Laporan praktikum biokimia mengenai pengaruh pH dan suhu terhadap kinerja enzim. Praktikum dilakukan untuk mengetahui aktivitas enzim amilase pada berbagai pH dan suhu. Hasilnya menunjukkan aktivitas maksimal pada pH 8 dan suhu 27°C.
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Diskusi biokimia 1
1. LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA
KELOMPOK 1
Fardiana Muchita 201110410311205
M. Riski Pratama 201110410311
M. Alif Zarendra 201110410311
Erry Probo S 201110410311215
Dilla Novita 201110410311220
Richa Elfira 201110410311223
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012/2013
2. KINERJA ENZIM
Di dalam tubuh terjadi beraneka ragam reaksi kimia yang merupakan bagian dan
proses metabolisme. Reaksi – reaksi tersebut harus berlangsung dengan laju yang memadai,
sesuai dengan kebutuhan. Sementara kecepatan reaksi itu sendiri dipengaruhi antara lain oleh
suhu reaksi dan kadar reaktan. Namun, kedua faktor ini seringkali tak dapat ditingkatkan
secara bermakna pada makhluk katalisator khusus yang dikenal sebagai enzim. Baik atau
buruknya kinerja enzim tercermin dari besar kecilnya kecepatan reaksi kimia yang
dikatalisisnya. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kinerja enzim ini. Secara kimiawi, enzim
merupakan protein dengan sifat – sifat khasnya. Karena itu, faktor – faktor yang
mempengaruhi struktur molekul protein akan mempengaruhi pula kinerja enzim. Selain itu,
keikutsertaan zat – zat khusus yang dikenal sebagai modifier dalam reaksi enzimatik, dapat
memperbaiki atau sebaliknya, memperburuk kinerja enzim. Praktikum ini bertujuan untuk
memperkenalkan cara untuk mengetahui kinerja enzim dan faktor – faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi kinerja tersebut. Praktikum tentang kinerja enzim ini terbagi menjadi dua
bagian. Praktikum pertama bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH dan suhu , sedangkan
praktikum kedua dirancang untuk menunjukkan pengaruh kadar reaktan serta pengaruh
modifier pada kinerja enzim.
Prinsip Umum Praktikum Kinetika Enzim
Kinerja enzim diukur dari kecepatan reaksi yang dikatalisisnya.
Kecepatan reaksi enzimatik tercermin dari berkurangnya substrat atau bertambahnya
produk per satuan waktu.
Reaksi enzimatik tidak berlangsung dalam kecepatan yang konstan, kecepatan akan
semakin menurun seiring dengan makin berkurangnya kadar substrat.
Karena kecepatan reaksi selalu berubah, perlu ditentukan suatu kecepatan reaksi pada saat
tertentu dalam perjalanan reaksi enzimatik sebagai “patokan” untuk menilai kinerja enzim.
“Kecepatan awal” (initial velocity = Vo), adalah kecepatan reaksi enzimatik pada saat
reaksi baru saja berlangsung, dengan kadar substrat yang masih belum berkurang.
Kecepatan awal reaksi dapat diketahui dengan mengukur penurunan kadar substrat atau
peningkatan kadar produk selama berlangsungnya reaksi, dan menurutnya sebagai kurva
yang lazim dikenal sebagai progress curve; kecepatan awal adalah tangens dan sudut yang
dibentuk antara garis singgung pada kurva yang ditarik melalui titik waktu reaksi 0.
3. PENGARUH pH PADA REAKSI ENZIMATIK
Alat:
Bejana erlenmeyer
Pipet volumetrik
Buret
Tabung reaksi
Stopwatch
Reagensia:
Larutan enzim “E” (saliva)
Larutan NaCl 0,9 %
Larutan dapar dengan pH 4, 5, 6, 5, 8 dan 10
Larutan substrat “S”
Larutan KI – KIO3
Larutan HCl 0,05 N
Pelaksanaan:
1. Masing – masing kelompok anggota kelompok depan melakukan percobaan pada satu pH
tertentu (4, 5, 6, 5, 8 dan 10) sesuai dengan yang ditentukan oleh pemimpin praktikum.
2. Siapkan 5 tabung reaksi bersih, beri masing – masing tanda 0’, 5’, 10’, 15’, dan 20’
3. Siapkan bejana Erlenmeyer dan pipet volumetrik.
4. Ambil berturut – turut 15 ml larutan dapar dengan pH yang telah ditentukan bagi masing
– masing kelompok, 3 ml larutan “S”, dan 6 ml larutan NaCl 0,9% dan masukkan ke
dalam Erlenmeyer. Goyangkan Erlenmeyer beberapa detik dengan gerakan memutar agar
isinya tercampur rata.
5. Isilah masing – masing tabung reaksi yang tersedia dengan 10 ml larutan HCl 0,05 N.
6. Ambil dengan pipet 1 ml campuran larutan dan labu Erlenmeyer dan masukkan ke dalam
tabung reaksi yang bertanda 0’, campurlah isinya dengan beberapa kali membalikkan
tabung yang disumbat ibu jari tangan.
7. Siapkan stopwatch.
8. Ambil dengan pipet 1 ml enzim dan tambahkan ke dalam campuran larutan yang berada
di dalam erlenmeyer. Jalankan stopwatch tepat pada saat enzim dimasukkan ke dalam
4. Erlenmeyer. Goyangkan Erlenmeyer beberapa detik dengan gerakan memutar agar enzim
tercampur rata di dalam larutan. Setelah itu Erlenmeyer jangan digoyangkan lagi.
(Diamkan di atas meja).
9. Kira – kira setengah menit menjelang menit ke -5 ambillah dengan pipet 1 ml larutan dari
labu Erlenmeyer, dan tepat pada menit ke-5 masukkan cairan dan dalam pipet tersebut ke
dalam tabung reaksi yang bertanda 5’, campurlah isinya dengan beberapa kali
membalikkan tabung yang disumbat ibujari tangan.
10. Lakukan kembali prosedur seperti tahap 9 sekitar menit ke 10, 15, 20 memasukkan cairan
dan dalam pipet ke dalam tabung reaksi bertanda 10, 15, atau 20’ dan mencampurkannya
dengan membalik-balikan tabung
11. Setelah semua selesai, tambahkan 1ml larutan KI-KIO3 dan buret ke dalam masing-
masing tabung reaksi. Campur merata dengan membalikkan beberapa kali tabung reaksi
yang disumbat ibu jari tangan.
12. Kira-kira lima menit setelah penambahan KI-KIO3,bacalah absorbance larutan yang ada
dalam masing-masing tabung reaksi.
13. Dari nilai absorbance yang terbaca. Hitunglah persen substrat yang tercerna pada menit
ke-0, 5, 10, 15 dan 20 dengan rumus:
Presentase substrat yang dicerna pada menit t =
Presentase substrat semula-presentase substrat yang tersisa pada menit t
Jadi:
Presentase substrat yang dicerna pada menit t =
Keterangan:
ATt = Absorbance larutan pada menit ke t
AT0 = Absorbance larutan pada menit ke 0
14. Runutlah nilai presentase substrat yang dicerna pada ordinat grafik menghubungkannya
dengan lama berlangsung reaksi (T) pada absisnya. Kurva yang terbentuk disebut progres
curve.
15. Bandingkan kinerja enzim pada berbagai pH di atas dan buatlah analisis mengapa
demikian.
5. Mekanisme Reaksi:
Untuk enzim, pH dapat mempengaruhi aktivitas enzimatik melalui pengubahan
struktur atau pengubahan muatan pada residu yang berfungsi dalam pengikatan substrat atau
katalisis. Untuk melukiskannya, perhatikan enzim bermuatan negatif ( Enz¯ ) yang bereaksi
dengan substrat bermuatan positif ( SH+
):
Enz¯ + SH+
EnzSH
Pada pH yang rendah, Enz¯ mengalami protonasi dan kehilangan muatan negatifnya:
Enz¯ H+
EnzH
Pada pH yang tinggi, SH+
mengalami ionisasi dan kehilangan muatan positifnya:
SH+
S + H+
Karena berdasarkan definisi, satu – satunya bentuk yang akan mengadakan interaksi
adalah SH+
dan Enz¯, nilai pH yang ekstrim akan menurunkan konsentrasi efektif Enz¯ dan
SH+
sehingga menurunkan percepatan reaksi.
Bagan Alir:
Siapkan 5 tabung reaksi bersih
Setiap tabung diisi 15 ml HCl 0,05 N
Masukkan 15 ml larutan pada pH 5,9 + 3 ml larutan “S” + 6 ml larutan NaCl 0,9%.
Campurkan ad homogen dalam erlenmeyer.
Ambil 1 ml dengan pipet campuran di atas. Masukkan ke dalam tabung reaksi menit ke -0,
homogenkan.
Pipet 1 ml, lalu masukkan ke campuran larutan erlenmeyer, aduk rata.
Menjelang menit ke -5, pipet campuran dari erlenmeyer lalu masukkan ke tabung reaksi
hingga semua tabung reaksi menurut waktu masing – masing (5’, 10’, 15’, 20’).
Setelah selesai semua tambahkan larutan KI-KIO3 1 ml di masing – masing tabung, kocok ad
homogen (hingga 5 menit).
Siapkan blanko untuk sampel.
9. Pembahasan:
Enzim adalah sekelompok protein dengan sifat khasnya yang berfungsi sebagai
katalisator untuk berbagai reaksi kimia dalam sistem biologis didalam tubuh manusia. Tanpa
adanya katalisator, berbagai reaksi kimia dalam tubuh akan berjalan sangat lambat.
Enzim memerlukan suhu dan pH optimum yang berbeda karena enzim adalah protein
yang dapat mengalami perubahan bentuk apabila suhu dan keasamannya berubah.
Pada sel hidup, perubahan pH sangat kecil, sehingga enzim hanya bisa aktif pada
kisaran pH yang sempit, enzim akan mengalami kerusakan atau denaturasi pada pH ekstrim
yaitu keadan dimana pH telalu rendah atau ter lalu tinggi. Jika enzim memiliki lebih dari satu
subtrat, maka pH optimumnya akan berbeda pada suhu substrat.
Berdasarkan kurva diatas dapat kita lihat pada pH 8 enzim bekerja paling maksimal.
Hal itu ditunjukkan oleh banyaknya substrat yang dicerna. Akan tetapi semakin bertambahnya
waktu aktivitas enzim mengalami penurunan yang drastis dan cepat karena telah melewati pH
optimal dari enzim tersebut.
Pada pH 7 enzim bekerja optimal dan stabil. Namun pada hasil percobaan pH optimal
menunjukkan pH 8 karena dimungkinkan terjadi kesalahan dari praktikan saat pengambilan
bahan ataupun ketepatan waktu. Grafik juga mengalami penurunan jumlah substrat yang
dicerna seiring dengan berjalannya waktu karena enzim yang bekerja juga semakin sedikit.
Kesimpulan:
Enzim memiliki aktivitas maksimal pada pH optimumnya ( pH optimum enzim
amilase saliva adalah pH 7). Penurunan dan kenaikan pH uang paling ekstrem akan
mempengaruhi kerja atau aktivitas enzim. Nilai absorbansi pada percobaan ini dapat
menunjukkan nilai aktivitas enzim yang dipengaruhi oleh pH tertentu. Semakin besar nilai
absorbansi, maka prosentase substrat yang dicerna semakin banyak sehingga dapat kita lihat
bahwa enzim bekerja optimal.
Enzim memiliki kinerja yang paling optimal pada pH 8, karena pada pH ini diperoleh
aktivitas enzim yang tinggi (kecepatan enzimatik tinggi). Umumnya, kecepatan reaksi
enzimatik meningkat hingga mencapai pH optimal dan menurun setelah pH lebih besar dari
pH optimal.
10. PENGARUH SUHU PADA REKASI ENZIMATIK
Alat:
Bejana Erlenmayer
Pipet volumetric
Buret
Tabung reaksi (5 buah)
Stopwatch
Reagensia:
Larutan enzim “E” (Saliva)
Larutan NaCl 0,9%
Larutan dapar (buffer) dengan pH 6.5
Larutan substrat “S”
Penangas air (Waterbath)
Larutan KI-KIO3
Larutan HCl 0.05N
Pelaksanaan:
1. Masing-masing kelompok anggota kelompok belakang melakukan percobaan pada satu
suhu tertentu (0,27,40, atau 70) sesuai dengan yang ditentukan oleh pemimpin praktikum.
2. Siapkan 5 tabung reaksi bersih, beri masing-masing tanda 0’, 5’, 10’, 15’, dan 20’.
3. Siapkan bejana Erlenmeyer dan pipet Volumetrik.
4. Ambil berturut-turut 15ml dapat dengan pH 6,5, 3ml larutan “S”, dan 6ml larutan 0.9%
dan masukkan ke dalam Erlenmeyer. Goyangkan Erlenmeyer beberapa dengan gerakan
memutar agar isinya tercampur rata.
5. Rendam Erlenmeyer di dalam air waterbath yang sesuai dengan suhu yang dipilihkan
oleh pemimpin praktikum untuk kelompok anda. (Untuk suhu 27, letakkan saja
Erlenmeyer pada meja praktikum anda). Jangan mengeluarkan Erlenmeyer dan waterbath
(kecuali percobaan pada suhu 270
C )selama percobaan, untuk menghindari perubahan
suhu.
6. Isilah masing-masing tabung reaksi yang tersedia dengan 10ml larutan HCl 0,05 N.
11. 7. Ambil dengan pipet 1ml campuran larutan dan labu Erlenmeyer dan masukkan ke dalam
tabung reaksi yang bertanda 0’, campurlah isinya dengan beberapa kali membalikkan
tabung yang disumbat ibu jari tangan.
8. Siapkan Stopwatch
9. Ambil dengan pipet 1ml campuran larutan ke dalam campuran larutan yang berada di
dalam Erlenmeyer. Jalankan stopwatch tepat pada saat enzim dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer. Goyangkan Erlenmeyer beberapa detik dengan gerakan memutar agar enzim
tercampur rata dalam larutan. Setelah itu Erlenmeyer jangan digoyangkan lagi. (Diamkan
di atas meja).
10. Kira – kira setengah menit menjelang menit ke-5 ambillah dengan pipet 1 ml larutan dan
labu Erlenmeyer, dan tepat pada menit ke -5 masukkan cairan dan dalam pipet tersebut ke
dalam tabung reaksi bertanda 5’, campurlah isinya dengan beberapa kali membalikkan
tabung yang disumbat ibu jari tangan.
11. Lakukan kembali prosedur seperti tahap 10 sekitar menit ke-10, 15, dan 20 memasukkan
cairan dan dalam pipet ke dalam tabung reaksi bertanda 10’, 15’, dengan atau 20’ dan
mencampurkannya dengan membalik- balikkan tabung.
12. Setelah semua selesai, tambahkan 1 ml larutan KI – KIO3 dan buret ke dalam masing –
masing tabung reaksi. Campur merata dengan membalikkan beberapa kali tabung reaksi
yang disumbat ibujari tangan.
13. Kira – kira lima menit setelah penambahan KI – KIO3, bacalah absorbance larutan yang
ada dalam masing – masing tabung reaksi.
16. Dari nilai absorbance yang terbaca. Hitunglah persen substrat yang tercerna pada menit
ke-0, 5, 10, 15 dan 20 dengan rumus:
Presentase substrat yang dicerna pada menit t =
Presentase substrat semula - presentase substrat yang tersisa pada menit t
Jadi:
Presentase substrat yang dicerna pada menit t =
Keterangan:
ATt = Absorbance larutan pada menit ke t
AT0 = Absorbance larutan pada menit ke 0
12. 17. Runutlah nilai presentase substrat yang dicerna pada ordinat grafik menghubungkannya
dengan lama berlangsung reaksi (T) pada absisnya. Kurva yang terbentuk disebut progres
curve.
18. Bandingkan kinerja enzim pada berbagai pH di atas dan buatlah analisis mengapa
demikian.
Bagan Alir:
Siapkan 5 tabung reaksi bersih
Setiap tabung diisi 5 ml HCl 0,05 N
Tambah 15 ml larutan pH 7 + 3 ml larutan substrat + 6 ml larutan NaCl 0,9%. Campurkan ad
homogen dalam erlenmeyer. Masukkan kulkas.
Pipet 1 ml campuran di atas (setelah 15 menit dalam kulkas). Masukkan ke dalam tabung
reaksi menit ke -0, kocok ad homogen.
Pipet 2 ml enzim, lalu masukkan ke campuran larutan erlenmeyer, aduk ad rata kemudian
masukkan kulkas lagi.
Menjelang menit ke -5, pipet campuran dari erlenmeyer lalu masukkan ke tabung reaksi
bertanda 5’, lakukan hal tersebut pada menit ke-10’, 15’, 20’. Kocok ad homogen.
Tambahkan larutan KI-KIO3 1 ml di masing – masing tabung, kocok ad homogen.
Baca absorbance pada spektrometer.
17. Pembahasan:
Enzim dipengaruhi oleh panas atau suhu yang ditunjukkan dengan nilai
absorbansinya. Semakin tinggi suhunya, maka nilai absorbansinya akan semakin turun karena
enzim mengalami inaktivasi pada suhu tinggi. Dan apabila suhu tinggi tersebut dipertahankan,
maka enzim akan mengalami kerusakan (denaturasi).
Pada suhu yang lebih tinggi, kecepatan molekul substrat meningkat, sehingga pada
saat bertumbukan dengan enzim, energi molekul substrat berkurang. Hal ini memudahkan
terikatnya molekul substrat pada sisi aktif enzim. Aktivitas enzim meningkat dengan
meningkatnya suhu sampai pada titik tertentu.
Seperti pada hasil percobaaan, dapat kita lihat pada suhu 350
C enzim bekerja secara
optimal. Hal itu dapat kita lihat dari nilai absorbansi yang tinggi dan juga banyak substrat
yang dapat dicerna oleh enzim. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya energi kinetik
pada molekul substrat dan enzim.
Pada suhu 00
C enzim dapat dikatakan inaktif dan reaksi yang berlangsung bersifat
reversible. Namun enzim dalam keadaan tidak terdenaturasi. Suhu yang rendah
mengakibatkan aktivitas enzim berkurang dibandingkan aktivitas enzim pada suhu optimum.
Kesimpulan:
Tiap enzim memiliki suhu optimum, yaitu ketika enzim tersebut dapat bekerja dengan
baik. Semakin jauh dari suhu optimum, kerja enzim semakin tidak baik. Suhu optimum enzim
dalam tubuh adalah 360
C – 400
C. Enzim akan mengalami denaturasi pada suhu yang terlalu
rendah ataupun terlalu tinggi. Pada suhu 700
C enzim menjadi inaktivasi karena protein
terdenaturasi, dan enzim dapat rusak apabila suhu dinaikkan hingga 1000
C.
18. PENGARUH PENINGKATAN KADAR ENZIM PADA REAKSI
ENZIMATIK
Alat:
Bejana erlenmeyer
Pipet volumetrik 1 ml dan 2 ml
Buret
Tabung reaksi (5 buah)
Stopwatch
Reagensia:
Larutan enzim “E” (saliva)
Larutan NaCl 0,9 %
Larutan dapar dengan pH 7
Larutan substrat “S”
Larutan KI – KIO3
Larutan HCl 0,05 N
Pelaksanaan:
1. Kelompok depan dibagi lagi menjadi kelompok 2A1 dan 2A2
2. Beth kelompok 2A1 dan 2A2 terletak pada tahap ke-5 dan 9 percobaan (lihat tahap 5 dan
9 di bawah ini).
3. Siapkan 5 tabung reaksi bersih, beri masing – masing tanda 0’, 5’, 10’, 15’, dan 20’
4. Siapkan bejana Erlenmeyer dan pipet volumetrik.
5. Kelompok 2A1: Masukkan 15 ml larutan dapar (pH 6,5) 3 ml larutan “S”, dan 6 ml aqua
destillatake dalam Erlenmeyer. Goyangkan Erlenmeyer beberapa detik dengan gerakan
memutar agar isinya tercampur rata.
Kelompok 2A2: Masukkan 15 ml larutan dapar (pH 6,5) 3 ml larutan “S”, dan 5 ml aqua
destillate ke dalam Erlenmeyer. Goyangkan Erlenmeyer beberapa detik dengan gerakan
memutar agar isinya tercampur rata.
6. Isilah masing – masing tabung reaksi yang tersedia dengan 10 ml larutan HCl 0,05 N.
7. Ambil dengan pipet 1 ml campuran larutan dan labu Erlenmeyer dan masukkan ke dalam
tabung reaksi yang bertanda 0’, campurlah isinya dengan beberapa kali membalikkan
tabung yang disumbat ibu jari tangan.
19. 8. Siapkan stopwatch.
9. Kelompok 2A1: Pipetlah 1 ml enzim dan tambahkan ke dalam campuran larutan yang
berada di dalam erlenmeyer. Jalankan stopwatch tepat pada saat enzim dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer. Goyangkan Erlenmeyer beberapa detik dengan gerakan memutar agar
enzim tercampur rata di dalam larutan. Setelah itu Erlenmeyer jangan digoyangkan lagi.
(Diamkan di atas meja).
Kelompok 2A1: Pipetlah 1 ml enzim dan tambahkan ke dalam campuran larutan yang
berada di dalam erlenmeyer. Jalankan stopwatch tepat pada saat enzim dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer. Goyangkan Erlenmeyer beberapa detik dengan gerakan memutar agar
enzim tercampur rata di dalam larutan. Setelah itu Erlenmeyer jangan digoyangkan lagi.
(Diamkan di atas meja).
10. Kira – kira setengah menit menjelang menit ke -5 ambillah dengan pipet 1 ml larutan dari
labu Erlenmeyer, dan tepat pada menit ke-5 masukkan cairan dan dalam pipet tersebut ke
dalam tabung reaksi yang bertanda 5’, campurlah isinya dengan beberapa kali
membalikkan tabung yang disumbat ibujari tangan.
11. Lakukan kembali prosedur seperti tahap 9 sekitar menit ke 10, 15, 20 memasukkan cairan
dan dalam pipet ke dalam tabung reaksi bertanda 10, 15, dan mencampurkannya dengan
membalik-balikan tabung dengan atau 20’
12. Setelah semua selesai, tambahkan 1ml larutan KI-KIO3 dan buret ke dalam masing-
masing tabung reaksi. Campur merata dengan membalikkan beberapa kali tabung reaksi
yang disumbat ibu jari tangan.
13. Kira-kira lima menit setelah penambahan KI-KIO3,bacalah absorbance larutan yang ada
dalam masing-masing tabung reaksi.
14. Dari nilai absorbance yang terbaca. Hitunglah persen substrat yang tercerna pada menit
ke-0, 5, 10, 15 dan 20 dengan rumus:
Presentase substrat yang dicerna pada menit t =
Presentase substrat semula - presentase substrat yang tersisa pada menit t
Jadi:
Presentase substrat yang dicerna pada menit t =
Keterangan:
ATt = Absorbance larutan pada menit ke t
20. AT0 = Absorbance larutan pada menit ke 0
15. Runutlah nilai presentase substrat yang dicerna pada ordinat grafik menghubungkannya
dengan lama berlangsung reaksi (T) pada absisnya. Kurva yang terbentuk disebut progres
curve.
16. Bandingkan kinerja enzim pada percobaanyang dilakukan kelompok 2A1, 2A2, 2B1, 2B2
dan buatlah analisis mengapa demikian.
Bagan Alir:
Siapkan 5 tabung reaksi bersih
Setiap tabung diisi 5 ml HCl 0,05 N
Ambil 6 ml larutan dapar pH 7 + 3 ml larutan “S” + 6 ml larutan NaCl 0,9%. Campurkan
dalam erlenmeyer.
Goyangkan Erlenmeyer beberapa detik dengan gerakan memutar.
Ambil 1 ml dengan pipet campuran di atas. Masukkan ke dalam tabung reaksi bertanda 0’,
campur dengan membalikkan tabung disumbat ibujari tangan.
Pipet 1 ml enzim, masukkan ke erlenmeyer, jalankan stopwatch.Goyangkan Erlenmeyer
beberapa detik dengan gerakan memutar di atas meja. Diamkan.
Tambahkan 2 ml larutan dari labu erlenmeyer tepat di menit ke -5. Campur isinya dengan
membalikkan tabung yang disumbat ibujari tangan.
Lakukan kembali prosedur di atas pada menit ke 10, 15, dan 20.
Tambahkan larutan KI-KIO3 1 ml di masing – masing tabung, campur merata dengan
membalikkan tabung.
Baca masing – masing nilai absorbance.
23. Pembahasan:
Jumlah atau kadar enzim menentukan lamanya waktu yang digunakan untuk mencapai
keseimbangan. Bila kita menggunakan enzim yang masih murni dan belum rusak, kecepatan
reaksi atau aktivitas enzim berbanding lurus dengan konsentrasi enzimnya. Semakin besar
kadar enzim, maka semakin besar pula aktivitas enzim dan reaksi yang dikatalis enzim juga
semakin cepat. Apabila kadar substrat tetap dan kadar enzim turun karena enzim yang
tersedia tidak cukup banyak untuk bereaksi dengan substrat.
Pada percobaan ini, dapat kita lihat bahwa semakin lama, prosentase substrat yang
dicerna semakin sedikit. Hal itu dikarenakan semakin lama kadar enzim yang terdapat dalam
larutan semakin berkurang karena telah digunakan dalam proses enzimatik sebelumnya.
Sehingga reaksi enzimatik mengalami penurunan kecepatan yang mengakibatkan jumlah
substrat yang dicerna juga semakin kecil atau sedikit.
Kurva yang berbeda pada hasil percobaan dengan teori disebabkan adanya kesalahan
dalam prosedur kerja, yaitu ketidaktelitian dalam pengenceran maupun ketepatan waktu serta
instrumental faktor seperti alat spektrofotometer yang digunakan. Selain itu saliva sebagai
sumber enzim telah dipengaruhi oleh zat warna atau kandungan dari makanan yang
sebelumnya dikonsumsi oleh praktikan yang menyumbangkan salivanya.
Kesimpulan:
Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi enzim, makin besar konsentrasi enzim,
makin besar kadar enzim makin tinggi pula kecepatan reaksi. Makin besar konsentrasi atau
kadar enzim, maka nilai absorbansinya semakin kecil. Pengaruh konsentrasi enzim ini yaitu
pembentukan produk, dimana makin besar kadar enzim makin banyak pula substrat yang
dicerna sehingga dapat dinyatakan bahwa laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi
enzim.