2. A. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang
dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk
negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk
yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu
dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu
negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah
negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional
menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP.
Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama
ribuan tahun (lihat Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya
terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru
dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan
internasional pun turut mendorong Industrialisasi,
kemajuan transportasi, globalisasi, dan
kehadiran perusahaan multinasional.
3. a. Teori Merkantilisme (Mirabeau)
Teori Merkantilisme, yaitu paham yang mengajarkan bahwa kemakmuran perekonomian suatu negara dengan
memaksimalkan surplus perdagangan. Teori Merkantilisme mempunyai prinsip:
Mencari logam mulia sebanyak-banyaknya
Mengusahakan neraca perdagangan aktif
Monopoli perdagangan
Memperluas daerah jajahan
Membatasi impor dan meningkatkan ekspor
b. Teori Keuntungan Mutlak (Adam Smith)
Teori Keuntungan Mutlak berdasarkan pada pembagian kerja internasional yang menimbulkan spesialisasi dan
efisiensi produksi dalam menghasilkan suatu barang. Teori keuntungan mutlak mempunyai prinsip:
Kemampuan negara untuk mengembangkan produksi melalui perdagangan.
Macam keuntungan ada dua, yaitu karena ilmiah dan teknologi.
Dalam perdagangan, masing-masing negara akan mengadakan spesialisasi kerja pada produksi yang
mempunyai keunggulan mutlak, yaitu jam kerja per hari yang paling kecil.
c. Teori Keuntungan Komparatif (David Ricardo)
Teori Keuntungan Komparatif berdasarkan pada perbandingan biaya yang dikeluarkan suatu negara dalam
memproduksi suatu barang dibandingkan dengan negara lain sehingga negara dengan biaya rendah akan mengimpor
dan negara dengan biaya yang tinggi mengekspor barang tersebut.
d. Teori Permintaan Timbal Balik (John Stuart Mill)
Teori Permintaan Timbal Balik sebenarnya kelanjutan dari Teori Keunggulan Komparatif yaitu melakukan
kesimbangan antara permintaan dengan penawaran. Hal ini disebabkan baik itu permintaan maupun penawaran
menentukan besarnya barang yang akan diekspor dan barang yang akan diimpor.
4. 1.Menjalin Persahabatan Antar Negara
2.Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara.
Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek
dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu
memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
3.Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan
yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu
barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi adakalanya
lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
4.Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya)
dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang
mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan
internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan
menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.
5.Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik
produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.
5. 1.Faktor Alam/ Potensi Alam
2.Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
3.Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan
negara
4.Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
5.Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru
untuk menjual produk tersebut.
6.Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga
kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya
perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.
7.Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
8.Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari
negara lain.
9.Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun
di dunia dapat hidup sendiri.
6. A.Kebijakan Perdagangan Bebas.
kebijakan perdagangan bebas adalah kebijakan perdagangan yang menginginkan adanya kebebesan dalam
perdagangan, sehingga tidak ada rintangan yang menghalangi arus produk dari dan ke luar negeri. Kebijakan
perdagangan ini berkembang seiring dengan adanya arus globalisasi di mana antara negara satu dengan
negara lain dalam kehidupannya lebih transparan tidak terbatasi oleh batas-batas teritorial tiap-tiap negara.
Karena perdagangan bebas ini tidak ada rintangan maka harga produk ditentukan oleh kekuatan pasar
(permintaan dan penawaran) sesuai dengan hukum ekonomi. Manfaat dari perdagangan bebas menurut teori
klasik adalah sebagai berikut:
Dapat mendorong persaingan antarpengusaha, sehingga nantinya akan tercipta kualitas produk dengan dasar
teknologi tinggi.
Mendorong terjadinya efisiensi biaya (cost) sehingga mampu menghasilkan produk dengan harga yang
mampu bersaing.
Meningkatkan mobilitas modal, tenaga ahli dan investasi (faktor produksi) ke berbagai negara sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan eknomi.
Meningkatkan perolehan laba sehingga memungkinkan para pengusaha berinvestasi lebih luas.
Konsumen dapat lebih bebas dalam menentukan variasi dan pilihan produk yang diinginkan.
Saat ini perdagangan bebas belum berlaku secara menyeluruh dan masih terbatas pada kawasan-kawasan
tertentu saja karena masih adanya keterbatasan pada permasalahan kebijakan tarif, kuota, diskriminasi harga
dan lain-lain, sehingga hanya berlaku bagi negara yang masih termasuk dalam kawasan tersebut. Contoh
organisasi perdagangan bebas diantaranya adalah NAFTA (organisasi perdagangan bebas untuk negara di
kawasan Amerika Utara), AFTA (organisasi perdagangan bebas untuk negara-negara di kawasan Asia
Tenggara) dan EETA (Organisasi perdagangan bebas untuk negara-negara anggota masyarakat Uni Eropa).
7. B. Kebijakan Perdagangan Proteksionis
Kebijakan perdagangan proteksionis adalah kebijakan perdagangan yang melindungi
produk-produk dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk asing yang
dilakukan dengan cara membuat berbagai rintangan/hambatan arus produksi dari dan
ke luar negeri.
Alasan negara menganut kebijakan perdagangan proteksionis antara lain:
Dari adanya perdagangan bebas, yang diuntungkan adalah negara-negara maju saja,
karena merek memiliki modal dan teknologi yang maju. Selain itu harga jual produk
dari negara-negara maju dinilai terlalu tinggi dibanding dengan harga bahan baku yang
dihasilkan oleh negara-negara berkembang.
Untuk melindungi industri dalam negeri yang baru tumbuh.
Untuk membuka lapangan kerja. Dengan adanya proteksi maka industri dalam negeri
dapat tetap hidup dengan demikian akan mampu membuka lapangan kerja bagi
masyarakat.
Untuk menyehatkan neraca pembayaran. Upaya kebijakan proteksi melalui peningkatan
ekspor produksi dalam negeri akan mampu mengurangi defisit neraca pembayaran.
Untuk meningkatkan penerimaan negara. Dengan cara mengenakan tarif tertentu pada
produk impor dan ekspor sehingga negara dapat meningkatkan penerimaan.
8. Adapun macam-macam kebijakan perdagangan proteksionis antara lain:
1) Kouta Impor
Kebijakan yang menetapkan batas jumlah barang yang boleh diimpor dengan tujuan untuk
melindungi produsen dan produk dalam negeri.
2) Kouta ekspor
Kebijakan dengan menetapkan batas jumlah barang yang diekspor dengan tujuan untuk
menjamin persediaan barang tersebut guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
3) Subsidi
Kebijakan dengan cara memberikan tunjangan kepada perusahaan-perusahaan yang
memproduksi barang untuk keperluan ekspor, sehingga harga barang tersebut bisa bersaing
dengan barang luar negeri.
4) Tarif Impor
Kebijakan dengan mengenakan tarif/bea impor yang tinggi terhadap barang yang datang dari
luar negeri sehingga harga barang impor akan menjadi lebih mahal.
5) Tarif ekspor.
Kebijakan dengan mengenakan tarif atau bea terhadap barang yang diekspor dengan nilai
yang lebih rendah dengan tujuan untuk merangsang kegiatan ekspor.
9.
6) Premi
Kebijakan berupa pemberian hadiah atau penghargaan kepada perusahaan yang mampu
memproduksi barang dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi. Pemberian premi ini
diharapkan dapat menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi.
7) Diskriminasi harga
Kebijakan melalui penetapan harga produk secara berlainan dengan negara tertentu, yang
dilakukan dalam rangka perang tarif agar negara tertentu yang dijadikan target mau
menurunkan harga.
8) Larangan ekspor
Kebijakan larangan ekspor untuk mengekspor jenis barang-barang tertentu dilakukan dengan
pertimbangan ekonomi, politik, sosial dan budaya dalam negeri.
9) Larangan Impor
Kebijakan melarang impor untuk barang-barang tertentu dilakukan dengan alasan untuk
melindungi produk-produk dalam negeri atau dengan alasan untuk menghemat devisa.
10) Dumping
Dumping merupakan kebijakan menjual barang ke luar negeri dengan harga lebih murah
dibandingkan dengan harga penjualan didalam negeri. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk
memperluas dan menguasai pasar. Dumping ini bisa dilakukan jika terdapat
aturan/hambatan yang jelas dan tegas sehingga konsumen di dalam negeri tidak mampu
membeli barang yang didumping dari luar negeri.
10. 1. Dampak Positif Perdagangan Internasional
Berikut ini beberapa dampak positif perdagangan internasional.
a. Saling membantu memenuhi kebutuhan antarnegara
Terjalinnya hubungan di antara negara-negara yang melakukan perdagangan
dapat memudahkan suatu negara memenuhi barang-barang kebutuhan yang
belum mampu diproduksi sendiri. Mereka dapat saling membantu mengisi
kekurangan dari setiap negara, sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi.
b. Meningkatkan produktivitas usaha
Dengan adanya perdagangan internasional, kemajuan teknologi yang digunakan
dalam proses produksi akan meningkat. Meningkatnya teknologi yang lebih
modern dapat meningkatkan produktivitas perusahaan dalam menghasilkan
barang-barang.
c. Mengurangi pengangguran
Perdagangan internasional dapat membuka kesempatan kerja baru, sehingga hal
ini menjadi peluang bagi tenaga kerja baru untuk memasuki dunia kerja. Semakin
banyak tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan, maka pengangguran dapat
berkurang.
d. Menambah pendapatan devisa bagi negara
Dalam kegiatan perdagangan internasional, setiap negara akan memperoleh de isa.
Semakin banyak barang yang dijual di negara lain, perolehan de isa bagi negara
11. 2. Dampak Negatif Perdagangan Internasional
Selain dampak positif, perdagangan internasional juga memberikan
dampak negatif bagi perekonomian Indonesia. Berikut ini beberapa
dampak negatif dari perdagangan internasional.
a. Adanya ketergantungan dengan negara-negara pengimpor
Untuk memenuhi kebutuhan barang-barang yang tidak diproduksi
dalam negeri, pemerintah akan mengimpor dari negara lain. Kegiatan
mengimpor ini dapat mengakibatkan ketergantungan dengan negara
pengimpor.
b. Masyarakat menjadi konsumtif
Banyaknya barang-barang impor yang masuk ke dalam negeri
menyebabkan semakin banyak barang yang ada di pasar baik dari
jumlah, jenis, dan bentuknya. Akibatnya akan mendorong seseorang
untuk lebih konsumtif, karena semakin banyak barang-barang pilihan
yang dapat dikonsumsi.
c. Mematikan usaha-usaha kecil
Perdagangan internasional, dapat menimbulkan persaingan industri
dengan negara-negara lain. Industri yang tidak mampu bersaing tentu
akan mengalami kerugian, sehingga akan mematikan usaha produksinya.
Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan pengangguran.