2. ii
Imam Al Wahidi
Asbabun Nuzul
Penerjemah:
Tim Konten
Cordoba Internasional
Editor:
Tim Cordoba
Layout:
Tim Cordoba
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengcopi atau menggandakan isi buku ini dalam bentuk apa
pun tanpa izin tertulis dari penerbit
All rights reserved
Penerbit:
Jl. Setrasari Indah No. 33, Bandung 40152
Telp. 022-2008776/Fax. 022-2013097
Email: @yahoo.com.
3. 1
Bismillahirrahmanirrahim
(Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang)
Syekh Imam Abu Al Hasan Ali bin Ahmad al-Wahidi a-Naisaburi Rahimahullah
berkata, “Segala puji bagi Allah Yang Mahamulia lagi Maha Pemberi, yang
menghancurkan pasukan Ahzab, menciptakan awan, meniupkan debu-debu, dan
menurunkan kitab-Nya dalam berbagai peristiwa yang berbeda-beda sebabnya.
Dia telah menurunkan kitab-Nya secara berangsur-angsur dan bertahap, dan
menjadikannya sebagai sumber hukum dan ilmu. Allah Ta’ala berfirman, ÄDan
Al-Qur’an (Kami turunkan) berangsung-angsur agar engkau (Muhammad)
membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara
bertahapÅ. (QS Al-Isra’, 17: 106).
Syekh Abu Bakar Ahmad bin Muhammad al-Ashfahani telah mengabarkan
kepada kami,’ Ia berkata, Abdullah bin Muhammad bin Hibban telah mengabarkan
kepada kami,’ ia berkata, Abu Yahya ar-Razi telah menceritakan kepada kami, ia
berkata, ‘Sahl bin Utsman al-Askari telah menceritakan kepada kami, ia berkata,
Yazid bin Zurai’ telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu Raja’ telah
menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Aku telah mendengar Al-Hasan berkata
mengenai firman-Nya Ta’ala, ÄDan Al-Qur’an (Kami turunkan) berangsung-angsur
agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahanÅ.
Telah disebutkan kepada kami bahwa periode penurunan antara ayat pertama dan
yang terakhir adalah delapan belas tahun. Diturunkan kepada beliau ketika berada
di Mekah sebelum hijrah selama delapan tahun, dan di Madinah selama sepuluh
tahun.’
Imam Al Wahidi berkata pula, Ahmad telah mengabarkan kepada kami, ia
berkata, Abdullah telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abu Yahya ar-Razi
telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Sahl telah menceritakan kepada kami,
ia berkata, Yahya bin Abu Katsir telah menceritakan kepada kami,=
= dari Hasyim, dari Dawud, dari Asy-Sya’bi, ia berkata, “Allah menurunkannya
secara terpisah-pisah, dan jarak antara ayat pertama dan ayat yang terakhir adalah
dua puluh-–atau sekira dua puluh--tahun.
Allah menurunkannya sebagai Al-Qur’an yang mulia, sebagai peringatan yang
bijaksana, tali yang terbentang, janji yang dijanjikan, naungan yang menyeluruh,
dan jalan yang lurus.
Di dalamnya terdapat-berbagai mukjizat yang mencengangkan, tanda-tanda
yang nyata, hujjah-hujjah yang benar, petunjuk-petunjuk yang berbicara, dan
4. 2
membantah hujjah-hujjah orang-orang yang menentangnya, mementahkan tipu
daya orang-orang yang mencoba membuat tipu daya, dan mengokohkan agama
Islalm. Maka, manhaj yang digunakannya begitu cemerlang dan keberkahannya
meluas meliputi seluruh alam. Hikmahnya menerangi sosok pengemban risalah
terakhir yang menerjang dengan petunjuk-petunjuk yang kokoh, memberi petunjuk
bagi umat, menyingkap segala kegelapan, berbicara dengan hikmah, dan diutus
sebagai rahmat. Beliau berhasil mengangkat panji kebenaran, menghidupkan
kembali nilai-nilai kejujuran, dan menyingkirkan kebohongan, serta menghapuskan
jejak-jejaknya. Dan beliau juga berhasil menenggelamkan kemusyrikan dan
meruntuhkan bangunannya. Dengan dalil-dalil yang nyata, beliau terus menentang
kaum musyrikin sehingga berhasil melapangkan jalan untuk agama ini dan
menyingkirkan keraguan orang-orang yang mendustakan Allah. Semoga shalawat
senantiasa tercurah kepadanya, shalawat yang tidak akan pernah terputus oleh
waktu, dan tidak pula terbatas oleh jumlah, dan juga kepada keluarganya, dan
para sahabatnya yang telah beliau beri petunjuk dan beliau sucikan mereka dari
kemusyrikan. Dan beliau juga memberi mereka keistimewaan dan keutamaan
dengan persahabatannya. Demikian pula semoga keselamatan senantiasa tercurah
kepadanya.
Pembahasan Mengenai Ayat Al-Qur’an yang Pertama Turun
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Ishaq Ahmad bin Ibrahim al-Muqri telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Hamid al-Ashfahani telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Hasan al-
Hafizh telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya
telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Abdurrazzaq telah menceritakan
kepada kami, dari Ma’mar, dari Ibnu Syihab az-Zuhri, ia berkata, “Urwah telah
mengabarkan kepadaku, dari Aisyah bahwasanya ia berkata, ‘Permulaaan wahyu
yang datang kepada Rasulullah Saw. adalah berupa mimpi yang benar dalam tidur.
Dan tidaklah beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh. Kemudian
Beliau dianugerahi kecintaan untuk menyendiri, lalu beliau memilih Gua Hira
dan ber-tahannuts, yaitu ibadah di malam hari dalam beberapa waktu lamanya
sebelum, kemudian kembali kepada keluarganya guna mempersiapkan bekal untuk
ber-tahannuts kembali. Kemudian beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal.
Sampai akhirnya datang Al Haq saat Beliau di gua Hiro, Malaikat datang menemui
beliau seraya berkata, ‘Bacalah?’ Beliau menjawab, ‘Aku tidak bisa membaca.’ Nabi
5. 3
Saw. menjelaskan, ‘Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat,
kemudian melepaskanku dan berkata lagi, ‘Bacalah!’ Beliau menjawab, ‘Aku tidak
bisa membaca.’ Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat= =
untuk ketiga kalinya sehingga aku kepayahan, kemudian melepaskanku dan berkata
lagi, ÄBacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakanÅ(QS Al-Alaq, 96: 1),
sampai firman-Nya Ta’ala, Ä...Apa yang tidak diketahuinyaÅ (QS Al-Alaq,96 : 5),
Setelah itu beliau segera pulang dalam keadaan menggigil dan masuk menemui
Khadijah, beliau berkata, ’Selimutilah aku!’ Khadijah menyelimutinya sehingga rasa
takutnya mulai berkurang, lalu beliau berkata, ‘Wahai Khadijah, ada apa denganku!
Dan beliau pun menceritakan apa yang terjadi, dan beliau berkata, ’Sungguh aku
takut akan diriku.’ maka Khadijah berkata kepadanya, ’Sekali-kali tidak! Demi
Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, engkau adalah orang yang
senantiasa menyambung tali silatrurrahim, jujur dalam berbicara, meringankan
orang yang tidak memiliki apa-apa, memuliakan tamu, dan menolong dalam jalan
kebenaran’.”. Diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Yahya bin Bukair. Dan diriwayatkan
juga oleh Muslim dari Muhammad bin Rafi’, keduanya menerima dari Abdurrazzaq.
Imam Al Wahidi berkata, “Asy-Syarif Ismail bin Al Hasan bin Muhammad bin
Al Husain Ath Thabari telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku Abu
Hamid Ahmad bin Al Hasan Al Hafizh telah mengabarkan kepada kami.” dia berkata,
“Abdurrahman bin Bisyr telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Sufyan bin
Uyainah telah menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Ishaq, dari Az Zuhri,
dari Urwah, dari Aisyah, ia berkata, “Sesungguhnya ayat al-Qur’an yang pertama
turun adalah, ÄBacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakanÅ (QS Al-
Alaq, 96: 1)
Diriwayatkan oleh Al Hakim Abu Abdullah di dalam Shahihnya, dari Abu Bakar
Ash Shabghi, dari Bisyr bin Musa, dari Al Humaidi, dari Sufyan.
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim al-Muqri telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al Hasan Ali bin Muhammad Al
Jurjani telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Nashr bin Muhammad Al
Hafizh telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Makhlad
telah mengabarkan kepada kami, bahwa Muhammad bin Ishaq telah menceritakan
kepada mereka, ia berkata, “Ya’qub Ad Dawraqi telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Ahmad bin Nashr Ibnu Ziyad telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Ali bin Husain bin Waqid telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku
telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Yazid an-Nahwi telah menceritakan
kepadaku, dari Ikrimah dan Al Hasan, mereka berdua berkata, “Ayat al-Qur’an
6. 4
yang pertama turun adalah ÄDengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
PenyayangÅ. Itulah ayat al-Qur’an yang pertama turun di Makkah, sedangkan surat
pertama yang turun adalah, ÄBacalah dengan nama TuhanmuÅ (QS Al-Alaq, 96: 1).
Imam Al Wahidi berkata, “Al Hasan bin Muhammad Al Farisi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Al Fadhl AtTajir telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Muhammad bin Al Hasan
Al Hafizh telah mengabarkan kepada kami =
Ia berkata, “Muhammad bin Yahya telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Shaleh telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Laits
telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Uqail telah menceritakan kepadaku,
dari Ibnu Syihab, ia berkata, “Muhammad bin Ibad bin Ja’far al-Makhzumi telah
mengabarkan kepadaku, bahwa ia mendengar sebagian ulama mereka berkata,
“Ayat pertama yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya adalah, ÄBacalah dengan
nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajar
manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinyaÅ
(QS Al-’Alaq, 96: 1-5). Inilah awal surat yang diturunkan kepada Rasulullah Saw.
di Gua Hira, dan kemudian ayat terakhir dari surat tersebut diturunkan setelah itu
sesuai dengan kehendak Allah.
Adapun hadits shahih yang menerangkan bahwasanya surat pertama yang
diturunkan itu surat al-Muddatstsir, adalah berdasarkan riwayat yang dikabarkan
kepada kami oleh Abu Ishaq Ats Tsa’alabi, ia berkata, “Abdullah bin Hamid telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ya’qub telah men-
ceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Isa bin Zaid al-Bainasi telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Amr bin Abi Salamah telah menceritakan
kepada kami, dari Al Awza’I, ia berkata, “Yahya bin Abi Katsir telah menceritakan
kepadaku. Ia berkata, “Aku bertanya kepada Abu Salamah bin Abdurrahman, “Ayat
al-Qur’an manakah yang diturunkan pertama kali?” Ia menjawab, ÄWahai orang
yang berselimutÅ (QS Al-Muddatstsir, 74: 1). Aku berkata, “Atau mungkin, ’Bacalah
dengan nama Tuhanmu.’ (QS Al-’Alaq, 94: 1). Ia berkata, “Aku pernah bertanya
kepada Jabir bin Abdullah al-Anshari, ’Ayat Al-Qur’an manakah yang diturunkan
pertama kali?’ Ia menjawab, ÄWahai orang yang berselimutÅ (QS Al-Muddatstsir,
74: 1). Aku berkata, ’Atau mungkin, ’Bacalah dengan nama Tuhanmu.’ (QS Al-’Alaq,
94: 1). Ia berkata, ’Aku menceritakan kepada kalian apa yang telah diceritakan oleh
Rasulullah Saw. kepada kami, beliau bersabda, “Aku berdiam di Hira’ selama satu
bulan. Setelah selesai, aku pun turun. Dan ketika aku tengah berada di tengah-
7. 5
tengah lembah, aku mendengar seseorang memanggilku, maka aku pun menoleh
ke arah depan, belakang, dan ke arah kanan dan kiriku, lalu aku melihat ke langit
dan ternyata ia tengah berada di atas sebuah alas duduk yang ada di udara –yakni
Jibril-, aku menggigil dan segera menemui Khadijah. Aku meminta mereka untuk
menyelimutiku dan mereka pun menyelimutiku dan menyiramkan air kepadaku,
lalu Allah menurunkan kepadaku, ÄWahai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu
berilah peringatanÅ.” (QS Al-Muddatstsir, 74: 1-2). Diriwayatkan oleh Muslim dari
Zuhair bin Harb, dari Al Walid bin Muslim, dari Al Awza’i.
Riwayat ini tidaklah bertentangan dengan riwayat yang pertama karena Jabir
mendengar dari Rasulullah Saw. bagian akhir dari kisahnya, dan ia tidak mendengar
bagian pertamanya, sehingga ia menyangka bahwa untuk ketiga kalinya sehingga
aku kepayahan, kemudian melepaskanku dan berkata lagi, ÄBacalah dengan
nama Tuhanmu yang telah menciptakan.” (QS Al-Alaq, 96: 1), sampai firman-Nya
Ta’ala, Ä...Apa yang tidak diketahuinyaÅ (QS Al-Alaq, 96: 5). Setelah itu beliau
segera pulang dalam keadaan menggigil dan masuk menemui Khadijah, beliau
berkata, ’Selimutilah aku!’ Khadijah menyelimutinya sehingga rasa takutnya mulai
berkurang, lalu beliau berkata, ‘Wahai Khadijah, ada apa denganku?’ Dan beliau
pun menceritakan apa yang terjadi, dan beliau berkata, ’Sungguh aku takut akan
diriku.’ Maka Khadijah berkata kepadanya, ’Sekali-kali tidak! Demi Allah, Allah
tidak akan menghinakanmu selamanya, engkau adalah orang yang senantiasa
menyambung tali silatrurrahim, jujur dalam berbicara, meringankan orang yang
tidak memiliki apa-apa, memuliakan tamu, dan menolong dalam jalan kebenaran’.”.
Diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Yahya bin Bukair. Diriwayatkan juga oleh Muslim
dari Muhammad bin Rafi’, keduanya menerima dari Abdurrazzaq.
Imam Al Wahidi berkata, “Asy-Syarif Ismail bin Al Hasan bin Muhammad bin
Al Husain Ath Thabari telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku
Abu Hamid Ahmad bin Al Hasan Al Hafizh telah mengabarkan kepada kami.” Dia
berkata, “Abdurrahman bin Bisyr telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Sufyan bin Uyainah telah menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Ishaq,
dari Az Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah, ia berkata, “Sesungguhnya ayat al-Qur’an
yang pertama turun adalah, ÄBacalah dengan nama Tuhanmu yang telah men-
ciptakanÅ.” (QS Al-’Alaq, 96: 1)
Diriwayatkan oleh Al Hakim Abu Abdullah di dalam Shahih-nya, dari Abu Bakar
Ash Shabghi, dari Bisyr bin Musa, dari Al Humaidi, dari Sufyan.
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim al-Muqri telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al Hasan Ali bin Muhammad Al
8. 6
Jurjani telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Nashr bin Muhammad Al
Hafizh telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Makhlad
telah mengabarkan kepada kami, bahwa Muhammad bin Ishaq telah menceritakan
kepada mereka, ia berkata, “Ya’qub Ad Dawraqi telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Ahmad bin Nashr Ibnu Ziyad telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Ali bin Husain bin Waqid telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku
telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Yazid an-Nahwi telah menceritakan
kepadaku, dari Ikrimah dan Al Hasan, mereka berdua berkata, “Ayat al-Qur’an
yang pertama turun adalah “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.” Itulah ayat Al-Qur’an yang pertama turun di Mekah, sedangkan surat
pertama yang turun adalah, “Bacalah dengan nama Tuhanmu.” (QS Al-Alaq, 96: 1)
Imam Al Wahidi berkata, “Al Hasan bin Muhammad Al Farisi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Al Fadhl At-Tajir telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Muhammad bin Al Hasan
Al Hafizh telah mengabarkan kepada kami =
=Surah al-Muddatstsir adalah surah pertama yang diturunkan. Akan tetapi
tidaklah demikian, melainkan surat al-Muddatstsir merupakan surat pertama yang
turun setelah surat al-‘Alaq.
Dalilyangmenguatkanpendapatiniadalahapayangdikabarkankepadakamioleh
AbuAbdurrahmanbinHamid,iaberkata,“MuhammadbinAbdullahbinMuhammadbin
Zakariya telah menceritakan kepada kami. Ia berkata, “Muhammad bin Abdurrahman
Ad Daghuli telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abdurrazzaq telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Maamar telah menceritakan kepada kami, dari Az Zuhri, ia berkata,
“Abu Salamah bin Abdurrahman telah mengabarkan kepadaku, dari Jabir, ia berkata,
“Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bercerita tentang saat turunnya wahyu,
beliau bersabda, “Saat aku tengah berjalan, aku mendengar suara dari langit, dan aku
pun mengangkat kepalaku dan melihat malaikat yang pernah mendatangiku di Hira,’
ia tengah duduk di atas kursi yang berada di antara langit dan bumi. Aku merasa
takut kepadanya. Maka aku segera pulang dan berkata, ’Selimutilah aku, selimutilah
aku.’ dan mereka pun menyelimutiku. Maka Allah menurunkan, “Wahai orang yang
berselimut.” (QS Al-Muddatstsir, 74: 1). Diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Abdullah
bin Muhammad. Dan diriwayatkan oleh Muslim dari Muhammad bin Rafi’, keduanya
menerima dari Abdurrazzaq.
Dari hadits di atas terlihat jelas bahwa setelah turunnya ayat, “Bacalah dengan
nama Tuhanmu.” (QS Al-’Alaq, 94: 1), wahyu sempat terputus, dan kemudian barulah
9. 7
turun ayat, “Wahai orang yang berselimut.” (QS Al-Muddatstsir, 74: 1). Dan ungkapan
yang menguatkan pendapat kami di sini adalah sabda Nabi Saw. bahwa “Malaikat yang
pernah mendatangi beliau di Goa Hira’ tengah duduk”, dan ini menunjukkan bahwa
peristiwa ini terjadi setelah turunnya ayat iqra.
Abu Ishaq Ahmad bin Muhammad al-Muqri telah mengabarkan kepada kami, ia
berkata, “Abu Al Hasan Ali bin Muhammad al-Muqri telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Syekh telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Sulaiman
bin Ayyub telah menceritakan kepada kami.”Ia berkata, “Muhammad bin Ali bin Al Hasan
bin Sufyan telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Al Husain bin Waqid
telah menceritakan kepada kami ==Ia berkata, “Ayahku telah menceritakan kepadaku.”
Ia berkata, “Aku pernah mendengar Ali bin Al Husain berkata, ’Surat pertama yang turun
kepada Rasulullah Saw. di Mekah adalah, ’Bacalah dengan nama Tuhanmu.’ (QS Al-’Alaq,
94: 1), dan surat terakhir yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. di Mekah adalah surat
al-Mukminun, dan pendapat lain mengatakan surat Al-‘Ankabut. Dan surat pertama yang
turun di Madinah adalah Al-Muthaffifin, sedangkan surat terakhir yang turun di Madinah
adalah surat Bara’ah (At-Taubah). Dan surat pertama yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.
di Mekah adalah surat An-Najm. Ayat yang paling keras ancamannya terhadap penghuni
neraka adalah firman-Nya, ’Maka karena itu rasakanlah! Maka tidak ada yang akan kami
tambahkan kepadamu selain azab.‘ (QS An-Naba’, 78: 30), dan ayat yang paling memberi
harapan terhadap penganut tauhid adalah firman-Nya, ’Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni (dosa) karena mempersekutukannya (syirik), dan Dia mengampuni apa
(dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki.’ (QS An-Nisa’, 4: 48). Dan
ayat terakhir yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. adalah firman-Nya, ÄDan takutlah
pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada AllahÅ (QS Al-Baqarah, 2: 281).
Setelah menerima ayat ini, Nabi Saw. hidup selama sembilan malam’.”
Pembahasan Mengenai Ayat Al-Qur’an yang Terakhir Turun
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Ibrahim Ismail bin Ibrahim Al Wa’izh telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Amr bin Mathar telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abu Khalifah Al-Fadhl bin al-Hubab al-Jumahi telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Walid telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Syu’bah telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ishaq telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Aku telah mendengar Al Barra’ bin Azib berkata, ‘Ayat terakhir yang
diturunkan adalah, ÄMereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah), katakanlah,
10. 8
’Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalahÅ (QS An-Nisa’, 4: 176), dan surat
terakhir yang diturunkan adalah surat Bara’ah’.” Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam
topik At Tafsir, dari Sulaiman bin Harb, dari Syu’bah. Dan ia juga meriwayatkannya
pada topik lain dari Abu Walid.=
= dan diriwayatkan juga oleh Muslim dari Bundar, dari Ghundar, dari Syu’bah.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar at-Tamimi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Muhammad Al Jiyani telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Yahya Ar Razi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Sahl
bin Usman telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ibnul Mubarak telah
menceritakan kepada kami.” Dari Jubair, dari Ad Dahhak, dari Ibnu Abbas, dia
berkata, “Ayat terakhir yang turun adalah, ÄDan takutlah pada hari (ketika) kamu
semua dikembalikan kepada AllahÅ (QS Al-Baqarah, 2: 281).
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Abdurrahman An Nahwi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Sinan Al Muqri
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Ali Al-Maushili telah
mengabarkan kepada kami.” ia berkata, “Ahmad bin Al-Ahmasy telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Fadhiilah telah menceritakan kepada
kami.” ia berkata, “Al Kalbi telah menceritakan kepada kami.” dari Abu Shaleh, dari
Ibnu Abbas, tentang firman-Nya, ÄDan takutlah pada hari (ketika) kamu semua
dikembalikan kepada AllahÅ.” (QS Al-Baqarah, 2: 281), ia berkata, ’Para shahabat
menyebutkan bahwa ayat ini dan juga ayat terakhir dari surah An-Nisa’ adalah ayat
Al-Qur’an yang turun terakhir.
Imam Al Wahidi berkata, “Ismail bin Ibrahim Ash Shufi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bakar Muhammad bin Ahmad bin Ya’qub telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al Hasan bin Abdullah Al Abdi telah
mencerikan kepada kami.” Ia berkata, “Muslim bin Ibrahim telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Syu’bah telah menceritakan kepada kami.” dari Ali bin
Zaid, dari Yusuf bin Mihran, dari Ibnu Abbas, dari Ubay bin Ka’ab, bahwa ia berkata,
“Ayat terakhir yang diturunkan pada masa Rasulullah Saw. adalah, ÄSungguh telah
datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiriÅ (QS At-Taubah, 9: 128), dan
ia membacanya hingga akhir surat.”
Diriwayatkan oleh Al Hakim Abu Abdullah di dalam Shahihnya dari Al Ashamm,
dari Bakkar bin Qutaibah, dari Abu Amir Al Aqdi, dari Syu’bah.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Umar dan Muhammad bin al-Aziz di dalam
kitabnya telah mengabarkan kepadaku, bahwa Muhammad bin Al Husain Al
Haddadi telah mengabarkan kepada mereka dari Muhammad bin Yazid, ia berkata,
11. 9
“Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Waki’ telah
menceritakan kepada kami, dari Syu’bah, dari Ali bin Yazid, dari Yunus bin Mahik,
dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “Ayat yang paling awal menceritakan perjanjian
dengan Allah adalah, ÄSungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu
sendiriÅ (QS At-Taubah, 9: 128), dan hari pertama turunnya adalah hari Senin.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Ishaq Ats Tsa’alabi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Zakariya Asy Syaibani telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdurrahman Ad
Daghuli telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ibnu Abi Khaitsam telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Musa bin Ismail telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Mahdi bin Maimun telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Ghailan bin Jarir telah menceritakan kepada kami, dari Abdullah bin Ma’bad Az-
Zimani, dari Abu Qatadah, bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Saw.,
“Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang puasa hari Senin?” Beliau
menjawab, “Pada hari itu= = Al-Quran diturunkan kepadaku, dan bulan pertama
diturunkannya Al-Qur’an adalah bulan Ramadan. Allah Ta’ala berfirman dalam hal
ini, ÄBulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an’Å (QS
Al-Baqarah, 2: 185).
Imam Al Wahidi berkata, “Abdurrahman bin Hamdan An Nadhrawi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Muhammad Abdullah bin Ibrahim
bin Muyasir telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Muslim Ibrahim
bin Abdullah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Jabir bin
Al Haitsam bin Al Ghadani telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Imran
telah menceritakan kepada kami, dari Qatadah, dari Abu al-Malih, dari Watsilah,
bahwa Nabi Saw. bersabda, “Shuhuf (lembaran) Ibrahim diturunkan pada awal
malam Ramadan, Taurat diturunkan pada hari keenam dari bulan Ramadan, Injil
diturunkan pada hari ketiga belas dari bulan Ramadan, Zabur diturunkan pada hari
kedelapan belas dari bulan Ramadan, dan Al-Qur’an diturunkan pada hari kedua
puluh empat dari bulan Ramadan.”
Pembahasan tentang Ayat Tasmiyah (basmalah) dan Penjelasan
Turunnya
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim Al Muqri telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al Hasan Ali bin Muhammad Al
Jurjani telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bakar Muhammad bin
12. 10
Abdurrahman Al Jauhari telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad
bin Yahya bin Mandah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Kuraib
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Usman bin Sa’id telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Bisyr bin Ammar telah menceritakan kepada kami, dari
Abu Rizq, dari Ad Dahhak, dari Ibnu Abbas, bahwa ia berkata, “Ayat pertama yang
dibawa Jibril ketika turun kepada Nabi Saw. adalah ucapannya, ’Hai Muhammad,
hendaklah engkau isti’adzah dan kemudian katakanlah “Bismillahirrahmanirrahim.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Abdillah bin Ishaq telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Ismail bin Ahmad Al-Khalali telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Muhammad Abdullah bin Zaidan Al Bajali telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Sufyan bin Uyainah telah menceritakan kepada kami, dari Amr bin Dinar, dari Sa’id
bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah Saw tidak mengetahui penutup
dari suatu surat hingga turun kepada beliau ‘Bismillahirrahmanirrahim’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abdul Qahir bin Thahir Al Baghdadi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ja’far bin Mathar telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ibrahim bin Ali Ar Ramli telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Yahya telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Amr bin Al Hajjaj Al‘Abdi, dari Abdullah bin Abu Husain, ia menyebutkan
dari Abdullah bin=
=Mas’ud, ia berkata, “Dulu kami tidak mengetahui pemisah antara dua surat
di dalam Al-Qur’an, hingga turun Bismillahirrahmanirrahim.”
Imam Al Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad bin Ahmad bin Ja’far telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku telah mengabarkan kepada
kami.”Ia berkata, “Abu Amr Ahmad bin Muhammad Al-Jurasyi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Isa bin Abu Fudaik telah menceritakan
kepada kami, dari Abdullah bin Nafi’, dari ayahnya, dari Ibnu Umar, ia berkata,
“Bismillahirrahmanirrahim turun di setiap surat.”
Pembahasan Mengenai Surat Al-Fatihah
Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini;
Sebagian besar mengatakan bahwa surat ini adalah surat Makkiyyah, termasuk
di antara surat-surat Al-Qur’an yang turun pertama.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Usman Sa’id bin Ahmad bin Muhammad az-
13. 11
Zahid telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr Al-Hayyiri telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Ibrahim bin Al Harits dan Ali bin Sahl bin Al Mughirah telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Israil telah menceritakan kepada kami, dari Abu Ishaq, dari Abu Maisarah,
“Bahwasanya Rasulullah Saw. apabila keluar rumah, beliau mendengar seseorang
memanggilnya, ‘Hai Muhammad.’ Dan jika beliau mendengar suara itu, beliau akan
pergi melarikan diri. Maka Waraqah bin Naufal berkata kepada beliau, ’Jika engkau
mendengar panggilan itu, diamlah di tempatmu hingga engkau mendengar
apa yang dikatakannya kepadamu.’ Dan ketika beliau keluar dan mendengar
suara panggilan, ’Hai Muhammad,’ beliau menjawab, ’Labbaika.’ Lalu suara itu
mengatakan, ’Katakanlah, ‘Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah
selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.’ Kemudian
suara itu melanjutkan, ’Katakanlah, ’Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Pemilik hari pembalasan” hingga ia
selesai membacakan seluruh surat dari Al-Fatihah.
Dan ini merupakan pendapat Ali bin Abi Thalib.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Ishaq Ahmad bin Muhammad al-Mufassir
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al Hasan bin Ja’far al-Mufassir
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al Hasan bin Muhammad bin
Mahmud Al Marwazi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah
bin Mahmud As Sa’di telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Yahya
Al Qashri telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Marwan bin Muawiyah
telah menceritakan kepada kami, dari Al Wala’ bin Al Musayyib, dari Al Fadhl bin
Umar, dari Ali bin Abu Thalib, ia berkata, “Surat Al-Fatihah turun di Mekah dari
perbendaharaan Allah yang terletak di bawah Arsy.”
Dan dengan isnad (jalur periwayatan) ini dari As Sa’d, ia berkata, “Amr bin
Shaleh telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku telah menceritakan
kepada kami, dari al-Kalbi, dari Abu Shaleh, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Nabi Saw.
tinggal di Mekah dan bersabda, ’Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.’ Maka orang-orang
Quraisy berkata, ’Semoga Allah== menutup mulutmu.” Atau yang seperti itu, ini
dikatakan oleh Al Hasan dan Qatadah.
Dan menurut Mujahid, surat al-Fatihah adalah Madaniyah.
Al Husain bin al-Fadhl berkata, “Setiap ulama memiliki kesalahan, dan ini
merupakan kekeliruan dari Mujahid, karena hanya ia sendirian yang berpendapat
14. 12
seperti itu, sementara ulama lainnya berseberangan dengannya. Dan di antara dalil
yang membuktikan bahwa surat ini Makkiyah adalah firman Allah, ÄDan sungguh,
Kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang (dibaca) berulang-ulang
dan al-Qur’an yang agungÅ (QS Al-Hijr, 15: 87). Maksud kalimat tujuh (ayat) yang
(dibaca) berulang-ulang adalah surat Al-Fatihah.
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Abdurrahman An Nahwi telah me-
ngabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Ali al-Hayyiri
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Ali Al Mutsanna telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Udzain telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Ismail bin Ja’far telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Al-‘Ala’ telah mengabarkan kepadaku, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, ia
berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, ’Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya,
tidaklah Allah menurunkan di dalam Taurat, ataupun di dalam Injil, dan tidak pula
di dalam Al-Quran, yang sama sepertinya, sesungguhnya ia adalah tujuh ayat yang
(dibaca) berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung yang diberikan kepadaku’.”
Dan surat Al-Hijr adalah surat Makkiyyah dengan kesepakatan para ulama
dan tidak ada perbedaan pendapat tentang ini. Dan tidak mungkin Allah memberi
keistimewaan kepada Nabi-Nya dengan memberinya surat al-Fatihah saat beliau di
Mekah, namun kemudian Allah menurunkannya di Madinah. Dan tidak mungkin kita
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah tinggal di Mekah selama lebih dari sepuluh
tahun, dan beliau salat tanpa membaca Al-Fatihah. Ini adalah sesuatu yang tidak bisa
diterima oleh akal sehat.
Surat Al-Baqarah
Surat ini adalah Madaniyah, dan tidak ada perbedaan pendapat dalam
masalah ini.
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Hamid telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, Ahmad bin Muhammad bin Yusuf telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ya’qub bin Sufyan Ash Shaghir telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Ya’qub bin Sufyan Al-Kabir telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Hisyam bin Ammar telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Al-Walid bin Muslim telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Syu’aib bin
Zuraiq telah menceritakan kepada kami, dari Atha’ Al Khurasani, dari Ikrimah, ia
berkata, “Surat pertama yang diturunkan di Madinah adalah surat Al-Baqarah.”
QS Al-Baqarah 2: 1-2
15. 13
Firman Allah Ta’ala, ÄAlif Lam Mim, Kitab (Al-Qur’an) iniÅ (QS Al-Baqarah 2: 1-2)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Usman az-Za’farani telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Amr bin Mathar telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Ja’far bin Muhammad bin al-Laits telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Hudzaifah telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Sufyan
telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid, ia berkata,
“Empat ayat pertama di permulaan surat ini diturunkan tentang orang-orang yang
beriman,=
= dan dua ayat selanjutnya adalah tentang orang-orang kafir, sementara tiga
belas ayat selanjutnya adalah tentang orang-orang munafik.”
QS Al-Baqarah 2: 14
Firman Allah Swt., ÄSesungguhnya orang-orang kafirÅ (QS Al-Baqarah 2: 6).
Ad Dahhak berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Jahal dan lima
orang keluarganya.” Sementara, Al Kalbi berpendapat bahwa maksudnya adalah
orang-orang Yahudi.
QS Al-Baqarah 2: 14
Firman Allah Swt., ÄDan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang
berimanÅ (QS Al-Baqarah 2: 14).
Al-Kalbi berkata, “Dari Abu Shaleh, dari Ibnu Abbas, ’Ayat ini turun berkenaan
dengan Abdullah bin Ubay dan teman-temannya. Suatu hari mereka keluar dan
bertemu dengan beberapa orang sahabat Rasulullah Saw., maka Abdullah bin
Ubay berkata, ’Perhatikanlah bagaimana aku menjauhkan orang-orang bodoh itu
dari kalian.’ Lalu ia pun pergi dan memegang tangan Abu Bakar seraya berkata,
’Selamat datang ash-Shiddiq, pemimpin Bani Taim, Syekh Islam, orang kedua
setelah Rasulullah saat di gua, yang rela mengorbankan jiwa dan hartanya.’ Lalu ia
memegang tangan Umar dan berkata, ’Selamat datang pemimpin dari Bani Adi bin
Ka’ab, Al Faruq yang amat kokoh menjaga agama Allah, yang rela mengorbankan
jiwa dan hartanya untuk Rasulullah.’ Kemudian ia memegang tangan Ali dan
berkata, ’Selamat datang keponakan Rasulullah dan menantunya, pemimpin Bani
Hasyim setelah Rasulullah.’ Setelah itu mereka pun berpisah. Lalu Abdullah bin Ubay
berkata kepada teman-temannya, ’Jika kalian bertemu dengan mereka, lakukanlah
sebagaimana yang aku lakukan tadi.’ Dan teman-temannya pun memujinya. Lalu
kaum muslimin menemui Rasulullah Saw. dan memberi tahu beliau tentang apa
yang terjadi. Dan Allah kemudian menurunkan ayat ini.”
16. 14
QS Al-Baqarah 2: 21
Firman Allah Swt., ÄWahai Manusia, sembahlah TuhanmuÅ (QS Al-Baqarah 2: 21)
Imam Al Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad az-Zahid Telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ali bin Ahmad Al-Faqih telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Dzar Al Qahastani telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abdurrahman bin Bisyr telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Rauh telah menceritakan kepada kami, ia berkata, “Syu’bah telah menceritakan
kepada kami, dari Sufyan Ats Tsauri, dari Al A’masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, ia
berkata, “Setiap ayat yang di dalamnya terdapat kata-kata ’Wahai manusia.’ Maka
itu adalah Makkiyyah. Dan setiap ayat yang di dalamnya terdapat kata-kata ’Wahai
orang-orang yang beriman. maka itu adalah Madaniyah.” Maksudnya adalah
bahwa kata-kata ’Wahai manusia,’ merupakan seruan untuk penduduk Mekah,
sementara kata-kata ’Wahai orang-orang yang beriman,’ merupakan seruan untuk
penduduk Madinah. Maka firman Allah yang berbunyi, ’Wahai manusia, sembahlah
Tuhanmu.’ Merupakan seruan untuk kaum musyrikin Mekah, hingga firman-Nya,
’Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman,’ karena ayat ini
turun untuk orang-orang yang beriman. Sebab ketika Allah menyebutkan balasan
bagi orang-orang kafir di dalam firman-Nya, ’Api neraka yang bahan bakarnya
manusia dan batu yang disediakan untuk orang-orang kafir,‘ Maka kemudian Allah
juga menyebutkan balasan bagi orang-orang yang beriman.”
QS Al-Baqarah 2: 26
Firman Allah Swt, ÄSesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaanÅ (QS
Al-Baqarah 2: 26)
Ibnu Abbas berkata—dalam riwayat Abu Shaleh--, “Ketika Allah membuat dua
perumpamaan ini untuk orang-orang munafik, yakni firman-Nya, ’Perumpamaan
mereka seperti orang-orang yang menyalakan api.’ (QS Al-Baqarah, 2: 17) dan
firman-Nya, ’Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit,’ (QS Al-
Baqarah, 2: 19) mereka berkata, ’Allah terlalu Agung dan terlalu Tinggi untuk
membuat perumpamaan-perumpamaan.’ Maka Allah menurunkan ayat ini.”
Al Hasan dan Qatadah berkata, “Ketika Allah menyebutkan lalat dan laba-
laba di dalam kitab-Nya dan membuat perumpamaan untuk orang-orang musyrik,
orang-orang Yahudi tertawa dan berkata, ’Ini tidaklah=
= seperti perkataan Allah.’ Maka Allah menurunkan ayat ini.”
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Abdullah bin Ishaq Al Hafizh—di dalam
kitabnya—telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Sulaiman bin Ayyub
17. 15
Ath Thabrani telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Bakr bin Sahl telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abdul Aziz bin Sa’id telah menceritakan
kepada kami, dari Musa bin Abdurrahman, dari Ibnu Juraij, dari ‘Atha’, dari
Ibnu Abbas, mengenai firman-Nya, “Sesungguhnya Allah tidak segan membuat
perumpamaan.” Ia berkata, “Ketika Allah menyebutkan tentang tuhan-tuhan dari
kaum musyrikin dan Allah berfirman, “Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari
mereka.” (QS Al-Hajj, 22: 73), dan kemudian Allah juga menyinggung tentang tipu
daya tuhan-tuhan mereka dan menyebutnya seperti rumah laba-laba, maka orang-
orang kafir berkata, ’Apakah kalian melihat bahwa Allah telah menyebutkan tentang
lalat dan laba-laba di dalam Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepada Muhammad,
untuk apa Dia melakukan ini?’ Maka Allah pun menurunkan ayat ini.”
QS Al-Baqarah 2: 44
Firman Allah Swt., ÄMengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikanÅ
(QS Al-Baqarah 2: 44)
IbnuAbbasberkata--dalamriwayatal-Kalbi--dariAbuHatim,denganIsnad(jalur
periwayatan) yang telah disebutkan sebelumnya, “Ayat ini turun berkenaan dengan
orang-orang Yahudi Madinah, di mana seorang lelaki dari mereka mengatakan
kepada keluarganya, kerabatnya, dan siapa pun yang memiliki hubungan saudara
karena persusuan dengannya dari kaum muslimin, ’Berpegang teguhlah kepada
agama yang engkau peluk saat ini, dan apa-apa yang diperintahkan oleh orang ini-
-maksudnya Nabi Muhammad Saw.—kepadamu, karena sesungguhnya apa yang
dibawanya adalah benar.’ Jadi mereka menyuruh orang lain untuk melakukan itu,
sementara mereka sendiri tidak mau melakukannya.”
QS Al-Baqarah 2: 45
Firman Allah Swt., ÄDan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
salatÅ (QS Al-Baqarah 2: 45)
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat ini merupakan seruan untuk
Ahli Kitab. Meskipun demikian, ia juga merupakan adab untuk seluruh hamba.
Sebagian ulama berpendapat bahwa seruan ini ditujukan kepada kaum
muslimin.
Namun pendapat yang pertama lebih kuat.
QS Al-Baqarah 2: 62
Firman Allah Swt, ÅSesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang
YahudiÅ (QS Al-Baqarah 2: 62)
18. 16
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Al Hafizh telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin Ja’far Al
Hafizh telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Yahya ar-Razi telah
menceritakan kepada kami.” =
=Ia berkata, “Sahl bin Usman al-Askari telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Yahya bin Abu Zaidah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ibnu
Juraij berkata, dari Abdullah bin Katsir, dari Mujahid, ia berkata, “Ketika Salman
menceritakan kisah tentang para pendeta penghuni biara kepada Rasulullah Saw.,
beliau bersabda, ’Mereka di neraka.’ Salman berkata, ’Bumi seolah menjadi gelap
bagiku.’ Lalu turunlah ayat, ’Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-
orang Yahudi,’ hingga firman-Nya, ’Dan mereka tidak bersedih hati.’ Maka Salman
berkata, ’Seolah gunung baru saja diangkat dari tubuhku’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Abdul Aziz Al-Marwazi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Al Husain Al Haddadi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Farqad telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Amr telah mengabarkan kepada kami, dari Asbath, dari As Suddi, tentang firman
Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang Yahudi,” ia
berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan teman-teman Salman al-Farisi. Yaitu ketika
ia mendatangi Rasulullah Saw. dan menceritakan kepada beliau tentang ibadah yang
dilakukan teman-temannya dan juga kesungguhan mereka, lalu Salman berkata,
“Wahai Rasulullah, mereka melaksanakan shalat dan puasa, mereka juga beriman
kepadamu, dan mereka juga bersaksi bahwa engkau diutus sebagai nabi.” Setelah
Salman selesai menyampaikan pujiannya kepada mereka, Rasulullah Saw. berkata, “Hai
Salman, mereka adalah penghuni neraka.” Maka Allah menurunkan, “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, dan orang-orang Yahudi,” dan beliau membacanya hingga
firman-Nya, “Dan mereka tidak bersedih hati.”
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Ja’far telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Zakariya telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdurrahman Ad Daghuli telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bakar bin Abu Khaitsamah telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Amr bin Hamad telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Asbath telah menceritakan kepada kami, dari As Suddi, dari Abu
Malik, dari Abu Shaleh, dari Ibnu Abbas, dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud, dan dari
sejumlah shahabat Rasulullah Saw., tentang firman Allah, Sesungguhnya orang-orang
yang beriman, dan orang-orang Yahudi.” ayat ini turun berkenaan dengan Salman
19. 17
Al Farisi, ia berasal dari penduduk Jundi Sabur, dan termasuk orang yang terhormat
dari kalangan mereka. Sedangkan ayat-ayat setelah ayat ini turun berkenaan dengan
orang-orang Yahudi.
QS Al-Baqarah 2: 75
Firman Allah Swt., ÄMaka apakah kamu (kaum muslimin) sangat mengharapkan
merekaÅ (QS Al-Baqarah 2: 75)=
Ibnu Abbas dan Muqatil berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan tujuh puluh
orang yang dipilih oleh Musa untuk turut pergi bersamanya menemui Allah Swt.
Ketika mereka pergi bersamanya, mereka mendengarkan perkataan Allah Swt. saat
Dia memberikan perintah dan larangan. Dan kemudian mereka kembali kepada kaum
mereka. Adapun orang-orang yang jujur, mereka menunaikan apa-apa yang mereka
dengar. Dan sebagian dari mereka berkata, ’Kami telah mendengar Allah, dan di antara
perkataan-Nya, Dia berkata, ’Apabila kalian sanggup melaksanakan hal-hal ini, maka
laksanakanlah, namun jika kalian tidak ingin melaksanakannya, maka tidak apa-apa’.”
Dan sebagian besar ahli tafsir berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan
dengan orang-orang yang mengubah ayat rajam dan ciri-ciri dari Nabi Muhammad
Saw.
QS Al-Baqarah 2: 79
Firman Allah Swt., ÄMaka celakalah orang-orang yang menulis kitabÅ (QS Al-Baqarah
2: 79)
Imam Al Wahidi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang
mengubah sifat-sifat dan ciri-ciri Nabi Saw.” Al Kalbi berkata,–dengan isnad yang telah
kami sebutkan-, “Sesungguhnya mereka mengubah ciri-ciri Nabi Muhammad Saw.
di dalam kitab mereka, dan mereka mengatakan bahwa Nabi yang diutus itu adalah
seorang laki-laki yang tinggi besar, dengan warna kulit kecoklatan. Dan kemudian
mereka berkata kepada para pengikutnya, ’Perhatikanlah ciri-ciri Nabi yang diutus
di akhir zaman, ia sama sekali tidak menyerupai ciri-ciri ini.’ Para pendeta dan ulama
YahudiYahudi memiliki jatah makanan dari seluruh orang Yahudi, dan mereka takut
kehilangan makanan itu jika mereka menjelaskan ciri-ciri yang sebenarnya, karena
itulah mereka merubahnya.”
QS Al-Baqarah 2: 80
Firman Allah Swt, ÄDan mereka berkata, “Neraka tidak akan menyentuh kami kecuali
beberapa hari sajaÅ (QS Al-Baqarah 2: 80)
20. 18
Imam Al Wahidi berkata, “Ismail bin Abu Qasim Ash Shufi Telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Hasan Al ‘Aththar telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Ahmad bin Al Husain bin Abdul Jabbar telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Qasim Abdullah bin Sa’ad az-Zuhri telah menceritakan
kepadaku.” Ia berkata, “Abu Amr telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Ayahku
telah menceritakan kepada kami, dari Abu Ishaq, ia berkata, “Muhammad bin
Abu Muhammad telah menceritakan kepadaku, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia
berkata, “Saat Rasulullah Saw. tiba di Madinah, orang-orang YahudiYahudi berkata,
’Sesungguhnya dunia ini terdiri dari tujuh ribu tahun, dan manusia akan disiksa di
neraka dengan hitungan: setiap seribu tahun di dunia akan disiksa dengan satu hari
di neraka yang menggunakan hitungan hari akhirat, jadi semuanya hanya berjumlah
tujuh hari (akhirat) dan kemudian siksaan itu akan dihentikan. Maka Allah menurunkan
ayat yang membantah ucapan mereka itu, ’Dan mereka berkata, “Neraka tidak akan
menyentuh kami kecuali beberapa hari saja’.”
Dan Ibnu Abbas berkata—dalam riwayat Adh Dhahhak--,“Akan ditemukan orang-
orang ahli kitab di antara dua sisi neraka Jahannam yang jaraknya sama dengan
perjalanan empat puluh (tahun), dan mereka berkata, ’Kami tidak akan disiksa di
neraka kecuali sebagaimana yang kami temukan di dalam Taurat. Pada hari kiamat,
mereka akan masuk neraka, dan mereka terus berjalan di dalam siksaan hingga sampai
di neraka Saqar yang di dalamnya terdapat pohon Zaqqum. Dan mereka berada di
sana hingga hari terakhir dari hari-hari yang mereka hitung. Lalu penjaga neraka
Jahannam berkata kepada mereka, ’Wahai musuh-musuh Allah, kalian mengira bahwa
kalian tidak akan disiksa di neraka kecuali beberapa hari saja, hitungan hari-hari itu
telah habis, dan kalian tetap di sini selamanya’.”
QS Al-Baqarah 2: 98
=Firman Allah Swt, ÄBarang siapa menjadi musuh Allah dan malaikat-malaikat-
NyaÅ (QS Al-Baqarah 2: 98)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar al-Ashfahani telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Asy Syekh Al Hafizh telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Yahya Ar Razi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Sahl bin Usman telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Mushir
telah menceritakan kepada kami, dari Dawud, dari Asy Sya’bi, ia berkata, “Umar
bin Khattab Ra. berkata, ’Aku terbiasa mendatangi orang-orang Yahudi saat
mereka tengah mempelajari Taurat, dan aku kagum menemukan bagaimana Al-
Qur’an sesuai dengan Taurat, dan Taurat sesuai dengan Al-Qur’an. Lalu mereka
21. 19
berkata, ’Wahai Umar, tidak ada orang yang lebih kami cintai daripadamu.’ Aku
bertanya, ’Mengapa demikian?’ Mereka berkata, ’Karena engkau mau datang
kepada kami dan merangkul kami.’ Aku berkata, ’Aku hanya datang karena kagum
terhadap bagaimana kitab-kitab Allah saling membenarkan satu sama lainnya,
dan kesesuaian Taurat dan Al-Qur’an, serta kesesuaian Al-Qur’an dengan Taurat.’
Suatu hari, ketika aku tengah bersama mereka, tiba-tiba Rasulullah Saw. lewat di
belakangku, dan mereka berkata, ’Itu temanmu (Nabi Saw.), pergilah menemuinya.’
Aku pun menoleh dan melihat Rasulullah Saw. telah memasuki salah satu rumah di
Madinah. Maka aku mendekati mereka dan berkata, ’Aku bertanya kepada kalian
dengan nama Allah, dan kitab yang diturunkan-Nya kepada kalian, apakah kalian
mengetahui bahwa beliau adalah Rasul Allah?’ maka pemimpin mereka berkata,
’Ia telah bertanya kepada kalian dengan nama Allah, beritahukanlah kepadanya.’
Mereka berkata, ’Engkau adalah pemimpin kami, beritahukanlah kepadanya.’ Maka
pemimpin tersebut berkata, ’Sesungguhnya kami mengetahui bahwa dia adalah
Rasul Allah.’ Umar berkata, maka aku berkata, ’Jika begitu, kalian adalah orang
yang paling celaka jika mengetahui bahwa beliau adalah Rasul Allah namun kalian
tidak mengikutinya.’ Mereka berkata, ’Sesungguhnya kami memiliki seorang musuh
dari kalangan malaikat, dan juga seorang penyelamat dari kalangan malaikat.’
Aku bertanya, ’Siapakah musuh kalian, dan siapakah penyelamat kalian?’ Mereka
berkata, ’Musuh kami adalah Jibril, dia adalah malaikat yang keras dan kasar.’
Aku berkata, ’Dan siapakah penyelamat kalian?’ mereka menjawab, ’Mikail, dan
dia adalah malaikat yang lembut, penyayang, dan memberi kemudahan.’ Aku
berkata, ’Aku bersaksi kepada kalian, tidak selayaknya Jibril memusuhi orang yang
diselamatkan oleh Mikail, dan tidak selayaknya bagi Mikail untuk menyelamatkan
musuh Jibril. Mereka berdua dan orang-orang yang bersama mereka adalah satu,
mereka musuh bagi orang-orang yang memusuhi mereka, dan penyelamat bagi
orang yang menginginkan keselamatan.’ Kemudian aku bangkit dan memasuki
rumah yang dimasuki oleh Rasulullah Saw. Beliau menyambutku dan berkata,
’Wahai putra al-Khattab, maukah engkau aku bacakan ayat-ayat yang baru saja
diturunkan kepadaku?’ Aku menjawab, ’Iya.’ Lalu beliau membacakan, ’Katakanlah
(Muhammad), ’Barang siapa menjadi musuh Jibril maka (ketahuilah) bahwa dialah
yang telah menurunkan (Al-Qur’an),’ sampai firman-Nya, ’Dan tidaklah ada yang
mengingkarinya selain orang-orang fasik.’ Aku berkata, ’Demi Zat yang mengutusmu
dengan kebenaran, tidaklah aku datang melainkan untuk memberitahumu
tentang ucapan orang-orang Yahudi, akan tetapi Allah Yang Mahahalus lagi Maha
Mengetahui telah mendahuluiku.’ Umar berkata, ’Aku melihat diriku lebih keras
daripada batu di dalam agama Allah.’
22. 20
QS Al-Baqarah 2: 89
=Firman Allah Swt., “Sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas
orang-orang kafir.” (QS Al-Baqarah 2: 89)
Ibnu Abbas berkata, “Orang-orang Yahudi Khaibar sering berperang dengan
Ghathafan, dan setiap kali bertemu, Yahudi Khaibar mengalami kekalahan. Maka
mereka memanjatkan doa ini, dan berkata, ’Ya Allah, kami memohon kepada-Mu
dengan kebenaran Nabi yang ummiyy, yang Engkau janjikan akan mengutusnya
kepada kami di akhir zaman agar Engkau memberi kemenangan kepada kami atas
mereka.’ Ibnu Abbas melanjutkan, “Dan setelah itu, jika mereka berperang, mereka
berdoa dengan doa ini dan berhasil mengalahkan Ghathafan. Namun ketika
Nabi Saw. diutus, mereka mengingkarinya. Maka Allah Swt. menurunkan ayat,
“Sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir,”
sampai firman-Nya, “Maka laknat Allah atas orang-orang yang ingkar.”
As Suddi berkata, “Dahulu orang-orang Arab sering melewati orang-orang
Yahudi, dan orang Yahudi mendapat gangguan dari mereka. Sementara itu, orang-
orang Yahudi juga telah mengetahui ciri-ciri Nabi Saw. di dalam Taurat; dan mereka
berharap Allah segera mengutusnya agar memimpin mereka memerangi orang-
orang Arab. Dan ketika Nabi Saw. diutus dan datang kepada mereka, mereka
mengingkarinya karena kedengkian, dan mereka berkata, “Sesungguhnya rasul-
rasul itu diutus dari Bani Israil, lalu kenapa ini dari Bani Ismail?”
QS Al-Baqarah 2: 97
Firman Allah Swt, “Katakanlah (Muhammad), “Barang siapa menjadi musuh Jibril,”
(QS Al-Baqarah 2: 97)
Imam Al Wahidi berkata, “Said bin Muhammad bin Ahmad az-Zahid telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al Hasan bin Ahmad asy-Syaibani
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al Mu’ammil bin Al Hasan telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ismail bin Salim telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Nu’aim telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Walid telah menceritakan kepada kami, dari Bukair,
dari Ibnu Syihab, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Orang-orang
Yahudi mendatangi Nabi Saw. dan berkata, ’Wahai Abu Qasim, kami akan bertanya
kepadamu tentang beberapa hal. Jika engkau bisa menjawabnya, kami akan
mengikutimu: Beritahukanlah kepada kami, siapakah malaikat yang mendatangimu,
karena tidak ada seorang pun nabi kecuali ia akan didatangi oleh malaikat dari
23. 21
Tuhannya yang membawa risalah dan wahyu, maka siapakah teman (malaikat)mu?’
Beliau menjawab, ’Jibril.’ Mereka berkata, ’Itu adalah malaikat yang turun dengan
peperangan, itu adalah musuh kami. Andai saja engkau mengatakan, ‘Mikail yang
turun dengan hujan dan rahmat, pasti kami akan mengikutimu.’ Maka Allah Swt.
menurunkan, ’Katakanlah (Muhammad), ’Barang siapa menjadi musuh Jibril, maka
(ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (Al-Qur’an) ke dalam hatimu,’
sampai firman-Nya, ’Maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir’.”
= Ibnu Abbas berkata, “Seorang pendeta Yahudi yang berasal dari Fadak,
bernama Abdullah bin Shuriya, berdebat dengan Nabi Saw, dan ia menanyakan
beberapa hal kepada beliau. Saat ia telah terdesak, ia pun berkata, “Malaikat apa
yang datang kepadamu dari langit?” Beliau menjawab, “Jibril, dan tidaklah Allah
mengutus seorang nabi pun, melainkan Jibril yang menjadi walinya.” Pendeta
Yahudi itu berkata, “Itu adalah musuh kami dari kalangan malaikat, jika saja yang
datang itu Mikail, pasti kami akan beriman kepadamu, karena Jibril turun dengan
azab, peperangan, dan kekerasan, dan ia seringkali memusuhi kami, dan yang paling
berat bagi kami adalah ketika Allah menurunkan wahyu kepada nabi kami bahwa
Baitulmaqdis akan dihancurkan di tangan seorang lelaki yang bernama Bukhtanshir,
dan Dia juga memberi tahu kami kapan ia akan melakukan menghancurkan itu.
Ketika waktunya tiba, kami mengutus seorang lelaki yang paling kuat dari Bani
Israil untuk mencari Bukhtanshir dan membunuhnya. Maka ia pun pergi mencarinya
hingga ia menemukan di Babil seorang pemuda miskin (Bukhtanshir) yang tidak
memiliki kekuatan apa-apa. Maka teman kami itu menangkapnya untuk dibunuh,
akan tetapi Jibril menghalanginya dan berkata, “Jika Tuhan kalian telah mengizinkan
kebinasaan kalian, maka jangan pernah mencoba menguasainya, dan jika bukan
orang ini yang dimaksud, maka atas dasar apa engkau membunuhnya?” teman
kami itu mempercayai Jibril dan kembali kepada kami. Setelah itu Bukhtanshir terus
tumbuh dewasa dan menjadi kuat, lalu ia menyerang kami dan menghancurkan
Baitulmaqdis. Karena inilah kami menjadikannya sebagai musuh kami.” Maka Allah
Swt menurunkan ayat ini.
QS Al-Baqarah 2: 99
Firman Allah Swt., “Dan sungguh, Kami telah menurunkan ayat-ayat yang jelas
kepadamu (Muhammad),” (QS Al-Baqarah 2: 99)
Ibnu Abbas berkata, “Ini merupakan jawaban atas Ibnu Shuriya, ketika ia
berkata kepada Rasulullah Saw., “Hai Muhammad, engkau tidak datang kepada
kami dengan sesuatu yang kami ketahui, dan tidak pula diturunkan kepadamu
24. 22
ayat yang jelas sehingga kami bisa mengikutimu dengannya.” Maka Allah Swt
menurunkan ayat ini.
QS Al-Baqarah 2: 102
Firman Allah Swt, “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada
masa kerajaan Sulaiman.” (QS Al-Baqarah 2: 102)
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Abdul Aziz al-Qanthari telah
mengabarkan kepadaku.” Ia berkata, “Abul Fadhl al-Haddadi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Yazid al-Khalidi telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Hushain bin Abdurrahman telah
mengabarkan kepada kami, dari Imran bin al-Harits, ia berkata, “Ketika kami tengah
berada bersama Ibnu Abbas, tiba-tiba ia berkata, ’Sesungguhnya setan-setan
mencoba mencuri dengar dari langit. Lalu salah seorang dari mereka akan datang
membawa kebenaran, dan jika ada di antara mereka yang membawa kebenaran
itu, ia akan mengiringinya dengan tujuh puluh kebohongan, dan kemudian ia
menuangkannya ke dalam hati-hati manusia. Kemudian Sulaiman mengetahuinya
dan ia mengambil semua itu dan menguburkannya di bawah singgasananya.
Ketika Sulaiman wafat, setan--yang bertugas di jalan—segera berdiri dan berkata,
’Maukah kalian aku tunjukkan kepada harta karun Sulaiman, yang tidak ada harta
karun lain yang seperti itu?’ Mereka menjawab, ’Iya.’ Setan itu berkata, ’Di bawah=
=singgasananya.” Maka mereka pun mengeluarkannya dan berkata, “Ini
adalah sihir Sulaiman, yang ia gunakan untuk menyihir umat manusia.” Maka Allah
menurunkan ayat yang membebaskan Sulaiman dari tuduhan itu. Allah berfirman,
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan
Sulaiman.” (QS Al-Baqarah, 2: 102)
Al-Kalbi berkata, “Sesungguhnya setan-setan itu menuliskan sihir dan Naranji
(nama tanaman) melalui lisan Ashif: ’Inilah yang diajarkan oleh Ashif bin Barkhiya
kepada Raja Sulaiman kemudian mereka menguburkannya di bawah tempat salatnya
saat Allah merenggut kerajaannya, dan Sulaiman sama sekali tidak mengetahui
perbuatan mereka itu. ketika Sulaiman wafat, mereka mengeluarkannya dari bawah
tempat salatnya, dan berkata, ‘Sesungguhnya Sulaiman bisa menguasai kalian
dengan menggunakan ini, maka pelajarilah ia.’ Ketika ulama Bani Israil mendengar
tentang itu, mereka berkata, ‘Kami berlindung kepada Allah, tidak mungkin ini
berasal dari ilmu Sulaiman.’ Sedangkan orang-orang yang bodoh berkata, ’Ini adalah
ilmu Sulaiman.’ Dan mereka pun mempelajarinya dan menolak kitab-kitab yang
25. 23
dibawa oleh nabi-nabi mereka. Maka, menyebarlah celaan atas Sulaiman. Mereka
terus berada dalam kondisi ini hingga Allah mengutus Nabi Muhammad Saw., dan
Allah menurunkan ayat yang membebaskan Sulaiman dari tuduhan mereka melalui
lisan beliau, Allah berfirman, ‘Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-
setan pada masa kerajaan Sulaiman.’.” (QS Al-Baqarah, 2: 102).
Imam Al Wahidi berkata, “Sa’id bin Al-Ayyasy Al-Qurasyi Telah mengabarkan
kepada kami secara tertulis, bahwa Al-Fadhl bin Zakariya telah menceritakan kepada
mereka, dari Ahmad bin Najdah, dari Sa’id bin Manshur, dari Usman bin Basyir, dari
Hushaifah, ia berkata, “Nabi Sulaiman, setiap kali melihat pohon yang tumbuh, ia
akan bertanya, ’Untuk obat penyakit apakah engkau?’ Dan pohon itu menjawab,
‘Untuk penyakit ini dan itu.’ ketika pohon kharubah tumbuh, ia bertanya, ’Apakah
kegunaanmu?’ Pohon itu menjawab, ’Untuk menghancurkan rumahmu.’ Sulaiman
berkata, ‘Engkau akan menghancurkannya?’ Ia menjawab, ’Benar.’ Sulaiman
berkata, ’Engkau adalah seburuk-buruk pohon.’ Dan tidak lama kemudian ia pun
wafat. Setelah itu orang-orang sering mengatakan–terhadap orang-orang yang
sakit di antara mereka--, ’Andai saja ia bisa seperti Sulaiman.’ Maka setan-setan pun
menulis sebuah kitab dan meletakkannya di tempat salat Sulaiman, lalu mereka
berkata, ’Kami akan menunjukkan kepada kalian apa-apa yang digunakan oleh
Sulaiman sebagai obat.’ Dan mereka pun pergi bersamanya dan mengeluarkan
kitab itu dari tempat salatnya. Dan di dalam buku itu mereka menemukan sihir
dan ruqyah. Maka Allah Swt. menurunkan ayat, ’Dan mereka mengikuti apa yang
dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman.’ Sampai firman-Nya, ’Sebab
itu janganlah kalian kafir’.”
As-Sariy berkata, “Orang-orang di masa Sulaiman banyak yang menulis
sihir dan sibuk mengajarkannya. Maka Sulaiman mengambil kitab-kitab itu dan
menguburkannya di bawah singgasananya. Dan kemudian ia melarang mereka
mempelajarinya. Ketika Sulaiman wafat dan dikuburkan, mereka tidak mengetahui
tempat di mana ia menguburkannya. Maka setan mengubah bentuknya menjadi
seorang manusia dan mendatangi beberapa orang dari Bani Israil dan berkata,
’Maukah kalian aku tunjukkan sebuah harta karun yang tidak akan habis kalian
makan selamanya?’ Mereka menjawab, ’Iya.’ Setan itu berkata, ’Galilah di bawah
singgasana Sulaiman.’ Maka mereka pun menggalinya dan menemukan kitab-kitab
tersebut. Setelah mereka mengeluarkannya, setan berkata, ’Dengan inilah Sulaiman
bisa menundukkan jin, manusia, setan, dan bangsa burung.’ Maka Bani Israil pun
mengambil kitab-kitab itu. Karena itulah sihir lebih banyak terdapat pada Bani Israil.
Maka Allah membebaskan Sulaiman dari tuduhan itu dan menurunkan ayat ini. =
26. 24
QS Al-Baqarah 2: 104
Firman Allah Swt.., “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan
‘Ra’ina’.” (QS Al-Baqarah, 2: 104)
Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat dari Atha’, “Dulu orang-orang Arab biasa
mengatakannya, dan ketika orang-orang Yahudi mendengar, mereka mengatakan
itu kepada Rasulullah Saw., mereka terkejut karena kalimat Ra’ina dalam bahasa
mereka berarti celaan yang buruk. Maka mereka berkata, ’Sungguh kita biasanya
hanya mencela Muhammad secara sembunyi-sembunyi, namun sekarang mereka
(orang-orang Arab) mencelanya secara terang-terangan.’ Maka mereka pun
mendatangi Nabi Allah dan berkata kepada beliau, ’Wahai Muhammad, Ra’ina.’ Dan
setelah itu mereka tertawa. Lalu ada seorang lelaki dari Anshar yang mengetahui
hal ini, yakni Sa’ad bin Ubadah yang memahami bahasa Yahudi. Maka ia berkata
kepada mereka, ’Wahai musuh-musuh Allah, laknat Allah atas kalian. Demi Zat
yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, jika aku mendengarnya dari salah
seorang dari kalian, aku pasti akan memenggal lehernya. Bukankah kalian sengaja
mengatakannya?’ Maka Allah pun menurunkan ayat, “Wahai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu katakan ‘Ra’ina’.” (QS Al-Baqarah, 2: 104)
QS Al-Baqarah 2: 105
Firman Allah Swt.., “Orang-orang yang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik
tidak menginginkan,” (QS Al-Baqarah, 2: 105)
Para mufasir berkata, “Apabila kaum muslimin mengatakan kepada sekutu
mereka dari kaum Yahudi, ’Berimanlah kalian kepada Muhammad Saw.,’ mereka
akan berkata, ’Sungguh apa yang kalian serukan kepada kami ini tidaklah lebih
baik daripada agama kami saat ini, dan kami berharap apa yang kalian serukan itu
lebih baik.’ Maka Allah Swt.. menurunkan ayat ini untuk mendustakan perkataan
mereka itu.”
QS Al-Baqarah 2: 106
Firman Allah Swt.., “Ayat yang Kami batalkan atau yang Kami hilangkan dari
ingatan, pasti Kami ganti dengan yang lebih baik.” (QS Al-Baqarah, 2: 106)
Para mufasir berkata, “Orang-orang musyrik berkata, ’Tidakkah kalian
memperhatikan Muhammad? Ia memerintahkan para sahabatnya dengan suatu
perintah, lalu ia melarang mereka untuk melakukannya, dan hari ini ia akan
mengatakan sesuatu dan besok mungkin ia akan kembali mencabutnya. Sungguh
27. 25
apa yang ada di dalam Al-Qur’an ini berasal dari Muhammad, ia mengatakannya
dari dirinya sendiri, dan perkataannya itu saling bertentangan satu sama lainnya.’
Maka Allah menurunkan ayat, ’Dan apabila kami mengganti suatu ayat dengan
ayat yang lain.’ (QS An-Nahl, 16: 101), dan juga menurunkan, ’Ayat yang Kami
batalkan atau yang Kami hilangkan dari ingatan, pasti Kami ganti dengan yang
lebih baik’.” (QS Al-Baqarah, 2: 106)
QS Al-Baqarah 2: 108
Firman Allah Swt., “Ataukah kamu hendak meminta kepada Rasulmu (Muhammad),”
(QS Al-Baqarah, 2: 108)
Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Abu Ka’ab
dan sekelompok orang Quraisy yang berkata, ’Hai Muhammad, buatlah Bukit Safa
menjadi emas untuk kami, luaskanlah tanah Mekah, dan alirkanlah sungai-sungai
di sekitarnya, maka kami akan beriman kepadamu.’ Maka Allah menurunkan ayat
ini.
Para mufasir berkata, “Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan kaum musyrikin
lainnya menginginkan banyak hal dari Rasulullah Saw. Ada di antara mereka yang
mengatakan, ’Andai saja ia membawa kitab dari langit secara utuh sebagaimana
Taurat yang dibawa oleh Musa.’ Dan ada pula yang mengatakan –yakni Abdullah
bin Abu Umayyah Al-Makhzumi-, ’Datangkanlah kepadaku kitab dari langit yang
di dalamnya disebutkan, ’dari Tuhan semesta alam kepada Ibnu Abi Umayyah,
ketahuilah bahwa sesungguhnya aku telah mengutus Muhammad kepada seluruh
manusia.’ Dan ada pula yang mengatakan, ’Kami tidak akan beriman hingga
engkau mendatangkan Allah dan para malaikat.’ Maka Allah menurunkan ayat ini.”
QS Al-Baqarah 2: 109
Firman Allah Swt., “Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan...,” (QS Al-Baqarah,
2: 109) =
= Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan sejumlah orang
Yahudi yang mengatakan kepada kaum muslimin setelah peristiwa Uhud, ’Tidakkah
kalian melihat apa yang menimpa kalian? Kalau kalian berada dalam kebenaran,
kalian tidak akan dikalahkan. Kembalilah kepada agama kami, itu lebih baik bagi
kalian’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Al Husain bin Muhammad Al-Farisi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah Al-Mufadhdhal
28. 26
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Muhammad telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Syu’aib telah menceritakan kepada kami, dari Az-Zuhri, ia berkata,
“Abdurrahman bin Abdullah bin Ka’ab bin Malik telah mengabarkan kepadaku,
dari ayahnya, bahwa Ka’ab bin Al-Asyraf --seorang Yahudi-- adalah seorang
penyair, dan ia sering menghina Nabi dan mendorong orang-orang kafir Qurasiy
untuk menentang beliau di dalam syair-syairnya. Dan ketika Nabi Saw. tiba di
Madinah, orang-orang musyrik dan Yahudi Madinah sering menyakiti beliau dan
para sahabatnya dengan amat sangat. Maka Allah memerintahkan Nabi-Nya
untuk bersabar dan memaafkan mereka. Dan berkenaan dengan mereka, turunlah
ayat, ’Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan...,’ sampai firman-Nya, ’Maka
maafkanlah dan berlapang dadalah’.” (QS Al-Baqarah, 2: 109)
QS Al-Baqarah 2: 113
Firman Allah Swt., “Dan orang Yahudi berkata, ’Orang Nasrani itu tidak memliki
suatu pegangan’.” (QS Al-Baqarah, 2: 113)
Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi Madinah dan kaum
Nasrani dari penduduk Najran, yaitu ketika utusan dari Najran datang menemui
Rasulullah Saw., para pendeta Yahudi mendatangi mereka dan mereka saling
berdebat sehingga suara mereka meninggi. Orang-orang Yahudi berkata, “Kalian
tidak memiliki pegangan apa-apa di dalam agama.” Dan mereka mengingkari Isa
dan Injil. Maka orang-orang Nasrani berkata kepada mereka, “Kalian tidak memiliki
pegangan apa-apa di dalam agama.” Dan mereka pun mengingkari Musa dan
Taurat. Maka Allah menurunkan ayat ini.
QS Al-Baqarah 2: 114
Firman Allah Swt., “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang melarang
di dalam masjid Allah.” (QS Al-Baqarah, 2: 114)
Ayat ini turun berkenaan dengan Thathlus orang Romawi dan teman-
temannya dari kaum Nasrani. Yaitu ketika mereka memerangi Bani Israil dan
membunuh para prajurit mereka, menawan anak-anak mereka, membakar kitab
Taurat, menghancurkan Baitul Maqdis, dan melemparkan bangkai-bangkai yang
busuk ke dalamnya. Ini adalah pendapat Ibnu Abbas dalam riwayat Al-Kalbi.
Dan Qatadah berkata, “Maksudnya adalah Bukhtanshir dan pasukannya.
Mereka memerangi Bani Israil dan menghancurkan Baitul Maqdis. Dan untuk itu
29. 27
mereka dibantu oleh orang-orang Nasrani yang berasal dari Romawi.
Dan Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat Atha’, “Ayat ini turun berkenaan
dengan kaum musyrik dari penduduk Mekah yang melarang kaum muslimin untuk
menyebut nama Allah di dalam Masjidilharam.
QS Al-Baqarah 2: 115
Firman Allah Swt., “Dan milik Allahlah timur dan barat.” (QS Al-Baqarah, 2: 115)=
= terdapat perbedaan pendapat mengenai sebab turunnya ayat ini.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Manshur Al-Manshuri telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Umar Al-Hafiz telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Muhammad Ismail bin Ali telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Al-Hasan bin Ali bin Syabib Al-Umari telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Ahmad bin Ubaidillah Al-Abdi telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Aku menemukan di dalam kitab ayahku, ia berkata, “Abdul Malik Al-
Arzami telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Atha’ bin Abi Rabah telah
menceritakan kepada kami, dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, “Rasulullah Saw.
mengirimkan sebuah ekspedisi militer di mana aku termasuk di dalamnya. Saat
itu malam yang gelap datang sehingga kami tidak mengetahui arah kiblat. Maka
sebagian dari kami berkata, ’Kami mengetahui kiblat, yaitu di arah ini, arah utara.’
Dan mereka pun melaksanakan salat dan mereka membuat garis-garis sebagai
tanda. Sebagian yang lain berkata, ’Kiblat ada di sini, di arah selatan.,’ dan mereka
pun membuat garis-garis sebagai tanda. Pagi harinya, matahari terbit dan ternyata
garis-garis itu tidak menunjukkan ke arah kiblat. Setelah pulang dari perjalanan
kami, kami menanyakan masalah itu kepada Rasulullah Saw., dan beliau diam.
Maka Allah menurunkan ayat, ’Sesungguhnya milik Allahlah timur dan barat, ke
mana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah’.” (QS Al-Baqarah, 2: 115)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Manshur telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Ali telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Sha’id
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ismail Al-Ahmasyi
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Waki’ telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Asy’ats as-Siman telah menceritakan kepada kami, dari Ashim
bin Ubaidullah, dari Abdullah bin Amir, dari Rabi’ah, dari ayahnya, ia berkata, “Kami
pernah salat bersama Rasulullah Saw. dalam sebuah perjalanan di waktu malam
yang gelap gulita, dan tidak diketahui ke mana arah kiblat. Maka masing-masing
dari kami salat sesuai dengan keadaannya. Pagi harinya, kami menceritakan itu
kepada Rasulullah Saw., dan turunlah ayat, “Ke mana pun kamu menghadap, di
sanalah wajah Allah.” (QS Al-Baqarah, 2: 115)
30. 28
Pendapat Ibnu Umar bahwa ayat ini turun berkenaan dengan salat sunnah.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Qasim bin Abdan telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah Al-Hafiz telah menceritakan kepada
kami.” ia berkata, “Muhammad bin Ya’qub telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Abul Bakhtari bin Abdullah bin Muhammad bin Syakir telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Usamah telah menceritakan kepada kami, dari
Abdul Malik bin Sulaiman, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Umar, ia berkata, “Ayat ’Ke
mana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah.’ Maksudnya adalah salatlah
ke arah mana pun tungganganmu membawamu, yakni dalam salat sunnah.
Dan Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat Atha’, “Ketika Najasyi wafat, Jibril
berkata kepada Nabi Saw., ’Sesungguhnya Najasyi telah wafat, salatlah untuknya
(salat jenazah).’ Maka Rasulullah Saw. memerintahkan para sahabat untuk datang
dan membariskan shaf mereka. Kemudian Rasulullah Saw. maju ke depan dan
berkata kepada mereka, ’Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku untuk men-
salatkan=
Najasyi, karena ia telah wafat, maka salatkanlah ia.” Dan Rasulullah Saw.
pun salat. Akan tetapi para sahabat bergumam di dalam hati mereka, ’Bagaimana
mungkin kita men-salatkan orang yang mati sementara ia memiliki kiblat yang
berbeda dengan kita.’ Dan an-Najasyi sendiri salat menghadap Baitul Maqdis hingga
wafatnya, padahal kiblat telah dialihkan ke Ka’bah. Maka Allah menurunkan ayat,
“Ke mana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah.” (QS Al-Baqarah, 2: 115)
Adapun pendapat Ibnu Abbas bahwa ayat ini telah dihapus oleh ayat, “Dan
di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu (Ka’bah).” (QS
Al-Baqarah, 2: 150). Ini adalah pendapat Ibnu Abbas menurut riwayat Atha’ Al-
Khurasani.
Dan ia berkata, “Ada dua hal yang pertama kali dihapus dari Al-Qur’an:
pertama adalah kiblat, Allah Swt. berfirman, ’Ke mana pun kamu menghadap,
di sanalah wajah Allah.’ Saat itu Rasulullah Saw. salat menghadap Baitul Maqdis
dan meninggalkan Baitul Atiq (Ka’bah), dan kemudian Allah memalingkan beliau
kepada Baitul Atiq.
Dan ia berkata dalam riwayat Ibnu Abi Thalhah Al-Wali, “Sesungguhnya ketika
Rasulullah Saw. hijrah ke Madinah—dan sebagian besar penduduknya adalah orang-
orang Yahudi—Allah memerintahkan beliau untuk menghadap Baitul Maqdis. Hal
ini membuat orang-orang Yahudi merasa gembira. Dan beliau menghadap ke sana
selama lebih dari sepuluh bulan, sementara beliau lebih menyukai kiblat Ibrahim.
Maka ketika Allah memalingkan beliau ke arah kiblat Ibrhim itu (Ka’bah), orang-
31. 29
orang Yahudi merasa bingung dan bertanya, ’Apa yang memalingkan mereka dari
kiblat mereka yang sebelumnya?’ Maka Allah pun menurunkan ayat, ’Ke mana pun
kamu menghadap, di sanalah wajah Allah’.” (QS Al-Baqarah, 2: 115)
QS Al-Baqarah 2: 116
Firman Allah Swt, “Dan mereka berkata, “Allah mempunyai anak.” (QS Al-Baqarah,
2: 116)
Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi karena mereka
mengatakan, “Uzair adalah anak Allah.” Dan juga berkenaan dengan kaum Nasrani
Najran karena mereka mengatakan, “Al-Masih adalah anak Allah.” Dan juga orang-
orang Arab yang musyrik karena mereka mengatakan, “Para malaikat adalah anak-
anak perempuan Allah.”
QS Al-Baqarah 2: 119
Firman Allah Swt, “Dan engkau tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang
penghuni-penghuni neraka.” (QS Al-Baqarah, 2: 119)
Ibnu Abbas berkata, “Suatu hari Rasulullah Saw. berkata, ‘Duhai alangkah
malangnya kedua orang tuaku’.” Maka turunlah ayat ini.
Dan ini sesuai dengan qiraat orang yang membaca, “Wa la tasal ‘an ashhabi’l
jahim.” (Dan janganlah engkau bertanya tentang penghuni neraka).
Dan Muqatil berkata, “Sesungguhnya Nabi Saw. pernah bersabda, ‘Andaikan
Allah menurunkan kesulitan terhadap orang-orang Yahudi, niscaya mereka akan
beriman’.” Maka Allah menurunkan ayat, “Dan janganlah engkau bertanya tentang
penghuni-penghuni neraka.”
QS Al-Baqarah 2: 120
Firman Allah Swt., “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu.”
(QS Al-Baqarah, 2: 120)=
= para mufasir berkata, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani meminta perjanjian
damai dengan Rasulullah Saw., dan mereka mencoba meyakinkan beliau bahwa jika
beliau membuat perjanjian damai dengan mereka, dan memberi mereka waktu,
maka mereka akan mengikuti beliau. Maka Allah menurunkan ayat ini.”
Ibnu Abbas berkata, “Ini berkenaan dengan kiblat karena saat itu orang-orang
Yahudi Madinah dan orang-orang Nasrani Najran menginginkan Nabi Saw. mufasir
ke arah kiblat mereka. Maka ketika Allah mengalihkan kiblat ke Ka’bah, hal itu
mengganggu mereka, dan mereka pun merasa putus asa untuk dapat mengajak
beliau kepada agama mereka. Maka Allah pun menurunkan ayat ini.”
32. 30
QS Al-Baqarah 2: 121
Firman Allah Swt., “Orang-orang yang telah kami beri kitab, mereka membacanya
sebagaimana mestinya.” (QS Al-Baqarah, 2: 121)
Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat Atha’ dan Al-Kalbi, “Ayat ini turun
berkenaan dengan orang-orang yang berada di atas kapal, yang datang bersama
Ja’far bin Abu Thalib dari negeri Habasyah. Mereka berjumlah empat puluh orang,
yang berasal dari Habasyah dan Syam.”
Ad-Dhahhak berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang
beriman dari kalangan Yahudi.”
Sedangkan Qatadah dan Ikrimah berpendapat, “Ayat ini turun mengenai Nabi
Muhammad Saw.”
QS Al-Baqarah 2: 133
Firman Allah Swt., “Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya’qub.”
(QS Al-Baqarah, 2: 133)
Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi saat mereka berkata
kepada Nabi Saw., “Tidakkah engkau tahu bahwa pada hari kematiannya, Ya’qub
berwasiat kepada anak-anaknya untuk memeluk agama Yahudi.”
QS Al-Baqarah 2: 135
Firman Allah Swt., “Dan mereka berkata, ‘Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau
Nasrani’.” (QS Al-Baqarah, 2: 135)
Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan para pemimpin Yahudi
Madinah: Ka’ab bin Al-Asyraf, Malik bin ash-Shaif, dan Abu Yasir bin Akhthab dan
juga kaum Nasrani Najran karena mereka berdebat dengan kaum muslimin dalam
hal agama. Masing-masing kelompok mengira bahwa mereka lebih berhak atas
agama Allah dibandingkan yang lainnya.”
Orang-orang Yahudi berkata, “Nabi kami Musa adalah nabi yang terbaik, kitab
kami Taurat adalah kitab yang paling utama, dan agama kami adalah agama yang
paling utama.” Dan mereka mengingkari Isa=
=dan Injil, dan mereka juga mengingkari Muhammad Saw. dan Al-Qur’an.
Sementara orang-orang Nasrani berkata, “Nabi kami Isa adalah nabi yang
terbaik, kitab kami Injil adalah kitab yang paling utama, dan agama kami adalah
agama yang paling utama.” Dan mereka mengingkari Muhammad Saw. dan Al-
Qur’an.
33. 31
Lalu masing-masing dari kedua kelompok itu berkata kepada orang-orang
yang beriman, “Jadilah kalian penganut agama kami, tidak ada agama lain selain
agama kami.” Dan mereka terus mengajak masuk ke dalam agama mereka.
QS Al-Baqarah 2: 138
Firman Allah Swt., “Shibghah Allah, siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada
Allah?” (QS Al-Baqarah, 2: 138)
Ibnu Abbas berkata, “Apabila ada anak laki-laki yang lahir dari kaum Nasrani
dan usianya mencapai tujuh hari, mereka mencelupkannya ke dalam sebuah mata
air milik mereka. Mereka menyebutnya proses pembaptisan dengan tujuan untuk
membersihkannya. Mereka berkata, ‘Ini untuk menyucikan tempat khitan.’ Jika
mereka telah melakukan itu, maka anak tersebut telah menjadi seorang Nasrani
yang sesungguhnya. Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.”
QS Al-Baqarah 2: 142
Firman Allah Swt., “Orang-orang yang kurang akal di antara manusia akan berkata.”
(QS Al-Baqarah, 2: 142)
Ayat ini turun berkenaan dengan masalah pengalihan kiblat.
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Ja’far telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Zahir bin Ja’far telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Al-Hasan bin Muhammad bin Mush’ab telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Yahya bin Hakim telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah
bin Raja’ telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Israil telah menceritakan
kepada kami, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra’, ia berkata, “Ketika Rasulullah Saw.
tiba di Madinah, beliau menghadap Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh
belas bulan, sementara beliau menginginkan untuk menghadap ke arah Ka’bah.
Maka Allah menurunkan ayat, ’Kami telah melihat wajahmu (Muhammad) sering
menengadah ke langit,” hingga akhir ayat. Maka orang-orang yang bodoh dari
manusia, yakni orang-orang Yahudi berkata=
= “Apakah yang memalingkan mereka (kaum muslimin) dari kiblat yang
dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?”. Maka Allah Swt.. berfirman, “Katakanlah
(Muhammad), milik Allahlah timur dan barat.” Hingga akhir ayat.” Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari, dari Abdullah bin Raja’.
QS Al-Baqarah 2: 143, 144
Firman Allah Swt.., “Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.” (QS Al-Baqarah,
34. 32
2: 143, 144)
Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat Al-Kalbi, “Ada beberapa orang dari sahabat
Rasulullah Saw.. yang telah meninggal saat masih menghadap kiblat yang pertama,
di antara mereka adalah As’ad bin Zurarah, Abu Umamah dari Bani Najjar, Al-Barra’
bin Ma’rur, dan beberapa orang lainnya. Lalu keluarga mereka datang menemui
Rasulullah Saw.. dan berkata, ’Wahai Rasulullah, saudara-saudara kami telah
meninggal saat mereka masih menghadap kiblat yang pertama, dan sekarang Allah
telah memalingkanmu kepada kiblat Ibrahim, bagaimana dengan saudara-saudara
kami itu?’, maka Allah menurunkan ayat, ’Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu.’ Dan kemudian Allah berfirman, ’Kami melihat wajahmu (Muhammad)
sering menengadah ke langit.’ Karena saat itu Nabi Saw. berkata kepada Jibril,
’Aku sangat menginginkan Allah memalingkanku dari kiblat orang-orang Yahudi
ke arah kiblat yang lain.’ Dan maksud beliau adalah Ka’bah karena ia adalah kiblat
Ibrahim. Maka Jibril berkata kepada beliau, ’Sesungguhnya aku hanyalah seorang
hamba sepertimu, aku tidak memiliki kekuasaan apa pun. Mohonlah kepada
Tuhanmu untuk memalingkanmu ke arah kiblat Ibrahim.’ Kemudian Jibril pun naik,
sementara Rasulullah Saw.. terus-menerus memandang ke langit dengan harapan
Jibril akan datang membawa kabar tentang apa yang beliau inginkan. Maka Allah
menurunkan ayat ini.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Manshur Muhammad bin Muhammad Al-
Manshuri telah mengabarkan kepada kami.” ia berkata, “Ali paman dari Al-Hafiz
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdul Wahhab bin Isa telah
menceritakan kepada kami.” ia berkata, =
= Abu Hisyam ar-Rifa’i telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu
Bakar bin Ayyasy telah menceritakan kepada kami.” ia berkata, “Abu Ishaq telah
menceritakan kepada kami, dari Al-Barra’, ia berkata, “Kami salat bersama Rasulullah
Saw. sejak kedatangan beliau ke Madinah selama tujuh belas bulan menghadap
ke Baitul Maqdis. Kemudian Allah mengetahui keinginan Nabi-Nya, maka turunlah
ayat, “Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka
akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi.”
Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Bakar bin Abu Syaibah, dari Abu Al-
Ahwash. Dan diriwayatkan juga oleh Al-Bukhari dari Abu Nu’aim, dari Zuhair, dan
keduanya dari Abu Ishaq.
QS Al-Baqarah 2: 146
Firman Allah Swt., “Orang-orang yang telah Kami beri kitab (Taurat dan Injil)
35. 33
mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenali anak-anak mereka sendiri.”
(QS Al-Baqarah, 2: 146)
Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang beriman dari Ahli Kitab,
yaitu Abdullah bin Salam dan teman-temannya. Mereka telah mengenali Rasulullah
Saw. dari sifat dan ciri-cirinya serta masa diutusnya beliau di dalam=
=kitab mereka, sebagaimana salah seorang dari mereka mengenali anak
kandungnya saat ia melihatnya berada di tengah anak-anak lainnya.”
Abdullah bin Salam berkata, “Sungguh aku lebih mengenal Rasulullah Saw.
daripada mengenal anakku sendiri.” Maka Umar bin Khattab bertanya kepadanya,
“Bagaimanakah bisa demikian wahai Ibnu Salam?” ia menjawab, “Karena aku
bisa bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah dengan penuh keyakinan,
sementara aku tidak bisa bersaksi seperti itu atas anakku, karena aku tidak tahu
apa yang dilakukan oleh para wanita (istri).” Maka Umar berkata, “Semoga Allah
memberimu taufik, wahai Ibnu Salam.”
QS Al-Baqarah 2: 154
Firman Allah Swt., “Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh
di jalan Allah (mereka) telah mati.” (QS Al-Baqarah, 2: 154)
Ayat ini turun berkenaan dengan para syuhada Badar. Mereka berjumlah
belasan orang; delapan orang dari kalangan Anshar, dan enam orang dari kalangan
Muhajirin. Dan saat itu orang-orang mengatakan tentang mereka yang terbunuh
di jalan Allah, “Si Polan telah mati, dan ia telah kehilangan kenikmatan dunia dan
kelezatannya.” Maka Allah menurunkan ayat ini.
QS Al-Baqarah 2: 158
Firman Allah Swt, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah merupakan sebagian syiar
(agama) Allah.” (QS Al-Baqarah, 2: 158)
Imam Al Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad bin Ahmad Az-Zahid telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ali bin Abu Bakar Al-Faqih telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin Abdul Aziz
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Mush’ab bin Abdullah ad-Dinairi
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Malik telah menceritakan kepadaku,
dari Hisyam, dari ayahnya, dari Aisyah, ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan
orang-orang Anshar. Dahulu mereka melaksanakan haji untuk berhala Manat, dan
mereka enggan untuk melakukan sa’i di antara Shafa dan Marwah. Ketika Islam
datang, mereka bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang hal itu. Maka Allah
36. 34
menurunkan ayat ini.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abdullah bin Yusuf, dari Malik.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar At-Tamimi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Syekh Al-Hafiz telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Yahya ar-Razi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Sahl Al-
Askari telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Abdurrahman telah
menceritakan kepada kami, dari Hisyam, dari ayahnya, dari Aisyah, ia berkata, “Ayat
ini turun berkenaan dengan beberapa orang dari kaum Anshar. Dahulu jika mereka
melakukan talbiyah untuk Manat di masa Jahiliah, maka tidak halal bagi mereka
melakukan sa’i di antara Shafa dan Marwah. Maka ketika mereka ikut bersama
Rasulullah Saw. melaksanakan haji, mereka menceritakan hal itu kepada beliau,
maka Allah menurunkan ayat ini.”=
=diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, dari Abu Umamah,
dari Hisyam.
Dan Anas bin Malik berkata, “Dulu kami tidak menyukai sa’i di antara Shafa dan
Marwah karena keduanya merupakan bagian dari syiar kafir Quraisy di masa Jahiliah.
Maka kami pun meninggalkannya di dalam Islam. Lalu Allah menurunkan ayat ini.”
Dan Amr bin Husain berkata, “Aku pernah bertanya kepada Ibnu Umar
tentang ayat ini, dan ia berkata, ‘Pergilah menemui Ibnu Abbas dan tanyakanlah
kepadanya, sesungguhnya hanya dialah yang masih tersisa dari orang-orang yang
lebih mengetahui tentang apa-apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw. Maka aku pun menemuinya dan bertanya kepadanya. Ia berkata, ’Dahulu
di Shafa terdapat sebuah patung berbentuk seorang pria yang diberi nama Isaf.
Sementara di Marwah terdapat sebuah patung berbentuk seorang wanita yang
diberi nama Na’ilah. Orang-orang Ahli Kitab menyangka bahwa mereka berdua
telah melakukan zina di dalam Ka’bah sehingga Allah mengubah mereka menjadi
batu dan meletakkan mereka di atas Shafa dan Marwah agar menjadi pelajaran.
Dan waktu pun terus berjalan, hingga kemudian mereka disembah. Orang-orang
Jahiliah, jika mereka melakukan sa’i, mereka mengusap kedua patung tersebut. Dan
ketika Islam datang, dan patung-patung dihancurkan, kaum muslimin tidak ingin
melaksanakan thawaf atau sa’i di antara keduanya karena keberadaan dua patung
itu sebelumnya. Maka Allah menurunkan ayat ini.
As-Suddi berkata, “Pada masa Jahiliah, setan-setan memainkan alat musik
di antara Shafa dan Marwah pada malam hari. Dan di antara keduanya terdapat
patung-patung yang disembah. Ketika Islam menang, kaum muslimin berkata,
’Wahai Rasulullah, kami tidak ingin melaksanakan thawaf atau sa’i di antara Shafa
37. 35
dan Marwah karena itu adalah salah satu bentuk kemusyrikan yang kami lakukan
di masa Jahiliah. Maka Allah menurunkan ayat ini.”
Imam Al Wahidi berkata, “Manshur bin Abdul Wahhab Al-Bazzar telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Sinan telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Hamid bin Muhammad bin Syu’aib
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Bakkar telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ismail bin Zakariya telah menceritakan
kepada kami, dari Ashim, dari Anas bin Malik, ia berkata, “Dahulu kaum muslimin
menahan diri untuk tidak melaksanakan sa’i di antara Shafa dan Marwah karena
keduanya merupakan bagian dari syiar Jahiliah, dan kami tidak ingin melaksanakan
sa’i di antara keduanya. Maka Allah menurunkan ayat, ‘Sesungguhnya Shafa dan
Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah’.” =
=ketentuan: yaitu jika ia bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah
selain Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, dan
kemudian ia mati dalam keadaan demikian, maka telah wajib baginya surga. Maka
Allah Swt menurunkan ayat ini.”
QS Al-Baqarah 2: 178
Firman Allah Swt, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
(melaksanakan) qishash berkenaan dengan orang yang dibunuh.” (QS Al-Baqarah,
2: 178)
Asy-Sya’bi berkata, “Pernah terjadi peperangan antara dua suku bangsa Arab,
dan salah satu dari mereka berhasil mengalahkan yang lain, maka mereka berkata,
’Untuk seorang budak yang mati dari kami, kami akan menuntut balas dengan
membunuh orang yang merdeka dari kalian, dan untuk seorang wanita yang mati
kami akan menuntut balas dengan membunuh laki-laki dari kalian.’ Maka turunlah
ayat ini.”
QS Al-Baqarah 2: 187
Firman Allah Swt, “Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan
istrimu.” (QS Al-Baqarah, 2: 187)
Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat Al-Walibi, “Sebelumnya, pada bulan Ra-
madhan, jika kaum muslimin telah melaksanakan shalat Isya, mereka meng-
haramkan istri mereka dan makanan atas diri mereka. Lalu ada beberapa orang dari
mereka yang makan dan mencampuri istri mereka pada bulan Ramadhan setelah
shalat Isya, di antaranya adalah Umar bin Khaththab. Maka mereka mengadukan
38. 36
hal itu kepada Rasulullah Saw., dan Allah menurunkan ayat ini.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Asfahani telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Syekh Al-Hafiz telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abdurrahman bin Muhammad ar-Razi telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Sahl bin Usman Al-Askari telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Yahya bin Za’idah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku dan yang
lainnya telah menceritakan kepadaku, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra’ bin Azib, ia
berkata, “Dahulu jika kaum muslimin telah berbuka puasa, mereka akan makan,
minum, dan mencampuri istri mereka selama mereka belum tidur. Dan jika mereka
telah tidur, mereka tidak akan melakukan apapun dari hal-hal tadi. Saat itu Qais
bin Shurmah Al-Anshari berpuasa, dan ia mendatangi istrinya setelah masuk waktu
berbuka. Namun istrinya pergi untuk suatu keperluan, sehingga Qais tertidur. Dan
pada tengah hari keesokan harinya, ia pun pingsan.” Al-Barra’ berkata, “Dan Umar
juga pernah mendatangi istrinya yang telah tertidur. Dan ketika hal itu disampaikan
kepada Nabi Saw, turunlah ayat, ’Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa
bercampur dengan istrimu,’ hingga firman-Nya, ’Waktu fajar.’ Dan kaum muslimin
pun merasa gembira dengan hal itu.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Abdirrahman bin Abi Hamid telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Muhammad asy-Syaibani
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdurrahman
ad-Daghuli telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Az-Za’farani telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Syababah telah menceritakan kepada
kami.” ia berkata, “Israil telah menceritakan kepada kami, dari Abu Ishaq, dari Al-
Barra’, ia berkata, “Dahulu jika ada di antara shahabat Rasulullah yang berpuasa,
lalu tiba waktu berbuka, dan ia tidur sebelum makan, maka ia tidak akan makan
pada malam itu dan tidak pula keesokan harinya hingga datang waktu berbuka
esoknya. Suatu ketika, Qais bin Shurman Al-Anshari berpuasa dan ketika waktu
berbuka tiba, ia mendatangi istrinya dan bertanya, ’Apakah engkau mempunyai
makanan?’ ia menjawab, ’Tidak, tapi aku akan pergi untuk mencarikan makanan
untukmu.’ Dan pada hari itu Qais telah bekerja keras, sehingga ia tertidur. Dan saat
istrinya kembali, ia berkata, ’Engkau telah merugi.’ Dan keesokan harinya ia kembali
berpuasa. Namun saat memasuki waktu tengah hari, ia pingsan. Sehingga hal ini
diceritakan kepada Rasulullah Saw. Dan kemudian turunlah ayat ini, ’Dihalalkan
bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu,’ dan kaum muslimin
menyambut ini dengan sangat gembira=
=diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Ahmad bin Muhammad, dari Abdullah,
dari Ashim.
39. 37
QS Al-Baqarah 2: 159
Firman Allah Swt, “Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk.” (QS Al-Baqarah, 2:
159)
Ayat ini turun berkenaan dengan para ulama ahli kitab, dan sikap mereka yang
menyembunyikan ayat rajam dan perihal Nabi Muhammad Saw.
QS Al-Baqarah 2: 163, 164
Firman Allah Swt, “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi.” (QS Al-
Baqarah, 2: 163, 164)
Imam Al Wahidi berkata, “Abdul Aziz bin Thahir At-Tamimi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr bin Mathar telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Abdullah Az-Zayyadi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Musa bin Mas’ud An-Nahdi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Syibl
telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abi Nujaih, dari Atha’, ia berkata, “Di
Madinah, turun kepada Nabi Saw ayat, ’Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha
Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.’ Maka
orang-orang kafir Quraisy di Mekah berkata, ’Bagaimana mungkin satu tuhan
cukup untuk manusia?’ maka Allah Swt. menurunkan ayat, ’Sesungguhnya pada
penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang...’ hingga firman-Nya,
’Merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Asfahani telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad Al-Hafiz telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Yahya ad-Dari telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Sahl bin Usman telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al-Ahwash
telah menceritakan kepada kami, dari Sa’id bin Masruq, dari Abu ad-Duha, ia
berkata, “Ketika turun ayat ini, ’Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.’
Orang-orang musyrik terkejut, dan mereka berkata, ’Satu Tuhan? Jika ia benar,
hendaklah ia mendatangkan bukti kepada kita.’ Maka Allah Swt. Menurunkan ayat,
’Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi.’ Hingga akhir ayat.”
QS Al-Baqarah 2: 168
Firman Allah Swt., “Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik.”
(QS Al-Baqarah, 2: 168)
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Tsaqif, Khuza’ah, dan
Amir bin Sha’sha’ah ketika mereka mengharamkan atas diri mereka makanan yang
40. 38
berasal dari tanaman dan binatang ternak.”
QS Al-Baqarah 2: 174
Firman Allah Swt, “Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
diturunkan Allah, yaitu kitab,” (QS Al-Baqarah, 2: 174)
Al-Kalbi berkata dari Ibnu Abbas, “Ayat ini turun berkenaan dengan para
pemimpin Yahudi dan ulama mereka, yang memperoleh banyak hadiah dari orang-
orang yang bodoh dari mereka. Dan mereka sangat berharap Nabi yang akan diutus
itu berasal dari mereka. Ketika Nabi itu diutus dari golongan selain mereka, mereka
takut jika makanan yang mereka terima akan terputus, dan kekuasaan mereka akan
hilang. Maka mereka pun mencari sifat-sifat Nabi Muhammad di dalam kitab mereka
dan mengubahnya. Dan setelah itu barulah mereka mengeluarkannya kepada umat
mereka dan berkata, ’Inilah ciri-ciri Nabi yang akan keluar di akhir zaman, sama
sekali tidak cocok dengan ciri-ciri Nabi yang keluar di Mekah.’ Dan ketika orang-
orang bodoh itu mendapati bahwa ciri-ciri yang telah diubah itu bertentangan
dengan ciri-ciri Nabi Muhammad Saw., mereka pun tidak mengikutinya.”
QS Al-Baqarah 2: 177
177- Firman Allah Swt., “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu...” (QS
Al-Baqarah, 2: 177)
Qatadah berkata, “Telah diceritakan kepada kami bahwa ada seorang laki-laki
yang bertanya tentang kebajikan kepada Rasulullah Saw., maka Allah menurunkan
ayat ini.” ia berkata, “Dan sebelumnya laki-laki itu telah menerima=
=yaitu karena mereka pernah bertikai di hadapan Rasulullah Saw. karena
masalah tanah. Saat itu Imri’ul Qais adalah pihak yang tergugat, sementara Abdan
adalah pihak yang menggugat. Maka Allah menurunkan ayat ini. Dan Abdan pun
menguasai tanahnya tanpa harus bertikai dengannya.”
QS Al-Baqarah 2: 189
Firman Allah Swt., “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit.”
(QS Al-Baqarah, 2: 189)
Mu’adz bin Jabal berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang
Yahudi mengganggu kami dan banyak bertanya tentang bulan sabit kepada kami.
Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.”
Dan Qatadah berkata, “Diceritakan kepada kami, bahwa mereka bertanya
kepada Nabi Allah, ’Mengapa bulan sabit itu diciptakan?’ maka Allah menurunkan
41. 39
ayat, ’Katakanlah, ’Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji’.”
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Mu’adz bin Jabal dan
Tsa’labah bin Anmah, mereka berdua berasal dari kalangan Anshar, mereka
bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa halnya dengan bulan sabit yang terbit begitu
halus seperti benang, lalu bertambah besar dan terus membesar hingga menjadi
bundar. Dan kemudian ia terus berkurang dan kembali menjadi halus sebagaimana
awalnya, kenapa ia tidak berada dalam satu kondisi saja?’ Maka turunlah ayat ini.
QS Al-Baqarah 2: 189
Firman Allah Swt., “...Dan bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari
belakangnya...” (QS Al-Baqarah, 2: 189)
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Ibrahim Al-Muzakki telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr bin Mathar telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Khalifah telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Walid dan Al-Ahwash telah menceritakan kepada kami.” Mereka
berdua berkata, “Tsa’labah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu
Ishaq telah memberitahukan kepada kami, ia berkata, “Aku mendengar Al-Barra’
berkata, ’Dulu jika orang-orang Anshar melaksanakan haji dan kemudian kembali,
mereka tidak masuk rumah dari pintu depannya, akan tetapi mereka memasukinya
dari belakangnya. Lalu ada seorang lelaki yang pulang dan masuk rumah melalui
pintu depan sehingga ia dicela karena itu. Maka turunlah ayat ini.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Walid, dan diriwayatkan juga oleh
Muslim dari Bundar, dari Ghundar, dari Syu’bah.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar At-Tamimi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Syekh telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu
Yahya ar-Razi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Sahl bin Ubaidah telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ubaidah telah menceritakan kepada kami,
dari Al-A’masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir, ia berkata, “Dahulu orang-orang Quraisy
juga disebut Al-Hims. Dan saat melakukan ihram, mereka masuk melalui pintu
rumah mereka=
=diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abdullah bin Musa, dari Israil.
Imam Al Wahidi berkata, “Al-Hasan bin Muhammad Al-Farisi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Al-Fadhl telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Al-Hasan Al-Hafiz telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Hisyam bin Ammar telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Yahya