1. TINDAKAN KOLABORATIF DAN PERAN
PERAWAT PADA PASIEN EMPIEMA
Dosen Pengampu : Bejo Danang S. S.Kep.Ns
Di susun oleh :
1. Irma Susrini (108114023)
2. Rizki Sefrianto (108114024)
3. Iqbal Aziz (108114025)
4. Rizki Noorfian M (108114026)
5. Indra Hartono (108114027)
6. Luciana R (108114028)
7. Safitri Dewi (108114029)
8. Eka Mailina I. (108114030)
9. Laelatul M. (108114031)
10. Alfiani D. W (108114032)
11. Syarah E (108114033)
12. Tri Puji R (108114034)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
2. PEMBAHASAN
A. Pengertian
Empiema adalah keadaan terkumpulnya nanah ( pus ) didalam ronggga pleura
dapat setempat atau mengisi seluruh rongga pleura( Ngastiyah,1997).
Empiema adalah penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada cavitas pleura ( Diane
C. Baughman, 2000 ).
B. Etiologi
Empiema disebabkan oleh infeksi yang menyebar dari paru-paru dan terus
mengakumulasi nanah di rongga pleura. Bakteri yang dapat menyebabkan empyema
yaitu staphylococcus pyogenes, streptococcus pyogenes, baktri gram negative, bakteri
anaerob.
C. Manifestasi Klinis
Gejala empiema hampir sama dengan penderita pneumonia bakteria, gejalanya
antara lain adalah panas akut, nyeri dada (pleuritic chest pain), batuk, sesak, dan dapa
juga sianosis.
Inflamasi pada ruang pleura dapat menyebabkan nyeri abdomen dan muntah.
Juga terdapat batuk pekak pada perkusi dada, dispneu, menurunnya suara pernapasan,
demam pleural rub (pada fase awal) ortopneu, menurunnya vokal fremitus, nyeri
dada.
3. D. Patways
Infeksi penghambatan drainase tekanan osmotic
Limfatik koloid plasma
Peradangan tekanan kapiler paru transudasi cairan
Permukaan meningkat intravaskuler
pleura
permiabilitas tekanan hidrostatik edema
vascular
transudasi cavum pleura
efusi pleura
empiema
pola nafas tidak sesak nafas
efektif
nyeri dada nafsu makan menurun
gangguan pola tidur gangguan pemenuhan keb.
nutrisi
4. E. Penatalaksanaan
1. Pengosongan Nanah
Prinsip ini seperti umumnya yang dilakukan pada abses, untuk mencegah efek
toksisnya.
2. Closed drainage – toracostorry water sealed drainage
dengan indikasi :
a. Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi
b. Nanah terus terbentuk setelah dua minggu
c. Terjadinya piopneumotoraks
3. Drainase terbuka (open drainage)
Karena menggunakan kateter karet yang besar, maka perlu disertai juga dengan
reseksi tulang iga. Open drainage ini dikerjakan pada empiema kronis, hal ini bisa
terjadi akibat pengobatan yang terlambat atau tidak adekuat misalnya aspirasi
yang terlambat atau tidak adekuat, drainase tidak adekuat sehingga harus seing
mengganti atau membersihkan drain.
4. Antibiotic
Antibiotic harus segera diberikan begitu diagnosis ditegakkan dan dosisnya harus
tepat. Pemilihan antibiotic didasarkan pada hasil pengecatan gram dan apusan
nanah. Pengobatan selanjutnya tergantung pada hasil kultur dan sensitivitasnya.
Antibiotic dapat diberikan secara sistematik atau tropical. Biasanya diberikan
penisilin.
5. Penutupan Rongga Empiema
Pada empiema menahun sering kali rongga empiema tidak menutup karena
penebalan dan kekakuan pleura. Pada keadaan demikian dilkukan pembedahan
(dekortikasi) atau torakoplasti.
6. Dekortikasi
Tindakan ini termasuk operasi besar, dengan indikasi :
a. Drain tidak berjalan baik karena banyak kantung-kantung.
b. Letak empiema sukar dicapai oleh drain.
c. Empiema totalis yang mengalami organisasi pada pleura visceralis.
7. Torakoplasti
Jika empiema tidak sembuh karena adanya fistel bronkopleura atau tidak mungkin
dilakukan dekortikasi. Pada pembedahan ini, segmen dari tulang iga dipotong
5. subperiosteal, dengan demikian dinding toraks jatuh ke dalam rongga pleura
karena tekanan atmosfer.
8. Pengobatan Kausal
Misalnya subfrenik abses dengan drainase subdiafragmatika, terapi spesifik pada
amoeboiasis, dan sebagainya.
9. Pengobatan Tambahan
Perbaiki keadaan umum lalu fisioterapi untuk membebaskan jalan napas.
F. Tindakan Kolaboratif dan Peran Perawat
1. Preoperasi
Preoperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai pra
bedah ( pre operatif ), bedah ( intraoperatif ), pascaoperatif ( postoperative).
Prabedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan
dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di
meja bedah.
Intra bedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer
kemeja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan.
Pasca bedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai
sejak pasien memasuki ruang dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
a. Latihan nafas dalam
Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler)
dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang.
2) Letakkan tangan diatas perut.
3) Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam
kondisi muluttertutup rapat.
4) Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan,
udaradikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
5) Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
6) Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
6. b. Latihan gerak sendi
Tujuan memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan
menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan
posisi tubuh dan juga Rangeof Motion ( ROM ).
Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan
secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus
otot maka pasien diminta melakukan secaramandiri.
c. Persiapan Mental / Psikis
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi yang bekerjasama dengan psikolog, karena mental
pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
d. Status Nutrisi
Dalam menentukan status nutrisi pasien, perawat dapat bekerjasama
dengan ahli gizi dalam membantu memilih makanan yang sesuai dengan
keadaan pasien. Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan
dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (
albumin dan globulin ) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi
nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang
cukup untuk perbaikan jaringan.
Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai
komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama
dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi
pasca operasi, dehisiensi ( terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa
menyatu ), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang
serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
e. Pemeriksaan penunjang
Merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan
pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah
tidak mungkin bisa menentukan tindakan operasi
1) Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan
radiologi, perawat dapat melekukan kerjasama dengan radiografer
a) Rontegen x-ray
b) Ct-scan
c) pemeriksaan ECG
7. 2) pemeriksaan laboratorium
a) pemeriksan darah lengkap
b) cairan dan elektrolit
c) pemeriksaan sputum
3) Persetujuan tindakan
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada
pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan
penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang
diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi
maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakah kondisi pasien
layak menjalani operasi.
f. Obat
Obatan Pre Medikasi sebelum operasi dilakukan pada esok harinya.
Pasien akan diberikan obat - obatan premedikasi untuk memberikan
kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup.
Obat –obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau
diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya diberikan sebelum pasien di operasi.
Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di
berikan 1 - 2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2 - 3
kali. Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain - lain
sesuai indikasi pasien.
Pemberian obat dilakukan oleh dokter dengan bantuan apoteker dan perawat.
2. Intraoperasi
Keperawatan intra operatif merupakan bagian dari tahapan keperawatan
perioperatif. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam
aktivitas yang dilakukan oleh perawat di ruang operasi.
Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien yang
menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan
masalah-masalah fisik yang mengganggu pasien.
Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik
fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra
operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien
8. selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang
dihadapi oleh pasien.
Tahapan intraoperasi antara lain:
a. Monitoring Fisiologis
b. Safety Management
c. Monitoring Psikologis
d. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care
3. Postopersi
Posoperasi adalah periode akhir dari keperawatan operatif. Selama periode ini
proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan
equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi.
Perawatan post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :
a. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (
recovery room ).
Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan
atau unit perawatan pasca anastesi (pacu: post anasthesia care unit)
memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus.
Pertimbangan itu diantaranya adalah letak incisi bedah, perubahan
vaskuler dan pemajanan. letak incisi bedah harus selalu dipertimbangkan
setiap kali pasien pasca operatif dipidahkan. banyak luka ditutup dengan
tegangan yang cukup tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk mencegah
regangan sutura lebih lanjut. selain itu pasien diposisikan sehingga ia tidak
berbaring pada posisi yang menyumbat drain dan selang drainase.
b. Perawatan post anastesi di ruang pemulihan ( recovery room)
Setelah selesai tindakan pembedahan, paseien harus dirawat sementara
di ruang pulih sadar (recovery room : rr) sampai kondisi pasien stabil, tidak
mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke
ruang perawatan (bangsal perawatan). Pacu atau rr biasanya terletak
berdekatan dengan ruang operasi. Hal ini disebabkan untuk mempermudah
akses bagi pasien untuk
1) Perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat anastesi)
ahli anastesi dan ahli bedah
2) Alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.
9. Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk memberikan
penilaian terhadap kondisi pasien. jenis peralatan yang ada diantaranya
adalah alat bantu pernafasan : oksigen, laringoskop, set trakheostomi,
peralatan bronkhial, kateter nasal, ventilator mekanik dan peralatan suction.
selain itu di ruang ini juga harus terdapat alat yang digunakan untuk
memantau status hemodinamika dan alat-alat untuk mengatasi permasalahan
hemodinamika, seperti : apparatus tekanan darah, peralatan parenteral,
plasma ekspander, set intravena, set pembuka jahitan, defibrilator, kateter
vena, torniquet. bahan-bahan balutan bedah, narkotika dan medikasi
kegawatdaruratan, set kateterisasi dan peralatan drainase.
Tujuan perawatan pasien di PACU adalah:
(a) Mempertahankan jalan nafas dengan mengatur posisi, memasang
suction dan pemasangan mayo/gudel.
(b) Mempertahankan ventilasi/oksigenasi ventilasi dan oksigenasi dapat
dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilaot
mekanik atau nasal kanul.
(c) Mempertahakan sirkulasi darah mempertahankan sirkulasi darah dapat
dilakukan dengan pemberian caiaran plasma ekspander
(d) Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan
pasien,seperti kesadaran dan sebagainya.
(e) Balance cairan
harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien.
(f) Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko injury
c. Transportasi pasien ke ruang rawat
Bertujuan untuk mentransfer pasien menuju ruang rawat dengan
mempertahankan kondisi tetap stabil. jika anda dapat tugas mentransfer
pasien, pastikan score post anastesi 7 atau 8 yang menunjukkan kondisi
pasien sudah cukup stabil. waspadai hal-hal berikut : henti nafas, vomitus,
aspirasi selama transportasi.
d. Perawatan di ruang rawat
Ketika pasien sudah mencapai bangsal, maka hal yang harus kita lakukan,
yaitu:
10. (1) Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage,
tube/selang, dan komplikasi.
Begitu pasien tiba di bangsal langsung monitor kondisinya. Pemerikasaan
ini merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan di bangsal setelah
post operasi.
(2) Manajemen Luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak
mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai
dengan pengangkatan jahitan.
(3) Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan
juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi
neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
(4) Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien
kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang
diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
(5) Discharge Planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada
klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondis/penyakitnya.
(6) Asupan Nutrisi
Pasien dianjurkan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
protein, antioksida dan gizi yang cukup untuk mempercepat pemulihan
luka operasi.
11. DAFTAR PUSTAKA
kowalak.welsh.dkk.2011.buku ajar patofisiologi.Jakarta:EGC
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-nanangqosi-6162-2-babii.pdf
id.scribd.com/doc/110896558/TUGAS-MAKALAH-EMPIEMA#scribd