1. Hadis Tarbawi merujuk kepada hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang terkait dengan pendidikan.
2. Mata kuliah Hadis Tarbawi diajarkan untuk memberikan pemahaman tentang petunjuk-petunjuk Nabi SAW dalam aspek keluhuran akhlak dan perilaku manusia melalui proses pendidikan.
3. Tujuan penyelenggaraan mata kuliah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami dan menghayati ajaran-ajaran Nabi
2. Menurut para ahli arti Hadis ialah:
“Perkataan-perkataan Nabi Muhammad SAW,
perbuatan-perbuatan dan keadaan beliau”.
(Aminuddin Siddik Muhtadi, 1986).
“Segala perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi
Muhammad SAW, yang bersangkut paut dengan
hukum” (T. M. Hasbi Ash-Shiddieqy, 1974).
3. Hadis atau al-Hadits menurut bahasa adalah al-jadid
yang berarti sesuatu yang baru. Artinya ini
menunjukkan kepada waktu yang dekat atau waktu
yang singkat seperti ِِم ا
َلْسِإلْأ ىِف
ِ
ْثيِداح
ِ
ِدْهاعال (orang yang
baru masuk/memeluk islam).
Hadis juga sering disebut dengan al-Sunnah, al-
Khabar, dan al-Atsar
4. Hadist berasal dari kosa kata bahasa Arab “hadatsa” yang berarti
peristiwa, kejadian, perkataan ucapan, yang dimaksud di sini
adalah segala perbutaan, ucapan atau peristiwa kejadian pada
diri Nabi atau pada masa Nabi.
Hadits secara etimologi berarti cara atau jalan hidup yang biasa
dipraktekkan, baik ataupun buruk. Secara terminologi, Hadits
adalah segala sesuatu yang dinisbatkan (disandarkan) kepada
Nabi saw., baik perkataan (qauli), perbuatan (fi’li),
sikap/ketetapan (taqriri) maupun sifat fisik dan psikis
Rasulullah saw.
Untuk memberikan pengertian tentang Tarbawi, maka perlu
diketahui dari mana asal kata tersebut. Kata “Tarbawi” adalah
terjemahan dari bahasa Arab, yakni Rabba-Yurabbi-Tarbiyyatan.
Kata tersebut bermakna : Pendidikan, pengasuhan dan
pemeliharaan (A.W. Munawwir, 1997 : 470).
5. Kata tarbawi berasal dari akar kata “tarbiyah” yang berasal dari ,
ّىبر
,
يربى ِ
ّايترب
,
ِ
تربية dari kata kerja ربى
ا (tsulasi) berarti
tumbuh/perkembang kemudian diikuti wazan لّعف
) )dengan
tambahan syiddah pada ain fiilnya untuk ta’diyah. Artinya
sewaktu belum ada tambahan tasydid pada ain fiil, kata kerja ini
adalah lazim (tidak membutuhkan maf’ul bih/ pelengkap sifat
penderita, stelah mendapat tambahan syiddah maka barulah
menjadi muta’adi (butuh maf’ul bih/transitif (pelengkap
penderita). Selanjutnya dari kata tarbiyah menjadi nisbat dari
kata “hadir” ketentuan nisbat adalah dengan menambahnya ya
nisbat.
Untuk kata tarbawi, berasl dari kata ِ
تربيةsetelah di masukan ya’
nibat maka ya’ marbhutohnya dibuang menjadi ِ
تربيىkarena ada
ىtertumpuk tiga, maka untuk menyelematkanya ya’ yang asli
dig anti dengan واو
, dan harokat kasroh sebelum واوdi fathah
untuk mempermudah bacaanya, sehingga menjadi تربوىuntuk
mudzakar (laki-laki) dan تربويةuntuk muantas (perempuan).
Dengan demikian hadist tarbawi dikategorikan sebagai hadist
pendidikan
6.
7. Dalam silabus Mata Kuliah Hadits standar dijelaskan bahwa setelah
selesai mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan makna, mufrodat, jumlah, pemahaman konten hadist-
hadist, pengaplikasiannya dan pengembangan pemahaman dalam
kaitannya dengan pendidikan. Mata kuliah ini dinamai Hadist
Tarbawi sebagai mata kuliah keahlian program studi pada program
studi pada program pendidikan bahasa arab yang bersifat mandiri.
Setelah selesai mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan mufrodat, jumlah, pemahaman konten
hadist-hadist, pengaplikasiannya dan pengembangan pemahaman
dalam pendidikan (Tarbiyah) yang berkaitan dengan tema. Al
Ibtida fi Kholqil Insan, Al Ahdaf fi Tarbiyah, Al Mudaris fi Tarbiyah,
Al Mutaalim fi Tarbiyah, Al Bawaits fi Tarbiyah, At Thoriqoh fi
Tarbiyah, Al Wasail fi Tarbiyah, Al Mashorif fi Tarbiyah, Al Bi’ah fi
Tarbiyah, Al Maadah fi Tarbiyah, Al Demokratiyah fi Tarbiyah. Ini
salah satu isi dari Mata Kuliah Hadits Tarbawi. Barangkali masih
banyak Silabus dalam versi yang lain.
8. Dengan tercantumnya hadist tarbawi sebagai mata kuliah yang
harus diambil oleh para mahasiswa Fakultas Agama Islam jurusan
tarbiyah dengan bobot: 2 SKS, masuk komponen MKDK, maka
mahasiwa harus mencantumkanya mata kuliah hadist dalam SKS
pada semester 4.
Dengan mencatumkan mata kuliah ini, iharapkan mahasiswa
memahami dan menghayati petunjuk-petunjuk Nabi Muhammad
SAW. Berkenaan dengan aspek kelimuaan, keikhlasan dan tingkah
laku manusia muslim, baik dalam kapasitas mereka sebagai mahluk
individu maupun sebagai mahluk sosial, memlalui proses
pendidikan. Yang di maksud melalului proses pendidikan di sini
adalah bahwa pemahaman dan penghayatan terhadap hadist-hadist
Rasulullah SAW. tersebut, melalui kajian terprogram dan
terkordidnir dengan manajemen pendidikan yang baik dan benar,
prosedural dan terkontrol. Artinya bahwasanya penyamapaian
hadist-hadist Rasulullah SAW. Yang berkenan dengan
tarbiyah/pendidikan tersebut melalui lembaga pendidikan, di
mana di situ ada dosen, guru, ada mahasiswa/murid dan ada
tempat belajar/madrasahnya dengan manajemen yang baik.
9.
10. Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.A. dan Dr. Zainal Efendi
Hasibuan, M.A. 2011. Hadis Tarbawi: Membangun
Kerangka Pendidikan Ideal Perspektif Rasulullah. Jakarta:
Kalam Mulia
Abi Zakaria Yahya ibn Syarf al Nawawi al Dimsyiqi. 1992.
Riyadh al Sholihin. Beirut: Dar al Fikr.
K.H.M. Ali Usman, dkk. 1982. Hadits Qudsi: Firman Allah
yang Tidak Dicantumkan dalam Alquran (Pola Pembinaan
Akhlak Muslim). Bandung: CV. Diponegoro.
Referensi lainnya yang mendukung perkuliahan
11.
12. Pengertian Hadis Tarbawi
Manusia dan Potensi Pendidikannya
Legalitas Penyelenggaraan dan Tujuan Pendidikan
Kurikulum Pendidikan
Teori Perencanaan Pendidikan
Metode dan Media Pembelajaran
Etika Pendidik dan Peserta Didik
Konsep Reward and Punishment
Aspek Kejiwaan dalam Proses Belajar Mengajar
Konsep Evaluasi dalam Pendidikan
Konsep Akuntabilitas Pelaksanaan Pendidikan
13. MANUSIA DAN POTENSI
PENDIDIKANNYA
ِالااقِهْناعِِهللااي ِ
ض ااِرة اْري ارِهْىِبااِْناع
:
ِ
س اِرالااق
ِ
ِهللاِل ْو
ِ
َّلاس اِوِهْيالاعِىِهللاَّلاص
ِام
:
ِ
اهِياه اوابااافِِة ارْطِفْىِالالاعِدال ْوٍِيد ْول ْوامُِّلك
ِ
اسِّجامِي ْوااِِهِن ارّ ِ
اصنِي ْوااِِهِنااد ِّو
ِِهِن
(
ِاه او ار
ِ
ْمِلْسم اىِو ِ
اارخبْال
)
Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW
bersabda : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci,
ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani,
atau Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim