1. Kesehatan Reproduksi Remaja
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Disusun oleh:
1. Dimas Ibnu Wijanarko (11144600054)
2. Devy Kalkausari (11144600055)
3. Anggun Hermiati Khasanah (11144600043)
4. Desy Wulandhary (11144600062)
5. Aziz Nugi Ragarjo (11144600070)
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah remaja (usia >10-1,9 tahun) merupakan masalah yang perlu diperhatikan
dalam pembangunan nasional di Indonesia. Masalah remaja terjadi, karena mereka tidak
dipersiapkan mengenai pengetahuan tentang aspek yang berhubungan dengan masalah
peralihan dari masa anak ke dewasa. Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik
biologis dan mental, sosial. Perubahan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/hormonal
yang sangat dramatik merupakan pemicu masalah kesehatan remaja serius karena
timbuhnya dorongan motivasi seksual yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit
dan masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya
yaitu: hubungan seks pranikah, aborsi, PMS & RIV-AIDS serta narkotika.
Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan
pemahaman serta kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja
sendiri mengalami perubahan fisik yang cepat.
Akses untuk mendapatkan informasi bagi remaja banyak yang tertutup. Dengan
memperluas akses informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar dan jujur
bagi remaja akan membuat remaja makin sadar terhadap tanggung jawab perilaku
reproduksinya. Dengan makin banyaknya persoalan kesehatan reproduksi remaja, maka
pemberian informasi, layanan dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja menjadi
sangat penting.
3. B. Rumusan Masalah
Dari gambaran latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam malakah ini
adalah pentingnya informasi kesehatan reproduksi remaja.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pentingnya informasi
kesehatan reproduksi remaja.
4. BAB II
PEMBAHASAN
Di masyarakat, kasus-kasus kehamilan yang tidak dikehendaki selalu dipandang dengan
muatan-muatan yang sarat dengan moral. Masyarakat cenderung menyalahkan korban, bukannya
empati. Akibatnya, terjadi stigmatisasi dan diskriminasi dan menjadikan kasus ini tabu untuk
dibicarakan secara terbuka.
Akibat kehamilan yang tidak dikehendaki ini, hampir bisa dipastikan (khususnya siswi)
yang mengalami kasus ini harus berhenti dari sekolah atau dikeluarkan. Pihak sekolah selalu
beralasan, dengan memberikan izin sekolah bagi siswi hamil, nama baik sekolah akan tercermar
dan perbuatan tersebut akan ditiru oleh murid-murid lainnya. Pendapat ini baru asumsi/
pandangan dan belum tentu kebenarannya. Dengan demikian, pihak perempuanlah yang paling
dirugikan bila kasus ini benar-benar terjadi.
Kasus kehamilan yang tidak dikehendaki ini merupakan kasus yang berakibat terjadinya
diskriminasi dan merupakan pelanggaran atas hak-hak anak, paling tidak hak untuk mendapatkan
pendidikan sesuai dengan Konvensi Hak Anak, sehingga harus ada perubahan cara pandang atas
kasus ini dari muatan moral menjadi muatan empati, di mana hak-hak korban harus dilindungi
dan diperjuangkan secara bersama-sama, bukan lagi menyalahkan korban dengan alasan-alasan
yang tidak rasional, seperti menuduh korban sebagai pihak yang memicu terjadinya perbuatan
tersebut dengan memakai pakaian-pakaian seksi dan sejenisnya.
Mengacu pada isu-isu global, seperti yang dibahas di International Conference of
Population and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994, maka setiap orang (laki-laki dan
5. perempuan, tanpa diskriminasi, termasuk anak dan remaja) harus mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang memadai. Maka bila ada golongan tertentu (anak/remaja) yang karena
sebab-sebab tertentu tidak dapat mengakses pelayanan, maka hal tersebut termasuk pelanggaran
hak.
A. Kesehatan Reprosuksi Remaja
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang
utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat
menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya
secara sehat dan aman.
Tumbuh Kembang Remaja.
1. Masa remaja dibedakan dalam :
a. Masa remaja awal, 10 – 13 tahun.
b. Masa remaja tengah, 14 – 16 tahun.
c. Masa remaja akhir, 17 – 19 tahun.
2. Pertumbuhan fisik pada remaja perempuan :
a. Mulai menstruasi.
b. Payudara dan pantat membesar.
c. Indung telur membesar.
d. Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat.
e. Vagina mengeluarkan cairan.
f. Mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina.
g. Tubuh bertambah tinggi.
3. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki :
a. Terjadi perubahan suara mejadi besar dan mantap.
b. Tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin.
6. c. Tumbuh kumis.
d. Mengalami mimpi basah.
e. Tumbuh jakun.
f. Pundak dan dada bertambah besar dan bidang.
g. Penis dan buah zakar membesar.
4. Perubahan psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki,
mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab, yaitu
:
a. Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya.
b. Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang tua.
c. Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan menutup diri.
d. Remaja kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat tergantung pada kelompoknya.
e. Hal tersebut diatas menyebabkan remaja menjadi lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal yang
negatif dari lingkungan barunya.
5. Menstruasi atau haid.
Bila menstruasi baru mulai periodenya mungkin tidak teratur dan dapat terjadi sebulan dua kali
menstruasi kemudian beberapa bulan tidak menstruasi lagi. Hal ini memakan waktu kira-kira 3
tahun sampai menstruasi mempunyai pola yang teratur dan akan berjalan terus secara teratur
sampai usia 50 tahun. Bila seorang wanita berhenti menstruasi disebut menopause. Siklus
menstruasi meliputi :
a. Indung telur mengeluarkan telur (ovulasi) kurang lebih 14 hari sebelum menstruasi yang akan
datang.
b. Telur berada dalam saluran telur, selaput lendir rahim menebal.
c. Telur berada dalam rahim, selaput lendir rahim menebal dan siap menerima hasil pembuahan.
d. Bila tidak ada pembuahan, selaput rahim akan lepas dari dinding rahim dan terjadi perdarahan.
Telur akan keluar dari rahim bersama darah.
e. Panjang siklus menstruasi berbeda-beda setiap perempuan. Ada yang 26 hari, 28 hari, 30 hari,
atau bahkan ada yang 40 hari. Lama menstruasi pada umumnya 5 hari, namun kadang-kadang
ada yang lebih cepat 2 hari atau bahkan sampai 5 hari. Jumlah seluruh darah yang dikeluarkan
7. biasanya antara 30 – 80 ml. Selama masa haid, yang perlu diperhatikan adalah kebersihan daerah
kewanitaan dengan mengganti pembalut sesering mungkin.
6. Mimpi Basah, Bagaimana Bisa Terjadi
Ketika seseorang laki-laki memasuki masa pubertas, terjadi pematangan sperma didalam testis.
Sperma yang telah diproduksi ini akan dikeluarkan melalui Vas Deferens kemudian berada
dalam cairang mani yang diproduksi oleh kelenjar prostat. Air mani yang telah mengandung
sperma ini akan keluar yang disebut ejakulasi. Ejakulasi yang tanpa rangsangan yang nyata
disebut mimpi basah.
7. Kehamilan.
Merupakan akibat utama dari hubungan seksual. Kehamilan dapat terjadi bila dalam
berhubungan seksual terjadi pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel sperma. Proses
kehamilan dapat diilustrasikan sebagai berikut :
a. Sel telur yang keluar dari indung telur pada saat ovulasi akan masuk kedalam sel telur.
b. Sperma yang tumpah didalam saluran vagina waktu senggama akan bergerak masuk kedalam
rahim dan selanjutnya ke saluran telur.
c. Di saluran telur ini, sperma akan bertemu dengan sel telur dan langsung membuahi.
8. Tanda-tanda kehamilan :
a. Sering mual-mual, muntah dan pusing pada saat bangun tidur (morning sickness) atau
sepanjang hari.
b. Mengantuk, lemas, letih dan lesu.
c. Amenorhea (tidak mengalami haid).
d. Nafsu makan menurun, namun pada saat tertentu menghendaki makanan tertentu (nyidam).
e. Dibuktikan melalui tes laboratorium yaitu HCG Test dan USG.
f. Perubahan fisik seperti payudara membesar dan sering mengeras, daerah sekitar Aerola
Mammae (sekitar puting) membesar.
9. Kehamilan di bawah usia 20 tahun Organ reproduksi belum sempurna sehingga pada saat
persalinan akan mengalami kesulitan.
8. a. Belum siap mental sebagai ibu.
b. Bila tidak diinginkan akan dilakukan abortus (abotus : suatu kejadian keluarnya hasil
kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar kandungan).
c. Abortus Spontan (tidak disengaja)
d. Provokatus (disengaja)
B. Perlunya Pendidikan
Melihat besarnya permasalahan dan dampaknya di masa depan untuk generasi
mendatang, maka dalam rangka menjamin pemenuhan hak seksual dan kesehatan reproduksi
untuk remaja, maka ada beberapa upaya yang harus dilakukan secara terpadu dan lintas sektor.
Untuk itu, perlu dibangun komitmen bersama antar elemen, baik pemerintah maupun
masyarakat, yang menetapkan kesehatan reproduksi remaja sebagai agenda/isu bersama dan
penting. Harus ada keyakinan bersama bahwa membangun generasi penerus yang berkualitas
perlu dimulai sejak anak, bahkan sejak dalam kandungan. Untuk itu, harus ada kesadaran
bersama bahwa upaya yang dilakukan saat ini tidak serta merta tampak hasilnya, namun perlu
waktu panjang untuk memetik hasilnya.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah pemberian informasi kesehatan reproduksi
dalam berbagai bentuk sedini mungkin kepada seluruh segmen remaja, baik di perkotaanmaupun
di pedesaan. Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang pada
gilirannya mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak secara bertanggung
jawab, baik kepada dirinya maupun keluarga dan masyarakat.
Untuk itu, pemerintah bersama LSM dan masyarakat dapat menjadi inisiator lahirnya
kebijakan. Kebijakan itu misalnya dengan memberikan keputusan bahwa seluruh sekolah, baik
negeri maupun swasta mempunyai kewajiban memberikan informasi kesehatan reproduksi
remaja mulai SD hingga SMU. Dengan lahirnya kebijakan ini, maka sudah tidak ada alasan lagi
9. bagi berbagai pihak yang menentang pemberian informasi kesehatan reproduksi dengan alasan-
alasan yang tidak rasional.
Informasi ini memberikan makna kepada kita bahwa bila para stakeholder pendidikan,
terutama Dinas Pendidikan dan Pemerintah Provinsi mempunyai komitmen yang kuat, maka
dapat saja hal itu dilakukan. Oleh karena itu, diharapkan ada perlakukan yang sama untuk
memberlakukan pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebagai muatan lokal di seluruh jenjang
pendidikan dari SD hingga SMU. Tentunya di tiap jenjang pendidikan, kurikulum pendidikan
kesehatan reproduksi remaja juga berbeda antara yang diberikan kepada SD ataupun SMU.
Pendidikan kesehatan reproduksi yang dimaksud di sini tidak ada hubungannya dengan
teknik-teknik hubungan seks, namun merupakan sekumpulan pengetahuan yang berisi tentang
pengenalan dan fungsi-fungsi organ reproduksi (termasuk di dalamnya proses terjadinya
menstruasi dan mimpi basah), proses terjadinya pembuahan, pengetahuan infeksi, HIV/AIDS,
pengetahuan tentang gender dan risiko-risiko hubungan seks yang tidak bertanggung jawab.
Dengan memberikan waktu khusus pendidikan kesehatan reproduksi remaja dalam sekolah,
maka akan ada upaya-upaya sistematis dan terencana dalam pemberian informasi kepada anak
didik, sehingga pada gilirannya mereka dapat mengetahui dan bertanggung jawab atas perilaku
seksualnya di masa depan.
Sisi lainnya adalah memberikan benteng/pertahanan kepada remaja itu sendiri untuk
secara tegas dapat bersikap atas maraknya informasi pornografi yang beredar di masyarakat, baik
dalam bentuk tulisan, maupun elektronik. Upaya ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak,
terutama para stakeholder dalam pendidikan yang berani berpikir secara kreatif dan inovatif
dalam melahirkan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada remaja di Indonesia. Sudah saatnya
diakhiri hal-hal yang kontraproduktif dan polemik yang mempertentangkan antara pendidikan
kesehatan reproduksi dengan pornografi. Area pembatas kedua hal ini sudah sangat jelas dan
dapat dipertanggungjawabkan. Kekhawatiran bahwa dengan informasi pendidikan kesehatan
reproduksi para murid (anak didik) akan meniru juga berlebihan, karena di dalam informasi
pendidikan kesehatan reproduksi remaja memang tidak ada sesuatu yang patut ditiru. Jadi
sebenarnya tidak ada sesuatu yang patut dicurigai atau bahkan dikhawatirkan. Kita sepakat, tidak
10. rela melihat anak-anak kita menjadi generasi penerus yang lemah dan menderita hanya gara-gara
mereka melakukan praktik-praktik seksual yang tidak bertanggungjawab di masa mendatang
disebabkan pengetahuan mereka yang rendah.
Upaya lainnya adalah memberikan porsi dan kesempatan yang seluas-luasnya pendidikan
moral/agama kepada seluruh anak/remaja, dengan memberikan informasi yang komprehensif
bahaya dan akibat-akibat yang ditanggung remaja bila melakukan perilaku seksual yang tidak
bertanggung jawab. Informasi kerugian fisik, mental dan spiritual harus dijelaskan secara
seimbang dengan hal-hal yang terkait dengan moral /agama bila sampai terjadi perilaku seks
yang tidak bertanggung jawab. Bagaimanapun juga, mencegah terjadinya perilaku seksual yang
tidak bertanggung jawab jauh lebih baik dari pada harus menyelesaikannya bila hal tersebut
sungguh-sungguh terjadi.
11. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial. Perubahan
fisik yang pesat dan perubahan endokrin/ hormonal yang sangat dramatik merupakan
pemicu masalah kesehatan remaja serius karena timbuhnya dorongan motivasi seksual
yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan reproduksi,
kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya yaitu: hubungan seks pranikah, aborsi,
PMS & RIV-AIDS serta narkotika.
Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman serta
kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja sendiri mengalami
perubahan fisik yang cepat. Harus ada keyakinan bersama bahwa membangun generasi
penerus yang berkualitas perlu dimulai sejak anak, bahkan sejak dalam kandungan.
Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang pada gilirannya
mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak secara bertanggung jawab,
baik kepada dirinya maupun keluarga dan masyarakat.
B. Saran
1. Perlu dibangun komitmen bersama antar elemen, baik pemerintah maupun masyarakat
yang menetapkan kesehatan reproduksi remaja sebagai agenda/isu bersama dan penting.
2. Perlu pendekatan kepada pihak yang berkompeten dalam pembinaan remaja melalui
pembekalan.