SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 13
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Perpajakan
Dosen Pengampu:
Anissa Windarti, M.Sc
Disusun oleh:
1. Eka Esti Nugraheni (1113015000048)
2. Roza (…)
3. Hasmy (…)
4. Lina (…)
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/2016 M
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
A. Pengertian
Pajak Penghasilan Pasal 24, selanjutnya disingkat PPh Pasal 24, merupakan pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak dalam negeri.1
Sedangkan menurut Erly Suandy Pajak Penghasilan Pasal 24 atau Kredit Pajak
Maksimum merupakan pajak yang terutang atau dibayarkan di luar negeri yang dapat
dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak
dalam negeri.2
B. Permohonan Kredit Pajak Luar Negeri
Untuk melaksanakan pengkreditan pajak luar negeri, Wajib Pajak wajib menyampaikan
permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak. “…Beberapa lampiran yang harus disertakan
yaitu:
1. Laporan Keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri.
2. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri.
3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri…”3
Permohonan kredit pajak luar negeri tersebut harus disampaikan bersama dengan
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan. Namun atas
permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat memperpanjang jangka waktu
penyampaian lampiran-lampiran permohonan tersebut karena alasan-alasan di luar kekuasaan
Wajib Pajak.
C. Penggabungan Penghasilan
Pajak Penghasilan dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak yang dihitung berdasarkan
seluruh penghasilan yang diterima dan diperoleh oleh Wajib Pajak, baik penghasilan tersebut
berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Dalam menghitung Pajak Penghasilan
1 Siti Resmi, Perpajakan: Teori dan Kasus edisi 6 buku 1 (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 321.
2 Erly Suandy, PERPAJAKAN (Jakarta: Salemba Empat, 2002), h. 161.
3 Erly Suandy, PERPAJAKAN, h. 161.
tersebut seluruh penghasilan digabungkan dalam tahun pajak diperoleh atau diterimanya
penghasilan.4
“… Untuk penghasilan yang berasal dari luar negeri, ketentuan penggabungan
penghasilan adalah sebagai berikut:
1. Atas penghasilan yang berasal dari usaha, penggabungan penghasilan dilakukan dalam
tahun diperolehnya penghasilan tersebut (accrual basis).
2. Atas penghasilan lainnya seperti sewa, bunga, royalti, dan lain-lain. Penggabungan
penghasilan dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan tersebut (cash
basis).
3. Atas penghasilan berupa dividen yang diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dari
penyertaan modal sekurang-kurangnya 50% dari jumlah saham disetor atau secara
bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya sekurang-kurangnya 50% dari
jumlah saham disetor pada badan usaha di luar negeri yang sahamnya tidak
diperdagangkan di bursa efek, dilakukan dalam tahun pajak di mana dividen tersebut
diperoleh…”5
“… Saat diperolehnya dividen tersebut ditentukan sebagai berikut:
1. Pada bulan keempat setelah berakhirnya batas waktu kewajiban penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan badan usaha di luar negeri tersebut untuk
tahun pajak yang bersangkutan; atau
2. Apabila tidak ada ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan, atau tidak ada kewajiban penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan, maka saat diperolehnya dividen adalah pada bulan ke tujuh
setelah tahun pajak berakhir…”6
Penentuan besarnya dividen yang digabungkan dengan penghasilan lainnya dihitung
berdasarkan besarnya proporsi pemilikan saham pada badan usaha diluar negeri atas laba
setelah pajak. Laba setelah pajak adalah laba usaha sesuai dengan laporan keuangan yang
disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim berlaku di Negara yang
bersangkutan dan telah diaudit oleh akuntan public, setelah dikurangi dengan PPh terutang di
negara tersebut.
Badan usaha di luar negeri sebagaimana dimaksud di atas adalah badan usaha yang
bertempat kedudukan di Negara atau tempat sebagai berikut:
4 Anastasia Diana dan Lilis Setiawati, PERPAJAKAN INDONESIA Konsep, Aplikasi dan Penuntun
Praktis (Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2009), h. 488.
5 Siti Resmi, Perpajakan: Teori dan Kasus edisi 6 buku 1, h. 322.
6 Erly Suandy, PERPAJAKAN, h. 162.
Antilles Cook Island Panama
Argentina El Salvador Paraguay
Bahamas Estonia Peru
Bahrain Hong Kong Qatar
Belize Liechtenstein Saudi Arabia
Bermuda Lithuania St. Lucia
British Isle Macau Uruguay
British Virgin Island Mauritius Vanuatu
Cayman Island Mexico Venezuela
Channel Island Greensey Nederland Yunani
Channel Island Jersey Nikaragua Zambia
Contoh 1:
PT. Indotama di Jakarta dalam tahun pajak 2014 menerima dan memperoleh penghasilan neto
dari sumber luar neheri sebagai berikut:
a. Hasil usaha di Filipina dalam tahun pajak 2014 sebesar Rp. 500.000.000,00.
b. Dividen atas pemilikan saham di “New York Ltd.” Di USA sebesar Rp. 300.000.000,00
yaitu berasal dari keuntungan tahun 2013 yang tealh ditetapkan dalam Rapat Pemegang
Saham dan baru dibayar tahun 2014.
c. Dividen atas penyertaan saham sebanyak 75% pada “Smith Coorporation” di Australia
yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek sebesar Rp. 70.000.000,00 yaitu
berasal dari keuntungan saham 2013 yang berdasarkan keputusan Menteri Keuangan
ditetapkan diperoleh tahun 2014.
d. Bunga kwartal IV tahun 2000 sebesar Rp. 150.000.000,00 dari Brunei yang baru akan
diterima bulan Mei 2014.
Penghasilan dari sumber luar negeri yang digabungkan dengan penghasilan dalam negeri
dalam tahun pajak 2013 adalah penghasilan pada butir a, b, dan c, sedangkan penghasilan
pada butir d digabungkan dengan penghasilan dalam negeri tahun pajak 2014.
D. Penentuan Sumber Penghasilan
“…Dalam penentuan batas jumlah pajak atas penghasilan yang dibayarkan atau
terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan, perlu diperhatikan penentuan sumber
penghasilan sebagai berikut:
1. Penghasilan dalam saham dan sekuritas lainnya adalah Negara tempat badan yang
menerbitkan saham atau sekuritas tersebut bertempat kedudukan.
2. Penghasilan berupa bunga, royalty, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta
gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalty, atau
sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada.
3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah
negara tempat harta tersebut terletak.
4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah
Negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat
kedudukan atau berada.
5. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negate tempat bentuk usaga tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan…”7
E. Besarnya Kredit Pajak Yang Diperbolehkan
Ketentuan Kredit Pajak Luar Negeri
Ketentuan tentang jumlah kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan adalah sebagai berikut:
1. Pajak atas penghasilan yang terutang atau dibayar di luar negeri yang dapat dikreditkan
terhadap total PPh terutang di Indonesia hanya pajak yang langsung dikenakan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari laur negeri tersebut. Pajak
atas penghasilan yang yang terutang di luar negeri adalah pajak atas penghasilan
berkenaan dengan usaha atau pekerjaan di luar negeri, sedangkan yang dimaksud
dengan pajak atas penghasilan yang dibayar di luar negeri adalah pajak atas
penghasilan dari modal dan penghasilan lainnya di luar negeri seperti bunga, dividen,
royalty, sewa, dan lain-lain.
Contoh 2:
PT A di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dari Z Inc. di Negara X. Z Inc.
tersebut dalam tahun 2009 memperoleh keuntungan sebesar US$100.000. Pajak Penghasilan
yang berlaku di Negara X adalah 48% dan pajak Dividen adalah 38%. Penghitungan pajak
atas dividen tersebut adalah sebagai berikut:
Keuntungan Z. Inc US$100.000
Pajak Penghasilan Negara X (Corporate income tax) atas Z. Inc (48%) US$ 48.000 (-)
US$ 52.000
7 Erly Suandy, PERPAJAKAN, h. 163.
Pajak atas dividen (38%) US$ 19.760 (-)
Dividen yang dikirim ke Indonesia US$ 32.240
2. Besarnya kredit pajak yang diperbolehkan adalah yang setinggi-tingginya sama dengan
jumlah pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi
jumlah yang dihitung menurut perbandingan antara penghasilan dari luar negeri
terhadap Penghasilan Kena Pajak (PKP), atau setinggi-tingginya sama dengan pajak
yang terutang atas PKP dalam hal PKP lebih kecil dari penghasilan luar negeri
(menganut Metode Pengkreditan Pajak Terbatas atau Ordinary Credit Method).
Secara ringkas, besarnya kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan (PPh Pasal 24)
adalah nilai terendah di antara tiga penghitungan berikut ini:
 Total PPh terutang.
 Penghasilan neto luar negeri: Total penghasilan dalam dan luar negeri × Total
PPh terutang.
 PPh yang terutang atau dibayar di luar negeri.
Catatan:
 Total PKP = penghasilan dari dalam negeri dan dari luar negeri
 Total PPh terutang = Tarif Pasal 17 × Total PKP
 Penghasilan yang terutang/dibayar di luar negeri = Tarif pajak luar negeri ×
Penghasilan di luar negeri
 Besarnya PKP sebagai dasar penghitungan total PPh terutang tidak
memasukkan penghasilan-penghasilan yang PPh-nya bersifat final.
Contoh 3.1
PT Putra Jaya di Yogyakarta memperoleh penghasilan neto pada tahun 2009 sebagai berikut:
 Penghasilan dari dalam negeri Rp 500.000.000
 Penghasilan dari luar negeri Rp 500.000.000
(tarif pajak yang berlaku adalah 20%)
Penghitungan kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah:
1. Menghitung Total PKP
Penghasilan dari dalam negeri Rp 500.000.000
Penghasilan dari luar negeri Rp 500.000.000 (+)
Jumlah penghasilan neto Rp 1.000.000.000
Peredaran bruto dari kegiatan usaha adalah Rp 52.000.000.000
Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat kompensasi kerugian
atau pengurangan yang lain.
2. Menghitung Total PPh Terutang adalah:
Tariff PPh Pasal 17 ayat (1) b × penghasilan kena pajak
28% × Rp 1.000.000.000 Rp 280.000.000
3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan
𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖
× Total PPh terutang
𝑅𝑝 500.000.000
𝑅𝑝 1.000.000.000
× Rp 280.000.000 = Rp 140.000.000
4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Luar Negeri
Tarif pajak di luar negeri × penghasilan luar negeri
20% × Rp 500.000.000 = Rp 100.000.000
Contoh 3.2
Perusahaan Perdana milik oleh Tuan Akbar (kawin, 2 orang anak–K/2) memperoleh
penghasilan neto tahun 2009 sebagai berikut:
 Penghasilan dari dalam negeri Rp 150.000.000
 Penghasilan dari luar negeri Rp 250.000.000
(tarif pajak yang berlaku adalah 40%)
Penghitungan kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah:
1. Menghitung Total PKP
Penghasilan dari dalam negeri Rp 150.000.000
Penghasilan dari luar negeri Rp 250.000.000 (+)
Jumlah penghasilan neto Rp 400.000.000
PTKP (K/2) Rp 19.800.000 (-)
Total PKP Rp 380.200.000
2. Menghitung Total PPh Terutang adalah:
Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) b × penghasilan kena pajak
5% × Rp 50.000.000 Rp 2.500.000
15% × Rp 200.000.000 Rp 30.000.000
25% × Rp 130.200.000 Rp 32.550.000
Rp 65.050.000
3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan
𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖
× Total PPh terutang
𝑅𝑝 250.000.000
𝑅𝑝 400.000.000
× Rp 65.050.000 = Rp 40.656.250
4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Luar Negeri
Tarif pajak di luar negeri × penghasilan luar negeri
40% × Rp 250.000.000 = Rp 100.000.000
Penghitungan PPh Pasal 24 jika Terjadi Kerugian Usaha Dalam Negeri
Dalam hal terjadi kerugian usaha di dalam negeri, maka sejumlah kerugian yang diderita
tersebut dapat digabungkan atau dikompensasikan dengan penghasilan yang diterima atau
diperoleh di Indonesia (dalam negeri).
Contoh 4
PT Ananda Raya di Indonesia memperoleh penghasilan neto pada tahun 2009 sebagai
berikut:
 Di Negara A, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp. 300.000.000
(tarif pajak yang berlaku adalah 30%).
 Di dalam negeri, menderita kerugian sebesar Rp 100.000.000.
Peredaran bruto dari kegiatan usaha dalam dan luar negeri sebesar Rp 4.600.000.000
Penghitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah:
1. Menghitung Total PKP
Penghasilan dari Negara A berupa laba usaha Rp 300.000.000
Kerugian usaha di dalam negeri Rp 100.000.000 (-)
Jumlah penghasilan neto Rp 200.000.000
Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat kompensasi kerugian
atau pengurangan yang lain.
2. Menghitung Total PPh Terutang
Tariff PPh Pasal 17 ayat (1) b × penghasilan kena pajak
28% × Rp 200.000.000 × 50% Rp 25.000.000
3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan
𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖
× Total PPh Terutang
𝑅𝑝 300.000.000
𝑅𝑝 200.000.000
× Rp 25.000.000 = Rp 37.500.000
4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Luar Negeri
Tarif Pajak di luar negeri × penghasilan luar negeri
30% × Rp 300.000.000 Rp 90.000.000
Penghitungan PPh Pasal 24 jika Terjadi Kerugian Usaha Luar Negeri
Dalam hal terjadi kerugian yang diderita di luar negeri, maka kerugian tersebut tidak boleh
digabungkan/dikompensasikan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia.
Contoh 5:
PT Amalia di Surabaya memperoleh penghasilan neto tahun 2009 sebagai berikut:
 Di Negara A, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 200.000.000
(tariff pajak yang berlaku adalah 40%).
 Di Negara B, mengalami kerugian usaha sebesar Rp 300.000.000 (tariff pajak yang
berlaku adalah 25%).
 Di dalam negeri, memperoleh laba usaha sebesar Rp 600.000.000.
 Peredaran bruto dari kegiatan usaha adalah Rp 48.000.000.000.
Penghitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah:
1. Menghitung Total PKP
Penghasilan dari Negara A berupa laba usaha Rp 200.000.000
Penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha Rp 600.000.000 (+)
Jumlah penghasilan neto Rp 800.000.000
Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat kompensasi kerugian
atau pengurangan yang lain.
2. Menghitung Total PPh yang Terutang
Penghasilan kena pajak yang mendapat fasilitas
Pengurangan tariff sebelah fasilitas 50%:
(Rp 4.800.000.000 ÷ 48.000.000.000) × Rp 80.000.000
Penghasilan kena pajak yang tidak mendapat fasilitas pengurangan tariff 50%:
Rp 800.000.000 – Rp 80.000.000 = Rp 720.000.000
PPh Terutang:
 50% × 25% × Rp 80.000.000 = Rp 10.000.000
 25% × Rp 720.000.000 = Rp 180.000.000
Rp 190.000.000
3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan di Negara A sesuai Perbandingan Penghasilan
𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎 𝐴
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖
× Total PPh terutang
𝑅𝑝 200.000.000
𝑅𝑝 800.000.000
× Rp 190.000.000 = Rp 47.500.000
4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Negara A
40% × Rp 200.000.000 = Rp 80.000.000
Penghitungan PPh Pasal 24 jika Penghasilan Luar Negeri Berasal dari Beberapa
Negara
Untuk penghasilan luar negeri yang berasal dari beberapa Negara, maka besarnya batas
maksimum kredit pajak luar negeri dihitung untuk masing-masing Negara (per country
limitation).
Contoh 6
PT Yogananta di Jakarta memperoleh penghasilan neto pada tahun 2009 sebagai berikut:
 Di Negara P, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 300.000.000
(tariff pajak yang berlaku adalah 20%).
 Di Negara Q, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 400.000.000
(tariff pajak yang berlaku adalah 25%).
 Di Negara R, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 100.000.000
(tariff pajak yang berlaku adalah 35%).
 Di dalam negeri, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 200.000.000.
Peredaran bruto dari kegiatan usaha dalam dan luar negeri sebesar Rp 24.000.000.000
Penghitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah:
1. Menghitung Total PKP
Penghasilan dari Negara P berupa laba usaha Rp 300.000.000
Penghasilan dari Negara Q berupa laba usaha Rp 400.000.000
Penghasilan dari Negara R berupa laba usaha Rp 100.000.000
Penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha Rp 200.000.000
Jumlah penghasilan neto Rp 1.000.000.000
Jumlah penghasilan neto sama dengan Penghasilan Kena Pajak karena tidak terdapat
kompensasi kerugian atau pengurangan yang lain.
2. Menghitung Total PPh Terutang
Penghasilan kena pajak yang mendapat fasilitas pengurangan tariff 50%:
(Rp 4.800.000.000 ÷ Rp 24.000.000.000) × Rp 1.000.000.000 = Rp 200.000.000
Penghasilan kena pajak yang tidak mendapat fasilitas pengurangan tariff 50%:
Rp 1.000.000.000 – Rp 200.000.000 = Rp 800.000.000
PPh terutang:
 50% × 25% × Rp 200.000.000 = Rp 25.000.000
 25% × Rp 800.000.000 = Rp 200.000.000
Rp 225.000.000
3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan masing-
masing Negara
a. PPh Maksimum untuk Negara P
𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎 𝑃
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖
× Total PPh terutang
𝑅𝑝 300.000.000
𝑅𝑝 1.000.000.000
× Rp 225.000.000 = Rp 67.500.000
b. PPh Maksimum untuk Negara Q
𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎 𝑄
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖
× Total PPh terutang
𝑅𝑝 400.000.000
𝑅𝑝 100.000.000
× Rp 225.000.000 = Rp 90.000.000
c. PPh Maksimum untuk Negara R
𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎 𝑅
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖
× Total PPh terutang
𝑅𝑝 100.000.000
𝑅𝑝 100.000.000
× Rp 225.000.000 = Rp 22.500.000
4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Luar Negeri untuk masing-masing
Negara
a. PPh terutang atau Dibayar di Negara P
Tariff Pajak Negara P × penghasilan Negara P
20% × Rp 300.000.000 Rp 60.000.000
b. PPh terutang atau Dibayar di Negara Q
Tariff Pajak Negara Q × penghasilan Negara Q
25% × Rp 400.000.000 Rp 100.000.000
c. PPh terutang atau Dibayar di Negara R
Tariff Pajak Negara R × penghasilan Negara R
35% × Rp 100.000.000 Rp 35.000.000
Kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) bagi PT Yogananta tahun 2009
dihitung sebagai berikut:
Negara Total PPh
Terutang
PPh Maksimum
Dikreditkan
sesuai
Perbandingan
Penghasilan
PPh
Terutang/Dibayar
di Luar Negeri
PPh Pasal 24:
Terendah kolom
(1), (2), (3)
(1) (2) (3) (4)
P Rp 225.000.000 Rp 67.500.000 Rp 60.000.000 Rp 60.000.000
Q Rp 225.000.000 Rp 90.000.000 Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
R Rp 225.000.000 Rp 22.500.000 Rp 35.000.000 Rp 22.500.000
Total Kredit Pajak Luar Negeri Diperbolehkan Rp 182.500.000
Total Kredit Pajak Luar Negeri Diperbolehkan Rp 182.500.000 karena jumlah ini masih
lebih rendah disbanding total PPh terutang (Rp 225.000.000).
F. Pengurangan/Pengembalian PPh Luar Negeri
Dalam hal terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan yang dibayar
di luar negeri, sehingga besarnya pajak yang dapat dikreditkan di Indonesia menjadi lebih
kecil daripada besarnya penghitungan semula, maka selisihnya ditambahkan pada PPh yang
terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam neheri pada tahun pengurangan atau
pengembalian dilakukan. Sebagai contoh: Dalam Tahun Pajak 2009, Wajib Pajak
mendapatkan pengurangan pajak atas penghasilan luar negeri Tahun Pajak 2008 sebesar Rp
7.000.000; yang semula telah termasuk dalam jumlah pajak yang dikreditkan terhadap pajak
yang terutang untuk Tahun Pajak 2008, maka jumlah sebesar Rp 7.000.000 tersebut
ditambahkan pada PPh yang terutang dalam Tahun Pajak 2009. Jumlah tersebut dimasukkan
dalam induk SPT Tahunan setelah menghitung PPh yang terutang sebelum menentukan
jumlah PPh yang terutang.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

tanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan audittanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan auditIndah Dwi Lestari
 
Akuntansi Pendapatan PEMDA
Akuntansi Pendapatan PEMDAAkuntansi Pendapatan PEMDA
Akuntansi Pendapatan PEMDAMahyuni Bjm
 
Memahami Logika Laporan Arus Kas
Memahami Logika Laporan Arus KasMemahami Logika Laporan Arus Kas
Memahami Logika Laporan Arus KasAli Wafa
 
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7Manik Ryad
 
PPN pengkreditan pajak masukan
PPN   pengkreditan pajak masukanPPN   pengkreditan pajak masukan
PPN pengkreditan pajak masukankaromah95
 
Merancang pengujian atas rincian saldo ppt
Merancang pengujian atas rincian saldo pptMerancang pengujian atas rincian saldo ppt
Merancang pengujian atas rincian saldo pptRina Limiati
 
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoHerna Ferari
 
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...Ilham Sousuke
 
Akuntansi untuk operasi cabang
Akuntansi untuk operasi cabangAkuntansi untuk operasi cabang
Akuntansi untuk operasi cabangcikaaarisandi
 
PEMERIKSAAN SUBSEQUENT
PEMERIKSAAN SUBSEQUENTPEMERIKSAAN SUBSEQUENT
PEMERIKSAAN SUBSEQUENTEDIS BLOG
 
Kelompok 2 Akuntansi Keuangan Menengah 2, BAB 12 "Liabilitas Jangka Panjang"
Kelompok 2 Akuntansi Keuangan Menengah 2, BAB 12 "Liabilitas Jangka Panjang"Kelompok 2 Akuntansi Keuangan Menengah 2, BAB 12 "Liabilitas Jangka Panjang"
Kelompok 2 Akuntansi Keuangan Menengah 2, BAB 12 "Liabilitas Jangka Panjang"risangaji febriyanto
 
Audit terhadap siklus pendapatan
Audit terhadap siklus pendapatanAudit terhadap siklus pendapatan
Audit terhadap siklus pendapatanAjeng Pipit
 
Akuntansi sewa full
Akuntansi sewa fullAkuntansi sewa full
Akuntansi sewa fullshandyaa
 
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajibanAkuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajibanSujatmiko Wibowo
 
Pengauditan siklus produksi persediaan
Pengauditan siklus produksi persediaanPengauditan siklus produksi persediaan
Pengauditan siklus produksi persediaanDina Nurmariyani
 
Kunci jawaban bab 10 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 10 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 10 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 10 teori akuntansi suwardjonoHerna Ferari
 

La actualidad más candente (20)

tanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan audittanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan audit
 
Akuntansi Pendapatan PEMDA
Akuntansi Pendapatan PEMDAAkuntansi Pendapatan PEMDA
Akuntansi Pendapatan PEMDA
 
Soal jawab akuntansi lanjutan 2
Soal jawab akuntansi lanjutan 2Soal jawab akuntansi lanjutan 2
Soal jawab akuntansi lanjutan 2
 
Memahami Logika Laporan Arus Kas
Memahami Logika Laporan Arus KasMemahami Logika Laporan Arus Kas
Memahami Logika Laporan Arus Kas
 
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
 
PPN pengkreditan pajak masukan
PPN   pengkreditan pajak masukanPPN   pengkreditan pajak masukan
PPN pengkreditan pajak masukan
 
Merancang pengujian atas rincian saldo ppt
Merancang pengujian atas rincian saldo pptMerancang pengujian atas rincian saldo ppt
Merancang pengujian atas rincian saldo ppt
 
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
 
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
 
Akuntansi untuk operasi cabang
Akuntansi untuk operasi cabangAkuntansi untuk operasi cabang
Akuntansi untuk operasi cabang
 
PEMERIKSAAN SUBSEQUENT
PEMERIKSAAN SUBSEQUENTPEMERIKSAAN SUBSEQUENT
PEMERIKSAAN SUBSEQUENT
 
Kelompok 2 Akuntansi Keuangan Menengah 2, BAB 12 "Liabilitas Jangka Panjang"
Kelompok 2 Akuntansi Keuangan Menengah 2, BAB 12 "Liabilitas Jangka Panjang"Kelompok 2 Akuntansi Keuangan Menengah 2, BAB 12 "Liabilitas Jangka Panjang"
Kelompok 2 Akuntansi Keuangan Menengah 2, BAB 12 "Liabilitas Jangka Panjang"
 
Audit terhadap siklus pendapatan
Audit terhadap siklus pendapatanAudit terhadap siklus pendapatan
Audit terhadap siklus pendapatan
 
PPh 26
PPh 26PPh 26
PPh 26
 
Sistem Akuntansi Biaya
Sistem Akuntansi BiayaSistem Akuntansi Biaya
Sistem Akuntansi Biaya
 
Akuntansi sewa full
Akuntansi sewa fullAkuntansi sewa full
Akuntansi sewa full
 
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajibanAkuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
Akuntansi aset, persediaan, investasi dan kewajiban
 
Pengauditan siklus produksi persediaan
Pengauditan siklus produksi persediaanPengauditan siklus produksi persediaan
Pengauditan siklus produksi persediaan
 
Kunci jawaban bab 10 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 10 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 10 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 10 teori akuntansi suwardjono
 
Kertas kerja audit
Kertas kerja auditKertas kerja audit
Kertas kerja audit
 

Destacado (8)

Makalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isiMakalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isi
 
PPh Pasal 25
PPh Pasal 25PPh Pasal 25
PPh Pasal 25
 
Contoh soal pajak Pasal 25
Contoh soal pajak Pasal 25Contoh soal pajak Pasal 25
Contoh soal pajak Pasal 25
 
PPh Pasal 25
PPh Pasal 25PPh Pasal 25
PPh Pasal 25
 
pph pasal 24
pph pasal 24pph pasal 24
pph pasal 24
 
18. pph pasal 24
18. pph pasal 2418. pph pasal 24
18. pph pasal 24
 
pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26
 
2016 ak2 a_kelompok2_pph24
2016 ak2 a_kelompok2_pph242016 ak2 a_kelompok2_pph24
2016 ak2 a_kelompok2_pph24
 

Similar a makalah pajak (pph 24)

Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki ArdoniPajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki ArdoniRiki Ardoni
 
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfPPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfNathaniaAprillya
 
PPT MPJK MATERI 5.pptx
PPT MPJK MATERI 5.pptxPPT MPJK MATERI 5.pptx
PPT MPJK MATERI 5.pptxAdrianHanda2
 
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah)
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah) PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah)
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah) Umiatulazizah
 
pajak penghasilan umum
pajak penghasilan umumpajak penghasilan umum
pajak penghasilan umumSeptiana Ulum
 
Modul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskalModul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskalYABES HULU
 
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniPPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniRiki Ardoni
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.pptJancokKoe1
 
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptxRevisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptxmatius7
 
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...BillyReihan
 
Pajak 1-konsep pajak-penghasilan_100912
Pajak 1-konsep pajak-penghasilan_100912Pajak 1-konsep pajak-penghasilan_100912
Pajak 1-konsep pajak-penghasilan_100912dewimita
 
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptxpph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptxIputuEka
 

Similar a makalah pajak (pph 24) (20)

PPh PASAL 24
PPh PASAL 24PPh PASAL 24
PPh PASAL 24
 
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki ArdoniPajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
 
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdfPPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
PPT UKRIDA - Dasar Perpajakan 1 (Pertemuan 5).pptx.pdf
 
Pajak penghasilan umum
Pajak penghasilan umumPajak penghasilan umum
Pajak penghasilan umum
 
PPT MPJK MATERI 5.pptx
PPT MPJK MATERI 5.pptxPPT MPJK MATERI 5.pptx
PPT MPJK MATERI 5.pptx
 
Objek PPh.pdf
Objek PPh.pdfObjek PPh.pdf
Objek PPh.pdf
 
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah)
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah) PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah)
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah)
 
pajak penghasilan umum
pajak penghasilan umumpajak penghasilan umum
pajak penghasilan umum
 
Pajak penghasilan umum
Pajak penghasilan umumPajak penghasilan umum
Pajak penghasilan umum
 
Modul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskalModul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskal
 
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniPPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
 
Pertemuan 7
Pertemuan 7Pertemuan 7
Pertemuan 7
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
 
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptxRevisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
 
Ep.1. PPh.pptx
Ep.1. PPh.pptxEp.1. PPh.pptx
Ep.1. PPh.pptx
 
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
 
Pajak 1-konsep pajak-penghasilan_100912
Pajak 1-konsep pajak-penghasilan_100912Pajak 1-konsep pajak-penghasilan_100912
Pajak 1-konsep pajak-penghasilan_100912
 
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptxpph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
 
2016 ak2a kelompok2_pphpasal24
2016 ak2a kelompok2_pphpasal242016 ak2a kelompok2_pphpasal24
2016 ak2a kelompok2_pphpasal24
 
05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt05-Pajak-Penghasilan.ppt
05-Pajak-Penghasilan.ppt
 

Último

PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............SenLord
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxSyifaDzikron
 
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptxProduct Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptxKaista Glow
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimNodd Nittong
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptTaufikFadhilah
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 

Último (20)

PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
 
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptxProduct Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
Product Knowledge Rapor Pendidikan - Satuan Pendidikan Dasmen&Vokasi.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 

makalah pajak (pph 24)

  • 1. PAJAK PENGHASILAN PASAL 24 Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perpajakan Dosen Pengampu: Anissa Windarti, M.Sc Disusun oleh: 1. Eka Esti Nugraheni (1113015000048) 2. Roza (…) 3. Hasmy (…) 4. Lina (…) JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
  • 2. PAJAK PENGHASILAN PASAL 24 A. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24, selanjutnya disingkat PPh Pasal 24, merupakan pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri.1 Sedangkan menurut Erly Suandy Pajak Penghasilan Pasal 24 atau Kredit Pajak Maksimum merupakan pajak yang terutang atau dibayarkan di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri.2 B. Permohonan Kredit Pajak Luar Negeri Untuk melaksanakan pengkreditan pajak luar negeri, Wajib Pajak wajib menyampaikan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak. “…Beberapa lampiran yang harus disertakan yaitu: 1. Laporan Keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri. 2. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri. 3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri…”3 Permohonan kredit pajak luar negeri tersebut harus disampaikan bersama dengan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan. Namun atas permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian lampiran-lampiran permohonan tersebut karena alasan-alasan di luar kekuasaan Wajib Pajak. C. Penggabungan Penghasilan Pajak Penghasilan dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak yang dihitung berdasarkan seluruh penghasilan yang diterima dan diperoleh oleh Wajib Pajak, baik penghasilan tersebut berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Dalam menghitung Pajak Penghasilan 1 Siti Resmi, Perpajakan: Teori dan Kasus edisi 6 buku 1 (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 321. 2 Erly Suandy, PERPAJAKAN (Jakarta: Salemba Empat, 2002), h. 161. 3 Erly Suandy, PERPAJAKAN, h. 161.
  • 3. tersebut seluruh penghasilan digabungkan dalam tahun pajak diperoleh atau diterimanya penghasilan.4 “… Untuk penghasilan yang berasal dari luar negeri, ketentuan penggabungan penghasilan adalah sebagai berikut: 1. Atas penghasilan yang berasal dari usaha, penggabungan penghasilan dilakukan dalam tahun diperolehnya penghasilan tersebut (accrual basis). 2. Atas penghasilan lainnya seperti sewa, bunga, royalti, dan lain-lain. Penggabungan penghasilan dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan tersebut (cash basis). 3. Atas penghasilan berupa dividen yang diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dari penyertaan modal sekurang-kurangnya 50% dari jumlah saham disetor atau secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya sekurang-kurangnya 50% dari jumlah saham disetor pada badan usaha di luar negeri yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek, dilakukan dalam tahun pajak di mana dividen tersebut diperoleh…”5 “… Saat diperolehnya dividen tersebut ditentukan sebagai berikut: 1. Pada bulan keempat setelah berakhirnya batas waktu kewajiban penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan badan usaha di luar negeri tersebut untuk tahun pajak yang bersangkutan; atau 2. Apabila tidak ada ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, atau tidak ada kewajiban penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, maka saat diperolehnya dividen adalah pada bulan ke tujuh setelah tahun pajak berakhir…”6 Penentuan besarnya dividen yang digabungkan dengan penghasilan lainnya dihitung berdasarkan besarnya proporsi pemilikan saham pada badan usaha diluar negeri atas laba setelah pajak. Laba setelah pajak adalah laba usaha sesuai dengan laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim berlaku di Negara yang bersangkutan dan telah diaudit oleh akuntan public, setelah dikurangi dengan PPh terutang di negara tersebut. Badan usaha di luar negeri sebagaimana dimaksud di atas adalah badan usaha yang bertempat kedudukan di Negara atau tempat sebagai berikut: 4 Anastasia Diana dan Lilis Setiawati, PERPAJAKAN INDONESIA Konsep, Aplikasi dan Penuntun Praktis (Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2009), h. 488. 5 Siti Resmi, Perpajakan: Teori dan Kasus edisi 6 buku 1, h. 322. 6 Erly Suandy, PERPAJAKAN, h. 162.
  • 4. Antilles Cook Island Panama Argentina El Salvador Paraguay Bahamas Estonia Peru Bahrain Hong Kong Qatar Belize Liechtenstein Saudi Arabia Bermuda Lithuania St. Lucia British Isle Macau Uruguay British Virgin Island Mauritius Vanuatu Cayman Island Mexico Venezuela Channel Island Greensey Nederland Yunani Channel Island Jersey Nikaragua Zambia Contoh 1: PT. Indotama di Jakarta dalam tahun pajak 2014 menerima dan memperoleh penghasilan neto dari sumber luar neheri sebagai berikut: a. Hasil usaha di Filipina dalam tahun pajak 2014 sebesar Rp. 500.000.000,00. b. Dividen atas pemilikan saham di “New York Ltd.” Di USA sebesar Rp. 300.000.000,00 yaitu berasal dari keuntungan tahun 2013 yang tealh ditetapkan dalam Rapat Pemegang Saham dan baru dibayar tahun 2014. c. Dividen atas penyertaan saham sebanyak 75% pada “Smith Coorporation” di Australia yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek sebesar Rp. 70.000.000,00 yaitu berasal dari keuntungan saham 2013 yang berdasarkan keputusan Menteri Keuangan ditetapkan diperoleh tahun 2014. d. Bunga kwartal IV tahun 2000 sebesar Rp. 150.000.000,00 dari Brunei yang baru akan diterima bulan Mei 2014. Penghasilan dari sumber luar negeri yang digabungkan dengan penghasilan dalam negeri dalam tahun pajak 2013 adalah penghasilan pada butir a, b, dan c, sedangkan penghasilan pada butir d digabungkan dengan penghasilan dalam negeri tahun pajak 2014. D. Penentuan Sumber Penghasilan “…Dalam penentuan batas jumlah pajak atas penghasilan yang dibayarkan atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan, perlu diperhatikan penentuan sumber penghasilan sebagai berikut:
  • 5. 1. Penghasilan dalam saham dan sekuritas lainnya adalah Negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut bertempat kedudukan. 2. Penghasilan berupa bunga, royalty, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalty, atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada. 3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara tempat harta tersebut terletak. 4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah Negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada. 5. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negate tempat bentuk usaga tetap tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan…”7 E. Besarnya Kredit Pajak Yang Diperbolehkan Ketentuan Kredit Pajak Luar Negeri Ketentuan tentang jumlah kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan adalah sebagai berikut: 1. Pajak atas penghasilan yang terutang atau dibayar di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap total PPh terutang di Indonesia hanya pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari laur negeri tersebut. Pajak atas penghasilan yang yang terutang di luar negeri adalah pajak atas penghasilan berkenaan dengan usaha atau pekerjaan di luar negeri, sedangkan yang dimaksud dengan pajak atas penghasilan yang dibayar di luar negeri adalah pajak atas penghasilan dari modal dan penghasilan lainnya di luar negeri seperti bunga, dividen, royalty, sewa, dan lain-lain. Contoh 2: PT A di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dari Z Inc. di Negara X. Z Inc. tersebut dalam tahun 2009 memperoleh keuntungan sebesar US$100.000. Pajak Penghasilan yang berlaku di Negara X adalah 48% dan pajak Dividen adalah 38%. Penghitungan pajak atas dividen tersebut adalah sebagai berikut: Keuntungan Z. Inc US$100.000 Pajak Penghasilan Negara X (Corporate income tax) atas Z. Inc (48%) US$ 48.000 (-) US$ 52.000 7 Erly Suandy, PERPAJAKAN, h. 163.
  • 6. Pajak atas dividen (38%) US$ 19.760 (-) Dividen yang dikirim ke Indonesia US$ 32.240 2. Besarnya kredit pajak yang diperbolehkan adalah yang setinggi-tingginya sama dengan jumlah pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi jumlah yang dihitung menurut perbandingan antara penghasilan dari luar negeri terhadap Penghasilan Kena Pajak (PKP), atau setinggi-tingginya sama dengan pajak yang terutang atas PKP dalam hal PKP lebih kecil dari penghasilan luar negeri (menganut Metode Pengkreditan Pajak Terbatas atau Ordinary Credit Method). Secara ringkas, besarnya kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah nilai terendah di antara tiga penghitungan berikut ini:  Total PPh terutang.  Penghasilan neto luar negeri: Total penghasilan dalam dan luar negeri × Total PPh terutang.  PPh yang terutang atau dibayar di luar negeri. Catatan:  Total PKP = penghasilan dari dalam negeri dan dari luar negeri  Total PPh terutang = Tarif Pasal 17 × Total PKP  Penghasilan yang terutang/dibayar di luar negeri = Tarif pajak luar negeri × Penghasilan di luar negeri  Besarnya PKP sebagai dasar penghitungan total PPh terutang tidak memasukkan penghasilan-penghasilan yang PPh-nya bersifat final. Contoh 3.1 PT Putra Jaya di Yogyakarta memperoleh penghasilan neto pada tahun 2009 sebagai berikut:  Penghasilan dari dalam negeri Rp 500.000.000  Penghasilan dari luar negeri Rp 500.000.000 (tarif pajak yang berlaku adalah 20%) Penghitungan kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah:
  • 7. 1. Menghitung Total PKP Penghasilan dari dalam negeri Rp 500.000.000 Penghasilan dari luar negeri Rp 500.000.000 (+) Jumlah penghasilan neto Rp 1.000.000.000 Peredaran bruto dari kegiatan usaha adalah Rp 52.000.000.000 Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat kompensasi kerugian atau pengurangan yang lain. 2. Menghitung Total PPh Terutang adalah: Tariff PPh Pasal 17 ayat (1) b × penghasilan kena pajak 28% × Rp 1.000.000.000 Rp 280.000.000 3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 × Total PPh terutang 𝑅𝑝 500.000.000 𝑅𝑝 1.000.000.000 × Rp 280.000.000 = Rp 140.000.000 4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Luar Negeri Tarif pajak di luar negeri × penghasilan luar negeri 20% × Rp 500.000.000 = Rp 100.000.000 Contoh 3.2 Perusahaan Perdana milik oleh Tuan Akbar (kawin, 2 orang anak–K/2) memperoleh penghasilan neto tahun 2009 sebagai berikut:  Penghasilan dari dalam negeri Rp 150.000.000  Penghasilan dari luar negeri Rp 250.000.000 (tarif pajak yang berlaku adalah 40%) Penghitungan kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah: 1. Menghitung Total PKP Penghasilan dari dalam negeri Rp 150.000.000 Penghasilan dari luar negeri Rp 250.000.000 (+) Jumlah penghasilan neto Rp 400.000.000 PTKP (K/2) Rp 19.800.000 (-) Total PKP Rp 380.200.000
  • 8. 2. Menghitung Total PPh Terutang adalah: Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) b × penghasilan kena pajak 5% × Rp 50.000.000 Rp 2.500.000 15% × Rp 200.000.000 Rp 30.000.000 25% × Rp 130.200.000 Rp 32.550.000 Rp 65.050.000 3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 × Total PPh terutang 𝑅𝑝 250.000.000 𝑅𝑝 400.000.000 × Rp 65.050.000 = Rp 40.656.250 4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Luar Negeri Tarif pajak di luar negeri × penghasilan luar negeri 40% × Rp 250.000.000 = Rp 100.000.000 Penghitungan PPh Pasal 24 jika Terjadi Kerugian Usaha Dalam Negeri Dalam hal terjadi kerugian usaha di dalam negeri, maka sejumlah kerugian yang diderita tersebut dapat digabungkan atau dikompensasikan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh di Indonesia (dalam negeri). Contoh 4 PT Ananda Raya di Indonesia memperoleh penghasilan neto pada tahun 2009 sebagai berikut:  Di Negara A, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp. 300.000.000 (tarif pajak yang berlaku adalah 30%).  Di dalam negeri, menderita kerugian sebesar Rp 100.000.000. Peredaran bruto dari kegiatan usaha dalam dan luar negeri sebesar Rp 4.600.000.000 Penghitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah: 1. Menghitung Total PKP Penghasilan dari Negara A berupa laba usaha Rp 300.000.000 Kerugian usaha di dalam negeri Rp 100.000.000 (-) Jumlah penghasilan neto Rp 200.000.000 Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat kompensasi kerugian atau pengurangan yang lain.
  • 9. 2. Menghitung Total PPh Terutang Tariff PPh Pasal 17 ayat (1) b × penghasilan kena pajak 28% × Rp 200.000.000 × 50% Rp 25.000.000 3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 × Total PPh Terutang 𝑅𝑝 300.000.000 𝑅𝑝 200.000.000 × Rp 25.000.000 = Rp 37.500.000 4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Luar Negeri Tarif Pajak di luar negeri × penghasilan luar negeri 30% × Rp 300.000.000 Rp 90.000.000 Penghitungan PPh Pasal 24 jika Terjadi Kerugian Usaha Luar Negeri Dalam hal terjadi kerugian yang diderita di luar negeri, maka kerugian tersebut tidak boleh digabungkan/dikompensasikan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Indonesia. Contoh 5: PT Amalia di Surabaya memperoleh penghasilan neto tahun 2009 sebagai berikut:  Di Negara A, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 200.000.000 (tariff pajak yang berlaku adalah 40%).  Di Negara B, mengalami kerugian usaha sebesar Rp 300.000.000 (tariff pajak yang berlaku adalah 25%).  Di dalam negeri, memperoleh laba usaha sebesar Rp 600.000.000.  Peredaran bruto dari kegiatan usaha adalah Rp 48.000.000.000. Penghitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah: 1. Menghitung Total PKP Penghasilan dari Negara A berupa laba usaha Rp 200.000.000 Penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha Rp 600.000.000 (+) Jumlah penghasilan neto Rp 800.000.000 Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat kompensasi kerugian atau pengurangan yang lain. 2. Menghitung Total PPh yang Terutang Penghasilan kena pajak yang mendapat fasilitas
  • 10. Pengurangan tariff sebelah fasilitas 50%: (Rp 4.800.000.000 ÷ 48.000.000.000) × Rp 80.000.000 Penghasilan kena pajak yang tidak mendapat fasilitas pengurangan tariff 50%: Rp 800.000.000 – Rp 80.000.000 = Rp 720.000.000 PPh Terutang:  50% × 25% × Rp 80.000.000 = Rp 10.000.000  25% × Rp 720.000.000 = Rp 180.000.000 Rp 190.000.000 3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan di Negara A sesuai Perbandingan Penghasilan 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎 𝐴 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 × Total PPh terutang 𝑅𝑝 200.000.000 𝑅𝑝 800.000.000 × Rp 190.000.000 = Rp 47.500.000 4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Negara A 40% × Rp 200.000.000 = Rp 80.000.000 Penghitungan PPh Pasal 24 jika Penghasilan Luar Negeri Berasal dari Beberapa Negara Untuk penghasilan luar negeri yang berasal dari beberapa Negara, maka besarnya batas maksimum kredit pajak luar negeri dihitung untuk masing-masing Negara (per country limitation). Contoh 6 PT Yogananta di Jakarta memperoleh penghasilan neto pada tahun 2009 sebagai berikut:  Di Negara P, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 300.000.000 (tariff pajak yang berlaku adalah 20%).  Di Negara Q, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 400.000.000 (tariff pajak yang berlaku adalah 25%).  Di Negara R, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 100.000.000 (tariff pajak yang berlaku adalah 35%).  Di dalam negeri, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 200.000.000. Peredaran bruto dari kegiatan usaha dalam dan luar negeri sebesar Rp 24.000.000.000
  • 11. Penghitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah: 1. Menghitung Total PKP Penghasilan dari Negara P berupa laba usaha Rp 300.000.000 Penghasilan dari Negara Q berupa laba usaha Rp 400.000.000 Penghasilan dari Negara R berupa laba usaha Rp 100.000.000 Penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha Rp 200.000.000 Jumlah penghasilan neto Rp 1.000.000.000 Jumlah penghasilan neto sama dengan Penghasilan Kena Pajak karena tidak terdapat kompensasi kerugian atau pengurangan yang lain. 2. Menghitung Total PPh Terutang Penghasilan kena pajak yang mendapat fasilitas pengurangan tariff 50%: (Rp 4.800.000.000 ÷ Rp 24.000.000.000) × Rp 1.000.000.000 = Rp 200.000.000 Penghasilan kena pajak yang tidak mendapat fasilitas pengurangan tariff 50%: Rp 1.000.000.000 – Rp 200.000.000 = Rp 800.000.000 PPh terutang:  50% × 25% × Rp 200.000.000 = Rp 25.000.000  25% × Rp 800.000.000 = Rp 200.000.000 Rp 225.000.000 3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan masing- masing Negara a. PPh Maksimum untuk Negara P 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎 𝑃 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 × Total PPh terutang 𝑅𝑝 300.000.000 𝑅𝑝 1.000.000.000 × Rp 225.000.000 = Rp 67.500.000 b. PPh Maksimum untuk Negara Q 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎 𝑄 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 × Total PPh terutang 𝑅𝑝 400.000.000 𝑅𝑝 100.000.000 × Rp 225.000.000 = Rp 90.000.000 c. PPh Maksimum untuk Negara R 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎 𝑅 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖 × Total PPh terutang
  • 12. 𝑅𝑝 100.000.000 𝑅𝑝 100.000.000 × Rp 225.000.000 = Rp 22.500.000 4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Luar Negeri untuk masing-masing Negara a. PPh terutang atau Dibayar di Negara P Tariff Pajak Negara P × penghasilan Negara P 20% × Rp 300.000.000 Rp 60.000.000 b. PPh terutang atau Dibayar di Negara Q Tariff Pajak Negara Q × penghasilan Negara Q 25% × Rp 400.000.000 Rp 100.000.000 c. PPh terutang atau Dibayar di Negara R Tariff Pajak Negara R × penghasilan Negara R 35% × Rp 100.000.000 Rp 35.000.000 Kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) bagi PT Yogananta tahun 2009 dihitung sebagai berikut: Negara Total PPh Terutang PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan PPh Terutang/Dibayar di Luar Negeri PPh Pasal 24: Terendah kolom (1), (2), (3) (1) (2) (3) (4) P Rp 225.000.000 Rp 67.500.000 Rp 60.000.000 Rp 60.000.000 Q Rp 225.000.000 Rp 90.000.000 Rp 100.000.000 Rp 100.000.000 R Rp 225.000.000 Rp 22.500.000 Rp 35.000.000 Rp 22.500.000 Total Kredit Pajak Luar Negeri Diperbolehkan Rp 182.500.000 Total Kredit Pajak Luar Negeri Diperbolehkan Rp 182.500.000 karena jumlah ini masih lebih rendah disbanding total PPh terutang (Rp 225.000.000). F. Pengurangan/Pengembalian PPh Luar Negeri Dalam hal terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan yang dibayar di luar negeri, sehingga besarnya pajak yang dapat dikreditkan di Indonesia menjadi lebih kecil daripada besarnya penghitungan semula, maka selisihnya ditambahkan pada PPh yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam neheri pada tahun pengurangan atau
  • 13. pengembalian dilakukan. Sebagai contoh: Dalam Tahun Pajak 2009, Wajib Pajak mendapatkan pengurangan pajak atas penghasilan luar negeri Tahun Pajak 2008 sebesar Rp 7.000.000; yang semula telah termasuk dalam jumlah pajak yang dikreditkan terhadap pajak yang terutang untuk Tahun Pajak 2008, maka jumlah sebesar Rp 7.000.000 tersebut ditambahkan pada PPh yang terutang dalam Tahun Pajak 2009. Jumlah tersebut dimasukkan dalam induk SPT Tahunan setelah menghitung PPh yang terutang sebelum menentukan jumlah PPh yang terutang.