SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
Teknik Pembuatan Herbarium
Onrizal
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Latar Belakang
Kegiatan penelitian dalam bidang kehutanan semakin beraneka ragam, baik dari segi
biologi maupun dari segi teknologi. Banyak di antara penelitian yang dilakukan
menggunakan pohon atau tumbuhan lainnya yang ada di dalam kawasan hutan sebagai
objek utama. Objek yang diteliti perlu dikenal oleh peneliti yang bersangkutan. Untuk
keperluan tersebut peneliti dianjurkan agar membuat herbarium dari pohon atau
tumbuhan lain yang sedang diteliti.
Bahan dan Perlengkapan
1. Alat untuk mengambil material herbarium: a.l. parang, kapak, pisau, gunting stek,
galah berpisau, dan kadang-kadang ketapel. Untuk terna perlu sekop, dan untuk rotan
diperlukan sarung tangan anti duri.
2. Alat pembungkus material herbarium: kertas koran, karung plastik besar, kantong
plastik (40 x 60 cm, dan ukuran lebih kecil), tali plastik dan hekter. Alat pengepres:
sasak dari kayu atau bambu (30 x 50 cm)
3. Alat tulis: label gantung (3 x 5 cm, dari manila karton), balngko isian/tally sheet,
pensil, buku catatan dan alat tulis lain
4. Alkohol 70 % atau spiritus (1 liter untuk 30 – 50 spesimen)
5. Alat pelengkap: kamera dan perlengkapannya, altimeter, teropong, pita ukur, dll
Pengumpulan Material
Material herbarium yang diambil harus memenuhi tujuan pembuatan herbarium, yakni
untuk identifikasi dan dokumentasi. Dalam pekerjaan identifikasi tumbuhan diperlukan
ranting, daun, kuncup, kadang-kadang bunga dan buah, dalam satu kesatuan. Material
herbarium yang lengkap mengandung ranting, daun muda dan tua, kuncup, bunga muda
dan tua yang mekar, serta buah muda dan tua. Material herbarium dengan bunga dan
buah jauh lebih berharga dan biasa disebut herbarium fertil, sedangkan material
herbarium tanpa bunga dan buah disebut herbarium steril.
Untuk keperluan dokumentasi ilmiah dianjurkan agar dibuat material herbarium fertil dan
untuk setiap nomor koleksi agar dibuat beberapa spesimen sebagai duplikat (3 spesimen
atau lebih per nomor koleksi).
Material herbarium dari pohon berdiameter besar maupun kecil agar dipilih ranting yang
berbunga dan berbuah. Apabila hal ini sulit dilakukan, cukup diambil ranting dengan
1
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
daun-daun dan kuncup utuh dalam satu kesatuan. Material herbarium dari tumbuhan
terna dan rumput-rumputan, batang dan akarnya harus dikumpulkan pula. Demikian pula
halnya dengan bambu, material herbariumnya tidak hanya berupa ranting daun berbunga,
tetapi ruas batang dan pelepahnya harus disertakan pula.
Material herbarium rotan sangat sulit dikumpulkan karena selain berdaun majemuk
bersirip yang panjangnya lebih dari 1 m, bahkan ada yang mencapai 4 m (termasuk sirus),
misalnya rotan manau, harus disertakan pula batang dan pelepahnya yang banyak durinya
itu. Beberapa jenis rotan tidak memiliki sirus pada ujung daun, namun mempunyai salur
berduri pada bagian pelepah yang disebut flagel yang panjangnya dapat mencapai 5 m,
seperti pada rotan kesur.
Selain material herbarium harus lengkap, perlu diperhatikan pula bahwa pada saat
pengambilan material herbarium harus dilakukan pula pencatatan data tumbuhannya,
terutama karakter/sifat yang akan hilang jika diawetkan. Material herbarium tanpa
catatan tumbuhannya dianggap sangat tidak ada artinya. Pencatatan data tumbuhan
dengan menggunakan buku catatan atau blangko isian/tally sheet (Lampiran 1).
Bersamaan dengan pencatatan identitas tumbuhan tersebut, perlu dengan segera dibuat
pula label ganting yang diikat pada material herbarium. Satu label untuk satu spesimen.
Pada setiap label gantung ditulis kode (singkatan nama) kolektor (pengumpul), nomor
koleksi, nama lokal (daerah) tumbuhan yang dikumpulkan, lokasi pengumpulan, dan
tanggal. Dianjurkan agar untuk penulisan pada label gantung tersebut menggunakan
pensil, supaya tulisan tidak larut bila kena siraman alkohol atau spiritus.
Pengolahan dan Pengawetan
1. Di Lokasi Pengumpulan
Ada dua cara yang memungkinkan dalam pembuatan herbarium di lokasi pengumpulan,
yaitu cara basah dan cara kering.
a. Cara basah
Setelah material herbarium diberi label gantung dan dirapikan, kemudian dimasukkan ke
dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan kertas koran untuk satu spesimen (contoh).
Tidak dibenarkan menggabungkan beberapa spesimen di dalam satu lipatan kertas.
Selanjutnya, lipatas kertas koran berisi material herbarium tersebut ditumpuk satu di atas
lainnya. Tebal tumpukan disesuaikan dengan daya muat kantong plastik (40 x 60 cm)
yang akan digunakan. Tumpukan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
disiram alkohol 70 % atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram secara
merata, kemudian kantong plastik ditutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya
alkohol atau spiritus tidak menguap ke luar kantong.
b. Cara kering
Cara kering menggunakan 2 macam proses, yaitu:
2
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
1. Pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu tebal di
pres di dalam sasak, kemudian dikeringkan di atas tungku pengeringan dengan panas
yang diatur atau di dalam oven (suhu 80oC selama 48 jam). Pengeringan harus segera
dilakukan karena jika terlambat akan mengakibatkan material herbarium rontok
daunnya dan cepat menjadi busuk.
2. Pengeringan bertahap, yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air
mendidih sekitar 3 menit, kemudian dirapikan lalu dimasukkan ke dalam lipatan
kertas koran. Selanjutnya ditumpuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan di atas
tungku pengeringan. Selama proses pengeringan material herbarium itu harus sering
diperiksa dan diupayakan agar pengeringannya merata.
Setelah kering, material herbarium dirapikan kembali dan kertas koran bekas
pengeringan tadi diganti dengan kertas yang baru. Kemudian material herbarium
dapat dikemas untuk diidentifikasi.
2. Di Tempat Koleksi Herbarium
a. Material basah harus segera dikeluarkan dari kantongnya, kemudian dirapikan
tumpukannya dan bila perlu kertasnya diganti dengan kertas baru.
Selanjutnya, tumpukan material herbarium dipres di dalam sasak, kemudian
dimasukkan ke dalam tungku pengeringan atau oven dengan suhu 80oC selama 48
jam.
b. Material yang sudah kering diidentifikasi nama botaninya. Biasanya secara berturutturut material tersebut termasuk suku apa, marga dan jenis apa.
Hasil identifikasi ini ditulis pada label identifikasi yang telah disiapkan. Dalam hal
ini harus diperhatikan agar nomor koleksi yang ditulis pada label identifikasi sesuai
dengan nomor koleksi pada label gantung.
c. Material herbarium yang telah diidentifikasi kemudian diawetkan dengan cara sebagai
berikut:
-

material dicelupkan ke dalam larutan sublimat, yakni campuran alkohol 96 % dan
tepung sublimat dengan perbandingan 50 gram sublimat dalam 1 liter alkohol.
Pada proses pengawetan ini dianjurkan agar digunakan sarung tangan dan kain
kasa penutup hidung untuk menghindari cairan dan uap sublimat.

-

material yang sudah dicelup (sekitar 2 menit) di dalam larutan sublimat
dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran, kemudian beberapa material ditumpuk
menjadi satu dan ditaruh di antara 2 sasak, lalu diikat kecang.

-

sasak yang berisi material tersebut dimasukkan ke dalam tungku pengeringan dan
dijemur sampai material menjadi kering.

-

material yang telah kering ini siap untuk diproses lebih lanjut sebagai koleksi
herbarium yang tahan terhadap serangan jamur maupun hama.

d. Material herbarium kering kemudian diplak atau ditempelkan pada kertas gambar
yang kaku dan telah disterilkan. Bersamaan dengan pengeplakkan dilakukan pula
3
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
pemasangan label identifikasi yang telah diisi. Dalam hal ini, perlu diperhatikan agar
tidak terjadi salah pasang antara label identifikasi dengan nomor koleksi herbarium
yang bersangkutan
Material herbarium kering yang sudah diplak dan memiliki label identifikasi selanjutnya
bisa disimpan di ruangan herbarium.
BAHAN BACAAN
Bridson, D and L. Forman. 1998. The herbarium handbook. 3rd edition. Royal Botanic
Gardens, Kew.
Rugayah, Retnowati, A., Windadri, F.I., & A. Hidayat. 2004. Pengumpulan data
taksonomi. Dalam Rugayah, Widjawa, E.A., & Praptiwi (Penyunting). Pedoman
penumpulan data keanekaragaman flora. Pusat Penelitian Biologi – Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Sutisna, U., T. Kalima dan Purnadjaja. 1998. N. Wulijarni-Soejipto dan Soekotjo
(Peny.). Pedoman pengenalan pohon hutan di Indonesia. Yayasan PROSEA,
Bogor dan Pusat Diklat Pegawai dan SDM Kehutanan, Bogor.

4
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

More Related Content

Similar to CARA PEMBUATAN HERBARIUM

3c-39058-F-Rumini, S. P - Membuat awetan.pdf
3c-39058-F-Rumini, S. P - Membuat awetan.pdf3c-39058-F-Rumini, S. P - Membuat awetan.pdf
3c-39058-F-Rumini, S. P - Membuat awetan.pdfAminWidodo2
 
Pedoman praktikum (autosaved) (autosaved) 1
Pedoman praktikum (autosaved) (autosaved) 1Pedoman praktikum (autosaved) (autosaved) 1
Pedoman praktikum (autosaved) (autosaved) 1zaidan p negara
 
Pedoman Teknis Budidaya Hebras
Pedoman Teknis Budidaya HebrasPedoman Teknis Budidaya Hebras
Pedoman Teknis Budidaya HebrasWarta Wirausaha
 
KULTUR JARINGAN MAKALAH
KULTUR JARINGAN MAKALAHKULTUR JARINGAN MAKALAH
KULTUR JARINGAN MAKALAHDevi Nathania
 
pendahuluan farmakognosi (1).ppt
pendahuluan farmakognosi (1).pptpendahuluan farmakognosi (1).ppt
pendahuluan farmakognosi (1).pptPaulaEstikaWugaGani
 
TEKNIK PEMBUATAN AWETAN SERANGGA.pptx
TEKNIK PEMBUATAN AWETAN SERANGGA.pptxTEKNIK PEMBUATAN AWETAN SERANGGA.pptx
TEKNIK PEMBUATAN AWETAN SERANGGA.pptxIlhamRosihan1
 
pertemuan 2PENYIAPAN DAN PENGOLAHAN BAHAN BAKU.ppt
pertemuan 2PENYIAPAN DAN PENGOLAHAN BAHAN BAKU.pptpertemuan 2PENYIAPAN DAN PENGOLAHAN BAHAN BAKU.ppt
pertemuan 2PENYIAPAN DAN PENGOLAHAN BAHAN BAKU.pptchilonkduppa
 
KWU BUDIDAYA TANAMAN HIAS
KWU BUDIDAYA TANAMAN HIASKWU BUDIDAYA TANAMAN HIAS
KWU BUDIDAYA TANAMAN HIASfatmalatika
 
KULTUR JARINGAN MAKALAH
KULTUR JARINGAN MAKALAHKULTUR JARINGAN MAKALAH
KULTUR JARINGAN MAKALAHDevi Nathania
 
Pedoman Berkebun Anggrek
Pedoman Berkebun AnggrekPedoman Berkebun Anggrek
Pedoman Berkebun AnggrekWarta Wirausaha
 
Makalah perbanyakan tanaman
Makalah perbanyakan tanamanMakalah perbanyakan tanaman
Makalah perbanyakan tanamanagus tian
 
Kultur jaringan
Kultur jaringanKultur jaringan
Kultur jaringanVJ Asenk
 

Similar to CARA PEMBUATAN HERBARIUM (20)

Herbarium 2.ppt
Herbarium 2.pptHerbarium 2.ppt
Herbarium 2.ppt
 
Herbarium
HerbariumHerbarium
Herbarium
 
3c-39058-F-Rumini, S. P - Membuat awetan.pdf
3c-39058-F-Rumini, S. P - Membuat awetan.pdf3c-39058-F-Rumini, S. P - Membuat awetan.pdf
3c-39058-F-Rumini, S. P - Membuat awetan.pdf
 
Pedoman praktikum (autosaved) (autosaved) 1
Pedoman praktikum (autosaved) (autosaved) 1Pedoman praktikum (autosaved) (autosaved) 1
Pedoman praktikum (autosaved) (autosaved) 1
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Pedoman Teknis Budidaya Hebras
Pedoman Teknis Budidaya HebrasPedoman Teknis Budidaya Hebras
Pedoman Teknis Budidaya Hebras
 
Budidaya Jahe Merah
Budidaya Jahe MerahBudidaya Jahe Merah
Budidaya Jahe Merah
 
Ppt wirausaha
Ppt wirausahaPpt wirausaha
Ppt wirausaha
 
KULTUR JARINGAN MAKALAH
KULTUR JARINGAN MAKALAHKULTUR JARINGAN MAKALAH
KULTUR JARINGAN MAKALAH
 
pendahuluan farmakognosi (1).ppt
pendahuluan farmakognosi (1).pptpendahuluan farmakognosi (1).ppt
pendahuluan farmakognosi (1).ppt
 
Praktikum 1 kuljar
Praktikum 1 kuljarPraktikum 1 kuljar
Praktikum 1 kuljar
 
Kerajinan bahan alami
Kerajinan bahan alamiKerajinan bahan alami
Kerajinan bahan alami
 
TEKNIK PEMBUATAN AWETAN SERANGGA.pptx
TEKNIK PEMBUATAN AWETAN SERANGGA.pptxTEKNIK PEMBUATAN AWETAN SERANGGA.pptx
TEKNIK PEMBUATAN AWETAN SERANGGA.pptx
 
pertemuan 2PENYIAPAN DAN PENGOLAHAN BAHAN BAKU.ppt
pertemuan 2PENYIAPAN DAN PENGOLAHAN BAHAN BAKU.pptpertemuan 2PENYIAPAN DAN PENGOLAHAN BAHAN BAKU.ppt
pertemuan 2PENYIAPAN DAN PENGOLAHAN BAHAN BAKU.ppt
 
KWU BUDIDAYA TANAMAN HIAS
KWU BUDIDAYA TANAMAN HIASKWU BUDIDAYA TANAMAN HIAS
KWU BUDIDAYA TANAMAN HIAS
 
KULTUR JARINGAN MAKALAH
KULTUR JARINGAN MAKALAHKULTUR JARINGAN MAKALAH
KULTUR JARINGAN MAKALAH
 
Pedoman Berkebun Anggrek
Pedoman Berkebun AnggrekPedoman Berkebun Anggrek
Pedoman Berkebun Anggrek
 
Makalah perbanyakan tanaman
Makalah perbanyakan tanamanMakalah perbanyakan tanaman
Makalah perbanyakan tanaman
 
Kultur jaringan
Kultur jaringanKultur jaringan
Kultur jaringan
 
Aglaonema
AglaonemaAglaonema
Aglaonema
 

More from Alen Pepa

Sumber daya alam
Sumber daya alamSumber daya alam
Sumber daya alamAlen Pepa
 
Problem of seafarers in indonesia
Problem of seafarers in indonesiaProblem of seafarers in indonesia
Problem of seafarers in indonesiaAlen Pepa
 
Presentation3 partial differentials equation
Presentation3  partial differentials equationPresentation3  partial differentials equation
Presentation3 partial differentials equationAlen Pepa
 
Perpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaPerpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaAlen Pepa
 
Pengantar manajemen bisnis
Pengantar manajemen bisnisPengantar manajemen bisnis
Pengantar manajemen bisnisAlen Pepa
 
Modul manajemen-stratejik-bab-12-mei-2010
Modul manajemen-stratejik-bab-12-mei-2010Modul manajemen-stratejik-bab-12-mei-2010
Modul manajemen-stratejik-bab-12-mei-2010Alen Pepa
 
Mgg 3 morfologi phn
Mgg 3 morfologi phnMgg 3 morfologi phn
Mgg 3 morfologi phnAlen Pepa
 
Metode surveylalu lintas
Metode surveylalu lintasMetode surveylalu lintas
Metode surveylalu lintasAlen Pepa
 
Met num3 persnonl-inier_baru
Met num3 persnonl-inier_baruMet num3 persnonl-inier_baru
Met num3 persnonl-inier_baruAlen Pepa
 
Met num1 pendahuluan-new
Met num1 pendahuluan-newMet num1 pendahuluan-new
Met num1 pendahuluan-newAlen Pepa
 
Met num s1 (2)
Met num s1 (2)Met num s1 (2)
Met num s1 (2)Alen Pepa
 
Mesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serutMesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serutAlen Pepa
 
Menggambar mrsin
Menggambar mrsinMenggambar mrsin
Menggambar mrsinAlen Pepa
 
Material teknik 00
Material teknik 00Material teknik 00
Material teknik 00Alen Pepa
 
Materi+kewirausahaan
Materi+kewirausahaanMateri+kewirausahaan
Materi+kewirausahaanAlen Pepa
 

More from Alen Pepa (20)

Sumber daya alam
Sumber daya alamSumber daya alam
Sumber daya alam
 
Rotax
RotaxRotax
Rotax
 
Problem of seafarers in indonesia
Problem of seafarers in indonesiaProblem of seafarers in indonesia
Problem of seafarers in indonesia
 
Presentation3 partial differentials equation
Presentation3  partial differentials equationPresentation3  partial differentials equation
Presentation3 partial differentials equation
 
Pp jadi
Pp jadiPp jadi
Pp jadi
 
Perpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaPerpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidia
 
Pengantar manajemen bisnis
Pengantar manajemen bisnisPengantar manajemen bisnis
Pengantar manajemen bisnis
 
Modul manajemen-stratejik-bab-12-mei-2010
Modul manajemen-stratejik-bab-12-mei-2010Modul manajemen-stratejik-bab-12-mei-2010
Modul manajemen-stratejik-bab-12-mei-2010
 
Mgg 3 morfologi phn
Mgg 3 morfologi phnMgg 3 morfologi phn
Mgg 3 morfologi phn
 
Metode surveylalu lintas
Metode surveylalu lintasMetode surveylalu lintas
Metode surveylalu lintas
 
Metnum 2006
Metnum 2006Metnum 2006
Metnum 2006
 
Met num3 persnonl-inier_baru
Met num3 persnonl-inier_baruMet num3 persnonl-inier_baru
Met num3 persnonl-inier_baru
 
Met num1 pendahuluan-new
Met num1 pendahuluan-newMet num1 pendahuluan-new
Met num1 pendahuluan-new
 
Met num s1
Met num s1Met num s1
Met num s1
 
Met num s1 (2)
Met num s1 (2)Met num s1 (2)
Met num s1 (2)
 
Mesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serutMesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serut
 
Menggambar mrsin
Menggambar mrsinMenggambar mrsin
Menggambar mrsin
 
Mekanisme
MekanismeMekanisme
Mekanisme
 
Material teknik 00
Material teknik 00Material teknik 00
Material teknik 00
 
Materi+kewirausahaan
Materi+kewirausahaanMateri+kewirausahaan
Materi+kewirausahaan
 

CARA PEMBUATAN HERBARIUM

  • 1. Teknik Pembuatan Herbarium Onrizal Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Latar Belakang Kegiatan penelitian dalam bidang kehutanan semakin beraneka ragam, baik dari segi biologi maupun dari segi teknologi. Banyak di antara penelitian yang dilakukan menggunakan pohon atau tumbuhan lainnya yang ada di dalam kawasan hutan sebagai objek utama. Objek yang diteliti perlu dikenal oleh peneliti yang bersangkutan. Untuk keperluan tersebut peneliti dianjurkan agar membuat herbarium dari pohon atau tumbuhan lain yang sedang diteliti. Bahan dan Perlengkapan 1. Alat untuk mengambil material herbarium: a.l. parang, kapak, pisau, gunting stek, galah berpisau, dan kadang-kadang ketapel. Untuk terna perlu sekop, dan untuk rotan diperlukan sarung tangan anti duri. 2. Alat pembungkus material herbarium: kertas koran, karung plastik besar, kantong plastik (40 x 60 cm, dan ukuran lebih kecil), tali plastik dan hekter. Alat pengepres: sasak dari kayu atau bambu (30 x 50 cm) 3. Alat tulis: label gantung (3 x 5 cm, dari manila karton), balngko isian/tally sheet, pensil, buku catatan dan alat tulis lain 4. Alkohol 70 % atau spiritus (1 liter untuk 30 – 50 spesimen) 5. Alat pelengkap: kamera dan perlengkapannya, altimeter, teropong, pita ukur, dll Pengumpulan Material Material herbarium yang diambil harus memenuhi tujuan pembuatan herbarium, yakni untuk identifikasi dan dokumentasi. Dalam pekerjaan identifikasi tumbuhan diperlukan ranting, daun, kuncup, kadang-kadang bunga dan buah, dalam satu kesatuan. Material herbarium yang lengkap mengandung ranting, daun muda dan tua, kuncup, bunga muda dan tua yang mekar, serta buah muda dan tua. Material herbarium dengan bunga dan buah jauh lebih berharga dan biasa disebut herbarium fertil, sedangkan material herbarium tanpa bunga dan buah disebut herbarium steril. Untuk keperluan dokumentasi ilmiah dianjurkan agar dibuat material herbarium fertil dan untuk setiap nomor koleksi agar dibuat beberapa spesimen sebagai duplikat (3 spesimen atau lebih per nomor koleksi). Material herbarium dari pohon berdiameter besar maupun kecil agar dipilih ranting yang berbunga dan berbuah. Apabila hal ini sulit dilakukan, cukup diambil ranting dengan 1 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
  • 2. daun-daun dan kuncup utuh dalam satu kesatuan. Material herbarium dari tumbuhan terna dan rumput-rumputan, batang dan akarnya harus dikumpulkan pula. Demikian pula halnya dengan bambu, material herbariumnya tidak hanya berupa ranting daun berbunga, tetapi ruas batang dan pelepahnya harus disertakan pula. Material herbarium rotan sangat sulit dikumpulkan karena selain berdaun majemuk bersirip yang panjangnya lebih dari 1 m, bahkan ada yang mencapai 4 m (termasuk sirus), misalnya rotan manau, harus disertakan pula batang dan pelepahnya yang banyak durinya itu. Beberapa jenis rotan tidak memiliki sirus pada ujung daun, namun mempunyai salur berduri pada bagian pelepah yang disebut flagel yang panjangnya dapat mencapai 5 m, seperti pada rotan kesur. Selain material herbarium harus lengkap, perlu diperhatikan pula bahwa pada saat pengambilan material herbarium harus dilakukan pula pencatatan data tumbuhannya, terutama karakter/sifat yang akan hilang jika diawetkan. Material herbarium tanpa catatan tumbuhannya dianggap sangat tidak ada artinya. Pencatatan data tumbuhan dengan menggunakan buku catatan atau blangko isian/tally sheet (Lampiran 1). Bersamaan dengan pencatatan identitas tumbuhan tersebut, perlu dengan segera dibuat pula label ganting yang diikat pada material herbarium. Satu label untuk satu spesimen. Pada setiap label gantung ditulis kode (singkatan nama) kolektor (pengumpul), nomor koleksi, nama lokal (daerah) tumbuhan yang dikumpulkan, lokasi pengumpulan, dan tanggal. Dianjurkan agar untuk penulisan pada label gantung tersebut menggunakan pensil, supaya tulisan tidak larut bila kena siraman alkohol atau spiritus. Pengolahan dan Pengawetan 1. Di Lokasi Pengumpulan Ada dua cara yang memungkinkan dalam pembuatan herbarium di lokasi pengumpulan, yaitu cara basah dan cara kering. a. Cara basah Setelah material herbarium diberi label gantung dan dirapikan, kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan kertas koran untuk satu spesimen (contoh). Tidak dibenarkan menggabungkan beberapa spesimen di dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatas kertas koran berisi material herbarium tersebut ditumpuk satu di atas lainnya. Tebal tumpukan disesuaikan dengan daya muat kantong plastik (40 x 60 cm) yang akan digunakan. Tumpukan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disiram alkohol 70 % atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram secara merata, kemudian kantong plastik ditutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya alkohol atau spiritus tidak menguap ke luar kantong. b. Cara kering Cara kering menggunakan 2 macam proses, yaitu: 2 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
  • 3. 1. Pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu tebal di pres di dalam sasak, kemudian dikeringkan di atas tungku pengeringan dengan panas yang diatur atau di dalam oven (suhu 80oC selama 48 jam). Pengeringan harus segera dilakukan karena jika terlambat akan mengakibatkan material herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi busuk. 2. Pengeringan bertahap, yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih sekitar 3 menit, kemudian dirapikan lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya ditumpuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan. Selama proses pengeringan material herbarium itu harus sering diperiksa dan diupayakan agar pengeringannya merata. Setelah kering, material herbarium dirapikan kembali dan kertas koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas yang baru. Kemudian material herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi. 2. Di Tempat Koleksi Herbarium a. Material basah harus segera dikeluarkan dari kantongnya, kemudian dirapikan tumpukannya dan bila perlu kertasnya diganti dengan kertas baru. Selanjutnya, tumpukan material herbarium dipres di dalam sasak, kemudian dimasukkan ke dalam tungku pengeringan atau oven dengan suhu 80oC selama 48 jam. b. Material yang sudah kering diidentifikasi nama botaninya. Biasanya secara berturutturut material tersebut termasuk suku apa, marga dan jenis apa. Hasil identifikasi ini ditulis pada label identifikasi yang telah disiapkan. Dalam hal ini harus diperhatikan agar nomor koleksi yang ditulis pada label identifikasi sesuai dengan nomor koleksi pada label gantung. c. Material herbarium yang telah diidentifikasi kemudian diawetkan dengan cara sebagai berikut: - material dicelupkan ke dalam larutan sublimat, yakni campuran alkohol 96 % dan tepung sublimat dengan perbandingan 50 gram sublimat dalam 1 liter alkohol. Pada proses pengawetan ini dianjurkan agar digunakan sarung tangan dan kain kasa penutup hidung untuk menghindari cairan dan uap sublimat. - material yang sudah dicelup (sekitar 2 menit) di dalam larutan sublimat dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran, kemudian beberapa material ditumpuk menjadi satu dan ditaruh di antara 2 sasak, lalu diikat kecang. - sasak yang berisi material tersebut dimasukkan ke dalam tungku pengeringan dan dijemur sampai material menjadi kering. - material yang telah kering ini siap untuk diproses lebih lanjut sebagai koleksi herbarium yang tahan terhadap serangan jamur maupun hama. d. Material herbarium kering kemudian diplak atau ditempelkan pada kertas gambar yang kaku dan telah disterilkan. Bersamaan dengan pengeplakkan dilakukan pula 3 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
  • 4. pemasangan label identifikasi yang telah diisi. Dalam hal ini, perlu diperhatikan agar tidak terjadi salah pasang antara label identifikasi dengan nomor koleksi herbarium yang bersangkutan Material herbarium kering yang sudah diplak dan memiliki label identifikasi selanjutnya bisa disimpan di ruangan herbarium. BAHAN BACAAN Bridson, D and L. Forman. 1998. The herbarium handbook. 3rd edition. Royal Botanic Gardens, Kew. Rugayah, Retnowati, A., Windadri, F.I., & A. Hidayat. 2004. Pengumpulan data taksonomi. Dalam Rugayah, Widjawa, E.A., & Praptiwi (Penyunting). Pedoman penumpulan data keanekaragaman flora. Pusat Penelitian Biologi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Sutisna, U., T. Kalima dan Purnadjaja. 1998. N. Wulijarni-Soejipto dan Soekotjo (Peny.). Pedoman pengenalan pohon hutan di Indonesia. Yayasan PROSEA, Bogor dan Pusat Diklat Pegawai dan SDM Kehutanan, Bogor. 4 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara