakan representasi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan supremasi kekuasaan sipil. Parlemen yang efektif, yakni yang memprioritaskan kepentingan masyarakat, diindikasikan oleh antara lain: adanya tingkat partisipasi dan kontestasi politik yang tinggi; berjalannya mekanisme check and balance; akuntabilitas politik yang tinggi; dan adanyahubungan yang kuat antarapolitisi dengan konstituen. 3. Peran Partai Politik. Partaipolitik adalah suatu kelompokyang terorganisir yang anggotaanggotanyamempunyai orientasi,nilai-nilai, dan cita-citayang sama. Tujuan kelompokini adalah untuk memperolehkekuasan dan kedudukanpolitik—dengan cara constitutional—untuk melaksanakankebijakankebijakan mereka(Miriam Budiardjo, 1983: 160).Terdapat sejumlah fungsi daripartai politik, diantaranya adalah:fungsi penyerapan aspirasimasyarakat; fungsi komunikasipolitik (antara konstituendengan para penyelenggaranegara); fungsi pengkaderandan rekruitment calon-calonpemimpin politik; serta fungsisosialisasi politik. 4. Peran Birokrasi PemerintahanDaerah. Dalam hal ini dibatasipada peran birokrasi dalamkonsolidasi demokrasi, yaitu:keterbukaan dan kesungguhanpemerintah daerah dalam menerimadan menindaklanjutiaspirasi masyarakat dan keterbukaan(transparansi) dalampenentuan pejabat Abirokrasi. 5. Peradilan yang Independen(independent judiciary) adalahpelaksanaan rule of law yangbebas intervensi, penegakan hukum (law enforcement) yang konsisten dan kesetaraan dihadapan hukum (equality before the law). Hal ini penting untuk dilihat, karena supremasi hukum merupakan landasan demokrasi. Peradilan yang bebas dari intervensi birokrasi dan politik (dan cabang kekuasaan yang lainnya), serta penegakan hukum yang konsisten mengindikasikan bahwa supremasi hukum dijunjung tinggi. C. METODE IDI
  • 6. Dalam konteks penyusunan IDI, disepakati teknik pengumpulan datanya menerapkan metode triangulation (Denzin, 1978), yakni mengkombinasikan antara metode kuantitatif dan kualitatif dengan rancangan tertentu sehingga data yang didapat dari metode yang satu akan memvalidasi (cross validate) data yang didapat dengan metode yang lain. Untuk lebih spesifiknya,ada empat metode utama yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penyusunan IDI, yaitu: Review Media (analisis isi berita surat kabar), Review Dokumen (analisis isi dokumen resmi yang dikeluarkan pemerintah), Focus Group Discussion (FGD), dan Wawancara Mendalam (in-depth Interview). a) Review Media dan Review Review media dan dokumen termasuk dalam kelompok teknik kuantitatif.Metode ini umumnya digunakan untuk mendapatkan data dan informasi berkaitan dengan variabel dan indikator penelitian melalui analisis isi (content analysis) bahan-bahan tertulis maupun simbolik (writtenand symbolic material), misalnya surat kabar, foto, lirik lagu, film, peraturan perundang-undangan, dan sebagainya. Review media dan dokumen dipilih sebagai salah satu teknik pengumpulan data, karena baik media maupun dokumen dianggap sebagai sumber informasi paling realistik untuk mendapatkan data kuantitatif (dalam kurun waktu pengamatan selama satu tahun) berkaitan dengan 3 aspek, 11 variabel, dan 28 indikator IDI 2009. IDI berpendapat, koranlah yangmerekam kehidupan daerah – termasuk di dalamnya denyut demokrasiatau proses demokratisasi, selamasatu tahun secara terus menerusdari hari ke hari. IDIsepenuhnya menyadari keterbatasankoran seperti kemungkinan bias-biaseditorial dan wartawan, keterbatasanjangkauan liputan, keterbatasanruang, dan keterbatasan keahlianwartawan Untuk mengurangibias yang munculkarena kelemahankelemahanyang inheren ada dalammetode review koran inilah makaFGD dan wawancara mendalam jugadilakukan. Untuk menerapkan metode reviewmedia dan dokument pada IDI, sedikitnya harus dipenuhiempat persyaratan pokok. Pertama,merumuskan secara spesifik isuyang akan dicari (dalam konteks IDIberarti mulai dari 3 aspek, 11 variabel,hingga 28 indikator IDI). Kedua,menetapkan jenis media dan dokumenyang akan di-review(ditetapkan media yang dimaksud adalah surat kabar, dan untuk ini telah dipilih satu surat kabar terkemukadi masing-masing provinsi. (Daftar nama suratkabar yang dijadikan sampel sumber data dapat dilihat pada Lampiran 3). Ketiga,menyusun alat atau sistem untuk―merekam‖ data dan informasi yang diperlukan (dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan DPRD –seperti Peraturan Daerah (Perda), Surat Keputusan Gubernur, Surat Keputusan DPRD serta dokumendokumen resmi lainnya seperti data demonstrasi dari Kepolisian, dan data pemilih yang dikeluarkan oleh KPUD. Keempat, mengukur datadan informasi yang telah terkumpuluntuk selanjutnya disajikan dalambentuk angka atau persentase.
  • 7. b.Focus Group Discussion (FGD) Metode Focus Group Discussion (FGD) yaitu suatu proses pengumpulan data dan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. FGD, proses penggalian informasi lebih didasarkan pada interaksi di antara para partisipan dengan merujuk pada isu yang dikemukakan oleh peneliti atau fasilitator FGD. Mengapa FGD acapkali dipilih sebagai metode pengumpulan data? Dua di antara sejumlah alasan adalah:pertama, FGD merupakan teknik yang lebih handal untuk mendapatkan keragaman informasi tentang pandangan, penilaian, pengalaman, dan reaksi para narasumber atas isu-isu penelitian melalui dialog kelompok. Kedua, FGD memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi yang cukup komprehensif dalam waktu yang relatif singkat (Gibbs, 1997: 2). Namun demikian,penting dicatat teknik pengumpulan data melalui FGDmemiliki sejumlah keterbatasan. Salah satunya, data dan informasi yang diperoleh dari FGD tidak cukup kuat dijadikan sebagai‖landas-pijak‖ untuk melakukan generalisasi pada konteks yang lebih luas karena data dan informasi yang diperoleh tersebut hanya merefleksikan pandangan dan pendapat para partisipan dalam jumlah yang sangat terbatas (Hoppe, 1995). Dalam kaidah penelitian ilmiah,FGD termasuk dalam kategori teknik pengumpulan data kualitatif. Sebagai salah satu dari teknik pengumpulan data, FGD dapat berperan sebagai metode utama, atau bila mengaplikasikan lebih dari satu teknik pengumpulan data, FGD dapat berperansebagai komplementerterhadap metode-metode lainnya. Pilihan atas peran ini –apakah sebagai metode utama ataukah komplementer, sangat ditentukan oleh tujuan FGD itu sendiri. Tujuan utama dari penggunaan FGD adalah untuk menjaring data kualitatif berkaitan dengan aspek, variabel, dan indikator IDI tujuan FGD dalam pengumpulan data IDI adalah: Pertama, untuk mendapatkan informasi tentang pendapat dan penilaian partisipan (verifikasi, konfirmasi, diskonfirmasi) atas data-data kuantitatif berkaitan dengan indikator-indikator IDI yang telah berhasil dikumpulkan melalui review media dan dokumen. Kedua, melakukan eksplorasi atas kasus-kasus yang memiliki tingkat relevansi tinggi terhadap indikator IDI. etiga, menggali informasi (data kualitatif) berkaitan dengan indikator-indikator IDI yang belum didapatkan melalui review media dan review dokumen. c. Wawancara Mendala Wawancara mendalam (in-depth interview) dalam kaidah penelitian ilmiah, juga termasuk kategori teknik pengumpulan data kualitatif (Moleong,2005: 186) Teknik in-depth interview umumnya juga digunakan untuk mendapatkaninformasi yang lebih mendalam –atau melakukan eksplorasi
  • 8. ataspandangan/perspektif narasumber, berkaitan dengan isu-isu yang sedang diteliti (Guion, 2006; Berry, 1999) Penggunaan metode in-depth interview tidak saja membutuhkan keterampilan khusus bagi para pewawancara (interviewers), tetapi juga harus memenuhi sedikitnya 7 (tujuh) tahapan Guion (2006: 2-4).  Pertama, thematizing, yaitu menetapkan tujuan dari melakukan wawancara mendalam, dan merumuskan isu-isu yang akan digali.  Kedua, designing atau merancang alat yang akan digunakan untuk menggali data dan informasi (interview guide).  Ketiga, interviewing, yakni, melakukan wawancara dengan para narasumber.  Keempat, transcribing, menurunkan atau menarasikan hasil wawancara dalam bentuk teks tertulis.  Kelima, analysing, yakni menilai dan mengartikulasi informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dalam kaitannya dengan tema dan masalah yang sedang diteliti.  Keenam, verifying, melakukan verifikasi atas validitas data dan informasi yang telah diperoleh.  Ketujuh, reporting, yakni menyusun laporan hasil wawancara. Pada konteks penyusunan IDI, in-depth interview digunakan untuk melakukan verifikasi dan pendalaman informasi yang telah diperoleh melalui review media dan dokumen serta FGD. Karena itu, cukup beralasan jika in-depth interview diperankan bukan sebagai metode utama dalam proses pengumpulan data, tetapi lebih bersifat komplementer karena melengkapi ketiga metode lainnya. In-depth interview juga berperan sebagai ―filter‖ dalam megurangi bias informasi berkaitan dengan aspek, variabel dan indikator IDI. Dengan demikian, penghitungan indeks untuk masing-masing indikator IDI ditetapkan dengan bertumpu pada data kuantitatif yang diperoleh melalui dua metode yang pertama (review media dan review dokumen) serta data kualitatif yang diperoleh melalui dua metode berikutnya (FGD dan in-depth interview). Indeks masingmasing indikator IDI (28 indikator) di setiap provinsi memberikan kontribusi dalam penghitungan indeks 11 variabel IDI, selanjutnya indeks 11 varibel memberikan kontribusi terhadap penghitungan indeks tiga aspek IDI. Pada akhirnya, komposit indeks ketiga aspek IDI inilah yang merefleksikan indeks demokrasi di masing-masing provinsi. Berdasarkan metode pengumpulan data yang digambarkan di atas, disusun sejumlah instrumen pengumpulan data berupa: Format Koding Dokumen, Format Koding Isi Surat Kabar,
  • 9. Panduan FGD dan Kelompok Peserta FGD, Format Pencatatan FGD, Format Tabulasi Ekstraksi Hasil FGD, Panduan Wawancara Mendalam, dan Format Transkripsi Hasil Wawancara. C. ANALISIS Contoh aplikasi analisis Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2009 4.1.1. Indeks Demokrasi Nasionalmenurut Aspek Grafik 4.1 di bawah menunjukkan, IDI tahun 2009 pada skala nasional adalah 67,30. Distribusi indeks dari ketiga aspek IDI adalah 86,97 untuk aspek Kebebasan Sipil; 54,60 untuk aspek HakHak Politik; dan 62,72 untuk aspek Lembaga Demokrasi. Distribusi indeks tiga aspek ini sekaligus memperlihatkan kontribusi dari masing-masing aspek terhadap indeks keseluruhan pada skala nasional, dimana aspek Kebebasan Sipil memberikan kontribusi paling tinggi, disusul oleh Lembaga Demokrasi, dan yang paling kecil memberikan kontribusi adalah aspek Hak-Hak Politik.Aaspek Kebebasan Sipil menyokong indeks sangat tinggi (86,97). Grafik di atas menunjukkan kesenjangan nilai indeks tiga aspek. Artinya, sejauh ini Indonesia relatif sangat berhasil dalam membangun kebebasan sipil, dan cukup berhasil dalam membangun lembaga demokrasi, namun pada sisi lain relatif tertinggal dalam hal hak-hak Politik.
  • 10. 4.1.2. Indeks Demokrasi Provinsi Menurut Aspek Hanya pada tiga provinsi saja dimana indeks aspek Kebebasan Sipil mendekati dan/atau berada di bawah indeks dua aspek yang lain, yaitu di Provinsi Aceh, Sumatera Barat, dan Kalimantan Selatan. Di Aceh, misalnya, indeks aspek KebebasanSipil berada di bawah indeks aspek Hak-Hak Politik namun di atas indeks aspek Lembaga Demokrasi. Di Sumatera Barat indeks aspek Kebebasan Sipil secara ekstrem berada ibawah indeks dua aspek yang lain. Sementara di Provinsi Kalimantan Selatan indeks aspek Kebebasan Sipil hampir berhimpitan dengan indeks aspek Lembaga Demokrasi. Grafik 4.3, semakin mempertegas proporsi tentang kecenderungan umum pada tingkat nasional yang antara lain menyebutkan bahwa sejauh ini Indonesia relatif berhasil dalam membangun kebebasan sipil,namun relatif tertinggal dalam halmemfungsikan lembaga demokrasi dan mengaktualisasi hak-hak politik. 4.1.3. Ranking Indeks Demokrasidi 33 Provinsi Capaian Indeks Demokrasi Provinsi di 33 provinsi Indonesia dikelompokkan menurut tiga ketegori kinerja demokrasi, yaitu: High Performing Democracy (Indeks >80); Medium Performing Democracy (Indeks 60-80); dan Low Performing Democracy (Indeks <60). Tidak ada satu pun provinsi di Indonesia yang termasuk pada kategori High Performing Democracy. Hanya terdapat satu provinsi, Nusa Tenggara Barat, yang termasuk pada kategori Low Performing Democracy.Jadi, hampir seluruh provinsi di Indonesia (32 provinsi) termasuk pada kategori Medium PerformingDemocracy.
  • 11. Grafik 4.4. tersebut, terlihat dengan jelas tidak satu pun provinsi di Indonesia memiliki indeks dengan kategori tinggi (indeks >80). Provinsi yang menduduki peringkat paling tinggi adalah Kalimantan Tengah dengan nilai indeks 77,63. Sementara provinsi yang berada pada peringkat paling rendah adalah Nusa Tenggara Barat dengan nilai indeks 58,12. Bila dibandingkan dengan Indeks Demokrasi Nasional, secara kuantitas, memang terlihat bahwa Indeks Demokrasi Provinsi Kalimantan Tengah berada di atas Indeks Demokrasi Nasional (67,30), namun demikian tetap termasuk pada kategori sedang (indeks 60-80). D. KESIMPULAN  Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) adalah angka-angka yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di seluruh provinsi di Indonesia berdasarkan beberapa aspek tertentu dari demokrasi.  IDI bertujuan untuk mengkuantifikasikan perkembangan demokrasipada tingkat provinsi di Indonesia.  Mamfaat yang diperoleh dari IDI: * Pertama, secara akademis, dapat ditunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di setiap provinsi di Indonesia. * Manfaat kedua adalah bagi perencanaan pembangunan politik pada tingkat provinsi.  Dalam rangka menyusun IDI untuk tahun 2009 ditetapkan tigaaspek dengan 11 variabel dan 28indikator.  Ketiga aspek IDI : Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-lembaga Demokrasi (Institutionof Democracy).  Untuk metode disepakati teknik pengumpulan data IDI menerapkan metode triangulation  Ada empat metode utama yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penyusunan IDI, yaitu: Review Media (analisis isi berita surat kabar), Review Dokumen (analisis isi
  • 12. dokumen resmi yang dikeluarkan pemerintah), Focus Group Discussion (FGD), dan Wawancara Mendalam (in-depth Interview).  IDI tahun 2009 pada skala nasional adalah 67,30. Distribusi indeks dari ketiga aspek IDI adalah 86,97 untuk aspek Kebebasan Sipil; 54,60 untuk aspek Hak-Hak Politik; dan 62,72 untuk aspek Lembaga Demokrasi.  Pada tahun 2009, aspek yang memberikan kontribusi paling tinggi terhadap IDI adalah Kebebasan Sipil (86,97).  Indonesia relatif sangat berhasil dalam membangun kebebasan sipil, dan cukup berhasil dalam membangun lembaga demokrasi, namun pada sisi lain relatif tertinggal dalam hal hak-hak Politik.  Pada tahun 2009, tidak satu pun provinsi di Indonesia memiliki indeks dengan kategori tinggi (indeks >80). Provinsi yang menduduki peringkat paling tinggi adalah Kalimantan Tengah dengan nilai indeks 77,63.  Tidak ada satu pun provinsi di Indonesia yang termasuk pada kategori High Performing Democracy. Hanya terdapat satu provinsi, Nusa Tenggara Barat, yang termasuk pada kategori Low Performing Democracy. Jadi, hampir seluruh provinsi di Indonesia (32 provinsi) termasuk pada kategori Medium Performing Democracy E. REKOMENDASI Variabel yang tertinggal seperti peran partai politik perlu untuk lebih diperhatikan/dibangun untuk ke depannya agar tidak semakin mengalami kesenjangan dengan variabel IDI lainnya. Indonesia yang masih tertinggal dalam memfungsikan lembaga demokrasi dan mengaktualisasi hak-hak politik, untuk ke depannya perlu mengupayakan untuk memaksimalkan fungsi lembaga demokrasi dan mhak-hak politik. Provinsi yang masuk dalam kategori Low Performing Democracy seperti Nusa Tenggara Timur perlu diperhatikan lagi agar demokrasi di NTB untuk ke depannya bisa lebih baik lagi.