Perkembangan Pemekaran Daerah

barita
baritabarita
Perkembangan Pemekaran Daerah


            Ujian Akhir Semester
      Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik




                    Oleh:
            Barita P. M. Siahaan
                0616041024




  JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
        UNIVERSITAS LAMPUNG
                 2009
Perkembangan Pemekaran Daerah


Pengertian pemekaran daerah
Pemekaran daerah merupakan suatu langkah atau cara politik sebuah daerah
dengan cara membagi atau memperluas sub bagian wilayah dari daerah tersebut
baik bagian atau daerah yang berbentuk provinsi baru atau pun kabupaten baru.
Tujuan dari dilakukannya upaya pemerintah dalam pemekaran daerah ini adalah
tidak lain dengan meningkatkan berbagai pelayanan social yang diberikan dan
meningkatkan kefektivan serta keefisiensian sebuah daerah dalam mengatur atau
mengelola daerahnya baik dilihat dari sector perekonomian, politik serta
pelayanan public untuk masyarakatnya.


Dalam Undang Undang otonomi daerah, wacana pemekaran tidak terlepas dari
pemberlakuan prinsip-prinsip otonomi daerah. Hal ini menyimpulkan bahwa pada
prinsipnya otonomi daerah merupakan media atau jalan untuk menjawab tiga
persoalan mendasar dalam tata pemerintahan dan pelayanan terhadap publik.
Sehingga banyak orang berasumsi bahwa pemekaran daerah merupakan langkah
yang diambil setelah diberlakukannya otonomi daerah yang merupakan:
   1. pemekaran daerah yang dilakukan oleh pemerintah merupakan jalan atau
       upaya untuk mendekatkan pemerintah kepada rakyat.
   2. melalui pemekaran daerah juga harus tercipta akuntabilitas yang terjaga
       dengan baik.
   3. pemekaran daerah diformulasikan menjadi langkah untuk mengupayakan
       responsiveness, dimana publik berpartisipasi aktif dalam pengambilan
       kebijakan.




Tujuan pemekaran daerah
Bersdasarkan pasal 2 PP 129/2000 disebutkan ada beberapa tujuan dibentuknya
sebuah daerah baru atau dilakukannya pemekaran daerah. Tujuan tersebut
diantaranya:
1. meningkatkan kesejahteraan masyarakat
   2. meningkatkan pelayanan masyarakat
   3. mempercepat pertumbuhan demokrasi
   4. mempercepat pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah
   5. mempercepat pengelolaan potensi daerah
   6. meningkatkan keamanan dan ketertiban
   7. meningkatkan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah


Pembentukan pemekaran daerah dan daerah otonom
Pemekaran daerah dapat terjadi di setiap wilayah di Indonesia ini. Suatu daerah
otonom dapat melakukan suatu pemekaran dengan menggunakan sebuah media
yaitu melihat indikator keberhasilan pembangunan daerah selama penerapan
otonomi daerah tersebut, yang telah berusia enam tahun ini, sekaligus dapat
dijadikan sebagai dasar dalam melakukan pemekaran.


Indikator menilai kemajuan
Dalam implementasi struktur, fungsi dan tugas dalam kepemerintahan suatu
daerah dapat ternilai apakah daerah tersebut mampu dalam menjalankan situasi,
mengoperasikan serta meningkatkan pelayanan dalam daerah otonomnya.
Penilaian ini dilakukan dengan melihat indikator yang secara sederhana dapat
dikategorikan sebagai berikut:
   1. aspek ekonomi daerah. Indikator aspek ini akan menjawab seperti
       apakah nantinya kekuatan ekonomi dari daerah-daerah yang menjadi
       bagian dari wilayah yang hendak dimekarkan. Selanjutnya, potensi-potensi
       apa yang bisa dimaksimalkan dalam membangun ekonomi daerah. Ini
       perlu dilakukan, mengingat pertimbangan ekonomi adalah salah satu unsur
       utama didalam memandirikan suatu daerah. Sebab indikator ini
       menggunakan dasar penilaian dengan menggunakan dasar ”apakah
       pembangunan yang terjadi selama enam tahun terakhir ini adalah
       pembangunan       yang    merangsang     pertumbuhan       ekonomi    di
       masyarakat lokal.” Hal ini perlu dijalankan dengan melakukan kajian
       mendalam, sehingga kelihatanlah seberapa besar pengaruh otonomi
daerah, baik di tingkat kabupaten/kota maupun secara regional, untuk
      memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dengan demikian akan bisa
      kita ketahui bahwa apakah otonomi daerah selaras dengan upaya dalam
      meningkatkan kesejahteraan rakyat.
   2. aspek pelayanan publik. Dalam konteks ini, harus dinilai seberapa dekat
      pemerintah daerah dengan masyarakat, yang tercermin dalam urusan-
      urusan pelayanan publik yang terbuka, efisien dan efektif. Apakah publik
      merasa dipuaskan melalui pelayanan pemerintah lokal, atau justru
      pemerintah lokal mengharapkan pelayanan dari masyarakat. Apakah
      mental-mental KKN dan primordialisme masih sangat kental dalam
      urusan-urusan publik. Masih terdapat ketidakadilan, kemudian politik
      kongkalikong di antara elit lokal masih kerap terjadi.
   3. aspek pembangunan demokrasi politik. Menjadi penting                    juga
      mengkaitkan antara pelaksanaan otonomi daerah dengan upaya-upaya
      pelembagaan demokrasi ditingkat lokal. Potret ini bisa terlihat dari
      beberapa kritiskah rakyat dalam melihat kebijakan-kebijakan yang
      dikeluarkan oleh pemerintah lokal? Atau seberapa besarkah kontribusi dari
      masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan strategis di daerahnya ?


Indikator diatas merupakan sebagai batu loncatan yang harus dipertimbangkan
baik-baik oleh pemerintah dalam menyetujui terbentuknya daerah baru dari
pemekaran otonomi daerah. Sehingga pada akhirnya daerah yang dimekarkan
dapat sungguh-sungguh mampu dalam mengelola daerahnya.


Jawaban supaya suatu daerah mampu melewati indikator dan membentuk sebuah
daerah baru atau memekarkan daerahnya adalah dengan mempercepat laju
pertumbuhan    pembangunan      daerahnya     dari   berbagai   aspek     kegiatan
kepemerintahannya.   Menurut     Marselina    (Unila,   27-4-2006),     percepatan
pembangunan di daerah otonom bisa dilakukan dengan cara:
   1. mendorong dan membuka pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru
   2. desentralisasi pembangunan dan pelayanan publik
3. belanja pembangunan dalam APBD yang tepat dan terfokus; dan
   4. strategi pemekaran sebagai opsi terakhir yang menjadi awal rencana
       memekarkan daerah.


Pemekaran daerah pada faktanya
Pada kenyataannya pemekaran daerah tidaklah berjalan sesuai dengan tujuan apa
yang seharusnya menjadi target. Hal ini nampak dari belum kunjung
meningkatnya kesejahteraan dan kualitas pelayanan yang diperoleh masyarakat
masih seperti yang dulu. Pelayanan yang didapat masih dapat dikatann sebagai
pelayanan yang ruwet, rumit, dan duit. Pascapemekaran, wilayah induk dan
provinsi termasuk juga pemerintah pusat, mengalami berbagai kesulitan karena
harus berbagi sumber daya dan dana APBD/APBN. Jika rencana pemekaran tidak
hati-hati dan dipersiapkan dengan matang, lebih dominan "musibah" yang ditelan
masyarakat ketimbang "berkah" yang menghampiri.


Selain itu pemekaran juga tidak jauh dengan istilah ”daerah pemekaran
bermasalah” hal tersebut nampak pada ungkapan Menteri Dalam Negeri
(Mendagri) M. Ma'ruf yang menjelaskan hasil evaluasi 98 daerah otonom,
umumnya daerah baru hasil pemekaran, ternyata 76 daerah (78%) bermasalah,
seperti soal penyerahan personel, peralatan, dokumen, batas wilayah, rencana tata
ruang, pemindahan PNS ke daerah baru, dan yang paling berat adalah masalah
pendanaan. Masalah pendanaan ini berkaitan erat dengan belum tercapainya
angka potensi kemampuan ekonomi.


Ungkapan yang tidak sesuai dengan kenyataannya:
      "Pemekaran diharapkan tidak membebani keuangan negara," kata Menteri
      Dalam Negeri Mardiyanto saat menyampaikan pandangan pemerintah
      dalam rapat paripurna pengesahan pembentukan 12 daerah pemekaran
      baru di Gedung MPR/DPR, Rabu (29/10).
Jumlah daerah merupakan angka pembagi dalam formula penentuan Dana Alokasi
Umum (DAU). Yang dirugikan sebetulnya daerah induk, karena alokasi APBN
untuk daerah menjadi terbagi kepada daerah otonom baru. Namun biasanya,
jumlah DAU yang diterima daerah induk setelah pemekaran minimal sama
dengan sebelum terjadinya pemekaran, maka kebutuhan dana akibat pemekaran
ini menjadi beban tambahan bagi pusat. Pembentukan daerah baru ternyata
memberikan implikasi bagi kebijakan fiskal nasional. Wujud dari implikasi ini
dikemukakan Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu Mardiasmo yang melihat
keberadaan daerah otonom baru akan mengurangi alokasi dana perimbangan yang
diterima daerah yang telah ada.


Dengan alokasi anggaran kepada daerah yang harus memperhatikan kemampuan
anggaran negara dan dengan bertambahnya daerah-daerah otonom baru, yang juga
harus memperoleh anggaran perimbangan, mengakibatkan pemerintah pusat
memilih merasionalisasi alokasi anggaran. Sehingga, penyesuaian yang dilakukan
dalam pengalokasian anggaran perimbangan memberikan dampak kepada daerah-
daerah yang sudah ada sebelumnya.


Pemekaran tidak mengarah jauh lebih baik
Beberapa data lagi yang dapat menggambarkan kondisi pembentukan daerah
otonom baru tidak serta merta memberi perubahan baik kepada masyarakat
daerahnya.
   1. pembentukan daerah otonom baru memberikan implikasi terhadap
       pengelolaan kelembagaan nasional. Bahwa daerah otonom di Indonesia
       menjadi bertambah jumlahnya sehingga menghasilkan struktur yang lebih
       banyak adalah suatu hal yang jelas. Namun bertambahnya struktur tersebut
       juga membawa konsekuensi besar terhadap pengelolaan sumber daya
       kelembagaan. Dalam hal sumber daya keuangan misalnya. Pembentukan
       daerah baru ternyata memberikan implikasi bagi kebijakan fiskal nasional.
       Wujud dari implikasi ini dikemukakan Dirjen Perimbangan Keuangan
       Depkeu Mardiasmo yang melihat keberadaan daerah otonom baru akan
       mengurangi alokasi dana perimbangan yang diterima daerah yang telah
       ada.
   2. pembangunan kelembagaan daerah. Beberapa daerah otonom baru
       mengalami masalah dalam aspek pembangunan kelembagaannya. Hal ini
berkaitan dengan sumber daya (SDM, finansial, dan administratif) yang
       diperlukan untuk membangun infrastruktur dan fasilitas pada daerah baru
       tersebut. Dalam unsur sumber daya finansial (anggaran) misalnya, anggota
       BPK Baharuddin Aritonang menyebutkan, merujuk temuan BPK terhadap
       daerah otonom baru, kinerja keuangan daerah pemekaran baru
       memprihatinkan. Selain mengandalkan dana dari pusat, daerah baru hasil
       pemekaran juga kekurangan SDM yang mau menjadi aparatur
       pemerintahan.
   3. penggerakkan kapasitas daerah. Beberapa daerah otonom baru hasil
       pemekaran justru mengalami masalah dalam menggerakkan kapasitas
       daerahnya. Penyebabnya, setelah pemekaran dilakukan kerja sama
       ekonomi masyarakat justru melemah, skala produksi mengecil, dan
       persaingan antardaerah menguat. Akibatnya, biaya ekonomi membesar
       dan lokasi geografis kurang mendukung kegiatan ekonomi. Kesejahteraan
       masyarakat juga menurun akibat perlambatan kegiatan ekonomi
       masyarakat.



Untuk itu, revisi terhadap PP 129 Tahun 2000 yang memang lebih berdimensi
kuantitas dan menafikan aspek kualitas masih kita nantikan untuk lebih mampu
memberikan jaminan atas masa depan daerah otonom baru yang akan diusulkan
oleh beberapa daerah. Yang juga kita tunggu implementasinya adalah penerapan
dari pasal 6 UU No. 32 Tahun 2004 yang memberi peluang bagi daerah otonom
untuk dihapuskan atau digabungkan kembali dengan daerah induknya jika tidak
mampu menyelenggarakan otonomi daerah setelah melalui proses evaluasi
penyelenggaraan pemerintahan daerah.


Strategi Penataan Daerah
Pemekaran daerah yang tidak membawa sebuah daerah kearah yang jauh lebih
baik membuahkan pemikiran bahwa pemekaran daerah seharusnya dikurangi
dengan menggunakan strategi yang tepat.strategi tersebut diantaranya:
1. substansi perlu dipikirkan nilai dasar dan tujuan akhir dari pemekaran. Jika
       demokrasi lokal menjadi nilai dasar dan tujuan pemekaran, pemekaran
       kabupaten/kota akan jadi prioritas. Sebaliknya, jika nilai dasarnya adalah
       efisiensi-efektivitas pemerintahan, pemekaran kabupaten/kota harus
       dibatasi dan provinsi harus diperbanyak.
   2. proses pengusulan DOB untuk melakukan penahapan pemekaran. Sebelum
       DOB dibentuk, perlu diberikan masa persiapan, misalnya, tiga tahun.
       Masa persiapan tersebut adalah masa pembinaan sekaligus evaluasi
       terhadap kesiapan daerah untuk dimekarkan. (*)
   3. perbaikan mentalitas dan orientasi politisi terhadap tujuan pemekaran.


Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007
Pemekaran     daerah     memang   sulit   dibendung.   Aturan   membolehkannya.
Pemerintah telah menelurkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007
tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah, yang
menggantikan PP No 129/2000. Persyaratan baru dalam PP No 78/2007 bisa
dikatakan lebih ketat.

Pemerintah membutuhkan waktu selama dua tahun untuk menyusun PP No
78/2007. Mengenai mengapa penyusunan revisi peraturan pemerintah itu
demikian lama, Departemen Dalam Negeri selalu berdalih, mereka membutuhkan
kajian yang mendalam untuk merevisi PP No 129/2000 untuk disinkronisasikan
dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Selama kurun waktu dua tahun itu, laju pemekaran terus meningkat tajam.
Rencana moratorium yang pernah dilontarkan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono di depan sidang paripurna khusus Dewan Perwakilan Daerah dan
terlontar di penutupan masa sidang DPR awal tahun 2007 tak menyurutkan
aspirasi pemekaran.

Sejumlah hal yang bisa menjelaskan mengapa moratorium pemekaran sulit
dilakukan, diantanya:
1. tuntutan terhadap pemekaran adalah cara hukum mendorong pemerintah
   untuk mengalirkan keuangan negara ke daerah. Selama insentif keuangan
   berupa dana alokasi umum, dana alokasi, dan dana perimbangan lainnya
   dari pemerintah pusat terus mengalir ke DOB, selama itu pula tuntutan
   pemekaran akan terjadi. Dengan kata lain, pemekaran adalah alat bagi
   daerah untuk menekan pemerintah pusat agar memberikan uang kepada
   daerah.
2. selain berdimensi keuangan negara, pemekaran memiliki dimensi politik.
   Pemekaran merupakan cara politik untuk memberikan ruang yang lebih
   besar kepada kader-kader partai politik di daerah untuk berkiprah di
   lembaga-lembaga        perwakilan   serta   lembaga-lembaga   pemerintahan
   daerah. Pembentukan DOB jelas diikuti pembentukan sejumlah struktur
   dan posisi di daerah seperti kepala daerah, wakil daerah, anggota DPRD,
   dan posisi-posisi pemerintahan lainnya. Tidak mengherankan jika anggota
   DPR memiliki interes yang tinggi untuk terus membuat inisiatif RUU
   pemekaran.
3. pemekaran juga bisa berdimensi janji politisi kepada masyarakat di daerah
   pemilihannya (dapil). Apalagi menjelang pemilu, janji pemekaran akan
   menjadi alat kampanye yang efektif untuk mendongkrak suara dalam
   pemilu. Kontra opini terhadap pemekaran bisa dipandang tidak prodaerah
   dan tidak prorakyat.
4. meski masih berupa indikasi dan masih harus dibuktikan, transaksi
   ekonomi politik sangat berpotensi terjadi dalam pengusulan dan inisiatif
   RUU pemekaran.
5. tentu saja sangat legitimate untuk menyatakan bahwa dari matra luas
   wilayah dan jangkauan pelayanan, pemekaran adalah jalan untuk
   mendekatkan pelayanan sekaligus meningkatkan kemakmuran masyarakat.
   Berbagai penjelasan tersebut sebenarnya telah menjadikan DPR dan
   pemerintah ‘’tersandera’’ dalam tuntutan pemekaran. Kepentingan
   memperluas struktur dan posisi di daerah, tuntutan mengalirkan dana pusat
   ke daerah, janji kampanye pemilu, serta indikasi transaksi ekonomi politik
memaksa dan menyandera anggota-anggota DPR untuk terus memberikan
       tempat bagi usul dan inisiatif pemekaran daerah.


Rasanya sulit untuk menghentikan tuntutan pemekaran daerah hanya dengan
mengandalkan syarat-syarat teknis-administratif. Penyanderaan bukan hanya
dilakukan calon DOB terhadap anggota-anggota DPR, tapi juga dilakukan DPR
terhadap pemerintah.



Tarik ulur terus terjadi antara pemerintah dan DPR saat membahas puluhan usulan
calon daerah baru di kurun waktu 2005- 2007. Selama dua tahun itu, kedua pihak
telah menyepakati pembentukan 31 daerah baru.

Perdebatan yang sering terjadi terkait apakah pembahasan pemekaran akan
dilanjutkan atau menunggu aturan baru. Menteri Dalam Negeri Mardiyanto
menyatakan PP No 78/2007 memuat beberapa syarat pemekaran yang berbeda
dengan aturan yang lama, di antaranya jumlah kabupaten, waktu pemekaran, juga
rekomendasi dari kabupaten induk dan provinsi.

Perbedaan lain dari kedua aturan itu ialah mengenai penghapusan dan
penggabungan daerah. PP No 78/2007 mengatur penghapusan suatu daerah
didahului dengan evaluasi terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah
dan evaluasi kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah tak kunjung selesai. Dengan demikian, penghapusan dan penggabungan
daerah yang dinilai tidak mampu lagi menyelenggarakan pemerintahan daerah
pun belum bisa terwujud.

PP No 78/2007 memang bisa dibilang lebih lengkap mengatur persyaratan
pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah dibandingkan PP No
129/2000. Sayangnya, substansi yang juga penting tidak tercantum di PP No
78/2007, yaitu soal tujuan ketiga hal itu.

Pejabat pemerintah maupun DPR sering kali berucap bahwa tujuan pemekaran
adalah menyejahterakan masyarakat, memperpendek rentang kendali, dan
memperbaiki pelayanan publik. Sekarang, ketika peraturan sudah sah, kita hanya
bisa berharap semoga pemerintah dan DPR tidak lupa tujuan pemekaran ketika
membahas RUU pembentukan daerah baru.

Peneliti Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah Robert Endi Jaweng
mempertanyakan apa semangat dari PP No 78/2007, apakah mau memperjelas
syarat dan mekanisme pemekaran daerah ataukah membatasi pemekaran. Menurut
dia, masalah pemekaran daerah bukan hanya persyaratan pemekaran, tetapi juga
prosedur pengusulan pemekaran daerah.
Daftar Pustaka

http://beritasore.com/2008/10/29/dpr-setuju-pembentukan-12-kabupatenkota-
baru/

http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2008/10/29/brk,20081029-142906,id
.html

http://www.kontan.co.id/index.php/Nasional/news/2900/Daerah_Kian_Berkemba
ng__12_Kabupaten_Berdiri_

http://www.kabarindonesia.com

http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com

Recomendados

Kajian pemekaran daerah por
Kajian pemekaran daerahKajian pemekaran daerah
Kajian pemekaran daerahHerry Prananto
8.3K vistas49 diapositivas
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat por
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakatDampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakatOperator Warnet Vast Raha
9.8K vistas17 diapositivas
Makalah dampak pemekaran por
Makalah dampak pemekaranMakalah dampak pemekaran
Makalah dampak pemekaranOperator Warnet Vast Raha
4K vistas12 diapositivas
Pemekaran wilayah menimbulkan masalah baru por
Pemekaran wilayah  menimbulkan masalah baruPemekaran wilayah  menimbulkan masalah baru
Pemekaran wilayah menimbulkan masalah baruOperator Warnet Vast Raha
4.3K vistas26 diapositivas
Pembentukan Daerah Otonomi Baru dan Kinerja Keuangan Daerah por
Pembentukan Daerah Otonomi Baru  dan Kinerja Keuangan DaerahPembentukan Daerah Otonomi Baru  dan Kinerja Keuangan Daerah
Pembentukan Daerah Otonomi Baru dan Kinerja Keuangan DaerahDadang Solihin
1.9K vistas15 diapositivas
Pemekaran wilayah por
Pemekaran wilayahPemekaran wilayah
Pemekaran wilayahLisa SYP
1.8K vistas6 diapositivas

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian por
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan PencapaianDesentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan PencapaianIsnu Rahadi Wiratama
6.7K vistas14 diapositivas
Paper desentralisasi fiskal por
Paper desentralisasi fiskalPaper desentralisasi fiskal
Paper desentralisasi fiskalMulyadi Yusuf
7.6K vistas27 diapositivas
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH por
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH Dadang Solihin
15.5K vistas297 diapositivas
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun por
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunsafiq1
57 vistas20 diapositivas
Kamus Otonomi Daerah por
Kamus Otonomi DaerahKamus Otonomi Daerah
Kamus Otonomi DaerahDadang Solihin
3.1K vistas128 diapositivas
Perimbangan pusat dan daerah por
Perimbangan pusat dan daerahPerimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahIyens Syeikhbu
13.6K vistas11 diapositivas

La actualidad más candente(18)

Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian por Isnu Rahadi Wiratama
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan PencapaianDesentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
Desentralisasi fiskal di indonesia : Permasalahan dan Pencapaian
Isnu Rahadi Wiratama6.7K vistas
Paper desentralisasi fiskal por Mulyadi Yusuf
Paper desentralisasi fiskalPaper desentralisasi fiskal
Paper desentralisasi fiskal
Mulyadi Yusuf7.6K vistas
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH por Dadang Solihin
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH
Dadang Solihin15.5K vistas
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun por safiq1
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
safiq157 vistas
Perimbangan pusat dan daerah por Iyens Syeikhbu
Perimbangan pusat dan daerahPerimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerah
Iyens Syeikhbu13.6K vistas
Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010 por Ade Suerani
Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010 Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010
Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010
Ade Suerani2.9K vistas
138 293-1-pb por Efry Ghani
138 293-1-pb138 293-1-pb
138 293-1-pb
Efry Ghani407 vistas
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH por Dadang Solihin
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
Dadang Solihin2.8K vistas
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA por 01112015
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
LAHIRNYA UU 23/2014 DITINJAU DARI PERSPEKTIF OTDA DAN PENGELOLAAN SDA
011120153.1K vistas
Makalah o tonomi daerah por Yadhi Muqsith
Makalah o tonomi daerahMakalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerah
Yadhi Muqsith3.6K vistas
Resume uu no 33 th.2004 por Ike Hanisyah
Resume uu no 33 th.2004Resume uu no 33 th.2004
Resume uu no 33 th.2004
Ike Hanisyah19.1K vistas
Optimalisasi Otonomi Daerah Kebijakan, Strategi dan Upaya por Dadang Solihin
Optimalisasi Otonomi Daerah  Kebijakan, Strategi dan UpayaOptimalisasi Otonomi Daerah  Kebijakan, Strategi dan Upaya
Optimalisasi Otonomi Daerah Kebijakan, Strategi dan Upaya
Dadang Solihin3K vistas
Sistem Pemerintahan dan Pembangunan Daerah por Dadang Solihin
Sistem Pemerintahan dan Pembangunan DaerahSistem Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Sistem Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Dadang Solihin28.1K vistas

Similar a Perkembangan Pemekaran Daerah

bab.1 (1).pdf por
bab.1 (1).pdfbab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdfHaniRainn
19 vistas12 diapositivas
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1) por
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)JanuarRobiansyah
13 vistas16 diapositivas
Makalah otonomi daerah por
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahAhmad Tien
4K vistas13 diapositivas
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun por
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunsafiq1
56 vistas20 diapositivas
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d... por
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...Tri Widodo W. UTOMO
160 vistas218 diapositivas
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR por
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGORANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGORgitamelania1
1K vistas18 diapositivas

Similar a Perkembangan Pemekaran Daerah(20)

bab.1 (1).pdf por HaniRainn
bab.1 (1).pdfbab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdf
HaniRainn19 vistas
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1) por JanuarRobiansyah
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)
Pkn0192 2 pembentukan daerah dan kawasan khusus (1)
JanuarRobiansyah13 vistas
Makalah otonomi daerah por Ahmad Tien
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
Ahmad Tien4K vistas
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun por safiq1
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
safiq156 vistas
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d... por Tri Widodo W. UTOMO
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
Tri Widodo W. UTOMO160 vistas
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR por gitamelania1
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGORANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
gitamelania11K vistas
Kel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerah por Indriati Dewi
Kel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerahKel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerah
Kel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerah
Indriati Dewi7.3K vistas
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf por Fajar318789
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdfPendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Pendekatan Penyusunan Anggaran_Akuntansi Sektor Publik.pdf
Fajar31878926 vistas
Peranan Otonomi Daerah por Rizki Gumilar
Peranan Otonomi Daerah Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah
Rizki Gumilar9.6K vistas
Pengantar asp por pmsarumaha
Pengantar aspPengantar asp
Pengantar asp
pmsarumaha787 vistas
Pengawasan Keuangan Daerah por Askam
Pengawasan Keuangan DaerahPengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan Daerah
Askam15.2K vistas
Proses Akuntansi Manajemen di Sektor Publik-Makalah.pdf por DediIrawan266763
Proses Akuntansi Manajemen di Sektor Publik-Makalah.pdfProses Akuntansi Manajemen di Sektor Publik-Makalah.pdf
Proses Akuntansi Manajemen di Sektor Publik-Makalah.pdf
DediIrawan26676312 vistas
Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di... por YuditiaVirgiansyah
Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...
Analisis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Organisasi Sektor Publik Di...
YuditiaVirgiansyah356 vistas
Keuangan pusat-dan-daerah por Efry Ghani
Keuangan pusat-dan-daerahKeuangan pusat-dan-daerah
Keuangan pusat-dan-daerah
Efry Ghani1.6K vistas
Akuntansi Sektor Publik por Fitran Zain
Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik
Fitran Zain13.5K vistas

Más de barita

2473144 fur-elise-complete-version por
2473144 fur-elise-complete-version2473144 fur-elise-complete-version
2473144 fur-elise-complete-versionbarita
898 vistas5 diapositivas
Rtrw Kab Final 0909 por
Rtrw Kab Final 0909Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909barita
843 vistas76 diapositivas
Rtrw Kota Final 0909 por
Rtrw Kota Final 0909Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909barita
983 vistas72 diapositivas
Rtrw Kab Final 0909 por
Rtrw Kab Final 0909Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909barita
1.5K vistas76 diapositivas
Rtrw Prov Final 0909 por
Rtrw Prov Final 0909Rtrw Prov Final 0909
Rtrw Prov Final 0909barita
1.3K vistas76 diapositivas
Rtrw Prov 2009 por
Rtrw Prov 2009Rtrw Prov 2009
Rtrw Prov 2009barita
969 vistas76 diapositivas

Más de barita(14)

2473144 fur-elise-complete-version por barita
2473144 fur-elise-complete-version2473144 fur-elise-complete-version
2473144 fur-elise-complete-version
barita898 vistas
Rtrw Kab Final 0909 por barita
Rtrw Kab Final 0909Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909
barita843 vistas
Rtrw Kota Final 0909 por barita
Rtrw Kota Final 0909Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909
barita983 vistas
Rtrw Kab Final 0909 por barita
Rtrw Kab Final 0909Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909
barita1.5K vistas
Rtrw Prov Final 0909 por barita
Rtrw Prov Final 0909Rtrw Prov Final 0909
Rtrw Prov Final 0909
barita1.3K vistas
Rtrw Prov 2009 por barita
Rtrw Prov 2009Rtrw Prov 2009
Rtrw Prov 2009
barita969 vistas
Rtrw Kota Final 0909 por barita
Rtrw Kota Final 0909Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909
barita970 vistas
pengembangan organisasi por barita
pengembangan organisasipengembangan organisasi
pengembangan organisasi
barita10.7K vistas
Laporan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan por barita
Laporan Kegiatan Praktik Kerja LapanganLaporan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Laporan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
barita5.5K vistas
SK judul form A2,A3 por barita
SK judul form A2,A3SK judul form A2,A3
SK judul form A2,A3
barita1.1K vistas
SK judul form A1 Administrasi negara por barita
SK judul form A1 Administrasi negaraSK judul form A1 Administrasi negara
SK judul form A1 Administrasi negara
barita1.4K vistas
Outline skripsi Administrasi Negara por barita
Outline skripsi Administrasi NegaraOutline skripsi Administrasi Negara
Outline skripsi Administrasi Negara
barita6.8K vistas
Pelaksanaan Kode Etik Di Dinas Komunikasi Dan Informasi Provinsi Lampung por barita
Pelaksanaan Kode Etik Di Dinas Komunikasi Dan Informasi Provinsi LampungPelaksanaan Kode Etik Di Dinas Komunikasi Dan Informasi Provinsi Lampung
Pelaksanaan Kode Etik Di Dinas Komunikasi Dan Informasi Provinsi Lampung
barita1.7K vistas
Ekopub Ketenagakerjaan por barita
Ekopub KetenagakerjaanEkopub Ketenagakerjaan
Ekopub Ketenagakerjaan
barita1.9K vistas

Último

instrumen BK RENCANA KONSELING INDIVIDUAL (RKI).pdf por
instrumen BK RENCANA KONSELING INDIVIDUAL (RKI).pdfinstrumen BK RENCANA KONSELING INDIVIDUAL (RKI).pdf
instrumen BK RENCANA KONSELING INDIVIDUAL (RKI).pdfmariamandesy
7 vistas4 diapositivas
Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen... por
Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen...Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen...
Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen...pmgdscunsri
9 vistas24 diapositivas
Materi Ai dan Persiapan Khotbah por
Materi Ai dan Persiapan KhotbahMateri Ai dan Persiapan Khotbah
Materi Ai dan Persiapan KhotbahSABDA
11 vistas26 diapositivas
1. Sang Surya por
1. Sang Surya1. Sang Surya
1. Sang Suryaagreenlife5
8 vistas1 diapositiva
ATP B INDONESIA KELAS 2.docx por
ATP B INDONESIA KELAS 2.docxATP B INDONESIA KELAS 2.docx
ATP B INDONESIA KELAS 2.docxmadelabak
7 vistas33 diapositivas
SKI_BAB_2_EDIT.pptx por
SKI_BAB_2_EDIT.pptxSKI_BAB_2_EDIT.pptx
SKI_BAB_2_EDIT.pptxirpandialbantani1
8 vistas15 diapositivas

Último(20)

instrumen BK RENCANA KONSELING INDIVIDUAL (RKI).pdf por mariamandesy
instrumen BK RENCANA KONSELING INDIVIDUAL (RKI).pdfinstrumen BK RENCANA KONSELING INDIVIDUAL (RKI).pdf
instrumen BK RENCANA KONSELING INDIVIDUAL (RKI).pdf
mariamandesy7 vistas
Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen... por pmgdscunsri
Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen...Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen...
Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen...
pmgdscunsri9 vistas
Materi Ai dan Persiapan Khotbah por SABDA
Materi Ai dan Persiapan KhotbahMateri Ai dan Persiapan Khotbah
Materi Ai dan Persiapan Khotbah
SABDA11 vistas
ATP B INDONESIA KELAS 2.docx por madelabak
ATP B INDONESIA KELAS 2.docxATP B INDONESIA KELAS 2.docx
ATP B INDONESIA KELAS 2.docx
madelabak7 vistas
PAS Mtk Kls 7,8,9 Ganjil 2023.pdf por ssuser29a952
PAS Mtk Kls 7,8,9 Ganjil 2023.pdfPAS Mtk Kls 7,8,9 Ganjil 2023.pdf
PAS Mtk Kls 7,8,9 Ganjil 2023.pdf
ssuser29a952168 vistas
LK 3.1 Menyusun Best Practices Dra Retmaneli.pdf por retmaneli33
LK 3.1 Menyusun Best Practices Dra Retmaneli.pdfLK 3.1 Menyusun Best Practices Dra Retmaneli.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices Dra Retmaneli.pdf
retmaneli336 vistas
A186422_NUR ATIKAH BINTI ABDUL TALIB_BAHAN MENGAJAR MEMBACA.pptx por a186422
A186422_NUR ATIKAH BINTI ABDUL TALIB_BAHAN MENGAJAR MEMBACA.pptxA186422_NUR ATIKAH BINTI ABDUL TALIB_BAHAN MENGAJAR MEMBACA.pptx
A186422_NUR ATIKAH BINTI ABDUL TALIB_BAHAN MENGAJAR MEMBACA.pptx
a1864226 vistas
Leadership Communication Skills _Training "Effective Leadership and Superviso... por Kanaidi ken
Leadership Communication Skills _Training "Effective Leadership and Superviso...Leadership Communication Skills _Training "Effective Leadership and Superviso...
Leadership Communication Skills _Training "Effective Leadership and Superviso...
Kanaidi ken9 vistas
Tahapan Leaderhip dalam Mengatur Bawahan _Training "Effective Leadership and ... por Kanaidi ken
Tahapan Leaderhip dalam Mengatur Bawahan _Training "Effective Leadership and ...Tahapan Leaderhip dalam Mengatur Bawahan _Training "Effective Leadership and ...
Tahapan Leaderhip dalam Mengatur Bawahan _Training "Effective Leadership and ...
Kanaidi ken6 vistas
PPT_UP2_BKMA_Modul Online.pptx por sitikulsum85
PPT_UP2_BKMA_Modul Online.pptxPPT_UP2_BKMA_Modul Online.pptx
PPT_UP2_BKMA_Modul Online.pptx
sitikulsum857 vistas
Kel.10-PBA.pdf por YanDiyant
Kel.10-PBA.pdfKel.10-PBA.pdf
Kel.10-PBA.pdf
YanDiyant12 vistas
Aksin nyata modul gizi remaja dan obat tambah darah (TTD) por mulyanih35
Aksin nyata modul gizi remaja dan obat tambah darah (TTD)Aksin nyata modul gizi remaja dan obat tambah darah (TTD)
Aksin nyata modul gizi remaja dan obat tambah darah (TTD)
mulyanih3550 vistas
Sumber Daya Kekuatan Pemimpin _Training "Effective Leadership and Supervisory... por Kanaidi ken
Sumber Daya Kekuatan Pemimpin _Training "Effective Leadership and Supervisory...Sumber Daya Kekuatan Pemimpin _Training "Effective Leadership and Supervisory...
Sumber Daya Kekuatan Pemimpin _Training "Effective Leadership and Supervisory...
Kanaidi ken7 vistas
RENCANA & Link2 MATERI Training _"SERVICE EXCELLENCE" _di Rumah Sakit. por Kanaidi ken
RENCANA & Link2 MATERI Training _"SERVICE EXCELLENCE" _di Rumah Sakit.RENCANA & Link2 MATERI Training _"SERVICE EXCELLENCE" _di Rumah Sakit.
RENCANA & Link2 MATERI Training _"SERVICE EXCELLENCE" _di Rumah Sakit.
Kanaidi ken58 vistas

Perkembangan Pemekaran Daerah

  • 1. Perkembangan Pemekaran Daerah Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik Oleh: Barita P. M. Siahaan 0616041024 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2009
  • 2. Perkembangan Pemekaran Daerah Pengertian pemekaran daerah Pemekaran daerah merupakan suatu langkah atau cara politik sebuah daerah dengan cara membagi atau memperluas sub bagian wilayah dari daerah tersebut baik bagian atau daerah yang berbentuk provinsi baru atau pun kabupaten baru. Tujuan dari dilakukannya upaya pemerintah dalam pemekaran daerah ini adalah tidak lain dengan meningkatkan berbagai pelayanan social yang diberikan dan meningkatkan kefektivan serta keefisiensian sebuah daerah dalam mengatur atau mengelola daerahnya baik dilihat dari sector perekonomian, politik serta pelayanan public untuk masyarakatnya. Dalam Undang Undang otonomi daerah, wacana pemekaran tidak terlepas dari pemberlakuan prinsip-prinsip otonomi daerah. Hal ini menyimpulkan bahwa pada prinsipnya otonomi daerah merupakan media atau jalan untuk menjawab tiga persoalan mendasar dalam tata pemerintahan dan pelayanan terhadap publik. Sehingga banyak orang berasumsi bahwa pemekaran daerah merupakan langkah yang diambil setelah diberlakukannya otonomi daerah yang merupakan: 1. pemekaran daerah yang dilakukan oleh pemerintah merupakan jalan atau upaya untuk mendekatkan pemerintah kepada rakyat. 2. melalui pemekaran daerah juga harus tercipta akuntabilitas yang terjaga dengan baik. 3. pemekaran daerah diformulasikan menjadi langkah untuk mengupayakan responsiveness, dimana publik berpartisipasi aktif dalam pengambilan kebijakan. Tujuan pemekaran daerah Bersdasarkan pasal 2 PP 129/2000 disebutkan ada beberapa tujuan dibentuknya sebuah daerah baru atau dilakukannya pemekaran daerah. Tujuan tersebut diantaranya:
  • 3. 1. meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2. meningkatkan pelayanan masyarakat 3. mempercepat pertumbuhan demokrasi 4. mempercepat pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah 5. mempercepat pengelolaan potensi daerah 6. meningkatkan keamanan dan ketertiban 7. meningkatkan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah Pembentukan pemekaran daerah dan daerah otonom Pemekaran daerah dapat terjadi di setiap wilayah di Indonesia ini. Suatu daerah otonom dapat melakukan suatu pemekaran dengan menggunakan sebuah media yaitu melihat indikator keberhasilan pembangunan daerah selama penerapan otonomi daerah tersebut, yang telah berusia enam tahun ini, sekaligus dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan pemekaran. Indikator menilai kemajuan Dalam implementasi struktur, fungsi dan tugas dalam kepemerintahan suatu daerah dapat ternilai apakah daerah tersebut mampu dalam menjalankan situasi, mengoperasikan serta meningkatkan pelayanan dalam daerah otonomnya. Penilaian ini dilakukan dengan melihat indikator yang secara sederhana dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. aspek ekonomi daerah. Indikator aspek ini akan menjawab seperti apakah nantinya kekuatan ekonomi dari daerah-daerah yang menjadi bagian dari wilayah yang hendak dimekarkan. Selanjutnya, potensi-potensi apa yang bisa dimaksimalkan dalam membangun ekonomi daerah. Ini perlu dilakukan, mengingat pertimbangan ekonomi adalah salah satu unsur utama didalam memandirikan suatu daerah. Sebab indikator ini menggunakan dasar penilaian dengan menggunakan dasar ”apakah pembangunan yang terjadi selama enam tahun terakhir ini adalah pembangunan yang merangsang pertumbuhan ekonomi di masyarakat lokal.” Hal ini perlu dijalankan dengan melakukan kajian mendalam, sehingga kelihatanlah seberapa besar pengaruh otonomi
  • 4. daerah, baik di tingkat kabupaten/kota maupun secara regional, untuk memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dengan demikian akan bisa kita ketahui bahwa apakah otonomi daerah selaras dengan upaya dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. 2. aspek pelayanan publik. Dalam konteks ini, harus dinilai seberapa dekat pemerintah daerah dengan masyarakat, yang tercermin dalam urusan- urusan pelayanan publik yang terbuka, efisien dan efektif. Apakah publik merasa dipuaskan melalui pelayanan pemerintah lokal, atau justru pemerintah lokal mengharapkan pelayanan dari masyarakat. Apakah mental-mental KKN dan primordialisme masih sangat kental dalam urusan-urusan publik. Masih terdapat ketidakadilan, kemudian politik kongkalikong di antara elit lokal masih kerap terjadi. 3. aspek pembangunan demokrasi politik. Menjadi penting juga mengkaitkan antara pelaksanaan otonomi daerah dengan upaya-upaya pelembagaan demokrasi ditingkat lokal. Potret ini bisa terlihat dari beberapa kritiskah rakyat dalam melihat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah lokal? Atau seberapa besarkah kontribusi dari masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan strategis di daerahnya ? Indikator diatas merupakan sebagai batu loncatan yang harus dipertimbangkan baik-baik oleh pemerintah dalam menyetujui terbentuknya daerah baru dari pemekaran otonomi daerah. Sehingga pada akhirnya daerah yang dimekarkan dapat sungguh-sungguh mampu dalam mengelola daerahnya. Jawaban supaya suatu daerah mampu melewati indikator dan membentuk sebuah daerah baru atau memekarkan daerahnya adalah dengan mempercepat laju pertumbuhan pembangunan daerahnya dari berbagai aspek kegiatan kepemerintahannya. Menurut Marselina (Unila, 27-4-2006), percepatan pembangunan di daerah otonom bisa dilakukan dengan cara: 1. mendorong dan membuka pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru 2. desentralisasi pembangunan dan pelayanan publik
  • 5. 3. belanja pembangunan dalam APBD yang tepat dan terfokus; dan 4. strategi pemekaran sebagai opsi terakhir yang menjadi awal rencana memekarkan daerah. Pemekaran daerah pada faktanya Pada kenyataannya pemekaran daerah tidaklah berjalan sesuai dengan tujuan apa yang seharusnya menjadi target. Hal ini nampak dari belum kunjung meningkatnya kesejahteraan dan kualitas pelayanan yang diperoleh masyarakat masih seperti yang dulu. Pelayanan yang didapat masih dapat dikatann sebagai pelayanan yang ruwet, rumit, dan duit. Pascapemekaran, wilayah induk dan provinsi termasuk juga pemerintah pusat, mengalami berbagai kesulitan karena harus berbagi sumber daya dan dana APBD/APBN. Jika rencana pemekaran tidak hati-hati dan dipersiapkan dengan matang, lebih dominan "musibah" yang ditelan masyarakat ketimbang "berkah" yang menghampiri. Selain itu pemekaran juga tidak jauh dengan istilah ”daerah pemekaran bermasalah” hal tersebut nampak pada ungkapan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) M. Ma'ruf yang menjelaskan hasil evaluasi 98 daerah otonom, umumnya daerah baru hasil pemekaran, ternyata 76 daerah (78%) bermasalah, seperti soal penyerahan personel, peralatan, dokumen, batas wilayah, rencana tata ruang, pemindahan PNS ke daerah baru, dan yang paling berat adalah masalah pendanaan. Masalah pendanaan ini berkaitan erat dengan belum tercapainya angka potensi kemampuan ekonomi. Ungkapan yang tidak sesuai dengan kenyataannya: "Pemekaran diharapkan tidak membebani keuangan negara," kata Menteri Dalam Negeri Mardiyanto saat menyampaikan pandangan pemerintah dalam rapat paripurna pengesahan pembentukan 12 daerah pemekaran baru di Gedung MPR/DPR, Rabu (29/10). Jumlah daerah merupakan angka pembagi dalam formula penentuan Dana Alokasi Umum (DAU). Yang dirugikan sebetulnya daerah induk, karena alokasi APBN untuk daerah menjadi terbagi kepada daerah otonom baru. Namun biasanya, jumlah DAU yang diterima daerah induk setelah pemekaran minimal sama
  • 6. dengan sebelum terjadinya pemekaran, maka kebutuhan dana akibat pemekaran ini menjadi beban tambahan bagi pusat. Pembentukan daerah baru ternyata memberikan implikasi bagi kebijakan fiskal nasional. Wujud dari implikasi ini dikemukakan Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu Mardiasmo yang melihat keberadaan daerah otonom baru akan mengurangi alokasi dana perimbangan yang diterima daerah yang telah ada. Dengan alokasi anggaran kepada daerah yang harus memperhatikan kemampuan anggaran negara dan dengan bertambahnya daerah-daerah otonom baru, yang juga harus memperoleh anggaran perimbangan, mengakibatkan pemerintah pusat memilih merasionalisasi alokasi anggaran. Sehingga, penyesuaian yang dilakukan dalam pengalokasian anggaran perimbangan memberikan dampak kepada daerah- daerah yang sudah ada sebelumnya. Pemekaran tidak mengarah jauh lebih baik Beberapa data lagi yang dapat menggambarkan kondisi pembentukan daerah otonom baru tidak serta merta memberi perubahan baik kepada masyarakat daerahnya. 1. pembentukan daerah otonom baru memberikan implikasi terhadap pengelolaan kelembagaan nasional. Bahwa daerah otonom di Indonesia menjadi bertambah jumlahnya sehingga menghasilkan struktur yang lebih banyak adalah suatu hal yang jelas. Namun bertambahnya struktur tersebut juga membawa konsekuensi besar terhadap pengelolaan sumber daya kelembagaan. Dalam hal sumber daya keuangan misalnya. Pembentukan daerah baru ternyata memberikan implikasi bagi kebijakan fiskal nasional. Wujud dari implikasi ini dikemukakan Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu Mardiasmo yang melihat keberadaan daerah otonom baru akan mengurangi alokasi dana perimbangan yang diterima daerah yang telah ada. 2. pembangunan kelembagaan daerah. Beberapa daerah otonom baru mengalami masalah dalam aspek pembangunan kelembagaannya. Hal ini
  • 7. berkaitan dengan sumber daya (SDM, finansial, dan administratif) yang diperlukan untuk membangun infrastruktur dan fasilitas pada daerah baru tersebut. Dalam unsur sumber daya finansial (anggaran) misalnya, anggota BPK Baharuddin Aritonang menyebutkan, merujuk temuan BPK terhadap daerah otonom baru, kinerja keuangan daerah pemekaran baru memprihatinkan. Selain mengandalkan dana dari pusat, daerah baru hasil pemekaran juga kekurangan SDM yang mau menjadi aparatur pemerintahan. 3. penggerakkan kapasitas daerah. Beberapa daerah otonom baru hasil pemekaran justru mengalami masalah dalam menggerakkan kapasitas daerahnya. Penyebabnya, setelah pemekaran dilakukan kerja sama ekonomi masyarakat justru melemah, skala produksi mengecil, dan persaingan antardaerah menguat. Akibatnya, biaya ekonomi membesar dan lokasi geografis kurang mendukung kegiatan ekonomi. Kesejahteraan masyarakat juga menurun akibat perlambatan kegiatan ekonomi masyarakat. Untuk itu, revisi terhadap PP 129 Tahun 2000 yang memang lebih berdimensi kuantitas dan menafikan aspek kualitas masih kita nantikan untuk lebih mampu memberikan jaminan atas masa depan daerah otonom baru yang akan diusulkan oleh beberapa daerah. Yang juga kita tunggu implementasinya adalah penerapan dari pasal 6 UU No. 32 Tahun 2004 yang memberi peluang bagi daerah otonom untuk dihapuskan atau digabungkan kembali dengan daerah induknya jika tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah setelah melalui proses evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah. Strategi Penataan Daerah Pemekaran daerah yang tidak membawa sebuah daerah kearah yang jauh lebih baik membuahkan pemikiran bahwa pemekaran daerah seharusnya dikurangi dengan menggunakan strategi yang tepat.strategi tersebut diantaranya:
  • 8. 1. substansi perlu dipikirkan nilai dasar dan tujuan akhir dari pemekaran. Jika demokrasi lokal menjadi nilai dasar dan tujuan pemekaran, pemekaran kabupaten/kota akan jadi prioritas. Sebaliknya, jika nilai dasarnya adalah efisiensi-efektivitas pemerintahan, pemekaran kabupaten/kota harus dibatasi dan provinsi harus diperbanyak. 2. proses pengusulan DOB untuk melakukan penahapan pemekaran. Sebelum DOB dibentuk, perlu diberikan masa persiapan, misalnya, tiga tahun. Masa persiapan tersebut adalah masa pembinaan sekaligus evaluasi terhadap kesiapan daerah untuk dimekarkan. (*) 3. perbaikan mentalitas dan orientasi politisi terhadap tujuan pemekaran. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 Pemekaran daerah memang sulit dibendung. Aturan membolehkannya. Pemerintah telah menelurkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah, yang menggantikan PP No 129/2000. Persyaratan baru dalam PP No 78/2007 bisa dikatakan lebih ketat. Pemerintah membutuhkan waktu selama dua tahun untuk menyusun PP No 78/2007. Mengenai mengapa penyusunan revisi peraturan pemerintah itu demikian lama, Departemen Dalam Negeri selalu berdalih, mereka membutuhkan kajian yang mendalam untuk merevisi PP No 129/2000 untuk disinkronisasikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Selama kurun waktu dua tahun itu, laju pemekaran terus meningkat tajam. Rencana moratorium yang pernah dilontarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di depan sidang paripurna khusus Dewan Perwakilan Daerah dan terlontar di penutupan masa sidang DPR awal tahun 2007 tak menyurutkan aspirasi pemekaran. Sejumlah hal yang bisa menjelaskan mengapa moratorium pemekaran sulit dilakukan, diantanya:
  • 9. 1. tuntutan terhadap pemekaran adalah cara hukum mendorong pemerintah untuk mengalirkan keuangan negara ke daerah. Selama insentif keuangan berupa dana alokasi umum, dana alokasi, dan dana perimbangan lainnya dari pemerintah pusat terus mengalir ke DOB, selama itu pula tuntutan pemekaran akan terjadi. Dengan kata lain, pemekaran adalah alat bagi daerah untuk menekan pemerintah pusat agar memberikan uang kepada daerah. 2. selain berdimensi keuangan negara, pemekaran memiliki dimensi politik. Pemekaran merupakan cara politik untuk memberikan ruang yang lebih besar kepada kader-kader partai politik di daerah untuk berkiprah di lembaga-lembaga perwakilan serta lembaga-lembaga pemerintahan daerah. Pembentukan DOB jelas diikuti pembentukan sejumlah struktur dan posisi di daerah seperti kepala daerah, wakil daerah, anggota DPRD, dan posisi-posisi pemerintahan lainnya. Tidak mengherankan jika anggota DPR memiliki interes yang tinggi untuk terus membuat inisiatif RUU pemekaran. 3. pemekaran juga bisa berdimensi janji politisi kepada masyarakat di daerah pemilihannya (dapil). Apalagi menjelang pemilu, janji pemekaran akan menjadi alat kampanye yang efektif untuk mendongkrak suara dalam pemilu. Kontra opini terhadap pemekaran bisa dipandang tidak prodaerah dan tidak prorakyat. 4. meski masih berupa indikasi dan masih harus dibuktikan, transaksi ekonomi politik sangat berpotensi terjadi dalam pengusulan dan inisiatif RUU pemekaran. 5. tentu saja sangat legitimate untuk menyatakan bahwa dari matra luas wilayah dan jangkauan pelayanan, pemekaran adalah jalan untuk mendekatkan pelayanan sekaligus meningkatkan kemakmuran masyarakat. Berbagai penjelasan tersebut sebenarnya telah menjadikan DPR dan pemerintah ‘’tersandera’’ dalam tuntutan pemekaran. Kepentingan memperluas struktur dan posisi di daerah, tuntutan mengalirkan dana pusat ke daerah, janji kampanye pemilu, serta indikasi transaksi ekonomi politik
  • 10. memaksa dan menyandera anggota-anggota DPR untuk terus memberikan tempat bagi usul dan inisiatif pemekaran daerah. Rasanya sulit untuk menghentikan tuntutan pemekaran daerah hanya dengan mengandalkan syarat-syarat teknis-administratif. Penyanderaan bukan hanya dilakukan calon DOB terhadap anggota-anggota DPR, tapi juga dilakukan DPR terhadap pemerintah. Tarik ulur terus terjadi antara pemerintah dan DPR saat membahas puluhan usulan calon daerah baru di kurun waktu 2005- 2007. Selama dua tahun itu, kedua pihak telah menyepakati pembentukan 31 daerah baru. Perdebatan yang sering terjadi terkait apakah pembahasan pemekaran akan dilanjutkan atau menunggu aturan baru. Menteri Dalam Negeri Mardiyanto menyatakan PP No 78/2007 memuat beberapa syarat pemekaran yang berbeda dengan aturan yang lama, di antaranya jumlah kabupaten, waktu pemekaran, juga rekomendasi dari kabupaten induk dan provinsi. Perbedaan lain dari kedua aturan itu ialah mengenai penghapusan dan penggabungan daerah. PP No 78/2007 mengatur penghapusan suatu daerah didahului dengan evaluasi terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dan evaluasi kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah tak kunjung selesai. Dengan demikian, penghapusan dan penggabungan daerah yang dinilai tidak mampu lagi menyelenggarakan pemerintahan daerah pun belum bisa terwujud. PP No 78/2007 memang bisa dibilang lebih lengkap mengatur persyaratan pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah dibandingkan PP No
  • 11. 129/2000. Sayangnya, substansi yang juga penting tidak tercantum di PP No 78/2007, yaitu soal tujuan ketiga hal itu. Pejabat pemerintah maupun DPR sering kali berucap bahwa tujuan pemekaran adalah menyejahterakan masyarakat, memperpendek rentang kendali, dan memperbaiki pelayanan publik. Sekarang, ketika peraturan sudah sah, kita hanya bisa berharap semoga pemerintah dan DPR tidak lupa tujuan pemekaran ketika membahas RUU pembentukan daerah baru. Peneliti Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah Robert Endi Jaweng mempertanyakan apa semangat dari PP No 78/2007, apakah mau memperjelas syarat dan mekanisme pemekaran daerah ataukah membatasi pemekaran. Menurut dia, masalah pemekaran daerah bukan hanya persyaratan pemekaran, tetapi juga prosedur pengusulan pemekaran daerah.