SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Download to read offline
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM
PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
Semester Genap 2013/2014
Laboratorium Sistem Manufaktur
Fakultas Teknik
Universitas Trunojoyo Madura
Jl. Raya Telang, Kamal, Bangkalan, 69162
PBT
2014
PBT 04
PENGUJIAN KEKERASAN
DISUSUN OLEH :
Dwi Andriyanto 130421100011
M. Khoiruz Zam Zami 130421100100
KELOMPOK 22
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 52
RINGKASAN
Andriyanto Dwi, Khoiruz Zam Zami Muhammad. Program Studi Teknik
Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura, PBT 04 Pengujian
Kekerasan, Juni 2014
Pada suatu produksi industri logam tidak akan terlepas dari sifat kekerasan
logam. Karena sifat kekerasan pada logam dapat digunakan untuk menentukan
kualitas dari bahan logam. Dalam pengujian kekerasan logam terdapat beberapa
metode, seperti: metode gores (scratch test), metode elastik atau pantul, dan metode
identasi. Sementara perlakuan panas yang digunakan yaitu hardening, annealing,
normalizing, tempering, dan quenching.
Pada praktikum ini menggunakan Rockwell B dan Rockwell C dan menunjukan
nilai kedalaman (h) yang didapatkan lebih besar menggunakan metode Rockwell C
dengan menggunakan indentor intan dengan perlakuan panas annealing. Hal
tersebut dikarenakan pada proses pendinginan, baja akan menjadi lebih lunak
sehingga menyebabkan bola baja lebih mudah untuk menancap ke benda uji. Nilai
kekerasan berbanding terbalik dengan tingkat kekerasan yang dimiliki benda,
semakin kecil nilai kekerasan, menunjukkan bahwa tingkat kekerasan yang dimiliki
semakin tinggi.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 53
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu produksi industri logam tidak akan terlepas dari sifat kekerasan,
karena sifat kekerasan suatu logam adalah salah satu cara mengetahui kualitas
logam tersebut. Bahan benda kerja yang baik dan berkualitas tidak hanya ditentukan
oleh keras atau lunaknya bahan tersebut, tetapi sangat banyak ditentukan oleh
ketepatan memilih bahan sesuai besarnya pembebanan yang diberikan. Dengan
pemilihan bahan yang tepat, akan diperoleh tingkat efisiensi yang tinggi dan
dijamin kuat untuk menerima beban.
Kekerasan merupakan sifat alami dari suatu logam. Kekerasan sendri bisa
didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk tahan terhadap deformasi
plastis, yang artinya deformasi yang diberikan dan setelah dilepaskan tidak kembali
ke bentuk semula akibat tekanaan (penertasi) oleh suatu benda sebagai alat uji.
Semakin besar kekerasan suatu logam maka semakin besar ketahanannya terhadap
deformasi karena hubungan kekerasan sebanding dengan kekuatan logam dimana
kekerasan suatu logam akan meningkat maka kekuatan logam tersebut juga
cenderung meningkat, namun nilai kekerasan ini berbanding terbalik dengan
keuletan dari logam.
Pentingnya sifat kekerasan dalam material logam untuk peralatan teknik seperti
untuk komponen mesin, maka penting untuk melakukan praktikum ini untuk
memahami serta mempelajari lebih lanjut bagaimana proses pengukuran kekerasan
logam, khususnya material baja dengan menggunakan mesin uji kekerasan.
Pengujian ini menggunakan metode Rockwell, yaitu dengan menggunakan indentor
intan (HRC) dan bola baja (HRB). Metode ini dilakukan dengan 3 perlakuan panas
yaitu annealing, hardening, dan normalizing. Dengan begitu akan diketahui tingkat
suatu bahan material dengan ukuran yang tepat.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 54
1.2 Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Melakukan pengujian kekerasan bahan.
2. Mengetahui angka kekerasan bahan baja ST-60.
3. Mengetahui pengaruh perakuan panas terhadap kekerasan bahan.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 55
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Uji Kekerasan
Uji kekerasan adalah salah satu dari mata rantai dalam Uji Pasca Irradiasi (post
irradiation examination) dan uji bahan sebelum diiradiasi. Uji Pasca Irradiasi
dilakukan dalam hot cell untuk material yang sudah radioaktif. Sedangkan Uji Pra
Irradiasi dilakukan diluar hot cell untuk bahan yang belum radioaktif. Uji Pasca
Irradiasi dan Pra Iradiasi sering dilakukan untuk bahan Struktur reaktor (reactor
structural materials), baik reaktor daya maupun reaktor riset (Purba, 2005).
2.2 Metode Pengujian Kekerasan
Kekerasan suatu material dapat ditentukan dengan menggunakan metode
pengujian yang berbeda, yaitu:
2.2.1 Metode Gores
Pengujian dengan cara goresan (scratch test) ialah pengujian kekerasan
terhadap logam, dalam penentuan kekerasannya dilakukan dengan mencari
kesebandingan dari bahan yang dijadikan standar pengujian, yakni bahan-bahan
yang teruji dan memenuhi syarat pengujian, yang disusun pada skala kekerasan
yang disebut Skala Mohs yakni susunan dari 10 macam bahan mineral disusun dari
skala 1 sampai skala 10 dari yang terlunak sampai yang terkeras. Hasil pengujian
ini kurang akurat karena hasil pengujian hanya merupakan hasil pengamatan secara
visual, namun pengujian ini sangat bermanfaat digunakan pada benda
atau konstruksi besar yang tidak mungkin di bawa untuk diuji pada laboratorium.
1 Talk (Talc) 6 Ortoklas (Felspar)
2 Gips (Gipsum) 7 Kwarsa (Quartz)
3 Kalsite (Calcspar) 8 Topas (Topas)
4 Plorite (Flourspar) 9 Korundum (Corundum)
5 Apatite (Apatite) 10 Intan (Diamond)
Macam-macam bahan di atas merupakan skala Mohs (Anonym, 2012).
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 56
2.2.2 Metode Elastik Atau Pantul
Pengujian dengan cara elastik atau pantul ialah pengujian kekerasan dengan
cara mengukur tinggi pantulan dari bola baja atau intan (hammer) yang dijatuhkan
dari ketinggian tertentu. Tinggi pantulan menunjukkan kekerasan bahan tersebut,
semakin tinggi pantulan artinya bahan ini memiliki kekerasan yang tinggi
pengukuran kekerasan dengan cara ini disebut sistem Shore Scleroscope.
Konstruksi sistem Shore Scleroscope seperti gambar berikut.
Gambar 4.2.1 Mesin Uji Kekerasan Shore Scleroscope
Tipe SH-D (Anonym, 2012)
Gambar 4.2.2 Mesin Uji Kekerasan Shore Scleroscope
Tipe SH-C (Anonym, 2012)
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 57
2.2.3 Metode Identasi
Pengujian kekerasan dengan cara penekanan (Indentation Test) ialah
pengujian kekerasan terhadap logam, dalam menentukan kekerasannya dilakukan
dengan menganalisis indentasi atau bekas penekanan pada benda uji (Test Piece)
sebagai reaksi dari pembebanan tekan. Proses ini dilakukan antara lain dengan
sistem Brinell, Rockwell dan sistem Vickers. Pengujian dengan sistem ini paling
banyak digunakan di laboratorium pengujian logam atau industri manufaktur, hal
ini dikarenakan proses serta prosedur pengujiannya yang sederhana dan cepat
memperoleh data kekerasan yang dihasilkan dari pengujian (Anonym, 2012).
2.2.3.1 Metode Brinell
Pengujian kekerasan dengan metode Brinell merupakan pengujian
kekerasan dengan penekanan. Proses penekanan ini untuk membentuk penetrasi
pada permukaan bahan uji (Test Piece) yang dianalisis untuk menentukan tingkat
kekerasan bahan tersebut. Penetrasi ini merupakan bentuk perubahan tetap dari
bahan uji yang disebabkan oleh pembebanan, beban yang diberikan dalam
pengujian ini tidak mengakibatkan rusak atau pecahnya benda uji (Test Piece)
itu sendiri yaitu ditentukan berdasarkan perbandingan antara angka konstanta dari
jenis bahan ketebalan bahan dimana beban itu diberikan terhadap diameter alat
penekan (Indentor). Pada pengujian ini alat penekannya menggunakan bola baja
yang dipilih sesuai dengan ketentuan pengujian. Mesin pengujian kekerasan Brinell
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.2.3 Mesin Uji Kekerasan Brinell (Anonym, 2012)
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 58
Skematika dan formulasi untuk menghitung nilai kekerasan metode Brinell
sebagai berikut:
BHN = 2F/ (3,14D x (D-(D2
-Di2
)1/2
)) (1)
BHN = Bilangan kekerasan Brinell
F = Beban, gaya tekan dalam kg
D = Diameter indentor bola dalam mm
Di = Diameter jejak indentasi dalam mm
(Anonym, 2012)
2.2.3.2 Metode Vickers
Pada prinsipnya pengujian dengan metode Vickers tidak jauh berbeda
dengan metode Brinell, salah satu yang bebeda ialah pemakaian indentornya,
metode Vickers menggunakan piramida intan dengan sudut puncak piramida adalah
1360. Bentuk indentor yang relatif tajam dibanding dengan Brinell
yang menggunakan bola baja. Vickers mamberikan pembebanan yang sangat kecil
yakni dengan tingkatan beban 5; 10; 20; 30; 50 dan 120 kg, bahkan untuk pengujian
mikrostruktur hanya ditentukan 10 g, sehingga pengujian kekerasan Vickers cocok
digunakan pada bahan yang keras dan tipis, sedangkan untuk bahan yang lunak dan
tidak homogen seperti besi tuang (cast Iron) Vickers tidak sesuai untuk digunakan.
Bilangan kekerasan Vickers (HV) dihitung dengan rumus:
HV = 1,854 x F/D2
(2)
F = Beban yang diterapkan dalam kg
D = Panjang diagonal jejak indentasi dalam mm
(Anonym, 2012)
2.2.3.3 Metode Rockwell
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell ini paling banyak digunakan
di laboratorium pengujian logam, karena prosesnya mudah dan cepat memperoleh
angka kekerasan bahan uji, dimana angka kekerasan Rockwell dapat dibaca
langsung dari pesawat uji yang digunakan. Selain itu pengujian ini memiliki fungsi
pemakaian yang cukup luas sehingga memungkinkan digunakan pada berbagai
jenis dan karakteristik bahan dengan tersedianya skala kekerasan untuk berbagai
aplikasi.
Konstruksi pesawat uji kekerasan Rockwell dapat dilihat pada gambar berikut.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 59
Gambar 4.2.4 Konstruksi Pesawat Uji Kekerasan Rockwell (Anonym, 2012)
Nilai kekerasan dengan metode Rockwell suatu material dirumuskan sebagai
berikut:
HRB = 130 – (h/0,002) (3)
HRC = 100 – (h/0,002) (4)
Keterangan :
HRB = Nilai kekerasan Rockwell B
HRC = Nilai kekerasan Rockwell C
h = kedalaman (mm)
(Anonym, 2012)
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Uji Kekerasan
Dalam uji kekerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor atau parameter. Ada tiga
factor atau parameter yang diduga mempengaruhi kekerasan, yaitu temperatur raw
material (Tm), temperatur awal proses quenching (Tq) dan temperatur akhir proses
quenching (Tt). Serta keterbatasan pengamat dalam mengamati hasil pengujian
kekarasan (Wahyudi, 2000).
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 60
2.4 Perlakuan Panas
Perlakuan panas adalah proses untuk memperbaiki sifat-sifat dari logam
dengan jalan memanaskan coran sampai temperatur yang cocok, lalu dibiarkan
beberapa waktu pada temperatur itu,kemudian didinginkan ke temperatur yang
lebih rendah dengan kecepatan yang sesuai. Perlakuan panas yang dilaksanakan
pada coran adalah: pelunakan temperatur rendah, pelunakan, penormalan,
pengerasan dan penemperan (Rubijanto, 2006).
2.5 Kelebihan Dan Kekurangan Metode Rockwell
Pengujian kekerasan dengan menggunakan metode Rockwell mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode Rockwell seperti dapat
digunakan untuk bahan yang sangat keras, dapat dipakai untuk batu gerinda sampai
plastik, dan cocok untuk semua material yang keras dan lunak. Sedangkan untuk
kekurangan metode Rockwell seperti tingkat ketelitian rendah, tidak stabil apabila
terkena goncangan, dan penekanan bebannya tidak praktis (Kurniawan, 2013).
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 61
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bahan dan Peralatan
Dalam praktikum uji kekerasan ini menggunakan alat dan bahan yang telah
ditentukan, berikut bahan dan alat tersebut:
3.1.1 Bahan
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pratikum pengujian kekerasan
adalah sebagai berikut:
a. Benda uji Baja ST – 60.
3.1.2 Alat
Alat-alat yang akan digunakan dalam pratikum pengujian kekerasan adalah
sebagai berikut:
a. Indentor bola baja berdiameter 1/6 inci dan beban 100 kg.
b. Indentor intan dengan beban 150 kg
3.2 Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Prosedur praktikum pengujian kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Persiapkan alat dan bahan.
b. Pasang indentor dengan benar pada alat uji.
c. Tempatkan bahan uji pada landasan yaitu berada di bawah indentor.
d. Tetapkan beban statis yang digunakan, yaitu 150 kg untuk Rockwell C dan 100
kg untuk Rockwell B.
e. Putar tuas yang berada di bawah tempat bahan uji sampai jarum kecil menunjuk
pada titik merah.
f. Putar skala sampai skala menunjukan angka 0.
g. Setelah tepat pada posisi 0, tarik tuas ke posisi 4
h. Setelah jarum berhenti, tarik tuas kembali pada posisi 3/minor load
i. Lihat pembacaan angka yang ditunjukkan oleh skala
j. Catat hasil pembacaan skala
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 62
3.3 Flowchart Pelaksanaan Praktikum
Berikut prosedur yang dilakukan pada praktikum ini dalam bentuk flowchart.
Gambar 4.3.5 Flowchart Pelaksanaan Praktikum
Baja ST-60, Indentor bola
baja dan indentor intan
Pasang indentor dengan benar
Tempatkan bahan uji pada landasan
mulai
Tetapkan beban statis 150 kg untuk Rockwell C dan
100 kg untuk Rockwell B
Putar tuas yang berada di bawah tempat bahan uji sampai
jarum kecil menunjuk pada titik merah.
.
Putar skala sampai skala menunjukan angka 0 dan putar
tuas ke posisi 4
Jarum berhenti, tarik tuas kembali pada posisi 3
Lihat pembacaan angka yang ditunjukkan oleh skala
Baja ST-60 yang ditusuk Indentor
selesai
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 63
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Setelah melakukan praktikum uji kekerasan didapatkan data hasil nilai
kekerasan dari setiap percobaan yang menggunakan alat uji dengan perlakuan panas
yang berbeda. Data yang didapat berupa tabel sebagai berikut:
4.1.1 Data-Data Pengamatan Kekerasan Bahan
Pada percobaan pertama dilakukan pencarian nilai kekerasan Rockwell B
dengan indentor bola baja dan Rockwell C dengan indentor intan dari benda uji baja
ST-60 dengan perlakuan annealing (pendinginan). Berikut ini adalah spesifikasi
alat yang digunakan dalam percobaan pertama:
Nama alat : Rockwell Hardness Tester
Merk : AFFRI Seri 206.RT – 206.RTS
Perlakuan panas : Annealing
Metode : Rockwell
Spesifikasi : HRC Load : 150 Kg
Indentor : Kerucut intan 120º
HRB Load : 100 Kg
Indentor : Steel Ball Ø 1/16”
Berikut adalah hasil dari nilai kekerasan Rockwell B dan Rockwell C yang
didapatkan dalam bentuk tabel:
Tabel 4.4.1 Nilai Kekerasan Bahan Metode Rockwell Dengan Perlakuan Panas Annealing
No Nilai kekerasan Rockwell B (HRB) Nilai kekerasan Rockwell C (HRC)
1 85.5274 37.956177
2 85.46299 40.137694
3 85.58059 37.840417
4 86.01956 32.427364
5 89.83522 39.113739
6 90.54183 39.121985
7 89.17829 32.426965
8 89.06258 34.046619
9 90.78969 40.54602
10 89.73132 38.117488
Rata-rata 88.172947 37.1734468
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 64
4.1.2 Data-Data Pengamatan Kekerasan Bahan
Pada percobaan kedua dilakukan pencarian nilai kekerasan Rockwell B
dengan indentor bola baja dan Rockwell C dengan indentor intan dari benda uji baja
ST-60 dengan perlakuan hardening (pemanasan). Berikut ini adalah spesifikasi alat
dan jenis perlakuan panas yang digunakan dalam percobaan kedua:
Nama alat : Rockwell Hardness Tester
Merk : AFFRI Seri 206.RT – 206.RTS
Perlakuan panas : Hardening
Metode : Rockwell
Spesifikasi : HRC Load : 150 Kg
Indentor : Kerucut intan 120º
HRB Load : 100 Kg
Indentor : Steel Ball Ø 1/16”
Berikut adalah hasil dari nilai kekerasan Rockwell B dan Rockwell C yang
didapatkan dalam bentuk tabel:
Tabel 4.4.2 Nilai Kekerasan Bahan Metode Rockwell dengan Perlakuan Panas Hardening
No Nilai kekerasan Rockwell B (HRB) Nilai kekerasan Rockwell C (HRC)
1 76.3528 16.00642
2 76.277647 17.30574
3 78.010019 18.41361
4 79.6489 21.72553
5 77.295005 20.20481
6 77.621082 21.66578
7 75.62038 21.01881
8 75.631908 18.90285
9 74.956301 15.65624
10 78.367775 21.89007
Rata-rata 76.9781817 19.278986
4.1.3 Data-data Pengamatan Kekerasan Bahan
Pada percobaan ketiga dilakukan pencarian nilai kekerasan Rockwell B
dengan indentor bola baja dan Rockwell C dengan indentor intan dari bend uji baja
ST-60 dengan perlakuan normalizing (suhu ruangan). Berikut ini adalah spesifikasi
alat dan jenis perlakuan panas yang digunakan dalam percobaan ketiga:
Nama alat : Rockwell Hardness Tester
Merk : AFFRI Seri 206.RT – 206.RTS
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 65
Perlakuan panas : Normalizing
Metode : Rockwell
Spesifikasi : HRC Load : 150 Kg
Indentor : Kerucut intan 120º
HRB Load : 100 Kg
Indentor : Steel Ball Ø 1/16”
Berikut adalah hasil dari nilai kekerasan Rockwell B dan Rockwell C yang
didapatkan dalam bentuk tabel:
Tabel 4.4.3 Nilai Kekerasan Bahan Metode Rockwell dengan Perlakuan Panas
Normalizing
No Nilai kekerasan Rockwell B (HRB) Nilai kekerasan Rockwell C (HRC)
1 85.40643 23.96797
2 85.90261 25.25467
3 84.01715 29.41812
4 84.26484 26.09102
5 84.24841 26.9305
6 83.48382 23.84864
7 80.26434 26.28722
8 83.15729 30.89325
9 84.15558 28.12898
10 83.48173 26.27616
Rata-rata 83.83822 26.709653
4.2 Pengolahan Data
Setelah dilakukannya pencatatan data-data yang diperoleh dari praktikum
pengujian kekerasan, selanjutnya dilakukan pengolahan data dari setiap tabel. Dan
berikut adalah penolahan data-data tersebut:
4.2.1 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Annealing Metode
Rockwell B
Setelah didapatkan data yang berupa nilai kekerasan Rockwell B dari bahan
baja ST-60 dengan proses annealing, akan dilanjutkan perhitungan manual dengan
mencari kedalaman (h) yang terbetuk dari setiap data nilai kekerasan Rockwell B
yang diperoleh menggunakan rumus yang telah ditentukan. Berikut
perhitungannya:
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 66
b. Pengujian Kekerasan Kedua
HRB = 85,46299
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 85,46299) X 0,002
= 0,08907 mm
d. Pengujian Kekerasan Keempat
HRB = 86,01956
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 86,01956) X 0,002
= 0,08196 mm
f. Pengujian Kekerasan Keenam
HRB = 90,54183
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 90,54183) X 0,002
= 0,07892 mm
h. Pengujian Kekerasan Kedelapan
HRB = 89,06258
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 89,06258) X 0,002
= 0,08187 mm
j. Pengujian Kekerasan Kesepuluh
HRB = 89,73132
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 89,73132) X 0,002
= 0,08054 mm
a. Pengujian Kekerasan Pertama
HRB = 85,5274
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 85,5274 ) X 0,002
= 0,08895 mm
c. Pengujian Kekerasan Ketiga
HRB = 85,58059
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 85,58059) X 0,002
= 0,08884 mm
e. Pengujian Kekerasan Kelima
HRB = 89,83522
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 89,83522) X 0,002
= 0,08033 mm
g. Pengujian Kekerasan Ketujuh
HRB = 89,17829
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 89,17829) X 0,002
= 0,08164 mm
i. Pengujian Kekerasan Kesembilan
HRB = 90,78969
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 90,78969) X 0,002
= 0,07842 mm
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 67
b. Pengujian Kekerasan Kedua
HRC = 40,137694
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 40,137694) X 0,002
= 0,119725 mm
d. Pengujian Kekerasan Keempat
HRC = 32,427364
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 32,427364) X 0,002
= 0,135145 mm
f. Pengujian Kekerasan Keenam
HRC = 39,121985
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 39,121985) X 0,002
= 0,121756 mm
k. Perhitungan rata-rata kedalaman(ℎ)
ℎ =
∑ ℎ
𝑛
= 0,08895+0,08907+0,08884+0,08196+0,08033+0,07892+0,08164
+0,08187+0,07842+0,08054/10
= 0,083054
Jadi rata-rata kedalaman dari pengujian kekerasan baja ST-60 dengan
metode Rockwell B adalah 0,083054 mm.
4.2.2 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Annealing Metode
Rockwell C
Setelah didapatkan data yang berupa nilai kekerasan Rockwell C dari bahan
baja ST-60 dengan proses annealing, akan dilanjutkan perhitungan manual dengan
mencari kedalaman (h) yang terbetuk dari setiap data nilai kekerasan Rockwell C
yang diperoleh menggunakan rumus yang telah ditentukan. Berikut
perhitungannya:
a. Pengujian Kekerasan Pertama
HRC = 37,956177
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 37,956177) X 0,002
= 0,124088 mm
c. Pengujian Kekerasan Ketiga
HRC = 37,840417
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 37,840417) X 0,002
= 0,124319 mm
e. Pengujian Kekerasan Kelima
HRC = 39,112739
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 39,112739) X 0,002
= 0,121775 mm
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 68
h. Pengujian Kekerasan Kedelapan
HRC = 34,046619
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 34,046619) X 0,002
= 0,131907 mm
j. Pengujian Kekerasan Kesepuluh
HRC = 38,117488
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 38,117488) X 0,002
= 0,123765 mm
b. Pengujian Kekerasan Kedua
HRB = 76,277647
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 76,277647) X 0,002
= 0,10744 mm
g. Pengujian Kekerasan Ketujuh
HRC = 32,426965
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 32,426965) X 0,002
= 0,135146 mm
i. Pengujian Kekerasan Kesembilan
HRC = 40,54602
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 40,54602) X 0,002
= 0,118908 mm
k. Perhitungan rata-rata kedalaman (ℎ)
ℎ =
∑ ℎ
𝑛
= 0,124088+0,119725+0,124319+0,135145+0,121775+0,121756
+0,135146+0,131907+0,118908+0,123765/10
= 0,1256534
Jadi rata-rata kedalaman dari pengujian kekerasan baja ST-60 dengan metode
Rockwell C adalah 0,1256534 mm.
4.2.3 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Hardening
Metode Rockwell B
Setelah didapatkan data yang berupa nilai kekerasan Rockwell B dari bahan
baja ST-60 dengan proses hardening, akan dilanjutkan perhitungan manual dengan
mencari kedalaman (h) yang terbetuk dari setiap data nilai kekerasan Rockwell B
yang diperoleh menggunakan rumus yang telah ditentukan. Berikut
perhitungannya:
a. Pengujian Kekerasan Pertama
HRB = 76,3528
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 76,3528 ) X 0,002
= 0,10729 mm
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 69
d. Pengujian Kekerasan Keempat
HRB = 79,6489
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 79,6489) X 0,002
= 0,1007 mm
f. Pengujian Kekerasan Keenam
HRB = 77,621082
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 77,621082) X 0,002
= 0,10476 mm
h. Pengujian Kekerasan Kedelapan
HRB = 75,631908
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 75,631908) X 0,002
= 0,10874 mm
j. Pengujian Kekerasan Kesepuluh
HRB = 78,367775
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 78,367775) X 0,002
= 0,10326 mm
c. Pengujian Kekerasan Ketiga
HRB = 78,010019
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 78,010019) X 0,002
= 0,10398 mm
e. Pengujian Kekerasan Kelima
HRB = 77,295005
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 77,295005) X 0,002
= 0,10541 mm
g. Pengujian Kekerasan Ketujuh
HRB = 75,62038
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 75,62038) X 0,002
= 0,10876 mm
i. Pengujian Kekerasan Kesembilan
HRB = 74,956301
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 74,956301) X 0,002
= 0,11009 mm
k. Perhitungan rata-rata kedalaman (ℎ)
ℎ =
∑ ℎ
𝑛
= 0,10729+0,10744+0,10398+0,1007+0,10541+0,10476+0,10876
+0,10874+0,11009+0,10326/10
= 0,106041
Jadi rata-rata kedalaman dari pengujian kekerasan baja ST-60 dengan metode
Rockwell B adalah 0,106041 mm.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 70
b. Pengujian Kekerasan Kedua
HRC = 17,30574
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 17,30574) X 0,002
= 0,16539 mm
d. Pengujian Kekerasan Keempat
HRC = 21,72553
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 21,72553) X 0,002
= 0,15655 mm
f. Pengujian Kekerasan Keenam
HRC = 21,66578
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 21,66578) X 0,002
= 0,15667 mm
h. Pengujian Kekerasan Kedelapan
HRC = 18,90285
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 18,90285) X 0,002
= 0,16219 mm
4.2.4 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Hardening
Metode Rockwell C
Setelah didapatkan data yang berupa nilai kekerasan Rockwell C dari bahan
baja ST-60 dengan proses hardening, akan dilanjutkan perhitungan manual dengan
mencari kedalaman (h) yang terbetuk dari setiap data nilai kekerasan Rockwell C
yang diperoleh menggunakan rumus yang telah ditentukan. Berikut
perhitungannya:
a. Pengujian Kekerasan Pertama
HRC = 16,00642
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 16,00642) X 0,002
= 0,16799 mm
c. Pengujian Kekerasan Ketiga
HRC = 18,41361
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 18,41361) X 0,002
= 0,16317 mm
e. Pengujian Kekerasan Kelima
HRC = 20,20481
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 20,20481) X 0,002
= 0,1596 mm
g. Pengujian Kekerasan Ketujuh
HRC = 21,01881
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 21,01881) X 0,002
= 0,15796 mm
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 71
j. Pengujian Kekerasan Kesepuluh
HRC = 21,89007
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 21,89007) X 0,002
= 0,15622 mm
b. Pengujian Kekerasan Kedua
HRB = 85,90261
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 85,90261) X 0,002
= 0,08819 mm
d. Pengujian Kekerasan Keempat
HRB = 84,26484
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 84,26484) X 0,002
= 0,09147 mm
i. Pengujian Kekerasan Kesembilan
HRC = 15,65624
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 15,65624) X 0,002
= 0,16869 mm
k. Perhitungan rata-rata kedalaman(ℎ)
ℎ =
∑ ℎ
𝑛
= 0,16799+0,16539+0,16317+0,15655+0,1596+0,15667+0,15796
+0,16219+0,16869+0,15622/10
= 0,161443
Jadi rata-rata kedalaman dari pengujian kekerasan baja ST-60 dengan metode
Rockwell C adalah 0,161443 mm.
4.2.5 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Normalizing
Metode Rockwell B
Setelah didapatkan data yang berupa nilai kekerasan Rockwell B dari bahan
baja ST-60 dengan proses normalizing, akan dilanjutkan perhitungan manual
dengan mencari kedalaman (h) yang terbetuk dari setiap data nilai kekerasan
Rockwell B yang diperoleh menggunakan rumus yang telah ditentukan. Berikut
perhitungannya:
a. Pengujian Kekerasan Pertama
HRB = 85,40643
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 85,40643 ) X 0,002
= 0,08919 mm
c. Pengujian Kekerasan Ketiga
HRB = 84,01715
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 84,01715) X 0,002
= 0,09197 mm
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 72
f. Pengujian Kekerasan Keenam
HRB = 83,48382
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 83,48382) X 0,002
= 0,09303 mm
h. Pengujian Kekerasan Kedelapan
HRB = 83,15729
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 83,15729) X 0,002
= 0,09369 mm
j. Pengujian Kekerasan Kesepuluh
HRB = 83,48173
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 83,48173) X 0,002
= 0,09304 mm
e. Pengujian Kekerasan Kelima
HRB = 84,24841
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 84,24841) X 0,002
= 0,0915 mm
g. Pengujian Kekerasan Ketujuh
HRB = 80,36434
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 80,36434) X 0,002
= 0,09927 mm
i. Pengujian Kekerasan Kesembilan
HRB = 84,15558
Maka kedalamannya adalah
h = (130 - HRB) X 0,002
= (130 - 84,15558) X 0,002
= 0,09169 mm
l. Perhitungan rata-rata kedalaman (ℎ)
ℎ =
∑ ℎ
𝑛
= 0,08919+0,08819+0,09197+0,09147+0,0915+0,09303+0,09927
+0,09369+0,09169+0,09304/10
= 0,092304
Jadi rata-rata kedalaman dari pengujian kekerasan baja ST-60 dengan metode
Rockwell B adalah 0,092304 mm.
4.2.6 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Normalizing
Metode Rockwell C
Setelah didapatkan data yang berupa nilai kekerasan Rockwell C dari bahan
baja ST-60 dengan proses normalizing, akan dilanjutkan perhitungan manual
dengan mencari kedalaman (h) yang terbetuk dari setiap data nilai kekerasan
Rockwell C yang diperoleh menggunakan rumus yang telah ditentukan. Berikut
perhitungannya:
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 73
b. Pengujian Kekerasan Kedua
HRC = 25,25467
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 25,25467) X 0,002
= 0,14949 mm
d. Pengujian Kekerasan Keempat
HRC = 26,09102
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 26,09102) X 0,002
= 0,14782 mm
f. Pengujian Kekerasan Keenam
HRC = 23,84864
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 23,84864) X 0,002
= 0,1523 mm
h. Pengujian Kekerasan Kedelapan
HRC = 30,89325
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 30,89325) X 0,002
= 0,13821 mm
j. Pengujian Kekerasan Kesepuluh
HRC = 26,27616
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 26,27616) X 0,002
= 0,14745 mm
a. Pengujian Kekerasan Pertama
HRC = 23,96797
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 23,96797) X 0,002
= 0,15206 mm
c. Pengujian Kekerasan Ketiga
HRC = 29,41812
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 29,41812) X 0,002
= 0,14116 mm
e. Pengujian Kekerasan Kelima
HRC = 26,9305
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 26,9305) X 0,002
= 0,14614 mm
g. Pengujian Kekerasan Ketujuh
HRC = 26,28722
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 26,28722) X 0,002
= 0,14743 mm
i. Pengujian Kekerasan Kesembilan
HRC = 28,12898
Maka kedalamannya adalah
h = (100 - HRC) X 0,002
= (100 - 28,12898) X 0,002
= 0,14374 mm
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 74
k. Perhitungan rata-rata kedalaman (ℎ)
ℎ =
∑ ℎ
𝑛
= 0,15206+0,14949+0,14116+0,14782+0,14614+0,1523+0,14743
+0,13821+0,14374+0,14745/10
= 0,14658
Jadi rata-rata kedalaman dari pengujian kekerasan baja ST-60 dengan metode
Rockwell C adalah 0,14658 mm.
4.3 Analisa Hasil Dari Perhitungan Kedua Metode
Setelah melakukan perhitungan manual kedalaman yang terbentuk pada setiap
percobaan dengan berbagai perlakuan panas yang telah dilakukan dan diuraikan
pada subbab sebelumnya, maka dapat dianalisa dari hasil data yang telah
didapatkan, berikut analisanya:
4.3.1 Analisa Perbandingan Hasil dari Pengujian Kekerasan Metode Rockwell
B dengan Rockwell C dengan Perlakuan Panas Annealing
Tabel 4.4.4 Perbandingan Hasil Nilai Kedalaman Rockwell B dan Rockwell C dengan
Perlakuan Panas Annealing
No
Nilai kedalaman Rockwell B
(mm)
Nilai kedalaman Rockwell C
(mm)
1 0,08895 0,124088
2 0,08907 0,119725
3 0,08884 0,124319
4 0,08196 0,135145
5 0,08033 0,121775
6 0,07892 0,121756
7 0,08164 0,135146
8 0,08187 0,131907
9 0,07842 0,118908
10 0,08054 0,123765
Rata-rata 0,083054 0,1256534
Dari hasil perhitungan manual yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
pada metode Rockwell B dan Rockwell C didapatkan rata-rata nilai kekerasan yang
berbeda meskipun perlakuan panasnya sama yaitu annealing. Pada Rockwell B rata-
rata nilai kekerasan yang didapat adalah 88,172947 HRB, dan pada Rockwell C
rata-rata nilai kekerasan yang didapatkan adalah 37,956177 HRC. Maka nilai
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 75
kedalamannya pun juga berbeda yaitu 0,083054 mm untuk Rockwell B dan
0,1256534 mm untuk Rockwell C.
Hal tersebut dikarenakan indentor dan beban mayor yang dipakai berbeda,
pada metode Rockwell B menggunakan indentor bola baja yang memiliki ujung
tumpul dengan beban mayor 100 kg dan pada metode Rockwell C menggunakan
indentor intan yang memiliki ujung yang lancip dengan beban mayor 150 kg,
sehingga menyebabkan kedalam yang dibentuk pada metode Rockwell C lebih
dalam. Dan karena baja mengalami proses annealing, maka baja akan lebih lunak
sehingga sangat memudahkan indentor intan yang memiliki ujung lancip untuk
menancap lebih dalam ke benda uji.
4.3.2 Analisa Perbandingan Hasil dari Pengujian Kekerasan Metode Rockwell
B dengan Rockwell C dengan Perlakuan Panas Hardening
Tabel 4.4.5 Perbandingan Hasil Nilai Kedalaman Rockwell B dan Rockwell C dengan
Perlakuan Panas Hardening
No
Nilai kedalaman Rockwell B
(mm)
Nilai kedalaman Rockwell C
(mm)
1 0,10729 0,16799
2 0,10744 0,16539
3 0,10398 0,16317
4 0,1007 0,15655
5 0,10541 0,1596
6 0,10476 0,15667
7 0,10876 0,15796
8 0,10874 0,16219
9 0,11009 0,16869
10 0,10326 0,15622
Rata-rata 0,106041 0,161443
Dari hasil perhitungan manual yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
pada metode Rockwell B dan Rockwell C didapatkan rata-rata nilai kekerasan yang
berbeda seperti percobaan sebelumnya meskipun perlakuan panasnya sama yaitu
hardening. Pada Rockwell B rata-rata nilai kekerasan yang didapat adalah
76,9781817 HRB, dan pada Rockwell C rata-rata nilai kekerasan yang didapatkan
adalah 19,278986 HRC. Maka nilai kedalamannya pun juga berbeda yaitu 0,106041
mm untuk Rockwell B dan 0,161443mm untuk Rockwell C.
Hal tersebut dikarenakan indentor dan beban mayor yang dipakai berbeda,
pada metode Rockwell B menggunakan indentor bola baja yang memiliki ujung
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 76
tumpul dengan beban mayor 100 kg dan pada metode Rockwell C menggunakan
indentor intan yang memiliki ujung yang lancip dengan beban mayor 150 kg,
sehingga menyebabkan kedalam yang dibentuk pada metode Rockwell C lebih
dalam. Dan karena baja mengalami proses hardening, maka baja akan lebih keras
sehingga indentor bola baja yang memiliki ujung tumpul lebih sulit untuk menancap
ke benda uji dari pada indentor intan.
4.3.3 Analisa Perbandingan Hasil dari Pengujian Kekerasan Metode Rockwell
B dengan Rockwell C dengan Perlakuan Panas Normalizing
Tabel 4.4.6 Perbandingan Hasil Nilai Kedalaman Rockwell B dan Rockwell C dengan
Perlakuan Panas Normalizing
No
Nilai kedalaman Rockwell B
(mm)
Nilai kedalaman Rockwell C
(mm)
1 0,08919 0,15206
2 0,08819 0,14949
3 0,09197 0,14116
4 0,09147 0,14782
5 0,0915 0,14614
6 0,09303 0,1523
7 0,09927 0,14743
8 0,09369 0,13821
9 0,09169 0,14374
10 0,09304 0,14745
Rata-rata 0,092304 0,14658
Dari hasil perhitungan manual yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
pada metode Rockwell B dan Rockwell C didapatkan rata-rata nilai kekerasan yang
berbeda seperti percobaan sebelumnya meskipun perlakuan panasnya sama yaitu
normalizing. Pada Rockwell B rata-rata nilai kekerasan yang didapat adalah
83,83822 HRB, dan pada Rockwell C rata-rata nilai kekerasan yang didapatkan
adalah 26,709653 HRC. Maka nilai kedalamannya pun juga berbeda yaitu 0,092304
mm untuk Rockwell B dan 0,14658 mm untuk Rockwell C.
Hal tersebut dikarenakan indentor dan beban mayor yang dipakai berbeda,
pada metode Rockwell B menggunakan indentor bola baja yang memiliki ujung
tumpul dengan beban mayor 100 kg dan pada metode Rockwell C menggunakan
indentor intan yang memiliki ujung yang lancip dengan beban mayor 150 kg,
sehingga menyebabkan kedalam yang dibentuk pada metode Rockwell C lebih
dalam. Dan karena baja mengalami proses normalizing, maka baja dalam keadaan
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 77
normal maka indentor intan yang memiliki ujung lancip untuk menancap lebih
dalam ke benda uji dibandingkan indentor bola baja.
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 78
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum pengujian kekerasan ini, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Yang membedakan kedua metode pada uji kekerasan ini terletak pada indentor
dan beban mayor yang digunakan. Pada Rockwell B (HRB) indentor yang
digunakan ujungnya berbentuk bola baja dengan beban mayor sebesar 100 kg.
Sedangkan pada Rockwell C (HRC) indentor yang digunakan ujungnya
berbentuk intan dengan beban mayor sebesar 150 kg.
b. Angka kekerasan pada Baja ST-60 dapat ditentukan dari metode dan perlakuan
panas dan indentor yang digunakan. Seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.4.7 Perbandingan Rata-rata Nilai Kedalaman
No. Perlakuan Rata-rata nilai kedalaman (mm)
1. Annealing HRB 0,083054
HRC 0,125653
2. Hardening HRB 0,106041
HRC 0,161443
3. Normalizing HRB 0,092304
HRC 0,146583
c. Pada pengujian kekerasan dapat disimpulkan bahwa nilai kedalaman (h) yang
didapatkan lebih besar menggunakan indentor intan dengan perlakuan panas
annealing. Hal tersebut dikarenakan pada proses pendinginan, baja akan
menjadi lebih lunak sehingga menyebabkan bola baja lebih mudah untuk
menancap ke benda uji. Nilai kekerasan berbanding terbalik dengan tingkat
kekerasan yang dimiliki benda, semakin kecil nilai kekerasan, menunjukkan
bahwa tingkat kekerasan yang dimiliki semakin tinggi.
5.2 Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya semua hal yang dibutuhkan dalam
praktikum dapat terlaksana dengan lebih baik, yaitu:
1. Pada kelengkapan peralatan dan sarana yang dibutuhkan agar praktikan lebih
memahami hal yang telah dilakukannya
Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 79
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, dan Wahjudi Didik, (2000), Penelitian Optimasi Temperatur yang
Mempengaruhi Kekerasan pada Pembuatan Grinding Ball dengan Cara Hot
Rolling, Jurusan Teknik Mesin. Universitas Kristen Petra
Kurniawan S Dwi, Tarkono, dan Supriadi Harnowo, (2013), Utilization Of Fiber
And Shell Particles Palm Oil As Substitute Materials In Producing Eternite
Ceiling. Junal FEMA Vol. 1, No. 3, Juli 2013
Purba, Asli, (2005), Penentuan Ketidakpastian Pengukuran Uji Kekerasan
Rockwell, ISSN 0854-5561
Rubijanto, (2006), Pengaruh Proses Pendinginan Paska Perlakuan Panas
Terhadap Uji Kekerasan ( Vickers ) Dan Uji Tarik Pada Baja Tahan Karat 304
Produksi Pengecoran Logam Di Klaten. UNIMUS
www.crayonpedia.org/mw/BAB_X_PENGUJIAN_LOGAM_HARDI

More Related Content

What's hot

Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot workingFeliks Sitopu
 
Ppt.analisis kegagalan logam
Ppt.analisis kegagalan logamPpt.analisis kegagalan logam
Ppt.analisis kegagalan logamLailatul Arofah
 
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon TinggiPerbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon TinggiAbdul Ghofur
 
Presentasi keramik
Presentasi keramikPresentasi keramik
Presentasi keramikAgam Real
 
Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Mukhamad Suwardo
 
Laporan Resmi NDT ( Non Destructive Test )
Laporan Resmi NDT ( Non Destructive Test )Laporan Resmi NDT ( Non Destructive Test )
Laporan Resmi NDT ( Non Destructive Test )Andika Wahyu Al Amin
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirDewi Izza
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosDewi Izza
 
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Endang Saefullah
 
Transformasi fasa
Transformasi fasaTransformasi fasa
Transformasi fasarombang
 
Jenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaJenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaMuhamad Awal
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)Ali Hasimi Pane
 
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material TeknikMakalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material TeknikHera Rosdiana
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoranChache Go
 
Toleransi linier
Toleransi linierToleransi linier
Toleransi linierndirocket
 

What's hot (20)

Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot working
 
Uji tarik
Uji tarikUji tarik
Uji tarik
 
Ppt.analisis kegagalan logam
Ppt.analisis kegagalan logamPpt.analisis kegagalan logam
Ppt.analisis kegagalan logam
 
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon TinggiPerbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
Perbedaan Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Menengah, dan Baja Karbon Tinggi
 
Presentasi keramik
Presentasi keramikPresentasi keramik
Presentasi keramik
 
Deformasi
DeformasiDeformasi
Deformasi
 
Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)
 
Bahan Logan Non-Ferro (Non-Besi)
Bahan Logan Non-Ferro (Non-Besi)Bahan Logan Non-Ferro (Non-Besi)
Bahan Logan Non-Ferro (Non-Besi)
 
Laporan Resmi NDT ( Non Destructive Test )
Laporan Resmi NDT ( Non Destructive Test )Laporan Resmi NDT ( Non Destructive Test )
Laporan Resmi NDT ( Non Destructive Test )
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
 
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
 
Transformasi fasa
Transformasi fasaTransformasi fasa
Transformasi fasa
 
02. apa itu annealing
02. apa itu annealing02. apa itu annealing
02. apa itu annealing
 
Jenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaJenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nya
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
 
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material TeknikMakalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoran
 
Toleransi linier
Toleransi linierToleransi linier
Toleransi linier
 
Perlakuan panas
Perlakuan panasPerlakuan panas
Perlakuan panas
 

Viewers also liked

Diktat pengujian material
Diktat pengujian materialDiktat pengujian material
Diktat pengujian materialOmpu Kurniawan
 
Pengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaPengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaaambrey
 
Material teknik (uji kekerasan)
Material teknik (uji kekerasan)Material teknik (uji kekerasan)
Material teknik (uji kekerasan)andrinofa
 
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]Dionisius Kristanto
 
Laporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihLaporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihKalih Rizki
 
1227 p2-spk -teknik pengelasan filet
1227 p2-spk -teknik pengelasan filet1227 p2-spk -teknik pengelasan filet
1227 p2-spk -teknik pengelasan filetWinarto Winartoap
 
Lampiran gaambar kerja
Lampiran gaambar kerjaLampiran gaambar kerja
Lampiran gaambar kerjaXi Imam
 
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3Septiana Nugraha
 
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Arismon Saputra
 
Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran sae
Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran saePpt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran sae
Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran saeAdrian Ekstrada
 
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...Mirmanto
 

Viewers also liked (20)

Modul 4_Uji Kekerasan
Modul 4_Uji KekerasanModul 4_Uji Kekerasan
Modul 4_Uji Kekerasan
 
Diktat pengujian material
Diktat pengujian materialDiktat pengujian material
Diktat pengujian material
 
Uji vickers
Uji vickersUji vickers
Uji vickers
 
Rumus hardness test
Rumus hardness testRumus hardness test
Rumus hardness test
 
Pengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaPengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomena
 
Uji kekerasan
Uji kekerasanUji kekerasan
Uji kekerasan
 
Material teknik (uji kekerasan)
Material teknik (uji kekerasan)Material teknik (uji kekerasan)
Material teknik (uji kekerasan)
 
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]
 
Laporan Uji Bahan
Laporan Uji BahanLaporan Uji Bahan
Laporan Uji Bahan
 
Laporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihLaporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalih
 
SIFAT BAHAN TEKNIK
SIFAT BAHAN TEKNIKSIFAT BAHAN TEKNIK
SIFAT BAHAN TEKNIK
 
1227 p2-spk -teknik pengelasan filet
1227 p2-spk -teknik pengelasan filet1227 p2-spk -teknik pengelasan filet
1227 p2-spk -teknik pengelasan filet
 
Konsep dislokasi
Konsep dislokasiKonsep dislokasi
Konsep dislokasi
 
Lampiran gaambar kerja
Lampiran gaambar kerjaLampiran gaambar kerja
Lampiran gaambar kerja
 
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
 
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
 
Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran sae
Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran saePpt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran sae
Ppt tik pengaruh temper dengan quench media oli mesran sae
 
Patahan Logam
Patahan LogamPatahan Logam
Patahan Logam
 
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
 
Radiographic testing2
Radiographic testing2Radiographic testing2
Radiographic testing2
 

Similar to Uji kekerasan

Similar to Uji kekerasan (20)

Alat uji kekerasaan indentasi
Alat uji kekerasaan indentasiAlat uji kekerasaan indentasi
Alat uji kekerasaan indentasi
 
Material+teknik+(uji+kekerasan)
Material+teknik+(uji+kekerasan)Material+teknik+(uji+kekerasan)
Material+teknik+(uji+kekerasan)
 
Laporan pengujian bahan
Laporan pengujian bahanLaporan pengujian bahan
Laporan pengujian bahan
 
Makalah Pengujian Tarik Tekan
Makalah Pengujian Tarik TekanMakalah Pengujian Tarik Tekan
Makalah Pengujian Tarik Tekan
 
Metode pengujian korosi
Metode pengujian korosiMetode pengujian korosi
Metode pengujian korosi
 
Laporan Pengujian Bahan 2013/2014
Laporan Pengujian Bahan 2013/2014Laporan Pengujian Bahan 2013/2014
Laporan Pengujian Bahan 2013/2014
 
PPT 4 MATERIAL OTOMOTIF.pptx
PPT 4 MATERIAL OTOMOTIF.pptxPPT 4 MATERIAL OTOMOTIF.pptx
PPT 4 MATERIAL OTOMOTIF.pptx
 
3938 8451-1-sm
3938 8451-1-sm3938 8451-1-sm
3938 8451-1-sm
 
Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012
 
Alat ukur kekerasan logam
Alat ukur kekerasan logamAlat ukur kekerasan logam
Alat ukur kekerasan logam
 
Alat ukur kekerasan logam
Alat ukur kekerasan logamAlat ukur kekerasan logam
Alat ukur kekerasan logam
 
Bab 1 kekerasan edisi 2009
Bab 1 kekerasan edisi 2009Bab 1 kekerasan edisi 2009
Bab 1 kekerasan edisi 2009
 
Korosi suatu material
Korosi suatu materialKorosi suatu material
Korosi suatu material
 
Hardness 4
Hardness 4Hardness 4
Hardness 4
 
Sifat material1
Sifat material1Sifat material1
Sifat material1
 
Pengujian las
Pengujian lasPengujian las
Pengujian las
 
Heat Treatment
Heat TreatmentHeat Treatment
Heat Treatment
 
Laporan ndt
Laporan ndtLaporan ndt
Laporan ndt
 
Ilmu Bahan
Ilmu BahanIlmu Bahan
Ilmu Bahan
 
KEKERASAN,IMPAK,,FATIQUE,CREEP.ppt
KEKERASAN,IMPAK,,FATIQUE,CREEP.pptKEKERASAN,IMPAK,,FATIQUE,CREEP.ppt
KEKERASAN,IMPAK,,FATIQUE,CREEP.ppt
 

More from Dwi Andriyanto

Modul 4 Design And Redesign Product
Modul 4 Design And Redesign ProductModul 4 Design And Redesign Product
Modul 4 Design And Redesign ProductDwi Andriyanto
 
Modul 3 Biomechanic And Manual Material Handling
Modul 3 Biomechanic And Manual Material HandlingModul 3 Biomechanic And Manual Material Handling
Modul 3 Biomechanic And Manual Material HandlingDwi Andriyanto
 
Modul 2 Physiological Performance
Modul 2 Physiological PerformanceModul 2 Physiological Performance
Modul 2 Physiological PerformanceDwi Andriyanto
 
Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)Dwi Andriyanto
 
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorMakalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorDwi Andriyanto
 
Keseimbangan empat sektor
Keseimbangan empat sektorKeseimbangan empat sektor
Keseimbangan empat sektorDwi Andriyanto
 

More from Dwi Andriyanto (9)

Modul 4 Design And Redesign Product
Modul 4 Design And Redesign ProductModul 4 Design And Redesign Product
Modul 4 Design And Redesign Product
 
Modul 3 Biomechanic And Manual Material Handling
Modul 3 Biomechanic And Manual Material HandlingModul 3 Biomechanic And Manual Material Handling
Modul 3 Biomechanic And Manual Material Handling
 
Modul 2 Physiological Performance
Modul 2 Physiological PerformanceModul 2 Physiological Performance
Modul 2 Physiological Performance
 
Modul 1 Anthropometry
Modul 1 AnthropometryModul 1 Anthropometry
Modul 1 Anthropometry
 
Fiberglass
FiberglassFiberglass
Fiberglass
 
Laju korosi
Laju korosiLaju korosi
Laju korosi
 
Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)
 
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorMakalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
 
Keseimbangan empat sektor
Keseimbangan empat sektorKeseimbangan empat sektor
Keseimbangan empat sektor
 

Uji kekerasan

  • 1. LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK Semester Genap 2013/2014 Laboratorium Sistem Manufaktur Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang, Kamal, Bangkalan, 69162 PBT 2014 PBT 04 PENGUJIAN KEKERASAN DISUSUN OLEH : Dwi Andriyanto 130421100011 M. Khoiruz Zam Zami 130421100100 KELOMPOK 22
  • 2. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 52 RINGKASAN Andriyanto Dwi, Khoiruz Zam Zami Muhammad. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura, PBT 04 Pengujian Kekerasan, Juni 2014 Pada suatu produksi industri logam tidak akan terlepas dari sifat kekerasan logam. Karena sifat kekerasan pada logam dapat digunakan untuk menentukan kualitas dari bahan logam. Dalam pengujian kekerasan logam terdapat beberapa metode, seperti: metode gores (scratch test), metode elastik atau pantul, dan metode identasi. Sementara perlakuan panas yang digunakan yaitu hardening, annealing, normalizing, tempering, dan quenching. Pada praktikum ini menggunakan Rockwell B dan Rockwell C dan menunjukan nilai kedalaman (h) yang didapatkan lebih besar menggunakan metode Rockwell C dengan menggunakan indentor intan dengan perlakuan panas annealing. Hal tersebut dikarenakan pada proses pendinginan, baja akan menjadi lebih lunak sehingga menyebabkan bola baja lebih mudah untuk menancap ke benda uji. Nilai kekerasan berbanding terbalik dengan tingkat kekerasan yang dimiliki benda, semakin kecil nilai kekerasan, menunjukkan bahwa tingkat kekerasan yang dimiliki semakin tinggi.
  • 3. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 53 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu produksi industri logam tidak akan terlepas dari sifat kekerasan, karena sifat kekerasan suatu logam adalah salah satu cara mengetahui kualitas logam tersebut. Bahan benda kerja yang baik dan berkualitas tidak hanya ditentukan oleh keras atau lunaknya bahan tersebut, tetapi sangat banyak ditentukan oleh ketepatan memilih bahan sesuai besarnya pembebanan yang diberikan. Dengan pemilihan bahan yang tepat, akan diperoleh tingkat efisiensi yang tinggi dan dijamin kuat untuk menerima beban. Kekerasan merupakan sifat alami dari suatu logam. Kekerasan sendri bisa didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk tahan terhadap deformasi plastis, yang artinya deformasi yang diberikan dan setelah dilepaskan tidak kembali ke bentuk semula akibat tekanaan (penertasi) oleh suatu benda sebagai alat uji. Semakin besar kekerasan suatu logam maka semakin besar ketahanannya terhadap deformasi karena hubungan kekerasan sebanding dengan kekuatan logam dimana kekerasan suatu logam akan meningkat maka kekuatan logam tersebut juga cenderung meningkat, namun nilai kekerasan ini berbanding terbalik dengan keuletan dari logam. Pentingnya sifat kekerasan dalam material logam untuk peralatan teknik seperti untuk komponen mesin, maka penting untuk melakukan praktikum ini untuk memahami serta mempelajari lebih lanjut bagaimana proses pengukuran kekerasan logam, khususnya material baja dengan menggunakan mesin uji kekerasan. Pengujian ini menggunakan metode Rockwell, yaitu dengan menggunakan indentor intan (HRC) dan bola baja (HRB). Metode ini dilakukan dengan 3 perlakuan panas yaitu annealing, hardening, dan normalizing. Dengan begitu akan diketahui tingkat suatu bahan material dengan ukuran yang tepat.
  • 4. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 54 1.2 Tujuan Praktikum Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat: 1. Melakukan pengujian kekerasan bahan. 2. Mengetahui angka kekerasan bahan baja ST-60. 3. Mengetahui pengaruh perakuan panas terhadap kekerasan bahan.
  • 5. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 55 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Uji Kekerasan Uji kekerasan adalah salah satu dari mata rantai dalam Uji Pasca Irradiasi (post irradiation examination) dan uji bahan sebelum diiradiasi. Uji Pasca Irradiasi dilakukan dalam hot cell untuk material yang sudah radioaktif. Sedangkan Uji Pra Irradiasi dilakukan diluar hot cell untuk bahan yang belum radioaktif. Uji Pasca Irradiasi dan Pra Iradiasi sering dilakukan untuk bahan Struktur reaktor (reactor structural materials), baik reaktor daya maupun reaktor riset (Purba, 2005). 2.2 Metode Pengujian Kekerasan Kekerasan suatu material dapat ditentukan dengan menggunakan metode pengujian yang berbeda, yaitu: 2.2.1 Metode Gores Pengujian dengan cara goresan (scratch test) ialah pengujian kekerasan terhadap logam, dalam penentuan kekerasannya dilakukan dengan mencari kesebandingan dari bahan yang dijadikan standar pengujian, yakni bahan-bahan yang teruji dan memenuhi syarat pengujian, yang disusun pada skala kekerasan yang disebut Skala Mohs yakni susunan dari 10 macam bahan mineral disusun dari skala 1 sampai skala 10 dari yang terlunak sampai yang terkeras. Hasil pengujian ini kurang akurat karena hasil pengujian hanya merupakan hasil pengamatan secara visual, namun pengujian ini sangat bermanfaat digunakan pada benda atau konstruksi besar yang tidak mungkin di bawa untuk diuji pada laboratorium. 1 Talk (Talc) 6 Ortoklas (Felspar) 2 Gips (Gipsum) 7 Kwarsa (Quartz) 3 Kalsite (Calcspar) 8 Topas (Topas) 4 Plorite (Flourspar) 9 Korundum (Corundum) 5 Apatite (Apatite) 10 Intan (Diamond) Macam-macam bahan di atas merupakan skala Mohs (Anonym, 2012).
  • 6. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 56 2.2.2 Metode Elastik Atau Pantul Pengujian dengan cara elastik atau pantul ialah pengujian kekerasan dengan cara mengukur tinggi pantulan dari bola baja atau intan (hammer) yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu. Tinggi pantulan menunjukkan kekerasan bahan tersebut, semakin tinggi pantulan artinya bahan ini memiliki kekerasan yang tinggi pengukuran kekerasan dengan cara ini disebut sistem Shore Scleroscope. Konstruksi sistem Shore Scleroscope seperti gambar berikut. Gambar 4.2.1 Mesin Uji Kekerasan Shore Scleroscope Tipe SH-D (Anonym, 2012) Gambar 4.2.2 Mesin Uji Kekerasan Shore Scleroscope Tipe SH-C (Anonym, 2012)
  • 7. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 57 2.2.3 Metode Identasi Pengujian kekerasan dengan cara penekanan (Indentation Test) ialah pengujian kekerasan terhadap logam, dalam menentukan kekerasannya dilakukan dengan menganalisis indentasi atau bekas penekanan pada benda uji (Test Piece) sebagai reaksi dari pembebanan tekan. Proses ini dilakukan antara lain dengan sistem Brinell, Rockwell dan sistem Vickers. Pengujian dengan sistem ini paling banyak digunakan di laboratorium pengujian logam atau industri manufaktur, hal ini dikarenakan proses serta prosedur pengujiannya yang sederhana dan cepat memperoleh data kekerasan yang dihasilkan dari pengujian (Anonym, 2012). 2.2.3.1 Metode Brinell Pengujian kekerasan dengan metode Brinell merupakan pengujian kekerasan dengan penekanan. Proses penekanan ini untuk membentuk penetrasi pada permukaan bahan uji (Test Piece) yang dianalisis untuk menentukan tingkat kekerasan bahan tersebut. Penetrasi ini merupakan bentuk perubahan tetap dari bahan uji yang disebabkan oleh pembebanan, beban yang diberikan dalam pengujian ini tidak mengakibatkan rusak atau pecahnya benda uji (Test Piece) itu sendiri yaitu ditentukan berdasarkan perbandingan antara angka konstanta dari jenis bahan ketebalan bahan dimana beban itu diberikan terhadap diameter alat penekan (Indentor). Pada pengujian ini alat penekannya menggunakan bola baja yang dipilih sesuai dengan ketentuan pengujian. Mesin pengujian kekerasan Brinell dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.2.3 Mesin Uji Kekerasan Brinell (Anonym, 2012)
  • 8. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 58 Skematika dan formulasi untuk menghitung nilai kekerasan metode Brinell sebagai berikut: BHN = 2F/ (3,14D x (D-(D2 -Di2 )1/2 )) (1) BHN = Bilangan kekerasan Brinell F = Beban, gaya tekan dalam kg D = Diameter indentor bola dalam mm Di = Diameter jejak indentasi dalam mm (Anonym, 2012) 2.2.3.2 Metode Vickers Pada prinsipnya pengujian dengan metode Vickers tidak jauh berbeda dengan metode Brinell, salah satu yang bebeda ialah pemakaian indentornya, metode Vickers menggunakan piramida intan dengan sudut puncak piramida adalah 1360. Bentuk indentor yang relatif tajam dibanding dengan Brinell yang menggunakan bola baja. Vickers mamberikan pembebanan yang sangat kecil yakni dengan tingkatan beban 5; 10; 20; 30; 50 dan 120 kg, bahkan untuk pengujian mikrostruktur hanya ditentukan 10 g, sehingga pengujian kekerasan Vickers cocok digunakan pada bahan yang keras dan tipis, sedangkan untuk bahan yang lunak dan tidak homogen seperti besi tuang (cast Iron) Vickers tidak sesuai untuk digunakan. Bilangan kekerasan Vickers (HV) dihitung dengan rumus: HV = 1,854 x F/D2 (2) F = Beban yang diterapkan dalam kg D = Panjang diagonal jejak indentasi dalam mm (Anonym, 2012) 2.2.3.3 Metode Rockwell Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell ini paling banyak digunakan di laboratorium pengujian logam, karena prosesnya mudah dan cepat memperoleh angka kekerasan bahan uji, dimana angka kekerasan Rockwell dapat dibaca langsung dari pesawat uji yang digunakan. Selain itu pengujian ini memiliki fungsi pemakaian yang cukup luas sehingga memungkinkan digunakan pada berbagai jenis dan karakteristik bahan dengan tersedianya skala kekerasan untuk berbagai aplikasi. Konstruksi pesawat uji kekerasan Rockwell dapat dilihat pada gambar berikut.
  • 9. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 59 Gambar 4.2.4 Konstruksi Pesawat Uji Kekerasan Rockwell (Anonym, 2012) Nilai kekerasan dengan metode Rockwell suatu material dirumuskan sebagai berikut: HRB = 130 – (h/0,002) (3) HRC = 100 – (h/0,002) (4) Keterangan : HRB = Nilai kekerasan Rockwell B HRC = Nilai kekerasan Rockwell C h = kedalaman (mm) (Anonym, 2012) 2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Uji Kekerasan Dalam uji kekerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor atau parameter. Ada tiga factor atau parameter yang diduga mempengaruhi kekerasan, yaitu temperatur raw material (Tm), temperatur awal proses quenching (Tq) dan temperatur akhir proses quenching (Tt). Serta keterbatasan pengamat dalam mengamati hasil pengujian kekarasan (Wahyudi, 2000).
  • 10. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 60 2.4 Perlakuan Panas Perlakuan panas adalah proses untuk memperbaiki sifat-sifat dari logam dengan jalan memanaskan coran sampai temperatur yang cocok, lalu dibiarkan beberapa waktu pada temperatur itu,kemudian didinginkan ke temperatur yang lebih rendah dengan kecepatan yang sesuai. Perlakuan panas yang dilaksanakan pada coran adalah: pelunakan temperatur rendah, pelunakan, penormalan, pengerasan dan penemperan (Rubijanto, 2006). 2.5 Kelebihan Dan Kekurangan Metode Rockwell Pengujian kekerasan dengan menggunakan metode Rockwell mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode Rockwell seperti dapat digunakan untuk bahan yang sangat keras, dapat dipakai untuk batu gerinda sampai plastik, dan cocok untuk semua material yang keras dan lunak. Sedangkan untuk kekurangan metode Rockwell seperti tingkat ketelitian rendah, tidak stabil apabila terkena goncangan, dan penekanan bebannya tidak praktis (Kurniawan, 2013).
  • 11. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 61 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Dalam praktikum uji kekerasan ini menggunakan alat dan bahan yang telah ditentukan, berikut bahan dan alat tersebut: 3.1.1 Bahan Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pratikum pengujian kekerasan adalah sebagai berikut: a. Benda uji Baja ST – 60. 3.1.2 Alat Alat-alat yang akan digunakan dalam pratikum pengujian kekerasan adalah sebagai berikut: a. Indentor bola baja berdiameter 1/6 inci dan beban 100 kg. b. Indentor intan dengan beban 150 kg 3.2 Prosedur Pelaksanaan Praktikum Prosedur praktikum pengujian kekerasan adalah sebagai berikut: a. Persiapkan alat dan bahan. b. Pasang indentor dengan benar pada alat uji. c. Tempatkan bahan uji pada landasan yaitu berada di bawah indentor. d. Tetapkan beban statis yang digunakan, yaitu 150 kg untuk Rockwell C dan 100 kg untuk Rockwell B. e. Putar tuas yang berada di bawah tempat bahan uji sampai jarum kecil menunjuk pada titik merah. f. Putar skala sampai skala menunjukan angka 0. g. Setelah tepat pada posisi 0, tarik tuas ke posisi 4 h. Setelah jarum berhenti, tarik tuas kembali pada posisi 3/minor load i. Lihat pembacaan angka yang ditunjukkan oleh skala j. Catat hasil pembacaan skala
  • 12. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 62 3.3 Flowchart Pelaksanaan Praktikum Berikut prosedur yang dilakukan pada praktikum ini dalam bentuk flowchart. Gambar 4.3.5 Flowchart Pelaksanaan Praktikum Baja ST-60, Indentor bola baja dan indentor intan Pasang indentor dengan benar Tempatkan bahan uji pada landasan mulai Tetapkan beban statis 150 kg untuk Rockwell C dan 100 kg untuk Rockwell B Putar tuas yang berada di bawah tempat bahan uji sampai jarum kecil menunjuk pada titik merah. . Putar skala sampai skala menunjukan angka 0 dan putar tuas ke posisi 4 Jarum berhenti, tarik tuas kembali pada posisi 3 Lihat pembacaan angka yang ditunjukkan oleh skala Baja ST-60 yang ditusuk Indentor selesai
  • 13. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 63 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Setelah melakukan praktikum uji kekerasan didapatkan data hasil nilai kekerasan dari setiap percobaan yang menggunakan alat uji dengan perlakuan panas yang berbeda. Data yang didapat berupa tabel sebagai berikut: 4.1.1 Data-Data Pengamatan Kekerasan Bahan Pada percobaan pertama dilakukan pencarian nilai kekerasan Rockwell B dengan indentor bola baja dan Rockwell C dengan indentor intan dari benda uji baja ST-60 dengan perlakuan annealing (pendinginan). Berikut ini adalah spesifikasi alat yang digunakan dalam percobaan pertama: Nama alat : Rockwell Hardness Tester Merk : AFFRI Seri 206.RT – 206.RTS Perlakuan panas : Annealing Metode : Rockwell Spesifikasi : HRC Load : 150 Kg Indentor : Kerucut intan 120º HRB Load : 100 Kg Indentor : Steel Ball Ø 1/16” Berikut adalah hasil dari nilai kekerasan Rockwell B dan Rockwell C yang didapatkan dalam bentuk tabel: Tabel 4.4.1 Nilai Kekerasan Bahan Metode Rockwell Dengan Perlakuan Panas Annealing No Nilai kekerasan Rockwell B (HRB) Nilai kekerasan Rockwell C (HRC) 1 85.5274 37.956177 2 85.46299 40.137694 3 85.58059 37.840417 4 86.01956 32.427364 5 89.83522 39.113739 6 90.54183 39.121985 7 89.17829 32.426965 8 89.06258 34.046619 9 90.78969 40.54602 10 89.73132 38.117488 Rata-rata 88.172947 37.1734468
  • 14. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 64 4.1.2 Data-Data Pengamatan Kekerasan Bahan Pada percobaan kedua dilakukan pencarian nilai kekerasan Rockwell B dengan indentor bola baja dan Rockwell C dengan indentor intan dari benda uji baja ST-60 dengan perlakuan hardening (pemanasan). Berikut ini adalah spesifikasi alat dan jenis perlakuan panas yang digunakan dalam percobaan kedua: Nama alat : Rockwell Hardness Tester Merk : AFFRI Seri 206.RT – 206.RTS Perlakuan panas : Hardening Metode : Rockwell Spesifikasi : HRC Load : 150 Kg Indentor : Kerucut intan 120º HRB Load : 100 Kg Indentor : Steel Ball Ø 1/16” Berikut adalah hasil dari nilai kekerasan Rockwell B dan Rockwell C yang didapatkan dalam bentuk tabel: Tabel 4.4.2 Nilai Kekerasan Bahan Metode Rockwell dengan Perlakuan Panas Hardening No Nilai kekerasan Rockwell B (HRB) Nilai kekerasan Rockwell C (HRC) 1 76.3528 16.00642 2 76.277647 17.30574 3 78.010019 18.41361 4 79.6489 21.72553 5 77.295005 20.20481 6 77.621082 21.66578 7 75.62038 21.01881 8 75.631908 18.90285 9 74.956301 15.65624 10 78.367775 21.89007 Rata-rata 76.9781817 19.278986 4.1.3 Data-data Pengamatan Kekerasan Bahan Pada percobaan ketiga dilakukan pencarian nilai kekerasan Rockwell B dengan indentor bola baja dan Rockwell C dengan indentor intan dari bend uji baja ST-60 dengan perlakuan normalizing (suhu ruangan). Berikut ini adalah spesifikasi alat dan jenis perlakuan panas yang digunakan dalam percobaan ketiga: Nama alat : Rockwell Hardness Tester Merk : AFFRI Seri 206.RT – 206.RTS
  • 15. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 65 Perlakuan panas : Normalizing Metode : Rockwell Spesifikasi : HRC Load : 150 Kg Indentor : Kerucut intan 120º HRB Load : 100 Kg Indentor : Steel Ball Ø 1/16” Berikut adalah hasil dari nilai kekerasan Rockwell B dan Rockwell C yang didapatkan dalam bentuk tabel: Tabel 4.4.3 Nilai Kekerasan Bahan Metode Rockwell dengan Perlakuan Panas Normalizing No Nilai kekerasan Rockwell B (HRB) Nilai kekerasan Rockwell C (HRC) 1 85.40643 23.96797 2 85.90261 25.25467 3 84.01715 29.41812 4 84.26484 26.09102 5 84.24841 26.9305 6 83.48382 23.84864 7 80.26434 26.28722 8 83.15729 30.89325 9 84.15558 28.12898 10 83.48173 26.27616 Rata-rata 83.83822 26.709653 4.2 Pengolahan Data Setelah dilakukannya pencatatan data-data yang diperoleh dari praktikum pengujian kekerasan, selanjutnya dilakukan pengolahan data dari setiap tabel. Dan berikut adalah penolahan data-data tersebut: 4.2.1 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Annealing Metode Rockwell B Setelah didapatkan data yang berupa nilai kekerasan Rockwell B dari bahan baja ST-60 dengan proses annealing, akan dilanjutkan perhitungan manual dengan mencari kedalaman (h) yang terbetuk dari setiap data nilai kekerasan Rockwell B yang diperoleh menggunakan rumus yang telah ditentukan. Berikut perhitungannya:
  • 16. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 66 b. Pengujian Kekerasan Kedua HRB = 85,46299 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 85,46299) X 0,002 = 0,08907 mm d. Pengujian Kekerasan Keempat HRB = 86,01956 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 86,01956) X 0,002 = 0,08196 mm f. Pengujian Kekerasan Keenam HRB = 90,54183 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 90,54183) X 0,002 = 0,07892 mm h. Pengujian Kekerasan Kedelapan HRB = 89,06258 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 89,06258) X 0,002 = 0,08187 mm j. Pengujian Kekerasan Kesepuluh HRB = 89,73132 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 89,73132) X 0,002 = 0,08054 mm a. Pengujian Kekerasan Pertama HRB = 85,5274 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 85,5274 ) X 0,002 = 0,08895 mm c. Pengujian Kekerasan Ketiga HRB = 85,58059 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 85,58059) X 0,002 = 0,08884 mm e. Pengujian Kekerasan Kelima HRB = 89,83522 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 89,83522) X 0,002 = 0,08033 mm g. Pengujian Kekerasan Ketujuh HRB = 89,17829 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 89,17829) X 0,002 = 0,08164 mm i. Pengujian Kekerasan Kesembilan HRB = 90,78969 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 90,78969) X 0,002 = 0,07842 mm
  • 17. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 67 b. Pengujian Kekerasan Kedua HRC = 40,137694 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 40,137694) X 0,002 = 0,119725 mm d. Pengujian Kekerasan Keempat HRC = 32,427364 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 32,427364) X 0,002 = 0,135145 mm f. Pengujian Kekerasan Keenam HRC = 39,121985 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 39,121985) X 0,002 = 0,121756 mm k. Perhitungan rata-rata kedalaman(ℎ) ℎ = ∑ ℎ 𝑛 = 0,08895+0,08907+0,08884+0,08196+0,08033+0,07892+0,08164 +0,08187+0,07842+0,08054/10 = 0,083054 Jadi rata-rata kedalaman dari pengujian kekerasan baja ST-60 dengan metode Rockwell B adalah 0,083054 mm. 4.2.2 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Annealing Metode Rockwell C Setelah didapatkan data yang berupa nilai kekerasan Rockwell C dari bahan baja ST-60 dengan proses annealing, akan dilanjutkan perhitungan manual dengan mencari kedalaman (h) yang terbetuk dari setiap data nilai kekerasan Rockwell C yang diperoleh menggunakan rumus yang telah ditentukan. Berikut perhitungannya: a. Pengujian Kekerasan Pertama HRC = 37,956177 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 37,956177) X 0,002 = 0,124088 mm c. Pengujian Kekerasan Ketiga HRC = 37,840417 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 37,840417) X 0,002 = 0,124319 mm e. Pengujian Kekerasan Kelima HRC = 39,112739 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 39,112739) X 0,002 = 0,121775 mm
  • 18. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 68 h. Pengujian Kekerasan Kedelapan HRC = 34,046619 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 34,046619) X 0,002 = 0,131907 mm j. Pengujian Kekerasan Kesepuluh HRC = 38,117488 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 38,117488) X 0,002 = 0,123765 mm b. Pengujian Kekerasan Kedua HRB = 76,277647 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 76,277647) X 0,002 = 0,10744 mm g. Pengujian Kekerasan Ketujuh HRC = 32,426965 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 32,426965) X 0,002 = 0,135146 mm i. Pengujian Kekerasan Kesembilan HRC = 40,54602 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 40,54602) X 0,002 = 0,118908 mm k. Perhitungan rata-rata kedalaman (ℎ) ℎ = ∑ ℎ 𝑛 = 0,124088+0,119725+0,124319+0,135145+0,121775+0,121756 +0,135146+0,131907+0,118908+0,123765/10 = 0,1256534 Jadi rata-rata kedalaman dari pengujian kekerasan baja ST-60 dengan metode Rockwell C adalah 0,1256534 mm. 4.2.3 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Hardening Metode Rockwell B Setelah didapatkan data yang berupa nilai kekerasan Rockwell B dari bahan baja ST-60 dengan proses hardening, akan dilanjutkan perhitungan manual dengan mencari kedalaman (h) yang terbetuk dari setiap data nilai kekerasan Rockwell B yang diperoleh menggunakan rumus yang telah ditentukan. Berikut perhitungannya: a. Pengujian Kekerasan Pertama HRB = 76,3528 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 76,3528 ) X 0,002 = 0,10729 mm
  • 19. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 69 d. Pengujian Kekerasan Keempat HRB = 79,6489 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 79,6489) X 0,002 = 0,1007 mm f. Pengujian Kekerasan Keenam HRB = 77,621082 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 77,621082) X 0,002 = 0,10476 mm h. Pengujian Kekerasan Kedelapan HRB = 75,631908 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 75,631908) X 0,002 = 0,10874 mm j. Pengujian Kekerasan Kesepuluh HRB = 78,367775 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 78,367775) X 0,002 = 0,10326 mm c. Pengujian Kekerasan Ketiga HRB = 78,010019 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 78,010019) X 0,002 = 0,10398 mm e. Pengujian Kekerasan Kelima HRB = 77,295005 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 77,295005) X 0,002 = 0,10541 mm g. Pengujian Kekerasan Ketujuh HRB = 75,62038 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 75,62038) X 0,002 = 0,10876 mm i. Pengujian Kekerasan Kesembilan HRB = 74,956301 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 74,956301) X 0,002 = 0,11009 mm k. Perhitungan rata-rata kedalaman (ℎ) ℎ = ∑ ℎ 𝑛 = 0,10729+0,10744+0,10398+0,1007+0,10541+0,10476+0,10876 +0,10874+0,11009+0,10326/10 = 0,106041 Jadi rata-rata kedalaman dari pengujian kekerasan baja ST-60 dengan metode Rockwell B adalah 0,106041 mm.
  • 20. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 70 b. Pengujian Kekerasan Kedua HRC = 17,30574 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 17,30574) X 0,002 = 0,16539 mm d. Pengujian Kekerasan Keempat HRC = 21,72553 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 21,72553) X 0,002 = 0,15655 mm f. Pengujian Kekerasan Keenam HRC = 21,66578 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 21,66578) X 0,002 = 0,15667 mm h. Pengujian Kekerasan Kedelapan HRC = 18,90285 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 18,90285) X 0,002 = 0,16219 mm 4.2.4 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Hardening Metode Rockwell C Setelah didapatkan data yang berupa nilai kekerasan Rockwell C dari bahan baja ST-60 dengan proses hardening, akan dilanjutkan perhitungan manual dengan mencari kedalaman (h) yang terbetuk dari setiap data nilai kekerasan Rockwell C yang diperoleh menggunakan rumus yang telah ditentukan. Berikut perhitungannya: a. Pengujian Kekerasan Pertama HRC = 16,00642 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 16,00642) X 0,002 = 0,16799 mm c. Pengujian Kekerasan Ketiga HRC = 18,41361 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 18,41361) X 0,002 = 0,16317 mm e. Pengujian Kekerasan Kelima HRC = 20,20481 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 20,20481) X 0,002 = 0,1596 mm g. Pengujian Kekerasan Ketujuh HRC = 21,01881 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 21,01881) X 0,002 = 0,15796 mm
  • 21. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 71 j. Pengujian Kekerasan Kesepuluh HRC = 21,89007 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 21,89007) X 0,002 = 0,15622 mm b. Pengujian Kekerasan Kedua HRB = 85,90261 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 85,90261) X 0,002 = 0,08819 mm d. Pengujian Kekerasan Keempat HRB = 84,26484 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 84,26484) X 0,002 = 0,09147 mm i. Pengujian Kekerasan Kesembilan HRC = 15,65624 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 15,65624) X 0,002 = 0,16869 mm k. Perhitungan rata-rata kedalaman(ℎ) ℎ = ∑ ℎ 𝑛 = 0,16799+0,16539+0,16317+0,15655+0,1596+0,15667+0,15796 +0,16219+0,16869+0,15622/10 = 0,161443 Jadi rata-rata kedalaman dari pengujian kekerasan baja ST-60 dengan metode Rockwell C adalah 0,161443 mm. 4.2.5 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Normalizing Metode Rockwell B Setelah didapatkan data yang berupa nilai kekerasan Rockwell B dari bahan baja ST-60 dengan proses normalizing, akan dilanjutkan perhitungan manual dengan mencari kedalaman (h) yang terbetuk dari setiap data nilai kekerasan Rockwell B yang diperoleh menggunakan rumus yang telah ditentukan. Berikut perhitungannya: a. Pengujian Kekerasan Pertama HRB = 85,40643 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 85,40643 ) X 0,002 = 0,08919 mm c. Pengujian Kekerasan Ketiga HRB = 84,01715 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 84,01715) X 0,002 = 0,09197 mm
  • 22. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 72 f. Pengujian Kekerasan Keenam HRB = 83,48382 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 83,48382) X 0,002 = 0,09303 mm h. Pengujian Kekerasan Kedelapan HRB = 83,15729 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 83,15729) X 0,002 = 0,09369 mm j. Pengujian Kekerasan Kesepuluh HRB = 83,48173 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 83,48173) X 0,002 = 0,09304 mm e. Pengujian Kekerasan Kelima HRB = 84,24841 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 84,24841) X 0,002 = 0,0915 mm g. Pengujian Kekerasan Ketujuh HRB = 80,36434 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 80,36434) X 0,002 = 0,09927 mm i. Pengujian Kekerasan Kesembilan HRB = 84,15558 Maka kedalamannya adalah h = (130 - HRB) X 0,002 = (130 - 84,15558) X 0,002 = 0,09169 mm l. Perhitungan rata-rata kedalaman (ℎ) ℎ = ∑ ℎ 𝑛 = 0,08919+0,08819+0,09197+0,09147+0,0915+0,09303+0,09927 +0,09369+0,09169+0,09304/10 = 0,092304 Jadi rata-rata kedalaman dari pengujian kekerasan baja ST-60 dengan metode Rockwell B adalah 0,092304 mm. 4.2.6 Pengujian Kekerasan Bahan dengan Perlakuan Panas Normalizing Metode Rockwell C Setelah didapatkan data yang berupa nilai kekerasan Rockwell C dari bahan baja ST-60 dengan proses normalizing, akan dilanjutkan perhitungan manual dengan mencari kedalaman (h) yang terbetuk dari setiap data nilai kekerasan Rockwell C yang diperoleh menggunakan rumus yang telah ditentukan. Berikut perhitungannya:
  • 23. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 73 b. Pengujian Kekerasan Kedua HRC = 25,25467 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 25,25467) X 0,002 = 0,14949 mm d. Pengujian Kekerasan Keempat HRC = 26,09102 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 26,09102) X 0,002 = 0,14782 mm f. Pengujian Kekerasan Keenam HRC = 23,84864 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 23,84864) X 0,002 = 0,1523 mm h. Pengujian Kekerasan Kedelapan HRC = 30,89325 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 30,89325) X 0,002 = 0,13821 mm j. Pengujian Kekerasan Kesepuluh HRC = 26,27616 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 26,27616) X 0,002 = 0,14745 mm a. Pengujian Kekerasan Pertama HRC = 23,96797 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 23,96797) X 0,002 = 0,15206 mm c. Pengujian Kekerasan Ketiga HRC = 29,41812 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 29,41812) X 0,002 = 0,14116 mm e. Pengujian Kekerasan Kelima HRC = 26,9305 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 26,9305) X 0,002 = 0,14614 mm g. Pengujian Kekerasan Ketujuh HRC = 26,28722 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 26,28722) X 0,002 = 0,14743 mm i. Pengujian Kekerasan Kesembilan HRC = 28,12898 Maka kedalamannya adalah h = (100 - HRC) X 0,002 = (100 - 28,12898) X 0,002 = 0,14374 mm
  • 24. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 74 k. Perhitungan rata-rata kedalaman (ℎ) ℎ = ∑ ℎ 𝑛 = 0,15206+0,14949+0,14116+0,14782+0,14614+0,1523+0,14743 +0,13821+0,14374+0,14745/10 = 0,14658 Jadi rata-rata kedalaman dari pengujian kekerasan baja ST-60 dengan metode Rockwell C adalah 0,14658 mm. 4.3 Analisa Hasil Dari Perhitungan Kedua Metode Setelah melakukan perhitungan manual kedalaman yang terbentuk pada setiap percobaan dengan berbagai perlakuan panas yang telah dilakukan dan diuraikan pada subbab sebelumnya, maka dapat dianalisa dari hasil data yang telah didapatkan, berikut analisanya: 4.3.1 Analisa Perbandingan Hasil dari Pengujian Kekerasan Metode Rockwell B dengan Rockwell C dengan Perlakuan Panas Annealing Tabel 4.4.4 Perbandingan Hasil Nilai Kedalaman Rockwell B dan Rockwell C dengan Perlakuan Panas Annealing No Nilai kedalaman Rockwell B (mm) Nilai kedalaman Rockwell C (mm) 1 0,08895 0,124088 2 0,08907 0,119725 3 0,08884 0,124319 4 0,08196 0,135145 5 0,08033 0,121775 6 0,07892 0,121756 7 0,08164 0,135146 8 0,08187 0,131907 9 0,07842 0,118908 10 0,08054 0,123765 Rata-rata 0,083054 0,1256534 Dari hasil perhitungan manual yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada metode Rockwell B dan Rockwell C didapatkan rata-rata nilai kekerasan yang berbeda meskipun perlakuan panasnya sama yaitu annealing. Pada Rockwell B rata- rata nilai kekerasan yang didapat adalah 88,172947 HRB, dan pada Rockwell C rata-rata nilai kekerasan yang didapatkan adalah 37,956177 HRC. Maka nilai
  • 25. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 75 kedalamannya pun juga berbeda yaitu 0,083054 mm untuk Rockwell B dan 0,1256534 mm untuk Rockwell C. Hal tersebut dikarenakan indentor dan beban mayor yang dipakai berbeda, pada metode Rockwell B menggunakan indentor bola baja yang memiliki ujung tumpul dengan beban mayor 100 kg dan pada metode Rockwell C menggunakan indentor intan yang memiliki ujung yang lancip dengan beban mayor 150 kg, sehingga menyebabkan kedalam yang dibentuk pada metode Rockwell C lebih dalam. Dan karena baja mengalami proses annealing, maka baja akan lebih lunak sehingga sangat memudahkan indentor intan yang memiliki ujung lancip untuk menancap lebih dalam ke benda uji. 4.3.2 Analisa Perbandingan Hasil dari Pengujian Kekerasan Metode Rockwell B dengan Rockwell C dengan Perlakuan Panas Hardening Tabel 4.4.5 Perbandingan Hasil Nilai Kedalaman Rockwell B dan Rockwell C dengan Perlakuan Panas Hardening No Nilai kedalaman Rockwell B (mm) Nilai kedalaman Rockwell C (mm) 1 0,10729 0,16799 2 0,10744 0,16539 3 0,10398 0,16317 4 0,1007 0,15655 5 0,10541 0,1596 6 0,10476 0,15667 7 0,10876 0,15796 8 0,10874 0,16219 9 0,11009 0,16869 10 0,10326 0,15622 Rata-rata 0,106041 0,161443 Dari hasil perhitungan manual yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada metode Rockwell B dan Rockwell C didapatkan rata-rata nilai kekerasan yang berbeda seperti percobaan sebelumnya meskipun perlakuan panasnya sama yaitu hardening. Pada Rockwell B rata-rata nilai kekerasan yang didapat adalah 76,9781817 HRB, dan pada Rockwell C rata-rata nilai kekerasan yang didapatkan adalah 19,278986 HRC. Maka nilai kedalamannya pun juga berbeda yaitu 0,106041 mm untuk Rockwell B dan 0,161443mm untuk Rockwell C. Hal tersebut dikarenakan indentor dan beban mayor yang dipakai berbeda, pada metode Rockwell B menggunakan indentor bola baja yang memiliki ujung
  • 26. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 76 tumpul dengan beban mayor 100 kg dan pada metode Rockwell C menggunakan indentor intan yang memiliki ujung yang lancip dengan beban mayor 150 kg, sehingga menyebabkan kedalam yang dibentuk pada metode Rockwell C lebih dalam. Dan karena baja mengalami proses hardening, maka baja akan lebih keras sehingga indentor bola baja yang memiliki ujung tumpul lebih sulit untuk menancap ke benda uji dari pada indentor intan. 4.3.3 Analisa Perbandingan Hasil dari Pengujian Kekerasan Metode Rockwell B dengan Rockwell C dengan Perlakuan Panas Normalizing Tabel 4.4.6 Perbandingan Hasil Nilai Kedalaman Rockwell B dan Rockwell C dengan Perlakuan Panas Normalizing No Nilai kedalaman Rockwell B (mm) Nilai kedalaman Rockwell C (mm) 1 0,08919 0,15206 2 0,08819 0,14949 3 0,09197 0,14116 4 0,09147 0,14782 5 0,0915 0,14614 6 0,09303 0,1523 7 0,09927 0,14743 8 0,09369 0,13821 9 0,09169 0,14374 10 0,09304 0,14745 Rata-rata 0,092304 0,14658 Dari hasil perhitungan manual yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada metode Rockwell B dan Rockwell C didapatkan rata-rata nilai kekerasan yang berbeda seperti percobaan sebelumnya meskipun perlakuan panasnya sama yaitu normalizing. Pada Rockwell B rata-rata nilai kekerasan yang didapat adalah 83,83822 HRB, dan pada Rockwell C rata-rata nilai kekerasan yang didapatkan adalah 26,709653 HRC. Maka nilai kedalamannya pun juga berbeda yaitu 0,092304 mm untuk Rockwell B dan 0,14658 mm untuk Rockwell C. Hal tersebut dikarenakan indentor dan beban mayor yang dipakai berbeda, pada metode Rockwell B menggunakan indentor bola baja yang memiliki ujung tumpul dengan beban mayor 100 kg dan pada metode Rockwell C menggunakan indentor intan yang memiliki ujung yang lancip dengan beban mayor 150 kg, sehingga menyebabkan kedalam yang dibentuk pada metode Rockwell C lebih dalam. Dan karena baja mengalami proses normalizing, maka baja dalam keadaan
  • 27. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 77 normal maka indentor intan yang memiliki ujung lancip untuk menancap lebih dalam ke benda uji dibandingkan indentor bola baja.
  • 28. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 78 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan praktikum pengujian kekerasan ini, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Yang membedakan kedua metode pada uji kekerasan ini terletak pada indentor dan beban mayor yang digunakan. Pada Rockwell B (HRB) indentor yang digunakan ujungnya berbentuk bola baja dengan beban mayor sebesar 100 kg. Sedangkan pada Rockwell C (HRC) indentor yang digunakan ujungnya berbentuk intan dengan beban mayor sebesar 150 kg. b. Angka kekerasan pada Baja ST-60 dapat ditentukan dari metode dan perlakuan panas dan indentor yang digunakan. Seperti pada tabel berikut: Tabel 4.4.7 Perbandingan Rata-rata Nilai Kedalaman No. Perlakuan Rata-rata nilai kedalaman (mm) 1. Annealing HRB 0,083054 HRC 0,125653 2. Hardening HRB 0,106041 HRC 0,161443 3. Normalizing HRB 0,092304 HRC 0,146583 c. Pada pengujian kekerasan dapat disimpulkan bahwa nilai kedalaman (h) yang didapatkan lebih besar menggunakan indentor intan dengan perlakuan panas annealing. Hal tersebut dikarenakan pada proses pendinginan, baja akan menjadi lebih lunak sehingga menyebabkan bola baja lebih mudah untuk menancap ke benda uji. Nilai kekerasan berbanding terbalik dengan tingkat kekerasan yang dimiliki benda, semakin kecil nilai kekerasan, menunjukkan bahwa tingkat kekerasan yang dimiliki semakin tinggi. 5.2 Saran Diharapkan pada praktikum selanjutnya semua hal yang dibutuhkan dalam praktikum dapat terlaksana dengan lebih baik, yaitu: 1. Pada kelengkapan peralatan dan sarana yang dibutuhkan agar praktikan lebih memahami hal yang telah dilakukannya
  • 29. Prak. Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 4- Uji Kekerasan LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 79 DAFTAR PUSTAKA Amelia, dan Wahjudi Didik, (2000), Penelitian Optimasi Temperatur yang Mempengaruhi Kekerasan pada Pembuatan Grinding Ball dengan Cara Hot Rolling, Jurusan Teknik Mesin. Universitas Kristen Petra Kurniawan S Dwi, Tarkono, dan Supriadi Harnowo, (2013), Utilization Of Fiber And Shell Particles Palm Oil As Substitute Materials In Producing Eternite Ceiling. Junal FEMA Vol. 1, No. 3, Juli 2013 Purba, Asli, (2005), Penentuan Ketidakpastian Pengukuran Uji Kekerasan Rockwell, ISSN 0854-5561 Rubijanto, (2006), Pengaruh Proses Pendinginan Paska Perlakuan Panas Terhadap Uji Kekerasan ( Vickers ) Dan Uji Tarik Pada Baja Tahan Karat 304 Produksi Pengecoran Logam Di Klaten. UNIMUS www.crayonpedia.org/mw/BAB_X_PENGUJIAN_LOGAM_HARDI