Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya di wilayah pelabuhan memerlukan perhatian yang lebih intensif guna meminimalisir terjadinya kecelekaan kerja yang terjadi.
Tujuan jangka panjang dari penerapan K3 agar karyawan tetap tenang dalam melakukan pekerjaannya sekaligus mampu meningkatkan produktivitas. Sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman, sehat, sejahtera, dan bebas dari kecelakaan kerja menuju peningkatan produktivitas.
2. 1. K3 masih belum mendapatkan perhatian yang memadai semua pihak
2. Kecelakaan kerja yang terjadi relative masih tinggi
3. Pelaksanaan pengawasan K3 masih bersifat parsial dan belum menyentuh
aspek manajemen
4. Relatif rendahnya komitment pimpinan perusahaan dalam hal K3
5. Kualitas tenaga kerja berkorelasi dengan kesadaran atas K3
6. Tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja yang diterapkan oleh
komunitas perlindungan hak buruh internasional
7. Desakan LSM internasional dalam hal hak tenaga kerja untuk mendapatkan
perlindungan
3. 8. Masalah K3 masih belum menjadi prioritas program
9. Tidak ada yang mengangkat masalah K3 menjadi issue nasional baik secara politis maupun
sosial
10. Masalah kecelakaan kerja masih dilihat dari aspek ekonomi, dan tidak pernah dilihat dari
pendekatan moral
11. Tenaga kerja masih ditempatkan sebagai faktor produksi dalam perusahaan, belum
dirtempatkan sebagai mitra usaha
12. Alokasi anggaran perusahaan untuk masalah K3 relatif kecil
4. LATAR BELAKANG
Kita bekerja dalam industri dengan resiko tinggi dan insiden terus terjadi…
Stena Spirit crashes into crane, Port on
Poland’s Baltic Sea, 2012
Toppled containers aboard Svendborg Maersk
upon arrival in Malaga.
A stack of containers come undone at the South
Harbor in Manila
5. 5
MENGAPA KITA PERLU K3 ?
Manusia/Te
naga Kerja
Harta
Benda
Lingkung
an Hidup
Kita tidak ingin
Terjadi kecelakaan
kerja atau PAK ->
kehilangan saudara
Kita tidak ingin
terjadi Kerusakan
Lingkungan
Kita tidak ingin
kehilangan harta
Benda
C
I
T
R
A
P
E
R
U
S
A
H
A
A
N
K
3
8. Setiap orang/TK
yang berada di
tempat kerja selalu
dalam keadaan
selamat, sehat dan
sejahtera
Sumber2
produksi/kegiatan
aman, lancar
mendorong
produktivitas tinggi
dan efisiensi dapat
tercapai
Pembangunan
sustainable sehingga
dapat menjaga
Kelestarian
lingkungan hidup
ORANG
KEGIATAN
TEMPAT
TUJUAN PENERAPAN K3
9. Pasal 27 (2)
UUD 1945
Undang-undang
13 Thn 2003
Pasal 86 Pasal 87
• UU No.1/1970 PP 50 Tahun 2012
ttg Penerapan
SMK3
Sanksi
DASAR HUKUM PENERAPAN SMK3
10. (2) Ketentuan mengenai penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
(1) Setiap perusahaan wajib
menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan
Pasal 87
UU No.13/2003
11. Pelaksanaan K3 sesuai UU 1/1970 secara eksplisit
merupakan pelaksanaan K3 secara sistem
SMK3 dikeluarkan sejak 1996 melalui Permenaker No.
05/Men/1996
Di Internasional perkembangan sistem manajemen K3
mulai berkembang melalui ILO Guidline Tahun 2001
OHSAS dikembangkan pada tahun 2001
SMK3 ditegaskan kembali dalam UU 13 tahun 2003
pasal 87
Dan mengamanatkan pedoman penerapan melalui
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan SMK3 (12 April 2012)
12. Wajib bagi perusahaan:
◦ mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit
100 (seratus) orang; atau
◦ mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi (high
risk).
Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Dalam menerapkan SMK3 memperhatikan
peraturan perUU, konvensi atau standar
internasional
PENERAPAN SMK3
Pasal 5
15. KURANG PENGETAHUAN
KURANG TERAMPIL/ PENGALAMAN
TIDAK ADA KEMAUAN
FAKTOR KELELAHAN
JENIS PEKERJAAN YG TIDAK SESUAI
GANGGUAN MENTAL
KESALAHAN DALAM SIFAT DAN TINGKAH
LAKU MANUSIA
16. Menjalankan Mesin/
Peralatan tanpa
wewenang
Menjalankan Mesin/
Peralatan dgn kecepatan
yg tidak semestinya
Membuat Alat Pengaman
tidak berfungsi
Lalai menggunakan APD
Mengangkat barang
dengan cara yg salah
Mengambil posisi pada tempat
yang berbahaya
Membetulkan mesin dalam
keadaan jalan
Lalai memberikan peringatan atau
lupa mengamankan tempat kerja
Bersenda gurau tidak pada
tempatnya
Memaksakan diri untuk bekerja
walaupun sakit
Merancang /memasang peralatan
tanpa pengaman
17. Pelindung atau
pembatas/pengaman yang
tidak memadai
Peralatan/ perkakas dan
bahan yang rusak tetap
digunakan
Penempatan barang yang
salah
Sistem peringatan yang
tidak memadai
Pengabaian terhadap
perkiraan bahaya
kebakaran/peledakan
Kebersihan lingkungan kerja
yang jelek
Polusi udara di ruangan kerja
(gas, uap, asap, debu, dsb.)
Kebisingan yang berlebihan
Pemaparan Radiasi
Ventilasi yang tidak memadai
Penerangan yang tidak
memadai
18. Alat Pelindung Diri
Wajib digunakan di area Pelabuhan / Terminal
Alat Pelindung Diri wajib dikenakan
selama berada di area kerja
Helm Pelindung
(Safety Helmet)
Sepatu Pelindung
(Safety Shoes)
Rompi Pelindung
(Safety Vest)
19. 1. Keselamatan Pejalan Kaki
Secara umum kecelakaan fatal yang paling banyak terjadi di Pelabuhan adalah
pejalan kaki, sehingga kita perlu mengidentifikasi dan mengendalikan risiko-risiko
yang berkaitan dengan peralatan bergerak dan pejalan kaki :
a) Kenakan Rompi, Helm dan Sepatu Pelindung.
b) Jaga jarak dengan kendaraan bergerak.
c) Berjalan hanya di area pejalan kaki yang telah disediakan .
d) Pastikan pengemudi mengetahui keberadaan Anda.
e) Dilarang menggunakan HP saat berjalan di lokasi kerja.
f) Dilarang berjalan di lokasi-okasi yang ditandai rambu “Dilarang Berjalan”.
g) Dilarang turun/meninggalkan kabin kendaraan saat berada di area kerja.
h) Dilarang menumpang di atas kendaraan bak terbuka.
i) Menyeberanglah menggunakan “Zebra Cross” dan dilarang menyeberang di
sembarang tempat.
20. Potensi bahaya dan resiko fatal kedua di area pelabuhan adalah
banyaknya penggunaan alat berat bergerak di lingkungan pelabuhan.
Sehingga kita perlu mengidentifikasi dan mengendalikan risiko-risiko
yang berkaitan dengan pengoperasian dan pemeliharaan alat bergerak :
a. Pastikan Anda telah memiliki kecakapan mengemudi/memiliki SIM
yang masih berlaku.
b. Kecepatan maksimum di area kerja adalah 30 km/jam.
c. Pastikan fitur-fitur keselamatan (lampu rotari dan lain-lain) dan rem
dalam kondisi baik.
d. Perhatikan posisi pejalan kaki yang berada di lapangan.
e. Dilarang berhenti di bawah lintasan spreader, jalur RTG crane atau
berhenti di sembarang tempat.
f. Dilarang memutar musik dan menggunakan HP di saat mengemudi
g. Gunakan selalu sabuk keselamatan (Safety belt).
h. Jika kendaraan RUSAK, dilarang melakukan perbaikan tanpa ijin dari
Pihak Pelabuhan / Terminal
2. Alat Bergerak
21. i. Pastikan rem tangan (hand brake) diaktifkan saat meninggalkan
kendaraan.
j. Dilarang meninggalkan kendaraan dalam kondisi mesin hidup.
k. Pasang pengganjal ban (wheel chock) pada saat kendaraan diperbaiki.
l. Khusus kendaraan trailer, dilarang mendahului.
m. Patuhilah rambu-rambu lalulintas dan penandaan jalan.
n. Berlalulintaslah secara bergantian, jangan berkerumun dengan
kendaraan lain dan dilarang menyalip di dalam area kerja Pelabuhan /
terminal.
o. Untuk kendaraan trailer, tidak seorangpun diperkenankan menumpang
di dalam kabin.
p. Apabila anda mengalami atau mengetahui adanya kecelakaan segera
laporkan ke Supervisor Keselamatan (Safety Supervisor), Petugas
Keamanan (Security Personnel) atau Manajer Shift (Shift Manager).
2. Alat Bergerak
22. q. Dilarang mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan / atau
mengkonsumsi minuman beralkohol selama berada di lokasi kerja.
Penggunaan obat terlarang/narkoba akan dilaporkan ke pihak
berwajib.
r. Dilarang menumpang di atas bak kendaraan yang terbuka.
s. Dilarang merokok saat mengemudi dan selama berada di area kerja.
t. Pastikan jumlah penumpang sesuai kapasitas kendaraan.
2. Alat Bergerak
23. Potensi bahaya dan resiko fatal ketiga di Pelabuhan / Terminal adalah
menangani muatan. Sehingga kita perlu menggunakan alat yang sesuai
dengan prosedur kerja aman untuk meminimumkan kemungkinan
seseorang mengalami cedera karena terhantam oleh muatan yang sedang
berayun, diangkat, atau terjatuh selama kegiatan bongkar muat.
a. Hanya petugas yang ditunjuk/memiliki ijin diperkenankan
mengoperasikan peralatan.
b. Pastikan jalur spreader aman dari kendaraan bergerak.
c. Tangani petikemas sesuai dengan Muatan Kerja Aman (Safe Working
Load/SWL) alat.
d. Lakukan pemeriksaan sebelum mengoperasikan alat.
e. Penanganan muatan mutlak dilakukan oleh petugas yang terlatih.
f. Dilarang berada di bawah muatan yang menggantung.
g. Pastikan alat angkat dipelihara/dirawat secara berkala dan
bersertifikat.
3. Menangani Muatan
24. Jatuh dari ketinggian sangat sering terjadi di Pelabuhan .
Terminal. Sehingga kita perlu melindungi setiap pegawai dan
kontraktor dengan cara mengendalikan risiko terkait dengan
bekerja di ketinggian (Working at Height).
a. Kenakan Alat Pelindung Diri (SPD) untuk bekerja di ketinggian
secara tepat
b. Ketahui peraturan dan syarat untuk bekerja di ketinggian
c. Patuhi peraturan 2 x 2 yaitu :
Bekerja dalam jarak dua (2) meter pada
daerah yang tidak terlindungi yang lebih lebar
dari 300 mm yang memungkinkan untuk
jatuh dari ketinggian dua (2) meter atau lebih.
4. Bekerja di Ketinggian
25. Kapal-kapal yang berkunjung diklasifikasikan sebagai area sementara
karena berbagai macam desain, kondisi, dan cara penyajian
barang/kargo yang mungkin menimbulkan kerusakan atau cedera pada
seseorang.
Sebelum melakukan pekerjaan di atas kapal, maka harus diuji dulu
kondisi kapal termasuk jalur masuk ke setiap titik/lokasi pekerjaan
(Point of Work = POW) dan setiap peralatan pengangkatan.
Apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian/ kekurangan, maka harus
dilakukan tindakan perbaikan dengan pengawasan memadai yang
teridentifikasi, terpasang, dan terkomunikasikan sebelum
dilaksanakannya pekerjaan.
5. Keselamatan Kapal
26. Dalam penerapan SMK3 yang baik, perusahaan wajib
menyediakan Workshop (Bengkel) dan peralatan yang didesain,
dibangun, dibeli, dan dipelihara sesuai dengan standar industri
untuk memastikan kesehatan dan keselamatan para pegawainya
serta keefisienan pengoperasiannya.
6. Teknik/Engineering
27. 7. Pengisolasian
Perusahaan harus mengendalikan risiko yang timbul dari pelepasan
energi tersimpan yang tidak terkendali.
Untuk pekerjaan berkaitan dengan kelistrikan, pekerjaan di ruang sempit
(confined space), pekerjaan menggali, pekerjaan di ketinggian,
pekerjaan berhubungan dengan panas dan pekerjaan penanganan
mekanis serta pekerjaan yang berkaitan dengan zat/barang berbahaya
harus mendapat ijin dari Petugas Keselamatan atau Departemen K3
Perusahaan terkait.