SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 89
Descargar para leer sin conexión
KATA PENGANTAR



        Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan
karuniaNya, sehingga tim EKPD Provinsi Maluku Utara dapat melaksanakan tugas yang
telah menjadi tanggung jawabnya. Sebagai laporan akhir, perlu ditegaskan bahwa laporan
ini telah menyentuh pada substansi pekerjaan yang menjadi tugas tim, namun ada
beberapa data dari indikator yang telah ditetapkan belum lengkap karena tidak ada yang
di miliki oleh SKPD. Untuk itu laporan yang disampaikan hanya berkaitan aktivitas yang
telah dilaksanakan oleh Tim EKPD Maluku Utara dalam bentuk dokumen kerja.

        Gambaran yang tertuang dalam laporan ini, disampaikan kepada Tim EKPD Pusat
sebagai bahan pertimbangan sekaligus pertanggungjawaban atas tugas yang diberikan
kepada Tim EKPD Maluku Utara dalam mengevaluasi kinerja pembanguan daerah tahun
2009.

Terima Kasih



                                                 Ternate, 07 Desember 2010

                                                 Koordinator Tim EKPD Maluku Utara



                                                 Dr. Gufran Ali Ibrahim, MS.
DAFTAR ISI



I. PENDAHULUAN
   a. Latar Belakang ………………………………………………………………… 1
   b. Tujuan dan Sasaran …………………………………………………………….1
   c. Keluaran .. ………………………………………………………………………1

II. HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004 – 2009
    A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI
       1.   Indikator . ………………………………………………………………3
       2.   Analisis Pencapaian Indikator . ………………………………………3
       3.   Rekomendasi .     ………………………………………………………5

  B. AGENDA    PEMBANGUNAN         INDONESIA  YANG ADIL DAN
     DEMOKRATIS
     1.  Indikator . ………………………………………………………………5
     2.  Analisis Pencapaian Indikator . ………………………………………6
     3.  Rekomendasi .     …………………………………………………….10

  C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
     1.  Indikator . ……………………………………………………………10
     2.  Analisis Pencapaian Indikator . ……………………………………14
     3.  Rekomendasi .     ……………………………………………………49

  D. KESIMPULAN .    ……………………………………………………………50

III. RELEVANSI RPJMN 2010 – 2014 DENGAN RPJMD PROVINSI
     1. Pengantar . …………………………………………………………………….51
     2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional . ……………52
     3. Rekomendasi
       a.      Rekomendasi Terhadap RPJMN Provinsi . ……………………85
       b.      Rekomendasi Terhadap RPJMN .     ……………………………85

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
     1. Kesimpulan .  ……………………………………………………………86
     2. Rekomendasi . ……………………………………………………………86


LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN



A. Latar Belakang


       Rencana Kerja Pemerintah Daerah, merupakan skenario pembangunan yang
diaktualisasikan dalam kebijakan dan program tahunan guna memanfaatkan seluruh
sumber daya pembangunan di daerah, dengan tetap memperhatikan konsistensi
perencanaan jangka menengah dan jangka panjang. Oleh karena itu, evaluasi kinerja
kebijakan dan program, merupakan bagian penting untuk menilai pencapaian program
dan kegiatan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dari pemanfaatan
sumber daya pembangunan,yang pada gilirannya menjadi bahan masukan bagi
penyusunan rencana kebijakan dan program selanjutnya.

       Evaluasi kinerja pembangunan daerah diharapkan dapat mengetahui dan
memberikan    masukan     berkaitan      dengan    apakah    pembangunan        daerah      telah
dilaksanakan pada koridor aturan yang telah ditetapkan yang meliputi masukan (input)
yang digunakan, proses (process) dilakukan serta keluaran (output) yang dihasilkan serta
hasil (outcome) yang telah diperoleh. Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2010
dilaksanakan untuk menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam
rentang   waktu   2004-2009.    Evaluasi    ini   juga   dilakukan    untuk   melihat     apakah
pembangunan daerah telah mencapai tujuan atau sasaran yang diharapkan dan apakah
masyarakat   mendapatkan       manfaat     dari   pembangunan        daerah   tersebut.    Untuk
melaksanakan kegiatan tersebut, maka Universitas Khairun telah diberikan kepercayaan
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional untuk melakukan pengkajian terhadap
kinerja pembangunan daerah Provinsi Maluku Utara sebagaimana tahapan kegiatan yang
disampaikan dalam laporan berikut. Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan
informasi penting yang berguna sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan
dan pengambil kebijakan pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki
apa yang telah dilakukan sebelumnya.


B. Tujuan dan Sasaran


Tujuan dari evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) tahun 2010 adalah :

1. Untuk menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang
   waktu 2004-2009.
2. Untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai tujuan/sasaran yang
    diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan daerah
    tersebut.
3. Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam
    RPJMN       2010-2014   dengan   prioritas/program   yang   ada   dalam   Rencana
    Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi.


Sasaran dari evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) tahun 2010 adalah :

1. Pemerintah Daerah dalam hal ini sebagai motor penggerak pembangunan di daerah
2. Masyarakat umum yang memperoleh manfaat dari pembangunan daerah tersebut.


C. Keluaran

Keluaran dari evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) tahun 2010 adalah :

    1. Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan provinsi Maluku
       Utara.
    2. Tersusunnya hasil analisa evaluasi kinerja pembangunan provinsi Maluku Utara.
    3. Tersedianya data/informasi dan penilaian keterkaitan RPJMD Provinsi Maluku
       Utara dengan RPJMN 2010-2014.




                                                                                       2 
 
BAB II. HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009

    A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI

        1. Indikator


Agenda              Indikator              Ket     2004     2005      2006    2007    2008     2009      Sumber
Pembangunan
                   Indeks Kriminalitas              -           87      89      95      78.8    43.2
1. Mewujudkan      Persentase                       -           87      89      95       71      35      Kepolisian
   Indonesia       Penyelesaian                                                                          Daerah Ma
   Yang Aman       Kasus    Kejahatan                                                                    luku Utara
   dan Damai       Konvensional (%)
                   Persentase                       -           100     100     100      90         81   Kepolisian
                   Penyelesaian                                                                          Daerah Mal
                   Kasus    Kejahatan                                                                    uku Utara
                   Trans Nasional (%)



        2. Analisis Pencapaian Indikator
              a. Indikator Indeks Kriminalitas



                         Persentase Penyelesaian Kasus 
                         Kejahatan Trans Nasional (%) ‐
           150

           100              100     100     100                               Persentase 
                                                    90      81
                                                                              Penyelesaian Kasus 
              50
                                                                              Kejahatan Trans 
               0                                                              Nasional (%) ‐

                2004   2005      2006    2007    2008    2009    2010




                         Persentase Penyelesaian Kasus 
                          Kejahatan Konvensional (%) ‐
           100                              95
                            87      89
              80
                                                    71
              60                                                              Persentase 
              40                                                              Penyelesaian Kasus 
                                                            35                Kejahatan 
              20                                                              Konvensional (%) ‐
               0
                2004   2005      2006    2007    2008    2009    2010

         Sumber : Kepolisian Daerah, 2010

                                                                                                             3 
     
GRAFIK INDIKATOR INDEKS KRIMINALITAS DENGAN DATA PENDUKUNG

            120
                                                             Indeks Kriminalitas
            100

             80
                                                             Persentase 
             60                                              Penyelesaian Kasus 
                                                             Kejahatan 
             40                                              Konvensional (%)

             20                                              Persentase 
                                                             Penyelesaian Kasus 
                                                             Kejahatan Trans 
              0
                                                             Nasional (%)
               2002     2004    2006     2008     2010


          Sumber : Kepolisian Daerah, 2010.



       Berdasarkan data, tergambar pada tahun 2005 – 2006 penyelesaian kasus
kejahatan konvensional mencapai 100 %, sedangkan pada tahun 2007 sampai tahun
2009 cenderung menurun. Pada kasus trans nasional meningkat dari tahun 2005 sampai
tahun 2007, sedangkan pada tahun 2008 sampai tahun 2009 cenderung menurun.
Tingginya penyelesaian kasus konvensional disebabkan karena tingkat kesulitan
penyelesaian kasus tidak terlalu rumit. Umumnya kasus yang diselesaikan berkaitan
dengan perkelahian, penganiayaan, penyerobotan tatanah, kecelakaan lalulintas dan
sebagainya. Sedangkan sejak tahun 2008 menurunnya disebabkan karena pada saat
bersamaan seluruh aparat lebih berkonsentrasi pada pengamanan pemilu legslatif, pilpres
dan pemilukada Provinsi Maluku Utara, sementara jumlah personil yang menangani
kasus yang kurang.

       Untuk kasus trans nasional umumnya naik sejak tahun 2005 sampai 2007
disebabkan karena kasus yang teridentifikasi atau yang disidik tidak terlalu banyak. Kasus
transnasional yang terjadi di Maluku Utara meliputi ilegal fishing. Pada tahun 2008
menurun, selain sama penyebabnya dengan kendala yang dihadapi dalam penyelesaian
kasus konvensional, juga disebabkan karena keterbatasan anggaran dan personil serta
kemampuan pembuktian. Selain itu kasus tersebut sering melibatkan pihak lain di luar
daerah Maluku Utara, sehingga menyulitkan dihadirkan dalam proses hukum tersebut.




                                                                                        4 
 
4. Rekomendasi Kebijakan

              Kasus kejahatan konvensional dan Transnasional yang belum tertangani
     disebabkan karena kondisi Provinsi Maluku Utara sebagai daerah kepulauan dengan
     rentang kendali yang sangat luas serta akses yang sangat terbatas. Hal ini belum
     didukung dengan sarana/prasarana dan personil yang memadai. Saat ini misalnya pada
     pemekaran kabupaten Kepulauan Morotasi belum terbentuk Polres, sehingga aparat yang
     ditempatkan saat ini masih diperbantukan dari Polres Kabupaten Halmahera Utara.
     Mencermati kondisi diatas, maka diperlukan penambahan sarana penunjang dan personil
     aparat hukum yang profesional sehingga dengan cepat dapat menagani permasalahan
     hukum yang timbul diwilayah Maluku Utara.



         B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS

         1. Indikator

Agenda           Indikator              Ket        2004    2005       2006       2007       2008       2009       Sumber
Pembangunan
                  Pelayanan Publik
2. Mewujudkan
Indonesia Yang      Persentase                       0.0      10         80,        61.        76.        42.       Kejak
Adil       dan     kasus      korupsi                 0       0          95         54         92         31       saan
Demokratis         yang tertangani                                                                                 Tinggi
                   dibandingkan
                   dengan       yang
                   dilaporkan (%)
                    Persentase            (-) :       -           -      12.        12.        25.        22.      DISPEN
                   kabupaten/ kota       Tidak                           50         50         00         22       DA
                   yang      memiliki   Tersedi
                   peraturan daerah        a
                   pelayanan     satu
                   atap (%)
                    Persentase            (-) :       -           -          -          -          -          -
                   instansi (SKPD)       Tidak
                   provinsi     yang    Tersedi
                   memiliki                a
                   pelaporan Wajar
                   Tanpa
                   Pengecualian
                   (WTP) [%]
                    Demokrasi
                    Gender                 (-) :     27.      28.        28.        28.        28.            -    BPP
                   Development           Belum        4        5          5          6          6
                   Index                tersedia
                    Gender                           24.      25.        26.        27.        27.            -    BPP
                   Empowerment                       40       70         20         50         50
                   Measurement




                                                                                                                  5 
      
2. Analisis Pencapaian Indikator

    a.   Indikator Pelayanan Publik

         1. Persentase Kasus Korupsi Yang Tertangani Dibandingkan Dengan yang
            Dilaporkan.



                          Persentase kasus korupsi yang 
                      tertangani dibandingkan dengan yang 
                                  dilaporkan (%)
             150,00

             100,00                  100,00                      Persentase kasus 
                                          80,95     76,92
                                               61,54             korupsi yang tertangani 
              50,00                                      42,31   dibandingkan dengan 
               0,00           0,00                               yang dilaporkan (%)
                  2002    2004        2006     2008     2010


           Sumber : Kejaksaan Tinggi, 2010.


         Penanganan kasus korupsi di wilayah hukum Kejaksaan Tinggi             Maluku Utara
sejak tahun 2005 berfluktuatif dan cenderung menurun. Pada tahun 2005 mencapai
100%, dan pada tahun 2007 menurut menjadi 61,54%, pada tahun 2008 meningkat
78,92% dan pada tahun 2009 terjadi penurunan sebanyak 42,31%.
    Terjadinya penurunan penegakan hukum pada institusi kejaksaan disebabkan karena,
beberapa kasus yang disidik melalui polisian belum sepenuhnya diserahkan kepada
kejaksaan dalam rangka penuntutan. Selain itu, data yang diberikan masih merujuk pada
target penanganan kasus dengan pola 5:3:1 yang dibebankan oleh Kejaksaan Agung.




                                                                                            6 
 
2. Perda Pelayanan Satu Atap




                    % Kabupaten Kabupaten/Kota yang 
                        Memiliki Perda Satu Atap
          30
          25                                   25
                                                       22,22
          20
                                                               % Kabupaten 
          15                                                   Kabupaten/Kota yang 
                                 12,5   12,5
          10                                                   Memiliki Perda Satu 
           5                                                   Atap
           0
                2004   2005   2006   2007   2008    2009

      Sumber : DISPENDA Maluku Utara, 2010.



                GRAFIK INDIKATOR PELAYANAN PUBLIK DENGAN
                             DATA PENDUKUNG

               30

               25
                                                               % Kabupaten 
               20                                              Kabupaten/Kota yang 
                                                               Memiliki Perda Satu 
               15                                              Atap
               10                                              Kabupaten/Kota yang 
                                                               Memiliki Perda
                5

                0
                    2004 2005 2006 2007 2008 2009


           Sumber : DISPENDA, Maluku Utara, 2010.


       Pada grafik tersebut di atas nampak bahwa data tentang Persentase (%)
kabupaten/kota di Maluku Utara yang memiliki peraturan daerah (PERDA) tentang
pelayanan satu atap yang tersedia hanya selama 4 tahun terakhir. Sementara itu, secara
persentase pada tahun 2006 dan 2007 jumlah kabupaten/kota yang memiliki Peraturan
daerah (PERDA) jumlahnya tetap, yaitu sebesar 12,5%. Namun pada tahun 2008 terjadi
penurunan secara relative (%), yakni 25%. Selanjutnya, pada tahun 2009 turun menjadi
22,22%.

                                                                                      7 
 
Selanjutnya, pada grafik gabungan tersebut di atas nampak tiga buah data yaitu,
data tentang Persentase (%) kabupaten/kota di Maluku Utara yang memiliki peraturan
daerah (PERDA) tentang pelayanan satu atap, data tentang jumlah kabupaten yang telah
memiliki PERDA, dan data tentang jumlah kabupaten/kota yang ada di Maluku Utara
selama periode pengamatan. Sementara itu, dari data yang ada tersebut menunjukkan
bahwa selama kurun waktu 2006 dan 2007 jumlah kabupaten/kota di provinsi Maluku
Utara yang memiliki peraturan daerah (PERDA) satu atap adalah sama, yakni 1 yaitu
Kota Ternate. Hal tersebut nampak dari gambar grafis yang datar. Pada tahun 2008,
terjadi penambahan 1 daerah yang memiliki peraturan daerah tentang pelayanan satu
atap, yakni Halmahera Selatan. Sementara itu jumlah daerah otonom yang ada masih
tetap dengan jumlah 8. Akibatnya terjadi peningkatan secara persentase, menjadi 25%,
dan sehingga secara grafis menunjukkan terjadi peningkatan yang cukup tajam.
       Sementara itu, pada tahun 2009, dengan adanya pemekaran 1 wilayah kabupaten
baru, yaitu kabupaten Pulau Morotai menyebabkan daerah otonom yang ada bertambah 1
menjadi 9 daerah. Pada sisi yang lain, jumlah daerah yang memiliki peraturan daerah
tentang pelayanan satu atap tersebut tetap, yakni 2 sehingga secara relatif (%) jumlahnya
terjadi penurunan yakni sebesar 22,22%, dan secara grafis ditunjukkan dengan gambar
yang menukik turun. Dua kondisi inilah yang menyebabkan secara relatf (%) terjadi
penurunan jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah satu atap.
       Mencermati ketiga indikator Pelayanan Publik (Persentase Kasus Korupsi Yang
Tertangani Dibandingkan Dengan yang Dilaporkan serta pelayanan dengan penggunaan
perda 1 atap), menunjukan bahwa kedua indikator ini masih rendah pencapaiannya.
Untuk penanganan kasus korupsi selain masih kurang dan rendahnya pengetahuan
penyidik yang menngani kasus korupsi, juga disebabkan karena keterbatasan sarana dan
prasarana yang dimiliki institusi penegak hukum di Maluku Utara. Sedangkan untuk Perda
satu atap disebabkan karena rendahnya political will dari pemerintah kabupatan/kota
dalam rangka memberikan dan melakukan pelayanan pemerintah yang lebih baik. Untuk
itu, diperlukan suatu regulasi yang mengharuskan pemerintah daerah menerbitan regulasi
pelayanan satu atap sebagai bentuk akuntabilitas dan pelayanan publik yang lebih baik.




                                                                                         8 
 
b. Indikator Demokrasi



                       Gender Development Index
         29,0
         28,5                        28,5 28,5 28,6 28,6
         28,0                                                     Gender Development 
         27,5                 27,4                                Index
         27,0
                2002   2004          2006      2008        2010

       Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan, 2010




                 Gender Empowerment Measurement
        28,00
                                                 27,50 27,50
        27,00

        26,00                            26,20
                                 25,70                            Gender Empowerment 
        25,00                                                     Measurement
                        24,40
        24,00
                2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

     Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan, 2010.



    GRAFIK INDIKATOR DEMOKRASI DENGAN DATA PENDUKUNG


        80,00
        70,00
        60,00                                                     Gender Empowerment 
        50,00                                                     Measurement
        40,00                                                     Gender Development 
        30,00                                                     Index
        20,00                                                     Indeks Pembangunan 
        10,00                                                     Manusia
         0,00
            2002       2004          2006      2008        2010



    Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan, 2010.



                                                                                        9 
 
Gender Empowerment Measurement (GEM) menunjukkan apakah perempuan
dapat memainkan peran aktif dalam kehidupan politik dan ekonomi. GEM ditekankan
pada partisipasi, guna mengukur ketidaksetaraan jender di bidang-bidang penting dari
partisipasi ekonomi dan politik serta dalam hal pengambilan keputusan. Dari grafik
Gender Empowerment Measurement (GEM) Provinsi Maluku Utara dari tahun 2004 -
2006 mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2007 – 2008 cenderung stabil yaitu
27.50%. Tahun 2009 belum dilakukan perhitungan. Peningkatan GEM menunjukkan
bahwa partisipasi perempuan dalam kehidupan politik salah satunya adalah berkaitan
dengan Undang-Undang Pemilu tentang kuota 30% perempuan dalam parlemen,
sehingga memicu keterlibatan perempuan dalam bidang politik. Keikutsertaan perempuan
dalam bidang politik di latar belakangi juga oleh fasilitas yang akan diterima bila menjadi
anggota parlemen. Dengan keterbukaan sistem politik yang memberikan ruang terhadap
partisipasi politik bagi perempuan, menyebabkan dibebarapa kabupaten/kota dan Provinsi
terdapat perempuan yang memimpin partai, dan bahkan memperoleh kursi di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
        Gender Development Index (GDI) mengukur pencapaian dimensi dan variabel
yang sama dengan HDI, namun menangkap ketidakadilan dalam hal pencapaian antara
laki-laki dan perempuan. Semakin besar perbedaan jender dalam pembangunan asasi
manusia, maka semakin rendah pula GDI di daerah tersebut. GDI pada tahun 2004
mencapai 27.4 % dan pada tahun 2005 dan 2006 mengalami peningkatan relatif yaitu
sebesar 28.5%, sedangkan pada tahun 2007 dan 2008 peningkatan 1% dari tahun 2006
yaitu sebesar 28.6%. GDI tahun 2009 untuk Provinsi Maluku Utara belum di lakukan
pendataan. Kondisi ini menggambarkan keterlibatan dan peranan perempuan dalan
pembangunan semakin besar, angka ini juga dapat dilihat pada pencapaian IPM Maluku
Utara yang terus meningkat artinya bahwa pembangunan manusia semakin baik.
Kebutuhan Rumah Tangga yang terus meningkat namun tidak diikuti dengan peningkatan
pendapatan, memicu perempuan untuk terlibat dalam bidang ekonomi untuk membantu
suami meringankan beban rumah tangga serta pola pikir bahwa perempuan
membutuhkan kesetaraan dengan pria agar tidak mudah di intimidasi oleh pria
merupakan faktor pendorong perempuan di Maluku Utara untuk terus meningkatkan
kualitas diri dengan pendidikan dan aktif dalam organisasi.




                                                                                        10 
 
3. Rekomendasi Kebijakan
           a.   Perlu ada suatu regulasi yang mengharuskan pemerintah daerah menerbitan
                regulasi pelayanan satu atap sebagai bentuk akuntabilitas dan pelayanan publik
                yang lebih baik.
           b.   Perlu penyediaan sarana, personil dan pembentukan organisasi/instusi penegak
                hukum di setiap kab/kota yang melakukan pemekaran, sehingga pelayanan hukum
                dapat dimaksimalkan.
           c.   Mekanisme pelayanan pemberantasan korupsi harus didorong dengan melibatkan
                partisipasi publik, disertai dengan keterbukaan informasi yang diberikan oleh
                institusi penegak hukum di daerah.
           d.   Partai politik harus secara terbuka dapat melakukan rekrutmen kaders perempuan,
                karena dibeberapa daerah justru perempuan yang lebih dominan dalam proses
                kepemimpinan dalam partai.




       C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT


       1. Indikator


 Agenda                Indikator             2004     005     006      07       08       009       Sumber
 Pembangunan
3.    Meningkatkan Indeks                     66.40   67.00    67.50    67.82    68.82         -   BPS
     Kesejahteraan     Pembangunan
     Rakyat            Manusia
                       Pendidikan
                       Angka                 53.92    59.31   65.24     71.77    78.94   86.84
                       Partisipasi
                       Murni       Tingkat
                       SD
                       Angka                 60.81    66.89   73.58     80.94    89.03   97.94
                       Partisipasi
                       Kasar       Tingkat
                       SD
                       Rata-Rata Nilai       6.86     6.23    6.11      6.38     6.34    6.63
                       Akhir       Tingkat
                       SMP
                       Rata-Rata Nilai       6.51     6.32    6.21      6.38     6.36    5.77


                                                                                                     11 
        
Akhir     Tingkat
    Sekolah
    Menengah
    Angka Putus         2.93    2.31    1.97      1.58     1.26    1.01
    Sekolah
    Tingkat     SD
    (%)
    Angka Putus         3.74     2.99   2.32      1.86     1.11    0.89
    Sekolah
    Tingkat SMP
    (%)
      Angka Putus        3.84    3.07    2.74      1.64     1.25    0.95
    Sekolah Tingkat
     Menengah (%)
    Angka Melek         95.15   95.20    95.20    95.20    95.44    95.60
    Huruf (%)
    Persentase           5.07   6.69     8.83    11.66    15.39    20.31
    Guru        Layak
    Mengajar
    terhadap     Guru
    Seluruhnya
    Tingkat      SMP
    (%)
    Persentase          6.84    9.30    12.65    17.21    23.40    31.82
    Guru        Layak
    Mengajar
    Terhadap Guru
    Seluruhnya
    Tingkat
    Menengah (%)
    Kesehatan
    Umur harapan         66.2    67.4     68.5     69.3     70.5     70.6
    Hidup
    Angka                 35     30.4     25.8     18.2     14.8     14.2
    Kematian Bayi
    (per 1.000
    Kelahiran
    Hidup)
    Gizi Buruk (%)        1.6    1.7      1.9      1.4      1.4      1.4


                                                                            12 
 
Gizi Kurang (%)           8.7        9.5        19.3        19.4       13.2      9
     Persentase
     Tenaga
     Kesehatan       per
     Penduduk (%)
     Keluarga
     Berencana
     Contraceptive            48.38     48.25       48.18       51.09       54.09         58.28
     Prevalence Rate
     (%)
     Pertumbuhan               1.29      0.83        1.52        1.55       1.28          1.25
     Penduduk (%)
     Total       Fertility     3.3            3.3         3.3         3.2     3.1           2.9
     Rate (%)
     Ekonomi Makro
     Laju                    4.71       5.10        5.48        6.01        5.98          6.01
     Pertumbuhan
     Ekonomi (%)
     Persentase               40.32      40.66       40.29       42.10       35.97         42.10
     Ekspor
     Terhadap PDRB
     (%)
    rsentase     Output .14             .75         .77         .40
     Manufaktur
     Terhadap PDRB
     (%)
     Pendapatan              2,714,19    2,921,      3,066,      3,346,     3,785,4          -
     Perkapita                 8.00       591.0      296.0       523.0       99.00
     (Rupiah)                                 0           0           0
     Laju Inflasi (%)          4.82      19.42        5.12        5.85       11.25           -
     Investasi
     Nilai Realisasi           0.00       0.00       1,733.       0.00       0.00          0.00    BKPM
     Investasi PMDN                                      00
     (Rp. Milyar)
     Nilai                                33.50      1,824.      823.6       28.50                 BKPM
     Persetujuan                                         00          0
     Rencana
     Investasi PMDN
     (Rp.Milyar)
     Nilai Realisasi           0.00       0.01       13.50       21.80       0.00          5.90    BKPM
     Investasi PMA
     (US$ Juta)


                                                                                                     13 
 
Nilai                    1.10    1.80    26.80    46.80     7.80     10,5     BKPM
    Persetujuan
    Rencana
    Investasi PMA
    (US$ Juta)
    Realisasi                0.00    0.00    403.0    637.0     0.00              BKPM
    penyerapan                                   0        0
    tenaga      kerja
    PMA
    Infrastruktur
    Persentase           100.00      41.43   38.48    48.35    47.86     64.48    PU
    Jalan Nasional
    dalam Kondisi
    Baik (%)
    Persentase               0.00    43.45   20.97    31.23    31.93     8.25     PU
    Jalan Nasional
    dalam Kondisi
    Sedang (%)
    Persentase               0.00    15.12   40.55    20.43    20.20     34.60    PU
    Jalan Nasional
    dalam Kondisi
    Rusak (%)
    Persentase           100.00              16.52                                Statistik
    Jalan    Provinsi                                                             Perhubun
    dalam Kondisi                                                                 gan
    Baik (%)
    Persentase               0.00            7.84                                 Statistik
    Jalan    Provinsi                                                             Perhubun
    dalam Kondisi                                                                 gan
    Sedang (%)
    Persentase               0.00            75.64                                Statistik
    Jalan    Provinsi                                                             Perhubun
    dalam Kondisi                                                                 gan
    Rusak (%)
    Pertanian
    Rata – rata Nilai          -         -        -        -   99.80     98.57
    Tukar     Petani
    Per Tahun
    PDRB Pertanian       898,585     987,1   1,068,   1,185,   1,521,9        -
    atas      Dasar          .89        53       16       01       75.
    Harga Berlaku                       .7       0.       3.       85
    (Rp.Juta)                            8       03       63
    Kehutanan
    Persentase luas          10.01   9.03    10.21    7.46      8.50     6.88
    lahan
    rehabilitasi
    dalam        hutan
    terhadap lahan
    kritis (%)
    Kelautan
    Jumlah    tindak     0           9       13       22       15        26       DKP
    pidana
    perikanan
    Luas kawasan                             903,8                                DKP Prov
    konservasi laut                             98                                   Malut
    (ha)                                        0


                                                                                       14 
 
Kesejahteraan
                 Sosial
                 Persentase          12.42    13.23     12.73   11.97   11.28    10.36     BPS
                 Penduduk
                 Miskin (%)
                 Tingkat              7.53    24.37      6.90   6.05     6.48     6.61   BPS
                 Pengangguran
                 Terbuka (%)




2. Analisis Pencapaian Indikator

      a. Indeks Pembangunan Manusia


                        Indeks Pembangunan Manusia
             69,00
                                                68,82
             68,50
             68,00
                                           67,82
             67,50                    67,50                       Indeks Pembangunan 
             67,00               67,00                            Manusia
             66,50           66,40
             66,00
                 2002    2004        2006    2008       2010


          Sumber : BPS, Malut.2010


          Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator komposit yang menunjukkan
    kinerja pembangunan manusia di suatu wilayah. Indeks ini dihitung berdasarkan tiga
    dimensi pembangunan manusia, yaitu dimensi kesehatan dengan indikator Angka
    Harapan Hidup yang ditunjukkan dengan peningkatan kemampuan untuk hidup sehat
    dalam jangka waktu yang lebih lama. Dimensi pengetahuan dengan indikator Angka
    Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah yang ditunjukkan dengan peningkatan
    pendidikan. Sedangkan dimensi kehidupan yang layak dengan indicator pengeluaran Riil
    per Kapita yang ditunjukkan dengan tingkat pendapatan. Aspek pembangunan manusia
    di suatu wilayah dapat diketahui dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM adalah
    suatu wilayah pada suatu saat tertentu dapat menunjukkan status pembangunan
    manusia di wilayah tersebut. IPM Maluku Utara dalam 5 Tahun terakhir mengalami
    peningkatan, menunjukkan bahwa pembangunan manusia mengalami perubahan namun
    angka IPM masih dibawah IPM Nasional. Dari tabel tergambar peningkatan GDI Provinsi


                                                                                           15 
 
Maluku Utara, menunjukkan semakin kecil perbedaan jender dalam pembangunan asasi
    manusia. Kondisi ini ditunjukkan juga dengan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia
    (IPM) Maluku Utara dari tahun 2004 – 2008 mengalami peningkatan yaitu pada tahun
    2004 sebesar 66.40 dan pada tahun 2008 sebesar 68.82. Sedangkan pada tahun 2009
    belum tersedia yang akurat berkaitan dengan IPM Maluku Utara.
          Semakin meningkatnya IPM Maluku Utara disebabkan karena adanya kebijakan
    nasional barkaitan dengan wajib belajar 9 tahun, dimana pemerintah pusat memfasilitasi
    penyelenggaraan pendidikan gratis bagi masyarakat serta idikuti dengan kebijakan
    prioritas pembangunan yang dilakukan oleh beberapa kepala daerah di Maluku Utara.
    Sama halnya dengan pendidikan, pada bidang kesehatan juga dipengaruhi oleh
    kebijakan nasional tentang pelayanan kesehatan gratis melalui program jankesmas, dan
    diikuti oleh pemerintah daerah dengan program jamkesada di beberapa kabupaten
    seperti Kabupaten Halmahera Selatan, Kota Ternate, Kab. Halmahera Barat dan
    Halmahera Utara.


      b. Indikator Pendidikan

      1. Angka Partisipasi Murni Tingkat SD


                       Angka Partisipasi Murni Tingkat SD
             100
                                                                  86,84
              80                                          78,94
                                                  71,77
                                          65,24
              60                  59,31
                          53,92
                                                                          Angka Partisipasi 
              40
                                                                          Murni Tingkat SD
              20

               0
                2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

          Sumber : DIKNAS, Malut.2010




                                                                                               16 
 
Angka Partisipasi Kasar Tingkat SD
    120
    100                                                       97,94
                                                      89,03
     80                                 73,58 80,94
     60                   60,81 66,89                                  Angka Partisipasi Kasar 
     40                                                                Tingkat SD
     20
      0
      2002            2004      2006          2008            2010

    Sumber : DIKNAS, Malut.2010




                              Angka Melek Huruf (%)
     95,7
     95,6
     95,5
     95,4
     95,3                                                             Angka Melek Huruf (%)

     95,2
     95,1
              2002     2004     2006         2008         2010

    Sumber : DIKNAS, Malut.2010



     GRAFIK INDIKATOR PENDIDIKAN DENGAN DATA PENDUKUNG

     120

     100
                                                                      Angka Partisipasi 
      80                                                              Murni Tingkat SD
                                                                      Angka Partisipasi Kasar 
      60                                                              Tingkat SD
                                                                      Angka Melek Huruf (%)
      40

                                                                      Angka Putus Sekolah 
      20                                                              Tingkat SD (%)

          0
          2002         2004     2006         2008         2010


    Sumber : DIKNAS, Malut.2010

                                                                                                  17 
 
Dari data seperti terlihat pada grafik. bahwa jumlah siswa yang duduk dibangku
    sekolah dasar       Provinsi Maluku Utara, baik dilihat dari partisipasi Kasar maupun
    partisipasi murni pada setiap tahun semakin meningkat, begitu juga angka melek 15
    tahun ke-atas, disebabkan karena pemerintah daerah (Delapan kabupaten dan kota)
    sudah menjalankan program nasional dan didukung oleh Progam pioritas Daerah,
    walaupun belum sepenuh dijalankan progam-program Nasional tersebut. Pada tahun
    2005 sampai dengan 2007 terjadi peningkatan usia anak dari 7 tahun sampai 12 tahun
    yang duduk dibangku sekolah dasar (SD) dengan persentasinya 66.89% sampai dengan
    80,94% untuk partisipasi kasar dan 59,31% sampai dengan 71,77% partisipasi murni,
    serta buta aksara 15 tahun ke-atas mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu
    2,31% sampai dengan 1,58%. Karena program-program nasional dan daerah sudah
    mulai menyentuh kepada masyarakat.
           Pada tahun 2008 jumlah usia anak 7 tahun samapai dengan 12 tahun yang duduk
    dibangkau sekolah (SD) mengalami peningkatan 89,03% partisipasi kasar dan 78,94%
    partisipasi murni disebabkan delapan kabupaten dan kota merealisasikan angaran
    dengan program-program yang menyentuh langsung kepada masarakat berdasarkan visi
    dan misi Provinsi Maluku Utara melalui Dinas Pendidikan. Program yang menyentuh
    kepada masyarakat antara lain sekolah gratis dan memberikan beasiswa kepada siswa
    yang berdampak pada menurunnya angka putus sekolah tingkat SD (Lihat grafik ).
    Tahun 2008 Buta aksara Provinsi Maluku Utara berumur 15 tahun ke-atas juga
    mengalami penurunan 11.02% disebabkan karena program-program antara lain
    Pendidikan Luar Sekolah (PLS) (Program Kegiatan Belajar Masyarakat/PKBM), Sekolah
    Luar Biasa (SLB) sudah mulai beroperasi sampai pada daerah-daerah terpencil, terluar,
    tertinggal.
           Perkembangan yang cukup signifikan yaitu pada tahun 2009, dimana partisipasi
    kasar dan murni mengalami peningkatan dari 89,03% menjadi 97,94% partisipasi kasar
    dan 78,94% menjadi 86,84% partisipasi murni, ini disebabkan karena faktor keamanan,
    pelayanan dan teralisasinya angaran dan program oleh delapan kabupaten dan kota
    yang ada di Maluku Utara,        sehingga menunjukan hasil   bahwa sebahagian besar
    (97,94%) jumlah penduduk Maluku Utara yang usia anak 7 tahun sampai dengan 12
    tahun sudah menduduki bangku sekolah dasar (SD) serta menurunnya buta aksara dari
    11,02%        menjadi 8,37%,   disebabkan karena fokusnya pemerintah daerah terhadap
    pendidikan, dengan menjalangkan Program-program Nasional yang didukung oleh
    Program Pioritas daerah melalui Dinas Pendidikan       Provinsi Maluku Utara   sesuai
    dengan Visi dan Misi untuk mengembangkan Pendidikan di Maluku Utara.

                                                                                      18 
 
2. Rata – Rata Nilai Akhir Tingkat SMP



                    Rata‐Rata Nilai Akhir Tingkat SMP
            7,00
            6,80               6,86

            6,60                                                6,63
            6,40                                                         Rata‐Rata Nilai Akhir 
                                                    6,38 6,34
                                                                         Tingkat SMP
            6,20                      6,23
                                             6,11
            6,00
                 2002    2004         2006          2008        2010

         Sumber : DIKJAR, Malut. 2010




3. Rata – Rata Nilai Akhir Tingkat Sekolah Menengah



                   Rata‐Rata Nilai Akhir Tingkat Sekolah 
                                Menengah
          7,00

          6,50             6,51
                                  6,32 6,21 6,38 6,36                      Rata‐Rata Nilai Akhir 
          6,00                                                             Tingkat Sekolah 
                                                                 5,77      Menengah
          5,50
             2002       2004          2006           2008         2010

        Sumber : DIKJAR, Malut. 2010


          Rata – Rata Nilai Akhir SMP dan SMA dari Tahun 2004 – 2009 mengalami
trend menurun, program pemerintah melalui pendidikan gratis mendorong masyarakat
untuk sekolah namun tidak diikuti dengan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan.
Dari sisi ketersediaan jumlah sekolah, sampai tahun 2009 terdapat 2.013 sekolah pada
semua tingkatan di 9 kabupaten/kota.  Namun dengan ketersediaann sekolah tersebut
belum didukung dengan fasilitas dan guru yang memadai. Selain itu, wilayah Maluku
Utara merupakan daerah kepulauan, sehingga akses dan untuk membangun jaringan
kerjasama dengan sekolah yang memiliki fasilitas memadai sulit, hal ini juga
menyebabkan terjadi ketimpangan antara daerah yang aksesnya mudah dan sulit.
                                                                                                    19 
 
4. Angka Putus Sekolah Tingkat SD



                Angka Putus Sekolah Tingkat SD (%)
         3,50
         3,00            2,93
         2,50
                                2,31
         2,00                          1,97
         1,50                                 1,58                 Angka Putus Sekolah 
                                                     1,26          Tingkat SD (%)
         1,00                                               1,01
         0,50
         0,00
            2002     2004       2006          2008          2010

       Sumber : DIKJAR, Malut.2010


5. Angka Putus Sekolah Tingkat SMP



                Angka Putus Sekolah Tingkat SMP (%)
         4,00
                         3,74
         3,00                   2,99
                                       2,32
         2,00                                 1,86                 Angka Putus Sekolah 
                                                     1,11 0,89     Tingkat SMP (%)
         1,00

         0,00
            2002     2004       2006          2008          2010


           Sumber : DIKJAR, Malut. 2010

6. Angka Putus Sekolah Tingkat Menengah


                Angka Putus Sekolah Tingkat Sekolah 
                          Menengah (%)
         6,00
         4,00            3,84
                                3,07 2,74                          Angka Putus Sekolah 
         2,00                                 1,64 1,25            Tingkat Sekolah 
                                                        0,95       Menengah (%)
         0,00
            2002     2004       2006          2008          2010

         Sumber : DIKJAR, Malut.2010

                                                                                          20 
 
Angka putus sekolah dari Tahun 2004 – 2009 mengalami trend menurun,
kecendrungan ini menunjukkan bahwa wilayah Maluku Utara masyarakat telah
mengenyam pendidikan. Program Pemerintah melalui pendidikan gratis merupakan salah
satu penyebab menurunnya angka putus sekolah.


    7. Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruh Tingkat SMP


                      Persentase Guru Layak Mengajar 
                     Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat 
                                 SMP (%)
             30,00
                                                              Persentase Guru 
             20,00                                    20,31
                                                  15,39       Layak Mengajar 
             10,00                       8,83 11,66           Terhadap Guru 
                             5,07 6,69
              0,00                                            Seluruhnya Tingkat 
                                                              SMP (%)
                 2002    2004    2006        2008    2010


              Sumber : DIKJAR, Malut. 2010



        Berdasarkan data diatas, menunjukan presentasi guru layak mengajar di Provinsi
Maluku Utara menunjukan peningkatan, walaupun secara keseluruhan belum melebihi
50% dari total guru yang ada. Indikator guru layak mengajar dapat dilihat dari total jumlah
guru di Maluku Utara tahun 2009 sebanyak 20.743 orang pada semua tingkatan,
sedangkan jumlah guru yang berkualifikasi S1 sebanyak 13.082 orang yang tersebar di 8
kab/kota. (Data LPMP Malut, 2009). Sedangkan dilihat dari guru yang telah mengikuti
sertifikasi sampai tahun 2009 sebanyak 1724 dan tahun 2010 menjadi sebanyak 2183
guru.
        Mencermati kondisi diatas, maka kondisi Maluku Utara sampai saat ini melum bisa
memberikan harapan terhadap adanya peningkatan kualitas dan mutu pendidikan. Hal ini
disebabkan karena guru merupakan salah satu faktor penting dalam                mewujudkan
pendididkan yang berkualitas, serta pemerataan hasil pendidikan.




                                                                                        21 
 
c. Indikator Kesehatan

    1. Umur Harapan Hidup


                         Umur Harapan Hidup (tahun)
             71
                                                             70,5 70,6
             70
             69                                       69,3
                                               68,5
             68                                                              Umur Harapan 
             67                         67,4
                                                                             Hidup (tahun)
             66                  66,2
             65
                 2002     2004           2006          2008         2010

                 Sumber : Dinas Kesehatan, Malut. 2010



                         Angka Kematian Bayi (per 1.000 
                                kelahiran hidup)
            40
                             35
            30                          30,4
                                               25,8
            20                                                              Angka Kematian Bayi 
                                                      18,2
                                                             14,8 14,2      (per 1.000 kelahiran 
            10                                                              hidup)
             0
              2002        2004          2006          2008          2010

           Sumber : DINKES, Malut. 2010

 

    2. Gizi Buruk


                                         Gizi Buruk (%)
              2                                 1,9
                                 1,6     1,7
             1,5                                       1,4    1,4    1,4
              1
                                                                              Gizi Buruk (%)
             0,5
              0
                  2002     2004           2006          2008         2010


              Sumber : Dinas Kesehatan, Malut. 2010



                                                                                                    22 
 
3. Gizi Kurang


                                       Gizi Kurang (%)
            25,00
            20,00                              19,3019,40
            15,00
                                                              13,20
            10,00                8,70 9,50                                          Gizi Kurang (%)
             5,00                                                     4,90
             0,00
                2002          2004          2006          2008          2010

          Sumber : Dinas Kesehatan, Malut. 2010



          GRAFIK INDIKATOR KESEHATAN DENGAN DATA PENDUKUNG

          80                                                                   Angka Kematian Bayi 
          70                                                                   (per 1.000 kelahiran 
                                                                               hidup)
          60
                                                                               Umur Harapan Hidup 
          50
                                                                               (tahun)
          40
          30                                                                   Gizi Buruk (%)
          20
          10
           0                                                                   Gizi Kurang (%)
            2002       2004          2006          2008          2010
                                                                                                        
         Sumber : DINKES, Malut. 2010.

                                                           

       Berdasarkan data seperti pada grafik diatas, menunjukan bahwa angka kematian
bayi pada tahun 2004 - 2007 masih cukup tinggi mencapai 35% - 18,2% disebabkan
karena, delapan kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Maluku Utara,                                      belum
sepenuhnya menjalangkan program nasional yang dicanangkan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia seperti JAMKESMAS, Program Desa Siaga dan
kurangnya sosialisasi kesehatan dan keterbatasan sarana prasyaran di tempat/desa-desa
terpencil, terpinggiran, dan terluar serta belum aktifnya program desa siaga pada daerah-
daerah tersebut, disamping itu juga foktor geografis yang merupakan kendalah/hambatan
terbesar di Provinsi Maluku Utara, sehingga menyebabkan angka kematian bayi pada
tahun 2004 sampai 2007 cukup tinggi. Selain itu tingginya kematian bayi juga disebabkan
oleh foktor Gizi kurang dan Gizi Buruk yang mengalami peningkatan sejak tahun 2006

                                                                                                              23 
 
s.d. 2008 yaitu mencapai 19.3% - 13,2% gizi kurang dan 11.9% gizi buruk pada tahun
2006.
        Pada tahun 2008       sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan angka
kematian bayi mencapai 14,8% - 14,2%,               ini disebabkan karena ada peningkatan
Program JAMKESMAS yang dijalangkan oleh pemerintah Provinsi Maluku Utara
(ketercapaian program, jumlah penduduk 434.829 orang (40,9%) dari jumlah penduduk
Maluku Utara,      yg dibiayai anggaran pusat (APBD)              sebanyak 302.436 orang), dan
Program Desa Siaga yang terbentuk sampai tahun 2009 telah mencapai 1033                      atau
97.18 % dari 1063 Desa yang ada di Provinsi Maluku Utara. Serta program daerah yang
mendukung program Nasional seperti JAMKESDA yang diangarkan oleh angaran daerah
untuk membiayai sebanyak        132.393 orang. Jadi ketercapaian program-program baik
program nasional maupun program daerah yang mendukung program nasional, sangat
mempengaruhi angka kematian bayi, seperti terlihat pada grafik 1.1 diatas.


d. Indikator Keluarga Berencana


                    Contraceptive Prevalence Rate (%)
           80,00
           60,00                                       58,28
                              48,3848,25     51,0954,09
                                        48,18
           40,00                                                     Contraceptive 
           20,00                                                     Prevalence Rate (%)
            0,00
                2002     2004        2006    2008      2010


          Sumber : BKKBN, Malut. 2010



                       Persentase laju pertumbuhan 
                                penduduk 
           2

          1,5                         1,52   1,55
                       1,29                         1,28   1,25
           1                                                              Persentase laju 
                              0,83                                        pertumbuhan 
          0,5                                                             penduduk 

           0
            2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010


          Sumber : BPS, Malut. 2010

                                                                                              24 
 
GRAFIK INDIKATOR KELUARGA BERENCANA DENGAN
                                DATA PENDUKUNG

        90,00
        80,00
        70,00                                               Contraceptive 
                                                            Prevalence Rate (%)
        60,00
        50,00
                                                            Persentase laju 
        40,00                                               pertumbuhan 
        30,00                                               penduduk 
        20,00                                               Persentase PUS
        10,00
         0,00
             2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010


      Sumber : BKKBN, Malut. 2010



        Contraceptive Prevalence Rate (CPR) adalah cakupan peserta KB aktif dari
pasangan usia subur. Dari tahun 2004 persentase peserta KB aktif mengalami
peningkatan, tahun 2004 sebesar 48.38% dan pada tahun 2009 sebesar 58.28%.
Peningkatan relative ini menunjukkan kesadaran masyarakat khususnya pasangan usia
subur untuk menekan jumlah kelahiran.
      Persentase laju pertumbuhan penduduk Provinsi Maluku Utara cenderung
fluktuatif, dari tahun 2004 laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.29 % dan pada tahun
2005 mengalami penurunan yaitu sebesar 0.83%, dan pada tahun 2006 meningkat
sebesar 1.52% peningkatan lebih besar dari tahun 2004, namun pada tahun 2009
mengalami penurunan laju pertumbuhan penduduk yaitu sebesar 1.25%. Berdasarkan
data tersebut diatas, pada Tahun 2004 – 2006 CPR atau peserta KB aktif dari pasangan
usia subur cenderung menurun persentasenya, artinya bahwa kesadaran pasangan usia
subur untuk KB masih rendah, namun seiring program pemerintah peningkatan pelayanan
KB maka pada tahun 2007 – 2009 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
Sementara laju pertumbuhan penduduk cenderung stabil tiap tahunnya, pada Tahun 2005
mengalami penurunan sebesar 0.83 % sedangkan pada tahun 2004, 2006 – 2009 laju
pertumbuhan penduduk berada pada kisaran persentase 1,25 – 1,55 %.




                                                                                  25 
 
2. Total Fertility Rate



                                     Total Fertility Rate (%)
               3,4
               3,3
               3,2
               3,1                                              Total Fertility Rate 
               3,0                                              (%)
               2,9
               2,8
                  2002        2004      2006   2008   2010


             Sumber : BKKBN, Malut. 2010



          Total Fertility Rate (TFR) adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada
kelompok umur ( 15-49 Tahun). Persentase TFR Maluku Utara menunjukkan trend
menurun, artinya bahwa wanita yang berada pada usia (15-49 Tahun) melahirkan makin
berkurang, faktor penyebabnya adalah makin banyak wanita pada usia di atas 15 tahun
berada pada usia sekolah, yang sementara mengenyam pendidikan. Kecendrungan
melahirkan berada pada wanita di atas usia 30 – 49 Tahun, namun angka kelahiran
ditekan dengan tidak memiliki anak sebanyak-banyaknya karena makin banyak
kebutuhan yang akan dikeluarkan kaitannya dengan tingkat pendapatan dan ekonomi
masyarakat.




                                                                                        26 
 
e. Indikator Ekonomi Makro




                      Laju Pertumbuhan Ekonomi Maluku 
                                   Utara
           7
           6                                       6,01    5,98     6,01
                                        5,48
           5                   5,1
                      4,71
           4
           3                                                                 Laju Pertumbuhan 
           2                                                                 Ekonomi Maluku Utara
           1
           0
                 2004     2005       2006    2007     2008    2009

      Sumber : Bank Indonesia, Malut. 2010


           GRAFIK INDIKATOR EKONOMI MAKRO DENGAN DATA PENDUKUNG

      45
      40
      35                                                                   Laju Pertumbuhan 
                                                                           Ekonomi Maluku Utara
      30
      25                                                                   Inflasi
      20
      15                                                                   Investasi
      10
       5                                                                   % Ekspor terhadap PDRB
       0
               2004     2005     2006       2007    2008     2009




      Pada grafik tersebut di atas Nampak bahwa pada tahun 2004 pertumbuhan
ekonomi yang dicapai olah Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 4,71%, selanjutnya
pada tahun 2005 terjadi peningkatan menjadi sebesar 5,10%, pada tahun 2006 kembali
terjadi peningkatan menjadi 5,48%, demikian juga pada tahun berikut yakni tahun 2007
menjadi 6,01, namun pada tahun 2008 terjadi penurunan atau pelambatan pertumbuhan
ekonomi Maluku Utara, yakni sebesar 5,98%, tetapi pada tahun 2009 kembali terjadi
perbaikan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara menjadi sebesar 6,01
      Selanjutnya, pada Grafik gabungan dengan data pembanding tersebut di atas,
nampak bahwa hampir sepanjang 6 tahun yaitu dari tahun 2004 sampai dengan tahun

                                                                                                    27 
 
2009 pertumbuhan ekonomi Maluku Utara selalu mengalami peningkatan kecuali pada
tahun 2008. Beberapa data pembanding yang digunakan untuk menganalisa tingkat
pertumbuhan ekonomi Maluku Utara adalah tingkat inflasi, investasi            dan persentase
ekspor terhadap PDRB. Pada tahun 2006, laju pertumbuhan ekonomi Maluku Utara
meningkat cukup tajam hingga ke level 6,01. Meskipun sesungguhnya pada tahun itu,
terjadi penurunan tingkat investasi ke tingkat yang cukup rendah dalam kurun waktu itu,
yakni ke level 9,76. Namun karena selama 3 tahun sebelumnya tingkat investasi selalu
mengalami meningkat, bahkan pada tahun 2006 mencapai angka 25,36 telah membuat
terjadinya peningkatan produksi secara lokal di Maluku Utara. Hal ini          didukung oleh
adanya peningkatan ekspor Maluku Utara, seperti ditunjukkan oleh adanya kenaikan
persentase (%) ekspor terhadap PDRB yaitu sebesar 42,10.
       Pada tahun 2008, laju pertumbuhan ekonomi Maluku Utara mengalami penurunan
atau pelambatan dengan tingkat pertumbuhan sebesar 5,98. Hal ini disebabkan oleh
terjadinya penurunan tingkat investasi pada tahun sebelumnya, yang selanjutnya
berimbas terhadap terjadinya penurunan ekspor. Kondisi ini turut diperburuk oleh tingkat
inflasi yang cenderung meningkat, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan harga
terhadap berbagai komoditas. Selanjutnya, membuat daya beli masyarakat menjadi
cenderung melemah. Pada tahun 2009, laju pertumbuhan ekonomi Maluku Utara kembali
mengalami peningkatan ke level 6,01. Tingginya tingkat investasi yang berhasil
direalisasikan pada tahun 2008, yakni 29,96 telah mendorong perusahaan-perusahaan
manufaktur     lokal    untuk   menggerakkan     produksinya.   Hasilnya   telah   mendorong
peningkatan ekspor Maluku Utara secara relative (%) sehingga menyebabkan persentase
ekspor terhadap PDRB meningkat menjadi 42,1.



                        % Out Put Manufaktur Terhadap 
                                    PDRB
          15
          14
          13                                                    % Out Put Manufaktur 
          12                                                    Terhadap PDRB
          11
                 2004    2005   2006   2007   2008   2009


             Sumber : BPS, Malut. 2010




                                                                                          28 
 
Pada grafik tersebut di atas terlihat bahwa selama 2004 - 2009, nilai persentase
output manufaktur terhadap PDRB Maluku Utara menunjukkan kondisi yang fluktuatif, dan
memiliki kecenderungan menurun. Pada tahun 2004 berada pada nilai 14,14, tahun 2005,
mengalami penurunan ke level 13,75, selanjutnya pada tahun 2006 terjadi sedikit
kenaikan menjadi 13,77, namun pada tahun 2007 kembali mengalami penurunan menjadi
13,40. Terjadinya penurunan kontribusi sector manufaktur pada tahun 2005 terhadap
PDRB Maluku Utara disebabkan oleh karena beberapa perusahaan dengan skala yang
cukup besar mengakhiri kegiatan usahanya di Maluku Utara. Seperti Barito dan
perusahaan tambang di Gebe. Selanjutnya pada tahun 2006 sedikit mengalami perbaikan
disebabkan oleh mulai membaiknya kondisi sosial politik pasca konflik, sehingga
beberapa perusahaan baru mulai masuk ke Maluku Utara untuk melakukan kegiatan
usahanya. Karena kebanyakan usaha ini bersifat home industry sehingga proses untuk
melakukan pengurusan perijinan sampai tahap produksi tidak terlalu lama. Sehingga pada
tahun tersebut terjadi perbaikan kontribusi sector industry. Namun pada tahun 2007,
kembali terjadi penurunan. Hal ini disebabkan oleh kontribusi sector-sektor lain yang
mengalami lonjakan, sehingga walaupun sector industry mengalami pertumbuhan pesat
pada tahun ini jumlah perusahaan yang tercatat sebanyak 1231, bandingkan dengan
tahun 2006 yang hanya sebesar 422. Sementara itu, pada tahun 2008 kembali
mengalami penurunan menjadi 12,11. Pada tahun ini kontribusi sector-sektor lain terus
mengalami peningkatan. Sector yang mengalami peningkatan secara signifikan adalah
pertanian dengan memberikan kontribusi sebesar 39,47%. Dan kemudian disusul oleh
sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan sumbangan sebesar 21,94 persen.


                            Pendapatan Perkapita
         30

         25                                     23,91
         20                             21,13
                          18,45 19,37
                  17,14
         15
                                                           Pendapatan Perkapita
         10

          5

          0
              2004   2005   2006   2007   2008    2009


       Sumber : BPS, Malut.2010




                                                                                    29 
 
GRAFIK PENDAPATAN PERKAPITA DENGAN DATA PENDUKUNGNYA


         45
         40                                                    Pendapatan Perkapita
         35
         30
         25                                                    Laju Pertumbuhan 
         20                                                    Ekonomi
         15                                                    Investasi
         10
          5                                                    % Ekspor Terhadap 
          0                                                    PDRB
               2004   2005   2006   2007   2008   2009


    Sumber : BPS, Malut.2010



      Pada Grafik Tersebut di atas nampak bahwa secara terus menerus dari tahun
2004 – 2008 pendapatan perkapita masyarakat Maluku Utara selalu mengalami
peningkatan. Pada tahun 2004 pendapatan perkapita adalah sebesar Rp 2.714.198
(17,14%), pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp 2.921.591 (18,45%), kemudian pada
tahun 2006 sebesar Rp 3.066.296 (19,37), selanjutnya pada 2007 menjadi Rp 3.346.523
(21,13), dan pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp 3.785.499 (23,91).
      Selanjutnya, pada Grafik gabungan dengan beberapa data pembanding
menunjukkan bahwa terus membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat
Maluku Utara dalam lima tahun, tidak lepas dari peran beberapa indikator pendukung
yang juga terus membaik. Salah satunya adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang juga
secara relative terus mengalami perbaikan. Dengan mengacu pada hukum Okun (Okun
law), bahwa setiap terjadinya pertumbuhan ekonomi sebesar 1% maka tingkat
pengangguran    akan    berkurang     sebesar     1%.    Sehingga   dengan     berkurangnya
pengangguran yang terserap pada berbagai lapangan kerja akan menyebabkan
pendapatan masyarakat juga akan mengalami peningkatan.
      Dukungan yang sama juga diberikan oleh beberapa indikator pembanding lainnya.
Seperti tingkat investasi dan persentase ekspor terhadap PDRB yang cenderung
mengalami peningkatan. Yang unik adalah ketika tingkat investasi mengalami penurunan,
tingkat persentase ekspor terhadap PDRB justru mengalami peningkatan. Yang artinya
bahwa di saat tambahan investasi sedang lesu, tingkat produksi dari berbagai industri
manufaktur maupun perusahaan yang sudah berjalan justru sedang meningkat. Hal ini
menyebabkan penurunan tingkat investasi tidak berdampak secara langsung terhadap


                                                                                         30 
 
tingkat pendapatan masyarakat. Hal yang sama juga terjadi di saat tingkat persentase
ekspor sedang mengalami penurunan, nilai investasi telah mengalami peningkatan.
Sehingga berkurangnya tingkat persentase ekspor Maluku Utara diimbangi dengan
adannya investasi baru yang justru membuka lapangan kerja baru bagi angkatan kerja
baru yang pada tahun sebelumnya belum terserap di berbagai lapangan kerja. Kombinasi
dari berbagai factor tersebut menyebabkan pendapatan per kapita masyarakat Maluku
Utara secara relatif naik tiap tahun.



                                                    Tingkat Inflasi
                   25

                   20                    19,42
                   15

                   10                                         10,43   11,25               Tingkat Inflasi

                    5          4,82                 5,12

                    0
                          2004        2005      2006       2007   2008       2009


           Sumber : Bank Indonesia, Malut. 2010.



              25

              20
                                                                                    Inflasi
              15
                                                                                    Bahan Makanan

              10                                                                    Makan Jadi
                                                                                    Perumahan 
               5                                                                    Sandang

               0
                        2004     2005        2006   2007      2008    2009



       Pada Grafik di atas, memperlihatkan bahwa pada tahun 2004 tingkat inflasi di
Maluku Utara adalah sebesar 4,82, selanjutnya pada tahun 2005 terjadi peningkatan
secara tajam menjadi 19,42. Namun pada tahun 2006 terjadi penurunan kembali ke level
1 digit menjadi 5,12. Kemudian dua tahun berikutnya, pada tahun 2007 dan 2008 kembali
ke level 2 digit, yakni masing-masing 10,43 dan 11,25.

                                                                                                            31 
 
Pada Grafik gabungan dengan data pembanding tersebut, nampak bahwa tingkat
inflasi yang terjadi di Maluku Utara cenderung mengalami fluktuasi yang sangat dinamis
dari beberapa tahun pengamatan. Namun peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2005
yakni sebesar 19,42, sementara tingkat inflasi terendah terjadi pada tahun 2004, yakni
sebesar 4,82. Dari penelusuran dengan beberapa indikator, seperti bahan makanan,
perumahan, sandang, dan transportasi nampak bahwa faktor bahan makanan memiliki
pengaruh yang paling signifikan terhadap gejolak inflasi di Maluku Utara. Hal ini terlihat
dari arah pergerakan keduanya yang cenderung memiliki pergerakan yang searah. Yaitu
bahwa jika pergerakan harga bahan makanan naik, maka tingkat inflasi pun akan
mengalami gejolak meningkat. Sebaliknya, jika harga bahan makanan turun maka tingkat
inflasi juga akan mengalami penurunan.
       Beberapa hal yang terjadi disepanjang tahun 2004 dan 2005 telah menyebabkan
tingkat inflasi cenderung tinggi, antara lain sebagai kelanjutan dari pemekaran Maluku
Utara sebagai sebuah provinsi telah menyebabkan pembangunan infrastruktur secara
besar-besaran. Hal ini terjadi pada tingkat provinsi maupun pada tingkat kabupaten/kota.
Untuk itu, jumlah uang yang beredar di masyarakat menjadi tinggi. Pada sisi yang lain,
tanpa disadari hal ini menyebabkan berkurangnya perhatian pemerintah pada
pembangunan di sektor-sektor lain, termasuk bidang pertanian dan perdagangan.
Akibatnya, terjadinya kelangkaan supply bahan makanan dari kalangan petani lokal.
Sementara itu proses pemenuhan yang dilakukan dengan mendatangkan pasokan dari
daerah lain oleh para pedagang telah memunculkan permainan harga.
       Setelah sempat mengalami tingkat harga relative yang stabil pada tahun 2006,
pada tahun 2007 dan 2008 kembali mengalami gejolak. Salah satu pemicunya adalah
adanya pemilihan gubernur kepala daerah Maluku Utara yang proses penentuan
pemenangnya memakan waktu yang lama dan berlarut-larut. Sehingga kembali
mengurangi perhatian pemerintah terhadap pemenuhan kebutuhan pokok secara baik.
Sehingga kembali memicu tingginya harga kebutuhan pokok.




                                                                                       32 
 
f.   Indikator Investasi


                            Realisasi Investasi PMDN
            2000
                                         1.733
            1500

            1000                                                      Realisasi Investasi 
                                                                      PMDN
             500

               0
                   2004    2005    2006    2007    2008     2009


             Sumber : BKPMD, Malut. 2010

             GRAFIK INDIKATOR INVESTASI DENGAN DATA PENDUKUNG

            2000

            1500
                                                                   Persetujuan Rencana 
            1000                                                   Investasi PMDN
                                                                   Realisasi Investasi 
             500                                                   PMDN

               0
                   2004    2005   2006    2007    2008    2009




        Pada grafik di atas Nampak bahwa data yang tersedia tentang nilai realisasi
penanaman modal dalam negeri (PMDN) selama kurun waktu 2004 – 2009 hanya
tersedia pada 1 tahun saja, yakni 2006 (sampai saat ini masih diupayakan untuk
mendapatkan data dari berbagai instansi yang terkait). Dan pada tahun 2006, tersebut
tingkat investasi yang berhasil direalisasikan hanya sekitar 1.733 milyar rupiah.
        Pada grafik gabungan dengan data pembanding tersebut di atas, terlihat bahwa
nilai persetujuan investasi khususnya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di
Maluku Utara selama 2004 – 2009, cenderung rendah. Dari sepanjang tahun pengamatan
tersebut hanya pada tiga tahun terdapat permohonan investasi, yakni 2006 -2008. Namun
nilainya terus mengalami penurunan. Dan dari tiga tahun tersebut yang berhasil
direalisasikan menjadi invetasi hanya pada tahun 2006 dengan nilai investasi sebesar

                                                                                             33 
 
1.733 milyar. Terdapat beberapa sebab masih rendahnya realisasi investasi PMDN di
Maluku Utara, yakni kebanyakan rencana investasi yang diajukan tersebut mengarah
kepada sektor pertambangan sehingga ketika permohonan investasi tersebut disetujui,
selanjutnya dilakukan tahap eksplorasi. Biasanya setelah proses eksplorasi ini dilakukan
dan hasilnya tidak seperti yang diperkirakan kebanyakan para investor tersebut urung
melakukan investasi.
       Selain itu, faktor sarana dan prasarana penunjang yang masih minim
menyebabkan minat investasi para investor lokal masih rendah. Seperti diketahui bahwa,
Provinsi Maluku Utara merupakan daerah kepulauan yang sebaran pulau-pulaunya
sangat tinggi. Oleh sebab itu termasuk salah provinsi dengan kategori daerah dengan
biaya ekonomi tinggi. Selanjutnya, pada tahun 2007 dan 2008 nilai persetujuan rencana
investasi, khususnya PMDN terus mengalami penurunan. Sebenarnya pemerintah daerah
telah melakukan sebuah terobosan yang dianggap dapat mendorong investasi lokal, yakni
dengan diluncurkannya pola pelayanan One Stop Service (OSS) yang dianggap lebih
dapat memberikan kemudahan kepada para investor ketimbang pola One Roof Service.
Namun salah satu hal yang masih minim dilakukan oleh pemerintah daerah Maluku Utara
adalah memperkenalkan berbagai potensi investasi daerah di berbagai pameran investasi
lokal, regional, maupun nasional yang selama ini dianggap efektif dan banyak dilakukan
oleh berbagai daerah lain di Indonesia dalam menggaet investor.




                              Nilai Realisasi PMA
          25
                                         21,8
          20
          15
                                  13,5
          10                                                  Nilai Realisasi PMA
           5                                          5,9

           0              0,006
               2004    2005   2006   2007   2008   2009


    Sumber : BKPMD, Malut.2010




                                                                                     34 
 
50
         45
         40
         35
         30                                                   Nilai Realisasi PMA
         25
         20
                                                              Nilai Persetujuan 
         15                                                   Rencana Investasi PMA
         10
          5
          0
              2004   2005   2006   2007   2008   2009




       Pada Grafik Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) tersebut di atas,
Nampak bahwa dari tahun 2005 nilai investasi yang terjadi adalah US$ 0,006 Milyar,
selanjutnya pada tahun 2006 terjadi peningkatan yang cukup tinggi menjadi sebesar US$
14,26 Milyar, selanjutnya pada tahun 2008 kembali terjadi peningkatan secara signifikan
dengan nilai realisasi investasi sebesar US$ 21,8 Milyar, sementara pada tahun 2008
tidak ditemukan data, dan pada tahun 2009 sekitar US$ 6 Milayar.
       Selanjutny pada Grafik gabungan tersebut tersebut nampak bahwa selama
dilakukan pengamatan tentang realisasi investasi penanaman Modal Asing (PMA) di
Maluku Utara. Terlihat bahwa selama kurun waktu 2004 dan 2005 belum ditemukan
adanya data tentang investasi asing di Indonesia meskipun sebenarnya telah terjadi
persetujuan investasi asing di berbagai daerah di Maluku Utara. Hal ini terlihat dari telah
adanya persetujuan yang telah dilakuan antara pemerintah daerah dengan investor luar
negeri. Selanjutnya, pada tahun 2006 telah terjadi realisasi yang cukup menggembirakan
dengan adanya investasi sebesar kurang lebih US         $ 13 juta, walaupun sesungguhnya
masih jauh dari persetujuan investasi yang telah dilakukan antara pemerintah dengan
para investor sebsar sekitar US $ 26 juta. Selanjutnya, pada tahun 2007 terus terjadi
perbaikan terhadap realisasi investasi yang berhasil diwujudkan dengan angka investasi
sebesar US $ 22 juta, kendati pun juga masih jauh dari persetujuan yang telah dilakuakn
sebesar kurang lebih US $ 46 juta. Hanya saja pada tahun 2008, tidak ditemukan data
tentang besarnya nilai relaisasi investasi Penanaman Modal Asing di Maluku Utara,
namun dari angka persetujuan nilai investasi yang berhasil dilakukan terlihat terjadi
penurunan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Yakni dari kisaran sekitar US $
46 juta menjadi berada pada kisaran angka di bawah US $ 10 juta. Demikian juga pada
tahun 2009, sekalipun terjadi sedikit kenaikan terhadap nilai persetujuan investasi menjadi



                                                                                        35 
 
sekitar US $ 10 juta demikian juga dengan nilai realisasi investasi yang berhasil
diwujudkan dengan nilai US $ 6 juta.
       Pada tahun 2008 terjadi penurunan persetujuan rencana investasi yang juga
selanjutnya diikuti oleh penurunan realisasi penanaman modal asing di Maluku Utara, hal
ini disebabkan oleh kebanyakan bidang yang diminati oleh para investor adalah sektor
pertambangan sementara sarana dan prasarana penunjang di sector ini masih minim.
Seperti jalan dan pelabuhan. Selanjutnya, adalah belum ditemukannya ladang tambang
yang cukup menarik para investor potensial. Dan yang cukup mengganggu iklim investasi
adalah lemahnya penegakan hukum terhadap para penambang-penambang lokal
tradisional yang lazim dikenal dengan sebutan PETI (penambang emas tanpa isin) yang
beroperasi pada area-area tambang yang masuk dalam wilayah yang dikuasai oleh para
investor yang telah menanamkan modalnya.
       Namun pada hasil pengamatan 2 tahun terakhir tersebut seharusnya menjadi
sebuah warning bagi pemerintah daerah di Malluku Utara, baik pada tingkat provinsi
maupun pada tingkat kabupaten/kota untuk menjadi lebih giat lagi dalam melakukan
promosi tentang potensi investasi di Maluku Utara pada bererapa negara potensial.
Demikian juga, hal ini sekaligus merupakan cermin untuk melakukan pembenahan
tentang iklim dan regulasi investasi di daerah ini.


g. Indikator Infrastruktur


                       Persentase Jalan Nasional dalam 
                               Kondisi Baik (%)
          150,00

          100,00             100,00
                                                             Persentase Jalan 
                                                  64,48
            50,00                         48,35
                                              47,86          Nasional dalam Kondisi 
                                  41,43
                                      38,48
                                                             Baik (%)
             0,00
                2002     2004     2006    2008        2010


        Sumber : Dinas KIMPRASWIL, Malut. 2010




                                                                                       36 
 
Persentase Jalan Nasional dalam 
                               Kondisi Sedang (%)
          50,00
          40,00                          43,45

          30,00                                      31,2331,93
                                                                            Persentase Jalan 
          20,00                                 20,97                       Nasional dalam 
          10,00                                                  8,25       Kondisi Sedang (%)
           0,00                   0,00
                  2002      2004          2006          2008      2010




                         Persentase Jalan Nasional dalam 
                                Kondisi Rusak (%)
          60,00
          40,00                             40,55
                                                            34,60        Persentase Jalan 
          20,00                                   20,4320,20             Nasional dalam Kondisi 
                                     15,12
                                                                         Rusak (%)
           0,00               0,00
              2002         2004      2006          2008        2010




       GRAFIK INDIKATOR INFRASTRUKTUR DENGAN DATA PENDUKUNG

          120,00

          100,00                                                         Persentase Jalan 
                                                                         Nasional dalam Kondisi 
           80,00                                                         Baik (%)
           60,00                                                         Persentase Jalan 
                                                                         Nasional dalam Kondisi 
           40,00                                                         Sedang (%)
           20,00                                                         Persentase Jalan 
                                                                         Nasional dalam Kondisi 
            0,00                                                         Rusak (%)
                  2002     2004          2006       2008       2010




       Berdasarkan data tersebut di atas, mulai tahun 2005 terjadi penurunan drastis
persentase jalan nasional dalam kondisi baik (38,48 %) dan peningkatan persentase jalan
nasional dalam kondisi rusak (40,55 %), disebabkan karena realisasi program


                                                                                                   37 
 
pemeliharaan jalan belum berjalan dengan maksimal. Pada tahun 2007 terjadi
peningkatan persentase      jalan nasional dalam kondisi baik menjadi 47,09% . Hal ini
disebabkan karena program pemeliharaan dan peningkatan jalan yang dilakukan oleh
dinas terkait didukung oleh APBN dan APBD. Sehingga terlihat pula penurunan drastis
persentase jalan nasional dalam kondisi rusak (dari 40,55 % pada 2006 menjadi 20,43 %
pada 2007. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan drastis terhadap persentase jalan
nasional dalam kondisi baik, menjadi 64,48 % tetapi jalan nasional dalam kondisi rusak
juga meningkat menjadi 34,60 %. Sehingga persentase jalan nasional dalam kondisi
sedang menurun drastis.      Kondisi ini menjadi masukan berarti      jika dikaitkan dengan
Prioritas program Ifrastruktur yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Maluku Utara 2008-
2012.



h. Indikator Pertanian
    1. Nilai Tukar Pertanian



                          Rata‐rata Nilai Tukar Petani per 
                                       Tahun
             150,00

             100,00                                  99,8098,57
                                                                  Rata‐rata Nilai Tukar 
              50,00
                                                                  Petani per Tahun
               0,00            0,00 0,00 0,00 0,00
                   2002     2004      2006    2008        2010
             ‐50,00

          Sumber : BPS, Malut. 2010




        Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat
kesejahteraan petani. NTP adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani (IT)
dengan harga yang dibayar petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. Secara
konsepsional NTP adalah pengukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian
yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah
tangga dan keperluan untuk memproduksi produk pertanian. Bila NTP > 100 artinya
petani mengalami surplus, harga produksinya naik lebih besar dari kenaikkan harga
konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya dengan demikian


                                                                                           38 
 
tingkat kesejahteraan petani lebih baik dari pada tingkat kesejahteraan petani
sebelumnya.

       NTP Provinsi Maluku Utara dari Tahun 2004 – 2007 belum dilakukan perhitungan,
baru pada Tahun 2008 – 2009 dilakukan perhitungan, NTP Maluku Utara nilai yang
diperoleh kurang dari < 100, artinya bahwa petani mengalami defisit. Kenaikkan harga
barang produksinya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikkan harga barang
konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani pada Tahun 2008 dan 2009 mengalami
penurunan. Penyebabnya adalah karena petani Maluku Utara pada umumnya dalam
memasarkan hasil produksi pertanian terkendala dengan sarana transportasi sehingga
petani cenderung untuk mengkonsumsi sendiri dari pada menjual, dan belum ada
program pemerintah yang nyata untuk membantu petani memasarkan hasil pertanian,
seperti pembangunan infrastuktur terutama sarana transportasi laut untuk mempermudah
akses pemasaran petani yang berada pada daerah terluar. Kondisi Maluku Utara yang
merupakan daerah kepulauan membutuhkan transportasi laut yang memadai agar dapat
memasrkan hasil produksi pertanian dari daerah lumbung hidup atau dari produsen ke
daerah konsumen sangat sulit terkendala oleh kondisi laut, sehingga produksi hasil
pertanian lebih banyak rusak dan busuk sebelum sampai pada pasar. Kondisi inilah yang
mengurungkan petani untuk menjual hasil produksinya, petani dalam mengolah
usahataninya berorientasi pada skala semi komersial.

    2. PDRB Pertanian Atas Harga Berlaku



                     PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar 
                         Harga Berlaku (Rp. Juta)
          2.000.000,00

          1.500.000,00

          1.000.000,00                                      PDRB Sektor Pertanian 
                                                            Atas Dasar Harga 
           500.000,00                                       Berlaku (Rp. Juta)
                 0,00
                     2002   2004   2006    2008    2010

         Sumber : BAPPEDA, Malut. 2010


       PDRB Sektor Pertanian dari Tahun 2004 – 2009 mengalami trend meningkat, ini
menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian pada pembangunan ekonomi Maluku


                                                                                     39 
 
Utara mengalami peningkatan. PDRB Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar
pada pembangunan ekonomi dibanding sektor lain, Tahun 2008 kontribusi sektor
pertanian terhadap PDRB sebesar 39,47 %. Kontribusi utama sektor pertanian berasal
dari sub sektor Perkebunan (42, 29%), Tanaman Bahan Makanan (28,38%), Perikanan
(16,59%), Kehutanan (8,25%) dan Peternakan (4,50%). Tanaman perkebunan seperti
kelapa, cengkeh, pala dan kakao mondominasi produk hasil pertanian yang diusahakan
oleh petani.



    i. Indikator Kehutanan



                                             Luas lahan kritis (ha)
                    150                                    141,074
                                                     123,461
                    100                        108,782
                                         96,551
                             77,85386,358
                                                                       Luas lahan kritis 
                     50                                                (ha)
                      0
                          2004 2005 2006 2007 2008 2009

               Sumber : Dinas Kehutanan Malut. 2010



                             luas lahan rehabilitasi (ha)
               12
               10                         9,855           10,5
                                                                 9,7
                8         7,796   7,796           8,117
                6                                                         Luas lahan 
                4                                                         rehabilitasi (ha)
                2
                0
                      2004   2005   2006    2007    2008     2009

               Sumber : Dinas Kehutanan, Malut.2010.




                                                                                              40 
 
GRAFIK INDIKATOR KEHUTANAN DENGAN DATA PENDUKUNG


                      Persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan 
                                terhadap lahan kritis (%)
                150
                100
                 50
                  0
                        2004       2005         2006     2007    2008      2009

                       luas lahan kritis (ha)
                       % luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis




       Berdasarkan data tersebut di atas, persentase luas lahan rehabiltasi dalam hutan
terhadap luas lahan kritis tidak sebanding dengan luas lahan kritis dari tahun ke tahun,
luas lahan kritis dari tahun- ketahun mengalami peningkatan, tahun 2004 luas lahan kritis
77,853 (ha) meningkat sampai pada tahun 2009 menjadi 141,074 (ha), sedangkan luas
lahan yang direhabilitasi kecenderungan                menurun dari tahun 2004 sampai 2009,
walaupun dari tahun- ke tahun mengalami perubahan yang tidak terlalu besar yaitu :
pada tahun 2004 10,01%, tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 9,03%, tahun
2006 meningkat menjadi 10,21%, tahun 2007 menjurun 7.46%, tahun 2008 meningkat
8,50%, tahun 2009 menurun menjadi 6.88%. Persentase Luas Lahan kritis dari Tahun
2004 -2009 mengalami peningkatan, berbanding terbalik dengan persentase luas lahan
yang di rehabilitasi kecendrungan menurun, hal ini disebabkan karena laju peningkatan
luas lahan kritis lebih besar daripada laju rehabilitasi lahan kritis. Faktor penyebab
peningkatan luas lahan kritis adalah illegal logging dan ladang berpindah yang dilakukan
oleh penduduk lokal, dan izin kuasa pertambangan di atas kawasan hutan produksi dan
aggaran yang rendah.




                                                                                         41 
 
J. Indikator Kelautan

1. Jumlah Tindak Pidana Perikanan


                     Jumlah Tindak Pidana Perikanan
             30,00
             25,00                                      26,00
             20,00                              22,00
             15,00                                  15,00            Jumlah Tindak 
                                            13,00
             10,00                   9,00                            Pidana Perikanan
              5,00
              0,00            0,00
                  2002    2004       2006      2008     2010

           Sumber : DKP, Malut. 2010

       Tindak pidana perikanan merupakan pelanggaran seperti : kapal-kapal asing yang
melewati/masuk daerah perairan Maluku Utara,                   tidak lengkapnya (SIUP, SIPI, dan
SIKPI), tertangkapnya ABK asing, Tanpa izin berlayar (SLO/ SIB) dan pembiusan dan
pengeboman Pada tahun 2004 belum ada data tentang tindak pidana perikanan, nanti
pada tahun 2005 sampai pada tahun 2007 terjadi peningkatan yaitu dari 9 sampai 22
kasus, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana pengawasan yang sangat
terbatas, dari 8 kabupaten / kota yang ada di provinsi Maluku Utara prasarana yang
dimiliki seperti pos pengawasan PPI masing-masing kabupaten/kota hanya 1 unit, selain
itu sarana penunjang untuk kegiatan pengawasan yang dimiliki DKP MALUT, seperti
Speed Boat 4 unit, Radio Komunikasi /HT 112 unir, Radio SSB 23 unit, GPS 23 Unit dan
perlatan scuba diving 5 set (Tabel 1).




                                                                                             42 
 
Tabel 1. Sarana Prasarana Pengawasan Sistem Dinas Perikanan dan Kelautan MALUT


No    URAIAN                                                             JUMLAH


1.    Personil Pengawasan                                                10 Org
         -   Tenaga PPNS (5 DKP MU & 5 PPN Tte)


2     Prasarana yang dimiliki                                             1 buah
         -   Dermaga PPP Bacan                                            1 buah
         -   Dermaga PPP Tobelo                                          1 buah
         -   Satker PSDKP Ternate (PPN)                                  1 unit
         -   Pos Pengawasan PPI Kota Ternate                             1 unit
         -   Pos Pengawasan PPI Kota Tidore                              1 unit
         -   Pos Pengawasan PPI Kab. Halbar                              1 unit
         -   Pos Pengawasan PPI Kab. Haltim                              1 unit
         -   Pos Pengawasan PPI Kab. Halteng                             1 unit
         -   Pos Pengawasan PPI Kab.Kepulauan sula                       1 unit
         -   Pos Pengawasan PPP Bacan                                    1 unit
         -   Pos Pengawasan PPP Tobelo

3.    Sarana Penunjang Kegiatan Pengawasan                               4 unit
         -   Speed Boat Pengawasan DKP Malut                             112 Unit
         -   Radio Komunikasi / HT                                       23 unit
         -   Radio SSB                                                   22 unit
         -   GPS                                                         5 Set
         -   Peralatan Scuba Diving

Sumber : DKP (2009)


      Pada Tabel 1 terlihat upaya yang dilakukan pemerintah Maluku Utara dalam hal ini
Dinas Perikanan dan Keluatan Maluku Utara belum menunjukan hasil yang signifikan
karena keterbatasan sarana dan prasarana, hal tersebut menyebabkan tindak pidana dari
tahun-ketahun semakin meningkat padahal secara geografis perairan Maluku utara
sangat luas, Hal ini ditunjang Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan MALUT (2009)
tentang Pos Keamanan Masyarakat dan Pengawasan (POKMASWAS) (Tabel 2) belum
mencukupi atau tidak sebanding dengan keadaan geografis provinsi Maluku Utara.



                                                                                    43 
 
Tabel 2 Pos Keamanan Masyarakat dan Pengawasan Maluku Utara

                            T A H U N
KAB/KOTA                                                                                 JML
                            2002
                                    2003      2004   2005   2006   2007   2008   2009

Halmahera Barat             1       -         -      2      -       -      -     3       3

Halmahera Tengah            1        -        2      3      -       -      -     -       6

Halmahera Timur             1       1         -      2      -       -      -     1       3


Halmahera Selatan           2       1         1      6      2      2       -     1       14


Halmahera Utara             2       1         -      8      -       -     15     -       24


Kepulauan Sula              1        -        2      2      1      1      5      -       12

Kota Tidore Kep.             -      1         -      2      -      2       -     -       5

Kota Ternate                 -       -        -      3      -      2       -     -       5



JUMLAH                      8       4         5      28     3      7      20     5       80

 Sumber: DKP (2009) .


           Pos keamanan seperti pada (Tabel 2) memperlihatkan hampir seluruh
     kabupaten/kota di provinsi Maluku Utara sangat sedikit, rata-rata dari tahun-ketahuin
     tidak mengalami peningkatan, bahkan ada yang berkurang karena sarana dan
     prasarasana yang       masih   kurang.   Walaupun mulai ada upaya pemerintah MALUT
     sejak tahun 2009 dengan pihak-pihak terkait mengenai          tindakan pidana perikanan
     seperti pada Tabel 3




                                                                                         44 
  
Tabel 3 Penyelesaian Kasus Illegal Fishinh di Provinsi Maluku Utara Tahun 2009

                                                            Penyelesaian Kasus
                   Jml
Penyidik
                   Kasus                               Bebas       Sanksi   Dlm
                                Denda Penjara (SP3)                Adm      Proses        Ket.

PPNS-Kan           13           5      5               1           3        5            1k>1JP, D&P

TNI-AL             5            -      -               4           -        -            1 Kasasi

POL-AIR            5            -      -               -           -        5            P21-HAPII

Total              23           5      5               5           3        10

 Sumber: DKP 2009


 Tabel 3 menunjukkan kasus illegal fishing tahun 2009                       mulai diselesaikan dengan
        penyidik PPNS-Kan, TNI Angkatan Laut, Polisi Air dengan harapan ada rasa jerah
        pada pelaku-pelaku illegal fishing tersebut

     3. Luas Kawasan Konservasi Laut


                           Luas Kawasan Konservasi Laut 
                                      (km2)
                1.000.000,00
                                                      903.899,00

                  500.000,00                                                    Luas Kawasan 
                                                                                Konservasi Laut 
                         0,00              0,000,00        0,000,000,00         (km2)
                            2002     2004     2006         2008    2010
                 ‐500.000,00

              Sumber : DKP, Malut. 2010




                                                                                                       45 
  
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair
Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair

Más contenido relacionado

Más de EKPD

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenEKPD
 

Más de EKPD (20)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. YogyakartaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi D.I. Yogyakarta
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
 

Último

5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............SenLord
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Abdiera
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptTaufikFadhilah
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docNurulAiniFirdasari1
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxdonny761155
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxjohan effendi
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 

Último (20)

5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 

Laporan Akhir EKPD 2010 - Malut - Unkhair

  • 1.
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karuniaNya, sehingga tim EKPD Provinsi Maluku Utara dapat melaksanakan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya. Sebagai laporan akhir, perlu ditegaskan bahwa laporan ini telah menyentuh pada substansi pekerjaan yang menjadi tugas tim, namun ada beberapa data dari indikator yang telah ditetapkan belum lengkap karena tidak ada yang di miliki oleh SKPD. Untuk itu laporan yang disampaikan hanya berkaitan aktivitas yang telah dilaksanakan oleh Tim EKPD Maluku Utara dalam bentuk dokumen kerja. Gambaran yang tertuang dalam laporan ini, disampaikan kepada Tim EKPD Pusat sebagai bahan pertimbangan sekaligus pertanggungjawaban atas tugas yang diberikan kepada Tim EKPD Maluku Utara dalam mengevaluasi kinerja pembanguan daerah tahun 2009. Terima Kasih Ternate, 07 Desember 2010 Koordinator Tim EKPD Maluku Utara Dr. Gufran Ali Ibrahim, MS.
  • 3. DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang ………………………………………………………………… 1 b. Tujuan dan Sasaran …………………………………………………………….1 c. Keluaran .. ………………………………………………………………………1 II. HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004 – 2009 A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI 1. Indikator . ………………………………………………………………3 2. Analisis Pencapaian Indikator . ………………………………………3 3. Rekomendasi . ………………………………………………………5 B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS 1. Indikator . ………………………………………………………………5 2. Analisis Pencapaian Indikator . ………………………………………6 3. Rekomendasi . …………………………………………………….10 C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 1. Indikator . ……………………………………………………………10 2. Analisis Pencapaian Indikator . ……………………………………14 3. Rekomendasi . ……………………………………………………49 D. KESIMPULAN . ……………………………………………………………50 III. RELEVANSI RPJMN 2010 – 2014 DENGAN RPJMD PROVINSI 1. Pengantar . …………………………………………………………………….51 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional . ……………52 3. Rekomendasi a. Rekomendasi Terhadap RPJMN Provinsi . ……………………85 b. Rekomendasi Terhadap RPJMN . ……………………………85 IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan . ……………………………………………………………86 2. Rekomendasi . ……………………………………………………………86 LAMPIRAN
  • 4. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah, merupakan skenario pembangunan yang diaktualisasikan dalam kebijakan dan program tahunan guna memanfaatkan seluruh sumber daya pembangunan di daerah, dengan tetap memperhatikan konsistensi perencanaan jangka menengah dan jangka panjang. Oleh karena itu, evaluasi kinerja kebijakan dan program, merupakan bagian penting untuk menilai pencapaian program dan kegiatan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dari pemanfaatan sumber daya pembangunan,yang pada gilirannya menjadi bahan masukan bagi penyusunan rencana kebijakan dan program selanjutnya. Evaluasi kinerja pembangunan daerah diharapkan dapat mengetahui dan memberikan masukan berkaitan dengan apakah pembangunan daerah telah dilaksanakan pada koridor aturan yang telah ditetapkan yang meliputi masukan (input) yang digunakan, proses (process) dilakukan serta keluaran (output) yang dihasilkan serta hasil (outcome) yang telah diperoleh. Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2010 dilaksanakan untuk menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004-2009. Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai tujuan atau sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan daerah tersebut. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, maka Universitas Khairun telah diberikan kepercayaan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional untuk melakukan pengkajian terhadap kinerja pembangunan daerah Provinsi Maluku Utara sebagaimana tahapan kegiatan yang disampaikan dalam laporan berikut. Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan informasi penting yang berguna sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa yang telah dilakukan sebelumnya. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan dari evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) tahun 2010 adalah : 1. Untuk menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004-2009.
  • 5. 2. Untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai tujuan/sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan daerah tersebut. 3. Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam RPJMN 2010-2014 dengan prioritas/program yang ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi. Sasaran dari evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) tahun 2010 adalah : 1. Pemerintah Daerah dalam hal ini sebagai motor penggerak pembangunan di daerah 2. Masyarakat umum yang memperoleh manfaat dari pembangunan daerah tersebut. C. Keluaran Keluaran dari evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) tahun 2010 adalah : 1. Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan provinsi Maluku Utara. 2. Tersusunnya hasil analisa evaluasi kinerja pembangunan provinsi Maluku Utara. 3. Tersedianya data/informasi dan penilaian keterkaitan RPJMD Provinsi Maluku Utara dengan RPJMN 2010-2014. 2   
  • 6. BAB II. HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009 A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI 1. Indikator Agenda Indikator Ket 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber Pembangunan Indeks Kriminalitas - 87 89 95 78.8 43.2 1. Mewujudkan Persentase - 87 89 95 71 35 Kepolisian Indonesia Penyelesaian Daerah Ma Yang Aman Kasus Kejahatan luku Utara dan Damai Konvensional (%) Persentase - 100 100 100 90 81 Kepolisian Penyelesaian Daerah Mal Kasus Kejahatan uku Utara Trans Nasional (%) 2. Analisis Pencapaian Indikator a. Indikator Indeks Kriminalitas Persentase Penyelesaian Kasus  Kejahatan Trans Nasional (%) ‐ 150 100 100 100 100 Persentase  90 81 Penyelesaian Kasus  50 Kejahatan Trans  0 Nasional (%) ‐ 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Persentase Penyelesaian Kasus  Kejahatan Konvensional (%) ‐ 100 95 87 89 80 71 60 Persentase  40 Penyelesaian Kasus  35 Kejahatan  20 Konvensional (%) ‐ 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber : Kepolisian Daerah, 2010 3   
  • 7. GRAFIK INDIKATOR INDEKS KRIMINALITAS DENGAN DATA PENDUKUNG 120 Indeks Kriminalitas 100 80 Persentase  60 Penyelesaian Kasus  Kejahatan  40 Konvensional (%) 20 Persentase  Penyelesaian Kasus  Kejahatan Trans  0 Nasional (%) 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : Kepolisian Daerah, 2010. Berdasarkan data, tergambar pada tahun 2005 – 2006 penyelesaian kasus kejahatan konvensional mencapai 100 %, sedangkan pada tahun 2007 sampai tahun 2009 cenderung menurun. Pada kasus trans nasional meningkat dari tahun 2005 sampai tahun 2007, sedangkan pada tahun 2008 sampai tahun 2009 cenderung menurun. Tingginya penyelesaian kasus konvensional disebabkan karena tingkat kesulitan penyelesaian kasus tidak terlalu rumit. Umumnya kasus yang diselesaikan berkaitan dengan perkelahian, penganiayaan, penyerobotan tatanah, kecelakaan lalulintas dan sebagainya. Sedangkan sejak tahun 2008 menurunnya disebabkan karena pada saat bersamaan seluruh aparat lebih berkonsentrasi pada pengamanan pemilu legslatif, pilpres dan pemilukada Provinsi Maluku Utara, sementara jumlah personil yang menangani kasus yang kurang. Untuk kasus trans nasional umumnya naik sejak tahun 2005 sampai 2007 disebabkan karena kasus yang teridentifikasi atau yang disidik tidak terlalu banyak. Kasus transnasional yang terjadi di Maluku Utara meliputi ilegal fishing. Pada tahun 2008 menurun, selain sama penyebabnya dengan kendala yang dihadapi dalam penyelesaian kasus konvensional, juga disebabkan karena keterbatasan anggaran dan personil serta kemampuan pembuktian. Selain itu kasus tersebut sering melibatkan pihak lain di luar daerah Maluku Utara, sehingga menyulitkan dihadirkan dalam proses hukum tersebut. 4   
  • 8. 4. Rekomendasi Kebijakan Kasus kejahatan konvensional dan Transnasional yang belum tertangani disebabkan karena kondisi Provinsi Maluku Utara sebagai daerah kepulauan dengan rentang kendali yang sangat luas serta akses yang sangat terbatas. Hal ini belum didukung dengan sarana/prasarana dan personil yang memadai. Saat ini misalnya pada pemekaran kabupaten Kepulauan Morotasi belum terbentuk Polres, sehingga aparat yang ditempatkan saat ini masih diperbantukan dari Polres Kabupaten Halmahera Utara. Mencermati kondisi diatas, maka diperlukan penambahan sarana penunjang dan personil aparat hukum yang profesional sehingga dengan cepat dapat menagani permasalahan hukum yang timbul diwilayah Maluku Utara. B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS 1. Indikator Agenda Indikator Ket 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber Pembangunan Pelayanan Publik 2. Mewujudkan Indonesia Yang Persentase 0.0 10 80, 61. 76. 42. Kejak Adil dan kasus korupsi 0 0 95 54 92 31 saan Demokratis yang tertangani Tinggi dibandingkan dengan yang dilaporkan (%) Persentase (-) : - - 12. 12. 25. 22. DISPEN kabupaten/ kota Tidak 50 50 00 22 DA yang memiliki Tersedi peraturan daerah a pelayanan satu atap (%) Persentase (-) : - - - - - - instansi (SKPD) Tidak provinsi yang Tersedi memiliki a pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) [%] Demokrasi Gender (-) : 27. 28. 28. 28. 28. - BPP Development Belum 4 5 5 6 6 Index tersedia Gender 24. 25. 26. 27. 27. - BPP Empowerment 40 70 20 50 50 Measurement 5   
  • 9. 2. Analisis Pencapaian Indikator a. Indikator Pelayanan Publik 1. Persentase Kasus Korupsi Yang Tertangani Dibandingkan Dengan yang Dilaporkan. Persentase kasus korupsi yang  tertangani dibandingkan dengan yang  dilaporkan (%) 150,00 100,00 100,00 Persentase kasus  80,95 76,92 61,54 korupsi yang tertangani  50,00 42,31 dibandingkan dengan  0,00 0,00 yang dilaporkan (%) 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : Kejaksaan Tinggi, 2010. Penanganan kasus korupsi di wilayah hukum Kejaksaan Tinggi Maluku Utara sejak tahun 2005 berfluktuatif dan cenderung menurun. Pada tahun 2005 mencapai 100%, dan pada tahun 2007 menurut menjadi 61,54%, pada tahun 2008 meningkat 78,92% dan pada tahun 2009 terjadi penurunan sebanyak 42,31%. Terjadinya penurunan penegakan hukum pada institusi kejaksaan disebabkan karena, beberapa kasus yang disidik melalui polisian belum sepenuhnya diserahkan kepada kejaksaan dalam rangka penuntutan. Selain itu, data yang diberikan masih merujuk pada target penanganan kasus dengan pola 5:3:1 yang dibebankan oleh Kejaksaan Agung. 6   
  • 10. 2. Perda Pelayanan Satu Atap % Kabupaten Kabupaten/Kota yang  Memiliki Perda Satu Atap 30 25 25 22,22 20 % Kabupaten  15 Kabupaten/Kota yang  12,5 12,5 10 Memiliki Perda Satu  5 Atap 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : DISPENDA Maluku Utara, 2010. GRAFIK INDIKATOR PELAYANAN PUBLIK DENGAN DATA PENDUKUNG 30 25 % Kabupaten  20 Kabupaten/Kota yang  Memiliki Perda Satu  15 Atap 10 Kabupaten/Kota yang  Memiliki Perda 5 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : DISPENDA, Maluku Utara, 2010. Pada grafik tersebut di atas nampak bahwa data tentang Persentase (%) kabupaten/kota di Maluku Utara yang memiliki peraturan daerah (PERDA) tentang pelayanan satu atap yang tersedia hanya selama 4 tahun terakhir. Sementara itu, secara persentase pada tahun 2006 dan 2007 jumlah kabupaten/kota yang memiliki Peraturan daerah (PERDA) jumlahnya tetap, yaitu sebesar 12,5%. Namun pada tahun 2008 terjadi penurunan secara relative (%), yakni 25%. Selanjutnya, pada tahun 2009 turun menjadi 22,22%. 7   
  • 11. Selanjutnya, pada grafik gabungan tersebut di atas nampak tiga buah data yaitu, data tentang Persentase (%) kabupaten/kota di Maluku Utara yang memiliki peraturan daerah (PERDA) tentang pelayanan satu atap, data tentang jumlah kabupaten yang telah memiliki PERDA, dan data tentang jumlah kabupaten/kota yang ada di Maluku Utara selama periode pengamatan. Sementara itu, dari data yang ada tersebut menunjukkan bahwa selama kurun waktu 2006 dan 2007 jumlah kabupaten/kota di provinsi Maluku Utara yang memiliki peraturan daerah (PERDA) satu atap adalah sama, yakni 1 yaitu Kota Ternate. Hal tersebut nampak dari gambar grafis yang datar. Pada tahun 2008, terjadi penambahan 1 daerah yang memiliki peraturan daerah tentang pelayanan satu atap, yakni Halmahera Selatan. Sementara itu jumlah daerah otonom yang ada masih tetap dengan jumlah 8. Akibatnya terjadi peningkatan secara persentase, menjadi 25%, dan sehingga secara grafis menunjukkan terjadi peningkatan yang cukup tajam. Sementara itu, pada tahun 2009, dengan adanya pemekaran 1 wilayah kabupaten baru, yaitu kabupaten Pulau Morotai menyebabkan daerah otonom yang ada bertambah 1 menjadi 9 daerah. Pada sisi yang lain, jumlah daerah yang memiliki peraturan daerah tentang pelayanan satu atap tersebut tetap, yakni 2 sehingga secara relatif (%) jumlahnya terjadi penurunan yakni sebesar 22,22%, dan secara grafis ditunjukkan dengan gambar yang menukik turun. Dua kondisi inilah yang menyebabkan secara relatf (%) terjadi penurunan jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah satu atap. Mencermati ketiga indikator Pelayanan Publik (Persentase Kasus Korupsi Yang Tertangani Dibandingkan Dengan yang Dilaporkan serta pelayanan dengan penggunaan perda 1 atap), menunjukan bahwa kedua indikator ini masih rendah pencapaiannya. Untuk penanganan kasus korupsi selain masih kurang dan rendahnya pengetahuan penyidik yang menngani kasus korupsi, juga disebabkan karena keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki institusi penegak hukum di Maluku Utara. Sedangkan untuk Perda satu atap disebabkan karena rendahnya political will dari pemerintah kabupatan/kota dalam rangka memberikan dan melakukan pelayanan pemerintah yang lebih baik. Untuk itu, diperlukan suatu regulasi yang mengharuskan pemerintah daerah menerbitan regulasi pelayanan satu atap sebagai bentuk akuntabilitas dan pelayanan publik yang lebih baik. 8   
  • 12. b. Indikator Demokrasi Gender Development Index 29,0 28,5 28,5 28,5 28,6 28,6 28,0 Gender Development  27,5 27,4 Index 27,0 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan, 2010 Gender Empowerment Measurement 28,00 27,50 27,50 27,00 26,00 26,20 25,70 Gender Empowerment  25,00 Measurement 24,40 24,00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan, 2010. GRAFIK INDIKATOR DEMOKRASI DENGAN DATA PENDUKUNG 80,00 70,00 60,00 Gender Empowerment  50,00 Measurement 40,00 Gender Development  30,00 Index 20,00 Indeks Pembangunan  10,00 Manusia 0,00 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan, 2010. 9   
  • 13. Gender Empowerment Measurement (GEM) menunjukkan apakah perempuan dapat memainkan peran aktif dalam kehidupan politik dan ekonomi. GEM ditekankan pada partisipasi, guna mengukur ketidaksetaraan jender di bidang-bidang penting dari partisipasi ekonomi dan politik serta dalam hal pengambilan keputusan. Dari grafik Gender Empowerment Measurement (GEM) Provinsi Maluku Utara dari tahun 2004 - 2006 mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2007 – 2008 cenderung stabil yaitu 27.50%. Tahun 2009 belum dilakukan perhitungan. Peningkatan GEM menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalam kehidupan politik salah satunya adalah berkaitan dengan Undang-Undang Pemilu tentang kuota 30% perempuan dalam parlemen, sehingga memicu keterlibatan perempuan dalam bidang politik. Keikutsertaan perempuan dalam bidang politik di latar belakangi juga oleh fasilitas yang akan diterima bila menjadi anggota parlemen. Dengan keterbukaan sistem politik yang memberikan ruang terhadap partisipasi politik bagi perempuan, menyebabkan dibebarapa kabupaten/kota dan Provinsi terdapat perempuan yang memimpin partai, dan bahkan memperoleh kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Gender Development Index (GDI) mengukur pencapaian dimensi dan variabel yang sama dengan HDI, namun menangkap ketidakadilan dalam hal pencapaian antara laki-laki dan perempuan. Semakin besar perbedaan jender dalam pembangunan asasi manusia, maka semakin rendah pula GDI di daerah tersebut. GDI pada tahun 2004 mencapai 27.4 % dan pada tahun 2005 dan 2006 mengalami peningkatan relatif yaitu sebesar 28.5%, sedangkan pada tahun 2007 dan 2008 peningkatan 1% dari tahun 2006 yaitu sebesar 28.6%. GDI tahun 2009 untuk Provinsi Maluku Utara belum di lakukan pendataan. Kondisi ini menggambarkan keterlibatan dan peranan perempuan dalan pembangunan semakin besar, angka ini juga dapat dilihat pada pencapaian IPM Maluku Utara yang terus meningkat artinya bahwa pembangunan manusia semakin baik. Kebutuhan Rumah Tangga yang terus meningkat namun tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan, memicu perempuan untuk terlibat dalam bidang ekonomi untuk membantu suami meringankan beban rumah tangga serta pola pikir bahwa perempuan membutuhkan kesetaraan dengan pria agar tidak mudah di intimidasi oleh pria merupakan faktor pendorong perempuan di Maluku Utara untuk terus meningkatkan kualitas diri dengan pendidikan dan aktif dalam organisasi. 10   
  • 14. 3. Rekomendasi Kebijakan a. Perlu ada suatu regulasi yang mengharuskan pemerintah daerah menerbitan regulasi pelayanan satu atap sebagai bentuk akuntabilitas dan pelayanan publik yang lebih baik. b. Perlu penyediaan sarana, personil dan pembentukan organisasi/instusi penegak hukum di setiap kab/kota yang melakukan pemekaran, sehingga pelayanan hukum dapat dimaksimalkan. c. Mekanisme pelayanan pemberantasan korupsi harus didorong dengan melibatkan partisipasi publik, disertai dengan keterbukaan informasi yang diberikan oleh institusi penegak hukum di daerah. d. Partai politik harus secara terbuka dapat melakukan rekrutmen kaders perempuan, karena dibeberapa daerah justru perempuan yang lebih dominan dalam proses kepemimpinan dalam partai. C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 1. Indikator Agenda Indikator 2004 005 006 07 08 009 Sumber Pembangunan 3. Meningkatkan Indeks 66.40 67.00 67.50 67.82 68.82 - BPS Kesejahteraan Pembangunan Rakyat Manusia Pendidikan Angka 53.92 59.31 65.24 71.77 78.94 86.84 Partisipasi Murni Tingkat SD Angka 60.81 66.89 73.58 80.94 89.03 97.94 Partisipasi Kasar Tingkat SD Rata-Rata Nilai 6.86 6.23 6.11 6.38 6.34 6.63 Akhir Tingkat SMP Rata-Rata Nilai 6.51 6.32 6.21 6.38 6.36 5.77 11   
  • 15. Akhir Tingkat Sekolah Menengah Angka Putus 2.93 2.31 1.97 1.58 1.26 1.01 Sekolah Tingkat SD (%) Angka Putus 3.74 2.99 2.32 1.86 1.11 0.89 Sekolah Tingkat SMP (%) Angka Putus 3.84 3.07 2.74 1.64 1.25 0.95 Sekolah Tingkat Menengah (%) Angka Melek 95.15 95.20 95.20 95.20 95.44 95.60 Huruf (%) Persentase 5.07 6.69 8.83 11.66 15.39 20.31 Guru Layak Mengajar terhadap Guru Seluruhnya Tingkat SMP (%) Persentase 6.84 9.30 12.65 17.21 23.40 31.82 Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat Menengah (%) Kesehatan Umur harapan 66.2 67.4 68.5 69.3 70.5 70.6 Hidup Angka 35 30.4 25.8 18.2 14.8 14.2 Kematian Bayi (per 1.000 Kelahiran Hidup) Gizi Buruk (%) 1.6 1.7 1.9 1.4 1.4 1.4 12   
  • 16. Gizi Kurang (%) 8.7 9.5 19.3 19.4 13.2 9 Persentase Tenaga Kesehatan per Penduduk (%) Keluarga Berencana Contraceptive 48.38 48.25 48.18 51.09 54.09 58.28 Prevalence Rate (%) Pertumbuhan 1.29 0.83 1.52 1.55 1.28 1.25 Penduduk (%) Total Fertility 3.3 3.3 3.3 3.2 3.1 2.9 Rate (%) Ekonomi Makro Laju 4.71 5.10 5.48 6.01 5.98 6.01 Pertumbuhan Ekonomi (%) Persentase 40.32 40.66 40.29 42.10 35.97 42.10 Ekspor Terhadap PDRB (%) rsentase Output .14 .75 .77 .40 Manufaktur Terhadap PDRB (%) Pendapatan 2,714,19 2,921, 3,066, 3,346, 3,785,4 - Perkapita 8.00 591.0 296.0 523.0 99.00 (Rupiah) 0 0 0 Laju Inflasi (%) 4.82 19.42 5.12 5.85 11.25 - Investasi Nilai Realisasi 0.00 0.00 1,733. 0.00 0.00 0.00 BKPM Investasi PMDN 00 (Rp. Milyar) Nilai 33.50 1,824. 823.6 28.50 BKPM Persetujuan 00 0 Rencana Investasi PMDN (Rp.Milyar) Nilai Realisasi 0.00 0.01 13.50 21.80 0.00 5.90 BKPM Investasi PMA (US$ Juta) 13   
  • 17. Nilai 1.10 1.80 26.80 46.80 7.80 10,5 BKPM Persetujuan Rencana Investasi PMA (US$ Juta) Realisasi 0.00 0.00 403.0 637.0 0.00 BKPM penyerapan 0 0 tenaga kerja PMA Infrastruktur Persentase 100.00 41.43 38.48 48.35 47.86 64.48 PU Jalan Nasional dalam Kondisi Baik (%) Persentase 0.00 43.45 20.97 31.23 31.93 8.25 PU Jalan Nasional dalam Kondisi Sedang (%) Persentase 0.00 15.12 40.55 20.43 20.20 34.60 PU Jalan Nasional dalam Kondisi Rusak (%) Persentase 100.00 16.52 Statistik Jalan Provinsi Perhubun dalam Kondisi gan Baik (%) Persentase 0.00 7.84 Statistik Jalan Provinsi Perhubun dalam Kondisi gan Sedang (%) Persentase 0.00 75.64 Statistik Jalan Provinsi Perhubun dalam Kondisi gan Rusak (%) Pertanian Rata – rata Nilai - - - - 99.80 98.57 Tukar Petani Per Tahun PDRB Pertanian 898,585 987,1 1,068, 1,185, 1,521,9 - atas Dasar .89 53 16 01 75. Harga Berlaku .7 0. 3. 85 (Rp.Juta) 8 03 63 Kehutanan Persentase luas 10.01 9.03 10.21 7.46 8.50 6.88 lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis (%) Kelautan Jumlah tindak 0 9 13 22 15 26 DKP pidana perikanan Luas kawasan 903,8 DKP Prov konservasi laut 98 Malut (ha) 0 14   
  • 18. Kesejahteraan Sosial Persentase 12.42 13.23 12.73 11.97 11.28 10.36 BPS Penduduk Miskin (%) Tingkat 7.53 24.37 6.90 6.05 6.48 6.61 BPS Pengangguran Terbuka (%) 2. Analisis Pencapaian Indikator a. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia 69,00 68,82 68,50 68,00 67,82 67,50 67,50 Indeks Pembangunan  67,00 67,00 Manusia 66,50 66,40 66,00 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : BPS, Malut.2010 Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator komposit yang menunjukkan kinerja pembangunan manusia di suatu wilayah. Indeks ini dihitung berdasarkan tiga dimensi pembangunan manusia, yaitu dimensi kesehatan dengan indikator Angka Harapan Hidup yang ditunjukkan dengan peningkatan kemampuan untuk hidup sehat dalam jangka waktu yang lebih lama. Dimensi pengetahuan dengan indikator Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah yang ditunjukkan dengan peningkatan pendidikan. Sedangkan dimensi kehidupan yang layak dengan indicator pengeluaran Riil per Kapita yang ditunjukkan dengan tingkat pendapatan. Aspek pembangunan manusia di suatu wilayah dapat diketahui dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM adalah suatu wilayah pada suatu saat tertentu dapat menunjukkan status pembangunan manusia di wilayah tersebut. IPM Maluku Utara dalam 5 Tahun terakhir mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa pembangunan manusia mengalami perubahan namun angka IPM masih dibawah IPM Nasional. Dari tabel tergambar peningkatan GDI Provinsi 15   
  • 19. Maluku Utara, menunjukkan semakin kecil perbedaan jender dalam pembangunan asasi manusia. Kondisi ini ditunjukkan juga dengan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku Utara dari tahun 2004 – 2008 mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2004 sebesar 66.40 dan pada tahun 2008 sebesar 68.82. Sedangkan pada tahun 2009 belum tersedia yang akurat berkaitan dengan IPM Maluku Utara. Semakin meningkatnya IPM Maluku Utara disebabkan karena adanya kebijakan nasional barkaitan dengan wajib belajar 9 tahun, dimana pemerintah pusat memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan gratis bagi masyarakat serta idikuti dengan kebijakan prioritas pembangunan yang dilakukan oleh beberapa kepala daerah di Maluku Utara. Sama halnya dengan pendidikan, pada bidang kesehatan juga dipengaruhi oleh kebijakan nasional tentang pelayanan kesehatan gratis melalui program jankesmas, dan diikuti oleh pemerintah daerah dengan program jamkesada di beberapa kabupaten seperti Kabupaten Halmahera Selatan, Kota Ternate, Kab. Halmahera Barat dan Halmahera Utara. b. Indikator Pendidikan 1. Angka Partisipasi Murni Tingkat SD Angka Partisipasi Murni Tingkat SD 100 86,84 80 78,94 71,77 65,24 60 59,31 53,92 Angka Partisipasi  40 Murni Tingkat SD 20 0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber : DIKNAS, Malut.2010 16   
  • 20. Angka Partisipasi Kasar Tingkat SD 120 100 97,94 89,03 80 73,58 80,94 60 60,81 66,89 Angka Partisipasi Kasar  40 Tingkat SD 20 0 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : DIKNAS, Malut.2010 Angka Melek Huruf (%) 95,7 95,6 95,5 95,4 95,3 Angka Melek Huruf (%) 95,2 95,1 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : DIKNAS, Malut.2010 GRAFIK INDIKATOR PENDIDIKAN DENGAN DATA PENDUKUNG 120 100 Angka Partisipasi  80 Murni Tingkat SD Angka Partisipasi Kasar  60 Tingkat SD Angka Melek Huruf (%) 40 Angka Putus Sekolah  20 Tingkat SD (%) 0 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : DIKNAS, Malut.2010 17   
  • 21. Dari data seperti terlihat pada grafik. bahwa jumlah siswa yang duduk dibangku sekolah dasar Provinsi Maluku Utara, baik dilihat dari partisipasi Kasar maupun partisipasi murni pada setiap tahun semakin meningkat, begitu juga angka melek 15 tahun ke-atas, disebabkan karena pemerintah daerah (Delapan kabupaten dan kota) sudah menjalankan program nasional dan didukung oleh Progam pioritas Daerah, walaupun belum sepenuh dijalankan progam-program Nasional tersebut. Pada tahun 2005 sampai dengan 2007 terjadi peningkatan usia anak dari 7 tahun sampai 12 tahun yang duduk dibangku sekolah dasar (SD) dengan persentasinya 66.89% sampai dengan 80,94% untuk partisipasi kasar dan 59,31% sampai dengan 71,77% partisipasi murni, serta buta aksara 15 tahun ke-atas mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu 2,31% sampai dengan 1,58%. Karena program-program nasional dan daerah sudah mulai menyentuh kepada masyarakat. Pada tahun 2008 jumlah usia anak 7 tahun samapai dengan 12 tahun yang duduk dibangkau sekolah (SD) mengalami peningkatan 89,03% partisipasi kasar dan 78,94% partisipasi murni disebabkan delapan kabupaten dan kota merealisasikan angaran dengan program-program yang menyentuh langsung kepada masarakat berdasarkan visi dan misi Provinsi Maluku Utara melalui Dinas Pendidikan. Program yang menyentuh kepada masyarakat antara lain sekolah gratis dan memberikan beasiswa kepada siswa yang berdampak pada menurunnya angka putus sekolah tingkat SD (Lihat grafik ). Tahun 2008 Buta aksara Provinsi Maluku Utara berumur 15 tahun ke-atas juga mengalami penurunan 11.02% disebabkan karena program-program antara lain Pendidikan Luar Sekolah (PLS) (Program Kegiatan Belajar Masyarakat/PKBM), Sekolah Luar Biasa (SLB) sudah mulai beroperasi sampai pada daerah-daerah terpencil, terluar, tertinggal. Perkembangan yang cukup signifikan yaitu pada tahun 2009, dimana partisipasi kasar dan murni mengalami peningkatan dari 89,03% menjadi 97,94% partisipasi kasar dan 78,94% menjadi 86,84% partisipasi murni, ini disebabkan karena faktor keamanan, pelayanan dan teralisasinya angaran dan program oleh delapan kabupaten dan kota yang ada di Maluku Utara, sehingga menunjukan hasil bahwa sebahagian besar (97,94%) jumlah penduduk Maluku Utara yang usia anak 7 tahun sampai dengan 12 tahun sudah menduduki bangku sekolah dasar (SD) serta menurunnya buta aksara dari 11,02% menjadi 8,37%, disebabkan karena fokusnya pemerintah daerah terhadap pendidikan, dengan menjalangkan Program-program Nasional yang didukung oleh Program Pioritas daerah melalui Dinas Pendidikan Provinsi Maluku Utara sesuai dengan Visi dan Misi untuk mengembangkan Pendidikan di Maluku Utara. 18   
  • 22. 2. Rata – Rata Nilai Akhir Tingkat SMP Rata‐Rata Nilai Akhir Tingkat SMP 7,00 6,80 6,86 6,60 6,63 6,40 Rata‐Rata Nilai Akhir  6,38 6,34 Tingkat SMP 6,20 6,23 6,11 6,00 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : DIKJAR, Malut. 2010 3. Rata – Rata Nilai Akhir Tingkat Sekolah Menengah Rata‐Rata Nilai Akhir Tingkat Sekolah  Menengah 7,00 6,50 6,51 6,32 6,21 6,38 6,36 Rata‐Rata Nilai Akhir  6,00 Tingkat Sekolah  5,77 Menengah 5,50 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : DIKJAR, Malut. 2010 Rata – Rata Nilai Akhir SMP dan SMA dari Tahun 2004 – 2009 mengalami trend menurun, program pemerintah melalui pendidikan gratis mendorong masyarakat untuk sekolah namun tidak diikuti dengan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan. Dari sisi ketersediaan jumlah sekolah, sampai tahun 2009 terdapat 2.013 sekolah pada semua tingkatan di 9 kabupaten/kota.  Namun dengan ketersediaann sekolah tersebut belum didukung dengan fasilitas dan guru yang memadai. Selain itu, wilayah Maluku Utara merupakan daerah kepulauan, sehingga akses dan untuk membangun jaringan kerjasama dengan sekolah yang memiliki fasilitas memadai sulit, hal ini juga menyebabkan terjadi ketimpangan antara daerah yang aksesnya mudah dan sulit. 19   
  • 23. 4. Angka Putus Sekolah Tingkat SD Angka Putus Sekolah Tingkat SD (%) 3,50 3,00 2,93 2,50 2,31 2,00 1,97 1,50 1,58 Angka Putus Sekolah  1,26 Tingkat SD (%) 1,00 1,01 0,50 0,00 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : DIKJAR, Malut.2010 5. Angka Putus Sekolah Tingkat SMP Angka Putus Sekolah Tingkat SMP (%) 4,00 3,74 3,00 2,99 2,32 2,00 1,86 Angka Putus Sekolah  1,11 0,89 Tingkat SMP (%) 1,00 0,00 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : DIKJAR, Malut. 2010 6. Angka Putus Sekolah Tingkat Menengah Angka Putus Sekolah Tingkat Sekolah  Menengah (%) 6,00 4,00 3,84 3,07 2,74 Angka Putus Sekolah  2,00 1,64 1,25 Tingkat Sekolah  0,95 Menengah (%) 0,00 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : DIKJAR, Malut.2010 20   
  • 24. Angka putus sekolah dari Tahun 2004 – 2009 mengalami trend menurun, kecendrungan ini menunjukkan bahwa wilayah Maluku Utara masyarakat telah mengenyam pendidikan. Program Pemerintah melalui pendidikan gratis merupakan salah satu penyebab menurunnya angka putus sekolah. 7. Guru Layak Mengajar Terhadap Guru Seluruh Tingkat SMP Persentase Guru Layak Mengajar  Terhadap Guru Seluruhnya Tingkat  SMP (%) 30,00 Persentase Guru  20,00 20,31 15,39 Layak Mengajar  10,00 8,83 11,66 Terhadap Guru  5,07 6,69 0,00 Seluruhnya Tingkat  SMP (%) 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : DIKJAR, Malut. 2010 Berdasarkan data diatas, menunjukan presentasi guru layak mengajar di Provinsi Maluku Utara menunjukan peningkatan, walaupun secara keseluruhan belum melebihi 50% dari total guru yang ada. Indikator guru layak mengajar dapat dilihat dari total jumlah guru di Maluku Utara tahun 2009 sebanyak 20.743 orang pada semua tingkatan, sedangkan jumlah guru yang berkualifikasi S1 sebanyak 13.082 orang yang tersebar di 8 kab/kota. (Data LPMP Malut, 2009). Sedangkan dilihat dari guru yang telah mengikuti sertifikasi sampai tahun 2009 sebanyak 1724 dan tahun 2010 menjadi sebanyak 2183 guru. Mencermati kondisi diatas, maka kondisi Maluku Utara sampai saat ini melum bisa memberikan harapan terhadap adanya peningkatan kualitas dan mutu pendidikan. Hal ini disebabkan karena guru merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan pendididkan yang berkualitas, serta pemerataan hasil pendidikan. 21   
  • 25. c. Indikator Kesehatan 1. Umur Harapan Hidup Umur Harapan Hidup (tahun) 71 70,5 70,6 70 69 69,3 68,5 68 Umur Harapan  67 67,4 Hidup (tahun) 66 66,2 65 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : Dinas Kesehatan, Malut. 2010 Angka Kematian Bayi (per 1.000  kelahiran hidup) 40 35 30 30,4 25,8 20 Angka Kematian Bayi  18,2 14,8 14,2 (per 1.000 kelahiran  10 hidup) 0 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : DINKES, Malut. 2010   2. Gizi Buruk Gizi Buruk (%) 2 1,9 1,6 1,7 1,5 1,4 1,4 1,4 1 Gizi Buruk (%) 0,5 0 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : Dinas Kesehatan, Malut. 2010 22   
  • 26. 3. Gizi Kurang Gizi Kurang (%) 25,00 20,00 19,3019,40 15,00 13,20 10,00 8,70 9,50 Gizi Kurang (%) 5,00 4,90 0,00 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : Dinas Kesehatan, Malut. 2010 GRAFIK INDIKATOR KESEHATAN DENGAN DATA PENDUKUNG 80 Angka Kematian Bayi  70 (per 1.000 kelahiran  hidup) 60 Umur Harapan Hidup  50 (tahun) 40 30 Gizi Buruk (%) 20 10 0 Gizi Kurang (%) 2002 2004 2006 2008 2010   Sumber : DINKES, Malut. 2010.   Berdasarkan data seperti pada grafik diatas, menunjukan bahwa angka kematian bayi pada tahun 2004 - 2007 masih cukup tinggi mencapai 35% - 18,2% disebabkan karena, delapan kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Maluku Utara, belum sepenuhnya menjalangkan program nasional yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia seperti JAMKESMAS, Program Desa Siaga dan kurangnya sosialisasi kesehatan dan keterbatasan sarana prasyaran di tempat/desa-desa terpencil, terpinggiran, dan terluar serta belum aktifnya program desa siaga pada daerah- daerah tersebut, disamping itu juga foktor geografis yang merupakan kendalah/hambatan terbesar di Provinsi Maluku Utara, sehingga menyebabkan angka kematian bayi pada tahun 2004 sampai 2007 cukup tinggi. Selain itu tingginya kematian bayi juga disebabkan oleh foktor Gizi kurang dan Gizi Buruk yang mengalami peningkatan sejak tahun 2006 23   
  • 27. s.d. 2008 yaitu mencapai 19.3% - 13,2% gizi kurang dan 11.9% gizi buruk pada tahun 2006. Pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan angka kematian bayi mencapai 14,8% - 14,2%, ini disebabkan karena ada peningkatan Program JAMKESMAS yang dijalangkan oleh pemerintah Provinsi Maluku Utara (ketercapaian program, jumlah penduduk 434.829 orang (40,9%) dari jumlah penduduk Maluku Utara, yg dibiayai anggaran pusat (APBD) sebanyak 302.436 orang), dan Program Desa Siaga yang terbentuk sampai tahun 2009 telah mencapai 1033 atau 97.18 % dari 1063 Desa yang ada di Provinsi Maluku Utara. Serta program daerah yang mendukung program Nasional seperti JAMKESDA yang diangarkan oleh angaran daerah untuk membiayai sebanyak 132.393 orang. Jadi ketercapaian program-program baik program nasional maupun program daerah yang mendukung program nasional, sangat mempengaruhi angka kematian bayi, seperti terlihat pada grafik 1.1 diatas. d. Indikator Keluarga Berencana Contraceptive Prevalence Rate (%) 80,00 60,00 58,28 48,3848,25 51,0954,09 48,18 40,00 Contraceptive  20,00 Prevalence Rate (%) 0,00 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : BKKBN, Malut. 2010 Persentase laju pertumbuhan  penduduk  2 1,5 1,52 1,55 1,29 1,28 1,25 1 Persentase laju  0,83 pertumbuhan  0,5 penduduk  0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber : BPS, Malut. 2010 24   
  • 28. GRAFIK INDIKATOR KELUARGA BERENCANA DENGAN DATA PENDUKUNG 90,00 80,00 70,00 Contraceptive  Prevalence Rate (%) 60,00 50,00 Persentase laju  40,00 pertumbuhan  30,00 penduduk  20,00 Persentase PUS 10,00 0,00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber : BKKBN, Malut. 2010 Contraceptive Prevalence Rate (CPR) adalah cakupan peserta KB aktif dari pasangan usia subur. Dari tahun 2004 persentase peserta KB aktif mengalami peningkatan, tahun 2004 sebesar 48.38% dan pada tahun 2009 sebesar 58.28%. Peningkatan relative ini menunjukkan kesadaran masyarakat khususnya pasangan usia subur untuk menekan jumlah kelahiran. Persentase laju pertumbuhan penduduk Provinsi Maluku Utara cenderung fluktuatif, dari tahun 2004 laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.29 % dan pada tahun 2005 mengalami penurunan yaitu sebesar 0.83%, dan pada tahun 2006 meningkat sebesar 1.52% peningkatan lebih besar dari tahun 2004, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan laju pertumbuhan penduduk yaitu sebesar 1.25%. Berdasarkan data tersebut diatas, pada Tahun 2004 – 2006 CPR atau peserta KB aktif dari pasangan usia subur cenderung menurun persentasenya, artinya bahwa kesadaran pasangan usia subur untuk KB masih rendah, namun seiring program pemerintah peningkatan pelayanan KB maka pada tahun 2007 – 2009 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Sementara laju pertumbuhan penduduk cenderung stabil tiap tahunnya, pada Tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 0.83 % sedangkan pada tahun 2004, 2006 – 2009 laju pertumbuhan penduduk berada pada kisaran persentase 1,25 – 1,55 %. 25   
  • 29. 2. Total Fertility Rate Total Fertility Rate (%) 3,4 3,3 3,2 3,1 Total Fertility Rate  3,0 (%) 2,9 2,8 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : BKKBN, Malut. 2010 Total Fertility Rate (TFR) adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur ( 15-49 Tahun). Persentase TFR Maluku Utara menunjukkan trend menurun, artinya bahwa wanita yang berada pada usia (15-49 Tahun) melahirkan makin berkurang, faktor penyebabnya adalah makin banyak wanita pada usia di atas 15 tahun berada pada usia sekolah, yang sementara mengenyam pendidikan. Kecendrungan melahirkan berada pada wanita di atas usia 30 – 49 Tahun, namun angka kelahiran ditekan dengan tidak memiliki anak sebanyak-banyaknya karena makin banyak kebutuhan yang akan dikeluarkan kaitannya dengan tingkat pendapatan dan ekonomi masyarakat. 26   
  • 30. e. Indikator Ekonomi Makro Laju Pertumbuhan Ekonomi Maluku  Utara 7 6 6,01 5,98 6,01 5,48 5 5,1 4,71 4 3 Laju Pertumbuhan  2 Ekonomi Maluku Utara 1 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : Bank Indonesia, Malut. 2010 GRAFIK INDIKATOR EKONOMI MAKRO DENGAN DATA PENDUKUNG 45 40 35 Laju Pertumbuhan  Ekonomi Maluku Utara 30 25 Inflasi 20 15 Investasi 10 5 % Ekspor terhadap PDRB 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pada grafik tersebut di atas Nampak bahwa pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi yang dicapai olah Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 4,71%, selanjutnya pada tahun 2005 terjadi peningkatan menjadi sebesar 5,10%, pada tahun 2006 kembali terjadi peningkatan menjadi 5,48%, demikian juga pada tahun berikut yakni tahun 2007 menjadi 6,01, namun pada tahun 2008 terjadi penurunan atau pelambatan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara, yakni sebesar 5,98%, tetapi pada tahun 2009 kembali terjadi perbaikan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara menjadi sebesar 6,01 Selanjutnya, pada Grafik gabungan dengan data pembanding tersebut di atas, nampak bahwa hampir sepanjang 6 tahun yaitu dari tahun 2004 sampai dengan tahun 27   
  • 31. 2009 pertumbuhan ekonomi Maluku Utara selalu mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2008. Beberapa data pembanding yang digunakan untuk menganalisa tingkat pertumbuhan ekonomi Maluku Utara adalah tingkat inflasi, investasi dan persentase ekspor terhadap PDRB. Pada tahun 2006, laju pertumbuhan ekonomi Maluku Utara meningkat cukup tajam hingga ke level 6,01. Meskipun sesungguhnya pada tahun itu, terjadi penurunan tingkat investasi ke tingkat yang cukup rendah dalam kurun waktu itu, yakni ke level 9,76. Namun karena selama 3 tahun sebelumnya tingkat investasi selalu mengalami meningkat, bahkan pada tahun 2006 mencapai angka 25,36 telah membuat terjadinya peningkatan produksi secara lokal di Maluku Utara. Hal ini didukung oleh adanya peningkatan ekspor Maluku Utara, seperti ditunjukkan oleh adanya kenaikan persentase (%) ekspor terhadap PDRB yaitu sebesar 42,10. Pada tahun 2008, laju pertumbuhan ekonomi Maluku Utara mengalami penurunan atau pelambatan dengan tingkat pertumbuhan sebesar 5,98. Hal ini disebabkan oleh terjadinya penurunan tingkat investasi pada tahun sebelumnya, yang selanjutnya berimbas terhadap terjadinya penurunan ekspor. Kondisi ini turut diperburuk oleh tingkat inflasi yang cenderung meningkat, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan harga terhadap berbagai komoditas. Selanjutnya, membuat daya beli masyarakat menjadi cenderung melemah. Pada tahun 2009, laju pertumbuhan ekonomi Maluku Utara kembali mengalami peningkatan ke level 6,01. Tingginya tingkat investasi yang berhasil direalisasikan pada tahun 2008, yakni 29,96 telah mendorong perusahaan-perusahaan manufaktur lokal untuk menggerakkan produksinya. Hasilnya telah mendorong peningkatan ekspor Maluku Utara secara relative (%) sehingga menyebabkan persentase ekspor terhadap PDRB meningkat menjadi 42,1. % Out Put Manufaktur Terhadap  PDRB 15 14 13 % Out Put Manufaktur  12 Terhadap PDRB 11 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : BPS, Malut. 2010 28   
  • 32. Pada grafik tersebut di atas terlihat bahwa selama 2004 - 2009, nilai persentase output manufaktur terhadap PDRB Maluku Utara menunjukkan kondisi yang fluktuatif, dan memiliki kecenderungan menurun. Pada tahun 2004 berada pada nilai 14,14, tahun 2005, mengalami penurunan ke level 13,75, selanjutnya pada tahun 2006 terjadi sedikit kenaikan menjadi 13,77, namun pada tahun 2007 kembali mengalami penurunan menjadi 13,40. Terjadinya penurunan kontribusi sector manufaktur pada tahun 2005 terhadap PDRB Maluku Utara disebabkan oleh karena beberapa perusahaan dengan skala yang cukup besar mengakhiri kegiatan usahanya di Maluku Utara. Seperti Barito dan perusahaan tambang di Gebe. Selanjutnya pada tahun 2006 sedikit mengalami perbaikan disebabkan oleh mulai membaiknya kondisi sosial politik pasca konflik, sehingga beberapa perusahaan baru mulai masuk ke Maluku Utara untuk melakukan kegiatan usahanya. Karena kebanyakan usaha ini bersifat home industry sehingga proses untuk melakukan pengurusan perijinan sampai tahap produksi tidak terlalu lama. Sehingga pada tahun tersebut terjadi perbaikan kontribusi sector industry. Namun pada tahun 2007, kembali terjadi penurunan. Hal ini disebabkan oleh kontribusi sector-sektor lain yang mengalami lonjakan, sehingga walaupun sector industry mengalami pertumbuhan pesat pada tahun ini jumlah perusahaan yang tercatat sebanyak 1231, bandingkan dengan tahun 2006 yang hanya sebesar 422. Sementara itu, pada tahun 2008 kembali mengalami penurunan menjadi 12,11. Pada tahun ini kontribusi sector-sektor lain terus mengalami peningkatan. Sector yang mengalami peningkatan secara signifikan adalah pertanian dengan memberikan kontribusi sebesar 39,47%. Dan kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan sumbangan sebesar 21,94 persen. Pendapatan Perkapita 30 25 23,91 20 21,13 18,45 19,37 17,14 15 Pendapatan Perkapita 10 5 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : BPS, Malut.2010 29   
  • 33. GRAFIK PENDAPATAN PERKAPITA DENGAN DATA PENDUKUNGNYA 45 40 Pendapatan Perkapita 35 30 25 Laju Pertumbuhan  20 Ekonomi 15 Investasi 10 5 % Ekspor Terhadap  0 PDRB 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : BPS, Malut.2010 Pada Grafik Tersebut di atas nampak bahwa secara terus menerus dari tahun 2004 – 2008 pendapatan perkapita masyarakat Maluku Utara selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 pendapatan perkapita adalah sebesar Rp 2.714.198 (17,14%), pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp 2.921.591 (18,45%), kemudian pada tahun 2006 sebesar Rp 3.066.296 (19,37), selanjutnya pada 2007 menjadi Rp 3.346.523 (21,13), dan pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp 3.785.499 (23,91). Selanjutnya, pada Grafik gabungan dengan beberapa data pembanding menunjukkan bahwa terus membaiknya tingkat pendapatan per kapita masyarakat Maluku Utara dalam lima tahun, tidak lepas dari peran beberapa indikator pendukung yang juga terus membaik. Salah satunya adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang juga secara relative terus mengalami perbaikan. Dengan mengacu pada hukum Okun (Okun law), bahwa setiap terjadinya pertumbuhan ekonomi sebesar 1% maka tingkat pengangguran akan berkurang sebesar 1%. Sehingga dengan berkurangnya pengangguran yang terserap pada berbagai lapangan kerja akan menyebabkan pendapatan masyarakat juga akan mengalami peningkatan. Dukungan yang sama juga diberikan oleh beberapa indikator pembanding lainnya. Seperti tingkat investasi dan persentase ekspor terhadap PDRB yang cenderung mengalami peningkatan. Yang unik adalah ketika tingkat investasi mengalami penurunan, tingkat persentase ekspor terhadap PDRB justru mengalami peningkatan. Yang artinya bahwa di saat tambahan investasi sedang lesu, tingkat produksi dari berbagai industri manufaktur maupun perusahaan yang sudah berjalan justru sedang meningkat. Hal ini menyebabkan penurunan tingkat investasi tidak berdampak secara langsung terhadap 30   
  • 34. tingkat pendapatan masyarakat. Hal yang sama juga terjadi di saat tingkat persentase ekspor sedang mengalami penurunan, nilai investasi telah mengalami peningkatan. Sehingga berkurangnya tingkat persentase ekspor Maluku Utara diimbangi dengan adannya investasi baru yang justru membuka lapangan kerja baru bagi angkatan kerja baru yang pada tahun sebelumnya belum terserap di berbagai lapangan kerja. Kombinasi dari berbagai factor tersebut menyebabkan pendapatan per kapita masyarakat Maluku Utara secara relatif naik tiap tahun. Tingkat Inflasi 25 20 19,42 15 10 10,43 11,25 Tingkat Inflasi 5 4,82 5,12 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : Bank Indonesia, Malut. 2010. 25 20 Inflasi 15 Bahan Makanan 10 Makan Jadi Perumahan  5 Sandang 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pada Grafik di atas, memperlihatkan bahwa pada tahun 2004 tingkat inflasi di Maluku Utara adalah sebesar 4,82, selanjutnya pada tahun 2005 terjadi peningkatan secara tajam menjadi 19,42. Namun pada tahun 2006 terjadi penurunan kembali ke level 1 digit menjadi 5,12. Kemudian dua tahun berikutnya, pada tahun 2007 dan 2008 kembali ke level 2 digit, yakni masing-masing 10,43 dan 11,25. 31   
  • 35. Pada Grafik gabungan dengan data pembanding tersebut, nampak bahwa tingkat inflasi yang terjadi di Maluku Utara cenderung mengalami fluktuasi yang sangat dinamis dari beberapa tahun pengamatan. Namun peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2005 yakni sebesar 19,42, sementara tingkat inflasi terendah terjadi pada tahun 2004, yakni sebesar 4,82. Dari penelusuran dengan beberapa indikator, seperti bahan makanan, perumahan, sandang, dan transportasi nampak bahwa faktor bahan makanan memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap gejolak inflasi di Maluku Utara. Hal ini terlihat dari arah pergerakan keduanya yang cenderung memiliki pergerakan yang searah. Yaitu bahwa jika pergerakan harga bahan makanan naik, maka tingkat inflasi pun akan mengalami gejolak meningkat. Sebaliknya, jika harga bahan makanan turun maka tingkat inflasi juga akan mengalami penurunan. Beberapa hal yang terjadi disepanjang tahun 2004 dan 2005 telah menyebabkan tingkat inflasi cenderung tinggi, antara lain sebagai kelanjutan dari pemekaran Maluku Utara sebagai sebuah provinsi telah menyebabkan pembangunan infrastruktur secara besar-besaran. Hal ini terjadi pada tingkat provinsi maupun pada tingkat kabupaten/kota. Untuk itu, jumlah uang yang beredar di masyarakat menjadi tinggi. Pada sisi yang lain, tanpa disadari hal ini menyebabkan berkurangnya perhatian pemerintah pada pembangunan di sektor-sektor lain, termasuk bidang pertanian dan perdagangan. Akibatnya, terjadinya kelangkaan supply bahan makanan dari kalangan petani lokal. Sementara itu proses pemenuhan yang dilakukan dengan mendatangkan pasokan dari daerah lain oleh para pedagang telah memunculkan permainan harga. Setelah sempat mengalami tingkat harga relative yang stabil pada tahun 2006, pada tahun 2007 dan 2008 kembali mengalami gejolak. Salah satu pemicunya adalah adanya pemilihan gubernur kepala daerah Maluku Utara yang proses penentuan pemenangnya memakan waktu yang lama dan berlarut-larut. Sehingga kembali mengurangi perhatian pemerintah terhadap pemenuhan kebutuhan pokok secara baik. Sehingga kembali memicu tingginya harga kebutuhan pokok. 32   
  • 36. f. Indikator Investasi Realisasi Investasi PMDN 2000 1.733 1500 1000 Realisasi Investasi  PMDN 500 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : BKPMD, Malut. 2010 GRAFIK INDIKATOR INVESTASI DENGAN DATA PENDUKUNG 2000 1500 Persetujuan Rencana  1000 Investasi PMDN Realisasi Investasi  500 PMDN 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pada grafik di atas Nampak bahwa data yang tersedia tentang nilai realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) selama kurun waktu 2004 – 2009 hanya tersedia pada 1 tahun saja, yakni 2006 (sampai saat ini masih diupayakan untuk mendapatkan data dari berbagai instansi yang terkait). Dan pada tahun 2006, tersebut tingkat investasi yang berhasil direalisasikan hanya sekitar 1.733 milyar rupiah. Pada grafik gabungan dengan data pembanding tersebut di atas, terlihat bahwa nilai persetujuan investasi khususnya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Maluku Utara selama 2004 – 2009, cenderung rendah. Dari sepanjang tahun pengamatan tersebut hanya pada tiga tahun terdapat permohonan investasi, yakni 2006 -2008. Namun nilainya terus mengalami penurunan. Dan dari tiga tahun tersebut yang berhasil direalisasikan menjadi invetasi hanya pada tahun 2006 dengan nilai investasi sebesar 33   
  • 37. 1.733 milyar. Terdapat beberapa sebab masih rendahnya realisasi investasi PMDN di Maluku Utara, yakni kebanyakan rencana investasi yang diajukan tersebut mengarah kepada sektor pertambangan sehingga ketika permohonan investasi tersebut disetujui, selanjutnya dilakukan tahap eksplorasi. Biasanya setelah proses eksplorasi ini dilakukan dan hasilnya tidak seperti yang diperkirakan kebanyakan para investor tersebut urung melakukan investasi. Selain itu, faktor sarana dan prasarana penunjang yang masih minim menyebabkan minat investasi para investor lokal masih rendah. Seperti diketahui bahwa, Provinsi Maluku Utara merupakan daerah kepulauan yang sebaran pulau-pulaunya sangat tinggi. Oleh sebab itu termasuk salah provinsi dengan kategori daerah dengan biaya ekonomi tinggi. Selanjutnya, pada tahun 2007 dan 2008 nilai persetujuan rencana investasi, khususnya PMDN terus mengalami penurunan. Sebenarnya pemerintah daerah telah melakukan sebuah terobosan yang dianggap dapat mendorong investasi lokal, yakni dengan diluncurkannya pola pelayanan One Stop Service (OSS) yang dianggap lebih dapat memberikan kemudahan kepada para investor ketimbang pola One Roof Service. Namun salah satu hal yang masih minim dilakukan oleh pemerintah daerah Maluku Utara adalah memperkenalkan berbagai potensi investasi daerah di berbagai pameran investasi lokal, regional, maupun nasional yang selama ini dianggap efektif dan banyak dilakukan oleh berbagai daerah lain di Indonesia dalam menggaet investor. Nilai Realisasi PMA 25 21,8 20 15 13,5 10 Nilai Realisasi PMA 5 5,9 0 0,006 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : BKPMD, Malut.2010 34   
  • 38. 50 45 40 35 30 Nilai Realisasi PMA 25 20 Nilai Persetujuan  15 Rencana Investasi PMA 10 5 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pada Grafik Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) tersebut di atas, Nampak bahwa dari tahun 2005 nilai investasi yang terjadi adalah US$ 0,006 Milyar, selanjutnya pada tahun 2006 terjadi peningkatan yang cukup tinggi menjadi sebesar US$ 14,26 Milyar, selanjutnya pada tahun 2008 kembali terjadi peningkatan secara signifikan dengan nilai realisasi investasi sebesar US$ 21,8 Milyar, sementara pada tahun 2008 tidak ditemukan data, dan pada tahun 2009 sekitar US$ 6 Milayar. Selanjutny pada Grafik gabungan tersebut tersebut nampak bahwa selama dilakukan pengamatan tentang realisasi investasi penanaman Modal Asing (PMA) di Maluku Utara. Terlihat bahwa selama kurun waktu 2004 dan 2005 belum ditemukan adanya data tentang investasi asing di Indonesia meskipun sebenarnya telah terjadi persetujuan investasi asing di berbagai daerah di Maluku Utara. Hal ini terlihat dari telah adanya persetujuan yang telah dilakuan antara pemerintah daerah dengan investor luar negeri. Selanjutnya, pada tahun 2006 telah terjadi realisasi yang cukup menggembirakan dengan adanya investasi sebesar kurang lebih US $ 13 juta, walaupun sesungguhnya masih jauh dari persetujuan investasi yang telah dilakukan antara pemerintah dengan para investor sebsar sekitar US $ 26 juta. Selanjutnya, pada tahun 2007 terus terjadi perbaikan terhadap realisasi investasi yang berhasil diwujudkan dengan angka investasi sebesar US $ 22 juta, kendati pun juga masih jauh dari persetujuan yang telah dilakuakn sebesar kurang lebih US $ 46 juta. Hanya saja pada tahun 2008, tidak ditemukan data tentang besarnya nilai relaisasi investasi Penanaman Modal Asing di Maluku Utara, namun dari angka persetujuan nilai investasi yang berhasil dilakukan terlihat terjadi penurunan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Yakni dari kisaran sekitar US $ 46 juta menjadi berada pada kisaran angka di bawah US $ 10 juta. Demikian juga pada tahun 2009, sekalipun terjadi sedikit kenaikan terhadap nilai persetujuan investasi menjadi 35   
  • 39. sekitar US $ 10 juta demikian juga dengan nilai realisasi investasi yang berhasil diwujudkan dengan nilai US $ 6 juta. Pada tahun 2008 terjadi penurunan persetujuan rencana investasi yang juga selanjutnya diikuti oleh penurunan realisasi penanaman modal asing di Maluku Utara, hal ini disebabkan oleh kebanyakan bidang yang diminati oleh para investor adalah sektor pertambangan sementara sarana dan prasarana penunjang di sector ini masih minim. Seperti jalan dan pelabuhan. Selanjutnya, adalah belum ditemukannya ladang tambang yang cukup menarik para investor potensial. Dan yang cukup mengganggu iklim investasi adalah lemahnya penegakan hukum terhadap para penambang-penambang lokal tradisional yang lazim dikenal dengan sebutan PETI (penambang emas tanpa isin) yang beroperasi pada area-area tambang yang masuk dalam wilayah yang dikuasai oleh para investor yang telah menanamkan modalnya. Namun pada hasil pengamatan 2 tahun terakhir tersebut seharusnya menjadi sebuah warning bagi pemerintah daerah di Malluku Utara, baik pada tingkat provinsi maupun pada tingkat kabupaten/kota untuk menjadi lebih giat lagi dalam melakukan promosi tentang potensi investasi di Maluku Utara pada bererapa negara potensial. Demikian juga, hal ini sekaligus merupakan cermin untuk melakukan pembenahan tentang iklim dan regulasi investasi di daerah ini. g. Indikator Infrastruktur Persentase Jalan Nasional dalam  Kondisi Baik (%) 150,00 100,00 100,00 Persentase Jalan  64,48 50,00 48,35 47,86 Nasional dalam Kondisi  41,43 38,48 Baik (%) 0,00 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : Dinas KIMPRASWIL, Malut. 2010 36   
  • 40. Persentase Jalan Nasional dalam  Kondisi Sedang (%) 50,00 40,00 43,45 30,00 31,2331,93 Persentase Jalan  20,00 20,97 Nasional dalam  10,00 8,25 Kondisi Sedang (%) 0,00 0,00 2002 2004 2006 2008 2010 Persentase Jalan Nasional dalam  Kondisi Rusak (%) 60,00 40,00 40,55 34,60 Persentase Jalan  20,00 20,4320,20 Nasional dalam Kondisi  15,12 Rusak (%) 0,00 0,00 2002 2004 2006 2008 2010 GRAFIK INDIKATOR INFRASTRUKTUR DENGAN DATA PENDUKUNG 120,00 100,00 Persentase Jalan  Nasional dalam Kondisi  80,00 Baik (%) 60,00 Persentase Jalan  Nasional dalam Kondisi  40,00 Sedang (%) 20,00 Persentase Jalan  Nasional dalam Kondisi  0,00 Rusak (%) 2002 2004 2006 2008 2010 Berdasarkan data tersebut di atas, mulai tahun 2005 terjadi penurunan drastis persentase jalan nasional dalam kondisi baik (38,48 %) dan peningkatan persentase jalan nasional dalam kondisi rusak (40,55 %), disebabkan karena realisasi program 37   
  • 41. pemeliharaan jalan belum berjalan dengan maksimal. Pada tahun 2007 terjadi peningkatan persentase jalan nasional dalam kondisi baik menjadi 47,09% . Hal ini disebabkan karena program pemeliharaan dan peningkatan jalan yang dilakukan oleh dinas terkait didukung oleh APBN dan APBD. Sehingga terlihat pula penurunan drastis persentase jalan nasional dalam kondisi rusak (dari 40,55 % pada 2006 menjadi 20,43 % pada 2007. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan drastis terhadap persentase jalan nasional dalam kondisi baik, menjadi 64,48 % tetapi jalan nasional dalam kondisi rusak juga meningkat menjadi 34,60 %. Sehingga persentase jalan nasional dalam kondisi sedang menurun drastis. Kondisi ini menjadi masukan berarti jika dikaitkan dengan Prioritas program Ifrastruktur yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Maluku Utara 2008- 2012. h. Indikator Pertanian 1. Nilai Tukar Pertanian Rata‐rata Nilai Tukar Petani per  Tahun 150,00 100,00 99,8098,57 Rata‐rata Nilai Tukar  50,00 Petani per Tahun 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2002 2004 2006 2008 2010 ‐50,00 Sumber : BPS, Malut. 2010 Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. NTP adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani (IT) dengan harga yang dibayar petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. Secara konsepsional NTP adalah pengukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan untuk memproduksi produk pertanian. Bila NTP > 100 artinya petani mengalami surplus, harga produksinya naik lebih besar dari kenaikkan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya dengan demikian 38   
  • 42. tingkat kesejahteraan petani lebih baik dari pada tingkat kesejahteraan petani sebelumnya. NTP Provinsi Maluku Utara dari Tahun 2004 – 2007 belum dilakukan perhitungan, baru pada Tahun 2008 – 2009 dilakukan perhitungan, NTP Maluku Utara nilai yang diperoleh kurang dari < 100, artinya bahwa petani mengalami defisit. Kenaikkan harga barang produksinya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikkan harga barang konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani pada Tahun 2008 dan 2009 mengalami penurunan. Penyebabnya adalah karena petani Maluku Utara pada umumnya dalam memasarkan hasil produksi pertanian terkendala dengan sarana transportasi sehingga petani cenderung untuk mengkonsumsi sendiri dari pada menjual, dan belum ada program pemerintah yang nyata untuk membantu petani memasarkan hasil pertanian, seperti pembangunan infrastuktur terutama sarana transportasi laut untuk mempermudah akses pemasaran petani yang berada pada daerah terluar. Kondisi Maluku Utara yang merupakan daerah kepulauan membutuhkan transportasi laut yang memadai agar dapat memasrkan hasil produksi pertanian dari daerah lumbung hidup atau dari produsen ke daerah konsumen sangat sulit terkendala oleh kondisi laut, sehingga produksi hasil pertanian lebih banyak rusak dan busuk sebelum sampai pada pasar. Kondisi inilah yang mengurungkan petani untuk menjual hasil produksinya, petani dalam mengolah usahataninya berorientasi pada skala semi komersial. 2. PDRB Pertanian Atas Harga Berlaku PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar  Harga Berlaku (Rp. Juta) 2.000.000,00 1.500.000,00 1.000.000,00 PDRB Sektor Pertanian  Atas Dasar Harga  500.000,00 Berlaku (Rp. Juta) 0,00 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : BAPPEDA, Malut. 2010 PDRB Sektor Pertanian dari Tahun 2004 – 2009 mengalami trend meningkat, ini menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian pada pembangunan ekonomi Maluku 39   
  • 43. Utara mengalami peningkatan. PDRB Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar pada pembangunan ekonomi dibanding sektor lain, Tahun 2008 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB sebesar 39,47 %. Kontribusi utama sektor pertanian berasal dari sub sektor Perkebunan (42, 29%), Tanaman Bahan Makanan (28,38%), Perikanan (16,59%), Kehutanan (8,25%) dan Peternakan (4,50%). Tanaman perkebunan seperti kelapa, cengkeh, pala dan kakao mondominasi produk hasil pertanian yang diusahakan oleh petani. i. Indikator Kehutanan Luas lahan kritis (ha) 150 141,074 123,461 100 108,782 96,551 77,85386,358 Luas lahan kritis  50 (ha) 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : Dinas Kehutanan Malut. 2010 luas lahan rehabilitasi (ha) 12 10 9,855 10,5 9,7 8 7,796 7,796 8,117 6 Luas lahan  4 rehabilitasi (ha) 2 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : Dinas Kehutanan, Malut.2010. 40   
  • 44. GRAFIK INDIKATOR KEHUTANAN DENGAN DATA PENDUKUNG Persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan  terhadap lahan kritis (%) 150 100 50 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 luas lahan kritis (ha) % luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis Berdasarkan data tersebut di atas, persentase luas lahan rehabiltasi dalam hutan terhadap luas lahan kritis tidak sebanding dengan luas lahan kritis dari tahun ke tahun, luas lahan kritis dari tahun- ketahun mengalami peningkatan, tahun 2004 luas lahan kritis 77,853 (ha) meningkat sampai pada tahun 2009 menjadi 141,074 (ha), sedangkan luas lahan yang direhabilitasi kecenderungan menurun dari tahun 2004 sampai 2009, walaupun dari tahun- ke tahun mengalami perubahan yang tidak terlalu besar yaitu : pada tahun 2004 10,01%, tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 9,03%, tahun 2006 meningkat menjadi 10,21%, tahun 2007 menjurun 7.46%, tahun 2008 meningkat 8,50%, tahun 2009 menurun menjadi 6.88%. Persentase Luas Lahan kritis dari Tahun 2004 -2009 mengalami peningkatan, berbanding terbalik dengan persentase luas lahan yang di rehabilitasi kecendrungan menurun, hal ini disebabkan karena laju peningkatan luas lahan kritis lebih besar daripada laju rehabilitasi lahan kritis. Faktor penyebab peningkatan luas lahan kritis adalah illegal logging dan ladang berpindah yang dilakukan oleh penduduk lokal, dan izin kuasa pertambangan di atas kawasan hutan produksi dan aggaran yang rendah. 41   
  • 45. J. Indikator Kelautan 1. Jumlah Tindak Pidana Perikanan Jumlah Tindak Pidana Perikanan 30,00 25,00 26,00 20,00 22,00 15,00 15,00 Jumlah Tindak  13,00 10,00 9,00 Pidana Perikanan 5,00 0,00 0,00 2002 2004 2006 2008 2010 Sumber : DKP, Malut. 2010 Tindak pidana perikanan merupakan pelanggaran seperti : kapal-kapal asing yang melewati/masuk daerah perairan Maluku Utara, tidak lengkapnya (SIUP, SIPI, dan SIKPI), tertangkapnya ABK asing, Tanpa izin berlayar (SLO/ SIB) dan pembiusan dan pengeboman Pada tahun 2004 belum ada data tentang tindak pidana perikanan, nanti pada tahun 2005 sampai pada tahun 2007 terjadi peningkatan yaitu dari 9 sampai 22 kasus, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana pengawasan yang sangat terbatas, dari 8 kabupaten / kota yang ada di provinsi Maluku Utara prasarana yang dimiliki seperti pos pengawasan PPI masing-masing kabupaten/kota hanya 1 unit, selain itu sarana penunjang untuk kegiatan pengawasan yang dimiliki DKP MALUT, seperti Speed Boat 4 unit, Radio Komunikasi /HT 112 unir, Radio SSB 23 unit, GPS 23 Unit dan perlatan scuba diving 5 set (Tabel 1). 42   
  • 46. Tabel 1. Sarana Prasarana Pengawasan Sistem Dinas Perikanan dan Kelautan MALUT No URAIAN JUMLAH 1. Personil Pengawasan 10 Org - Tenaga PPNS (5 DKP MU & 5 PPN Tte) 2 Prasarana yang dimiliki 1 buah - Dermaga PPP Bacan 1 buah - Dermaga PPP Tobelo 1 buah - Satker PSDKP Ternate (PPN) 1 unit - Pos Pengawasan PPI Kota Ternate 1 unit - Pos Pengawasan PPI Kota Tidore 1 unit - Pos Pengawasan PPI Kab. Halbar 1 unit - Pos Pengawasan PPI Kab. Haltim 1 unit - Pos Pengawasan PPI Kab. Halteng 1 unit - Pos Pengawasan PPI Kab.Kepulauan sula 1 unit - Pos Pengawasan PPP Bacan 1 unit - Pos Pengawasan PPP Tobelo 3. Sarana Penunjang Kegiatan Pengawasan 4 unit - Speed Boat Pengawasan DKP Malut 112 Unit - Radio Komunikasi / HT 23 unit - Radio SSB 22 unit - GPS 5 Set - Peralatan Scuba Diving Sumber : DKP (2009) Pada Tabel 1 terlihat upaya yang dilakukan pemerintah Maluku Utara dalam hal ini Dinas Perikanan dan Keluatan Maluku Utara belum menunjukan hasil yang signifikan karena keterbatasan sarana dan prasarana, hal tersebut menyebabkan tindak pidana dari tahun-ketahun semakin meningkat padahal secara geografis perairan Maluku utara sangat luas, Hal ini ditunjang Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan MALUT (2009) tentang Pos Keamanan Masyarakat dan Pengawasan (POKMASWAS) (Tabel 2) belum mencukupi atau tidak sebanding dengan keadaan geografis provinsi Maluku Utara. 43   
  • 47. Tabel 2 Pos Keamanan Masyarakat dan Pengawasan Maluku Utara T A H U N KAB/KOTA JML 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Halmahera Barat 1 - - 2 - - - 3 3 Halmahera Tengah 1 - 2 3 - - - - 6 Halmahera Timur 1 1 - 2 - - - 1 3 Halmahera Selatan 2 1 1 6 2 2 - 1 14 Halmahera Utara 2 1 - 8 - - 15 - 24 Kepulauan Sula 1 - 2 2 1 1 5 - 12 Kota Tidore Kep. - 1 - 2 - 2 - - 5 Kota Ternate - - - 3 - 2 - - 5 JUMLAH 8 4 5 28 3 7 20 5 80 Sumber: DKP (2009) . Pos keamanan seperti pada (Tabel 2) memperlihatkan hampir seluruh kabupaten/kota di provinsi Maluku Utara sangat sedikit, rata-rata dari tahun-ketahuin tidak mengalami peningkatan, bahkan ada yang berkurang karena sarana dan prasarasana yang masih kurang. Walaupun mulai ada upaya pemerintah MALUT sejak tahun 2009 dengan pihak-pihak terkait mengenai tindakan pidana perikanan seperti pada Tabel 3 44   
  • 48. Tabel 3 Penyelesaian Kasus Illegal Fishinh di Provinsi Maluku Utara Tahun 2009 Penyelesaian Kasus Jml Penyidik Kasus Bebas Sanksi Dlm Denda Penjara (SP3) Adm Proses Ket. PPNS-Kan 13 5 5 1 3 5 1k>1JP, D&P TNI-AL 5 - - 4 - - 1 Kasasi POL-AIR 5 - - - - 5 P21-HAPII Total 23 5 5 5 3 10 Sumber: DKP 2009 Tabel 3 menunjukkan kasus illegal fishing tahun 2009 mulai diselesaikan dengan penyidik PPNS-Kan, TNI Angkatan Laut, Polisi Air dengan harapan ada rasa jerah pada pelaku-pelaku illegal fishing tersebut 3. Luas Kawasan Konservasi Laut Luas Kawasan Konservasi Laut  (km2) 1.000.000,00 903.899,00 500.000,00 Luas Kawasan  Konservasi Laut  0,00 0,000,00 0,000,000,00 (km2) 2002 2004 2006 2008 2010 ‐500.000,00 Sumber : DKP, Malut. 2010 45