SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Sistem Sosial Budaya Indonesia: Rangkuman dari Buku Nasikun



Indonesia adalah sebuah negara dengan struktur dan sistem sosial masyarakat yang sangat majemuk.
Adam Kuper dan Jessica Kuper menjelaskan bahwa istilah majemuk telah digunakan untuk menjelaskan
masyarakat yang ditandai dengan pembelahan (cleavages) internal berdasarkan etnis, ras, agama atau
bahasa. Sebagai bahan perbandingan tentang negara bangsa yang plural atau majemuk dan yang murni:
diantara 150 negara anggota PBB hanya terdapat lebih kurang 10 % saja negara bangsa yang murni.
Negara dengan tingkat fragmentasi ekstrim diantaranya adalah Nigeria, Zaire, India, Amerika Latin
(negara-negara Asia dan Afrika) dan Negara-negara bekas Uni Soviet, sedangkan negara bangsa yang
kurang heterogen adalah Belgia, Swiss dan Kanada.

Dalam tinjauan sejarah sebagian dari negara-negara yang terfragmentasi secara ekstrim ditandai oleh
sejarah masa lalu penaklukan oleh bangsa asing secara kejam, yang diikuti oleh kolonialisme,
perbudakan dan kerja paksa serta bentuk-bentuk segmentasi dan ketimpangan yang sangat terlembaga
antara kelompok-kelompok etnis atau ras. Sebagian dari proses pembentukan awal ini meninggalkan
jejak segmentasi dan kepluralan horizontal dan vertikal pada bentuk masyarakat tersebut setelahnya
dengan berbagai implikasi secara sosial, budaya dan politik.

Menyimak pengalaman konflik dan integrasi Indonesia dalam berbangsa dan bernegara tidak dapat
tidak dipengaruhi oleh potensi kemajemukannya yang luar biasa.Potensi keberbedaan secara positif
diakui sebagai suatu kekayaan khasanah budaya, namun juga menyimpan potensi konflik dan
disintegrasi.Oleh karenanya relevan untuk mempelajari susunan struktur dari sistem sosial budaya yang
membentuk Indonesia guna memberi dasar pemahaman berbagai persoalan yang dihadapi negara se-
plural Indonesia.

Secara keseluruhan matakuliah ini memberikan pemahaman dasar dan umum tentang bagaimana
mengurai ke dalam konsep-konsep dasar bentuk dan isi dari kemajemukan sistem sosial budaya
Indonesia. Materi dan ruang lingkup perkuliahan akan diawali dengan me-review kembali konsep sistem,
konsep sistem sosial, konsep sistem budaya, dilanjutkan dengan realitas struktur majemuk masyarakat
Indonesia, aspek historis yang mempengaruhi terbentuknya sistem sosial dan sistem budaya Indonesia,
aneka nilai orientasi masyarakat Indonesia dan implikasinya pada kehidupan sosial budaya ekonomi dan
politik, dan pendekatan teoritis dalam memahami sistem sosial serta masalah integrasi Nasional.

Dengan mengikuti perkuliahan tersebut, maka diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan mengenai
sistem sosial dan sistem budaya di Indonesia, menjelaskan aspek historis yang mendasari struktur dan
sistem sosial budaya masyarakat Indonesia, menjelaskan aspek kemajemukan Indonesia dan
implikasinya pada kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan politik dan menjelaskan pendekatan teoritis
dalam memahami sistem sosial serta masalah integrasi nasional.
BAB 1
                                          PENDAHULUAN.


Pertempuran yang terjadi dimasa pra-kemerdekaan ataupun pasca-kemerdekaan, telah memberi
gambaran pada kita apa itu konflik. Peristiwa tersebut merupakan serentetan konflik yang pernah
dialami oleh bangsa Indonesia, sehingga menjadikan 17 Agustus 1945 merupakan lembaran sejarah
kehidupan bangsa Indonesia. Sebelum dan sesudah itu, bangsa indonesia mengalami pertentangan-
pertentangan yang muncul justru dari para tokoh elit sosial-poltik bangsa. Sebelumnya itu, mereka
saling membantu untuk mewujudkan Indonesia merdeka.Mereka tak mengedepankan hasrat ego
mereka masing-masing. Namun setelah itu muncullah peristiwa pemberontakan, yang diawali dengan
pemberontakan PKI tahun 1948, DI/TII , PRRI-Permesta, G30 S/PKI,dll. Yang berusaha meruntuhkan
kesatuan NKRI.

Keadan itu memiliki makna bahwa “ Bhineka Tunggal Ika “ sesungguhnya hanya teori semata, belum
diterapkan secara nyata oleh bangsa ini. Perkataan itu merupakan cita-cita yang masih perlu diwujudkan
bagi segenap bangsa kita ini.Akan tetapi, konflik-konflik sosial didalam masyarakat senantiasa memiliki
kedudukan dan pola masing-masing. Dikarenakan sumber yang menjadi penyebabnya pun memiliki jenis
yang tidak sama. Apabila kita disodori pertanyaan : faktor laten apakah yang sebenarnya menjadi
penyebab dari munculnya pertentangan yang terjadi diatas, dan apa pula yang menjadi sumber yang
bersifat laten bagi konflik-konflik sosial yang mungkin saja terjadi di Indonesi dikelak kemudian hari?
Hanya melalui pemahaman yang mendalam mengenai sumber penyebabnya, maka konflik sosial
internal bangsa akan dapat kita hindari. Secara psikologis kita memiliki kecenderungan untuk menekan
kenyataan-kenyataan tersebut ke dalam dunia bawah sadar kita, bukan saja kita mengira bahwa dengan
demikian kita akan dapat terhindar dari konflik yang lebih tajam, namun sesungguhnya kita iidak
menyukai kenyataan tersebut. Konflik yang terjadi diantara sesama kita adalah sesuatu yang menodai
jiwa dan semangat gotong-royong yang kita muliakan, sesuatu yang menodai jiwa dan semangat
Bhineka Tunggal Ika yang kita junjung tinggi.

Yang tidak pernah kita sadari adalah, mekanisme psikologis seperti itu akan membawa kita berlarut-
larut kedalam konflik yang berkepanjangan, dan sulit untuk dipecahkan. Sehingga kita akan kehilangan
kepekaan kita terhadap perkembangan-perkembangan yang akan dapat memecahkan konflik.
Sementara kita terpesona dengan anggapan bahwa konflik yang terjadi akan dapat kita atasi dengan
gotong-royong dan semangat Bhineka Tunggal Ika, kita akan terkejut dengan kenyataan bahwa konflik
yang terjadi secara tiba-tiba menjadi dahsyat. Dengan menyadari akan adanya konflik-konflik sosial yang
bersifat laten di dalam masyarakat kita, memungkinkan kita untuk mencari faktor-faktor penyebabnya.
BAB II
                                     PENDEKATAN TEORITIS.
Sudut pendekatan yang perlu mendapatkan perhatian pertama kali adalah sebuah pendekatan yang
sangat berpengaruh dikalangan para ahli sosiologi selama beberapa puluh tahun terakhir ini.
Pendekatan tersebut menganggap bahwa masyarakat , sesungguhnya terintegrasi atas dasar
kesepakatan antar anggota mereka. Ia memandang masysarakat sebagai suatu sistem yang secara
fungsional terintegrasi ke dalam suatu bentuk equilibrium. Oleh karena sifatnya, yang demikian, maka
aliran pemikiran tersebut disebut sebagai Integration approach, order approach, equilibrium approach,
atau dengan lebih populer disebut sebagai structural-functional approach. (Selanjutnya disebut
pendekatan fungsional struktural atau fungsionalisme-struktural). Teori-teori yang mendasarkan diri
pada sudut pendekatan tersebut, biasa dikenal pula sebagai integration theories, order theoris,
equilibrium theories, atau lebih dikenal sebagai teori-teori fungsional struktural.

Pendekatan fungsionalisme struktural sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Parsons dan para
pengikutnya, dapat kita kaji melalui sejumlah anggapan dasar mereka sebagai berikut :

   1. Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem daripada bagian-bagian yang saling
      berhubungan satu sama lain.
   2. Dengan demikian hubungan pengaruh mempengaruhi di antara bagian-bagian tersebut adalah
      bersifat ganda dan timbal balik.
   3. Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapai dengan sempurna, namun secara
      fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak ke arah equilibrium yang bersifat dinamis.
   4. Sekalipun disfungsi, ketegangan-ketegangan, dan penyimpangan-penyimpangan senantiasa
      terjadi juga, akan tetapi di dalam jangka yang panjang keadaan tersebut akan teratasi dengan
      sendirinya pada akhirnya, melalui penyesuaian-penyesusaian dan proses institusionalisasi.
   5. Perubahan-perubahan di dalam sistem sosial pada umumnya terjadi secara gradual, melalui
      penyesuaian-penyesuaian, dan tidak secara revolusioner.
   6. Pada dasarnya, perubahan-perubahan sosial timbul atau terjadi melalui tiga macam
      kemungkinan: penyesuaian yang dilakukan oleh sistem sosial tersebut, terhadap perubahan-
      perubahan yang datang dari luar ( extra systemic change ): pertumbuhan melalui proses
      diferensiasi struktural dan fungsional: serta penemuan-penemuan baru oleh anggota
      masyarakat.
   7. Faktor paling penting yang memiliki daya menintegrasikan suatu sistem sosial adalah konsensus
      di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.

Dengan cara lain dapat dikatakan, bahwa suatu sistem sosial, pada dasarnya, tidak lain adalah suatu
sistem daripada tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antara berbagai
individu, yang tumbuh dan berkembang tidak secara kebetulan, melainkan tumbuh dan berkembang di
atas standar penilaian umum yang disepakati bersama oleh para anggota masyarakat. Yang paling
penting di antara berbagai standar penilaian umum tersebut, adalah apa yang kita kenal sebagai norma-
norma sosial. Norma-norma sosial itulah yang sesungguhnya membentuk struktur sosial. Equilibrium
dari suatu sistem sosial terjaga oleh beberapa proses dan mekanisme sosial. Dua macam mekanisme
sosial yang paling penting untuk mengendalikan hasrat masyarakat pada tingkat dan arah yang menuju
terpeliharanya kontinuitas sistem sosial, adalah mekanisme sosialisasi dan pengawasan sosial ( social
control ).

Parson dan para pengikutnya tidak dapat dikatakan telah berhasil membawa pendekatan fungsionalisme
strukturalketingkat perkembangan yang lebih berpengaruh pada pertumbuhan teori-teori sosiologi
hingga saat ini. David Lockwood mengritik pendapat Parson, kita dapat menyaksikan betapa pendekatan
fungsionalisme struktural terlalu menekan berdasarkan pada peranan unsur normatif dan tingkah laku
sosial, khususnya pada proses-proses dimana keinginan seseorang diatur secara normatif untuk
menjamin kesetabilan sosial.Tata tertib dan konflik adalah dua kenyataan yang melekat bersama-sama
di dalam setiap sistem sosial. Adanya tata tertib sosial bukan berarti akan hilangnya konflik di
masyarakat. Sebaliknya, lahirnya tata tertib sosial justru menggambarkan adanya konflik yang bersifat
potensial di dalam setiap masyarakat.

Anggapan awal bahwa setiap sistem sosial memiliki kecenderungan untuk mencapai stabilitas atau
equilibrium di atas konsensus para anggota masyarakat akan nilai-nilai umum tertentu, mengakibatkan
para penganut pendekatan fungsionalisme struktural kemudian menganggap bahwa disfungsi
ketegangan,penyimpangan       sosial   yang     mengakibatkan     terjadinya    perubahan-perubahan
kemasyarakatan dalam bentuk tumbuhnya diferensiasi sosial yang semakin kompleks, adalah akibat
daripada pengaruh faktor-faktor yang datng dari luar. Pandapat seperti itu mengesampingkan kenyataan
sebagai berikut:

   1. Setiap struktur sosial, di dalam dirinya sendiri, mengandung konfli-konflik dan kontradiksi yang
      bersifat internal, yang pada saatnya akan menjadi sumber terjadinya perubahan sosial.
   2. Reaksi dari suatu sistem sosial terhadap perubahan yang datang dari luar ( extra-systemic
      change ) tidak selalu bersifat adjustive.
   3. Sistem sosial, dalam jangka panjang juga akan mengalami konflik sosial yang bersifat visious
      circle.
   4. Perubahan sosial tidak selalu terjadi secara gradual melalui adaptasi yang lunak, akan tetapi juga
      dapat terjadi secara revolusioner.

Oleh karena itu ia mengabaikan kenyataan itu, maka pendekatan fungsionalisme struktural dipandang
oleh para ahli sosioligi sebagai pendekatan yang bersifat reaksioner, dan oleh karenanya dianggap
kurang mampu menganalisis masalah perubahan kemasyarakatan. Pendekatan tersebut dianggap
mengabaikan kenyataan bahwa konflik dan kontradiksi intern dapat merupakan sumber tejadinya
perubahan dalam masyarakat, tetapi sistem sosial terkadang tidak selalu mampu beradaptasi terhadap
perubahan yang datang dari luar.Terkadang sistem sosial memang dapat menyesuaikan terhadap
perubahan-perubahan yang datang dari luar tanpa terjadinya disintegrasi sosial. Namun tidak jarang,
sistem sosial akan menolak perubahan yang datang dari luar, baik secara status quo ataupun dengan
tindakan reaksioner. Keadaan tersebut berimbas akan terjadinya disfungsional pada bagian-bagian
tertentu, yang akan menimbulkan ketegangan sosial. Apabila faktor eksternal tersebut berpengaruh
kuat terhadap bagian-bagian sistem sosial, maka disfungsi dan ketegangan akan tumbuh secara
komulatif serta mengundang terjadinya perubahan sosial yang bersifat revolusioner.
Sementara conflic approach masih dapat kita bedakan, yakni structuralist-Marxist dan structural-Non-
Marxist. Berdasarkan dari fungsionalisme struktural, maka pandangan pendekatan konflik berpangkal
pada anggapan-anggapn dasar sebagai berikut:

   1. Setiap masyarakat selalu berada pada proses perubahan yang tak pernah berujung, bisa
      dikatakan bahwa perubahn sosial merupakan gejala yang melekat pada masyarakat.
   2. Konflik merupakan gejala yang identik dengan masyarakat.
   3. Setiap unsur dalam masyarakat, memberikan potensi terjadinya integrasi dan perubahan sosial.
   4. Setiap masyarakat, didominasi oleh sejumlah orang atas sejumlah orang lain.

Bentuk pengendalian konflik sosial yang pertama dan paling penting adalah apa yang disebut konsiliasi (
conciliation ). Pengendalian tersebut terwujud dalam lembaga yang memungkinkan tumbuhnya pola
diskusi, dan pengambilan keputusan antar pihak yang berlawanan mengenai persoalan yang
dipertentangkan. Dalam hal itu,bermaksud agar lembaga-lembaga tersebut harus memenuhi setidaknya
empat hal, yaitu:

   1.   Lembaga tersebut harus bersifat otonom.
   2.   Lembaga tersebut harus berifat monopolistis didalam masyarakat.
   3.   Peranan lembaga harus mengikat dan memaksa, dapat dikatakan sebagai pengendali sosial.
   4.   Lembaga yang bersangkutan harus bersifat demokratis.

Tanpa keempat hal tersebut,konflik akan menjadi semakin bertambah rumit,dan akan semakin sulit
untuk dipecahkan. Namun,hal tersebut dapat diatasi apabila kelompok yang berkonflik memenuhi tiga
macam persyaratan:

   1. Masing-masing kelompok harus menyadari, bahwa mereka terlibat dalam suatu konflik, dan
      menyadari perlunya dilaksanakan prinsip-prinsip keadilan secara jujur bagi semua.
   2. Penyelesaian konflik tersebut akan mudah dikendalikan apabila kelompok yang berkonflik
      terorganisir dengan jelas.
   3. Kelompok yang berkonflik harus mematuhi aturan-aturan tertentu, sehingga memungkinkan
      hubungan sosial antar mereka kembali membaik.

Tanpa semua itu, lembaga diskusi macam apapun tidak akan berjalan dengan baik, justru akan
menimbulkan konflik. Cara pengendalian yang efekti adalah dengan mediasi ( mediation ), dimana kedua
belah pihak sepakat untuk menunjuk pihak ketiga sebagai penengah, yang akan memberi nasihat
tentang bagaimana seharusnya mereka bertindak. Walaupun nasihat tersebut tidak mengikat kedua
belah pihak, namun cara ini terkadang sering menghasilkan penyelesaian yang cukup efektif. Apabila
tidak berhasil,kita dapat menggunakan cara yang lain. Yaitu dengan perwasitan ( arbitration ), dalam hal
ini pihak yang bertikai terpaksa harus menerima keputusan dari pihak ketiga. Tetapi meraka berhak
untuk mengajukan usulan, kendati mereka mau-tidak mau harus menerima keputusan pihak ketiga.
BAB III
                         STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA.
Struktur masyarakat Indonesia dibedakan menjadi dua.Yaitu, secara horisontal yang ditandai oleh
adanya kesatuan sosial berdasarkan atas perbedaan suku bangsa, agama, adat-istiadat, serta
kedaerahan. Secara vertikal, struktur sosial masyarakat indonesia ditandai oleh adanya perbedaan sosial
antara kelas atas dan kelas bawah yang sangat tajam.

Perbedaan suku-bangsa, agama, adat dan kedaerahan, merupakan ciri masyarakat Indonesia yang
bersifat majemuk.Istilah ini diperkenalkan oleh Furnivall sebagai penggambaran masyarakat Indonesia
dimasa Hindia Belanda. Masyarakat majemuk ( plural societies ), yaitu suatu masyarakat yang terdiri
atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembaruan satu sama lain yang berada
pada satu kekuasaan politik. Masyarakat Indonesia merupakan tipe masyarakat daerah tropis, dimana
meraka yang berkuasa dan mereka yang dikuasai memiliki perbedaan ras.

Dalam kehidupan berpolitik, pertanda paling jelas dari masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk
adalah tidak adanya kehendak bersama ( common will ). Dalam kehidupan ekonomipun juga tidak ada
kehendak bersama, sehingga disimpulkan tidak adanya permintaan sosial yang dihayati bersama oleh
seluruh elemen masyarakat ( common social demand ). Menurut Furnivall, setiap masyarakat politik dari
kelompok nomad sampai bangsa yang berdaulat, berangsur-angsur melalui periode waktu tertentu
membentuk peradaban dan kebudayaan sendiri, membentuk kesenian, baik berupa sastra, seni lukis,
maupun musik, serta membentuk berbagai kebiasaan di dalam kehidupan sehari-hari.

Karakteristik masyarakat majemuk menurut Pierre L. Van den Berghe adalah:

    1. Terjadinya segmentasi kedalam bentuk kelompok yang sering kali memiliki sub-kebudayaan
       yang berbeda satu sama lain.
    2. Memiliki struktur sosial yang terbagi kedalam lembaga yang bersifat non-komplementer.
    3. Kurang berkembangnya konsensus antar anggota terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar.
    4. Relatif sering terjadi konflik antar anggota kelompok.
    5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan dalam bidang
       ekonomi.
    6. Terjadi domonasi politik oleh kelompok satu dengan kelompok yang lain.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pluralitas masyarakat Indonesia. Keadaan geografis
wilayah Indonesian yang terdiri dari 3.000 lebih pulau yang tersebar di daerah equator sepanjang kurang
lebih 3.000 mil dari timur ke barat, lebih dari 1.000 mil dari utara ke selatan, merupakan pengaruh besar
terjadinya pluralitas suku bangsa Indonesia.

Faktor kedua, yaitu letak Indonesia yang berada diantara samudera Indonesia dan samudera Pasifik,
sangat berpangur akan terjadinya pluralitas agama di dalam masyarakat. Letak indonesia yang berada
ditengah-tengah jalur persimpangan perdagangan dunia, memungkinkan Indonesia menerima pengaruh
kebudayaan bangsa lain melalui pedagang asing.
Iklim yang berbeda-beda dan struktur tanah yang tidak sama antara daerah di kepulauan Nusantara ini,
merupakan faktor yang menciptakan pluralitas regional di Indonesia. Perbedaan curah hujan dan
kesuburan tanah merupakan kondisi yang menciptakan dua macam lingkungan ekologis yang berbeda di
Indonesia, yakni: daerah pertanian sawah (wet rice cultivation) yang terutama banyak dijumpai di pulau
Jawa dan Bali, serta daerah pertanian ladang (shifting cultivation) yang banyak kita jumpai di luar pulau
Jawa. Perbedaan tersebut menyebabakan terjadinya kontras perbedaan antara Jawa dan Luar Jawa di
dalam bidang kependudukan, ekonomi, dab sosial-budaya.

Segala macam perbedaan di atas merupakan dimensi horizontal strutur masyarakat
Indonesia.Sementara secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia dapat kita lihat dengan semakin
berkembangnya polaritas sosial berdasrkan kekuatan politik dan kekayaan.Dengan semakin
berkembangnya dalam sektor ekonomi modern beserta organanisasi administrasi nasional yang
mengikutinya, maka terjadi pelapisan sosial politis yang sangat kontras antara golongan atas dan
golongan bawah.Ketimpangan tersebut berakar dari zaman Hindia-Belanda, oleh Boeke digambarkan
dengan dual economi.

Dalam sisitem dual economi, dua sektor ekonomi yang berbeda saling berhadapan. Yaitu sekotor
ekonomi modern yang lebih bersifat canggih (sophisticated), banyak berkaitan dengan perdagangan
Internasional, dimana motif mengeruk keuntungan yang semaksimal mungkin. Sektor kedua yaitu sektor
ekonomi pedesaan yang bersifat tradisional, yang menjaga motif keamanan dan kelanggengan tidak
berminat untuk mengharap keuntungan yang maksimal.Perbedaan tersebut secara integral terjadi
dalam keseluruhan masyarakat Indonesia yang hidup di daerah pedesaan dan perkotaan.


                                    BAB IV
      STRUTUR KEPARTIAN PERWUJUDAN STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA.


Segala macam perbedaan yang terjadi di Indonesia secara analitis dapat dibicarakan secara sendiri-
sendiri, dan dapat menjadi suatu jalinan yang menghasilkan berbagai macam kelompok semu atau lebih
dikenal dengan golongan.Golongan tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan suku, agama, kelas
sosial, tempat tinggal, dan lain-lain.Namun sejak awal abad 20, terutama setelah kemerdekaan
kelompok semu tersebut berubah menjadi kelompok kepentingan.Salah satu kelompok kepentingan
yang sangat khusus sifatnya adalah partai politik.Tetapi pada awalnya mereka lebih menekankan pada
sosial budaya dari pada politik, baru kemudian hari kelompok tersebut mengubah sifatnya kepartai
politik.

Sejak merubah sifatnya menjadi partai politik timbullah berbagai macam konflik yang terjadi antar suku,
agama, daerah, stratifikasi sosial, dan lain sebagainya.Kompleksitas itulah yang telah membuka
timbulnya macam berpikir yang ditunjukkan oleh berbagai macam partai paolitik di Indonesia.Herbert
Feith misalnya, melihat konflik di Indonesia sebagai konflik ideologis yang bersumber pada ketegangan
yang terjadi antara pandangan tradisonal dan pandangan modern.Pandangan tradisonal yang
berpedoman pada tradisi Hindu-Jawa dan Islam, sedang pandangan modern yang berkiblat pada barat.
BAB V
          STRUKTUR MASYARAKAT INDONESIA DAN MASALAH INTEGRASI NASIONAL.


Strutur masyarakat Indonesia yang majemuk, melahirkan masyarakat yang bersifat multi-dimensional
yang menimbulkan persoalan tentang bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi secara horizontal,
sementara stratifikasi sosial memberi bentuk integrasi nasional yang bersifat vertikal. Van den Berghe
membagi sifat dasar masyarakat majemuk menjadi beberapa yaitu:

    1. Memiliki sub-kebudayaan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
    2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga non-komplementer.
    3. Kurang berkembangnya konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang besifat
       dasar.
    4. Sering terjadi konflik.
    5. Secara relatif integrasi terjadi karena paksaan, dan saling ketergantungan dalam bidang
       ekonomi.
    6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok.

Oleh karena sifat yang demikian, maka van den Berghe menyatakan bahwa masyarakat majemuk tidak
dapat digolongkan kedalam salah satu jenis masyarakat menurut analisis Emile Durkheim. Masyarakat
majemuk tidak dapat disamakan dengan masyarakat yang memiliki unit-unit kekerabatan yang bersifat
segmentasi, tetapi juga tidak dapat digolongkan kedalam masyarakat yang memiliki diferensiasi dan
spesialisasi tinggi.Dalm keadan yang demikian, menggunakan terminologi Emil Durkheim, maka van den
Berghe menyatakan bahwa baik solidaritas mekanis yang diikat oleh kesadaran kolektif maupun
solidaritas organis yang diikat oleh saling ketergantungan di antara bagiab-bagian dari suatu sistem
sosial, tidak mudah dikembangkan atau ditumbuhkan di dalam masyarakat yang bersifat majemuk.Hal
yang demikian juga berarti bahwa pendapat para penganut fungsionalisme struktural masih harus
dipertimbangkan validitasinya untuk menganalisis suatu masyarakat yang bersifat majemuk.

Mengikuti pandangan mereka, suatu sistem sosial selalu terintegrasi di atas landasan dua hal berikut.
Pertama, suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus di antara sebagian
besar anggota masyarakat akan nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental. Dari sudut lain,
masyarakat senantiasa terintegrasi karena setiap anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota
kesatuan sosial (cross-cutting affiliations). Karena setiap konflik yang terjadi antar kesatuan sosialakan
segera dinetralisir dengan adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari para anggota masyarakat
terhadap berbagai kesatuan sosial.

Keduanya mendasari terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat yang bersifat majemuk, karena tanpa
keduanya tidak akan terbentuk suatu masyarakat. Segmentasi dalam bentuk kesatuan sosial yang terikat
dalam primordial edengan su-kebudayaan yang berbeda satu sama lain, mudah sekali menimbulkan
konflik antar kelompok sosial. Dalam hal ini ada dua macam tingkatan konflik yang mungkun terjadi,
yaitu:
1. Konflik ideologis.

         Konflik tersebut terwujud di dalam bentuk konflik antar sistem nilai yang dianut oleh berbagai
         kesatuan sosial.

    2. Konflik politis.

         Terjadi dalam bentuk pertentengan di dalam pembagian status kekuasan, dan sumber ekonomi
         yang terbatas ketersediaannya di dalam masyarakat. Di dalam situasi konflik, maka secara sadar
         atau tidak sadar, maka anggota kelompok akan mengabdikan diri dengan cara memperkokoh
         solidaritas antar anggota.

Dengan adanya masyarakat yang majemuk, maka melahirkan keanggotan yang saling menyilang.Cross-
cutting affiliationsyang telah menyebabkan konflik antar golongan tidak terjadi terlalu tajam. Konflik
suku bangsa misalnya, akan segera meredam oleh bertemunya loyalitas agama. Demikian juga
sebaliknya, apabila terjadi konflik agama, daerah, atau lapisan sosial.Karena cross-cutting affiliations
senantiasa menghasilkan cross-cutting liyalities maka pada tingkat tertentu masyarakat Indonesia juga
terintegrasi atas dasar tumbuhnya perbedaan.Bersama dengan tumbuhnya konsensus nasional
mengenai nasionalisme Pancasila yang senantiasa beranggapan secara dinamis dengan mekanisme
pengendalian konflik yeng bersifat coercive, dengan struktur silang-menyilang itulah Indonesia tetap
dapat lestari walau harus menghadapi permasalahan akibat dari kemajemukan masyarakatnya.




Daftar Bacaan

DIAN Interfidei, Kompas & Forum Wacana, 2001, Dian Interfidei, Yogyakarta.
Geertz, Hildred. 1981, Aneka budaya dan komunitas Indonesia, YIIS-UI, Jakarta
http://fisip.uns.ac.id/blog/rahayu/2011/01/07/sistem-sosial-indonesia-dr-nasikun
Ignas Kleden, Indonesia Sebagai Utopia, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2001
Inis dan PBB, 2003, Konflik komunal di Indonesia saat ini, INIS-Netherland dan PBB-UIN Jakarta.
Koentjaraningrat,1996, Pengantar Antropologi. Rineka Cipta, Jakarta.
Nasikun, 1995.Sistem Sosial Indonesia, Rajawali Pers. Jakarta.
Nurcholis Madjid, Akar Islam: beberapa segi budaya Indonesia dan kemungkinan pengembangannya bagi masa depan bangsa.
Poloma.M.Margareth, 1992, Sosiologi kontemporer, Rajawali Pers, Jakarta.
Taneko.B.Soleman, 1994 Sistem Sosial Indonesia, CV.Fajar Agung, Jakarta

More Related Content

What's hot

Perbedaan Ideologi Pancasila, Liberalisme, Komunisme, dan Kapitalisme
Perbedaan Ideologi Pancasila, Liberalisme, Komunisme, dan KapitalismePerbedaan Ideologi Pancasila, Liberalisme, Komunisme, dan Kapitalisme
Perbedaan Ideologi Pancasila, Liberalisme, Komunisme, dan KapitalismeRajabul Gufron
 
Tatanan organisasi pemerintahan negara
Tatanan organisasi pemerintahan negaraTatanan organisasi pemerintahan negara
Tatanan organisasi pemerintahan negaraendahmustika
 
P aradigma dan teori antropologi
P aradigma dan teori antropologiP aradigma dan teori antropologi
P aradigma dan teori antropologiyoulinda
 
PPT Sosiologi Kelas XII Bab 1
PPT Sosiologi Kelas XII Bab 1PPT Sosiologi Kelas XII Bab 1
PPT Sosiologi Kelas XII Bab 1RezaWahyuni5
 
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTeori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTrisna Nurdiaman
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratPsikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratHaristian Sahroni Putra
 
Kelompok sosial
Kelompok sosialKelompok sosial
Kelompok sosialadult415
 
INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKATINDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKATanamuno
 
Kuliah 6 teori ketergantungan
Kuliah 6 teori ketergantunganKuliah 6 teori ketergantungan
Kuliah 6 teori ketergantunganMukhrizal Effendi
 
Presentasi sistem sosial budaya indonesia
Presentasi sistem sosial budaya indonesiaPresentasi sistem sosial budaya indonesia
Presentasi sistem sosial budaya indonesiaRatna Yunita
 
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaanMasyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaanwilliam_marthin
 
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaeblerreinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted GaeblerBhaskoro Utomo
 
Makalah Sosialisasi
Makalah SosialisasiMakalah Sosialisasi
Makalah SosialisasiEsti Dyah
 
Psikologi sosial makalah sikap
Psikologi sosial makalah sikapPsikologi sosial makalah sikap
Psikologi sosial makalah sikapvidyatiara
 
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahanAsas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahanBayu Rizky Aditya
 
1.05 pendelegasian wewenang
1.05 pendelegasian wewenang1.05 pendelegasian wewenang
1.05 pendelegasian wewenangMikhail Rasyid
 
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesiaSejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesiataufin
 

What's hot (20)

Perbedaan Ideologi Pancasila, Liberalisme, Komunisme, dan Kapitalisme
Perbedaan Ideologi Pancasila, Liberalisme, Komunisme, dan KapitalismePerbedaan Ideologi Pancasila, Liberalisme, Komunisme, dan Kapitalisme
Perbedaan Ideologi Pancasila, Liberalisme, Komunisme, dan Kapitalisme
 
Psikologi umum 1
Psikologi umum 1Psikologi umum 1
Psikologi umum 1
 
Tatanan organisasi pemerintahan negara
Tatanan organisasi pemerintahan negaraTatanan organisasi pemerintahan negara
Tatanan organisasi pemerintahan negara
 
P aradigma dan teori antropologi
P aradigma dan teori antropologiP aradigma dan teori antropologi
P aradigma dan teori antropologi
 
PPT Sosiologi Kelas XII Bab 1
PPT Sosiologi Kelas XII Bab 1PPT Sosiologi Kelas XII Bab 1
PPT Sosiologi Kelas XII Bab 1
 
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTeori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratPsikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
 
Kelompok sosial
Kelompok sosialKelompok sosial
Kelompok sosial
 
INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKATINDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
 
Kuliah 6 teori ketergantungan
Kuliah 6 teori ketergantunganKuliah 6 teori ketergantungan
Kuliah 6 teori ketergantungan
 
Presentasi sistem sosial budaya indonesia
Presentasi sistem sosial budaya indonesiaPresentasi sistem sosial budaya indonesia
Presentasi sistem sosial budaya indonesia
 
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaanMasyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
Masyarakat pedesaan dan masyarkat perkotaan
 
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaeblerreinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler
 
Makalah Sosialisasi
Makalah SosialisasiMakalah Sosialisasi
Makalah Sosialisasi
 
Materi partisipasi politik
Materi partisipasi politikMateri partisipasi politik
Materi partisipasi politik
 
Psikologi sosial makalah sikap
Psikologi sosial makalah sikapPsikologi sosial makalah sikap
Psikologi sosial makalah sikap
 
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahanAsas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahan
 
1.05 pendelegasian wewenang
1.05 pendelegasian wewenang1.05 pendelegasian wewenang
1.05 pendelegasian wewenang
 
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesiaSejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
 
Makalah tentang demokrasi
Makalah tentang demokrasiMakalah tentang demokrasi
Makalah tentang demokrasi
 

Viewers also liked

Materi 1 sistem sosial budaya indonesia
Materi 1  sistem sosial budaya indonesiaMateri 1  sistem sosial budaya indonesia
Materi 1 sistem sosial budaya indonesiadinnianggra
 
Sistem sosial budaya indonesia1
Sistem sosial budaya indonesia1Sistem sosial budaya indonesia1
Sistem sosial budaya indonesia1Ayu Anggraini
 
Teori konflik sistem sosial budaya
Teori konflik sistem sosial budayaTeori konflik sistem sosial budaya
Teori konflik sistem sosial budayaLusius Sinurat
 
sistem sosial
sistem sosialsistem sosial
sistem sosialRama SIni
 
Implementasi sistem sosial budaya indonesia
Implementasi sistem sosial budaya indonesiaImplementasi sistem sosial budaya indonesia
Implementasi sistem sosial budaya indonesiaMuchlis Soleiman
 
Pokok pokok sistem sosial budaya indonesia
Pokok pokok sistem sosial budaya indonesiaPokok pokok sistem sosial budaya indonesia
Pokok pokok sistem sosial budaya indonesiaMuchlis Soleiman
 
Presentasi perubahan sosial budaya geo power point,,,..
Presentasi perubahan sosial budaya geo power point,,,..Presentasi perubahan sosial budaya geo power point,,,..
Presentasi perubahan sosial budaya geo power point,,,..Jenny Marselina
 
Struktur masyarakat-indonesia.selesai
Struktur masyarakat-indonesia.selesaiStruktur masyarakat-indonesia.selesai
Struktur masyarakat-indonesia.selesaiBagoes Prasetya
 
Permendikbud70 2013 kd-strukturkurikulum-smk-mak
Permendikbud70 2013 kd-strukturkurikulum-smk-makPermendikbud70 2013 kd-strukturkurikulum-smk-mak
Permendikbud70 2013 kd-strukturkurikulum-smk-makkadri yusuf
 
Presentasi perubahan sosial
Presentasi  perubahan  sosialPresentasi  perubahan  sosial
Presentasi perubahan sosialSusi Yanti
 
Budaya bangka
Budaya bangkaBudaya bangka
Budaya bangkaAgustina
 
Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada unsur Kebudayaan Agama, ...
Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada unsur Kebudayaan Agama, ...Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada unsur Kebudayaan Agama, ...
Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada unsur Kebudayaan Agama, ...Ira Pitriawati Nurpit
 
Masyarakat Sebagai Sebuah sistem
Masyarakat Sebagai Sebuah sistemMasyarakat Sebagai Sebuah sistem
Masyarakat Sebagai Sebuah sistemRetno Wahyuningsih
 
Abnormal psychology (psikologi bilazim)
Abnormal psychology (psikologi bilazim)Abnormal psychology (psikologi bilazim)
Abnormal psychology (psikologi bilazim)Muhammad Nasrullah
 
Pkn bab 2 nilai budaya
Pkn bab 2 nilai budayaPkn bab 2 nilai budaya
Pkn bab 2 nilai budayaNhofa Eriana
 
Ketimpangan sosial
Ketimpangan sosialKetimpangan sosial
Ketimpangan sosialIsaka Yoga
 

Viewers also liked (20)

Materi 1 sistem sosial budaya indonesia
Materi 1  sistem sosial budaya indonesiaMateri 1  sistem sosial budaya indonesia
Materi 1 sistem sosial budaya indonesia
 
Sistem sosial budaya indonesia1
Sistem sosial budaya indonesia1Sistem sosial budaya indonesia1
Sistem sosial budaya indonesia1
 
Sistem sosial budaya indonesia
Sistem sosial budaya indonesiaSistem sosial budaya indonesia
Sistem sosial budaya indonesia
 
Teori konflik sistem sosial budaya
Teori konflik sistem sosial budayaTeori konflik sistem sosial budaya
Teori konflik sistem sosial budaya
 
sistem sosial
sistem sosialsistem sosial
sistem sosial
 
Implementasi sistem sosial budaya indonesia
Implementasi sistem sosial budaya indonesiaImplementasi sistem sosial budaya indonesia
Implementasi sistem sosial budaya indonesia
 
Pokok pokok sistem sosial budaya indonesia
Pokok pokok sistem sosial budaya indonesiaPokok pokok sistem sosial budaya indonesia
Pokok pokok sistem sosial budaya indonesia
 
Presentasi perubahan sosial budaya geo power point,,,..
Presentasi perubahan sosial budaya geo power point,,,..Presentasi perubahan sosial budaya geo power point,,,..
Presentasi perubahan sosial budaya geo power point,,,..
 
Struktur masyarakat-indonesia.selesai
Struktur masyarakat-indonesia.selesaiStruktur masyarakat-indonesia.selesai
Struktur masyarakat-indonesia.selesai
 
Kebijakan luar negeri dan kepentingan nasional
Kebijakan luar negeri dan kepentingan nasionalKebijakan luar negeri dan kepentingan nasional
Kebijakan luar negeri dan kepentingan nasional
 
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - KonstitusiPengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
 
Permendikbud70 2013 kd-strukturkurikulum-smk-mak
Permendikbud70 2013 kd-strukturkurikulum-smk-makPermendikbud70 2013 kd-strukturkurikulum-smk-mak
Permendikbud70 2013 kd-strukturkurikulum-smk-mak
 
Presentasi perubahan sosial
Presentasi  perubahan  sosialPresentasi  perubahan  sosial
Presentasi perubahan sosial
 
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
 
Budaya bangka
Budaya bangkaBudaya bangka
Budaya bangka
 
Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada unsur Kebudayaan Agama, ...
Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada unsur Kebudayaan Agama, ...Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada unsur Kebudayaan Agama, ...
Dampak Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada unsur Kebudayaan Agama, ...
 
Masyarakat Sebagai Sebuah sistem
Masyarakat Sebagai Sebuah sistemMasyarakat Sebagai Sebuah sistem
Masyarakat Sebagai Sebuah sistem
 
Abnormal psychology (psikologi bilazim)
Abnormal psychology (psikologi bilazim)Abnormal psychology (psikologi bilazim)
Abnormal psychology (psikologi bilazim)
 
Pkn bab 2 nilai budaya
Pkn bab 2 nilai budayaPkn bab 2 nilai budaya
Pkn bab 2 nilai budaya
 
Ketimpangan sosial
Ketimpangan sosialKetimpangan sosial
Ketimpangan sosial
 

Similar to Sistem sosial budaya indonesia

Tugas sosiologi pendidikan
Tugas sosiologi pendidikan Tugas sosiologi pendidikan
Tugas sosiologi pendidikan Nurul Azzahra
 
Struktur&lembaga sos
Struktur&lembaga sosStruktur&lembaga sos
Struktur&lembaga sosKersa Gustian
 
bahan kuliah sosiologi untuk mahasiswa dan umum yg menekuni sosilogi, bisa un...
bahan kuliah sosiologi untuk mahasiswa dan umum yg menekuni sosilogi, bisa un...bahan kuliah sosiologi untuk mahasiswa dan umum yg menekuni sosilogi, bisa un...
bahan kuliah sosiologi untuk mahasiswa dan umum yg menekuni sosilogi, bisa un...FakhrurraziSHIMSiFak
 
Analisis-Sosial - 2020
Analisis-Sosial - 2020Analisis-Sosial - 2020
Analisis-Sosial - 2020Ewald Frederik
 
Sosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakat
Sosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakatSosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakat
Sosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakatTrisna Nurdiaman
 
Makalah isbd dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunan
Makalah isbd   dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunanMakalah isbd   dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunan
Makalah isbd dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunanMarch Cha
 
Resume sosiologi dan politik
Resume sosiologi dan politikResume sosiologi dan politik
Resume sosiologi dan politikJef Ri
 
Modul 7 Konsep Dasar IPS.pdf
Modul 7 Konsep Dasar IPS.pdfModul 7 Konsep Dasar IPS.pdf
Modul 7 Konsep Dasar IPS.pdfFifinFebriani1
 
Pengantar Ilmu Sosial dan Budaya D3 .pptx
Pengantar Ilmu Sosial dan Budaya D3 .pptxPengantar Ilmu Sosial dan Budaya D3 .pptx
Pengantar Ilmu Sosial dan Budaya D3 .pptxDiepaWulandari
 
PPT RASIONALISME
PPT RASIONALISMEPPT RASIONALISME
PPT RASIONALISMEWulan280944
 
1. pengantar-sosiology
1. pengantar-sosiology1. pengantar-sosiology
1. pengantar-sosiologyverry13
 
Pengantar Sosiologi
Pengantar SosiologiPengantar Sosiologi
Pengantar SosiologiMuhamad Yogi
 

Similar to Sistem sosial budaya indonesia (20)

Tugas sosiologi pendidikan
Tugas sosiologi pendidikan Tugas sosiologi pendidikan
Tugas sosiologi pendidikan
 
Struktur&lembaga sos
Struktur&lembaga sosStruktur&lembaga sos
Struktur&lembaga sos
 
bahan kuliah sosiologi untuk mahasiswa dan umum yg menekuni sosilogi, bisa un...
bahan kuliah sosiologi untuk mahasiswa dan umum yg menekuni sosilogi, bisa un...bahan kuliah sosiologi untuk mahasiswa dan umum yg menekuni sosilogi, bisa un...
bahan kuliah sosiologi untuk mahasiswa dan umum yg menekuni sosilogi, bisa un...
 
HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 1
HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 1HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 1
HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 1
 
Materi sosiologi sma kelas xi
Materi sosiologi sma kelas xiMateri sosiologi sma kelas xi
Materi sosiologi sma kelas xi
 
Dasar-dasar Sosiologi 1.pptx
Dasar-dasar Sosiologi 1.pptxDasar-dasar Sosiologi 1.pptx
Dasar-dasar Sosiologi 1.pptx
 
Analisis-Sosial - 2020
Analisis-Sosial - 2020Analisis-Sosial - 2020
Analisis-Sosial - 2020
 
Sosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakat
Sosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakatSosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakat
Sosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakat
 
Makalah isbd dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunan
Makalah isbd   dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunanMakalah isbd   dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunan
Makalah isbd dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunan
 
Sistem sosial budaya indonesia 1
Sistem sosial budaya indonesia 1Sistem sosial budaya indonesia 1
Sistem sosial budaya indonesia 1
 
Resume sosiologi dan politik
Resume sosiologi dan politikResume sosiologi dan politik
Resume sosiologi dan politik
 
Modul 7 Konsep Dasar IPS.pdf
Modul 7 Konsep Dasar IPS.pdfModul 7 Konsep Dasar IPS.pdf
Modul 7 Konsep Dasar IPS.pdf
 
Pengantar Ilmu Sosial dan Budaya D3 .pptx
Pengantar Ilmu Sosial dan Budaya D3 .pptxPengantar Ilmu Sosial dan Budaya D3 .pptx
Pengantar Ilmu Sosial dan Budaya D3 .pptx
 
Makalah sosiologi 1
Makalah sosiologi 1Makalah sosiologi 1
Makalah sosiologi 1
 
Modul perubahan sosial
Modul   perubahan sosialModul   perubahan sosial
Modul perubahan sosial
 
Paradigma sosiologi
Paradigma sosiologiParadigma sosiologi
Paradigma sosiologi
 
PPT RASIONALISME
PPT RASIONALISMEPPT RASIONALISME
PPT RASIONALISME
 
1. pengantar-sosiology
1. pengantar-sosiology1. pengantar-sosiology
1. pengantar-sosiology
 
Pengantar Sosiologi
Pengantar SosiologiPengantar Sosiologi
Pengantar Sosiologi
 
ppt sosial PPKN kelas 7E SMPN 1 KOTA SERANG
ppt sosial PPKN kelas 7E SMPN 1 KOTA SERANGppt sosial PPKN kelas 7E SMPN 1 KOTA SERANG
ppt sosial PPKN kelas 7E SMPN 1 KOTA SERANG
 

Recently uploaded

Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxtressa8
 
Tugas PGP Keyakinan Kelas Modul 1.4 SMKN
Tugas PGP Keyakinan Kelas Modul 1.4 SMKNTugas PGP Keyakinan Kelas Modul 1.4 SMKN
Tugas PGP Keyakinan Kelas Modul 1.4 SMKNssuser419260
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakAksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakDianPermana63
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Soal BAB 6 IPAS KELAS 4.doc tentang kebudayaan
Soal BAB 6 IPAS KELAS 4.doc tentang kebudayaanSoal BAB 6 IPAS KELAS 4.doc tentang kebudayaan
Soal BAB 6 IPAS KELAS 4.doc tentang kebudayaanressyefrina15
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Lokakarya Kepemimpinan Sekolah 1_Mei 2024.pptx
Lokakarya Kepemimpinan Sekolah 1_Mei 2024.pptxLokakarya Kepemimpinan Sekolah 1_Mei 2024.pptx
Lokakarya Kepemimpinan Sekolah 1_Mei 2024.pptxHermawati Dwi Susari
 
Kisi-kisi soal IPA 8.docx 2023-2024.docx
Kisi-kisi soal IPA 8.docx 2023-2024.docxKisi-kisi soal IPA 8.docx 2023-2024.docx
Kisi-kisi soal IPA 8.docx 2023-2024.docx1101416
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramTitaniaUtami
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
#05 SOSIALISASI JUKNIS BOK 2024 Canva_124438.pptx
#05 SOSIALISASI JUKNIS BOK 2024 Canva_124438.pptx#05 SOSIALISASI JUKNIS BOK 2024 Canva_124438.pptx
#05 SOSIALISASI JUKNIS BOK 2024 Canva_124438.pptxyeniyoramapalimdam
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
AKSI NYATA fASILITATOR pEMBELAJARAN (.pptx
AKSI NYATA fASILITATOR pEMBELAJARAN (.pptxAKSI NYATA fASILITATOR pEMBELAJARAN (.pptx
AKSI NYATA fASILITATOR pEMBELAJARAN (.pptxAkhyar33
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Fathan Emran
 
Laporan observasi sri handayani lubis.pdf
Laporan observasi sri handayani lubis.pdfLaporan observasi sri handayani lubis.pdf
Laporan observasi sri handayani lubis.pdfSriHandayaniLubisSpd
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
 
Tugas PGP Keyakinan Kelas Modul 1.4 SMKN
Tugas PGP Keyakinan Kelas Modul 1.4 SMKNTugas PGP Keyakinan Kelas Modul 1.4 SMKN
Tugas PGP Keyakinan Kelas Modul 1.4 SMKN
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerakAksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
Aksi Nyata Modul 1.3 Visi Guru penggerak
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Soal BAB 6 IPAS KELAS 4.doc tentang kebudayaan
Soal BAB 6 IPAS KELAS 4.doc tentang kebudayaanSoal BAB 6 IPAS KELAS 4.doc tentang kebudayaan
Soal BAB 6 IPAS KELAS 4.doc tentang kebudayaan
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Lokakarya Kepemimpinan Sekolah 1_Mei 2024.pptx
Lokakarya Kepemimpinan Sekolah 1_Mei 2024.pptxLokakarya Kepemimpinan Sekolah 1_Mei 2024.pptx
Lokakarya Kepemimpinan Sekolah 1_Mei 2024.pptx
 
Kisi-kisi soal IPA 8.docx 2023-2024.docx
Kisi-kisi soal IPA 8.docx 2023-2024.docxKisi-kisi soal IPA 8.docx 2023-2024.docx
Kisi-kisi soal IPA 8.docx 2023-2024.docx
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
#05 SOSIALISASI JUKNIS BOK 2024 Canva_124438.pptx
#05 SOSIALISASI JUKNIS BOK 2024 Canva_124438.pptx#05 SOSIALISASI JUKNIS BOK 2024 Canva_124438.pptx
#05 SOSIALISASI JUKNIS BOK 2024 Canva_124438.pptx
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA fASILITATOR pEMBELAJARAN (.pptx
AKSI NYATA fASILITATOR pEMBELAJARAN (.pptxAKSI NYATA fASILITATOR pEMBELAJARAN (.pptx
AKSI NYATA fASILITATOR pEMBELAJARAN (.pptx
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Laporan observasi sri handayani lubis.pdf
Laporan observasi sri handayani lubis.pdfLaporan observasi sri handayani lubis.pdf
Laporan observasi sri handayani lubis.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Sistem sosial budaya indonesia

  • 1. Sistem Sosial Budaya Indonesia: Rangkuman dari Buku Nasikun Indonesia adalah sebuah negara dengan struktur dan sistem sosial masyarakat yang sangat majemuk. Adam Kuper dan Jessica Kuper menjelaskan bahwa istilah majemuk telah digunakan untuk menjelaskan masyarakat yang ditandai dengan pembelahan (cleavages) internal berdasarkan etnis, ras, agama atau bahasa. Sebagai bahan perbandingan tentang negara bangsa yang plural atau majemuk dan yang murni: diantara 150 negara anggota PBB hanya terdapat lebih kurang 10 % saja negara bangsa yang murni. Negara dengan tingkat fragmentasi ekstrim diantaranya adalah Nigeria, Zaire, India, Amerika Latin (negara-negara Asia dan Afrika) dan Negara-negara bekas Uni Soviet, sedangkan negara bangsa yang kurang heterogen adalah Belgia, Swiss dan Kanada. Dalam tinjauan sejarah sebagian dari negara-negara yang terfragmentasi secara ekstrim ditandai oleh sejarah masa lalu penaklukan oleh bangsa asing secara kejam, yang diikuti oleh kolonialisme, perbudakan dan kerja paksa serta bentuk-bentuk segmentasi dan ketimpangan yang sangat terlembaga antara kelompok-kelompok etnis atau ras. Sebagian dari proses pembentukan awal ini meninggalkan jejak segmentasi dan kepluralan horizontal dan vertikal pada bentuk masyarakat tersebut setelahnya dengan berbagai implikasi secara sosial, budaya dan politik. Menyimak pengalaman konflik dan integrasi Indonesia dalam berbangsa dan bernegara tidak dapat tidak dipengaruhi oleh potensi kemajemukannya yang luar biasa.Potensi keberbedaan secara positif diakui sebagai suatu kekayaan khasanah budaya, namun juga menyimpan potensi konflik dan disintegrasi.Oleh karenanya relevan untuk mempelajari susunan struktur dari sistem sosial budaya yang membentuk Indonesia guna memberi dasar pemahaman berbagai persoalan yang dihadapi negara se- plural Indonesia. Secara keseluruhan matakuliah ini memberikan pemahaman dasar dan umum tentang bagaimana mengurai ke dalam konsep-konsep dasar bentuk dan isi dari kemajemukan sistem sosial budaya Indonesia. Materi dan ruang lingkup perkuliahan akan diawali dengan me-review kembali konsep sistem, konsep sistem sosial, konsep sistem budaya, dilanjutkan dengan realitas struktur majemuk masyarakat Indonesia, aspek historis yang mempengaruhi terbentuknya sistem sosial dan sistem budaya Indonesia, aneka nilai orientasi masyarakat Indonesia dan implikasinya pada kehidupan sosial budaya ekonomi dan politik, dan pendekatan teoritis dalam memahami sistem sosial serta masalah integrasi Nasional. Dengan mengikuti perkuliahan tersebut, maka diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan mengenai sistem sosial dan sistem budaya di Indonesia, menjelaskan aspek historis yang mendasari struktur dan sistem sosial budaya masyarakat Indonesia, menjelaskan aspek kemajemukan Indonesia dan implikasinya pada kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan politik dan menjelaskan pendekatan teoritis dalam memahami sistem sosial serta masalah integrasi nasional.
  • 2. BAB 1 PENDAHULUAN. Pertempuran yang terjadi dimasa pra-kemerdekaan ataupun pasca-kemerdekaan, telah memberi gambaran pada kita apa itu konflik. Peristiwa tersebut merupakan serentetan konflik yang pernah dialami oleh bangsa Indonesia, sehingga menjadikan 17 Agustus 1945 merupakan lembaran sejarah kehidupan bangsa Indonesia. Sebelum dan sesudah itu, bangsa indonesia mengalami pertentangan- pertentangan yang muncul justru dari para tokoh elit sosial-poltik bangsa. Sebelumnya itu, mereka saling membantu untuk mewujudkan Indonesia merdeka.Mereka tak mengedepankan hasrat ego mereka masing-masing. Namun setelah itu muncullah peristiwa pemberontakan, yang diawali dengan pemberontakan PKI tahun 1948, DI/TII , PRRI-Permesta, G30 S/PKI,dll. Yang berusaha meruntuhkan kesatuan NKRI. Keadan itu memiliki makna bahwa “ Bhineka Tunggal Ika “ sesungguhnya hanya teori semata, belum diterapkan secara nyata oleh bangsa ini. Perkataan itu merupakan cita-cita yang masih perlu diwujudkan bagi segenap bangsa kita ini.Akan tetapi, konflik-konflik sosial didalam masyarakat senantiasa memiliki kedudukan dan pola masing-masing. Dikarenakan sumber yang menjadi penyebabnya pun memiliki jenis yang tidak sama. Apabila kita disodori pertanyaan : faktor laten apakah yang sebenarnya menjadi penyebab dari munculnya pertentangan yang terjadi diatas, dan apa pula yang menjadi sumber yang bersifat laten bagi konflik-konflik sosial yang mungkin saja terjadi di Indonesi dikelak kemudian hari? Hanya melalui pemahaman yang mendalam mengenai sumber penyebabnya, maka konflik sosial internal bangsa akan dapat kita hindari. Secara psikologis kita memiliki kecenderungan untuk menekan kenyataan-kenyataan tersebut ke dalam dunia bawah sadar kita, bukan saja kita mengira bahwa dengan demikian kita akan dapat terhindar dari konflik yang lebih tajam, namun sesungguhnya kita iidak menyukai kenyataan tersebut. Konflik yang terjadi diantara sesama kita adalah sesuatu yang menodai jiwa dan semangat gotong-royong yang kita muliakan, sesuatu yang menodai jiwa dan semangat Bhineka Tunggal Ika yang kita junjung tinggi. Yang tidak pernah kita sadari adalah, mekanisme psikologis seperti itu akan membawa kita berlarut- larut kedalam konflik yang berkepanjangan, dan sulit untuk dipecahkan. Sehingga kita akan kehilangan kepekaan kita terhadap perkembangan-perkembangan yang akan dapat memecahkan konflik. Sementara kita terpesona dengan anggapan bahwa konflik yang terjadi akan dapat kita atasi dengan gotong-royong dan semangat Bhineka Tunggal Ika, kita akan terkejut dengan kenyataan bahwa konflik yang terjadi secara tiba-tiba menjadi dahsyat. Dengan menyadari akan adanya konflik-konflik sosial yang bersifat laten di dalam masyarakat kita, memungkinkan kita untuk mencari faktor-faktor penyebabnya.
  • 3. BAB II PENDEKATAN TEORITIS. Sudut pendekatan yang perlu mendapatkan perhatian pertama kali adalah sebuah pendekatan yang sangat berpengaruh dikalangan para ahli sosiologi selama beberapa puluh tahun terakhir ini. Pendekatan tersebut menganggap bahwa masyarakat , sesungguhnya terintegrasi atas dasar kesepakatan antar anggota mereka. Ia memandang masysarakat sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi ke dalam suatu bentuk equilibrium. Oleh karena sifatnya, yang demikian, maka aliran pemikiran tersebut disebut sebagai Integration approach, order approach, equilibrium approach, atau dengan lebih populer disebut sebagai structural-functional approach. (Selanjutnya disebut pendekatan fungsional struktural atau fungsionalisme-struktural). Teori-teori yang mendasarkan diri pada sudut pendekatan tersebut, biasa dikenal pula sebagai integration theories, order theoris, equilibrium theories, atau lebih dikenal sebagai teori-teori fungsional struktural. Pendekatan fungsionalisme struktural sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Parsons dan para pengikutnya, dapat kita kaji melalui sejumlah anggapan dasar mereka sebagai berikut : 1. Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem daripada bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain. 2. Dengan demikian hubungan pengaruh mempengaruhi di antara bagian-bagian tersebut adalah bersifat ganda dan timbal balik. 3. Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapai dengan sempurna, namun secara fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak ke arah equilibrium yang bersifat dinamis. 4. Sekalipun disfungsi, ketegangan-ketegangan, dan penyimpangan-penyimpangan senantiasa terjadi juga, akan tetapi di dalam jangka yang panjang keadaan tersebut akan teratasi dengan sendirinya pada akhirnya, melalui penyesuaian-penyesusaian dan proses institusionalisasi. 5. Perubahan-perubahan di dalam sistem sosial pada umumnya terjadi secara gradual, melalui penyesuaian-penyesuaian, dan tidak secara revolusioner. 6. Pada dasarnya, perubahan-perubahan sosial timbul atau terjadi melalui tiga macam kemungkinan: penyesuaian yang dilakukan oleh sistem sosial tersebut, terhadap perubahan- perubahan yang datang dari luar ( extra systemic change ): pertumbuhan melalui proses diferensiasi struktural dan fungsional: serta penemuan-penemuan baru oleh anggota masyarakat. 7. Faktor paling penting yang memiliki daya menintegrasikan suatu sistem sosial adalah konsensus di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Dengan cara lain dapat dikatakan, bahwa suatu sistem sosial, pada dasarnya, tidak lain adalah suatu sistem daripada tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antara berbagai individu, yang tumbuh dan berkembang tidak secara kebetulan, melainkan tumbuh dan berkembang di atas standar penilaian umum yang disepakati bersama oleh para anggota masyarakat. Yang paling penting di antara berbagai standar penilaian umum tersebut, adalah apa yang kita kenal sebagai norma- norma sosial. Norma-norma sosial itulah yang sesungguhnya membentuk struktur sosial. Equilibrium dari suatu sistem sosial terjaga oleh beberapa proses dan mekanisme sosial. Dua macam mekanisme sosial yang paling penting untuk mengendalikan hasrat masyarakat pada tingkat dan arah yang menuju
  • 4. terpeliharanya kontinuitas sistem sosial, adalah mekanisme sosialisasi dan pengawasan sosial ( social control ). Parson dan para pengikutnya tidak dapat dikatakan telah berhasil membawa pendekatan fungsionalisme strukturalketingkat perkembangan yang lebih berpengaruh pada pertumbuhan teori-teori sosiologi hingga saat ini. David Lockwood mengritik pendapat Parson, kita dapat menyaksikan betapa pendekatan fungsionalisme struktural terlalu menekan berdasarkan pada peranan unsur normatif dan tingkah laku sosial, khususnya pada proses-proses dimana keinginan seseorang diatur secara normatif untuk menjamin kesetabilan sosial.Tata tertib dan konflik adalah dua kenyataan yang melekat bersama-sama di dalam setiap sistem sosial. Adanya tata tertib sosial bukan berarti akan hilangnya konflik di masyarakat. Sebaliknya, lahirnya tata tertib sosial justru menggambarkan adanya konflik yang bersifat potensial di dalam setiap masyarakat. Anggapan awal bahwa setiap sistem sosial memiliki kecenderungan untuk mencapai stabilitas atau equilibrium di atas konsensus para anggota masyarakat akan nilai-nilai umum tertentu, mengakibatkan para penganut pendekatan fungsionalisme struktural kemudian menganggap bahwa disfungsi ketegangan,penyimpangan sosial yang mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan kemasyarakatan dalam bentuk tumbuhnya diferensiasi sosial yang semakin kompleks, adalah akibat daripada pengaruh faktor-faktor yang datng dari luar. Pandapat seperti itu mengesampingkan kenyataan sebagai berikut: 1. Setiap struktur sosial, di dalam dirinya sendiri, mengandung konfli-konflik dan kontradiksi yang bersifat internal, yang pada saatnya akan menjadi sumber terjadinya perubahan sosial. 2. Reaksi dari suatu sistem sosial terhadap perubahan yang datang dari luar ( extra-systemic change ) tidak selalu bersifat adjustive. 3. Sistem sosial, dalam jangka panjang juga akan mengalami konflik sosial yang bersifat visious circle. 4. Perubahan sosial tidak selalu terjadi secara gradual melalui adaptasi yang lunak, akan tetapi juga dapat terjadi secara revolusioner. Oleh karena itu ia mengabaikan kenyataan itu, maka pendekatan fungsionalisme struktural dipandang oleh para ahli sosioligi sebagai pendekatan yang bersifat reaksioner, dan oleh karenanya dianggap kurang mampu menganalisis masalah perubahan kemasyarakatan. Pendekatan tersebut dianggap mengabaikan kenyataan bahwa konflik dan kontradiksi intern dapat merupakan sumber tejadinya perubahan dalam masyarakat, tetapi sistem sosial terkadang tidak selalu mampu beradaptasi terhadap perubahan yang datang dari luar.Terkadang sistem sosial memang dapat menyesuaikan terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar tanpa terjadinya disintegrasi sosial. Namun tidak jarang, sistem sosial akan menolak perubahan yang datang dari luar, baik secara status quo ataupun dengan tindakan reaksioner. Keadaan tersebut berimbas akan terjadinya disfungsional pada bagian-bagian tertentu, yang akan menimbulkan ketegangan sosial. Apabila faktor eksternal tersebut berpengaruh kuat terhadap bagian-bagian sistem sosial, maka disfungsi dan ketegangan akan tumbuh secara komulatif serta mengundang terjadinya perubahan sosial yang bersifat revolusioner.
  • 5. Sementara conflic approach masih dapat kita bedakan, yakni structuralist-Marxist dan structural-Non- Marxist. Berdasarkan dari fungsionalisme struktural, maka pandangan pendekatan konflik berpangkal pada anggapan-anggapn dasar sebagai berikut: 1. Setiap masyarakat selalu berada pada proses perubahan yang tak pernah berujung, bisa dikatakan bahwa perubahn sosial merupakan gejala yang melekat pada masyarakat. 2. Konflik merupakan gejala yang identik dengan masyarakat. 3. Setiap unsur dalam masyarakat, memberikan potensi terjadinya integrasi dan perubahan sosial. 4. Setiap masyarakat, didominasi oleh sejumlah orang atas sejumlah orang lain. Bentuk pengendalian konflik sosial yang pertama dan paling penting adalah apa yang disebut konsiliasi ( conciliation ). Pengendalian tersebut terwujud dalam lembaga yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi, dan pengambilan keputusan antar pihak yang berlawanan mengenai persoalan yang dipertentangkan. Dalam hal itu,bermaksud agar lembaga-lembaga tersebut harus memenuhi setidaknya empat hal, yaitu: 1. Lembaga tersebut harus bersifat otonom. 2. Lembaga tersebut harus berifat monopolistis didalam masyarakat. 3. Peranan lembaga harus mengikat dan memaksa, dapat dikatakan sebagai pengendali sosial. 4. Lembaga yang bersangkutan harus bersifat demokratis. Tanpa keempat hal tersebut,konflik akan menjadi semakin bertambah rumit,dan akan semakin sulit untuk dipecahkan. Namun,hal tersebut dapat diatasi apabila kelompok yang berkonflik memenuhi tiga macam persyaratan: 1. Masing-masing kelompok harus menyadari, bahwa mereka terlibat dalam suatu konflik, dan menyadari perlunya dilaksanakan prinsip-prinsip keadilan secara jujur bagi semua. 2. Penyelesaian konflik tersebut akan mudah dikendalikan apabila kelompok yang berkonflik terorganisir dengan jelas. 3. Kelompok yang berkonflik harus mematuhi aturan-aturan tertentu, sehingga memungkinkan hubungan sosial antar mereka kembali membaik. Tanpa semua itu, lembaga diskusi macam apapun tidak akan berjalan dengan baik, justru akan menimbulkan konflik. Cara pengendalian yang efekti adalah dengan mediasi ( mediation ), dimana kedua belah pihak sepakat untuk menunjuk pihak ketiga sebagai penengah, yang akan memberi nasihat tentang bagaimana seharusnya mereka bertindak. Walaupun nasihat tersebut tidak mengikat kedua belah pihak, namun cara ini terkadang sering menghasilkan penyelesaian yang cukup efektif. Apabila tidak berhasil,kita dapat menggunakan cara yang lain. Yaitu dengan perwasitan ( arbitration ), dalam hal ini pihak yang bertikai terpaksa harus menerima keputusan dari pihak ketiga. Tetapi meraka berhak untuk mengajukan usulan, kendati mereka mau-tidak mau harus menerima keputusan pihak ketiga.
  • 6. BAB III STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA. Struktur masyarakat Indonesia dibedakan menjadi dua.Yaitu, secara horisontal yang ditandai oleh adanya kesatuan sosial berdasarkan atas perbedaan suku bangsa, agama, adat-istiadat, serta kedaerahan. Secara vertikal, struktur sosial masyarakat indonesia ditandai oleh adanya perbedaan sosial antara kelas atas dan kelas bawah yang sangat tajam. Perbedaan suku-bangsa, agama, adat dan kedaerahan, merupakan ciri masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk.Istilah ini diperkenalkan oleh Furnivall sebagai penggambaran masyarakat Indonesia dimasa Hindia Belanda. Masyarakat majemuk ( plural societies ), yaitu suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembaruan satu sama lain yang berada pada satu kekuasaan politik. Masyarakat Indonesia merupakan tipe masyarakat daerah tropis, dimana meraka yang berkuasa dan mereka yang dikuasai memiliki perbedaan ras. Dalam kehidupan berpolitik, pertanda paling jelas dari masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk adalah tidak adanya kehendak bersama ( common will ). Dalam kehidupan ekonomipun juga tidak ada kehendak bersama, sehingga disimpulkan tidak adanya permintaan sosial yang dihayati bersama oleh seluruh elemen masyarakat ( common social demand ). Menurut Furnivall, setiap masyarakat politik dari kelompok nomad sampai bangsa yang berdaulat, berangsur-angsur melalui periode waktu tertentu membentuk peradaban dan kebudayaan sendiri, membentuk kesenian, baik berupa sastra, seni lukis, maupun musik, serta membentuk berbagai kebiasaan di dalam kehidupan sehari-hari. Karakteristik masyarakat majemuk menurut Pierre L. Van den Berghe adalah: 1. Terjadinya segmentasi kedalam bentuk kelompok yang sering kali memiliki sub-kebudayaan yang berbeda satu sama lain. 2. Memiliki struktur sosial yang terbagi kedalam lembaga yang bersifat non-komplementer. 3. Kurang berkembangnya konsensus antar anggota terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar. 4. Relatif sering terjadi konflik antar anggota kelompok. 5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan dalam bidang ekonomi. 6. Terjadi domonasi politik oleh kelompok satu dengan kelompok yang lain. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pluralitas masyarakat Indonesia. Keadaan geografis wilayah Indonesian yang terdiri dari 3.000 lebih pulau yang tersebar di daerah equator sepanjang kurang lebih 3.000 mil dari timur ke barat, lebih dari 1.000 mil dari utara ke selatan, merupakan pengaruh besar terjadinya pluralitas suku bangsa Indonesia. Faktor kedua, yaitu letak Indonesia yang berada diantara samudera Indonesia dan samudera Pasifik, sangat berpangur akan terjadinya pluralitas agama di dalam masyarakat. Letak indonesia yang berada ditengah-tengah jalur persimpangan perdagangan dunia, memungkinkan Indonesia menerima pengaruh kebudayaan bangsa lain melalui pedagang asing.
  • 7. Iklim yang berbeda-beda dan struktur tanah yang tidak sama antara daerah di kepulauan Nusantara ini, merupakan faktor yang menciptakan pluralitas regional di Indonesia. Perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah merupakan kondisi yang menciptakan dua macam lingkungan ekologis yang berbeda di Indonesia, yakni: daerah pertanian sawah (wet rice cultivation) yang terutama banyak dijumpai di pulau Jawa dan Bali, serta daerah pertanian ladang (shifting cultivation) yang banyak kita jumpai di luar pulau Jawa. Perbedaan tersebut menyebabakan terjadinya kontras perbedaan antara Jawa dan Luar Jawa di dalam bidang kependudukan, ekonomi, dab sosial-budaya. Segala macam perbedaan di atas merupakan dimensi horizontal strutur masyarakat Indonesia.Sementara secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia dapat kita lihat dengan semakin berkembangnya polaritas sosial berdasrkan kekuatan politik dan kekayaan.Dengan semakin berkembangnya dalam sektor ekonomi modern beserta organanisasi administrasi nasional yang mengikutinya, maka terjadi pelapisan sosial politis yang sangat kontras antara golongan atas dan golongan bawah.Ketimpangan tersebut berakar dari zaman Hindia-Belanda, oleh Boeke digambarkan dengan dual economi. Dalam sisitem dual economi, dua sektor ekonomi yang berbeda saling berhadapan. Yaitu sekotor ekonomi modern yang lebih bersifat canggih (sophisticated), banyak berkaitan dengan perdagangan Internasional, dimana motif mengeruk keuntungan yang semaksimal mungkin. Sektor kedua yaitu sektor ekonomi pedesaan yang bersifat tradisional, yang menjaga motif keamanan dan kelanggengan tidak berminat untuk mengharap keuntungan yang maksimal.Perbedaan tersebut secara integral terjadi dalam keseluruhan masyarakat Indonesia yang hidup di daerah pedesaan dan perkotaan. BAB IV STRUTUR KEPARTIAN PERWUJUDAN STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA. Segala macam perbedaan yang terjadi di Indonesia secara analitis dapat dibicarakan secara sendiri- sendiri, dan dapat menjadi suatu jalinan yang menghasilkan berbagai macam kelompok semu atau lebih dikenal dengan golongan.Golongan tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan suku, agama, kelas sosial, tempat tinggal, dan lain-lain.Namun sejak awal abad 20, terutama setelah kemerdekaan kelompok semu tersebut berubah menjadi kelompok kepentingan.Salah satu kelompok kepentingan yang sangat khusus sifatnya adalah partai politik.Tetapi pada awalnya mereka lebih menekankan pada sosial budaya dari pada politik, baru kemudian hari kelompok tersebut mengubah sifatnya kepartai politik. Sejak merubah sifatnya menjadi partai politik timbullah berbagai macam konflik yang terjadi antar suku, agama, daerah, stratifikasi sosial, dan lain sebagainya.Kompleksitas itulah yang telah membuka timbulnya macam berpikir yang ditunjukkan oleh berbagai macam partai paolitik di Indonesia.Herbert Feith misalnya, melihat konflik di Indonesia sebagai konflik ideologis yang bersumber pada ketegangan yang terjadi antara pandangan tradisonal dan pandangan modern.Pandangan tradisonal yang berpedoman pada tradisi Hindu-Jawa dan Islam, sedang pandangan modern yang berkiblat pada barat.
  • 8. BAB V STRUKTUR MASYARAKAT INDONESIA DAN MASALAH INTEGRASI NASIONAL. Strutur masyarakat Indonesia yang majemuk, melahirkan masyarakat yang bersifat multi-dimensional yang menimbulkan persoalan tentang bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi secara horizontal, sementara stratifikasi sosial memberi bentuk integrasi nasional yang bersifat vertikal. Van den Berghe membagi sifat dasar masyarakat majemuk menjadi beberapa yaitu: 1. Memiliki sub-kebudayaan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. 2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga non-komplementer. 3. Kurang berkembangnya konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang besifat dasar. 4. Sering terjadi konflik. 5. Secara relatif integrasi terjadi karena paksaan, dan saling ketergantungan dalam bidang ekonomi. 6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok. Oleh karena sifat yang demikian, maka van den Berghe menyatakan bahwa masyarakat majemuk tidak dapat digolongkan kedalam salah satu jenis masyarakat menurut analisis Emile Durkheim. Masyarakat majemuk tidak dapat disamakan dengan masyarakat yang memiliki unit-unit kekerabatan yang bersifat segmentasi, tetapi juga tidak dapat digolongkan kedalam masyarakat yang memiliki diferensiasi dan spesialisasi tinggi.Dalm keadan yang demikian, menggunakan terminologi Emil Durkheim, maka van den Berghe menyatakan bahwa baik solidaritas mekanis yang diikat oleh kesadaran kolektif maupun solidaritas organis yang diikat oleh saling ketergantungan di antara bagiab-bagian dari suatu sistem sosial, tidak mudah dikembangkan atau ditumbuhkan di dalam masyarakat yang bersifat majemuk.Hal yang demikian juga berarti bahwa pendapat para penganut fungsionalisme struktural masih harus dipertimbangkan validitasinya untuk menganalisis suatu masyarakat yang bersifat majemuk. Mengikuti pandangan mereka, suatu sistem sosial selalu terintegrasi di atas landasan dua hal berikut. Pertama, suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus di antara sebagian besar anggota masyarakat akan nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental. Dari sudut lain, masyarakat senantiasa terintegrasi karena setiap anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota kesatuan sosial (cross-cutting affiliations). Karena setiap konflik yang terjadi antar kesatuan sosialakan segera dinetralisir dengan adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari para anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial. Keduanya mendasari terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat yang bersifat majemuk, karena tanpa keduanya tidak akan terbentuk suatu masyarakat. Segmentasi dalam bentuk kesatuan sosial yang terikat dalam primordial edengan su-kebudayaan yang berbeda satu sama lain, mudah sekali menimbulkan konflik antar kelompok sosial. Dalam hal ini ada dua macam tingkatan konflik yang mungkun terjadi, yaitu:
  • 9. 1. Konflik ideologis. Konflik tersebut terwujud di dalam bentuk konflik antar sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial. 2. Konflik politis. Terjadi dalam bentuk pertentengan di dalam pembagian status kekuasan, dan sumber ekonomi yang terbatas ketersediaannya di dalam masyarakat. Di dalam situasi konflik, maka secara sadar atau tidak sadar, maka anggota kelompok akan mengabdikan diri dengan cara memperkokoh solidaritas antar anggota. Dengan adanya masyarakat yang majemuk, maka melahirkan keanggotan yang saling menyilang.Cross- cutting affiliationsyang telah menyebabkan konflik antar golongan tidak terjadi terlalu tajam. Konflik suku bangsa misalnya, akan segera meredam oleh bertemunya loyalitas agama. Demikian juga sebaliknya, apabila terjadi konflik agama, daerah, atau lapisan sosial.Karena cross-cutting affiliations senantiasa menghasilkan cross-cutting liyalities maka pada tingkat tertentu masyarakat Indonesia juga terintegrasi atas dasar tumbuhnya perbedaan.Bersama dengan tumbuhnya konsensus nasional mengenai nasionalisme Pancasila yang senantiasa beranggapan secara dinamis dengan mekanisme pengendalian konflik yeng bersifat coercive, dengan struktur silang-menyilang itulah Indonesia tetap dapat lestari walau harus menghadapi permasalahan akibat dari kemajemukan masyarakatnya. Daftar Bacaan DIAN Interfidei, Kompas & Forum Wacana, 2001, Dian Interfidei, Yogyakarta. Geertz, Hildred. 1981, Aneka budaya dan komunitas Indonesia, YIIS-UI, Jakarta http://fisip.uns.ac.id/blog/rahayu/2011/01/07/sistem-sosial-indonesia-dr-nasikun Ignas Kleden, Indonesia Sebagai Utopia, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2001 Inis dan PBB, 2003, Konflik komunal di Indonesia saat ini, INIS-Netherland dan PBB-UIN Jakarta. Koentjaraningrat,1996, Pengantar Antropologi. Rineka Cipta, Jakarta. Nasikun, 1995.Sistem Sosial Indonesia, Rajawali Pers. Jakarta. Nurcholis Madjid, Akar Islam: beberapa segi budaya Indonesia dan kemungkinan pengembangannya bagi masa depan bangsa. Poloma.M.Margareth, 1992, Sosiologi kontemporer, Rajawali Pers, Jakarta. Taneko.B.Soleman, 1994 Sistem Sosial Indonesia, CV.Fajar Agung, Jakarta