Ritual merupakan bentuk perilaku yang diatur secara kultural yang berkaitan dengan kepercayaan akan kekuatan gaib. Ritual dapat berupa prosesi, kirab budaya, atau acara syukur seperti nyadran yang bertujuan untuk mempererat ikatan sosial dan mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan."
2. Definisi Ritual Secara Antropologis
Victor Turner: “prescribed formal behavior for occasions not given
over to technological routine, having reference to belief in mystical
beings or powers. The symbol is the smallest unit of ritual “ (1967:
19)
Stanley Tambiah: “a culturally constructed system of symbolic
communication. It is constituted of patterned and ordered
sequences of words and acts, often expressed in multiple media,
whose content and arrangement are characterized in varying
degree by formality (conventionality), stereotypy (rigidity), condensation
(fusion), and redundancy (repetition)” (1979: 119).
Sumber: Introducing Anthropology of Religion: Culture to the
Ultimate, Jack Eller, Taylor & Francis, 2007, Hal.: 110
3. Definisi Ritual Secara Antropologis (contd.)
Anthony Wallace: “communication without information: that is to say, each ritual is a particular
sequence of signals which, allows no uncertainty, no choice, and hence, in the statistical sense of
information theory, conveys no information from sender to receiver. It is, ideally, a system of
perfect order and any deviation from this order is a mistake” (1996: 233)
Thomas Barfield: “prescribed, formal acts that take place in the context of religious worship “as
well as” any activity with a high degree of formality and a nonutilitarian purpose. This usage
includes not only clearly religious activities, but also such events as festivals, parades, initiations,
games, and greetings. In its broader sense, ritual may refer not to any particular kind of event but
to the expressive aspect of all human activity. To the extent that it conveys messages about the
social and cultural status of individuals, any human action has a ritual dimension. In this sense,
even such mundane acts as planting fields and processing foods share a ritual aspect with
sacrifice and the mass” (1997: 410)
Sumber: Introducing Anthropology of Religion: Culture to the Ultimate, Jack Eller, Taylor & Francis,
2007, Hal.: 110 - 111
4. Definisi Ritual Secara Antropologis (contd.)
Edmund Leach: “Behavior which forms part of a signaling system and which serves to
„communicate information,‟ not because of any mechanical link between means and ends, but
because of a culturally defined communication code”; and “Behavior which is potent in itself in
terms of the cultural convention of the actor but not potent in a rational-technical sense […] or
alternatively behavior which is directed towards evoking the potency of occult powers even though
it is not presumed to be potent in itself” (1996: 403)
“Ritual is then described as particularly thoughtless action-routinized, habitual, obsessive, or
mimetic-and therefore the purely formal, secondary, and mere physical expression of logically prior
ideas” (Bell 1992: 19)
Sumber: Introducing Anthropology of Religion: Culture to the Ultimate,
Jack Eller, Taylor & Francis, 2007, Hal.: 111
5. Rituals are Meaningful Actions
“Rituals that relate broadly to van Gennep‟s notion of rites of
passage can be seen meaningful actions because they relate to
the positions of individuals and groups within their social structure”
Sumber:The Social Implications of Ritual Behavior in the Maya
Lowlands: A Perspective from Minanha, Belize, Sonja Andrea
Schwake, ProQuest, 2008, Halaman 14
6. Understanding Rituals
1. Ritual is situational or has a particular social context associated with
it.
2. Ritual is strategic. There are always relations of power to consider
when analyzing ritual action.
3. Ritual reproduces or reconfigures a vision of stratigraphy of power in
the world
(Bell, 1992: 4)
Sumber:The Social Implications of Ritual Behavior in the Maya
Lowlands: A Perspective from Minanha, Belize, Sonja Andrea
Schwake, ProQuest, 2008, Halaman 15
7. Prosesi Sedekah Laut
Sumber: Kedaulatan Rakyat, Sabtu Pon 1 September 2012, Hal. 3
Setting Lokasi: Pantai Baron, Gunungkidul
Judul Berita: „Nelayan Baron Berharap Paceklik Ikan Berakhir‟
- Prosesi dimulai dengan kenduri yang dilaksanakan di kompleks
Pantai Baron
- Selanjutnya dua gunungan serta sesaji yang telah disiapkan
dibawa ke tepi pantai dan dilarung ke laut
- Sedekah laut merupakan ungkapan syukur masyarakat
termasuk nelayan di wilayah Pantai Baron atas berkah yang
diberikan Allah dan berharap ke depan diberikan rezeki yang
lebih (Ketua Unit Nelayan Pantai Baron, Sunardi)
8. Prosesi Sedekah Laut (contd.)
- Hasil tangkapan, kini, masih sangat minim, sehingga dengan
prosesi sedekah ini juga dimaksudkan agar kondisi paceklik ikan
segera berakhir
- Sedekah yang diarak berupa berbagai jenis makanan serta
sesaji
- Digelar juga wayang kulit semalam suntuk sebagai hiburan bagi
masyarakat
9. Merti Gunung
„Ratusan Warga Ngajeg Berebut Gunungan‟, KR, Senin Pon 27 Agustus 2012,
Hal. 6, Setting Lokasi: Ngajeg, Tirtomartani, Kalasan
- Kirab budaya dilaksanakan dalam rangka bersih desa atau Merti Dusun
- Gunungan berisi makanan dan buah-buahan dikirab dan kemudian diperebutkan
ratusan warga
- Merupakan ungkapan rasa syukur atas berhasilnya dalam dunia pertanian
- Sebagai wujud kerukunan warga dusun Ngajeg
- Pusaka Guntur Gati, Bendera Ponco Tunggal, Gunungan Dewi Sri (berisi hasil
tanaman) serta 6 gunungan berisi makanan maupun buah-buahan juga dikirab
Tirtomartani menjadi juara nasional hasil panen tebu
10. Merti Desa
„Warga Watugajah Gelar Kirab Budaya‟, KR, Senin Pon 27 Agustus 2012, Hal. 6
Setting Lokasi: Dusun Watugajah, Sendangagung, Minggir
Rundown
1. Kirab budaya (gunungan terbuat dari hasil bumi, air yang berasal dari salah satu sendang pitu
yang ada di Sleman Barat, patung gajah, kesenian tradisional)
2. Doa bersama dan kenduri
3. Pegelaran wayang kulit pada malam harinya
- Merti Desa sebagai sarana untuk mempererat tali persaudaraan antar warga
- Pelaksanaan Merti Desa sebagai bentuk pelestarian budaya
- Merupakan acara tiga tahunan
Sebelum 2009, Watugajah sering mengalami gagal panen yang disebabkan oleh hama termasuk
tikus. Sehingga warga sepakat untuk mengadakan Merti Desa.
11. Merti Desa (contd.)
Sumber: Radar Jogja, Senin 27 Agustus 2012, Hal. 6
Setting Lokasi: Desa Purwoharjo, Samigaluh, Kulon Progo
„Lestarikan Tradisi, Warga Gelar Merti Desa‟
- Untuk melestarikan tradisi dan sekaligus wujud syukur masyarakat dengan
dibatalkannya rencana pembangunaan Waduk Tinallah
- Merupakan event tahunan
- Dimulai dari wilayah Dusun Kedungrong menuju lapangan Desa Purwoharjo (4km)
- Masing-masing peserta membawa 5 (lima) ambengan atau nasi tumpeng dengan
uba rampe
- Ambengan dikumpulkan – didoakan – dimakan bersama (kembul bujana)
12. Bersih Dusun Siyono-Glidag
Sumber: KR, 5 September 2012, Hal. 3
Berita Foto
“Kirab reyog, jathilan dan wayang kulit menjadi puncak acara
bersih dusun di Siyono dan Glidag Logandeng, Playen,
Gunungkidul, Senin (3/9) malam. Suparno, ketua penyelenggara
acara bersih dusun Siyono-Glidag mengatakan kegiatan ini
sebagai bentuk syukur kepada Tuhan. Acara ditutup dengan
wayang kulit dengan dalang Ki Sutrisno dari Nglipar. Tampak kirab
reyog bersih dusun di Siyono”
13. „Merenungi Tradisi Jawa “Melekan”‟
Sumber: Mawas Diri, Februari 1991, Hal. 45 – 51
- Melekan diselenggarakan oleh sekelompok warga masyarakat dalam rangka
silaturahmi pada malam hari bertepatan dengan adanya hajat kecil-kecilan,
misalnya sepasaran, selapanan.
- Melekan disebut juga tirakatan yang berarti keprihatinan atau menahan hawa nafsu
- Acara utama melekan adalah menyantap hidangan yang bersifat rohani dalam
bentuk mendengarkan tembang macapat yang diambil dari buku – buku yang
mengandung ilmu kerohanian
- Kata melek memiliki dua sisi pengertian, (1) bersifat harfiah atau lahiriah yaitu
bahwa orangnya tidak tidur, dan (2) bersifat batiniah atau maknawi , yaitu bahwa
hati orangnya tidak tidur, mata hatinya melek untuk menyerap ajaran kerohanian,
yang sinar-sinarnya mampu menerangi jalan kehidupannya menuju Tuhan YME.
14. King Hoo Ping / Chao Du
Sumber: KR, Selasa Pon 23 Agustus 2012, Hal. 16
Setting Lokasi: Kota Magelang
Judul Berita: „King Hoo Ping‟ untuk Ketenteraman
- Ritual digelar di Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD) Liong Hok Bio Kota
Magelang
- Ritual diakhiri pembakaran beberapa miniatur, replika di halaman
klenteng
- Beberapa bendera bertuliskan nama leluhur masing – masing keluarga
menghiasi atas meja
- Di bagian dinging tertempel beberapa lembaran kertas yang terdapat
nama – nama keluarga
15. King Hoo Ping / Chao Du (contd.)
Urutan acara:
1. Pada pagi hari para pengurus melakukan sembahyang Tri Dharma
2. Upacara pembersihan lingkungan semesta, termasuk hati masing –
masing
3. Serangkaian ritual, yang dipimpin oleh seorang Bante, dari pagi
hingga sore
Ritual ini merupakan upacara pelimpahan jasa untuk (1) para
leluhur atau para pendahulu termasuk para pahlawan, pejuang
kemerdekaan dan semua orang yang berjasa terhadap negara,
keluarga dan semua orang, dan (2) semua makhluk
16. King Hoo Ping / Chao Du (contd.)
Dalam pelimpahan jasa ini, umat memiliki niat berbuat kebajikan
dengan berbagi keberuntungan yang biasanya dalam bentuk
bahan – bahan kebutuhan pokok (melambangkan memberi dan
bermurah hati)
Doa – doa yang dipanjatkan bertujuan untuk memanggil atau
menyapa, baik yang terlihat maupun tidak terlihat untuk diajak
bersama – sama mendengarkan Dharma (merupakan wejangan
Dharma, mengajak bersama – sama bersujud kepada Tuhan)
17. Sermo Hamengku Gati
Sumber: KR, 1 Oktober 2012, Hal. 26
Judul: Semo Hamengku Gati – Tradisi Tabur Bunga dan
Memandikan Ternak
Setting Lokasi: Kokap
- Masyarakat sekitar Waduk Sermo melakukan tabur bunga di
tengah waduk dan guyang rajakaya atau memandikan hewan
ternak dalam serangkaian upacara tradisi gelar budaya Sermo
Hamengku Gati
- Masyarakat sekitar Waduk Sermo meyakini masih banyak
makam terendam air Waduk Sermo – termasuk makam Kyai
Sermo Joyo dan para tokoh pendiri wilayah Sermo yang sampai
sekarang belum diketahui keberadaannya
18. Continued
- “Tidak semua makam di wilayah genangan waduk dipindahkan.
Mudah – mudahan segala dosa mendapat pengampunan dan
amal kebaikannya diterima Tuhan” – Suhartono, tokoh warga
Sermo Tengah, Desa Hargowilis
- Acara dihadiri staf ahli Pemkab Kulonprogo, Agus Santoso;
anggota DPRD, Widiyanto; Camat Kokap, Agus Subagyo; Kades
Hargowilis, Dalijan
- Usai tabur bunga dan berdoa, dilanjutkan dengan memandikan
kambing milik warga – ungkapan syukur masyarakat kepada
Tuhan, karena hewan ternak yang dipelihara dapat berkembang
19. Merti Dusun Kweden
Sumber: KR, 1 Oktober 2012, Hal. 4
Judul: Bupati Apresiasi Merti Dusun di Kweden
Setting Lokasi: Bantul, DIY
- Dilakukan kirab jodang dalam rangkaian acara merti dusun di
Pedukuhan Kweden, Trirenggo
- Bupati, Sri Surya Widati – acara ini mampu mendukung khasanah
budaya dan wisata di Bantul dan bisa diagendakan sebagai kegiatan
budaya tahunan, bisa didaftarkan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bantul untuk dibantu dananya
- Merti Dusun Kweden masih sepenuhnya dari swadaya masyarakat
setempat
20. Nyadran di Temanggung
Sumber: KR, 29 September 2012, Hal. 19
Judul: Warga Lereng Sumbing Mohon Hujan – Petani Kopi
Sadrananan Seribu Ketupat
Setting Lokasi: Temanggung, Jawa Tengah
- Sebagai wujud syukur karunia Tuhan atas limpahan hasil panen
kopi, petani Dusun Gedongan Desa Ngamplak Kecamatan
Kandangan Kabupaten Temanggung menggelar Nyadran
Seribu Ketupat di Lembah Dawuhan (sumber mata air) di utara
dusun tersebut
21. Continued
Rundown
1. Subuh, warga menyiapkan ketupat berikut sayur
2. Begitu bunyi kentongan ditabuh, serentak tua muda, laki-laki
dan perempuan serta anak sekolah membawa ketupat ke
lokasi upacara
3. Gunungan ketupat berikut sajian diarak dan diiringi kesenian
kuda lumping
4. Sampai di Lembah Dawuhan, warga berkumpul di tanah datar
5. Berdoa dipimpin sesepuh desa
6. Pembagian ketupat kepada semua orang yang datang
7. Pesta air dan pelepasan unggas di sumber air
8. Makan bersama
22. Continued
Nyadran juga dilakukan warga di lereng Gunung Sumbing, Desa
Tlahap Kecamatan Kledung, Temanggung
Tujuan:
(1) memohon hujan, (2) terhindar kebakaran hutan, dan (3) panen tembakau
(2) membawa berkah bagi warga
Rundown
1. Ratusan warga membawa tumpeng untuk diusung ke sumber air (Tuk
Tlahab)
2. Tumpeng beserta ingkung ayam yang dikemas dalam tenong dijejer
hingga ratusan meter
3. Tumpeng didoakan oleh tokoh agama setempat
4. Tumpeng dan ubo rampe dibawa pulang oleh warga untuk disantap di
rumahnya masing-masing
23. ‘Baritan’
Sumber: KR, 19 September 2012, Hal. 9
Judul: Peternak Sapi Wonosobo – Gelar Ritual Budaya „Baritan‟
Setting Lokasi: Wonosobo
Meningkatkan produktivitas hewan ternak sapi sehat, Dinas
Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Wonosobo
melakukan pemeriksaan gratis di sentr peternakan sapi di Desa
Simbang Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo – dikemas
melalui Ritual Budaya Bubar Ngarit Slametan (Baritan) yang berarti
habis merumput melakukan selamatan ini sebagai bentuk
dukungan terhadap program swasembada daging sapi 2012
24. Continued
Rundown
- Ratusan peternak sapi di Desa Simbang mengumpulkan seluruh
hewan ternak sapi di lapangan
- Doa bersama berharap hasil peternakan sapi terus meningkat
- Diakhiri dengan acara tumpengan, yaitu acara makan bersama
hasil bumi atau kembul bujono
25. Pembukaan Cupu Kyai Panjolo
Sumber: KR, 19 September 2012, Hal. 3
Judul: Upacara Pembukaan Cupu Kyai Panjolo – Ditemukan
Gambar Pulau Sumatera Terbalik
Setting Lokasi: Dusun Mendak Girisekar, Wonosari
- Upacara pembukaan Cupu Kyai Panjolo dipercayai berisi
ramalan kejadian alam satu tahun mendatang
- Ketiga selimut cupu, yaitu Palangkinantang, Semarkinandu dan
Kenthiwiri, disimpan di rumah Juru Kunci Dwijosumarto
26. Continued
Rundown
Dibuka setahun sekali tiap menjelang musim hujan – dipergunakan untuk
memprediksi hasil pertanian – saat ini banyak dipercaya sebagai ramalan
berbagai bidang termasuk pemerintahan, kondisi keamanan negara,
politik, bencana alam
1. Diawali dengan berdoa
2. Kenduri dan kembul dahar (makan bersama)
3. Pembukaan lembar demi lembar kain kafan selimut cupu
4. Gambar dan benda pada selimut diteliti dengan disaksikan ribuan
peziarah
5. Terdapat 58 simbol maupun gambar ditemukan dalam selimut Cupu
Kyai Panjolo
27. Continued
Kain dalam keadaan kering:
(1) tulisal lafal Allah dalam huruf Arab, (2) gambar seorang pria
mengenakan jas, (3) gambar lingkaran, (4) kendi, (5) gunung berapi
mengeluarkan asap, dan (6) gambar pulau Sumatera terbalik)
Kain dalam keadaan kotor:
(7) tokoh wayang Raden Sombo, (8) tokoh dewa Bathara Nurada
memberikan wejangan, (9) gambar lingkaran berwarna keemasan,
(10) bercak darah, (11) kepala manusia bermata lebar dan berkumis
Posisi
- Cupu Kyai Semar Kinandu condong ke Utara
- Cupu Palang Kinantang condong ke Barat Daya
- Cupu Kenthiwiri tegak lurus
28. Bersih Desa Sendang Sinongko
Sumber: KR, 8 September 2012, Hal. 18
Judul: Bersih Desa Sendang Sinongko – Bersyukur, Sembelih
Kambing
Setting Lokasi: Desa Pokak Kecamatan Ceper Klaten
- 100 ekor kambing disembelih dalam puncak perayaan gelar
budaya bersih desa di Sendang Sinongko pada pukul 0400 –
0600 WIB
- Pesta makan kambing dilaksanakan usai salat Jumat – (1) warga
Dukuh Pokak, Tegal Sendang dan Tegal Dhuwur datang
membawa sejumlah tenong berisi sejumlah makanan – (2)
tenong-tenong yang sudah dinamai dikumpulkan dalam satu
tempat dan dimakan bersama-sama
29. Continued
- Warga meyakini, jika melakukan sedekah akan mendapatkan
ganti yang lebih besar
- Ritual ini sudah berlangsung turun temurun sejak ratusan tahun
lalu – sebagai wujud syukur lantaran keberadaan Sendang
Sinongko secara tidak langsung sudah membantu kehidupan
warga setempat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani
- Petani sering memanfaatkan air Sendang untuk irigasi – ritual
wajib diikuti (Nur Sirah) karena menikmati air di Sendang untuk
pertanian
30. Definisi Tradisi
“… sets of believes held or espoused over some generations having in
common certain themes of interpretation, certain conceptions, certain
assessments”
Sumber: Tradition, Edward Shils, University of Chicago Pres, 2006,
Hal. 263
“Tradition is the process whereby a people or community try to understand
their present in the light of their past which is part of their present. Tradition is
always defined in the present because the present is the meeting point
between the past and the future, the past is transmitted into the present, and
the present is in the passage to the future”
Sumber: Aawambo Kingdoms, History and Cultural Change: Perspectives
from Northern, Ampala and Shigwedha, Basler Afrika Bibliographien, 2006,
Hal. 5
31. Tradisi „Tidur‟
Sumber: KR, Minggu Pahing 7 Agustus 2012, Hal. 17
Setting Lokasi: Masjid Mataram, Kotagede, Jagalan, Banguntapan, Bantul
Judul Artikel: Aura Masa Lalu Masjid Mataram Kotagede ditulis
oleh Surya Adi Lesmana
- „Tidur‟ merupakan tradisi memukul bedug yang dilakukan 15 menit
sebelum Salat Ashar dimulai sehari jelang bulan Ramadan.
- Dipimpin oleh tokoh masyarakat setempat, mereka secara bergantian
menebuh bedug mewarisi tradisi yang telah ada sejak zaman
Panembahan Senopati.
- Makna: membangunkan orang tidur agar mempersiapkan diri
menghadapi puasa
32. Permainan yang Dijadikan Tradisi
Sumber: KR, 11 Februari 2012, Hal. 20
Judul: Permainan Bola Api Kian Langka
Setting Lokasi: Desa Kalinongko, Kecamatan Loano, Kabupaten
Purworejo
- Permainan bola api pada kegiatan karnaval perayaan Maulid
Nabi Muhammad SAW tetap dilakukan meski harga minyak
tanah melambung
- Sejak harga minyak tanah mahal, jarang kegiatan permainan
bola api ini diselenggarakan – bahkan sebagian besar kegiatan
karnaval diselenggarakan siang hari karena tidak membutuhkan
minyak tanah
33. Continued
- Saat harga minyak tanah di bawah harga premium, kegiatan
diselenggarakan setiap masjid dan musala pada karnaval
khotmil Quran di Purworejo
- Namun bagi jamaah Masjid At-Taibin, karnaval kholtim Quran
pada malam hari sudah menjadi semacam tradisi sehingga sulit
dihilangkan – kalau diganti siang hari menjadi tidak meriah lagi
- Permainan bola api ini semacam permainan tongkat yang di
setiap ujungnya dibalut kain goni. Sebelumnya direndam minyak
tanah agar meresap sampai dalam. “Setiap kali akan dinyalakan
juga harus dimasukkan dalam inyak tanah agar menghasilkan
bola api yang besar” – untuk sedikit menghemat, minyak tanah
dicampur solar
34. ‘Gorek’
Sumber: KR, 23 September 2012, Hal. 15
Judul: „Gorek‟, Kearifan Lokal Berbagi Rezeki
Setting Lokasi: Perkebunan Kopi Badan Usaha Milik Negara PT
Perkebunan Nusantara IX Divisi Tanaman Tahunan Kebun
Sukamangli Afedling Bandarejo Temanggung
- „Gorek‟ – memungut sisa panen kopi satu hari setelah
perusahaan menyatakan panen berakhir
- Warga sekitar perkebunan dan sejumlah kecamatan tetangga
berdatangan masuk perkebunan sebelum Subuh secara
perorangan maupun berombongan dengan mengendarai
kendaraan bak terbuka
35. Continued
- Biji kopi yang diperoleh lalu dimasukkan ke dalam wadah yang
kemudian dijual kepada pedagang yang telah menunggunya,
atau dibawa pulang.
- Rata-rata warga mendapat 3-4 kg biji kopi kering.
- Tahun ini hasil gorek dihargai Rp. 4.000 perkilogram oleh
pedagang.
- Bagi yang membawa pulang hasil gorek, ada yang berpikir
bahwa RP. 4.000 perkilogram terlalu murah sehingga lebih baik
dikonsumsi untuk keluarga saja
36. Continued
- Kades Sidoarjo, Slamet Budiyono: “‟Gorek‟ sudah menjadi salah
satu tradisi dan menjadi andalan warga untuk mendapat
tambahan pendapatan atau turut menikmati kopi dari PTPN –
ada kearifan lokal yakni saling berbagi antara perusahaan
dengan warga sekitar”
- Merupakan tradisi turun menurun sejak awal keberadaan
perkebunan (Sinder perkebunan, Minarno)
- Pihak perkebunan ada yang ikut membeli dari warga
- Pihak kepolisian diterjunkan untuk turut menjaga dan
mengamankan tradisi gorek yang diikuti ribuan warga
37. Gubyah
Sumber: KR, 15 September 2012, halaman 17
Judul: Gubyah, Bersihkan Sungai Sambil Mohon Hujan
Setting Lokasi: Kalibening, Banjarnegara
- Lima bulan kemarau membuat petani tak bisa bercocok tanam –
tanaman padi yang ada terancam puso (kekeringan)
- Debit Sungai Brukah (sumber air andalan Desa Kalibening,
Sikumpul, Sirukem, Bedana, dan Karanganyar) menyusut tajam
- Lelaki-perempuan, tua-muda, membawa alat penangkap ikan di
sepanjang sungai untuk mencari ikan, membuang endapan
sampah di dasar sungai, juga berharap pada musim hujan
mendatang bebas banjir
38. Continued
- Gubyah, menurut salah satu warga bernama Budi, merupakan
tradisi turun menurun sejak dulu kala – dilakukan setiap tahun
sekali di saat kemarau
- Dalam situasi normal, Sungai Brukah memberi kemakmuran
namun pada musin hujan kerap mendatangkan bencana bagi
para petani – sungai meluap hingga berhari-hari dan merendam
lahan pertanian
- Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, tak lama
setelah digelar gubyah hujan bakal turun (Joko Prasetyo)