SlideShare a Scribd company logo
1 of 74
EKOLOGI TANAH
  Bahan kajian MK. Manajemen Agroekosistem FPUB Junil 2010
                      Diabstraksikan oleh
                    Prof Dr Ir Soemarno MS
                    Dosen Jur Tanah FPUB


       Pendahuluan
       Soil ecology is the study of the interactions among soil
       organisms, and between biotic and abiotic aspects of the soil
       environment. It is particularly concerned with the cycling of
       nutrients, formation and stabilization of the pore structure, the
       spread and vitality of pathogens, and the biodiversity of this rich
       biological community.

       Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan
ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu
faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air,
kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik
adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan,
tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat
dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu
populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi
dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Tanah: Sifat dan Karakteristik

        Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum)
adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan
bahan organik. Tanah sangat vital peranannya bagi semua
kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan
tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai
penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga
menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan
tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah
menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Ilmu yang
mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai
ilmu tanah.
        Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting
sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah
sendiri juga dapat tererosi. Komposisi tanah berbeda-beda
pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara
merupakan bagian dari tanah.
        Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan
organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan.
Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''.
Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam
yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon
tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-
proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah
tersebut.
        Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal
Swiss yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa
tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami
modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme
(termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi)
seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika
kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan
dapat dilakukan klasifikasi tanah.
        Tubuh tanah (solum) tidak lain adalah batuan yang
melapuk dan mengalami proses pembentukan lanjutan. Usia
tanah yang ditemukan saat ini tidak ada yang lebih tua
daripada periode Tersier dan kebanyakan terbentuk dari masa
Pleistosen. Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan
organik dan mineral. Tanah non-organik atau tanah mineral
terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung mineral.
Sebaliknya, tanah organik (organosol / humosol) terbentuk dari
pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi.
        Tanah organik berwarna hitam dan merupakan
pembentuk utama lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu
bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi
karena mengandung beberapa asam organik (substansi humik)
hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini
biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air
atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik
dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur (porus,
sarang) sehingga mampu menyimpan cukup air namun karena
memiliki keasaman tinggi sebagian besar tanaman pangan
akan memberikan hasil terbatas dan di bawah capaian
optimum.
        Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini
membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian
ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah: pasir,
debu, dan liat. Tanah berpasir didominasi oleh pasir, tanah
berliat didominasi oleh liat. Tanah dengan komposisi pasir,
debu, dan liat yang seimbang dikenal sebagai tanah lempung.
        Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah
diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam
kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain
itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan
warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman)
atau pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap
seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi,
baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan
di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh
kehadiran Mangan, belerang, dan nitrogen. Warna tanah
kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan
besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena
pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana
aerobik / oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau
perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik /
reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau
warna yang terkonsentrasi.
        Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang
terbentuk dari komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang
antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fasa: fasa padatan, fasa
cair, dan fasa gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang
antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga
faktor penyusun ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus
(jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori
berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran
kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang)
memiliki agregat yang cukup besar dengan makropori dan
mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila
berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.


       Mikrohabitat dalam struktur tanah
Di setiap tempat seperti dalam tanah, udara
maupun air selalu dijumpai mikroba. Umumnya jumlah
mikroba dalam tanah lebih banyak daripada dalam air
ataupun udara. Umumnya bahan organik dan senyawa
anorganik lebih tinggi dalam tanah sehingga cocok untuk
pertumbuhan mikroba heterotrof maupun autotrof.
       Keberadaan mikroba di dalam tanah terutama
dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika tanah. Komponen
penyusun tanah yang terdiri atas pasir, debu, liat dan
bahan organik maupun bahan penyemen lain akan
membentuk struktur tanah. Struktur tanah akan
menentukan keberadaan oksigen dan lengas dalam
tanah. Dalam hal ini akan terbentuk lingkungan mikro
dalam suatu struktur tanah. Mikroba akan membentuk
mikrokoloni dalam struktur tanah tersebut, dengan tempat
pertumbuhan yang sesuai dengan sifat mikroba dan
lingkungan yang diperlukan. Dalam suatu struktur tanah
dapat dijumpai berbagai mikrokoloni seperti mikroba
heterotrof pengguna bahan organik maupun bakteri
autotrof,dan bakteri aerob maupun anaerob. Untuk
kehidupannya, setiap jenis mikroba mempunyai
kemampuan untuk merubah satu senyawa menjadi
senyawa lain dalam rangka mendapatkan energi dan
nutrien. Dengan demikian adanya mikroba dalam tanah
menyebabkan terjadinya daur unsur-unsur seperti karbon,
nitrogen, fosfor dan unsur lain di alam.




 Sumber: http://sumarsih07.files.wordpress.com/2008/11/vi-mikroba-
          dan-kesuburan-tanah.pdf ...... diunduh 23/6/2011
Lingkungan rhizosfer
       Akar tanaman merupakan habitat yang baik bagi
pertumbuhan mikroba. Interaksi antara bakteri dan akar
tanaman akan meningkatkan ketersediaan hara bagi
keduanya. Permukaan akar tanaman disebut rhizoplane.
Sedangkan rhizosfer adalah selapis tanah yang
menyelimuti permukaan akar tanaman yang masih
dipengaruhi oleh aktivitas akar. Tebal tipisnya lapisan
rhizosfer antar setiap tanaman.
       Rhizosfer merupakan habitat yang sangat baik bagi
pertumbuhan mikroba oleh karena akar tanaman
menyediakan berbagai bahan organik yang umumnya
menstimulir pertumbuhan mikroba. Bahan organik yang
dikeluarkan oleh akar dapat
       1. Eksudat akar: bahan yang dikeluarkan dari
           aktivitas sel akar hidup seperti gula, asam
           amino, asam organik, asam lemak dan sterol,
           factor tumbuh, nukleotida, flavonon, enzim , dan
           miscellaneous.
       2. Sekresi akar: bahan yang dipompakan secara
           aktif keluar dari akar.
       3. Lisat akar: bahan yang dikeluarkan secara pasif
           saat autolisis sel akar.
       4. Musigel : bahan sekresi akar, sisa sel
           epidermis, sel tudung akar yang bercampur
           dengan sisa sel mikroba, produk metabolit,
           koloid organik dan koloid anorganik.

       Enzim utama yang dihasilkan oleh akar adalah
oksidoreduktase, hidrolase, liase, dan transferase.
Sedang enzim yang dihasilkan oleh mikroba di rhizosfer
adalah selulase, dehidrogenase, urease, fosfatase dan
sulfatase.
       Dengan     adanya    berbagai    senyawa     yang
menstimulir pertumbuhan mikroba, menyebabkan jumlah
mikroba di lingkungan rhizosfer sangat tinggi.
Perbandingan jumlah mikroba dalam rhizosfer (R) dengan
tanah bukan rhizosfer (S) yang disebut nisbah R/S, sering
digunakan sebagai indeks kesuburan tanah. Semakin
subur tanah, maka indeks R/S semakin kecil, yang
menandakan nutrisi dalam tanah bukan rhizosfer juga
tercukupi (subur). Sebaliknya semakin tidak subur tanah,
maka indeks R/S semakin besar, yang menandakan
nutrisi cukup hanya di lingkungan rhizosfer yang berasal
dari bahan organik yang dikeluarkan akar, sedang di
tanah non-rhizosfer nutrisi tidak mencukupi (tidak subur).
Nilai R/S umumnya berkisar antara 5-20.
        Mikroba rhizosfer dapat memberi keuntungan bagi
tanaman, oleh karena:
        1. Mikroba dapat melarutkan dan menyediakan
           mineral seperti N,P, Fe dan unsur lain.
        2. Mikroba dapat menghasilkan vitamin, asam
           amino, auxin dan giberelin yang dapat
           menstimulir pertumbuhan tanaman.
        3. Mikroba yang patogenik dengan menghasilkan
           antibiotik.

       Pseudomonadaceae merupakan kelompok bakteri
rhizosfer (rhizobacteria) yang dapat menghasilkan
senyawa yang dapat menstimulir pertumbuhan tanaman.
Contoh spesies yang telah banyak diteliti dapat
merangsang pertumbuhan tanaman adalah Pseudomonas
fluorescens.
Pembentukan Tanah.

         Tanah merupakan “tubuh-alamiah” yang tersusun atas
lapisan (horison tanah) yang beragam ketebalannya, berbeda
dengan bahan induk dalam hal sifat-sifat morfologi, fisika,
kimia, dan karakteristik mineraloginya. Tanah terdiri dari
partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia
dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah
berbeda dari batuan induknya karena interaksi antara, hidrosfer
atmosfer litosfer, dan biosfer. Ini adalah campuran dari
konstituen mineral dan organik yang dalam keadaan padat, gas
dan air.
         Partikel tanah tampak longgar, membentuk struktur
tanah yang penuh dengan ruang pori. Pori-pori mengandung
larutan tanah (cair) dan udara (gas). Oleh karena itu, tanah
sering diperlakukan sebagai system. Kebanyakan memiliki
kepadatan antara 1 dan 2 g / cm ³.
         Tanah dapat berasal dari batuan induk (batuan beku,
batu sedimen tua, batuan metamorfosa) yang melapuk atau
dari bahan-bahan yang lebih lunak dan lepas seperti abu
volkan, bahan endapan baru dan lain-lain. Melalui proses
pelapukan, permukaan batuan yang keras menjadi hancur dan
berubah menjadi bahan lunak (longgar) yang disebut dengan
regolit. Selanjutnya melalui proses pembentukan tanah, bagian
atas regolit berubah menjadi tanah. Proses pelapukan
mencakup beberapa hal yaitu pelapukan secara fisik, biologik-
meknik dan kimia..
         Faktor pembentukan tanah, atau pedogenesis, adalah
efek gabungan proses fisik, kimia, biologi, dan antropogenik
pada bahan induk tanah. Genesis tanah melibatkan proses
yang mengembangkan lapisan atau horizon dalam profil tanah.
Proses ini melibatkan penambahan, kehilangan, transformasi
dan translokasi bahan yang membentuk tanah. Mineral yang
berasal dari batuan lapuk mengalami perubahan yang
menyebabkan pembentukan mineral sekunder dan senyawa
lainnya yang larut dalam air, konstituen tersebut dipindahkan
(translokasi) dari satu bagian tanah ke daerah lain oleh air dan
aktivitas organisme. Perubahan dan pergerakan material di
dalam tanah menyebabkan terbentuknya horison tanah yang
khas.
         Pelapukan batuan induk menghasilkan bahan induk
tanah. Contoh perkembangan tanah dari bahan induknya
terjadi pada aliran lava baru-baru ini di wilayah hangat di
bawah hujan lebat dan sangat sering. Dalam iklim seperti itu,
tumbuhan sangat cepat berkembang pada lava basaltik,
meskipun kandungan bahan organiknya sangat sedikit.
Tumbuhan didukung oleh batuan yang porus yang
mengandung air dan unsure hara. Akar tanaman tumbuh
berkembang, seringkali bersimbiosis dengan dengan mikoriza,
secara bertahap merimbak marterial lava dan bahan organik
tanah akan terakumulasi.
        Lima faktor pembentuk tanah adalah : bahan induk,
iklim regional, topografi, potensi biotik dan waktu.
        Bahan yang membentuk tanah disebut “bahan induk”
tanah. Bahan ini meliputi: lapukan batuan dasar primer; bahan
sekunder diangkut dari lokasi lain, misalnya colluvium dan
aluvium; deposit yang sudah ada tetapi campuran atau diubah
dengan cara lain - formasi tanah tua, bahan organik termasuk
gambut atau humus alpine; dan bahan antropogenik, seperti
timbunan sampah atau tambang. Beberapa tanah langsung
dari pemecahan bebatuan yang mendasarinya mereka
kembangkan di tempatnya, tanah ini sering disebut "tanah
residu", dan memiliki sifat kimia umum yang sama seperti
batuan induknya.
        Kebanyakan tanah berasal dari bahan-bahan yang telah
diangkut dari lokasi lain oleh angin, air dan gravitasi. Beberapa
di antaranya telah mengalami perpindahan dari jarak yang
jauh, atau hanya beberapa meter. Bahan yang tertiup angin
disebut “loess”
        Pelapukan merupakan tahap pertama dalam mengubah
bahan induk menjadi bahan tanah. Pada tanah yang terbentuk
dari batuan dasar, dapat terbentuk lapisan tebal bahan lapuk
disebut saprolit. Saprolit adalah hasil proses pelapukan yang
meliputi: hidrolisis (penggantian kation mineral dengan ion
hidrogen), khelasi dari senyawa organik, hidrasi (penyerapan
air dengan mineral), solusi mineral dengan air, dan proses fisik
yang mencakup pembekuan dan pencairan atau pembasahan
dan pengeringan. Komposisi mineralogi dan kimia dari bahan
batuan dasar utama, ditambah sifat-sifat fisik, termasuk ukuran
butir dan derajat konsolidasi, laju dan jenis pelapukan,
semuanya mempengaruhi sifat-sifat bahan tanah yang
dihasilkannya.
        Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan
batuan induknya, pelapukan fisik dan pelapukan kimia. Dari
proses pelapukan ini, batuan induk akan menjadi lebih lunak,
longgar dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan
yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai
bahan induk tanah (regolith) karena masih menunjukkan
struktur batuan induk. Proses pelapukan terus berlangsung
hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah.
Proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah.
Sehingga faktor yang mendorong pelapukan juga berperan
dalam pembentukan tanah.
Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam
proses pelapukan fisik, kedua faktor tersebut merupakan
komponen iklim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu
faktor pembentuk tanah adalah iklim. Ada beberapa faktor lain
yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu
organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.




                           Profil Tanah




        Secara ekologis tanah tersusun oleh tiga kelompok
material, yaitu material hidup (faktor biotik) berupa biota (jasad-
jasad hayati), faktor abiotik berupa bahan organik, faktor abiotik
berupa pasir (sand), debu, (silt), dan liat (clay). Umumnya
sekitar 5% penyusun tanah berupa biomass (bioti dan abioti),
berperan sangat penting karena mempengaruhi sifat kimia,
fisika dan biologi tanah.
        Ekologi tanah mempelajari hubungan antara biota tanah
dan lingkungan, serta hubungan antara lingkungan serta biota
tanah. Secara berkesinambungan hubungan ini dapat saling
menguntungkan satu sama lain, dan dapat pula merugikan satu
sama lain.
Organisme Tanah.
       Organisme tanah atau disebut juga biota tanah
merupakan semua makhluk hidup baik hewan (fauna) maupun
tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari fase
hidupnya berada dalam sistem tanah.

      •   Organisme tanah dapat menguntungkan petani karena
          mereka memperbaiki kesuburan tanah dan dapat membantu
          ketersediaan hara bagi tanaman dan membantu
          pengendalian hama penyakit.
      •   Organisme tanah memerlukan makanan, oksigen, air, dan
          habitat yang layak untuk tumbuh.
      •   Petani dapat memperkaya organisme tanah dengan jalan
          menyediakan penutup tanah organic yang cukup,
          menambah bahan organik ke dalam tanah, memelihara
          drainase tanah yang baik, dan menghindari pengolahan
          tanah yang berlebihan.
      •   Di bawah permukaan tanah terdapat satu dunia lain yang
          penuh dengan jasad hidup atau organisme tanah.
          Organisme tanah ini berfungsi sebegai tenaga kerja bagi
          para petani karena mereka membantu menyediakan
          ketersediaan hara yang dibutuhkan tanaman dan
          memperbaiki struktur tanah.


      Pengelompokan Organisme Tanah

          Ada beberapa jenis organisme tanah, diantaranya
adalah:
1. Pemecah bahan organik seperti slaters (spesies Isopoda),
   tungau (mites), kumbang, dan collembola yang memecah-
   mecah bahan organic yang besar menjadi bagian-bagian
   kecil.
2. Pembusuk (decomposer) bahan organik seperti jamur dan
   bakteri yang memecahkan bahan-bahan cellular.
3. Organisme bersimbiosis hidup pada/di dalam akar tanaman
   dan membantu tanaman untuk mendapatkan hara dari
   dalam tanah. Mycorrhiza bersimbiosis dengan tanaman dan
   membantu tanaman untuk mendapatkan hara posfor,
   sedangkan     rhizobium   membantu      tanaman    untuk
   mendapatkan nitrogen.
4. Pengikat hara yang hidup bebas seperti alga dan
   azotobakter mengikat hara di dalam tanah.
5. Pembangun struktur tanah seperti akar tanaman, cacing
   tanah, ulat-ulat, dan jamur semuanya membantu mengikat
   partikel-partikel tanah sehingga struktur tanah menjadi
   stabil dan tahan terhadap erosi.
6. Patogen seperti jenis jamur tertentu, bakteri dan nematoda
   dapat menyerang jaringan tanaman.
7. Predator atau pemangsa, termasuk protozoa, nematoda
   parasite dan jenis jamur tertentu, semuanya memangsa
   organisme tanah yang lain sebsagai sumber makanan
   mereka.
8. Occupant / penghuni adalah jenis organisme tanah yang
   menggunakan tanah sebagai tempat tinggal sementara
   pada tahap siklus hidup tertentu, seperti ulat (larvae) dan
   telur cacing.


        Klasifikasi organism tanah

 Micro-organisme Microflora            <5 µm       Bacteria
                                                   Fungi

                     Microfauna        <100 µm     Protozoa
                                                   Nematodes

 Macro-              Meso-             100 µm - 2 Springtails
 organisme           organisms         mm         Mites

                     Macro-            2 - 20 mm   Earthworms
                     organisms                     Millipedes
                                                   Woodlice
                                                   Snails and slugs

 Tumbuhan            Algae             10 µm

                     Roots             > 10 µm
Catatan: Partikel liat lebih kecil dari 2 µm.
Sumber Swift, Heal and Anderson, 1979.


       Berdasarkan peranannya, organisme tanah dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu: (a) organisme yang
menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, (b) organisme yang merugikan tanaman, dan (c)
organisme yang tidak menguntungkan dan tidak merugikan.
Contoh organisme tanah yang menguntungkan:
       1. Organisme tanah yang dapat menyumbangkan
          nitrogen ke tanah dan tanaman, yaitu: bakteri
pemfiksasi nitrogen (Rhizobium, Azosphirillum,
             Azotobacter, dll),
          2. Organisme tanah yang dapat melarutkan fosfat,
             yaitu: bakteri pelarut fosfat (Pseudomonas) dan
             fungi pelarut fosfat,
          3. Organisme tanah yang dapat meningkatkan
             ketersediaan hara bagi tanaman, yaitu: cacing
             tanah.

       Salah satu organisme tanah yang umum dijumpai
adalah cacing tanah. Cacing tanah mempunyai arti penting
bagi lahan pertanian. Lahan yang banyak mengandung cacing
tanah akan menjadi subur. Cacing tanah juga dapat
menigkatkan daya serap air permukaan. Secara singkat dapat
dikatakan cacing tanah berperan memperbaiki dan memper-
tahankan struktur tanah agar tetap gembur. Biota tanah lain
yang umum dijumpai adalah Arthropoda. Arthropoda
merupakan fauna tanah yang macam dan jumlahnya cukup
banyak, yang paling menonjol adalah springtail dan kutu.
Fauna tanah ini mempunyai kerangka luar yang dihubungkan
dengan kaki, sebagian besar mempunyai semacam sistem
peredaran darah dan jantung.
       Aktivitas biota tanah dapat meningkatkan kesuburan
tanah. Aktivitas biota tanah dapat diukur dengan mengukur
besar respirasi di dalam tanah. Respirasi yaitu suatu proses
pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi
melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari
respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP untak kegiatan
kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan.


          Pentingnya Organisme Tanah

          Beberapa fungsi penting dari organism tanah (biota)
adalah:

Fungsi-fungsi             Organisme yang terlibat
Memelihara    struktur    Bioturbating invertebrates and plant roots;
tanah                     mycorrhizae and some other micro-
                          organisms
Regulasi         proses   Most bioturbating invertebrates and plant
hidrologis                roots
Pertukaran gas dan        Mostly micro-organisms and plant roots;
sequestration karbon      some C protected in large compact
(akumulasi        dalam   biogenic invertebrate aggregates
tanah)
Detoksifikasi tanah       Mostly micro-organisms
Siklus unsure hara        Mostly micro-organisms and plant roots;
some soil- and litter-feeding invertebrates
Dekomposisi     bahan     Various saprophytic and litter-feeding
organic                   invertebrates (detritivores); fungi; bacteria;
                          actinomycetes and other micro-organisms
Mengendalikan             Plants; mycorrhizae and other fungi;
gangguan         hama-    nematodes; bacteria and various other
parasit-penyakit          micro-organisms; collembolan; earthworms;
                          various predators
Sumber makanan dan        Plant roots; various insects (crickets; beetle
obat-obatan               larvae;    ants;    termites);   earthworms;
                          vertebrates; micro-organisms and their by-
                          products
Hubungan      Symbiotic   Rhizobia; mycorrhizae; actinomycetes;
dan asymbiotic dengan     diazotrophic bacteria and various other
tanaman dan akarnya       rhizosphere micro-organisms; ants
Mengontrol                Direct effects: plant roots; rhizobia;
pertumbuhan tanaman       mycorrhizae; actinomycetes; pathogens;
(positive dan negative)   phytoparasitic nematodes; rhizophagous
                          insects; plant-growth promoting rhizosphere
                          micro-organisms; biocontrol agents Indirect
                          effects: most soil biota

       Mikroba tanah sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman. Mereka memperbanyak diri dan aktif membantu
penyediaan unsure hara bagi tanaman melalui proses
simbiosis dengan jalan melepaskan unsur hara yang “terikat”
menjadi bentuk yang tersedia bagi akar tanaman. Mikroba
tanah ini juga mempunyai peran aktif melindungi tanaman
melawan penyakit “soil-borne diseases”.
Pentingnya organism tanah (Sumber:
   http://xtekh.aabiotekh.com/nutri_cycle.htm ..... duiakses
                          27/6/2011)



        Mendaur ulang bahan organik tanah
        Organisme tanah mendaur ulang (recycle) bahan
organik dengan cara memakan bahan tanaman dan hewan
yang mati, kotoran hewan dan organisme tanah yang lain.
Mereka memecah bahan organik menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil sehingga dapat dibusukkan oleh jasad renik seperti
jamur dan bakteri. Ketika mereka memakan bahan organik,
sisa makanan dan kotoran mereka dapat membantu perbaikan
struktur dan kesuburan tanah.

       Decomposition of organic matter is largely a biological process
       that occurs naturally. Its speed is determined by three major
       factors: soil organisms, the physical environment and the quality
       of the organic matter (Brussaard, 1994). In the decomposition
       process, different products are released: carbon dioxide (CO 2),
       energy, water, plant nutrients and resynthesized organic carbon
       compounds. Successive decomposition of dead material and
       modified organic matter results in the formation of a more
       complex organic matter called humus. This process is called
humification. Humus affects soil properties. As it slowly
      decomposes, it colours the soil darker; increases soil aggregation
      and aggregate stability; increases the CEC (the ability to attract
      and retain nutrients); and contributes N, P and other nutrients.




        Siklus bahan organic tanah (Sumber:
http://www.fao.org/docrep/009/a0100e/a0100e00.gif .....
                  diunduh 27/4/2011)


        Organisme       tanah    membantu     meningkatkan
        ketersediaan hara bagi tanaman.
        Ketika organisme tanah memakan bahan organik atau
makanan yang lain, sebagian hara yang tersedia disimpan
didalam tubuh mereka dan hara yang tidak diperlukan,
dikeluarkan didalam kotoran mereka (sebagai contoh,
phosphor dan nitrogen). Hara di dalam kotoran orgnisma tanah
ini dapat diserap oleh akar tanaman.
        Sebagian organisme tanah membina hubungan
simbiosis dengan akar tanaman dan dapat membantu akar
tanaman menyerap lebih banyak unsur hara dibandingkan
kalau tidak ada kerjasama dengan organisme tanah. Sebagai
contoh adalah mycorrhiza, yang membantu tanaman untuk
menyerap lebih banyak posfor, sedangkan rhizobia membantu
tanaman untuk menyerap lebih banyak nitrogen.


      Organisme tanah memperbaiki struktur tanah
Bahan sekresi dari organisme tanah dapat mengikat
partikel-partikel tanah menjadi agregate yang lebih besar.
Contohnya, bakteri mengeluarkan kotoran yang berbentuk dan
bersifat seperti perekat (organic gum). Jamur-jamuran
memproduksi bahan berupa benang-benang halus yang
disebut hifa. Zat perekat dari bakteri dan hifa jamur dapat
mengikat partikel-partikel tanah secara kuat sehingga agregate
tanah yang besar pun tidak mudah pecah walaupun basah.
Agregate tanah yang besar tersebut dapat menyimpan air
tanah dalam pori-pori halus di antara partikel-partikel tanah
untuk digunakan oleh tanaman. Dalam keadaan air berlebihan,
air dapat dengan mudah mengalir keluar melalui pori-pori besar
diantara agregate–agregate tanah yang besar.
        Organisme tanah yang lebih besar dapat memperbaiki
struktur tanah dengan cara membuat saluran-saluran (lubang-
lubang) di dalam tanah (contohnya lubang cacing), dan
membantu mengaduk-aduk dan mencampur baurkan partikel-
partikel tanah, sehingga aerasi (aliran udara) tanah menjadi
lebih baik. Pembuatan saluran-saluran dan lubang-lubang ini
memperbaiki infiltrasi dan pergerakan air didalam tanah, serta
drainase.




       Struktur tanah (Sumber: http://www.nanik.al-
unib.net/2011/02/struktur-tanah/ ….. diunduh 26/5/2011)
Soil organisms are responsible for soil structure. Biologically created
   structure improves water holding capacity, equally preventing
   leaching of nutrients as the nutrients are bound in the bodies of the
   organisms. Chemical fertiliser, to the contrary, is highly water
   soluble and leaches very easily. Soils with a healthy micro biological
   population prevent soil erosion. Soil particles are glued together in a
   porous granule structures, micro-aggregate, so even heavy rainfall
   can not displace them.




             Genesis struktur tanah (Sumber:
     http://ghort.nl/images/thumbs/korrelstruct.jpg)



       Organisme tanah dapat membantu mengendalikan
       gangguan hama dan penyakit
       Organisme tanah yang memakan organisme lain yang
lebih kecil dapat menekan serangan hama penyakit dengan
cara mengontrol jenis dan jumlah organisme di dalam tanah.



      Pengelolaan      lahan pertanian    yang    dapat
      memperkaya organisme tanah
      Ada beberapa cara yang dapat dilakukan para petani
untuk meningkatkan kegiatan organisme tanah di lahan
mereka, diantaranya adalah:

       Menyediakan makanan.
Petani dapat menyediakan bahan makanan untuk
organisme tanah dengan cara memelihara tanaman penutup
tanah dan menambah bahan organik seperti mulsa, kompos,
merang, pupuk hijau, dan pupuk kandang ke dalam tanah yang
mereka kelola.




       Bahan organic menjadi makanan organism tanah (Sumber:
http://2.bp.blogspot.com/_AJnRBYfjyYo/TS0F2qc0SmI/AAAAAAA
   ACdY/qXqR9vs5_sU/s1600/soil-life.jpg ..... diunduh 23/5/2011)


         Menyediakan cukup oksigen (aerasi tanah yang
baik).
       Seperti mahluk hidup yang lain, organisme tanah
membutuhkan cukup oksigen untuk hidup. Petani dapat
menjamin ketersediaan oksigen yang cukup untuk organisme
tanah dengan cara mencegah pemadatan tanah. Pemadatan
tanah dapat mengurangi pori-pori tanah sehingga ketersedian
udara menjadi lebih sedikit. Pemadatan tanah dapat terjadi
apabila tanah diinjak-injak oleh hewan dan manusia atau dilalui
mesin-mesin berat secara berlebihan (trampling), terutama
pada saat tanah sedang basah.



         Menyediakan air.
Organisme tanah juga membutuhkan air dalam jumlah
tertentu. Tetapi kalau terlalu banyak air (dalam tanah yang
jenuh), mereka bisa mati karena kekurangan oksigen. Petani
dapat mengatur ketersediaan air didalam tanah dengan cara
memperbaiki struktur tanah. Aggergate tanah yang lebih besar
dapat menyimpan air di dalam pori-pori halus, dan dapat
mengeluarkan kelebihan air melalui pori-pori besar. Drainase
yang cukup di lahan yang banjir juga dapat memperbaiki
kondisi tanah untuk habitat organisme tanah.

       Melindungi habitat biota.
       Petani dapat mendukung kehidupan organisme tanah
dengan cara melindungi habitat mereka. Pemeliharaan
tanaman penutup tanah adalah cara yang terbaik untuk
melindungi habitat organisme tanah dari bahaya kekeringan.
Penggunaan mulsa juga dapat melindungi habitat mereka.
Penggunaan mulsa organik dapat juga berfungsi sebagai
sumber makanan bagi organisme tanah. Musa plastik dapat
mengurangi resiko penyakit dan hama tertentu karena mulsa
tersebut cenderung meningkatkan suhu permukaan tanah dan
dapat menghambat pergerakan hama dari tanah ke tanaman.
Tetapi mulsa plastik tidak dapat meningkatkan bahan organik
tanah sehingga pendauran ulang unsur hara tidak terjadi. Cara
yang lain adalah dengan pengolahan tanah yang tepat guna.
Pengolahan tanah yang berlebihan dapat merusak pori-pori
tanah dimana organisme tanah hidup.




       Cacing Tanah

       Cacing tanah dalam berbagai hal mempunyai arti
penting, misalnya bagi lahan pertanian. Lahan yang banyak
mengandung cacing tanah akan menjadi subur, sebab kotoran
cacing tanah yang bercampur dengan tanah telah siap untuk
diserap akar tumbuh-tumbuhan. Cacing tanah juga dapat
menigkatkan daya serap air permukaan. Lubang-lubang yang
dibuat oleh cacing tanah meningkatkan konsentrasi udara
dalam tanah. Disamping itu pada saat musim hujan lubang
tersebut akan melipatgandakan kemampuan tanah menyerap
air. Secara singkat dapat dikatakan cacing tanah berperan
memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah agar tetap
gembur.
       Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab,
subur dan suhunya tidak terlalu dingin. Untuk pertumbuhannya
yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam
sampai netral atau pH 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan
kelembabancukup tinggi agar dapat berfungsi normal dan tidak
rusak yaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan antara 15oC-25oC
(Anonimous, 2010b).
        Faktor-faktor yang mempengaruhi ekologis cacing
tanah meliputi : (a) kemasaman (pH) tanah, (b) kelengasan
tanah, (c) temperatur, (d) aerasi dan CO2, (e) bahan organik,
(f) jenis tanah, dan (g) suplai nutrisi (Hanafiah, dkk, 2007).
Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air,
sehingga      sangatlah   penting   untuk    menjaga    media
pemeliharaan tetap lembab (kelembaban optimum berkisar
antara 15 - 30 %). Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk
menjaga keseimbangan air dengan mempertahankan
kelembaban di permukan tubuh dan mencegah kehilangan air
yang berlebihan. Cacing yang terdehidrasi akan kehilangan
sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun
kehilangan 70 - 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang
berkepanjangan memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke
lingkungan yang lebih cocok. Kelembaban sangat diperlukan
untuk menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi normal. Bila
udara terlalu kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk
menghindarinya cacing tanah segera masuk kedalam lubang
dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhirnya akan mati.
Bila kelembaban terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing
tanah segera lari untuk mencari tempat yang pertukaran
udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi karena cacing tanah
mengambil oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya
melalui kulit. Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15% sampai
30% (Anonimous, 2010a).
        Cacing tanah keluar permukaan hanya pada saat-saat
tertentu. Pada siang hari, cacing tanah tidak pernah keluar
kepermukaan tanah, kecuali jika saat itu terjadi hujan yang
cukup menggenangi liangnya. Cacing tanah takut keluar pada
siang hari karena tidak kuat terpapar panas matahari terlalu
lama. Pemanasan yang terlalu lama menyebabkan banyak
cairan tubuhnya yang akan menguap. Cairan tubuh cacing
tanah penting untuk menjaga tekanan osmotik koloidal tubuh
dan bahan membuat lendir. Lendir yang melapisi permukaan
tubuh salah satunya berfungsi memudahkan proses difusi
udara melalui permukaan kulit. Cacing tanah akan keluar
terutama pada pagi hari sesudah hujan. Hal ini dilakukan
karena sesaat setelah hujan, biasanya liang mereka terendam
air sehingga aerasi dalam liang tidak bagus sehingga mereka
keluar dalam rangka menghindari keadaan kesulitan bernafas
dalam liang. Cacing tanah juga tidak kuat bila terendam air
terlalu lama sehingga cendrung menghindar dari genangan air
yang dalam. Dalam keadaan normal mereka akan pergi
kepermukaan tanah pada malam hari. Pada malam suhu udara
tidak panas dan kelembaban udara tinggi sehingga cacing
tanah bisa bebas keluar untuk beraktivitas. Dalam keadaan
terlalu dingin atau sangat kering cacing tanah segera masuk
kedalam liang, beberapa cacing sering terdapat meligkar
bersama-sama dengan diatasnya terdapat lapisan tanah yang
bercampur dengan lendir. Lendir dalam hal ini berfungsi
sebagai isolator yang mempertahankan suhu tubuh cacing
tanah agar tidak terlalu jauh terpengaruh oleh suhu lingkungan.
Posisi melingkar dalam liang memperkecil kontak kulit dengan
udara sehingga memperkecil pengaruh dari suhu udara luar
(Anonimous, 2010c).

        Peranan Cacing Pada Perubahan Sifat Fisik Tanah
        Aktivitas cacing tanah yang mempengaruhi struktur
tanah meliputi : (1) pencernaan tanah, perombakan bahan
organik, pengadukannya dengan tanah, dan produksi
kotorannya yang diletakkan dipermukaan atau di dalam tanah,
(2) penggalian tanah dan transportasi tanah bawah ke atas
atau sebaliknya, (3) selama proses (1) dan (2) juga terjadi
pembentukan agregat tanah tahan air, perbaikan status aerase
tanah dan daya tahan memegang air (Hanafiah, dkk, 2007).
        Cacing penghancur serasah (epigeic) merupakan
kelompok cacing yang hidup di lapisan serasah yang letaknya
di atas permukaan tanah, tubuhnya berwarna gelap, tugasnya
menghancurkan seresah sehingga ukurannya menjadi lebih
kecil. Cacing penggali tanah (anecic dan endogeic) merupakan
cacing jenis penggali tanah yang hidup aktif dalam tanah,
walaupun makanannya berupa bahan organik di permukaan
tanah dan ada pula dari akar-akar yang mati di dalam tanah.
Kelompok cacing ini berperanan penting dalam mencampur
serasah yang ada di atas tanah dengan tanah lapisan bawah,
dan meninggalkan liang dalam tanah Kelompok cacing ini
membuang kotorannya dalam tanah, atau di atas permukaan
tanah. Kotoran cacing ini lebih kaya akan karbon (C) dan hara
lainnya dari pada tanah sekitarnya (Hairiah, dkk, 1986).
        Cacing mampu menggali lubang di sekitar permukaan
tanah sampai kedalaman dua meter dan aktivitasnya
meningkatkan kadar oksigen tanah sampai 30 persen,
memperbesar pori-pori tanah, memudahkan pergerakan akar
tanaman, serta meningkatkan kemampuan tanah untuk
menyerap dan menyimpan air. Zat-zat organik dan fraksi liat
yang dihasilkan cacing bisa memperbaiki daya ikat antar
partikel tanah sehingga menekan terjadinya proses
pengikisan/erosi hingga 40 persen (Kartini, 2008).
Arthropoda Tanah
        Arthropoda merupakan fauna tanah yang macam dan
jumlahnya cukup banyak, yang paling menonjol adalah
springtail dan kutu. Fauna tanah ini mempunyai kerangka luar
yang dihubungkan dengan kaki, sebagian besar mempunyai
semacam sistem peredaran darah dan jantung (Hanafiah, dkk,
2007).
        Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia
hewan dan mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan dan
hewan sejenis lainnya. Arthropoda adalah nama lain hewan
berbuku-buku. Empat dari lima bagian (yang hidup hari ini) dari
spesies hewan adalah arthropoda, dengan jumlah di atas satu
juta spesies modern yang ditemukan dan rekor fosil yang
mencapai awal Cambrian. Arthropoda biasa ditemukan di laut,
air tawar, darat, dan lingkungan udara, serta termasuk berbagai
bentuk simbiotis dan parasit. Hampir dari 90% dari seluruh
jenis hewan yang diketahui orang adalah Arthropoda.
Arthropoda dianggap berkerabat dekat dengan Annelida,
contohnya adalah Peripetus di Afrika Selatan (Anonimous,
2010d).
        Keanekaragaman jenis arthropoda tanah secara
        meruang-mewaktu berhubungan dengan keadaan
        faktor lingkungan abiotik pada setiap komunitas
        tumbuhan yaitu ketebalan serasah, kandungan bahan
        organik, pH tanah dan suhu udara (Subahar dan
        Adianto, 2008).


       Mikroba Tanah

        Di tanah terdapat milyaran mikrobia misalnya bakteri,
fungi, alga, protozoa, dan virus. Tanah merupakan lingkungan
hidup yang amat kompleks. Kotoran dan jasad hewan serta
jaringan tumbuhan akan terkubur dalam tanah. Semuanya
memberi konstribusi dalam menyuburkan tanah. Proses
penyuburan tanah ini dibantu oleh mikrobia. Tanpa mikrobia,
semua jasad tidak akan hancur. Salut untuk mikrobia tanah
yang mampu menyeimbangkan kelangsungan hidup di bumi.
Jumlah dan jenis mikrobia dalam tanah bergantung pada
jumlah dan jenis, kelembaban, tingkat aerasi, suhu, pH, dan
pengolahan dapat menambah jumlah mikrobia tanah.
        Mikrobia tanah berupa bakteri melalui metode hitungan
mikroskopik langsung berjumlah milyaran setiap gram tanah,
sedangkan hitungan agar cawan diperoleh jutaan. Bakteri
umumnya bersifat heterotrof. Contohnya Actinomycetes yang
mencakup       jenis-jenis   Nocardia,      Streptomyces,  dan
Micromonospora. Organisme ini yang menyebabkan bau khas
tanah. Actinomycetes berperan menambah kesuburan tanah
dengan mengurai senyawa-senyawa kompleks dan mampu
membentuk senyawa antibiotik namun jumlahnya sedikit.
Antibiotik ini terdapat di sekitar sel-sel Actinomycetes saja.
Sedangkan Cyanobacteria berperan dalam transformasi batu-
batuan menjadi tanah dan asam-asam yang terbentuk dalam
proses metabolisme dapat melarutkan mineral-mineral
bebatuan.
         Fungi berjumlah antara ratusan sampai ribuan per gram
tanah. Fungi berperan dalam meningkatkan struktur fisik tanah
dan dekomposisi bahan-bahan organik kompleks dari jaringan
tumbuhan seperti selulosa, lignin, dan pektin. Contohnya
Penicillium, Mucor, Rhizopus, Fusarium, Cladosporium,
Aspergillus, dan Trichomonas. Populasi alga lebih sedikit
dibanding fungi dan bakteri. Alga berperan dalam
mengakumulasi bahan-bahan organik akibat aktivitas
fotosintetik dan bila berasosiasi dengan fungi akan merombak
bebatuan menjadi tanah. Misalnya Chlorophyta (alga hijau) dan
Chrysophyta (diatom). Rhizosfer merupakan tempat pertemuan
antara tanah dengan akar tumbuhan. Jumlah mikrobia di
daerah perakaran lebih banyak dibanding tanah yang tidak
terdapat perakaran, karena di daerah perakaran terdapat
nutrien-nutrien seperti asam amino dan vitamin yang
disekresikan oleh jaringan akar.
         Tanah dapat menyuburkan dirinya sendiri karena
keberadaan mikroba tanah. Ungkapan ini tidak berlebihan
apabila kita mengamati kehidupan mikroba di dalam tanah
yang bermanfaat memperbaiki kesuburan tanah. Saat ini sudah
dikenali sekitar dua juta mikroba tanah. Dari sekian mikroba
yang ditemukan, ada yang memiliki aktivitas pendukung
kesuburan tanaman -- sebagai pelarut P, pengikat N bebas,
penghasil faktor tumbuh, perombak bahan organik. Juga ada
mikroba yang menghasilkan biopestisida, perombak bahan
kimia agro (pestisida), mikroba resisten logam berat
(pengakumulasi dan pereduksi), mikroba perombak sianida,
dan mikroba agen denitrifikasi-nitrifikasi.
         Tanah adalah habitat yang sangat kaya akan
keragaman mikroorganisme seperti bakteri, aktinomicetes,
fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah-tanah pertanian yang
subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah.
Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas
mikroba-mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah
memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian. Mikroba
tanah antara lain berperan dalam mendegradasi limbah-limbah
organik pertanian, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis
nitrogen dari udara, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan
tanaman, biokontrol patogen tanaman, membantu penyerapan
unsur      hara     tanaman,    dan     membentuk     simbiosis
menguntungan.
         Tiga unsur hara esensial bagi tanaman, yaitu Nitrogen
(N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas
mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara.
Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara
tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Tidak ada satupun
tanaman yang dapat menyerap N dari udara. N harus
difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya
menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang
bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebas
di sekitar perakaran tanaman.
         Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan
unsur hara tanaman adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan
kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi pupuk superfosfat
(TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi (jenuh).
Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena
terikat pada mineral liat tanah yang sukar larut. Di sinilah
peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan
ikatan P dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi
tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P,
antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Zerowilia lipolitika,
Pseudomonas sp. Mikroba yang berkemampuan tinggi
melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam
melarutkan K.
         Beberapa mikroba tanah juga mampu menghasilkan
hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap
oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau
lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan
hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan
Azotobacter sp.
         Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk
melarutkan unsur hara, membantu penyerapan unsur hara,
maupun merangsang pertumbuhan tanaman diformulasikan
dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai
biofertilizer untuk pertanian.
         Hasil-hasil temuan bioteknologi terbaru, mikroba
antagonis seperti penyakit tular tanah dapat diubah secara
alamiah menjadi mikroba yang mempunyai kemampuan
menyediakan unsurunsur hara bagi tanaman dan melawan
penyakit, karena berperan sebagai produser antibiotik alias
dokter tanaman untuk penyakit tular tanah. Mikroba tersebut
diperoleh dengan cara isolasi dari alam yang kemudian
diperbanyak di laboratorium dan kemudian dapat dipakai
sebagai bahan pupuk hayati.
       Misalnya Trichoderma dan Gliocladium, kedua mikroba
ini berperan pentiong dalam ketersediaan nutrisi tanaman
dalam tanah. Bio-aktifator yang berisi mikroba Trichoderma dan
Gliocladium sangat bermanfaat bagi tanaman, khususnya
dalam proses:
       1. Mempercepat pematangan pupuk kandang dan
           meningkatkan kesuburan tanah.
       2. Meningkatkan ketegaran bibit tanaman
       3. Meningkatkan       ketahanan     tanaman     terhadap
           serangan penyakit layu (Fusarium sp) dan layu
           bakteri (pseukdomonas sp) serta penyakit busuk
           daun (Phytophthora sp), terutama pada tanaman
           tomat, cabai, kubis dan kentang.
       4. Mencegah terjadinya serangan penyakit rebah
           kecambah (Pythium sp) dan Rhizoctonia, dan akar
           gada (Plasmodiophora sp) pada pesemaian.
Fungsi Ekosistem Tanah
       Respirasi Tanah

        Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat
aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi
(mikroorganisme) tanah merupakan cara yang pertama kali
digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme
tanah. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang
baik dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas
mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah,
transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata jumlah
mikroorganisrne (Iswandi, 1989).
        Penetapan respirasi tanah didasarkan pada penetapan :
(1). Jumlah CO2 yang dihasilkan, dan (2) Jumlah O2 yang
digunakan oleh mikroba tanah. Pengukuran respirasi ini
berkorelasi baik dengan peubah kesuburan tanah yang
berkaitar dengan. aktifitas mikroba seperti: (1) Kandungan
bahan organic; (2) Transformasi N atau P, (3) Hasil antara, (4)
pH, dan (5) Rata-rata jumlah mikroorganisme (Andre, 2010).
        Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi
karena adanya kehidupan mikrobia yang melakukan aktifitas
hidup dan berkembang biak dalam suatu masa tanah. Mikrobia
dalam setiap aktifitasnya membutuhkan O2 atau mengeluarkan
CO2 yang dijadikan dasar untuk pengukuran respirasi tanah.
Laju respirasi maksimum terjadi setelah beberapa hari atau
beberapa minggu populasi maksimum mikrobia dalam tanah,
karena banyaknya populasi mikrobia mempengaruhi keluaran
CO2 atau jumlah O2 yang dibutuhkan mikrobia. Oleh karena
itu, pengukuran respirasi tanah lebih mencerminkan aktifitas
metabolik mikrobia daripada jumlah, tipe, atau perkembangan
mikrobia tanah (Ragil, 2009).
        Adapun cara penetapan tanah di laboratorium lebih
disukai. Prosedur di laboratorium meliputi penetapan
pemakaian O2 atau jumlah CO2 yang dihasilkan dari sejumlah
contoh tanah yang diinkubasi dalam keadaan yang diatur di
laboratorium. Dua macam inkubasi di laboratorium adalah : 1)
Inkubasi dalam keadaan yang stabil (steady-stato), 2) Keadaan
yang berfluktuasi Untuk keadaan yang stabil, kadar air,
temperatur, kecepatan, aerasi, dan pengaturan ruangan harus
dilakukan dengan sebaik mungkin.
        Peningkatan respirasi terjadi bila ada pembasahan dan
pengeringan, fluktuasi aerasi tanah selama inkubasi. Oleh
karena itu, peningkatan respirasi dapat disebabkan oleh
perubahan lingkungan yang luar biasa. Hal ini bisa tidak
mencerminkan keadaan aktivitas mikroba dalam keadaan
lapang, cara steady-stato telah digunakan untuk mempelajari
dekomposisi bahan organik, dalam penelitian potensi aktivitas
mikroba dalam tanah dan dalam perekembangan penelitian
(Iswandi, 1989).
         Respirasi Tanah merupakan pencerminan populasi dan
aktifitas mikroba tanah. Metode respirasi tanah masih sering
digunakan karena cukup peka, konsisten, sederhana dan tidak
memerlukan alat yang canggih dan mahal. Pengukuran
respirasi tanah ditentukan berdasarkan keluaran CO2 atau
jumlah O2 yang dibutuhkan oleh mikrobia. Laju respirasi
maksimum biasanya terjadi setelah beberapa hari atau
beberapa hari atau beberapa minggu populasi maksimum
mikrobia. Oleh karena itu pengukuran respirasi tanah lebih
mencerminkan aktifitas metabolik mikrobia daripada jumlah,
tipe atau perkembangan mikrobia tanah. Respirasi
mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas
mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme)
tanah merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk
menentukan       tingkat  aktifitas mikroorganisme    tanah.
Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik
dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas
mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah,
transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata jumlah
mikroorganisrne (Iswandi, 1989).

       CO2 yang Dilepaskan Akar Tanaman

        Tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman yang di
dalamnya terdapat akar tanaman dan berbagai macam
mikroorganisme. Mikroorganisme dalam tanah biasanya
terkonsentrasi pada daerah sekitar perakaran karena akar
mengeluarkan beerbagai sekresi yang disebut dengan eksudat.
Akar tanaman dan mikroorganisme tanah berinteraksi dalam
penyerapan unsur hara yang terjadi di rizosfer. Interaksi yang
terjadi setiap panjang akar dan umur tanaman berbeda-beda
sehingga pemberian unsur hara tambahan yang akan diberikan
harus dilakukan pada kondisi yang tepat. Aktivitas
mikroorganisme dapat diketahui dengan mengukur respirasi
dan biomassa karbon mikroorganisme (C-organik) tanah
(Annisa, 2008).
        Respirasi dapat digolongkan menjadi dua jenis
berdasarkan ketersediaan O2 di udara, yaitu respirasi aerob
dan respirasi anaerob. Respirasi aerob merupakan proses
respirasi yang membutuhkan O2, sebaliknya respirasi anaerob
merupakan proses repirasi yang berlangsung tanpa
membutuhkan O2. Respirasi banyak memberikan manfaat
bagi tumbuhan. Manfaat tersebut terlihat dalam proses
respirasi dimana terjadi proses pemecahan senyawa organik,
dari proses pemecahan tersebut maka dihasilkanlah senyawa-
senyawa antara yang penting sebagai pembentuk tubuh
meliputi asam amino untuk protein; nukleotida untuk asam
nukleat; dan prazat karbon untuk pigmen profirin (seperti
klorofil dan sitokrom), lemak, sterol, karotenoid, pigmen
flavonoid seperti antosianin, dan senyawa aromatik tertentu
lainnya, seperti lignin.
Primary Production Processes in Soils:
      Roots and Rhizosphere Associates


        Rhizosphere adalah daerah-sempit dalam tanah
yang secara langsung dipengaruhi sekresi akar dan
mikroba tanah yang berhubungan dengannya. Tanah
yang bukan baguian dari rizosfir lasimnya disebut dengan
istilah “bulk soil”. The rhizosphere contains many bacteria
that feed on sloughed-off plant cells, termed
rhizodeposition, and the proteins and sugars released by
roots. Protozoa and nematodes that graze on bacteria are
also more abundant in the rhizosphere. Thus, much of the
nutrient cycling and disease suppression needed by
plants occurs immediately adjacent to roots.




            Distribusi mikroba dalam Rizosfer (Sumber:
     http://heartspring.net/images/rhizosphere_micro_organis
                  ms.jpg ..... diunduh 26/6/2011)


        Akar merupakan organ tumbuhan yang tugas utamanya
adalah menyerap air dan unsure hara dari dalam tanah. Selain
itu ternyata akar juga mampu melepaskan beragam senyawa
organic dan anorganik ke lingkungan akar. Perubahan sifat
kimia tanah yang berhubungan dengan adanya eksudat akar ini
dan produk mikroba yang terkait merupakan factor penting
yang mempengaruhi populasi mikroba, ketersediaan hara,
kel;arutan unsur toksik dalam rizosfir, dan dengan demikian
mempengaruhi kemampuan tanaman untuk berinteraksi
dengankondisi kimia tanah yang buruk.
        Deposisi senyawa organic rizosfir termasuk lysates,
yang dibebaskan oleh autolysis sel dan jaringan yang mati,
eksudat akar, yang dilepaskan sevara pasif (difusat) atau
secara aktif (sekresi) dari sel-sel akar yang masih hidup.


Model mekanisme yang terlibat dalam pelepasan eksudat akar.




                     Sumber: http://www-
mykopat.slu.se/Newwebsite/kurser/SUMMER05/READING/Roemh
        eld/NeumannRoemheld2.pdf ..... diunduh 26/6/2011


            Root exudates detected in higher plants

Kelompok      Komponen tunggalnya
senyawa
Sugars        Arabinose, glucose, fructose, galactose, maltose,
              raffinose, rhamnose, ribose, sucrose, xylose
Amino acids   all 20 proteinogenic amino acids, aminobutyric acid,
and amides    homoserine,       cysrathionine,     mugineic         acid
              phytosiderophores (mugineic acid, deoxy-mugineic
              acid, hydroxymugineic acid, epi-hydroxymugineic
              acid, avenic acid, distichonic acid A)
Aliphatic     Formic, acetic, butyric, popionic, malic, citric, isocitric,
acids         oxalic, fumaric, malonic, succinic, maleic, tartaric,
oxaloacetic, pyruvic, oxoglutaric, maleic, glycolic,
                shikimic ,cis-aconitic, trans-aconitic, valeric, gluconic
Aromatic        p-hydroxybenzoic, caffeic, p-coumaric, ferulic, gallic,
acids           gentisic, protocatechuic, salicylic, sinapic, syringic
Miscellaneous   Flavonols, flavones, flavanones, anthocyanins,
phenolics       isoflavonoids
Fatty acids     Linoleic, linolenic, oleic, palmitic, stearic
Sterols         Campestrol, cholesterol, sitosterol, stigmasterol
Enzymes         Amylase, invertase, cellobiase, desoxyruibonuclease,
                ribonuclease,        acid     phosphatase,        phytase,
                pyrophosphatase apyrase, peroxidase, protease.
Micellaneous    Vitamins, plant growth regulators (auxins, cytokinins,
                gibberellins), alkyl sulphides, ethanol, H+,K+ Nitrate,
                Phosphate, HCO3

Sumber: J. Rioval, and A.D.Hanson, 1993. Evidence for a large and
sustained glycolytic flux to lactate in anoxic roots of some members of
the halophytic genus Limonium. Plant Physiol. 101: 553.
Peranan eksudat akar sebagai ‘signaling molecules’ untuk
  merangsang mycorrhizae atau sebagai sumber phytohormone
         bagi bakteri tanah (Marschner, 1995). (Sumber:
http://edu.griggbrothers.com/uploads/1/Rootgraphic_Page_1.jp
                   g ….. diunduh 27/6/2011)
Mekanisme eksklusi Al dasn detoksifikasinya di ujung akar.




                     Sumber: http://www-
mykopat.slu.se/Newwebsite/kurser/SUMMER05/READING/Roemh
       eld/NeumannRoemheld2.pdf ..... diuinduh 26/6/2011

Model for mechanisms involved in aluminium (Al) exclusion and
detoxification at the root apex.
A Enhanced solubilization of mononuclear Al species from Al oxides
    and Al silicates in the soil matrix at pH < 5.0.
B Al-induced stimulation of carboxylate exudation via anion channels,
    charge-balanced by concomitant release of K+.
C Formation of Al-carboxylate complexes in the apoplasm; restricted
    root uptake and lower toxicity of complexed Al.
D Al complexation in the mucilage layer (polygalacturonates) and with
    Al-binding polypeptides. Increased accumulation of Al-chelating
    carboxylates in the mucilage layer due to limited diffusion.
Proposed role of organic acid metabolism (citrate) in genotypcal
 differences of rice in adaptation to high levels of soil bicarbonate and
     low Zn availability (H. Marschner, Mechanisms of manganese
acquisition by roots from soils. In: R. Graham, R.J. Hannam, and N.C.
 Uren (eds., pp. 191, Manganese in soils and plants. Kluwer Academic
                Publishers, Norwell, Mass. USA (1988).).
Model mobilisasi Fe dan unsure mikro lainnya (Zn, Mn, Cu)
            dalam rizosfer tanaman gramine




Sumber: http://www-
mykopat.slu.se/Newwebsite/kurser/SUMMER05/READING/Roemh
eld/NeumannRoemheld2.pdf ….. diunduh 27/6/2011)
Model for root-induced mobilization of iron and other micronutrients
(Zn, Mn, Cu) in the rhizosphere of graminaceous (strategy II) plants
(Marschner, 1995). Enhanced biosynthesis of mugineic acids
(phytosiderophores, PS) in the root tissue
      A Biosynthesis of PS
      B Exudation of PS anions by vesicle transport or via anion
          channels, charge-balanced by concomitant release of K+.
      C PS-induced mobilization of FeIII (MnII, ZnII, CuII) in the
          rhizosphere by ligand exchange.
      D Uptake of Metal-PS complexes by specific transporters in the
          plasma membrane.
      E Ligand exchange between microbial (M) siderophores (SID)
          with PS in the rhizosphere.
      F Alternative uptake of microelements mobilized by PS after
          chelate splitting.
Model defisiensi Fe yang dipicu oleh perubahan fisiologi
                 akar dan kimiawi rizosfer




Sumber: http://www-
mykopat.slu.se/Newwebsite/kurser/SUMMER05/READING/Roemh
eld/NeumannRoemheld2.pdf ….. diunduh 27/6/2011)

Model for iron (Fe) deficiency-induced changes in root physiology and
rhizosphere chemistry associated with Fe acquisition in strategy I plants
(Marschner, 1995).
A Stimulation of proton extrusion by enhanced activity of the
    plasmalemma ATPase --- FeIII solubilization in the rhizosphere.
B Enhanced exudation of reductants and chelators (carboxylates,
    phenolics) mediated by diffusion or anion channels --- Fe
    solubilization by FeIII complexation and FeIII reduction.
C Enhanced activity of plasma membrane (PM)-bound FeIII reductase
    further stimulated by rhizosphere acidification (A). Reduction of
    FeIII chelates, liberation of FeII.
D Uptake of FeII by a PM-bound FeII transporter.
Model defisiensi P yang dipicu oleh perubahan fisiologis yang
   berkaitan dengan pelepasan eksudat akar yang memobilisasi P.




 Sumber: http://www-ykopat.slu.se/Newwebsite/kurser/SUMMER05/
      READING/Roemheld/NeumannRoemheld2.pdf ….. diunduh
                                  27/6/2011)
Model for phosphorus (P) deficiency-induced physiological changes associated
with the release of P-mobilizing root exudates in cluster roots of white lupin.
Solid lines indicate stimulation, and dotted lines inhibition of biochemical
reaction sequences or metabolic pathways in response to P deficiency. SS =
Sucrose synthase; FK = Fructokinase; PGM = Phosphoglucomutase; PEP =
Phosphoenolpyruvate; PEPC = PEP-carboxylase; MDH = Malate
dehydrogenase; ME = Malic enzyme; CS = Citrate synthase; PDC = Pyruvate
decarboxylase; ALDH = alcohol dehydrogenase; E-4-P = Erythrose-4-
phosphate; DAHP = Dihydroxyacetonephosphate; APase = Acid phosphatase.
Secondary Production:
      Activities and Functions   of Heterotrophic
      Organisms--Microbes
Secondary Production:
Activities and Functions of Heterotrophic
Organisms--The Soil Fauna
Dekomposisi dan Siklus Hara

       Dekomposisi bahan organik
       Karbon didaur secara aktif antara CO2 anorganik dan
macam-macam       bahan     organik     penyusun      sel   hidup.
Metabolisme    ototrof   jasad   fotosintetik   dan   khemolitotrof
menghasilkan produksi primer dari perubahan CO2 anorganik
menjadi C-organik. Metabolisme respirasi dan fermentasi
mikroba heterotrof mengembalikan CO2 anorganik ke atmosfer.
Proses perubahan dari C-organik menjadi anorganik pada
dasarnya adalah upaya mikroba dan jasad lain untuk
memperoleh energi.
       Pada proses peruraian bahan organik dalam tanah
ditemukan beberapa tahap proses. Hewan-hewan tanah
termasuk cacing tanah memegang peranan penting pada
penghancuran bahan organik pada tahap awal proses. Bahan
organik yang masih segar akan dihancurkan secara fisik atau
dipotong-potong sehingga ukurannya menjadi lebih kecil.
Perubahan selanjutnya dikerjakan oleh mikroba. Ensim-ensim
yang dihasilkan oleh mikroba merubah senyawa organik secara
kimia, hal ini ditandai pada bahan organik yang sedang
mengalami proses peruraian maka kandungan zat organic
yang mudah terurai akan menurun dengan cepat.
       Unsur karbon menyusun kurang lebih 45-50 persen dari
bobot kering tanaman dan binatang. Apabila bahan tersebut
dirombak oleh mikroba, O2 akan digunakan untuk mengoksidasi
senyawa organik dan akan dibebaskan CO2. Selama proses
peruraian, mikroba akan mengasimilasi sebagian C, N, P, S,
dan unsur lain untuk sintesis sel, jumlahnya berkisar antara 10-
70 % tergantung kepada sifat-sifat tanah dan jenis-jenis
mikroba yang aktif. Setiap 10 bagian C diperlukan 1 bagian N
(nisbah C/N=10) untuk membentuk plasma sel. Dengan
demikian C-organik yang dibebaskan dalam bentuk CO2 dalam
keadaan aerobik hanya 60-80 % dari seluruh kandungan
karbon yang ada. Hasil perombakan mikroba proses aerobik
meliputi CO2, NH4, NO3, SO4, H2PO4. Pada proses anaerobik
dihasilkan asam-asam organik, CH4, CO2, NH3, H2S, dan zat-
zat lain yang berupa senyawa tidak teroksidasi sempurna, serta
akan terbentuk biomassa tanah yang baru maupun humus
sebagai hasil dekomposisi yang relatif stabil. Secara total,
reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:


(CH2O)x + O2 CO2 + H2O + hasil antara + nutrien+ humus +sel +
energi
Bahan organik


         Hubungan Antara Air, Tanah, Dan Organisme Dalam
         Dekomposisi Bahan Organik Tanah

        Untuk hidupnya, manusia perlu berbagai macam
tumbuhan untuk berbagai keperluannya, begitu pula hewan
bahkan mikroorganisme yang memiliki berbagai fungsi di tubuh
manusia. Sementara itu, kebutuhan abiotik pun juga sangat
beragam seperti air, mineral, batu, pasir, tanah, udara, dan
sebagainya. Contoh-contoh tersebut baru menunjukkan
hubungan secara langsung. Hubungan secara tidak langsung
akan dapat menunjukkan betapa makhluk hidup tidak dapat
berdiri sendiri dan saling terkait. Sebagai contoh,
mikroorganisme pendekomposisi sampah. Jika mikroorganisme
tersebut tidak ada, siklus berbagai unsur di alam akan
terhambat,       dan      akhirnya       akan     menimbulkan
ketidakseimbangan ekosistem.
        Dekomposasi atau pembusukan adalah proses ketika
makhluk-makhluk pembusuk seperti jamur dan mikroorganisme
mengurai tumbuhan dan hewan yang mati dan mendaur ulang
material-material serta nutrisi-nutrisi yang berguna. Seresah
yaitu tumpukan dedaunan kering, rerantingan, dan berbagai
sisa vegetasi lainnya di atas lantai hutan atau kebun. Serasah
yang telah membusuk (mengalami dekomposisi) berubah
menjadi humus (bunga tanah), dan akhirnya menjadi tanah.
Lapisan serasah juga merupakan dunia kecil di atas tanah,
yang menyediakan tempat hidup bagi berbagai makhluk
terutama para dekomposer. Berbagai jenis kumbang tanah,
lipan, kaki seribu, cacing tanah, kapang dan jamur serta bakteri
bekerja keras menguraikan bahan-bahan organik yang
menumpuk, sehingga menjadi unsur-unsur yang dapat
dimanfaatkan kembali oleh makhluk hidup lainnya.
Siklus Karbon

        Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon
dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer
Bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon
yang hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui).
Dalam siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang
dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut
adalah atmosfer, biosfer teresterial (biasanya termasuk pula
freshwater system dan material non-hayati organik seperti
karbon tanah (soil carbon)), lautan (termasuk karbon anorganik
terlarut dan biota laut hayati dan non-hayati), dan sedimen
(termasuk bahan bakar fosil). Pergerakan tahuan karbon,
pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses-proses
kimia, fisika, geologi, dan biologi yang bermaca-macam. Lautan
mengadung kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan
Bumi, namun demikian laut dalam bagian dari kolam ini
mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer.




               Siklus karbon di alam (Sumber:
http://www.rsc.org/Education/Teachers/Resources/jesei/oceans/fig1.
                    gif ….. diunduh 25/6/2011)
Dinamika reaksi karbon dalam tanah




      Perombakan bahan organic tanah (Sumber:
http://www.soils.wisc.edu/courses/SS325/som.gif ….. diunduh
                         25/6/2011)
Jalur perombakan aerobik bahan organic tanah.
(Sumber: http://www.agnet.org/images/library/bc53003f4.jpg
                  ….. diunduh 26/6/2011)




   Jalur perombakan anaerobik bahan organic tanah.
(Sumber: http://www.agnet.org/images/library/bc53003f4.jpg
                  ….. diunduh 26/6/2011)
Jalur perombakan respirasi fakultatif bahan organik tanah.
 (Sumber: http://www.agnet.org/images/library/bc53003f4.jpg
                   ….. diunduh 26/6/2011)




  Jalur perombakan bahan organik tanah pembentukan
              substansi humat . (Sumber:
   http://www.agnet.org/images/library/bc53003f4.jpg …..
                    diunduh 26/6/2011)


Mikroba yang terlibat dalam perombakan bahan organic tanah:
Mikroba tanah dalam Perombakan karbon (Sumber:
                 http://www.new-
   ag.msu.edu/Portals/0/images/NANimages06/7-
       26CarmenFig1.gif ..... diunduh 25/6/2011)
Peranan bahan organic tanah dalam siklus karbon.
                          Sumber:
http://saret.ifas.ufl.edu/publications/bsbc/chap4.htm .....
                     diunduh 25/6/2011)
Siklus Nitrogen

         Siklus nitrogen adalah suatu proses konversi senyawa
yang mengandung unsur nitrogen menjadi berbagai macam
bentuk kimiawi yang lain. Transformasi ini dapat terjadi secara
biologis maupun non-biologis. Beberapa proses penting pada
siklus nitrogen, antara lain fiksasi nitrogen, mineralisasi,
nitrifikasi, denitrifikasi. Walaupun terdapat sangat banyak
molekul nitrogen di dalam atmosfir, nitrogen dalam bentuk gas
tidaklah reaktif.[1] Hanya beberapa organisme yang mampu
untuk mengkonversinya menjadi senyawa organik dengan
proses yang disebut fiksasi nitrogen.
         Fiksasi nitrogen yang lain terjadi karena proses
geofisika, seperti terjadinya kilat. Kilat memiliki peran yang
sangat penting dalam kehidupan, tanpanya tidak akan ada
bentuk kehidupan di bumi. Walaupun demikian, sedikit sekali
makhluk hidup yang dapat menyerap senyawa nitrogen yang
terbentuk dari alam tersebut. Hampir seluruh makhluk hidup
mendapatkan senyawa nitrogen dari makhluk hidup yang lain.
Oleh sebab itu, reaksi fiksasi nitrogen sering disebut proses
topping-up atau fungsi penambahan pada tersedianya
cadangan senyawa nitrogen.
         Vertebrata secara tidak langsung telah mengonsumsi
nitrogen melalui asupan nutrisi dalam bentuk protein maupun
asam nukleat. Di dalam tubuh, makromolekul ini dicerna
menjadi bentuk yang lebih kecil yaitu asam amino dan
komponen dari nukleotida, dan dipergunakan untuk sintesis
protein dan asam nukleat yang baru, atau senyawa lainnya.
Sekitar setengah dari 20 jenis asam amino yang ditemukan
pada protein merupakan asam amino esensial bagi vertebrata,
artinya asam amino tersebut tidak dapat dihasilkan dari asupan
nutrisi senyawa lain, sedang sisanya dapat disintesis dengan
menggunakan beberapa bahan dasar nutrisi, termasuk
senyawa intermediat dari siklus asam sitrat.
         Asam amino esensial disintesis oleh organisme
invertebrata, biasanya organisme yang mempunyai lintasan
metabolisme yang panjang dan membutuhkan energi aktivasi
lebih tinggi, yang telah punah dalam perjalanan evolusi
makhluk vertebrata. Nukleotida yang diperlukan dalam sintesis
RNA maupun DNA dapat dihasilkan melalui lintasan
metabolisme, sehingga istilah "nukleotida esensial" kurang
tepat. Kandungan nitrogen pada purina dan pirimidina yang
didapat dari asam amino glutamina, asam aspartat dan glisina,
layaknya kandungan karbon dalam ribosa dan deoksiribosa
yang didapat dari glukosa.
         Kelebihan asam amino yang tidak digunakan dalam
proses metabolisme akan dioksidasi guna memperoleh energi.
Biasanya kandungan atom karbon dan hidrogen lambat laun
 akan membentuk CO2 atau H2O, dan kandungan atom nitrogen
 akan mengalami berbagai proses hingga menjadi urea untuk
 kemudian diekskresi. Setiap asam amino memiliki lintasan
 metabolismenya masing-masing, lengkap dengan perangkat
 enzimatiknya.
         Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80%
 dari udara. Nitrogen bebas dapat ditambat/difiksasi terutama
 oleh tumbuhan yang berbintil akar (misalnya jenis polongan)
 dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat
 bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/
 petir. Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa
 amonia (NH3), ion nitrit (N02- ), dan ion nitrat (N03- ).
         Beberapa bakteri yang dapat menambat nitrogen
terdapat pada akar Legum dan akar tumbuhan lain, misalnya
Marsiella crenata. Selain itu, terdapat bakteri dalam tanah
yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni
Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang
bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru)
juga mampu menambat nitrogen. Nitrogen yang diikat biasanya
dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh dari hasil penguraian
jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh
bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga
menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan.
Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi
amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang
dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan
berulang dalam ekosistem.
SIklus nitrogen di alam (Sumber: http://soilcarboncenter.k-
      state.edu/newsletters/11_30_07_files/image004.jpg ..... diunduh
                                 25/6/2011)

         Transformasi nitrogen (N) oleh Mikroba
         Unsur     N      adalah   komponen     utama     protoplasma,
terdapat dalam jumlah besar dalam bentuk teroksidasi. Bahan
yang mengandung N dapat mengalami amonifikasi, nitrifikasi,
dan      denitrifikasi,    tergantung    bentuk      senyawa-N          dan
lingkungannya.
         Beberapa reaksi redoks kunci dalam daur N di alam
semuanya dilakukan oleh mikroba. Secara termodinamik N 2
gas adalah bentuk paling stabil dan seimbang. Jumlah N
terbesar di udara sebagai gas N2 yang merupakan sumber
utama N. Untuk memecahkan ikatan rangkap 3 N=N diperlukan
energi yang besar, berarti penggunaan N 2 adalah proses yang
memerlukan energi besar. Hanya sejumlah kecil jasad yang
dapat menggunakan N2 dalam proses penambatan (fiksasi) N2,
yang menyebabkan N lebih mudah digunakan yaitu dalam
bentuk amonia dan nitrat. Oleh karena N2 gas merupakan
sumber utama N maka penambatan N 2 secara ekologis sangat
penting.
       Dalam daur N secara global terjadi pemindahan dari
atmosfer ke dalam tanah. Sebagian gas N berupa oksida
(N2O), dan sebagian lain berbentuk gas NH 3. Pemindahan
antara tanah dan air terutama sebagai N-organik, ion
ammonium, dan ion nitrat.

       a. Penambatan Nitrogen (N2) oleh Bakteri Tanah
       Penambatan      N2   dapat   terjadi   secara   simbiotik,
nonsimbiotik, dan kimia. Nitrogenase adalah ensim utama
dalam penambatan N2 udara secara biologis. Ensim ini
mempunyai dua macam protein, yang satu mengandung Mo
dan Fe dan yang lain mengandung Fe. Ensim ini sangat sensitif
terhadap O2 dan aktivitasnya memerlukan tekanan O2 sangat
rendah. Selain itu juga diperlukan ATP, feredoksin, pereduksi
dan mungkin sitokrom dan koensim. Reaksinya adalah sebagai
berikut:


       N2 + 6 e- 2 NH3 (Δ G= 15 Kkal)


       Reaksi ini memerlukan energi karena G bernilai positif.
Amonia yang dibebaskan diasimilasi menjadi asam amino yang
selanjutnya disusun menjadi protein. Dalam lingkungan tanah,
penambatan N2 terbesar dilakukan oleh bakteri Rhizobium
(Bakteri yang bersimbiosis dalam perakaran legum). Jumlah N 2
yang ditambat oleh bakteri ini 2-3 kali lebih besar daripada oleh
jasad nonsimbiotik. Bakteri Rhizobium yang bersimbiosis
dengan akar tanaman kedelai atau alfalfa dapat menambat
lebih dari 300 kg N/ha/th, sedang penambat N yang hidup
bebas Azotobacter hanya mampu menambat 0.5-2.5 kg
N/ha/th.
        Selain Azotobacter, bakteri lain yang dapat menambat
N2 udara adalah spesies-spesies Beijerinckia, Chromatium,
Rhodopseudomonas,      Rhodospirillum,     Rhodomicrobium,
Chlorobium,       Chloropseudomonas,          Desulfovibrio,
Desulfotomaculum,    Klebsiella,    Bacillus,  Clostridium,
Azospirillum,   Pseudomonas,       Vibrio,   Thiobacillus,   dan
Methanobacillus. Kecepatan penambatan N2 udara oleh jasad
non-simbiotik kecil, tetapi mikroba ini distribusinya dalam tanah
tersebar luas, sehingga peranannya penting.
        Kecepatan penambatan N2 udara oleh Azotobacter dan
Azospirillum lebih tinggi di daerah rhizosfer daripada dalam
tanah di luar daerah perakaran. Hal ini disebabkan karena
adanya bahan organik dari eksudat akar.
        Pada lingkungan tanah tergenang, sianobakteria seperti
Anabaena dan Nostoc merupakan jasad yang paling penting
dalam      menambat      N2   udara.   Sebagian    sianobakteria
membentuk heterosis yang memisahkan nitrogenase yang
sensitive terhadap O2 dari ekosistem yang menggunakan O2
(lingkungan aerobik). Sianobakteria pada tanah sawah yang
ditanami padi, dalam keadaan optimum dapat menambat 100-
150 kg N/ha/tahun. Sianobakteria penambat nitrogen dapat
hidup bersimbiosis dengan jasad lain, seperti dengan jamur
pada lumut kerak (Lichenes), dengan tanaman air Azolla
misalnya Anabaena azollae.

        b. Amonifikasi
        Berbagai tanaman, binatang, dan mikroba dapat
melakukan proses amonifikasi. Amonifikasi adalah proses yang
mengubah N-organik menjadi N-ammonia. Bentuk senyawa N
dalam jasad hidup dan sisa-sisa organik sebagian besar
terdapat dalam bentuk amino penyusun protein. Senyawa N
organik yang lain adalah khitin, peptidoglikan, asam nukleat,
selain itu juga terdapat senyawa N-organik yang banyak dibuat
dan digunakan sebagai pupuk yaitu urea.
       Proses amonifikasi dari senyawa N-organik pada
prinsipnya merupakan reaksi peruraian protein oleh mikroba.
Secara umum proses perombakan protein dimulai dari peran
ensim protease yang dihasilkan mikroba sehingga dihasilkan
asam amino. Selanjutnya tergantung macam asam aminonya
dan jenis mikroba yang berperan maka asam-asam amino
akan dapat terdeaminasi melalui berbagai reaksi dengan hasil
akhirnya nitrogen dibebaskan sebagai ammonia. Reaksi
umumnya adalah sebagai berikut:

                  protease                   deaminasi
       PROTEIN -----------------   ASAM AMINO ------------------
NH3




       Urea   yang    mengalami     proses    amonifikasi   akan
terhidrolisis oleh adanya ensim urease yang dihasilkan oleh
mikroba tanah. Urea yang dimasukkan ke dalam tanah akan
mengalami proses amonifikasi sebagai berikut:


                          urease
       CO(NH2)2 + H2O ---------------------- 2 NH3 + CO2




       Dalam keadaan asam dan netral amonia berada
sebagai ion amonium. Sebagian amonia hasil amonifikasi
dibebaskan sebagai gas NH3 ke atmosfer, sehingga lepas dari
sistem tanah. Amonia dan bentuk nitrogen lain di eko-atmosfer
dapat mengalami perubahan kimia dan fotokimia, sehingga
dapat kembali ke litosfer dan hidrosfer bersama-sama air
hujan. Ion amonium dapat diasimilasi tanaman dan mikroba,
selanjutnya diubah menjadi asam amino atau senyawa N lain.
Di dalam sel, ammonia direaksikan oleh glutamat atau glutamin
sintase atau mengalami proses aminasi langsung dengan
asam-ketokarboksilat sehingga berubah menjadi asam amino.

       c. Nitrifikasi
       Dalam proses nitrifikasi, ammonia (NH3) atau ion NH4+
dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat dengan reaksi sebagai
berikut:


       NH4+ + 1,5 H2O --------------- NO 2- + 2 H+ + H2O (Δ G =
-66 Kkal)


       NO2- + 0,5 O2    ------------------------- NO3-    (Δ G = -17 Kkal)




       Proses ini dilakukan oleh mikroba khemoototrof, yang
menggunakan energinya untuk asimilasi karbon dalam bentuk
CO2. Kedua langkah reaksi yang menghasilkan energy ini
dilakukan    oleh   jasad       yang         berbeda,          tetapi   reaksinya
berlangsung bersamaan sehingga jarang terjadi akumulasi
NO2-. Dalam reaksi tersebut dihasilkan ion H+, sehingga ada
kemungkinan dapat menurunkan pH lingkungan.
       Di dalam tanah, genus utama pengoksidasi ammonia
menjadi     nitrit adalah     Nitrosomonas                 dan yang dominan
menghasilkan nitrat adalah Nitrobacter. Mikroba lain yang
mampu       mengoksidasi        ammonia                  menjadi   nitrit    adalah
Nitrospira, Nitrosococcus, dan Nitrosolobus. Selain Nitrobacter,
mikroba lain yang mampu mengubah nitrit menjadi nitrat adalah
Nitrospira, dan Nitrococcus. Bakteri tanah yang mengoksidasi
ammonium menjadi nitrit dan nitrat umumnya mempunyai sifat
khemoautotrofik.
       Kelompok bakteri ini mampu menggunakan senyawa
anorganik     sebagai       satu-satunya   sumber    energi   dan
menggunakan CO2 sebagai sumber karbon. Selain itu terdapat
mikroba heterotrof baik bakteri maupun jamur juga berperan
dalam proses nitrifikasi.

       d. Reduksi Nitrat (Denitrifikasi)
       Ion nitrat dapat diubah menjadi bahan organik oleh
mikroba melalui proses asimilasi reduksi nitrat. Sekelompok
mikroba heterotrof termasuk bakteri, jamur dan algae dapat
mereduksi nitrat. Proses ini menggunakan sistem ensim nitrat
dan nitrit reduktase, membentuk ammonia yang kemudian
disintesis menjadi protein.
       Pada lingkungan tanpa oksigen, ion nitrit dapat
berfungsi sebagai aseptor elektron terakhir, yang dikenal
sebagai proses respirasi nitrat atau asimilasi nitrat.
       Dalam proses desimilasi reduksi nitrat, nitrat diubah
menjadi bahan tereduksi sedang senyawa organik dioksidasi.
Pada keadaan anaerob, reaksi ini lebih banyak menghasilkan
energi dibandingkan energi yang dihasilkan oleh reaksi
fermentasi.
       Ada dua tipe desimilasi reduksi nitrat. Sekelompok
mikroba fakultatif anaerob seperti Alcaligenes, Escherichia,
Aeromonas, Enterobacter, Bacillus, Flavobacterium, Nocardia,
Spirillum, Staphylococcus, dan Vibrio mampu mereduksi nitrat
menjadi nitrit dalam keadaan anaerob. Nitrit yang dihasilkan
diekskresikan, sehingga mikroba dapat mereduksinya melalui
hidroksilamin ke ammonium. Ensim yang bekerja pada reaksi
tersebut melibatkan sistem ensim nitrat reduktase dan nitrit
reduktase.
Mikroba       pereduksi     nitrat   seperti     Paracoccus
denitrificans,       Thiobacillus   denitrificans   dan     beberapa
Pseudomonas mempunyai tahap reaksi reduksi yang lebih
lengkap sebagai berikut:


         NO3- ------------- NO2- ------------- NO ----------- N2O
--------------- N2


         Reaksi denitrifikasi ini dapat terjadi dalam keadaan
lingkungan anaerob pada tekanan oksigen yang sangat rendah
(reduktif). Walaupun demikian denitrifikasi juga dapat terjadi
dalam keadaan aerob apabila terdapat mikrohabitat anion.
Mikroba denitrifikasi utama di dalam tanah ialah genera
Pseudomonas dan Alcaligenes. Mikroba lain yang juga mampu
mereduksi nitrat adalah Azospirillum, Rhizobium, Rhodo-
pseudomonas, dan Propionibacterium.
Siklus Fosfor

       Transformasi fosfor oleh mikroba
       Mikroba      tanah    dapat      berperan     dalam     proses
penyediaan unsur hara untuk tanaman. Pada tanah-tanah
kahat unsur hara tertentu yang perlu masukan tinggi untuk
memanipulasi secara kimia agar ketersediaannya meningkat,
maka penyediaan secara biologis dengan menggunakan
mikroba menjadi sangat penting. Kenyataan di alam, pada
rhizosfer    (daerah    sekitar      perakaran)    setiap    tanaman
merupakan habitat yang sangat baik untuk pertumbuhan
mikroba. Oleh karenanya penggunaan mikroba yang hidup di
rhizosfer yang dapat meningkatkan serapan unsur hara
tanaman menjadi perhatian utama pada kajian ini. Mikroba
yang berperan dalam transformasi P dalam tanah adalah
mikoriza yang bersimbiosis dengan perakaran tanaman dan
mikroba pelarut fosfat yang hidup bebas di daerah perakaran.

       a. Mikorhiza Vesikular Arbuskular Mikoriza (VAM)


       Pada keadaan tanah yang kurang menguntungkan bagi
pertumbuhan tanaman, telah ditemukan adanya simbiosis
tanaman dengan sejenis jamur yang disebut mikoriza. Mikoriza
terdiri atas beberapa macam spesies, simbion untuk tanaman
pertanian pada umumnya adalah endomikoriza yang dikenal
sebagai     vesicular   arbuskular    mikoriza     (VAM).    Tanaman
memerlukan mikoriza untuk pengambilan unsure hara terutama
kemampuannya untuk meningkatkan serapan P, sehingga
dapat membantu pertumbuhan tanaman terutama pada tanah-
tanah kahat P.
Vesikular Arbuskular Mikoriza pada akar tanaman
Sumber: http://sumarsih07.files.wordpress.com/2008/11/vi-mikroba-
         dan-kesuburan-tanah.pdf ...... diunduh 23/6/2011




              Ektomikoriza pada akar tanaman
Sumber: http://sumarsih07.files.wordpress.com/2008/11/vi-mikroba-
         dan-kesuburan-tanah.pdf ...... diunduh 23/6/2011
Perakaran      tanaman      yang     terinfeksi   mikoriza
mempunyai daya serap yang lebih besar terhadap air dan
unsur hara, khususnya P, apabila dibandingkan dengan
tanaman tanpa mikoriza. Hal ini disebabkan adanya miselium
jamur mikoriza yang tumbuh keluar dari akar sehingga daya
jangkau dan luas permukaan perakaran meningkat, akibatnya
dapat memperbesar daya serap akar. Diduga bahwa hifa
eksternal mikoriza menyerap ion secara intersepsi dan melalui
pertukaran kontak langsung, sehingga penyerapan ion oleh
tanaman dengan cara tersebut menjadi lebih besar, sedangkan
penyerapan secara difusi dan aliran massa tetap berlangsung.
Dengan demikian pada ketersediaan P yang sama, maka
tanaman bermikoriza dapat menyerap P yang lebih besar
apabila dibandingkan dengan tanaman tanpa mikoriza.
         Tanaman bermikoriza mempunyai daya serap akar
yang lebih besar sehingga mengakibatkan unsur hara yang
dapat diserap oleh tanaman juga meningkat. Oleh karena sifat
dan cara penyerapan unsur hara yang berbeda satu sama lain,
maka jumlah unsur hara yang dapat diserap oleh adanya
miselium jamur mikoriza ini kemungkinan juga berbeda, dan hal
ini dapat menyebabkan respon mikoriza pada serapan unsur
hara tertentu sangat besar tetapi untuk unsur hara yang lain
tidak sama.
         Penyerapan unsur hara oleh tanaman dapat secara
pasif dan aktif, ada yang berpendapat bahwa pengaruh
mikoriza lebih nyata pada unsur hara yang terutama diserap
tanaman secara pasif dan sifat ionnya tidak lincah, seperti
fosfor yang terutama diserap oleh akar secara difusi. Fosfor
merupakan unsur penting penyusun ATP, dan ATP merupakan
bentuk    energi     tinggi   yang   sangat   berperanan     dalam
penyerapan unsure hara secara aktif, sehingga peningkatan
serapan fosfor memungkinkan peningkatan serapan unsur hara
lain yang diserap secara aktif oleh perakaran tanaman.
       Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis
mutualistik antara jamur (mykus) tanah kelompok tertentu dan
perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi. Berdasarkan struktur
tubuhnya dan cara infeksi terhadap tanaman inang, mikoriza
dapat dikelompokkan ke dalam 3 golongan besar yaitu
Endomikoriza,      Ektomikoriza,     dan     Ektendomikoriza.
Endomikoriza lebih dikenal dengan Vesikular Arbuskular
Mikoriza atau disingkat VAM, karena pada simbiosis dengan
perakaran dapat membentuk arbuskul dan vesikula di dalam
akar tanaman. Berdasarkan struktur arbuskul atau vesikula
yang dibentuk, maka VAM dapat digolongkan ke dalam 2 sub
ordo, yaitu Gigaspoinae dan Glominae. Sub ordo Gigaspoinae
terdiri atas satu famili Gigaspoceae yang beranggotakan 2
genus yaitu Gigaspora sp. dan Scutellospora sp. Kedua genus
ini tidak membentuk struktur vesikula tetapi hanya membentuk
arbuskul apabila berasosiasi dengan akar tumbuhan. Salah
satu anggota sub ordo Glominae adalah Glomus sp.
       Vesikular Arbuskular Mikoriza merupakan simbiosa
antara jamur tanah yang termasuk kelompok Endogonales
dengan semua tanaman yang termasuk dalam Bryophyta,
Pteridophyta, Gymnospermae dan Angiospermae, kecuali pada
family Cruciferae, Chenopodiaceae dan Cyperaceae yang
belum diketahui adanya simbiosis dengan jamur tersebut.
Simbiosis antara tanaman dengan mikoriza terjadi dengan
adanya pemberian karbohidrat dari tanaman kepada jamur dan
pemberian unsur hara terutama P dari jamur kepada tanaman.
Oleh karena itu perkembangan mikoriza pada akar sangat
tergantung pada tingkat fotosintesis tanaman inang. Jamur
membutuhkan senyawa carbon yang dihasilkan oleh tanaman
inang,   sehingga     kemampuan        tanaman    untuk    mensuplai
senyawa      carbon     dari   hasil     fotosintesis     menentukan
keberhasilan tanaman bersimbiosis dengan jamur. Akar
tanaman      dapat     menghasilkan       senyawa       yang    dapat
merangsang pertumbuhan jamur VAM. Senyawa tersebut
berupa flavonoid yang disebut eupalitin (3,5-dihidroksi-6,7-
dimetoksi-4-hidroksi     flavon)       yang   dapat       merangsang
pertumbuhan hifa VAM, selain itu ada senyawa lain yang belum
teridentifikasi yang dapat berfungsi sebagai molekul sinyal
untuk terjadinya simbiosis tanaman-VAM.
         Bagian penting dari VAM adalah adanya hifa eksternal
yang dibentuk diluar akar tanaman. Hifa ini membantu
memperluas daerah penyerapan              akar tanaman.        Jumlah
miselium eksternal dapat mencapai 80 cm per cm panjang
akar, yang perkembangannya dipengaruhi oleh keadaan tanah
terutama aerasi. Dengan semakin luasnya daerah penyerapan
akar maka semakin besar pula daya serap akarnya, sehingga
adanya mikoriza pada perakaran tanaman akan dapat
meningkatkan penyerapan unsur hara. Penyerapan air oleh
akar juga menjadi lebih besar, sehingga tanaman lebih tahan
terhadap kekeringan. Manfaat lain adanya mikoriza adalah
dapat meningkatkan ketahanan terhadap serangan patogen
akar, dan dapat memproduksi hormon dan zat pengatur
tumbuh yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.
         Vesikular Arbuskular Mikoriza mempunyai struktur hifa
eksternal dan hifa internal, hifa gulung, arbuskul dan vesikula.
Hifa jamur mikoriza tidak bersekat, tumbuh diantara sel-sel
korteks dan bercabang-cabang di dalam sel tersebut. Di dalam
jaringan yang diinfeksi dibentuk hifa yang bergelung-gelung
atau bercabang-cabang yang sering disebut arbuskul. Arbuskul
merupakan cabang-cabang hifa dikotom, struktur ini akan
tampak sebagai massa protoplasma yang berbutir-butir dan
bercampur baur dengan protoplasma sel tanaman. Arbuskul
mempunyai hifa bercabang halus yang dapat meningkatkan 2-3
kali luas permukaan plasmolema akar, dan diduga berperan
sebagai pemindah unsur hara antara jamur dan tanaman
inang. Arbuskul dapat dibentuk dua sampai tiga hari setelah
infeksi jamur terjadi pada perakaran. Vesikula mengandung
lipida, terutama berfungsi sebagai organ penyimpan. Apabila
sel kortek rusak, vesikula dapat dibebaskan ke dalam tanah,
dan selanjutnya dapat berkecambah dan merupakan propagul
infektif. Perakaran yang terinfeksi VAM tidak terjadi perubahan
nyata secara fisik, sehingga hanya dapat dideteksi dengan
teknik pewarnaan dan diamati dengan mikroskop. Di dalam
tanah, mikoriza dapat membentuk spora yang tumbuh satu-
satu atau berkelompok yang disebut sporokarp. Berdasarkan
tipe   sporanya,    dibedakan         yang      dapat   membentuk
klamidospora,   yaitu    genera       Glomus,    Sclerocystis,   dan
Complexipes. Sedangkan yang membentuk asigospora adalah
genera Gigaspora, Acaulospora dan Entrophospora.
       Pengaruh yang menguntungkan dari mikoriza untuk
pertumbuhan tanaman, yang menunjukkan bahwa tanaman
yang bermikoriza mempunyai berat kering yang lebih besar dari
tanaman yang tidak bermikoriza. Tanaman yang bermikoriza
tumbuh    normal    sedangkan         tanaman      tanpa   mikoriza
menunjukkan     gejala   defisiensi    P.    Mikoriza   memperbaiki
pertumbuhan tanaman dengan jalan meningkatkan penyerapan
unsurunsur hara dari dalam tanah, terutama unsur P. Oleh
karena P merupakan hara utama untuk pertumbuhan tanaman,
maka pengaruh infeksi mikoriza sangat nyata. Dengan
demikian respon pertumbuhan tanaman merupakan akibat
langsung ataupun tidak langsung dari perbaikan penyerapan P.
Selain itu juga didukung oleh peningkatan serapan unsur-unsur
lain, seperti N, S, Zn dan Cu.


           b. Mikroba Pelarut Fosfat
           Bakteri yang diketahui dapat melarutkan fosfat adalah
bermacam-macam               spesies      dari   genera     Bacillus,
Pseudomonas, Arthrobacter, Micrococcus, Streptomyces, dan
Flavobacterium. Spesies-spesies bakteri yang mempunyai
daya tinggi untuk melarutkan fosfat adalah Pseudomonas
striata,    P.   rathonis,     Bacillus   polymyxa,   dan   Bacillus
megaterium. Semua bakteri tersebut mempunyai kemampuan
yang stabil dalam melarutkan P tidak tersedia dalam tanah dan
batu fosfat. Kebanyakan bakteri yang dapat melarutkan fosfat
adalah bakteri pembentuk spora. Selain bakteri, berbagai jamur
yang diketahui dapat melarutkan fosfat adalah bermacam-
macam spesies dari genera Aspergillus, Penicillium dan
khamir. Beberapa varitas dari spesies jamur Aspergillus niger
mempunyai daya tinggi untuk melarutkan fosfat.
           Mikroba pelarut fosfat heterotrof dapat menghasilkan
asam-asam organik. Berbagai asam organik tersebut terutama
asam-asam hidroksi dapat mengikat secara khelat dan
membentuk kompleks yang relatif stabil dengan kation-kation
Ca2+, Mg2+, Fe3+, dan Al3+, sehingga fosfat yang semula terikat
oleh kation-kation tersebut menjadi terlarut. Beberapa bakteri
disamping menghasilkan asam organik non-volatil juga dapat
membentuk asam volatil. Asam organik yang dihasilkan oleh
satu jenis bakteri dapat bermacam- macam, seperti asam
glukonat. Pembentukan asam organik seperti asam-asam
karboksilat yang terjadi selama perombakan bahan organik
oleh jamur dapat menyebabkan larutnya batu fosfat. Pelarutan
batu fosfat dapat diketahui dengan meningkatnya Ca yang
terlepas dari batu fosfat. Dari metode tersebut diketahui bahwa
pelarutan batu fosfat meningkat terus sampai hari ke 90.
Peningkatan jumlah asam karboksilat dan total keasaman
organik sebanding dengan peningkatan pelarutan batu fosfat.
       Beberapa mikroba yang bersifat khemolitotrofik juga
berperan dalam proses pelarutan fosfat tidak tersedia dalam
tanah. Bakteri kelompok Nitrosomonas dan Thiobacillus
berturut-turut dapat menghasilkan asam nitrat dan asam sulfat.
Asam-asam tersebut merupakan asam kuat yang mampu
melarutkan fosfat yang berbentuk tidak larut.
Jaring-jaring makanan dalam tanah:

       The living part of the soil is just as critical to plant
growth as the physical soil structures. Soil microorganisms are
the essential link between mineral reserves and plant growth.
The cycles that help nutrients to flow from soil to plant are all
interdependent and they work only with the help of the living
organisms that constitute the soil community.




       Jaring-jaring makanan dalam tanah (Sumber:
   http://www.prism.gatech.edu/~gh19/b1510/ecosys.htm .....
                     diunduh 25/6/2011)


        Soil organisms, from bacteria and fungi to protozoans
and nematodes, on up to mites, springtails and earthworms,
perform a vast array of fertility-maintenance tasks. Organic soil
management aims at helping soil organisms maintain fertility;
conventional (non-organic) soil management merely substitutes
a simplified chemical system to provide nutrients to plants.
Once a healthy soil ecosystem is disrupted by the excessive
use of soluble synthetic fertilizers, restoring it can be a long and
costly process. In many cases, the excessive use of energy-
intensive petroleum-based fertilizers and pesticides has
destroyed the biological fertility of soil, so growers use ever-
larger amounts of these materials to sustain crop growth. Like
all living things, the creatures of the soil community need food,
water, and air to carry on their activities A basic diet of plenty of
organic material, enough moisture, and well-aerated soil will
keep their populations thriving.
         Soil creatures thrive on raw organic matter with a
balanced ratio of carbon to nitrogen, about 25 to 30 parts
carbon to 1 part nitrogen. Carbon, the form of carbohydrates,
is the main course for soil organisms. Given lots of it, they grow
quickly scavenging every scrap of nitrogen from the soil system
to go with it. That’s why adding lots of high-carbon materials to
your soil can cause nitrogen deficiencies in plants. In the long
term, carbon is the ultimate fuel for all soil biological activity and
therefore of humus formation and productivity. A balance
supply of mineral nutrients is also essential for soil organisms,
and micronutrients are important to the many bacterial
enzymes involved in their biochemical transformations




Jaring-jaring      makanan         dalam       tanah      (Sumber:
http://www.ecowalkthetalk.com/blog/2010/06/14/organic-
gardening-importance-of-balanced-soils/ ….. diunduh 25/6/2011)
Biodiversitas Tanah dan                    Keterkaitannya
dengan Proses-proses Soil.
        Tanah merupakan suatu bagian dari ekosistem
terrestrial yang di dalamnya dihuni oleh banyak organisme
yang disebut sebagai biodiversitas tanah. Biodiversitas tanah
merupakan diversitas alpha yang sangat berperan dalam
mempertahankan sekaligus meningkatkan fungsi tanah untuk
menopang kehidupan di dalam dan di atasnya. Pemahaman
tentang biodiversitas tanah masih sangat terbatas, baik dari
segi taksonomi maupun fungsi ekologinya. Makrofauna tanah
merupakan kelompok fauna bagian dari biodiversitas tanah
yang berukuran sekitar 2 mm hingga 20 mm. Makrofauna tanah
merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berperan
penting dalam perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi. Dalam
dekomposisi bahan organik, makrofauna tanah lebih banyak
berperan dalam proses fragmentasi (comminusi) serta
memberikan fasilitas lingkungan (mikrohabitat) yang lebih baik
bagi proses dekomposisi lebih lanjut yang dilakukan oleh
kelompok mesofauna dan mikrofauna tanah serta berbagai
jenis bakteri dan fungi. Peran makrofauna tanah lainnya adalah
dalam perombakan materi tumbuhan dan hewan yang mati,
pengangkutan materi organik dari permukaan ke dalam tanah,
perbaikan struktur tanah, dan proses pembentukan tanah.
Dengan demikian makrofauna tanah berperan aktif untuk
menjaga kesuburan tanah atau kesehatan tanah.
        Organisme sebagai bioindikator kualitas tanah bersifat
sensitif terhadap perubahan, mempunyai respon spesifik dan
ditemukan melimpah di dalam tanah. Salah satu organisme
tanah adalah fauna yang termasuk dalam kelompok
makrofauna tanah (ukuran > 2 mm) terdiri dari milipida,
isopoda, insekta, moluska dan cacing tanah (Wood, 1989).
Makrofauna tanah sangat besar peranannya dalam proses
dekomposisi, aliran karbon, redistribusi unsur hara, siklus unsur
hara, bioturbasi dan pembentukan struktur tanah (Anderson,
1994). Biomasa cacing tanah telah diketahui merupakan
bioindikator yang baik untuk mendeteksi perubahan pH,
keberadaan molekul organik, kelembaban tanah dan kualitas
humus. Rayap berperan dalam pembentukan struktur tanah
dan dekomposisi bahan organik. Penentuan bioindikator
kualitas tanah diperlukan untuk mengetahui perubahan dalam
sistem tanah akibat pengelolaan yang berbeda. Perbedaan
penggunaan lahan akan mempengaruhi populasi dan
komposisi makrofauna tanah. Pengolahan tanah secara
intensif, pemupukan dan penanaman secara monokultur pada
sistem pertanian konvensional dapat menyebabkan terjadinya
penurunan secara nyata biodiversitas makrofauna tanah.
Populasi, biomasa dan diversitas makrofauna tanah
dipengaruhi    oleh    praktek   penggelolaan    lahan   dan
penggunaannya. Sebaliknya, pada lahan terlantar karena
kualitas lahannya tergolong masih rendah menyebabkan hanya
makrofauna tanah tertentu yang mampu bertahan hidup,
sehingga diversitas makrofauna tanah baik yang aktif di
permukaan tanah maupun di dalam tanah juga sangat rendah.
Fauna tanah memerlukan persyaratan tertentu untuk menjamin
kelangsungan hidupnya. Struktur dan komposisi makrofauna
tanah sangat tergantung pada kondisi lingkungannya.
Makrofauna tanah lebih menyukai keadaan lembab dan masam
lemah sampai netral (Notohadiprawiro, 1998). Hakim dkk
(1986) dan Makalew (2001), menjelaskan faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu,
iklim (curah hujan, suhu), tanah (kemasaman, kelembaban,
suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan, padang rumput) serta
cahaya matahari.
        Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi sifat-sifat tumbuhan dan hewan.
Tumbuhan dan hewan yang berbeda memiliki kebutuhan akan
cahaya, air, suhu, dan kelembapan yang berbeda. Berdasarkan
responnya terhadap cahaya, makrofauna tanah ada yang aktif
pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Kebanyakan
makrofauna permukaaan tanah aktif di malam hari. Selain
terkait dengan penyesuaian proses metabolismenya, respon
makrofauna tanah terhadap intensitas cahaya matahari lebih
disebabkan oleh akitivitas menghindari pemangsaan dari
predator. Dengan pergerakaannya yang umumnya lambat,
maka kebanyakan jenis makrofauna tanah aktif atau muncul ke
permukaan tanah pada malam hari.
        Bahan organik tanaman merupakan sumber energi
utama bagi kehidupan biota tanah, khususnya makrofauna
tanah, sehingga jenis dan komposisi bahan organik tanaman
menentukan kepadatannya. Makrofauna tanah umumnya
merupakan      konsumen      sekunder   yang   tidak   dapat
memanfaatkan bahan organik kasar/seresah secara langsung,
melainkan yang sudah dihancurkan oleh jasad renik tanah.
Ekologi tanah
Ekologi tanah
Ekologi tanah

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
edhie noegroho
 
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiLaporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Putrimian Hairani
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
AGROTEKNOLOGI
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimia
Nurul Aulia
 
Bahan kuliah kesuburan_dan_pemupukan-2
Bahan kuliah kesuburan_dan_pemupukan-2Bahan kuliah kesuburan_dan_pemupukan-2
Bahan kuliah kesuburan_dan_pemupukan-2
Ir. Zakaria, M.M
 
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Rancangan Acak Kelompok (RAK)Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Ade Setiawan
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Ariefman Fajar
 
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitLaporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
fahmiganteng
 

What's hot (20)

LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiLaporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasi
 
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan KlimatologiLaporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
Laporan Kuliah Lapang Alat Meteorologi dan Klimatologi
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat HaraPenyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
 
Udara Tanah
Udara TanahUdara Tanah
Udara Tanah
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimia
 
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanahFaktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
 
Bahan kuliah kesuburan_dan_pemupukan-2
Bahan kuliah kesuburan_dan_pemupukan-2Bahan kuliah kesuburan_dan_pemupukan-2
Bahan kuliah kesuburan_dan_pemupukan-2
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
 
Pupuk dan pemupukan
Pupuk dan pemupukanPupuk dan pemupukan
Pupuk dan pemupukan
 
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Rancangan Acak Kelompok (RAK)Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Penetapan potensial air jaringan
Penetapan potensial air  jaringanPenetapan potensial air  jaringan
Penetapan potensial air jaringan
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
 
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitLaporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
 

Viewers also liked (13)

Ppt ekologi
Ppt ekologiPpt ekologi
Ppt ekologi
 
Tanah gambut
Tanah gambut Tanah gambut
Tanah gambut
 
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunan
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunanPencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunan
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunan
 
Sap Ekotoksikologi
Sap EkotoksikologiSap Ekotoksikologi
Sap Ekotoksikologi
 
Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)Biologi tanah(ptpsp)
Biologi tanah(ptpsp)
 
Definisi tanah
Definisi tanahDefinisi tanah
Definisi tanah
 
Manfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanianManfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanian
 
Proses pembentukan tanah
Proses pembentukan tanahProses pembentukan tanah
Proses pembentukan tanah
 
Saling ketergantungan dalam ekosistem
Saling ketergantungan dalam ekosistemSaling ketergantungan dalam ekosistem
Saling ketergantungan dalam ekosistem
 
Industri polimer
Industri polimerIndustri polimer
Industri polimer
 
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkung...
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkung...Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkung...
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkung...
 
Rangkaian Arus Searah DC
Rangkaian Arus Searah DCRangkaian Arus Searah DC
Rangkaian Arus Searah DC
 
Ekologi
EkologiEkologi
Ekologi
 

Similar to Ekologi tanah

Faktor abiotik tanah dan topografi
Faktor abiotik tanah dan topografiFaktor abiotik tanah dan topografi
Faktor abiotik tanah dan topografi
Meilani Marjuki
 
Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12
Debby Ochta
 
Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12
Debby Ochta
 
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
somaoma
 
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanPengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Warnet Raha
 

Similar to Ekologi tanah (20)

Faktor abiotik tanah dan topografi
Faktor abiotik tanah dan topografiFaktor abiotik tanah dan topografi
Faktor abiotik tanah dan topografi
 
01. ilmu tanah
01. ilmu tanah01. ilmu tanah
01. ilmu tanah
 
Jawaban kuis
Jawaban kuisJawaban kuis
Jawaban kuis
 
Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12
 
Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12
 
Peran Tanah dan Organisme.pptx
Peran Tanah dan Organisme.pptxPeran Tanah dan Organisme.pptx
Peran Tanah dan Organisme.pptx
 
Laporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanahLaporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanah
 
1991 tanah-dan-lingkungan
1991 tanah-dan-lingkungan1991 tanah-dan-lingkungan
1991 tanah-dan-lingkungan
 
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
Makalah sifat fisika dan kimia tanah organisme yang hidup di dalam tanah untu...
 
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanPengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
 
Eliezar
EliezarEliezar
Eliezar
 
Tanah dan keberlangsungan Kehidupan 3.pptx
Tanah dan keberlangsungan Kehidupan 3.pptxTanah dan keberlangsungan Kehidupan 3.pptx
Tanah dan keberlangsungan Kehidupan 3.pptx
 
Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptx
Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptxFungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptx
Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 9 lingkungan
IPA Kelas 9 BAB 9 lingkunganIPA Kelas 9 BAB 9 lingkungan
IPA Kelas 9 BAB 9 lingkungan
 
Tugas mekanika tanah 1
Tugas mekanika tanah 1Tugas mekanika tanah 1
Tugas mekanika tanah 1
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
Makalah mikroganisme 2
Makalah mikroganisme 2Makalah mikroganisme 2
Makalah mikroganisme 2
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
Makalah mikroganisme
Makalah mikroganismeMakalah mikroganisme
Makalah mikroganisme
 
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptxTANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
 

Ekologi tanah

  • 1. EKOLOGI TANAH Bahan kajian MK. Manajemen Agroekosistem FPUB Junil 2010 Diabstraksikan oleh Prof Dr Ir Soemarno MS Dosen Jur Tanah FPUB Pendahuluan Soil ecology is the study of the interactions among soil organisms, and between biotic and abiotic aspects of the soil environment. It is particularly concerned with the cycling of nutrients, formation and stabilization of the pore structure, the spread and vitality of pathogens, and the biodiversity of this rich biological community. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
  • 2. Tanah: Sifat dan Karakteristik Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Ilmu yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah. Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi. Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses- proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut. Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah. Tubuh tanah (solum) tidak lain adalah batuan yang melapuk dan mengalami proses pembentukan lanjutan. Usia tanah yang ditemukan saat ini tidak ada yang lebih tua daripada periode Tersier dan kebanyakan terbentuk dari masa Pleistosen. Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral. Tanah non-organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik (organosol / humosol) terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi. Tanah organik berwarna hitam dan merupakan pembentuk utama lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi
  • 3. karena mengandung beberapa asam organik (substansi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur (porus, sarang) sehingga mampu menyimpan cukup air namun karena memiliki keasaman tinggi sebagian besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas dan di bawah capaian optimum. Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah: pasir, debu, dan liat. Tanah berpasir didominasi oleh pasir, tanah berliat didominasi oleh liat. Tanah dengan komposisi pasir, debu, dan liat yang seimbang dikenal sebagai tanah lempung. Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran Mangan, belerang, dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik / oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik / reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau warna yang terkonsentrasi. Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fasa: fasa padatan, fasa cair, dan fasa gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori. Mikrohabitat dalam struktur tanah
  • 4. Di setiap tempat seperti dalam tanah, udara maupun air selalu dijumpai mikroba. Umumnya jumlah mikroba dalam tanah lebih banyak daripada dalam air ataupun udara. Umumnya bahan organik dan senyawa anorganik lebih tinggi dalam tanah sehingga cocok untuk pertumbuhan mikroba heterotrof maupun autotrof. Keberadaan mikroba di dalam tanah terutama dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika tanah. Komponen penyusun tanah yang terdiri atas pasir, debu, liat dan bahan organik maupun bahan penyemen lain akan membentuk struktur tanah. Struktur tanah akan menentukan keberadaan oksigen dan lengas dalam tanah. Dalam hal ini akan terbentuk lingkungan mikro dalam suatu struktur tanah. Mikroba akan membentuk mikrokoloni dalam struktur tanah tersebut, dengan tempat pertumbuhan yang sesuai dengan sifat mikroba dan lingkungan yang diperlukan. Dalam suatu struktur tanah dapat dijumpai berbagai mikrokoloni seperti mikroba heterotrof pengguna bahan organik maupun bakteri autotrof,dan bakteri aerob maupun anaerob. Untuk kehidupannya, setiap jenis mikroba mempunyai kemampuan untuk merubah satu senyawa menjadi senyawa lain dalam rangka mendapatkan energi dan nutrien. Dengan demikian adanya mikroba dalam tanah menyebabkan terjadinya daur unsur-unsur seperti karbon, nitrogen, fosfor dan unsur lain di alam. Sumber: http://sumarsih07.files.wordpress.com/2008/11/vi-mikroba- dan-kesuburan-tanah.pdf ...... diunduh 23/6/2011
  • 5. Lingkungan rhizosfer Akar tanaman merupakan habitat yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Interaksi antara bakteri dan akar tanaman akan meningkatkan ketersediaan hara bagi keduanya. Permukaan akar tanaman disebut rhizoplane. Sedangkan rhizosfer adalah selapis tanah yang menyelimuti permukaan akar tanaman yang masih dipengaruhi oleh aktivitas akar. Tebal tipisnya lapisan rhizosfer antar setiap tanaman. Rhizosfer merupakan habitat yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroba oleh karena akar tanaman menyediakan berbagai bahan organik yang umumnya menstimulir pertumbuhan mikroba. Bahan organik yang dikeluarkan oleh akar dapat 1. Eksudat akar: bahan yang dikeluarkan dari aktivitas sel akar hidup seperti gula, asam amino, asam organik, asam lemak dan sterol, factor tumbuh, nukleotida, flavonon, enzim , dan miscellaneous. 2. Sekresi akar: bahan yang dipompakan secara aktif keluar dari akar. 3. Lisat akar: bahan yang dikeluarkan secara pasif saat autolisis sel akar. 4. Musigel : bahan sekresi akar, sisa sel epidermis, sel tudung akar yang bercampur dengan sisa sel mikroba, produk metabolit, koloid organik dan koloid anorganik. Enzim utama yang dihasilkan oleh akar adalah oksidoreduktase, hidrolase, liase, dan transferase. Sedang enzim yang dihasilkan oleh mikroba di rhizosfer adalah selulase, dehidrogenase, urease, fosfatase dan sulfatase. Dengan adanya berbagai senyawa yang menstimulir pertumbuhan mikroba, menyebabkan jumlah mikroba di lingkungan rhizosfer sangat tinggi. Perbandingan jumlah mikroba dalam rhizosfer (R) dengan tanah bukan rhizosfer (S) yang disebut nisbah R/S, sering digunakan sebagai indeks kesuburan tanah. Semakin subur tanah, maka indeks R/S semakin kecil, yang menandakan nutrisi dalam tanah bukan rhizosfer juga tercukupi (subur). Sebaliknya semakin tidak subur tanah,
  • 6. maka indeks R/S semakin besar, yang menandakan nutrisi cukup hanya di lingkungan rhizosfer yang berasal dari bahan organik yang dikeluarkan akar, sedang di tanah non-rhizosfer nutrisi tidak mencukupi (tidak subur). Nilai R/S umumnya berkisar antara 5-20. Mikroba rhizosfer dapat memberi keuntungan bagi tanaman, oleh karena: 1. Mikroba dapat melarutkan dan menyediakan mineral seperti N,P, Fe dan unsur lain. 2. Mikroba dapat menghasilkan vitamin, asam amino, auxin dan giberelin yang dapat menstimulir pertumbuhan tanaman. 3. Mikroba yang patogenik dengan menghasilkan antibiotik. Pseudomonadaceae merupakan kelompok bakteri rhizosfer (rhizobacteria) yang dapat menghasilkan senyawa yang dapat menstimulir pertumbuhan tanaman. Contoh spesies yang telah banyak diteliti dapat merangsang pertumbuhan tanaman adalah Pseudomonas fluorescens.
  • 7. Pembentukan Tanah. Tanah merupakan “tubuh-alamiah” yang tersusun atas lapisan (horison tanah) yang beragam ketebalannya, berbeda dengan bahan induk dalam hal sifat-sifat morfologi, fisika, kimia, dan karakteristik mineraloginya. Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah berbeda dari batuan induknya karena interaksi antara, hidrosfer atmosfer litosfer, dan biosfer. Ini adalah campuran dari konstituen mineral dan organik yang dalam keadaan padat, gas dan air. Partikel tanah tampak longgar, membentuk struktur tanah yang penuh dengan ruang pori. Pori-pori mengandung larutan tanah (cair) dan udara (gas). Oleh karena itu, tanah sering diperlakukan sebagai system. Kebanyakan memiliki kepadatan antara 1 dan 2 g / cm ³. Tanah dapat berasal dari batuan induk (batuan beku, batu sedimen tua, batuan metamorfosa) yang melapuk atau dari bahan-bahan yang lebih lunak dan lepas seperti abu volkan, bahan endapan baru dan lain-lain. Melalui proses pelapukan, permukaan batuan yang keras menjadi hancur dan berubah menjadi bahan lunak (longgar) yang disebut dengan regolit. Selanjutnya melalui proses pembentukan tanah, bagian atas regolit berubah menjadi tanah. Proses pelapukan mencakup beberapa hal yaitu pelapukan secara fisik, biologik- meknik dan kimia.. Faktor pembentukan tanah, atau pedogenesis, adalah efek gabungan proses fisik, kimia, biologi, dan antropogenik pada bahan induk tanah. Genesis tanah melibatkan proses yang mengembangkan lapisan atau horizon dalam profil tanah. Proses ini melibatkan penambahan, kehilangan, transformasi dan translokasi bahan yang membentuk tanah. Mineral yang berasal dari batuan lapuk mengalami perubahan yang menyebabkan pembentukan mineral sekunder dan senyawa lainnya yang larut dalam air, konstituen tersebut dipindahkan (translokasi) dari satu bagian tanah ke daerah lain oleh air dan aktivitas organisme. Perubahan dan pergerakan material di dalam tanah menyebabkan terbentuknya horison tanah yang khas. Pelapukan batuan induk menghasilkan bahan induk tanah. Contoh perkembangan tanah dari bahan induknya terjadi pada aliran lava baru-baru ini di wilayah hangat di bawah hujan lebat dan sangat sering. Dalam iklim seperti itu, tumbuhan sangat cepat berkembang pada lava basaltik, meskipun kandungan bahan organiknya sangat sedikit. Tumbuhan didukung oleh batuan yang porus yang
  • 8. mengandung air dan unsure hara. Akar tanaman tumbuh berkembang, seringkali bersimbiosis dengan dengan mikoriza, secara bertahap merimbak marterial lava dan bahan organik tanah akan terakumulasi. Lima faktor pembentuk tanah adalah : bahan induk, iklim regional, topografi, potensi biotik dan waktu. Bahan yang membentuk tanah disebut “bahan induk” tanah. Bahan ini meliputi: lapukan batuan dasar primer; bahan sekunder diangkut dari lokasi lain, misalnya colluvium dan aluvium; deposit yang sudah ada tetapi campuran atau diubah dengan cara lain - formasi tanah tua, bahan organik termasuk gambut atau humus alpine; dan bahan antropogenik, seperti timbunan sampah atau tambang. Beberapa tanah langsung dari pemecahan bebatuan yang mendasarinya mereka kembangkan di tempatnya, tanah ini sering disebut "tanah residu", dan memiliki sifat kimia umum yang sama seperti batuan induknya. Kebanyakan tanah berasal dari bahan-bahan yang telah diangkut dari lokasi lain oleh angin, air dan gravitasi. Beberapa di antaranya telah mengalami perpindahan dari jarak yang jauh, atau hanya beberapa meter. Bahan yang tertiup angin disebut “loess” Pelapukan merupakan tahap pertama dalam mengubah bahan induk menjadi bahan tanah. Pada tanah yang terbentuk dari batuan dasar, dapat terbentuk lapisan tebal bahan lapuk disebut saprolit. Saprolit adalah hasil proses pelapukan yang meliputi: hidrolisis (penggantian kation mineral dengan ion hidrogen), khelasi dari senyawa organik, hidrasi (penyerapan air dengan mineral), solusi mineral dengan air, dan proses fisik yang mencakup pembekuan dan pencairan atau pembasahan dan pengeringan. Komposisi mineralogi dan kimia dari bahan batuan dasar utama, ditambah sifat-sifat fisik, termasuk ukuran butir dan derajat konsolidasi, laju dan jenis pelapukan, semuanya mempengaruhi sifat-sifat bahan tanah yang dihasilkannya. Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan induknya, pelapukan fisik dan pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan induk akan menjadi lebih lunak, longgar dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan induk tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah. Sehingga faktor yang mendorong pelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah.
  • 9. Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan fisik, kedua faktor tersebut merupakan komponen iklim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor pembentuk tanah adalah iklim. Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. Profil Tanah Secara ekologis tanah tersusun oleh tiga kelompok material, yaitu material hidup (faktor biotik) berupa biota (jasad- jasad hayati), faktor abiotik berupa bahan organik, faktor abiotik berupa pasir (sand), debu, (silt), dan liat (clay). Umumnya sekitar 5% penyusun tanah berupa biomass (bioti dan abioti), berperan sangat penting karena mempengaruhi sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Ekologi tanah mempelajari hubungan antara biota tanah dan lingkungan, serta hubungan antara lingkungan serta biota tanah. Secara berkesinambungan hubungan ini dapat saling menguntungkan satu sama lain, dan dapat pula merugikan satu sama lain.
  • 10.
  • 11. Organisme Tanah. Organisme tanah atau disebut juga biota tanah merupakan semua makhluk hidup baik hewan (fauna) maupun tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari fase hidupnya berada dalam sistem tanah. • Organisme tanah dapat menguntungkan petani karena mereka memperbaiki kesuburan tanah dan dapat membantu ketersediaan hara bagi tanaman dan membantu pengendalian hama penyakit. • Organisme tanah memerlukan makanan, oksigen, air, dan habitat yang layak untuk tumbuh. • Petani dapat memperkaya organisme tanah dengan jalan menyediakan penutup tanah organic yang cukup, menambah bahan organik ke dalam tanah, memelihara drainase tanah yang baik, dan menghindari pengolahan tanah yang berlebihan. • Di bawah permukaan tanah terdapat satu dunia lain yang penuh dengan jasad hidup atau organisme tanah. Organisme tanah ini berfungsi sebegai tenaga kerja bagi para petani karena mereka membantu menyediakan ketersediaan hara yang dibutuhkan tanaman dan memperbaiki struktur tanah. Pengelompokan Organisme Tanah Ada beberapa jenis organisme tanah, diantaranya adalah: 1. Pemecah bahan organik seperti slaters (spesies Isopoda), tungau (mites), kumbang, dan collembola yang memecah- mecah bahan organic yang besar menjadi bagian-bagian kecil. 2. Pembusuk (decomposer) bahan organik seperti jamur dan bakteri yang memecahkan bahan-bahan cellular. 3. Organisme bersimbiosis hidup pada/di dalam akar tanaman dan membantu tanaman untuk mendapatkan hara dari dalam tanah. Mycorrhiza bersimbiosis dengan tanaman dan membantu tanaman untuk mendapatkan hara posfor, sedangkan rhizobium membantu tanaman untuk mendapatkan nitrogen.
  • 12. 4. Pengikat hara yang hidup bebas seperti alga dan azotobakter mengikat hara di dalam tanah. 5. Pembangun struktur tanah seperti akar tanaman, cacing tanah, ulat-ulat, dan jamur semuanya membantu mengikat partikel-partikel tanah sehingga struktur tanah menjadi stabil dan tahan terhadap erosi. 6. Patogen seperti jenis jamur tertentu, bakteri dan nematoda dapat menyerang jaringan tanaman. 7. Predator atau pemangsa, termasuk protozoa, nematoda parasite dan jenis jamur tertentu, semuanya memangsa organisme tanah yang lain sebsagai sumber makanan mereka. 8. Occupant / penghuni adalah jenis organisme tanah yang menggunakan tanah sebagai tempat tinggal sementara pada tahap siklus hidup tertentu, seperti ulat (larvae) dan telur cacing. Klasifikasi organism tanah Micro-organisme Microflora <5 µm Bacteria Fungi Microfauna <100 µm Protozoa Nematodes Macro- Meso- 100 µm - 2 Springtails organisme organisms mm Mites Macro- 2 - 20 mm Earthworms organisms Millipedes Woodlice Snails and slugs Tumbuhan Algae 10 µm Roots > 10 µm Catatan: Partikel liat lebih kecil dari 2 µm. Sumber Swift, Heal and Anderson, 1979. Berdasarkan peranannya, organisme tanah dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (a) organisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, (b) organisme yang merugikan tanaman, dan (c) organisme yang tidak menguntungkan dan tidak merugikan. Contoh organisme tanah yang menguntungkan: 1. Organisme tanah yang dapat menyumbangkan nitrogen ke tanah dan tanaman, yaitu: bakteri
  • 13. pemfiksasi nitrogen (Rhizobium, Azosphirillum, Azotobacter, dll), 2. Organisme tanah yang dapat melarutkan fosfat, yaitu: bakteri pelarut fosfat (Pseudomonas) dan fungi pelarut fosfat, 3. Organisme tanah yang dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman, yaitu: cacing tanah. Salah satu organisme tanah yang umum dijumpai adalah cacing tanah. Cacing tanah mempunyai arti penting bagi lahan pertanian. Lahan yang banyak mengandung cacing tanah akan menjadi subur. Cacing tanah juga dapat menigkatkan daya serap air permukaan. Secara singkat dapat dikatakan cacing tanah berperan memperbaiki dan memper- tahankan struktur tanah agar tetap gembur. Biota tanah lain yang umum dijumpai adalah Arthropoda. Arthropoda merupakan fauna tanah yang macam dan jumlahnya cukup banyak, yang paling menonjol adalah springtail dan kutu. Fauna tanah ini mempunyai kerangka luar yang dihubungkan dengan kaki, sebagian besar mempunyai semacam sistem peredaran darah dan jantung. Aktivitas biota tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah. Aktivitas biota tanah dapat diukur dengan mengukur besar respirasi di dalam tanah. Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan. Pentingnya Organisme Tanah Beberapa fungsi penting dari organism tanah (biota) adalah: Fungsi-fungsi Organisme yang terlibat Memelihara struktur Bioturbating invertebrates and plant roots; tanah mycorrhizae and some other micro- organisms Regulasi proses Most bioturbating invertebrates and plant hidrologis roots Pertukaran gas dan Mostly micro-organisms and plant roots; sequestration karbon some C protected in large compact (akumulasi dalam biogenic invertebrate aggregates tanah) Detoksifikasi tanah Mostly micro-organisms Siklus unsure hara Mostly micro-organisms and plant roots;
  • 14. some soil- and litter-feeding invertebrates Dekomposisi bahan Various saprophytic and litter-feeding organic invertebrates (detritivores); fungi; bacteria; actinomycetes and other micro-organisms Mengendalikan Plants; mycorrhizae and other fungi; gangguan hama- nematodes; bacteria and various other parasit-penyakit micro-organisms; collembolan; earthworms; various predators Sumber makanan dan Plant roots; various insects (crickets; beetle obat-obatan larvae; ants; termites); earthworms; vertebrates; micro-organisms and their by- products Hubungan Symbiotic Rhizobia; mycorrhizae; actinomycetes; dan asymbiotic dengan diazotrophic bacteria and various other tanaman dan akarnya rhizosphere micro-organisms; ants Mengontrol Direct effects: plant roots; rhizobia; pertumbuhan tanaman mycorrhizae; actinomycetes; pathogens; (positive dan negative) phytoparasitic nematodes; rhizophagous insects; plant-growth promoting rhizosphere micro-organisms; biocontrol agents Indirect effects: most soil biota Mikroba tanah sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Mereka memperbanyak diri dan aktif membantu penyediaan unsure hara bagi tanaman melalui proses simbiosis dengan jalan melepaskan unsur hara yang “terikat” menjadi bentuk yang tersedia bagi akar tanaman. Mikroba tanah ini juga mempunyai peran aktif melindungi tanaman melawan penyakit “soil-borne diseases”.
  • 15. Pentingnya organism tanah (Sumber: http://xtekh.aabiotekh.com/nutri_cycle.htm ..... duiakses 27/6/2011) Mendaur ulang bahan organik tanah Organisme tanah mendaur ulang (recycle) bahan organik dengan cara memakan bahan tanaman dan hewan yang mati, kotoran hewan dan organisme tanah yang lain. Mereka memecah bahan organik menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga dapat dibusukkan oleh jasad renik seperti jamur dan bakteri. Ketika mereka memakan bahan organik, sisa makanan dan kotoran mereka dapat membantu perbaikan struktur dan kesuburan tanah. Decomposition of organic matter is largely a biological process that occurs naturally. Its speed is determined by three major factors: soil organisms, the physical environment and the quality of the organic matter (Brussaard, 1994). In the decomposition process, different products are released: carbon dioxide (CO 2), energy, water, plant nutrients and resynthesized organic carbon compounds. Successive decomposition of dead material and modified organic matter results in the formation of a more complex organic matter called humus. This process is called
  • 16. humification. Humus affects soil properties. As it slowly decomposes, it colours the soil darker; increases soil aggregation and aggregate stability; increases the CEC (the ability to attract and retain nutrients); and contributes N, P and other nutrients. Siklus bahan organic tanah (Sumber: http://www.fao.org/docrep/009/a0100e/a0100e00.gif ..... diunduh 27/4/2011) Organisme tanah membantu meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Ketika organisme tanah memakan bahan organik atau makanan yang lain, sebagian hara yang tersedia disimpan didalam tubuh mereka dan hara yang tidak diperlukan, dikeluarkan didalam kotoran mereka (sebagai contoh, phosphor dan nitrogen). Hara di dalam kotoran orgnisma tanah ini dapat diserap oleh akar tanaman. Sebagian organisme tanah membina hubungan simbiosis dengan akar tanaman dan dapat membantu akar tanaman menyerap lebih banyak unsur hara dibandingkan kalau tidak ada kerjasama dengan organisme tanah. Sebagai contoh adalah mycorrhiza, yang membantu tanaman untuk menyerap lebih banyak posfor, sedangkan rhizobia membantu tanaman untuk menyerap lebih banyak nitrogen. Organisme tanah memperbaiki struktur tanah
  • 17. Bahan sekresi dari organisme tanah dapat mengikat partikel-partikel tanah menjadi agregate yang lebih besar. Contohnya, bakteri mengeluarkan kotoran yang berbentuk dan bersifat seperti perekat (organic gum). Jamur-jamuran memproduksi bahan berupa benang-benang halus yang disebut hifa. Zat perekat dari bakteri dan hifa jamur dapat mengikat partikel-partikel tanah secara kuat sehingga agregate tanah yang besar pun tidak mudah pecah walaupun basah. Agregate tanah yang besar tersebut dapat menyimpan air tanah dalam pori-pori halus di antara partikel-partikel tanah untuk digunakan oleh tanaman. Dalam keadaan air berlebihan, air dapat dengan mudah mengalir keluar melalui pori-pori besar diantara agregate–agregate tanah yang besar. Organisme tanah yang lebih besar dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara membuat saluran-saluran (lubang- lubang) di dalam tanah (contohnya lubang cacing), dan membantu mengaduk-aduk dan mencampur baurkan partikel- partikel tanah, sehingga aerasi (aliran udara) tanah menjadi lebih baik. Pembuatan saluran-saluran dan lubang-lubang ini memperbaiki infiltrasi dan pergerakan air didalam tanah, serta drainase. Struktur tanah (Sumber: http://www.nanik.al- unib.net/2011/02/struktur-tanah/ ….. diunduh 26/5/2011)
  • 18. Soil organisms are responsible for soil structure. Biologically created structure improves water holding capacity, equally preventing leaching of nutrients as the nutrients are bound in the bodies of the organisms. Chemical fertiliser, to the contrary, is highly water soluble and leaches very easily. Soils with a healthy micro biological population prevent soil erosion. Soil particles are glued together in a porous granule structures, micro-aggregate, so even heavy rainfall can not displace them. Genesis struktur tanah (Sumber: http://ghort.nl/images/thumbs/korrelstruct.jpg) Organisme tanah dapat membantu mengendalikan gangguan hama dan penyakit Organisme tanah yang memakan organisme lain yang lebih kecil dapat menekan serangan hama penyakit dengan cara mengontrol jenis dan jumlah organisme di dalam tanah. Pengelolaan lahan pertanian yang dapat memperkaya organisme tanah Ada beberapa cara yang dapat dilakukan para petani untuk meningkatkan kegiatan organisme tanah di lahan mereka, diantaranya adalah: Menyediakan makanan.
  • 19. Petani dapat menyediakan bahan makanan untuk organisme tanah dengan cara memelihara tanaman penutup tanah dan menambah bahan organik seperti mulsa, kompos, merang, pupuk hijau, dan pupuk kandang ke dalam tanah yang mereka kelola. Bahan organic menjadi makanan organism tanah (Sumber: http://2.bp.blogspot.com/_AJnRBYfjyYo/TS0F2qc0SmI/AAAAAAA ACdY/qXqR9vs5_sU/s1600/soil-life.jpg ..... diunduh 23/5/2011) Menyediakan cukup oksigen (aerasi tanah yang baik). Seperti mahluk hidup yang lain, organisme tanah membutuhkan cukup oksigen untuk hidup. Petani dapat menjamin ketersediaan oksigen yang cukup untuk organisme tanah dengan cara mencegah pemadatan tanah. Pemadatan tanah dapat mengurangi pori-pori tanah sehingga ketersedian udara menjadi lebih sedikit. Pemadatan tanah dapat terjadi apabila tanah diinjak-injak oleh hewan dan manusia atau dilalui mesin-mesin berat secara berlebihan (trampling), terutama pada saat tanah sedang basah. Menyediakan air.
  • 20. Organisme tanah juga membutuhkan air dalam jumlah tertentu. Tetapi kalau terlalu banyak air (dalam tanah yang jenuh), mereka bisa mati karena kekurangan oksigen. Petani dapat mengatur ketersediaan air didalam tanah dengan cara memperbaiki struktur tanah. Aggergate tanah yang lebih besar dapat menyimpan air di dalam pori-pori halus, dan dapat mengeluarkan kelebihan air melalui pori-pori besar. Drainase yang cukup di lahan yang banjir juga dapat memperbaiki kondisi tanah untuk habitat organisme tanah. Melindungi habitat biota. Petani dapat mendukung kehidupan organisme tanah dengan cara melindungi habitat mereka. Pemeliharaan tanaman penutup tanah adalah cara yang terbaik untuk melindungi habitat organisme tanah dari bahaya kekeringan. Penggunaan mulsa juga dapat melindungi habitat mereka. Penggunaan mulsa organik dapat juga berfungsi sebagai sumber makanan bagi organisme tanah. Musa plastik dapat mengurangi resiko penyakit dan hama tertentu karena mulsa tersebut cenderung meningkatkan suhu permukaan tanah dan dapat menghambat pergerakan hama dari tanah ke tanaman. Tetapi mulsa plastik tidak dapat meningkatkan bahan organik tanah sehingga pendauran ulang unsur hara tidak terjadi. Cara yang lain adalah dengan pengolahan tanah yang tepat guna. Pengolahan tanah yang berlebihan dapat merusak pori-pori tanah dimana organisme tanah hidup. Cacing Tanah Cacing tanah dalam berbagai hal mempunyai arti penting, misalnya bagi lahan pertanian. Lahan yang banyak mengandung cacing tanah akan menjadi subur, sebab kotoran cacing tanah yang bercampur dengan tanah telah siap untuk diserap akar tumbuh-tumbuhan. Cacing tanah juga dapat menigkatkan daya serap air permukaan. Lubang-lubang yang dibuat oleh cacing tanah meningkatkan konsentrasi udara dalam tanah. Disamping itu pada saat musim hujan lubang tersebut akan melipatgandakan kemampuan tanah menyerap air. Secara singkat dapat dikatakan cacing tanah berperan memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah agar tetap gembur. Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam
  • 21. sampai netral atau pH 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan kelembabancukup tinggi agar dapat berfungsi normal dan tidak rusak yaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan antara 15oC-25oC (Anonimous, 2010b). Faktor-faktor yang mempengaruhi ekologis cacing tanah meliputi : (a) kemasaman (pH) tanah, (b) kelengasan tanah, (c) temperatur, (d) aerasi dan CO2, (e) bahan organik, (f) jenis tanah, dan (g) suplai nutrisi (Hanafiah, dkk, 2007). Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah penting untuk menjaga media pemeliharaan tetap lembab (kelembaban optimum berkisar antara 15 - 30 %). Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga keseimbangan air dengan mempertahankan kelembaban di permukan tubuh dan mencegah kehilangan air yang berlebihan. Cacing yang terdehidrasi akan kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun kehilangan 70 - 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang berkepanjangan memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok. Kelembaban sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi normal. Bila udara terlalu kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya cacing tanah segera masuk kedalam lubang dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhirnya akan mati. Bila kelembaban terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing tanah segera lari untuk mencari tempat yang pertukaran udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi karena cacing tanah mengambil oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya melalui kulit. Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15% sampai 30% (Anonimous, 2010a). Cacing tanah keluar permukaan hanya pada saat-saat tertentu. Pada siang hari, cacing tanah tidak pernah keluar kepermukaan tanah, kecuali jika saat itu terjadi hujan yang cukup menggenangi liangnya. Cacing tanah takut keluar pada siang hari karena tidak kuat terpapar panas matahari terlalu lama. Pemanasan yang terlalu lama menyebabkan banyak cairan tubuhnya yang akan menguap. Cairan tubuh cacing tanah penting untuk menjaga tekanan osmotik koloidal tubuh dan bahan membuat lendir. Lendir yang melapisi permukaan tubuh salah satunya berfungsi memudahkan proses difusi udara melalui permukaan kulit. Cacing tanah akan keluar terutama pada pagi hari sesudah hujan. Hal ini dilakukan karena sesaat setelah hujan, biasanya liang mereka terendam air sehingga aerasi dalam liang tidak bagus sehingga mereka keluar dalam rangka menghindari keadaan kesulitan bernafas dalam liang. Cacing tanah juga tidak kuat bila terendam air
  • 22. terlalu lama sehingga cendrung menghindar dari genangan air yang dalam. Dalam keadaan normal mereka akan pergi kepermukaan tanah pada malam hari. Pada malam suhu udara tidak panas dan kelembaban udara tinggi sehingga cacing tanah bisa bebas keluar untuk beraktivitas. Dalam keadaan terlalu dingin atau sangat kering cacing tanah segera masuk kedalam liang, beberapa cacing sering terdapat meligkar bersama-sama dengan diatasnya terdapat lapisan tanah yang bercampur dengan lendir. Lendir dalam hal ini berfungsi sebagai isolator yang mempertahankan suhu tubuh cacing tanah agar tidak terlalu jauh terpengaruh oleh suhu lingkungan. Posisi melingkar dalam liang memperkecil kontak kulit dengan udara sehingga memperkecil pengaruh dari suhu udara luar (Anonimous, 2010c). Peranan Cacing Pada Perubahan Sifat Fisik Tanah Aktivitas cacing tanah yang mempengaruhi struktur tanah meliputi : (1) pencernaan tanah, perombakan bahan organik, pengadukannya dengan tanah, dan produksi kotorannya yang diletakkan dipermukaan atau di dalam tanah, (2) penggalian tanah dan transportasi tanah bawah ke atas atau sebaliknya, (3) selama proses (1) dan (2) juga terjadi pembentukan agregat tanah tahan air, perbaikan status aerase tanah dan daya tahan memegang air (Hanafiah, dkk, 2007). Cacing penghancur serasah (epigeic) merupakan kelompok cacing yang hidup di lapisan serasah yang letaknya di atas permukaan tanah, tubuhnya berwarna gelap, tugasnya menghancurkan seresah sehingga ukurannya menjadi lebih kecil. Cacing penggali tanah (anecic dan endogeic) merupakan cacing jenis penggali tanah yang hidup aktif dalam tanah, walaupun makanannya berupa bahan organik di permukaan tanah dan ada pula dari akar-akar yang mati di dalam tanah. Kelompok cacing ini berperanan penting dalam mencampur serasah yang ada di atas tanah dengan tanah lapisan bawah, dan meninggalkan liang dalam tanah Kelompok cacing ini membuang kotorannya dalam tanah, atau di atas permukaan tanah. Kotoran cacing ini lebih kaya akan karbon (C) dan hara lainnya dari pada tanah sekitarnya (Hairiah, dkk, 1986). Cacing mampu menggali lubang di sekitar permukaan tanah sampai kedalaman dua meter dan aktivitasnya meningkatkan kadar oksigen tanah sampai 30 persen, memperbesar pori-pori tanah, memudahkan pergerakan akar tanaman, serta meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap dan menyimpan air. Zat-zat organik dan fraksi liat yang dihasilkan cacing bisa memperbaiki daya ikat antar partikel tanah sehingga menekan terjadinya proses pengikisan/erosi hingga 40 persen (Kartini, 2008).
  • 23. Arthropoda Tanah Arthropoda merupakan fauna tanah yang macam dan jumlahnya cukup banyak, yang paling menonjol adalah springtail dan kutu. Fauna tanah ini mempunyai kerangka luar yang dihubungkan dengan kaki, sebagian besar mempunyai semacam sistem peredaran darah dan jantung (Hanafiah, dkk, 2007). Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan dan hewan sejenis lainnya. Arthropoda adalah nama lain hewan berbuku-buku. Empat dari lima bagian (yang hidup hari ini) dari spesies hewan adalah arthropoda, dengan jumlah di atas satu juta spesies modern yang ditemukan dan rekor fosil yang mencapai awal Cambrian. Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan udara, serta termasuk berbagai bentuk simbiotis dan parasit. Hampir dari 90% dari seluruh jenis hewan yang diketahui orang adalah Arthropoda. Arthropoda dianggap berkerabat dekat dengan Annelida, contohnya adalah Peripetus di Afrika Selatan (Anonimous, 2010d). Keanekaragaman jenis arthropoda tanah secara meruang-mewaktu berhubungan dengan keadaan faktor lingkungan abiotik pada setiap komunitas tumbuhan yaitu ketebalan serasah, kandungan bahan organik, pH tanah dan suhu udara (Subahar dan Adianto, 2008). Mikroba Tanah Di tanah terdapat milyaran mikrobia misalnya bakteri, fungi, alga, protozoa, dan virus. Tanah merupakan lingkungan hidup yang amat kompleks. Kotoran dan jasad hewan serta jaringan tumbuhan akan terkubur dalam tanah. Semuanya memberi konstribusi dalam menyuburkan tanah. Proses penyuburan tanah ini dibantu oleh mikrobia. Tanpa mikrobia, semua jasad tidak akan hancur. Salut untuk mikrobia tanah yang mampu menyeimbangkan kelangsungan hidup di bumi. Jumlah dan jenis mikrobia dalam tanah bergantung pada jumlah dan jenis, kelembaban, tingkat aerasi, suhu, pH, dan pengolahan dapat menambah jumlah mikrobia tanah. Mikrobia tanah berupa bakteri melalui metode hitungan mikroskopik langsung berjumlah milyaran setiap gram tanah, sedangkan hitungan agar cawan diperoleh jutaan. Bakteri umumnya bersifat heterotrof. Contohnya Actinomycetes yang
  • 24. mencakup jenis-jenis Nocardia, Streptomyces, dan Micromonospora. Organisme ini yang menyebabkan bau khas tanah. Actinomycetes berperan menambah kesuburan tanah dengan mengurai senyawa-senyawa kompleks dan mampu membentuk senyawa antibiotik namun jumlahnya sedikit. Antibiotik ini terdapat di sekitar sel-sel Actinomycetes saja. Sedangkan Cyanobacteria berperan dalam transformasi batu- batuan menjadi tanah dan asam-asam yang terbentuk dalam proses metabolisme dapat melarutkan mineral-mineral bebatuan. Fungi berjumlah antara ratusan sampai ribuan per gram tanah. Fungi berperan dalam meningkatkan struktur fisik tanah dan dekomposisi bahan-bahan organik kompleks dari jaringan tumbuhan seperti selulosa, lignin, dan pektin. Contohnya Penicillium, Mucor, Rhizopus, Fusarium, Cladosporium, Aspergillus, dan Trichomonas. Populasi alga lebih sedikit dibanding fungi dan bakteri. Alga berperan dalam mengakumulasi bahan-bahan organik akibat aktivitas fotosintetik dan bila berasosiasi dengan fungi akan merombak bebatuan menjadi tanah. Misalnya Chlorophyta (alga hijau) dan Chrysophyta (diatom). Rhizosfer merupakan tempat pertemuan antara tanah dengan akar tumbuhan. Jumlah mikrobia di daerah perakaran lebih banyak dibanding tanah yang tidak terdapat perakaran, karena di daerah perakaran terdapat nutrien-nutrien seperti asam amino dan vitamin yang disekresikan oleh jaringan akar. Tanah dapat menyuburkan dirinya sendiri karena keberadaan mikroba tanah. Ungkapan ini tidak berlebihan apabila kita mengamati kehidupan mikroba di dalam tanah yang bermanfaat memperbaiki kesuburan tanah. Saat ini sudah dikenali sekitar dua juta mikroba tanah. Dari sekian mikroba yang ditemukan, ada yang memiliki aktivitas pendukung kesuburan tanaman -- sebagai pelarut P, pengikat N bebas, penghasil faktor tumbuh, perombak bahan organik. Juga ada mikroba yang menghasilkan biopestisida, perombak bahan kimia agro (pestisida), mikroba resisten logam berat (pengakumulasi dan pereduksi), mikroba perombak sianida, dan mikroba agen denitrifikasi-nitrifikasi. Tanah adalah habitat yang sangat kaya akan keragaman mikroorganisme seperti bakteri, aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah-tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba-mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian. Mikroba tanah antara lain berperan dalam mendegradasi limbah-limbah organik pertanian, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis
  • 25. nitrogen dari udara, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan tanaman, biokontrol patogen tanaman, membantu penyerapan unsur hara tanaman, dan membentuk simbiosis menguntungan. Tiga unsur hara esensial bagi tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Tidak ada satupun tanaman yang dapat menyerap N dari udara. N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebas di sekitar perakaran tanaman. Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara tanaman adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi pupuk superfosfat (TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah yang sukar larut. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Zerowilia lipolitika, Pseudomonas sp. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K. Beberapa mikroba tanah juga mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter sp. Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara, membantu penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer untuk pertanian. Hasil-hasil temuan bioteknologi terbaru, mikroba antagonis seperti penyakit tular tanah dapat diubah secara alamiah menjadi mikroba yang mempunyai kemampuan menyediakan unsurunsur hara bagi tanaman dan melawan penyakit, karena berperan sebagai produser antibiotik alias dokter tanaman untuk penyakit tular tanah. Mikroba tersebut diperoleh dengan cara isolasi dari alam yang kemudian
  • 26. diperbanyak di laboratorium dan kemudian dapat dipakai sebagai bahan pupuk hayati. Misalnya Trichoderma dan Gliocladium, kedua mikroba ini berperan pentiong dalam ketersediaan nutrisi tanaman dalam tanah. Bio-aktifator yang berisi mikroba Trichoderma dan Gliocladium sangat bermanfaat bagi tanaman, khususnya dalam proses: 1. Mempercepat pematangan pupuk kandang dan meningkatkan kesuburan tanah. 2. Meningkatkan ketegaran bibit tanaman 3. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit layu (Fusarium sp) dan layu bakteri (pseukdomonas sp) serta penyakit busuk daun (Phytophthora sp), terutama pada tanaman tomat, cabai, kubis dan kentang. 4. Mencegah terjadinya serangan penyakit rebah kecambah (Pythium sp) dan Rhizoctonia, dan akar gada (Plasmodiophora sp) pada pesemaian.
  • 27. Fungsi Ekosistem Tanah Respirasi Tanah Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme) tanah merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata jumlah mikroorganisrne (Iswandi, 1989). Penetapan respirasi tanah didasarkan pada penetapan : (1). Jumlah CO2 yang dihasilkan, dan (2) Jumlah O2 yang digunakan oleh mikroba tanah. Pengukuran respirasi ini berkorelasi baik dengan peubah kesuburan tanah yang berkaitar dengan. aktifitas mikroba seperti: (1) Kandungan bahan organic; (2) Transformasi N atau P, (3) Hasil antara, (4) pH, dan (5) Rata-rata jumlah mikroorganisme (Andre, 2010). Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya kehidupan mikrobia yang melakukan aktifitas hidup dan berkembang biak dalam suatu masa tanah. Mikrobia dalam setiap aktifitasnya membutuhkan O2 atau mengeluarkan CO2 yang dijadikan dasar untuk pengukuran respirasi tanah. Laju respirasi maksimum terjadi setelah beberapa hari atau beberapa minggu populasi maksimum mikrobia dalam tanah, karena banyaknya populasi mikrobia mempengaruhi keluaran CO2 atau jumlah O2 yang dibutuhkan mikrobia. Oleh karena itu, pengukuran respirasi tanah lebih mencerminkan aktifitas metabolik mikrobia daripada jumlah, tipe, atau perkembangan mikrobia tanah (Ragil, 2009). Adapun cara penetapan tanah di laboratorium lebih disukai. Prosedur di laboratorium meliputi penetapan pemakaian O2 atau jumlah CO2 yang dihasilkan dari sejumlah contoh tanah yang diinkubasi dalam keadaan yang diatur di laboratorium. Dua macam inkubasi di laboratorium adalah : 1) Inkubasi dalam keadaan yang stabil (steady-stato), 2) Keadaan yang berfluktuasi Untuk keadaan yang stabil, kadar air, temperatur, kecepatan, aerasi, dan pengaturan ruangan harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Peningkatan respirasi terjadi bila ada pembasahan dan pengeringan, fluktuasi aerasi tanah selama inkubasi. Oleh karena itu, peningkatan respirasi dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan yang luar biasa. Hal ini bisa tidak mencerminkan keadaan aktivitas mikroba dalam keadaan lapang, cara steady-stato telah digunakan untuk mempelajari
  • 28. dekomposisi bahan organik, dalam penelitian potensi aktivitas mikroba dalam tanah dan dalam perekembangan penelitian (Iswandi, 1989). Respirasi Tanah merupakan pencerminan populasi dan aktifitas mikroba tanah. Metode respirasi tanah masih sering digunakan karena cukup peka, konsisten, sederhana dan tidak memerlukan alat yang canggih dan mahal. Pengukuran respirasi tanah ditentukan berdasarkan keluaran CO2 atau jumlah O2 yang dibutuhkan oleh mikrobia. Laju respirasi maksimum biasanya terjadi setelah beberapa hari atau beberapa hari atau beberapa minggu populasi maksimum mikrobia. Oleh karena itu pengukuran respirasi tanah lebih mencerminkan aktifitas metabolik mikrobia daripada jumlah, tipe atau perkembangan mikrobia tanah. Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme) tanah merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata jumlah mikroorganisrne (Iswandi, 1989). CO2 yang Dilepaskan Akar Tanaman Tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman yang di dalamnya terdapat akar tanaman dan berbagai macam mikroorganisme. Mikroorganisme dalam tanah biasanya terkonsentrasi pada daerah sekitar perakaran karena akar mengeluarkan beerbagai sekresi yang disebut dengan eksudat. Akar tanaman dan mikroorganisme tanah berinteraksi dalam penyerapan unsur hara yang terjadi di rizosfer. Interaksi yang terjadi setiap panjang akar dan umur tanaman berbeda-beda sehingga pemberian unsur hara tambahan yang akan diberikan harus dilakukan pada kondisi yang tepat. Aktivitas mikroorganisme dapat diketahui dengan mengukur respirasi dan biomassa karbon mikroorganisme (C-organik) tanah (Annisa, 2008). Respirasi dapat digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan ketersediaan O2 di udara, yaitu respirasi aerob dan respirasi anaerob. Respirasi aerob merupakan proses respirasi yang membutuhkan O2, sebaliknya respirasi anaerob merupakan proses repirasi yang berlangsung tanpa membutuhkan O2. Respirasi banyak memberikan manfaat bagi tumbuhan. Manfaat tersebut terlihat dalam proses respirasi dimana terjadi proses pemecahan senyawa organik,
  • 29. dari proses pemecahan tersebut maka dihasilkanlah senyawa- senyawa antara yang penting sebagai pembentuk tubuh meliputi asam amino untuk protein; nukleotida untuk asam nukleat; dan prazat karbon untuk pigmen profirin (seperti klorofil dan sitokrom), lemak, sterol, karotenoid, pigmen flavonoid seperti antosianin, dan senyawa aromatik tertentu lainnya, seperti lignin.
  • 30. Primary Production Processes in Soils: Roots and Rhizosphere Associates Rhizosphere adalah daerah-sempit dalam tanah yang secara langsung dipengaruhi sekresi akar dan mikroba tanah yang berhubungan dengannya. Tanah yang bukan baguian dari rizosfir lasimnya disebut dengan istilah “bulk soil”. The rhizosphere contains many bacteria that feed on sloughed-off plant cells, termed rhizodeposition, and the proteins and sugars released by roots. Protozoa and nematodes that graze on bacteria are also more abundant in the rhizosphere. Thus, much of the nutrient cycling and disease suppression needed by plants occurs immediately adjacent to roots. Distribusi mikroba dalam Rizosfer (Sumber: http://heartspring.net/images/rhizosphere_micro_organis ms.jpg ..... diunduh 26/6/2011) Akar merupakan organ tumbuhan yang tugas utamanya adalah menyerap air dan unsure hara dari dalam tanah. Selain itu ternyata akar juga mampu melepaskan beragam senyawa
  • 31. organic dan anorganik ke lingkungan akar. Perubahan sifat kimia tanah yang berhubungan dengan adanya eksudat akar ini dan produk mikroba yang terkait merupakan factor penting yang mempengaruhi populasi mikroba, ketersediaan hara, kel;arutan unsur toksik dalam rizosfir, dan dengan demikian mempengaruhi kemampuan tanaman untuk berinteraksi dengankondisi kimia tanah yang buruk. Deposisi senyawa organic rizosfir termasuk lysates, yang dibebaskan oleh autolysis sel dan jaringan yang mati, eksudat akar, yang dilepaskan sevara pasif (difusat) atau secara aktif (sekresi) dari sel-sel akar yang masih hidup. Model mekanisme yang terlibat dalam pelepasan eksudat akar. Sumber: http://www- mykopat.slu.se/Newwebsite/kurser/SUMMER05/READING/Roemh eld/NeumannRoemheld2.pdf ..... diunduh 26/6/2011 Root exudates detected in higher plants Kelompok Komponen tunggalnya senyawa Sugars Arabinose, glucose, fructose, galactose, maltose, raffinose, rhamnose, ribose, sucrose, xylose Amino acids all 20 proteinogenic amino acids, aminobutyric acid, and amides homoserine, cysrathionine, mugineic acid phytosiderophores (mugineic acid, deoxy-mugineic acid, hydroxymugineic acid, epi-hydroxymugineic acid, avenic acid, distichonic acid A) Aliphatic Formic, acetic, butyric, popionic, malic, citric, isocitric, acids oxalic, fumaric, malonic, succinic, maleic, tartaric,
  • 32. oxaloacetic, pyruvic, oxoglutaric, maleic, glycolic, shikimic ,cis-aconitic, trans-aconitic, valeric, gluconic Aromatic p-hydroxybenzoic, caffeic, p-coumaric, ferulic, gallic, acids gentisic, protocatechuic, salicylic, sinapic, syringic Miscellaneous Flavonols, flavones, flavanones, anthocyanins, phenolics isoflavonoids Fatty acids Linoleic, linolenic, oleic, palmitic, stearic Sterols Campestrol, cholesterol, sitosterol, stigmasterol Enzymes Amylase, invertase, cellobiase, desoxyruibonuclease, ribonuclease, acid phosphatase, phytase, pyrophosphatase apyrase, peroxidase, protease. Micellaneous Vitamins, plant growth regulators (auxins, cytokinins, gibberellins), alkyl sulphides, ethanol, H+,K+ Nitrate, Phosphate, HCO3 Sumber: J. Rioval, and A.D.Hanson, 1993. Evidence for a large and sustained glycolytic flux to lactate in anoxic roots of some members of the halophytic genus Limonium. Plant Physiol. 101: 553.
  • 33. Peranan eksudat akar sebagai ‘signaling molecules’ untuk merangsang mycorrhizae atau sebagai sumber phytohormone bagi bakteri tanah (Marschner, 1995). (Sumber: http://edu.griggbrothers.com/uploads/1/Rootgraphic_Page_1.jp g ….. diunduh 27/6/2011)
  • 34. Mekanisme eksklusi Al dasn detoksifikasinya di ujung akar. Sumber: http://www- mykopat.slu.se/Newwebsite/kurser/SUMMER05/READING/Roemh eld/NeumannRoemheld2.pdf ..... diuinduh 26/6/2011 Model for mechanisms involved in aluminium (Al) exclusion and detoxification at the root apex. A Enhanced solubilization of mononuclear Al species from Al oxides and Al silicates in the soil matrix at pH < 5.0. B Al-induced stimulation of carboxylate exudation via anion channels, charge-balanced by concomitant release of K+. C Formation of Al-carboxylate complexes in the apoplasm; restricted root uptake and lower toxicity of complexed Al. D Al complexation in the mucilage layer (polygalacturonates) and with Al-binding polypeptides. Increased accumulation of Al-chelating carboxylates in the mucilage layer due to limited diffusion.
  • 35. Proposed role of organic acid metabolism (citrate) in genotypcal differences of rice in adaptation to high levels of soil bicarbonate and low Zn availability (H. Marschner, Mechanisms of manganese acquisition by roots from soils. In: R. Graham, R.J. Hannam, and N.C. Uren (eds., pp. 191, Manganese in soils and plants. Kluwer Academic Publishers, Norwell, Mass. USA (1988).).
  • 36. Model mobilisasi Fe dan unsure mikro lainnya (Zn, Mn, Cu) dalam rizosfer tanaman gramine Sumber: http://www- mykopat.slu.se/Newwebsite/kurser/SUMMER05/READING/Roemh eld/NeumannRoemheld2.pdf ….. diunduh 27/6/2011) Model for root-induced mobilization of iron and other micronutrients (Zn, Mn, Cu) in the rhizosphere of graminaceous (strategy II) plants (Marschner, 1995). Enhanced biosynthesis of mugineic acids (phytosiderophores, PS) in the root tissue A Biosynthesis of PS B Exudation of PS anions by vesicle transport or via anion channels, charge-balanced by concomitant release of K+. C PS-induced mobilization of FeIII (MnII, ZnII, CuII) in the rhizosphere by ligand exchange. D Uptake of Metal-PS complexes by specific transporters in the plasma membrane. E Ligand exchange between microbial (M) siderophores (SID) with PS in the rhizosphere. F Alternative uptake of microelements mobilized by PS after chelate splitting.
  • 37. Model defisiensi Fe yang dipicu oleh perubahan fisiologi akar dan kimiawi rizosfer Sumber: http://www- mykopat.slu.se/Newwebsite/kurser/SUMMER05/READING/Roemh eld/NeumannRoemheld2.pdf ….. diunduh 27/6/2011) Model for iron (Fe) deficiency-induced changes in root physiology and rhizosphere chemistry associated with Fe acquisition in strategy I plants (Marschner, 1995). A Stimulation of proton extrusion by enhanced activity of the plasmalemma ATPase --- FeIII solubilization in the rhizosphere. B Enhanced exudation of reductants and chelators (carboxylates, phenolics) mediated by diffusion or anion channels --- Fe solubilization by FeIII complexation and FeIII reduction. C Enhanced activity of plasma membrane (PM)-bound FeIII reductase further stimulated by rhizosphere acidification (A). Reduction of FeIII chelates, liberation of FeII. D Uptake of FeII by a PM-bound FeII transporter.
  • 38. Model defisiensi P yang dipicu oleh perubahan fisiologis yang berkaitan dengan pelepasan eksudat akar yang memobilisasi P. Sumber: http://www-ykopat.slu.se/Newwebsite/kurser/SUMMER05/ READING/Roemheld/NeumannRoemheld2.pdf ….. diunduh 27/6/2011) Model for phosphorus (P) deficiency-induced physiological changes associated with the release of P-mobilizing root exudates in cluster roots of white lupin. Solid lines indicate stimulation, and dotted lines inhibition of biochemical reaction sequences or metabolic pathways in response to P deficiency. SS = Sucrose synthase; FK = Fructokinase; PGM = Phosphoglucomutase; PEP = Phosphoenolpyruvate; PEPC = PEP-carboxylase; MDH = Malate dehydrogenase; ME = Malic enzyme; CS = Citrate synthase; PDC = Pyruvate decarboxylase; ALDH = alcohol dehydrogenase; E-4-P = Erythrose-4- phosphate; DAHP = Dihydroxyacetonephosphate; APase = Acid phosphatase.
  • 39.
  • 40. Secondary Production: Activities and Functions of Heterotrophic Organisms--Microbes
  • 41. Secondary Production: Activities and Functions of Heterotrophic Organisms--The Soil Fauna
  • 42. Dekomposisi dan Siklus Hara Dekomposisi bahan organik Karbon didaur secara aktif antara CO2 anorganik dan macam-macam bahan organik penyusun sel hidup. Metabolisme ototrof jasad fotosintetik dan khemolitotrof menghasilkan produksi primer dari perubahan CO2 anorganik menjadi C-organik. Metabolisme respirasi dan fermentasi mikroba heterotrof mengembalikan CO2 anorganik ke atmosfer. Proses perubahan dari C-organik menjadi anorganik pada dasarnya adalah upaya mikroba dan jasad lain untuk memperoleh energi. Pada proses peruraian bahan organik dalam tanah ditemukan beberapa tahap proses. Hewan-hewan tanah termasuk cacing tanah memegang peranan penting pada penghancuran bahan organik pada tahap awal proses. Bahan organik yang masih segar akan dihancurkan secara fisik atau dipotong-potong sehingga ukurannya menjadi lebih kecil. Perubahan selanjutnya dikerjakan oleh mikroba. Ensim-ensim yang dihasilkan oleh mikroba merubah senyawa organik secara kimia, hal ini ditandai pada bahan organik yang sedang mengalami proses peruraian maka kandungan zat organic yang mudah terurai akan menurun dengan cepat. Unsur karbon menyusun kurang lebih 45-50 persen dari bobot kering tanaman dan binatang. Apabila bahan tersebut dirombak oleh mikroba, O2 akan digunakan untuk mengoksidasi senyawa organik dan akan dibebaskan CO2. Selama proses peruraian, mikroba akan mengasimilasi sebagian C, N, P, S, dan unsur lain untuk sintesis sel, jumlahnya berkisar antara 10- 70 % tergantung kepada sifat-sifat tanah dan jenis-jenis mikroba yang aktif. Setiap 10 bagian C diperlukan 1 bagian N (nisbah C/N=10) untuk membentuk plasma sel. Dengan
  • 43. demikian C-organik yang dibebaskan dalam bentuk CO2 dalam keadaan aerobik hanya 60-80 % dari seluruh kandungan karbon yang ada. Hasil perombakan mikroba proses aerobik meliputi CO2, NH4, NO3, SO4, H2PO4. Pada proses anaerobik dihasilkan asam-asam organik, CH4, CO2, NH3, H2S, dan zat- zat lain yang berupa senyawa tidak teroksidasi sempurna, serta akan terbentuk biomassa tanah yang baru maupun humus sebagai hasil dekomposisi yang relatif stabil. Secara total, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: (CH2O)x + O2 CO2 + H2O + hasil antara + nutrien+ humus +sel + energi Bahan organik Hubungan Antara Air, Tanah, Dan Organisme Dalam Dekomposisi Bahan Organik Tanah Untuk hidupnya, manusia perlu berbagai macam tumbuhan untuk berbagai keperluannya, begitu pula hewan bahkan mikroorganisme yang memiliki berbagai fungsi di tubuh manusia. Sementara itu, kebutuhan abiotik pun juga sangat beragam seperti air, mineral, batu, pasir, tanah, udara, dan sebagainya. Contoh-contoh tersebut baru menunjukkan hubungan secara langsung. Hubungan secara tidak langsung akan dapat menunjukkan betapa makhluk hidup tidak dapat berdiri sendiri dan saling terkait. Sebagai contoh, mikroorganisme pendekomposisi sampah. Jika mikroorganisme tersebut tidak ada, siklus berbagai unsur di alam akan terhambat, dan akhirnya akan menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem. Dekomposasi atau pembusukan adalah proses ketika makhluk-makhluk pembusuk seperti jamur dan mikroorganisme mengurai tumbuhan dan hewan yang mati dan mendaur ulang material-material serta nutrisi-nutrisi yang berguna. Seresah yaitu tumpukan dedaunan kering, rerantingan, dan berbagai sisa vegetasi lainnya di atas lantai hutan atau kebun. Serasah yang telah membusuk (mengalami dekomposisi) berubah menjadi humus (bunga tanah), dan akhirnya menjadi tanah. Lapisan serasah juga merupakan dunia kecil di atas tanah, yang menyediakan tempat hidup bagi berbagai makhluk
  • 44. terutama para dekomposer. Berbagai jenis kumbang tanah, lipan, kaki seribu, cacing tanah, kapang dan jamur serta bakteri bekerja keras menguraikan bahan-bahan organik yang menumpuk, sehingga menjadi unsur-unsur yang dapat dimanfaatkan kembali oleh makhluk hidup lainnya.
  • 45. Siklus Karbon Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui). Dalam siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer teresterial (biasanya termasuk pula freshwater system dan material non-hayati organik seperti karbon tanah (soil carbon)), lautan (termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati dan non-hayati), dan sedimen (termasuk bahan bakar fosil). Pergerakan tahuan karbon, pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses-proses kimia, fisika, geologi, dan biologi yang bermaca-macam. Lautan mengadung kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan Bumi, namun demikian laut dalam bagian dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer. Siklus karbon di alam (Sumber: http://www.rsc.org/Education/Teachers/Resources/jesei/oceans/fig1. gif ….. diunduh 25/6/2011)
  • 46. Dinamika reaksi karbon dalam tanah Perombakan bahan organic tanah (Sumber: http://www.soils.wisc.edu/courses/SS325/som.gif ….. diunduh 25/6/2011)
  • 47. Jalur perombakan aerobik bahan organic tanah. (Sumber: http://www.agnet.org/images/library/bc53003f4.jpg ….. diunduh 26/6/2011) Jalur perombakan anaerobik bahan organic tanah. (Sumber: http://www.agnet.org/images/library/bc53003f4.jpg ….. diunduh 26/6/2011)
  • 48. Jalur perombakan respirasi fakultatif bahan organik tanah. (Sumber: http://www.agnet.org/images/library/bc53003f4.jpg ….. diunduh 26/6/2011) Jalur perombakan bahan organik tanah pembentukan substansi humat . (Sumber: http://www.agnet.org/images/library/bc53003f4.jpg ….. diunduh 26/6/2011) Mikroba yang terlibat dalam perombakan bahan organic tanah:
  • 49. Mikroba tanah dalam Perombakan karbon (Sumber: http://www.new- ag.msu.edu/Portals/0/images/NANimages06/7- 26CarmenFig1.gif ..... diunduh 25/6/2011)
  • 50. Peranan bahan organic tanah dalam siklus karbon. Sumber: http://saret.ifas.ufl.edu/publications/bsbc/chap4.htm ..... diunduh 25/6/2011)
  • 51. Siklus Nitrogen Siklus nitrogen adalah suatu proses konversi senyawa yang mengandung unsur nitrogen menjadi berbagai macam bentuk kimiawi yang lain. Transformasi ini dapat terjadi secara biologis maupun non-biologis. Beberapa proses penting pada siklus nitrogen, antara lain fiksasi nitrogen, mineralisasi, nitrifikasi, denitrifikasi. Walaupun terdapat sangat banyak molekul nitrogen di dalam atmosfir, nitrogen dalam bentuk gas tidaklah reaktif.[1] Hanya beberapa organisme yang mampu untuk mengkonversinya menjadi senyawa organik dengan proses yang disebut fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen yang lain terjadi karena proses geofisika, seperti terjadinya kilat. Kilat memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan, tanpanya tidak akan ada bentuk kehidupan di bumi. Walaupun demikian, sedikit sekali makhluk hidup yang dapat menyerap senyawa nitrogen yang terbentuk dari alam tersebut. Hampir seluruh makhluk hidup mendapatkan senyawa nitrogen dari makhluk hidup yang lain. Oleh sebab itu, reaksi fiksasi nitrogen sering disebut proses topping-up atau fungsi penambahan pada tersedianya cadangan senyawa nitrogen. Vertebrata secara tidak langsung telah mengonsumsi nitrogen melalui asupan nutrisi dalam bentuk protein maupun asam nukleat. Di dalam tubuh, makromolekul ini dicerna menjadi bentuk yang lebih kecil yaitu asam amino dan komponen dari nukleotida, dan dipergunakan untuk sintesis protein dan asam nukleat yang baru, atau senyawa lainnya. Sekitar setengah dari 20 jenis asam amino yang ditemukan pada protein merupakan asam amino esensial bagi vertebrata, artinya asam amino tersebut tidak dapat dihasilkan dari asupan nutrisi senyawa lain, sedang sisanya dapat disintesis dengan menggunakan beberapa bahan dasar nutrisi, termasuk senyawa intermediat dari siklus asam sitrat. Asam amino esensial disintesis oleh organisme invertebrata, biasanya organisme yang mempunyai lintasan metabolisme yang panjang dan membutuhkan energi aktivasi lebih tinggi, yang telah punah dalam perjalanan evolusi makhluk vertebrata. Nukleotida yang diperlukan dalam sintesis RNA maupun DNA dapat dihasilkan melalui lintasan metabolisme, sehingga istilah "nukleotida esensial" kurang tepat. Kandungan nitrogen pada purina dan pirimidina yang didapat dari asam amino glutamina, asam aspartat dan glisina, layaknya kandungan karbon dalam ribosa dan deoksiribosa yang didapat dari glukosa. Kelebihan asam amino yang tidak digunakan dalam proses metabolisme akan dioksidasi guna memperoleh energi.
  • 52. Biasanya kandungan atom karbon dan hidrogen lambat laun akan membentuk CO2 atau H2O, dan kandungan atom nitrogen akan mengalami berbagai proses hingga menjadi urea untuk kemudian diekskresi. Setiap asam amino memiliki lintasan metabolismenya masing-masing, lengkap dengan perangkat enzimatiknya. Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen bebas dapat ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar (misalnya jenis polongan) dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir. Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (N02- ), dan ion nitrat (N03- ). Beberapa bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada akar Legum dan akar tumbuhan lain, misalnya Marsiella crenata. Selain itu, terdapat bakteri dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen. Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.
  • 53. SIklus nitrogen di alam (Sumber: http://soilcarboncenter.k- state.edu/newsletters/11_30_07_files/image004.jpg ..... diunduh 25/6/2011) Transformasi nitrogen (N) oleh Mikroba Unsur N adalah komponen utama protoplasma, terdapat dalam jumlah besar dalam bentuk teroksidasi. Bahan yang mengandung N dapat mengalami amonifikasi, nitrifikasi, dan denitrifikasi, tergantung bentuk senyawa-N dan lingkungannya. Beberapa reaksi redoks kunci dalam daur N di alam semuanya dilakukan oleh mikroba. Secara termodinamik N 2 gas adalah bentuk paling stabil dan seimbang. Jumlah N terbesar di udara sebagai gas N2 yang merupakan sumber utama N. Untuk memecahkan ikatan rangkap 3 N=N diperlukan energi yang besar, berarti penggunaan N 2 adalah proses yang memerlukan energi besar. Hanya sejumlah kecil jasad yang dapat menggunakan N2 dalam proses penambatan (fiksasi) N2, yang menyebabkan N lebih mudah digunakan yaitu dalam
  • 54. bentuk amonia dan nitrat. Oleh karena N2 gas merupakan sumber utama N maka penambatan N 2 secara ekologis sangat penting. Dalam daur N secara global terjadi pemindahan dari atmosfer ke dalam tanah. Sebagian gas N berupa oksida (N2O), dan sebagian lain berbentuk gas NH 3. Pemindahan antara tanah dan air terutama sebagai N-organik, ion ammonium, dan ion nitrat. a. Penambatan Nitrogen (N2) oleh Bakteri Tanah Penambatan N2 dapat terjadi secara simbiotik, nonsimbiotik, dan kimia. Nitrogenase adalah ensim utama dalam penambatan N2 udara secara biologis. Ensim ini mempunyai dua macam protein, yang satu mengandung Mo dan Fe dan yang lain mengandung Fe. Ensim ini sangat sensitif terhadap O2 dan aktivitasnya memerlukan tekanan O2 sangat rendah. Selain itu juga diperlukan ATP, feredoksin, pereduksi dan mungkin sitokrom dan koensim. Reaksinya adalah sebagai berikut: N2 + 6 e- 2 NH3 (Δ G= 15 Kkal) Reaksi ini memerlukan energi karena G bernilai positif. Amonia yang dibebaskan diasimilasi menjadi asam amino yang selanjutnya disusun menjadi protein. Dalam lingkungan tanah, penambatan N2 terbesar dilakukan oleh bakteri Rhizobium (Bakteri yang bersimbiosis dalam perakaran legum). Jumlah N 2 yang ditambat oleh bakteri ini 2-3 kali lebih besar daripada oleh jasad nonsimbiotik. Bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan akar tanaman kedelai atau alfalfa dapat menambat lebih dari 300 kg N/ha/th, sedang penambat N yang hidup
  • 55. bebas Azotobacter hanya mampu menambat 0.5-2.5 kg N/ha/th. Selain Azotobacter, bakteri lain yang dapat menambat N2 udara adalah spesies-spesies Beijerinckia, Chromatium, Rhodopseudomonas, Rhodospirillum, Rhodomicrobium, Chlorobium, Chloropseudomonas, Desulfovibrio, Desulfotomaculum, Klebsiella, Bacillus, Clostridium, Azospirillum, Pseudomonas, Vibrio, Thiobacillus, dan Methanobacillus. Kecepatan penambatan N2 udara oleh jasad non-simbiotik kecil, tetapi mikroba ini distribusinya dalam tanah tersebar luas, sehingga peranannya penting. Kecepatan penambatan N2 udara oleh Azotobacter dan Azospirillum lebih tinggi di daerah rhizosfer daripada dalam tanah di luar daerah perakaran. Hal ini disebabkan karena adanya bahan organik dari eksudat akar. Pada lingkungan tanah tergenang, sianobakteria seperti Anabaena dan Nostoc merupakan jasad yang paling penting dalam menambat N2 udara. Sebagian sianobakteria membentuk heterosis yang memisahkan nitrogenase yang sensitive terhadap O2 dari ekosistem yang menggunakan O2 (lingkungan aerobik). Sianobakteria pada tanah sawah yang ditanami padi, dalam keadaan optimum dapat menambat 100- 150 kg N/ha/tahun. Sianobakteria penambat nitrogen dapat hidup bersimbiosis dengan jasad lain, seperti dengan jamur pada lumut kerak (Lichenes), dengan tanaman air Azolla misalnya Anabaena azollae. b. Amonifikasi Berbagai tanaman, binatang, dan mikroba dapat melakukan proses amonifikasi. Amonifikasi adalah proses yang mengubah N-organik menjadi N-ammonia. Bentuk senyawa N dalam jasad hidup dan sisa-sisa organik sebagian besar terdapat dalam bentuk amino penyusun protein. Senyawa N
  • 56. organik yang lain adalah khitin, peptidoglikan, asam nukleat, selain itu juga terdapat senyawa N-organik yang banyak dibuat dan digunakan sebagai pupuk yaitu urea. Proses amonifikasi dari senyawa N-organik pada prinsipnya merupakan reaksi peruraian protein oleh mikroba. Secara umum proses perombakan protein dimulai dari peran ensim protease yang dihasilkan mikroba sehingga dihasilkan asam amino. Selanjutnya tergantung macam asam aminonya dan jenis mikroba yang berperan maka asam-asam amino akan dapat terdeaminasi melalui berbagai reaksi dengan hasil akhirnya nitrogen dibebaskan sebagai ammonia. Reaksi umumnya adalah sebagai berikut: protease deaminasi PROTEIN ----------------- ASAM AMINO ------------------ NH3 Urea yang mengalami proses amonifikasi akan terhidrolisis oleh adanya ensim urease yang dihasilkan oleh mikroba tanah. Urea yang dimasukkan ke dalam tanah akan mengalami proses amonifikasi sebagai berikut: urease CO(NH2)2 + H2O ---------------------- 2 NH3 + CO2 Dalam keadaan asam dan netral amonia berada sebagai ion amonium. Sebagian amonia hasil amonifikasi dibebaskan sebagai gas NH3 ke atmosfer, sehingga lepas dari sistem tanah. Amonia dan bentuk nitrogen lain di eko-atmosfer dapat mengalami perubahan kimia dan fotokimia, sehingga
  • 57. dapat kembali ke litosfer dan hidrosfer bersama-sama air hujan. Ion amonium dapat diasimilasi tanaman dan mikroba, selanjutnya diubah menjadi asam amino atau senyawa N lain. Di dalam sel, ammonia direaksikan oleh glutamat atau glutamin sintase atau mengalami proses aminasi langsung dengan asam-ketokarboksilat sehingga berubah menjadi asam amino. c. Nitrifikasi Dalam proses nitrifikasi, ammonia (NH3) atau ion NH4+ dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat dengan reaksi sebagai berikut: NH4+ + 1,5 H2O --------------- NO 2- + 2 H+ + H2O (Δ G = -66 Kkal) NO2- + 0,5 O2 ------------------------- NO3- (Δ G = -17 Kkal) Proses ini dilakukan oleh mikroba khemoototrof, yang menggunakan energinya untuk asimilasi karbon dalam bentuk CO2. Kedua langkah reaksi yang menghasilkan energy ini dilakukan oleh jasad yang berbeda, tetapi reaksinya berlangsung bersamaan sehingga jarang terjadi akumulasi NO2-. Dalam reaksi tersebut dihasilkan ion H+, sehingga ada kemungkinan dapat menurunkan pH lingkungan. Di dalam tanah, genus utama pengoksidasi ammonia menjadi nitrit adalah Nitrosomonas dan yang dominan menghasilkan nitrat adalah Nitrobacter. Mikroba lain yang mampu mengoksidasi ammonia menjadi nitrit adalah Nitrospira, Nitrosococcus, dan Nitrosolobus. Selain Nitrobacter, mikroba lain yang mampu mengubah nitrit menjadi nitrat adalah Nitrospira, dan Nitrococcus. Bakteri tanah yang mengoksidasi
  • 58. ammonium menjadi nitrit dan nitrat umumnya mempunyai sifat khemoautotrofik. Kelompok bakteri ini mampu menggunakan senyawa anorganik sebagai satu-satunya sumber energi dan menggunakan CO2 sebagai sumber karbon. Selain itu terdapat mikroba heterotrof baik bakteri maupun jamur juga berperan dalam proses nitrifikasi. d. Reduksi Nitrat (Denitrifikasi) Ion nitrat dapat diubah menjadi bahan organik oleh mikroba melalui proses asimilasi reduksi nitrat. Sekelompok mikroba heterotrof termasuk bakteri, jamur dan algae dapat mereduksi nitrat. Proses ini menggunakan sistem ensim nitrat dan nitrit reduktase, membentuk ammonia yang kemudian disintesis menjadi protein. Pada lingkungan tanpa oksigen, ion nitrit dapat berfungsi sebagai aseptor elektron terakhir, yang dikenal sebagai proses respirasi nitrat atau asimilasi nitrat. Dalam proses desimilasi reduksi nitrat, nitrat diubah menjadi bahan tereduksi sedang senyawa organik dioksidasi. Pada keadaan anaerob, reaksi ini lebih banyak menghasilkan energi dibandingkan energi yang dihasilkan oleh reaksi fermentasi. Ada dua tipe desimilasi reduksi nitrat. Sekelompok mikroba fakultatif anaerob seperti Alcaligenes, Escherichia, Aeromonas, Enterobacter, Bacillus, Flavobacterium, Nocardia, Spirillum, Staphylococcus, dan Vibrio mampu mereduksi nitrat menjadi nitrit dalam keadaan anaerob. Nitrit yang dihasilkan diekskresikan, sehingga mikroba dapat mereduksinya melalui hidroksilamin ke ammonium. Ensim yang bekerja pada reaksi tersebut melibatkan sistem ensim nitrat reduktase dan nitrit reduktase.
  • 59. Mikroba pereduksi nitrat seperti Paracoccus denitrificans, Thiobacillus denitrificans dan beberapa Pseudomonas mempunyai tahap reaksi reduksi yang lebih lengkap sebagai berikut: NO3- ------------- NO2- ------------- NO ----------- N2O --------------- N2 Reaksi denitrifikasi ini dapat terjadi dalam keadaan lingkungan anaerob pada tekanan oksigen yang sangat rendah (reduktif). Walaupun demikian denitrifikasi juga dapat terjadi dalam keadaan aerob apabila terdapat mikrohabitat anion. Mikroba denitrifikasi utama di dalam tanah ialah genera Pseudomonas dan Alcaligenes. Mikroba lain yang juga mampu mereduksi nitrat adalah Azospirillum, Rhizobium, Rhodo- pseudomonas, dan Propionibacterium.
  • 60. Siklus Fosfor Transformasi fosfor oleh mikroba Mikroba tanah dapat berperan dalam proses penyediaan unsur hara untuk tanaman. Pada tanah-tanah kahat unsur hara tertentu yang perlu masukan tinggi untuk memanipulasi secara kimia agar ketersediaannya meningkat, maka penyediaan secara biologis dengan menggunakan mikroba menjadi sangat penting. Kenyataan di alam, pada rhizosfer (daerah sekitar perakaran) setiap tanaman merupakan habitat yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karenanya penggunaan mikroba yang hidup di rhizosfer yang dapat meningkatkan serapan unsur hara tanaman menjadi perhatian utama pada kajian ini. Mikroba yang berperan dalam transformasi P dalam tanah adalah mikoriza yang bersimbiosis dengan perakaran tanaman dan mikroba pelarut fosfat yang hidup bebas di daerah perakaran. a. Mikorhiza Vesikular Arbuskular Mikoriza (VAM) Pada keadaan tanah yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, telah ditemukan adanya simbiosis tanaman dengan sejenis jamur yang disebut mikoriza. Mikoriza terdiri atas beberapa macam spesies, simbion untuk tanaman pertanian pada umumnya adalah endomikoriza yang dikenal sebagai vesicular arbuskular mikoriza (VAM). Tanaman memerlukan mikoriza untuk pengambilan unsure hara terutama kemampuannya untuk meningkatkan serapan P, sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman terutama pada tanah- tanah kahat P.
  • 61. Vesikular Arbuskular Mikoriza pada akar tanaman Sumber: http://sumarsih07.files.wordpress.com/2008/11/vi-mikroba- dan-kesuburan-tanah.pdf ...... diunduh 23/6/2011 Ektomikoriza pada akar tanaman Sumber: http://sumarsih07.files.wordpress.com/2008/11/vi-mikroba- dan-kesuburan-tanah.pdf ...... diunduh 23/6/2011
  • 62. Perakaran tanaman yang terinfeksi mikoriza mempunyai daya serap yang lebih besar terhadap air dan unsur hara, khususnya P, apabila dibandingkan dengan tanaman tanpa mikoriza. Hal ini disebabkan adanya miselium jamur mikoriza yang tumbuh keluar dari akar sehingga daya jangkau dan luas permukaan perakaran meningkat, akibatnya dapat memperbesar daya serap akar. Diduga bahwa hifa eksternal mikoriza menyerap ion secara intersepsi dan melalui pertukaran kontak langsung, sehingga penyerapan ion oleh tanaman dengan cara tersebut menjadi lebih besar, sedangkan penyerapan secara difusi dan aliran massa tetap berlangsung. Dengan demikian pada ketersediaan P yang sama, maka tanaman bermikoriza dapat menyerap P yang lebih besar apabila dibandingkan dengan tanaman tanpa mikoriza. Tanaman bermikoriza mempunyai daya serap akar yang lebih besar sehingga mengakibatkan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman juga meningkat. Oleh karena sifat dan cara penyerapan unsur hara yang berbeda satu sama lain, maka jumlah unsur hara yang dapat diserap oleh adanya miselium jamur mikoriza ini kemungkinan juga berbeda, dan hal ini dapat menyebabkan respon mikoriza pada serapan unsur hara tertentu sangat besar tetapi untuk unsur hara yang lain tidak sama. Penyerapan unsur hara oleh tanaman dapat secara pasif dan aktif, ada yang berpendapat bahwa pengaruh mikoriza lebih nyata pada unsur hara yang terutama diserap tanaman secara pasif dan sifat ionnya tidak lincah, seperti fosfor yang terutama diserap oleh akar secara difusi. Fosfor merupakan unsur penting penyusun ATP, dan ATP merupakan bentuk energi tinggi yang sangat berperanan dalam
  • 63. penyerapan unsure hara secara aktif, sehingga peningkatan serapan fosfor memungkinkan peningkatan serapan unsur hara lain yang diserap secara aktif oleh perakaran tanaman. Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistik antara jamur (mykus) tanah kelompok tertentu dan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi. Berdasarkan struktur tubuhnya dan cara infeksi terhadap tanaman inang, mikoriza dapat dikelompokkan ke dalam 3 golongan besar yaitu Endomikoriza, Ektomikoriza, dan Ektendomikoriza. Endomikoriza lebih dikenal dengan Vesikular Arbuskular Mikoriza atau disingkat VAM, karena pada simbiosis dengan perakaran dapat membentuk arbuskul dan vesikula di dalam akar tanaman. Berdasarkan struktur arbuskul atau vesikula yang dibentuk, maka VAM dapat digolongkan ke dalam 2 sub ordo, yaitu Gigaspoinae dan Glominae. Sub ordo Gigaspoinae terdiri atas satu famili Gigaspoceae yang beranggotakan 2 genus yaitu Gigaspora sp. dan Scutellospora sp. Kedua genus ini tidak membentuk struktur vesikula tetapi hanya membentuk arbuskul apabila berasosiasi dengan akar tumbuhan. Salah satu anggota sub ordo Glominae adalah Glomus sp. Vesikular Arbuskular Mikoriza merupakan simbiosa antara jamur tanah yang termasuk kelompok Endogonales dengan semua tanaman yang termasuk dalam Bryophyta, Pteridophyta, Gymnospermae dan Angiospermae, kecuali pada family Cruciferae, Chenopodiaceae dan Cyperaceae yang belum diketahui adanya simbiosis dengan jamur tersebut. Simbiosis antara tanaman dengan mikoriza terjadi dengan adanya pemberian karbohidrat dari tanaman kepada jamur dan pemberian unsur hara terutama P dari jamur kepada tanaman. Oleh karena itu perkembangan mikoriza pada akar sangat tergantung pada tingkat fotosintesis tanaman inang. Jamur
  • 64. membutuhkan senyawa carbon yang dihasilkan oleh tanaman inang, sehingga kemampuan tanaman untuk mensuplai senyawa carbon dari hasil fotosintesis menentukan keberhasilan tanaman bersimbiosis dengan jamur. Akar tanaman dapat menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan jamur VAM. Senyawa tersebut berupa flavonoid yang disebut eupalitin (3,5-dihidroksi-6,7- dimetoksi-4-hidroksi flavon) yang dapat merangsang pertumbuhan hifa VAM, selain itu ada senyawa lain yang belum teridentifikasi yang dapat berfungsi sebagai molekul sinyal untuk terjadinya simbiosis tanaman-VAM. Bagian penting dari VAM adalah adanya hifa eksternal yang dibentuk diluar akar tanaman. Hifa ini membantu memperluas daerah penyerapan akar tanaman. Jumlah miselium eksternal dapat mencapai 80 cm per cm panjang akar, yang perkembangannya dipengaruhi oleh keadaan tanah terutama aerasi. Dengan semakin luasnya daerah penyerapan akar maka semakin besar pula daya serap akarnya, sehingga adanya mikoriza pada perakaran tanaman akan dapat meningkatkan penyerapan unsur hara. Penyerapan air oleh akar juga menjadi lebih besar, sehingga tanaman lebih tahan terhadap kekeringan. Manfaat lain adanya mikoriza adalah dapat meningkatkan ketahanan terhadap serangan patogen akar, dan dapat memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Vesikular Arbuskular Mikoriza mempunyai struktur hifa eksternal dan hifa internal, hifa gulung, arbuskul dan vesikula. Hifa jamur mikoriza tidak bersekat, tumbuh diantara sel-sel korteks dan bercabang-cabang di dalam sel tersebut. Di dalam jaringan yang diinfeksi dibentuk hifa yang bergelung-gelung atau bercabang-cabang yang sering disebut arbuskul. Arbuskul
  • 65. merupakan cabang-cabang hifa dikotom, struktur ini akan tampak sebagai massa protoplasma yang berbutir-butir dan bercampur baur dengan protoplasma sel tanaman. Arbuskul mempunyai hifa bercabang halus yang dapat meningkatkan 2-3 kali luas permukaan plasmolema akar, dan diduga berperan sebagai pemindah unsur hara antara jamur dan tanaman inang. Arbuskul dapat dibentuk dua sampai tiga hari setelah infeksi jamur terjadi pada perakaran. Vesikula mengandung lipida, terutama berfungsi sebagai organ penyimpan. Apabila sel kortek rusak, vesikula dapat dibebaskan ke dalam tanah, dan selanjutnya dapat berkecambah dan merupakan propagul infektif. Perakaran yang terinfeksi VAM tidak terjadi perubahan nyata secara fisik, sehingga hanya dapat dideteksi dengan teknik pewarnaan dan diamati dengan mikroskop. Di dalam tanah, mikoriza dapat membentuk spora yang tumbuh satu- satu atau berkelompok yang disebut sporokarp. Berdasarkan tipe sporanya, dibedakan yang dapat membentuk klamidospora, yaitu genera Glomus, Sclerocystis, dan Complexipes. Sedangkan yang membentuk asigospora adalah genera Gigaspora, Acaulospora dan Entrophospora. Pengaruh yang menguntungkan dari mikoriza untuk pertumbuhan tanaman, yang menunjukkan bahwa tanaman yang bermikoriza mempunyai berat kering yang lebih besar dari tanaman yang tidak bermikoriza. Tanaman yang bermikoriza tumbuh normal sedangkan tanaman tanpa mikoriza menunjukkan gejala defisiensi P. Mikoriza memperbaiki pertumbuhan tanaman dengan jalan meningkatkan penyerapan unsurunsur hara dari dalam tanah, terutama unsur P. Oleh karena P merupakan hara utama untuk pertumbuhan tanaman, maka pengaruh infeksi mikoriza sangat nyata. Dengan demikian respon pertumbuhan tanaman merupakan akibat
  • 66. langsung ataupun tidak langsung dari perbaikan penyerapan P. Selain itu juga didukung oleh peningkatan serapan unsur-unsur lain, seperti N, S, Zn dan Cu. b. Mikroba Pelarut Fosfat Bakteri yang diketahui dapat melarutkan fosfat adalah bermacam-macam spesies dari genera Bacillus, Pseudomonas, Arthrobacter, Micrococcus, Streptomyces, dan Flavobacterium. Spesies-spesies bakteri yang mempunyai daya tinggi untuk melarutkan fosfat adalah Pseudomonas striata, P. rathonis, Bacillus polymyxa, dan Bacillus megaterium. Semua bakteri tersebut mempunyai kemampuan yang stabil dalam melarutkan P tidak tersedia dalam tanah dan batu fosfat. Kebanyakan bakteri yang dapat melarutkan fosfat adalah bakteri pembentuk spora. Selain bakteri, berbagai jamur yang diketahui dapat melarutkan fosfat adalah bermacam- macam spesies dari genera Aspergillus, Penicillium dan khamir. Beberapa varitas dari spesies jamur Aspergillus niger mempunyai daya tinggi untuk melarutkan fosfat. Mikroba pelarut fosfat heterotrof dapat menghasilkan asam-asam organik. Berbagai asam organik tersebut terutama asam-asam hidroksi dapat mengikat secara khelat dan membentuk kompleks yang relatif stabil dengan kation-kation Ca2+, Mg2+, Fe3+, dan Al3+, sehingga fosfat yang semula terikat oleh kation-kation tersebut menjadi terlarut. Beberapa bakteri disamping menghasilkan asam organik non-volatil juga dapat membentuk asam volatil. Asam organik yang dihasilkan oleh satu jenis bakteri dapat bermacam- macam, seperti asam glukonat. Pembentukan asam organik seperti asam-asam karboksilat yang terjadi selama perombakan bahan organik oleh jamur dapat menyebabkan larutnya batu fosfat. Pelarutan
  • 67. batu fosfat dapat diketahui dengan meningkatnya Ca yang terlepas dari batu fosfat. Dari metode tersebut diketahui bahwa pelarutan batu fosfat meningkat terus sampai hari ke 90. Peningkatan jumlah asam karboksilat dan total keasaman organik sebanding dengan peningkatan pelarutan batu fosfat. Beberapa mikroba yang bersifat khemolitotrofik juga berperan dalam proses pelarutan fosfat tidak tersedia dalam tanah. Bakteri kelompok Nitrosomonas dan Thiobacillus berturut-turut dapat menghasilkan asam nitrat dan asam sulfat. Asam-asam tersebut merupakan asam kuat yang mampu melarutkan fosfat yang berbentuk tidak larut.
  • 68. Jaring-jaring makanan dalam tanah: The living part of the soil is just as critical to plant growth as the physical soil structures. Soil microorganisms are the essential link between mineral reserves and plant growth. The cycles that help nutrients to flow from soil to plant are all interdependent and they work only with the help of the living organisms that constitute the soil community. Jaring-jaring makanan dalam tanah (Sumber: http://www.prism.gatech.edu/~gh19/b1510/ecosys.htm ..... diunduh 25/6/2011) Soil organisms, from bacteria and fungi to protozoans and nematodes, on up to mites, springtails and earthworms, perform a vast array of fertility-maintenance tasks. Organic soil management aims at helping soil organisms maintain fertility; conventional (non-organic) soil management merely substitutes a simplified chemical system to provide nutrients to plants. Once a healthy soil ecosystem is disrupted by the excessive use of soluble synthetic fertilizers, restoring it can be a long and costly process. In many cases, the excessive use of energy- intensive petroleum-based fertilizers and pesticides has destroyed the biological fertility of soil, so growers use ever- larger amounts of these materials to sustain crop growth. Like
  • 69. all living things, the creatures of the soil community need food, water, and air to carry on their activities A basic diet of plenty of organic material, enough moisture, and well-aerated soil will keep their populations thriving. Soil creatures thrive on raw organic matter with a balanced ratio of carbon to nitrogen, about 25 to 30 parts carbon to 1 part nitrogen. Carbon, the form of carbohydrates, is the main course for soil organisms. Given lots of it, they grow quickly scavenging every scrap of nitrogen from the soil system to go with it. That’s why adding lots of high-carbon materials to your soil can cause nitrogen deficiencies in plants. In the long term, carbon is the ultimate fuel for all soil biological activity and therefore of humus formation and productivity. A balance supply of mineral nutrients is also essential for soil organisms, and micronutrients are important to the many bacterial enzymes involved in their biochemical transformations Jaring-jaring makanan dalam tanah (Sumber: http://www.ecowalkthetalk.com/blog/2010/06/14/organic- gardening-importance-of-balanced-soils/ ….. diunduh 25/6/2011)
  • 70. Biodiversitas Tanah dan Keterkaitannya dengan Proses-proses Soil. Tanah merupakan suatu bagian dari ekosistem terrestrial yang di dalamnya dihuni oleh banyak organisme yang disebut sebagai biodiversitas tanah. Biodiversitas tanah merupakan diversitas alpha yang sangat berperan dalam mempertahankan sekaligus meningkatkan fungsi tanah untuk menopang kehidupan di dalam dan di atasnya. Pemahaman tentang biodiversitas tanah masih sangat terbatas, baik dari segi taksonomi maupun fungsi ekologinya. Makrofauna tanah merupakan kelompok fauna bagian dari biodiversitas tanah yang berukuran sekitar 2 mm hingga 20 mm. Makrofauna tanah merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berperan penting dalam perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi. Dalam dekomposisi bahan organik, makrofauna tanah lebih banyak berperan dalam proses fragmentasi (comminusi) serta memberikan fasilitas lingkungan (mikrohabitat) yang lebih baik bagi proses dekomposisi lebih lanjut yang dilakukan oleh kelompok mesofauna dan mikrofauna tanah serta berbagai jenis bakteri dan fungi. Peran makrofauna tanah lainnya adalah dalam perombakan materi tumbuhan dan hewan yang mati, pengangkutan materi organik dari permukaan ke dalam tanah, perbaikan struktur tanah, dan proses pembentukan tanah. Dengan demikian makrofauna tanah berperan aktif untuk menjaga kesuburan tanah atau kesehatan tanah. Organisme sebagai bioindikator kualitas tanah bersifat sensitif terhadap perubahan, mempunyai respon spesifik dan ditemukan melimpah di dalam tanah. Salah satu organisme tanah adalah fauna yang termasuk dalam kelompok makrofauna tanah (ukuran > 2 mm) terdiri dari milipida, isopoda, insekta, moluska dan cacing tanah (Wood, 1989). Makrofauna tanah sangat besar peranannya dalam proses dekomposisi, aliran karbon, redistribusi unsur hara, siklus unsur hara, bioturbasi dan pembentukan struktur tanah (Anderson, 1994). Biomasa cacing tanah telah diketahui merupakan bioindikator yang baik untuk mendeteksi perubahan pH, keberadaan molekul organik, kelembaban tanah dan kualitas humus. Rayap berperan dalam pembentukan struktur tanah dan dekomposisi bahan organik. Penentuan bioindikator kualitas tanah diperlukan untuk mengetahui perubahan dalam sistem tanah akibat pengelolaan yang berbeda. Perbedaan penggunaan lahan akan mempengaruhi populasi dan komposisi makrofauna tanah. Pengolahan tanah secara intensif, pemupukan dan penanaman secara monokultur pada sistem pertanian konvensional dapat menyebabkan terjadinya penurunan secara nyata biodiversitas makrofauna tanah.
  • 71. Populasi, biomasa dan diversitas makrofauna tanah dipengaruhi oleh praktek penggelolaan lahan dan penggunaannya. Sebaliknya, pada lahan terlantar karena kualitas lahannya tergolong masih rendah menyebabkan hanya makrofauna tanah tertentu yang mampu bertahan hidup, sehingga diversitas makrofauna tanah baik yang aktif di permukaan tanah maupun di dalam tanah juga sangat rendah. Fauna tanah memerlukan persyaratan tertentu untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Struktur dan komposisi makrofauna tanah sangat tergantung pada kondisi lingkungannya. Makrofauna tanah lebih menyukai keadaan lembab dan masam lemah sampai netral (Notohadiprawiro, 1998). Hakim dkk (1986) dan Makalew (2001), menjelaskan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu, iklim (curah hujan, suhu), tanah (kemasaman, kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan, padang rumput) serta cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sifat-sifat tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dan hewan yang berbeda memiliki kebutuhan akan cahaya, air, suhu, dan kelembapan yang berbeda. Berdasarkan responnya terhadap cahaya, makrofauna tanah ada yang aktif pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Kebanyakan makrofauna permukaaan tanah aktif di malam hari. Selain terkait dengan penyesuaian proses metabolismenya, respon makrofauna tanah terhadap intensitas cahaya matahari lebih disebabkan oleh akitivitas menghindari pemangsaan dari predator. Dengan pergerakaannya yang umumnya lambat, maka kebanyakan jenis makrofauna tanah aktif atau muncul ke permukaan tanah pada malam hari. Bahan organik tanaman merupakan sumber energi utama bagi kehidupan biota tanah, khususnya makrofauna tanah, sehingga jenis dan komposisi bahan organik tanaman menentukan kepadatannya. Makrofauna tanah umumnya merupakan konsumen sekunder yang tidak dapat memanfaatkan bahan organik kasar/seresah secara langsung, melainkan yang sudah dihancurkan oleh jasad renik tanah.