1. ANASTESIOLOGI
cabang ilmu kedokteran yang meliputi pemberian anastesia dan analgesia dengan
tujuan untuk menghilangkan rasa nyeri, stress, dan menjaga faal tubuh tetap stabil.
An = tidak ; Aesthesia = rasa Tidak Berasa
Cabang ilmu kedokteran yang mendasari usaha-usaha :
1. Mengelola nyeri, takut pada pembedahan, persalinan, tindakan medik lainya.
2. Mengawasidan menunjang faal/fungsi vital pasien durante dan pasca operasi.
3. Mengelola pasien “koma”.
4. Pengelolaan nyeri kronis
5. RJPO
6. Pengelolaan gangguan cairan, elektrolit, metabolik
7. Gawat darurat (nafas, hemodinamik, otak, dll)
8. Dll.
SEJARAH
Tindakan Pembedahan tindakan anastesia
Dr. Crawford Long : eter, 1842
William T.G. Morton, dokter gigi : menggunakan eter,
1846
Dr. Warren, 1846, R.S. Massachusets : operasi pertama
menggunakan eter
J.V. Simpson, 1847 & John Snow, 1953 : Kloroform
thiopental (1934), Halotan (1956), Ketamin (1964)
Kokain, lokal anastesia, Carl Koller : operasi mata
William S. Halsted, Harvey Cushing : Lokal anastesi,
Kokain injeksi sub cutan
Pelumpuh otot, kurare, 1941, Griffith dan Joahastone.
Suksinilkolin, alkuranium, gallamine (1946)
Neuroleptika analgesia, DHBP, Fentanyl (1960)
Dst
ANASTESIOLOGI DI INDONESIA
1954, seorang dokter Indonesia (Prof, Kelan, alm.)
kembali dari luar negeri, 3 tahun tugas belajar anastesiologi. Saat itu
anastesia dikenal sebagai “eter open drop”. Obat lain yang ada Penttotal, N2O,
Novokain.
Prof. Macintosh (Inggris) kunjungan ke Indonesia
membawa alat anastesia EMO untuk inhalasi eter.
Prof. Kelan dan Prof. Oentoeng(alm.) mengembangkan
anastesiologi di Indonesia, di FK UI, 1957
Sampai saat ini di Indonesia, Sentra Pendidikan
Spesialis Anastesiologi sudah ada di Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta,
Semarang, Makasar, dan direncanakan dalam waktu dekat di Medan.
ANASTESIOLOGI
LIFE SUPPORT
Pra Hospital
UGD
Kamar Bedah
Recovery Room
ICU
TRIAS ANASTESIA
1. Sedasi
KAN-182 Mira Yulianti (01-107)
2. Inhalasi gas anastetik : R/ eter, halotan, N2
Intravena : R/ Ketamin, pentotal, Midazolam
2. Analgesik
N2O, narkotika : R/ Amorfin, Pethidine, Fentanyl
3. Relaksasi
Depolarisasi : R/ suksinilkolin
Non depolarisasi : R/ pancuronium, atracurium, vecuronium
I. General
Menekan seluruh sistem
mempengaruhi fisiologi
perlu persiapan
II. Blok
lokal
regional
TEKHNIK
Intravena
Inhalasi
Kombinasi
INHALASI GAS
* mesin
1. Sungkup Muka
2. Intubasi Trakea : - Spontan
- Kontrol nafas
PS-ASA, (American Society of Anastheologist)
1. Pasien tanpa penyakit sistemik, kelainan hanya yang akan dilakukan
pembedahan, contoh : laki-laki sehat yang akan menjalani Hemiotomi
2. Pasien dengan kelainan sistemik ringan atau sedang yang perlu pembedahan,
contoh: pasien dengan DM, terapi OAD, tanpa penyulit lain.
3. Pasien dengan kelainan sistemik berat dan membatasi aktivitasnya. Contoh :
pasien dengan infark jantung yang harus diterapi dengan perawatan medis
4. Pasien dengan penyakit yang mengancam jiwa, contoh : gagal jantung berat
aktivitas sangat terbatas
5. Pasien-pasien “moribund”, 50% akan exitus dalam 24 jam dengan atau tanpa
pembedahan, contoh : ileus strangulasi, anuria, koma, TD 70/40 (dengan Dopamine)
Untuk pembedahan darurat ditambah D” atau E”, Contoh : PS-ASA 3-D“ “
Hubungan Cabang Ilmu Anastesiologi :
KAN-182 Mira Yulianti (01-107)
ALAT OPERATOR
PASIEN
Sp. An
Nyeri
Stress
Stabilitas
Emergency
Kondisi pembedahanDiagnostik
Pemeliharaan alat
Obat
Kamar bedah
3. Pulmonolo
gi
Obgyn
Gigi
Mulut
Kardiolog
i
THT
Interna
Psikiatri
pada saat ECT (Electro Convulsive
Therapy) ; untuk mengatur nafas
sebelum dilistrik
Radiologi
diagnostik ekspansif c/: pada
penggunaan zat kontras
Bedah
Mata
Pediatri
KAN-182 Mira Yulianti (01-107)