Makalah ini membahas sejarah sistem tanam paksa yang diimplementasikan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia pada abad ke-19. Sistem ini mewajibkan petani untuk menanam komoditas ekspor tertentu seperti kopi, teh, dan tembakau untuk membayar pajak kepada pemerintah. Walaupun sistem ini membantu ekonomi Belanda, ia juga menyebabkan penderitaan bagi petani Indonesia akibat kelaparan dan penyakit. Beber
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
SEJARAH TANAM PAKSA
1. 1
SEJARAH SISTEM TANAM PAKSA
Nama Kelompok
1. Ni Kadek Sri Nuratni (29)
2. Kadek nesa Dwi Pratiwi (13)
3. Ni Kadek kuri ardewi (28)
4. Luh Yulia Pertiwi (24)
SMA NEGERI 1 KUBUTAMBAHAN
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusunan ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widi yang telah memberikan
rahmat dan karunia-nya sehingga makalah yang berjudul " Sejarah Sistem tanam paksa " ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran sejarah indonesia.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini dan kami juga menyadari pentingnya ke sumber bacaan dari referensi internet yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan
serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah
ini
3. 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah zaman paleolitikum
B. Pengertian zaman paleolitikum
C. Ciri-ciri zaman paleolitikum
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Yang menjadi latar belakang munculnya sistem tanam paksa adalah System pajak tanah yang
dilakukan oleh Raffles yang kemudian diteruskan oleh Komisaris Jendral van der Capellen dan Du
Bus de Gisignies telah mengalami kegagalan, kegagalan yang dimaksud dalam hal ini adalah
kegagalan dalam merangsang para petani untuk meningkatkan produksi tanamanperdagangan
untuk ekspor. Pemerintah Hindia Belanda mengangkat jendral baru untuk Indonesia dengan alasan
untuk meningkatkan produksi tanaman ekspor pada tahun 1830, peningkatan tanaman ekspor
dirasa sangat perlu oleh pemerintah Belanda karena untuk menopang keadaan ekonomi Belanda
dengan hutangnya yang sangat besar.
Karena Belanda merasa tidak mempunyai jalan lain kecuali mencari pemecahan masalah di
wilayah-wilayah koloni, akhirnya menghasilkan gagasan system Tanam Paksa yang diintroduksi
oleh gubernur van den Bosch.sistem Tanam Paksa yang dijalankan oleh van den Bosch disebut
juga Cultuurstelsel.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah terjadinya Tanam Paksa?
2. Apakah dampak dari Sistem Tanam Paksa?
3. Wilayah mana sajakah yang terpengaruhi Tanam Paksa?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui bagaimana Sejarah terjadinya Sistem Paksa.
b. Untuk mengetahui apa Dampak Sistem Tanam Paksa.
c. Untuk mengetahui wilayah mana saja yang terpengaruhi Sistem Tanam Paksa
5. 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Terjadinya Sistem Tanam Paksa
Gubernur Jendral van den Bosch memberlakukan system ini dengan mengambil pelajaran
dari system pajak tanah yang gagal pada era sebelumnya oleh Raffles, dari system pajak tanah
yang tidak mampu membuat para penduduk pribumi meningkatkan tanaman ekspor maka
Gubernur Jendral van den Bosch mecoba untuk meningkatkan hasil tanaman ekspor dengan
mengadakan kerjasama dengan para Bupati dan pejabat daerah yang dekat dengan rakyat. Artinya
system feodal di pedesaan harus dimanfaatkan agar para petani mampu menghasilkan tanaman
ekspor yang banyak, untuk itulah Gubernur Jendral van den Bosch mencoba untuk mengadakan
kerjasama dengan para pegawai pemerintahan yang dekat dengan petani.
System tanam paksa ini bisa dikatakan sebagai bentuk pembaharuan dari system pajak
tanah yang pernah dilakukan oleh VOC selama dua abad, mengapa seperti itu? Hal ini dikarenakan
para penduduk pribumi juga dikenakan pajak oleh Gubernur Jendral van den Bosch, yang mana
pajak yang dikenakan bukan berupa uang melainkan berupa tanaman ekspor yang telah mereka
tanam.
Pajak berupa hasil pertanian mereka ini juga menjadi ciri dari system Tanam Paksa yang
dilakukan oleh van den Bosch, hasil dari pajak-pajak tersebut kemudian dikirim ke negeri Belanda
untuk dijual kepada pembeli dari Amerika dan Eropa dengan harga yang dapat menguntungkan
Belanda.
System pajak tanah yang berlangsung selama tahun 1810-1830, penanaman dan
penyerahan wajib telah dihapuskan kecuali daerah Parahyangan dan Jawa Barat. Namun didaerah
Parahyangan para penduduk pribumi diwajibkan menanam kopi dan pajak yang diserahkan kepada
pihak Belanda harus berupa kopi yang telah ditanam oleh penduduk pribumi, sedangkan untuk
tanaman yang lainnya tidak terdapat wajib pajak. Namun pajak yang menjadi beban petani kepada
bupati tidaklah termasuk dalam pembebesan pajak oleh pemerintah kolonial Belanda, hal ini
dilakukan karena dalam masyarakat terdapat beberapa pajak yaitu pajak yang diberikan kepada
pemerintah colonial Belanda dan pajak yang diserahkan kepada Bupati ataupun pihak pemerintah
yang terdapat di daerah-daerah.
System pajak tanah dengan memberikan hasil pertanian ini dianggap akan berhasil oleh
van den Bosch, karena van den Bosch berpendapat bahwa pajak tanah yang diterapkan pada era
sebelumnya sangat meniksa petani. Hal ini dikarenakan petani harus membayar pajak tanah
hamper setengah dari penghasilan mereka dalam bertani, sehingga system pajak tanah yang
diterapkan oleh Bosch ini tergolong pajak yang menguntungkan rakyat.
6. 6
Ada beberapa dampak dari system tanam paksa yang diterapkan oleh van den Bosch ini,
salah satu dampak dari system tanam paksa ini adalah kepemilikan tanah secara massal oleh satu
orang (miliki komunal). Hal ini dikarenakan oleh pegawai pemerintah kolonial yang menganggap
bahwa desa dengan keseluruhan yang ada (tanah, dan pegawai (petani)) sebagai suatu alat yang
dapat digunakan untuk menetapkan tugas penanaman paksa yang dibebenkan oleh pihak Belanda
kepada tiap desa di Indonesia.
Jika dibandingkan dengan penyerahan wajib yang diterapakan oleh VOC kepada
penduduk, memang masih lebih menguntungkan rakyat pada system tanam paksa ini. Hal ini
dikarenakan dalam system tanam paksa pegawai Belanda ada yang ditugaskan untuk mengawasi
dan turun langsung kelapangan untuk membantu para petani dalam menanam tanaman dagang,
dari pegawai pemerintahan yang ditugaskan untuk mengawasi petani ini disebut sebagai efisiensi
karena dengan mengawasi secara langsung tanaman para petani sehingga dapat mengurangi
kecurangan yang dilakukan oleh petani dilapangan.
2.2 Dampak Sistem Tanam Paksa
1. Dampak Positif.
a. Pemerintah Belanda
1) Pemerintah Belanda memperoleh surplus keuangan yang dapat digunakan untuk
menjalankan Pemerintahan Hindia Belanda dan memperkaya Belanda.
2) Uang kas Negara Belanda selalu penuh dan tidak pernah kosong.
3) Bandar Usaha Dagang Belanda (Nederlandsche Handles Maatschapipij) memperoleh
keuntungan yang sangat besar setelah hak monopoli pengangkutan hasil tanam paksa.
b. Bagi Rakyat Indonesia
1) Banyak rakyat Indonesia yang memperoleh pengetahuan soal tanam-menanam dan kualitas
suatu tanaman.
2) Rakyat mengetahui bahan yang bisa dijual dipasaran dunia
2. Dampak Negatif Bagi Rakyat Indonesia
a. Banyak rakyat Indonesia yang meninggal karena kelaparan,dan sakit hingga banyak
menimbulkan korban jiwa yang sangat besar terutama diPriangan.
b. Bangsa Indonesia mengalami penderitaan lahir dan batin.
c. Munculnya demam berdarah akibat pembawaan bibit penyakit oleh Belanda untuk
melenyapkan bangsa Indonesia yang menentang.
7. 7
2.3 Wilayah Indonesia yang Terpengaruhi oleh Tanam Paksa
1. Pulau jawa.
Pulau Jawa merupakan salah satu target utama sistem tanam paksa karena dipulau Jawa
lah terdapat sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat besar yang pastinya
dapat menunjang potensi untuk mengisi kekosongan kas Negara Belanda yang sedang
kososng melompong. Berikut ini beberapa daerah di Pulau Jawa yang menjadi tempat
eksekusi sistem tanam paksa.
a. Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Salah satu potensi yang sangat besar untuk daerah ini yaitu pemanfaatan lahan untuk
ditanami oleh tanaman gula,dan merupakan daerah pengekspor gula pada waktu itu.Selain
itu,tanaman yang menjanjikan adalah teh dan tembakau untuk dijual dipasaran Eropa dan
Belanda berhasil mengeruk dan menarik keuntungan yang sebanyak-banyaknya sehingga
kas Belanda terisi bahkan berlebih sehingga dimanfaatkan untuk memperkaya diri tanpa
harus memperhatikan nasib bangsa Indonesia yang semakin lama semakin terpuruk serta
terlindas oleh roda tanam paksa yang ditetapkan oleh Belanda.
b. Jawa Barat dan Banten.
Penghasilan terbesar dari daerah ini adalah kopinya yang sangat terkenal dan salah satu
tambang emas bagi Belanda yang bertujuan menarik keuntungan sebesar-besarnya dari
bangsa Indonesia.Selain itu,tanaman lain yang dapat menunjang kualitas dari daerah ini
adalah teh dan tembakau.
2. Pulau Sumatera.
Keterlibatan Belanda dalam kegiatan ekonomi di Sumatera Utara diawali oleh
Jacobus Nienhuys.Daerah perkebunan yaitu seperti Deli Serdang yang pada tahun 1865
merupakan daerah penghasil tembakau sebesar 189 bal.Belanda pun memperoleh
keuntungan besar.Selain itu,daerah lainnya yaitu seperti Asahan atau Kisaran yang
merupakan penghasil karet,sehingga merupakan pengantar ekspor Indonesia dalam hal
karet yang merupakan penghasil karet yang mumpuni atau bagus pada saat itu.
a. Riau.
Walaupun tidak terlalu terkenal namun ada daerah penghasil yang juga terlibat sistem
tanam paksa yaitu seperti di Siak Sri Indrapura yang merupakan penghasil sawit dan karet
walaupun tidak terlalu besar jumlahnya karena pada saat itu,Sultan Siak yaitu Sultan Syarif
Khosim 1 dan Sultan Syarif Khosim 11 menolak sistem tanam paksa pada rakyatnya.
2.4 Reaksi Terhadap Tanam Paksa
Tanam paksa mendapat reaksi yang cukup keras dari masyarakat.Reaksi ini datang
dari Douwes Dekker dan Baron Van Howvel serta Frans Van De Putte.
1. Erdward Douwes Dekker (1820-1887).
8. 8
Erward Douwes Dekker adalah residen diLebak,Serang,Banten. Pada tahun 1860
beliau menulis buku Max Havelaar yang berisi tentang penderitaan bangsa Indonesia akibat
pelaksanaan tanam paksa.Dalam menulis buku tersebut ia menggunakan nama samaran
yaitu Multattuli.
2. Baron Van Howvel(1812-1879) dan Frans Van De Putte
Baron Van Howvel merupakan salah satu seseorang anggota parlemen negeri
Belanda.Ia sempat beberapa tahun menetap di Indonesia yaitu di Batavia. Bersama dengan
Frans Van De Putte ia menentang sistem tanam paksa lewat parlemen Belanda.Van De
Putte menulis buku Suiker Contracten(Kontrak Gula).
9. 9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanam paksa adalah suatu aturan yang sengaja ditetapkan oleh Belanda untuk mengisi
kekosongan kas Negara Belanda dari pembiayaan biaya perang melawan Belgia maupun di
Indonesia,serta Karena hutang luar negeri Belanda.Namun,secara tidak langsung setelah diutusnya
Van Den Bosch,maka ia menetapkan aturan-aturan tanam paksa yang ternyata adalah kebalikan
dari aturan-aturan tanam paksa yang telah dibentuk sebelumnya diBelanda.
Jadi,intinya apabila bangsa Indonesia tidak melakukan perubahan pada aspek iptek , bangsa
Indonesia akan tergilas bangsa lain dan dapat dibodoh-bodohi dan dimanfaatkan kelemahan
Indonesia untuk keuntungan bangsa lain.Oleh karena itu,marilah kita sebagai Bangsa Indonesia
bersama-sama mewujudkan Indonesia untuk tidak dapat lagi dibodoh-bodohi.
3.2 Saran
Demikianlah pembuatan makalah ini, penulis juga menyadari makalah ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan maka dari pada itu penulis mengharapkan kritiik dan saran dari pembaca demi
perbaikan makalah yang akan datang akan lebih baik lagi. Kritik dan saran penulis ucapkan terima
kasih.