Teori Neo-Marxis dikenal sebagai teori ketergantungan, teori ini sebagian besar dipengaruhi oleh para strukturalis Amerika Latin yang berhubungan dagang antara negara terbelakang secara ekonomi dan negara industri maju.
2. PENDAHULUAN
1. Teori Neo-Marxis dikenal sebagai teori ketergantungan, teori ini sebagian besar dipengaruhi oleh
para strukturalis Amerika Latin yang berhubungan dagang antara negara terbelakang secara
ekonomi dan negara industri maju.
2. Perbedaan Marxisme Klasik dan Neo Marxisme
3. Marx memandang kapitalisme sebagai kekuatan yang kuat untuk mengembangkan potensi
produktif masyarakat. Namun, akumulasi modal yang menghasilkan perkembangan ini didasarkan
pada eksploitasi pekerja oleh para kapitalis dan ketidakadilan sosial ini akan menghancurkan
kapitalisme.
4. Analisis Baran dan pemikiran neo Marxis berfokus pada penyebab internal dan eksternal dari
keterbelakangan dan pembangunan
3. PEMIKIRAN AHLI
1. Paul Baran (1909–1964) Dalam bukunya The Political Economy of Growth (1957)
a. Konsep neokolonialisme, berdasarkan teori kolonialisme dan imperialisme sebelumnya serta
pengamatannya tentang keadaan dunia pada tahun 1940-an dan 1950-an.
b. Neokolonialisme menimbulkan tantangan besar bagi pembangunan ekonomi di negara-
negara yang baru merdeka, karena kebutuhan negara-negara maju akan bahan baku dan
outlet investasi berarti bahwa mereka akan menentang keras industrialisasi yang penting
untuk pembangunan di negara-negara yang baru merdeka.
c. Teori-teori ketergantungan menurut Paul Baran pada negara-negara terbelakang di tandai oleh
ekonomi ganda yaitu : satu sisi mereka terdiri sektor pertanian besar, dimana produktivitas sangat
rendah , produktifitas tenaga kerja mendekati nol,dan disisi lainnnya mereka memiliki sector industri
kecil dengan tingkat produktifitas tinggi.
d. Paul Baran meringkas bahwa kebijakan tanah dan perpajakan menghancurkan ekonomi desa,
sementara kebijakan komersial menghancurkan pengrajin dan menghasilkan surplus tenaga
kerja yang besar. Akhirnya, kebijakan ekonomi merusak perkembangan industri yang baru
dimulai. Penerima manfaat lokal dari kolonialisme termasuk pencari rente seperti tuan tanah,
rentenir, pedagang kecil dan bisnis, perantara, dan spekulan
4. PEMIKIRAN AHLI
e. Paul Baran menantang setiap elemen kasus investasi asing langsung karena surplus
yang ditransfer diciptakan oleh Investasi tersebut, sebagian dipertahankan secara lokal,
dan pembangunan infrastruktur difasilitasi hanya mengeksploitasi sumber daya yang
menghasilkan surplus yang berdampak akhir pada eksploitasi, pemiskinan, dan
penghancuran sebagian besar produksi pribumi.
f. Paul Baran merupakan pelopor pemikiran neo-Marxis dalam ekonomi pembangunan yang
meneliti bahwa kolonialisme telah melemahkan negara-negara terbelakang yang baru
merdeka dan bahwa neokolonialisme mengeksploitasi kelemahan ini, memungkinkan
negara-negara maju untuk mengambil surplus seperti yang telah dilakukan negara-
negara kolonial. Instrumen ekstraksi ini adalah foreign direct investment (FDI) dengan
multi national corporations (MNCs) sebagai kendaraannya.
g. Paul Baran menyarankan yang mungkin menuju industrialisasi adalah 1) negara
menggunakan pajak progresif dan menyalurkan surplus ke investasi fisik dan manusia
yang produktif di sektor swasta yang penting. 2) Reformasi agraria progresif, pajak
progresif, pembatasan pelarian modal dan konsumsi barang mewah, dan pembatasan
praktik monopolistik dengan memperluas basis percobaan industri akan ditentang oleh
kepentingan elit penguasa.
5. PEMIKIRAN AHLI
h. Dalam On the Political Economy of Backwardness” (1973) Baran menguraikan mengapa
keterbelakangan tetap ada di negara-negara terbelakang dikarenakan 1) Negara-negara
terbelakang dan kelas menengah berusaha untuk mendapatkan hak istimewa dengan
bersekutu dengan feodal, bisnis monopolistik, dan kekuatan obskurantis, daripada
menentang kelompok-kelompok ini, seperti yang dilakukan kelas menengah di masyarakat
maju, 2) Ancaman sosialisme di era Perang Dingin memperkuat akomodasi ini sehingga
Aliansi ini memelihara stabilitas sosial tetapi juga keterbelakangan. 3) Konsumsi yang
mencolok, termasuk perjalanan ke luar negeri, oleh kelas feodal yang diimbangi oleh kelas
bisnis monopolistik menyisakan sedikit surplus untuk akumulasi modal. 4)ketidakstabilan
politik laten yang tersirat oleh tingginya tingkat ketidakadilan sosial.
i. Pesimistis Baran terhadap Sarannya yaitu 1) Kurangnya layanan sipil yang kompeten dan
jujur di negara-negara terbelakang berkontribusi pada keraguannya. Isu utamanya adalah
bahwa reformasi mendasar yang dibutuhkan akan ditentang oleh struktur politik dan sosial
pemerintah yang berkuasa. 2) Jika kelas menengah kapitalis tidak memilih untuk menghargai
yang “efisien, mampu, dan rajin” dengan mendukung kapitalisme yang progresif dan
kompetitif, mereka malah akan menghadapi revolusi sosial yang mengarah pada
perencanaan otoriter dan kolektivisme sosial
6. PEMIKIRAN AHLI
2. Celso Furtado (1920–2004)
a. Furtado (1964) memperluas analisis kelas ke konteks Amerika Latin, khususnya ke Brasil. Dia berargumen
bahwa akumulasi dalam masyarakat kapitalis maju dicapai ketika elit bisnis mengambil bagian substansial
dari peningkatan produk dan dorongan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dimanfaatkan dan pola
konsumsi mereka secara bertahap didiversifikasi oleh elit bisnis.
b. Penghancuran ekonomi kerakyatan dengan adanya teknologi modern, memberikan pasokan tenaga kerja
yang tidak terbatas dan murah sehingga kaum kapitalis mendapat manfaat dari pasokan tenaga kerja murah
yang tidak terbatas. Proses industrialisasi telah terdistorsi dan insentif yang salah untuk penggunaan modal
dalam ekonomi tenaga kerja menyebabkan kelebihan kapasitas spekulatif.
c. Dinamika pembangunan dalam masyarakat pascakolonial didominasi oleh beberapa kelas yaitu pemilik tanah,
pedagang dan pemodal yang bersekutu dengan kepentingan asing, dan para kapitalis yang berproduksi
untuk pasar domestic sedangankan diluar kelas ini terdapat Petani dan Pekerja. Semua kelas membutuhkan
negara untuk memfasilitasi aktivitas mereka dan menyediakan layanan perkotaan. Akibatnya, negara
berkembang dan mengembangkan kelas menengah yang berduit.
d. Dalam “The Brazilian Model of Development” (1973) Furtado mendekonstruksi permintaan efektif dan
sifat industrialisasi yang muncul. Poin kuncinya adalah pembedaannya antara modernisasi dan
pengembangan. Dalam kasus Brazil, ekspor primer memungkinkan modernisasi dengan meningkatkan
pendapatan rata-rata elit feodal. Mengingat ukuran dan potensi Brasil untuk skala ekonomi, perusahaan
multinasional memiliki teknologi dan insentif untuk memenuhi permintaan efektif elit dengan artian biaya
teknologi untuk memperluas produksi ke lokasi yang berbeda oleh perusahaan multinasional adalah
marjinal; upah rendah karena surplus tenaga kerja dan tingkat keuntungan tinggi.
7. PEMIKIRAN AHLI
e. Teori negara Furtado juga lebih kompleks dan bernuansa daripada teori Baran; dia melihat negara
sebagai arena kontestasi kepentingan kelas yang saling bertentangan. Karena itu, dia menentang
analisis Baran, yang menyiratkan keharmonisan kepentingan kelas di antara elit penguasa dan aliansi
mereka yang saling menguntungkan dengan modal asing. Furtado juga menilai bisnis nasional lebih
mampu dan giat merebut pasar domestik. Namun, dia meramalkan bahwa pembangunan tidak
terjamin dan sistem dapat mandek ke dalam perangkap keseimbangan tingkat rendah yang mencari
pinjaman.
f. Dekonstruksi permintaan efektif Furtado mewakili prognosis suram bagi negara-negara kecil. Dia
membagi dua permintaan efektif menjadi yang berkaitan dengan konsumen kaya dan miskin. Di
antara elit feodal, pendapatan rata-rata meningkat dari ekspor primer dan meniru pola konsumsi elit
di negara-negara kaya. konsumen miskin memiliki keranjang konsumsi barang yang tidak
terdiversifikasi dan tidak tahan lama, industri lokal mungkin masih menyadari skala ekonomi dengan
memenuhi permintaan ini di negara besar. Ekonomi kecil tidak mungkin mewujudkan skala ekonomi
atau ekonomi eksternal, dan mereka menghadapi tantangan berkelanjutan dari defisit neraca
perdagangan karena pembelian elit impor untuk meniru pola konsumsi asing, industrialisasi lokal tidak
mengakar
8. PEMIKIRAN AHLI
3. Arghiri Emmanuel (1911–2001)
a. Emmanuel (1972) memperluas analisis Marxian untuk mengeksplorasi
perdagangan internasional dan meluncurkan tantangan komprehensif terhadap
teori keunggulan komparatif Ricardo dengan menyatakan bahwa harga ditentukan
oleh biaya faktor daripada produktivitas, dan bahwa spesialisasi tidak didasarkan
pada keunggulan alami
b. Arghiri Emmanuel menunjukkan bahwa struktur upah dalam suatu negara
ditentukan oleh alasan biologis, historis, moral, sosial, politik, dan institusional
(hubungan kekuasaan) dan bahwa struktur upah di negara maju jauh lebih tinggi
daripada di negara terbelakang.
c. Emmanuel beralasan bahwa jika modal bergerak, tingkat keuntungan disamakan
tetapi upah tidak. Hal inimembalikkan premis Ricardo tentang perdagangan
internasional yang didasarkan pada upah yang sama tetapi tingkat keuntungan
yang tidak sama
9. PEMIKIRAN AHLI
d. Konsep terkait Modal dan Upah bahwa modal cukup bergerak untuk menyamakan
tingkat keuntungan, tetapi juga menunjukkan perbedaan antara upah di negara maju
dan terbelakang . upah mewakili variabel bebas dan tidak ditentukan seperti harga
pasar lainnya. Bab ketiganya menunjukkan bahwa upah lebih tinggi di negara maju
karena alasan biologis (kebutuhan nutrisi), sejarah (tradisi, kebiasaan, adat, moral),
sosial (undang-undang), dan institusional (serikat buruh). Di negara terbelakang,
surplus tenaga kerja mempertahankan upah pada tingkat subsisten . Ketimpangan
upah menyebabkan eksploitasi atau transfer bersih nilai surplus dari negara
terbelakang ke negara berkembang.
e. Solusinya, menurut Emmanuel, adalah membatasi pertukaran yang tidak setara
melalui pajak ekspor, subsidi untuk diversifikasi domestik, dan perdagangan regional.
Emmanuel membedakan perdagangan internasional dari FDI dan memiliki pandangan
yang baik tentang FDI dalam hal potensi transfer teknologi. Dalam pandangannya,
masalah negara-negara terbelakang adalah terlalu sedikit daripada terlalu banyak FDI.
10. PEMIKIRAN AHLI
4. Samir Amin
a. Amin (1974) pada prinsipnya menerima analisis Emmanuel tentang perdagangan internasional,
melihatnya sebagai mekanisme transfer nilai lebih dari pinggiran ke pusat. Namun Amin melihat
konflik sebagai salah satu perjuangan kelas dalam konteks sistem dunia dan bukan sebagai
perjuangan antar bangsa seperti yang dilakukan Emmanuel
b. Amin menerima analisis Emmanuel mengenai transfer nilai lebih dari pinggiran ke pusat, dan
premisnya tentang pertukaran yang tidak setara yang muncul dari perbedaan upah. Namun, Amin
mengemukakan bahwa sumber perbedaan upah berakar pada formasi sosial di pusat dan
pinggiran, karenanya ia menekankan sentralitas materialisme historis.
c. Dalam Unequal Development (1976), Amin berspekulasi bahwa negara-negara Asia Timur yang
menjadi tuan rumah industri ringan yang bergeser keluar dari pusat tidak mungkin “lepas landas”
menuju pembangunan autosentris. Prediksi ini didasarkan pada pengamatannya terhadap masalah
neraca pembayaran, serta kelemahan struktural seperti modal dan ketergantungan teknologi
d. Penekanan Amin pada kapitalisme sebagai sistem dunia yang mengubah semua tenaga kerja di
pinggiran menjadi proletar yang dieksploitasi dan penekanan tambahannya pada agensi
Perusahaan Multi Nasional. Sistem ini membedakan analisisnya dengan Emmanuel.
e. Ringkasnya, Hubungan dengan pusat mengakibatkan keterbelakangan dan distorsi pembangunan di
daerah pinggiran. Pembangunan yang terdistorsi ditandai dengan orientasi ekspor untuk melayani
kebutuhan pusat, keberpihakan pada industri ringan, dan hipertrofi (ekspansi) sektor tersier
11. PEMIKIRAN AHLI
5. Bill Warren, 1935–1978
a. Warren (1973) memandang dirinya sebagai seorang Marxis ortodoks dan memusuhi neo-
Marxisme yang menganggap teori neo-Marxis dan dependensi sebagai tugas yang kurang
analitis dan empiris. Dia berargumen bahwa negara terbelakang, bertindak sebagai kelompok
atau individu, menggunakan dorongan nasionalis untuk memperoleh pengaruh yang cukup
besar dalam berurusan dengan negara maju dan perusahaan multinasional. Mereka kemudian
menggunakan pengaruh ini untuk memastikan perkembangan kapitalisme pribumi.
b. Warren (bukunya Imperialism: Pioneer of Capitalism,1980), berargumen bahwa kolonialisme
“merupakan mesin kuat perubahan sosial progresif dengan menghancurkan sistem sosial pra-
kapitalis dan menanamkan unsur-unsur kapitalisme”. Warren melihat pandangannya sesuai
dengan prediksi Marx. Sebaliknya, dia menganggap analisis Lenin tentang imperialisme
sebagai propaganda yang mementingkan diri sendiri untuk Revolusi Rusia, tidak didukung
oleh bukti dan bertentangan dengan ajaran fundamental Marxis karena menghapuskan
gagasan bahwa kapitalisme dapat mendorong kemajuan sosial dan ekonomi dalam
masyarakat prakapitalis seperti yang terjadi di Eropa karena neo-Marxisme menyamakan
analisis Lenin tentang kapitalisme monopoli imperialis dengan neo-kolonialisme yang mereka
anggap merusak masyarakat dan ekonomi terbelakang
12. PEMIKIRAN AHLI
c. Warren (1973) Bill Warren memandang dirinya sebagai seorang Marxis ortodoks dan memusuhi
neo-Marxisme yang menganggap teori neo-Marxis dan dependensi sebagai tugas yang kurang analitis
dan empiris. Dia berargumen bahwa negara terbelakang, bertindak sebagai kelompok atau individu,
menggunakan dorongan nasionalis untuk memperoleh pengaruh yang cukup besar dalam berurusan
dengan negara maju dan perusahaan multinasional. Mereka kemudian menggunakan pengaruh ini
untuk memastikan perkembangan kapitalisme pribumi.
d. Warren menekankan bahwa pertumbuhan dapat terjadi selama masa damai sementara antara
negara maju dan terbelakang kuat. Penekanan ini adalah untuk melawan pandangan neoMarxis
seperti Samir Amin atau ahli teori ketergantungan seperti Andre Gunder Frank bahwa delinking
adalah satu-satunya pilihan untuk keluar dari keterbelakangan. Frank memberikan bukti
perkembangan yang lebih tinggi selama perang besar ketika hubungan seperti itu melemah.
e. Kapitalisme semakin mapan di Dunia Ketiga dan berkontribusi pada pengembangan kekuatan
produktif dan kesejahteraan material. , semua bertentangan dengan klaim para sarjana neo-Marxis
dan ketergantungan. Negara miskin bersifat heterogen sehingga pembangunan berdasarkan kelas,
wilayah, kelompok etnis bervariasi seperti yang diharapkan dan ini menjadi tantangan bagi integrasi
nasional . neo-Marxisme dan teori ketergantungan membuat negara negara ini merugikan dengan
membiarkan mereka mengeksternalisasi kesalahan atas kegagalan mereka sendiri dengan
menempatkan tanggung jawab pada "yang diduga musuh"
13. KESIMPULAN
1. Teori Neo-Marxis dikenal sebagai teori ketergantungan, teori ini sebagian besar dipengaruhi oleh para strukturalis Amerika Latin
yang berhubungan dagang antara negara terbelakang secara ekonomi dan negara industri maju.
2. Paul Baran merupakan pelopor pemikiran neo-Marxis dalam ekonomi pembangunan yang meneliti bahwa kolonialisme telah
melemahkan negara-negara terbelakang yang baru merdeka dan bahwa neokolonialisme mengeksploitasi kelemahan ini,
memungkinkan negara-negara maju untuk mengambil surplus seperti yang telah dilakukan negara-negara kolonial. Instrumen
ekstraksi ini adalah foreign direct investment (FDI) dengan multi national corporations (MNCs) sebagai kendaraannya.
3. Furtado melihat negara sebagai arena kontestasi kepentingan kelas yang saling bertentangan. Dia menentang analisis
Baran, yang menyiratkan keharmonisan kepentingan kelas di antara elit penguasa dan aliansi mereka yang saling
menguntungkan dengan modal asing. Furtado menilai bisnis nasional lebih mampu merebut pasar domestik. Namun, dia
meramalkan bahwa pembangunan tidak terjamin dan sistem dapat mandek ke dalam perangkap keseimbangan tingkat
rendah yang mencari pinjaman.
4. Emmanuel (1972) memperluas analisis Marxian untuk mengeksplorasi perdagangan internasional dan meluncurkan tantangan
komprehensif terhadap teori keunggulan komparatif Ricardo dengan menyatakan harga ditentukan oleh biaya faktor daripada
produktivitas, dan bahwa spesialisasi tidak didasarkan pada keunggulan alami serta struktur upah ditentukan oleh alasan
biologis, historis, moral, sosial, politik, dan institusional struktur upah di negara maju jauh lebih tinggi daripada di negara
terbelakang.
5. Amin (1974) pada prinsipnya menerima analisis Emmanuel tentang perdagangan internasional, melihatnya sebagai
mekanisme transfer nilai lebih dari pinggiran ke pusat. Namun Amin melihat konflik sebagai salah satu perjuangan kelas
dalam konteks sistem dunia dan bukan sebagai perjuangan antar bangsa seperti yang dilakukan Emmanuel
6. Warren (1973) memandang dirinya sebagai seorang Marxis ortodoks dan memusuhi neo-Marxisme yang menganggap teori
neo-Marxis dan dependensi kurang analitis dan empiris. Negara terbelakang, bertindak sebagai kelompok atau individu,
menggunakan dorongan nasionalis untuk memperoleh pengaruh yang cukup besar dalam berurusan dengan negara maju
dan perusahaan multinasional. Mereka kemudian menggunakan pengaruh ini untuk memastikan perkembangan kapitalisme
pribumi