SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 218
Descargar para leer sin conexión
HIPEREMESIS

2.1      Definisi Hyperemesis Gravidarum

                 Hyperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana seorang wanita hamil yang
         memuntahkan sagala apa yang dimakan dan diminum Hingga berat badan sangat
         turun,Turgor kulit kurang,diereses kurang dan timbul aceton dalam air kencing
         .(Obstetri patologi Unpad 1984).

                 Hyperemesis Gravidarum adalah keluhan mual muntah yang dikategorikan
         berat   jika   jika   ibu   hamil   selalu   muntah   setiap   kali   minum   ataupun
         makan.Akibatnya,Tubuh sangat lemas,muka pucat,dan frekuensi buang air kecil
         menurun drastis aktifitas sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum terganggu
         (Cunningham 2005).

2.2      Etiologi hyperemisis gravidarum

                 Penyebab pasti keluhan mual dan muntah selama kehamilan masih belum
         jelas. Sebagian besar bukti memperlihatkan bahwa keadaan ini disebabkan oleh
         perubahan kadar hormone yang sangat cepat. Fluktuasi ini mengakibatkan perubahan
         pada pola kontraksi dan relaksasi otot polos lambung dan usus sehingga menyebabkan
         keluhan mual dan muntah
         Hormon yang berperan dalam kejadian ini adalah human chorionic gonadotropin
         (hCG), estrogen, dan progesterone. Kadar abnormal dari hormon tiroid dijumpai pada
         hyperemesis gravidarum, meskipun hubungan sebab akibat dalam hal ini juga tidak
         jelas. Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa keluhan mual dan muntah ini
         semakin hebat bila kadar gula darah rendah
         Peneliti juga menemukan kenyataan bahwa wanita yang mengalami komplikasi mual
         akibat pemakaian pil kontrasepsi oral, migraines, ataur mabuk kendaraan memiliki
         resiko tinggi untuk mengalami keluhan hyperemesis gravidarum
         Teori penyebab dari hiperemesia gravidarum :

         Faktor-faktor penyebab hyperemesis Gravidarum

      1. Hormonal: Meningkatnya kadar human chorionic gonadotropin (hCG) atau komponen
         dari hormone ini berperan dalam menginduksi EG. Thyrotoxicosis atau
hyperthyroidism diduga memiliki kaitan dengan EG.Hormon lain yang terkait adalah
   serotonin. Serotonin adalah bahan kimiawi dalam otak yang mempengaruhi sistem
   saraf pusat dan saluran gastrointestinal (GI) . Selama kehamilan , aktivitas saluran
   gastrointestinal bagian atas menurun dan menyebabkan terjadinya mual dan muntah.
   Peningkatan level estrogen. Mempengaruhi bagian otak yang mengontrol mual dan
   muntah .Hal ini terjadi karena peningkatan kadar hormon estrogen dan HCG serum
   yang membuat motilitas gastrointestinal, terutama lambung dan usus menjadi lebih
   lambat. Dan peningkatan tersebut dapat merangsang reseptor di otak, yaitu reseptor
   CTZ di hipotalamus untuk merangsang muntah. Oleh karena itu pada pasien ini
   diterapi dengan berpuasa yang bertujuan untuk pengosongan lambung, sehingga perut
   tak terasa penuh dan pemberian neurobion untuk memperbaiki respon otak untuk
   menghentikan respon muntah dan memberikan ketenangan pada pasien.

2. Gastrointestinal: Helicobacter pylori bakteri dalam usus yang dapat menyebabkan
   ulcus peptikum atau tukak lambung. Bakteri ini dijumpai pada sebagian besar wanita
   hamil dan lebih banyak lagi pada kasus EG.Untuk mengatasi keadaan ini seringkali
   digunakan antibiotika.

3. Psikosiosial : Masih merupakan kontroversi , sejumlahpeneliti menemukan kaitan
   antara EG dengan reaksi penolakan wanita terhadap kehamilan akibat konflik
   keluarga atau lingkungannya. Dengan demikian maka pada kasus HG seringkali
   diperlukan konsultasi psikologis.
Hiperemesis Gravidarum: Keadaan ini terjadi bila keluhan mual dan muntah
      menyebabkan berat badan turun > 5% dan terjadinya dehidrasi. HG adalah keadaan
      ekstrim yang menyebabkan terganggunya aktivitas keseharian pasien dan memerlukan
      perawatan di rumah sakit.

2.3      Patofisiologi hyperemesis gravidarum

         Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila
         terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan
         alkalosis hipokloremik.


             1.   Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
                  terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna
                  terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik
                  dan aseton dalam darah.
             2.   Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan
                  dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida
                  darah dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan
                  hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang
             3.   Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
                  ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati yang
                  menyebabkan terjadinya degenerasi lemak dan nekrosis (kematian sel sebagai akibat
                  dari kerusakan sel akut atau trauma) sehingga terjadilah lingkaran setan yang sulit
                  dipatahkan
             4. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada
                  selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) dengan akibat
                  perdarahan gastrointestinal
2.4   Tanda dan Gejala Hyperemesis Gravidarum

            Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis
            gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
            dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat
            ringannya gejala dapat dibagi :
            1. Tingkatan I
                a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
                  1) Dehidrasi : turgor kulit turun
                  2) Nafsu makan berkurang
                  3) Berat badan turun
                  4) Mata cekung dan lidah kering
                b. Epigastrium nyeri
                   karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus
                c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun
                d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
                e. Tampak lemah dan lemas
            2. Tingkatan II
                a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
                  1) Turgor kulit makin turun
                  2) Lidah kering dan kotor
                  3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
                b. Kardiovaskuler
                  1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
                  2) Nadi kecil karena volume darah turun
3) Suhu badan meningkat
                        4) Tekanan darah turun
                     c. Liver
                        1) Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
                    d. Ginjal
                       Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
                       1) Oliguria
                       2) Anuria


                       3) Terdapat timbunan benda keton aseton
                          Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
                    e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus
                 3. Tingkatan III
                   a. Keadaan umum lebih parah
                   b. Muntah berhenti
                   c. Sindrom mallory weiss
                   d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma
                   e. Terdapat ensefalopati werniche :
                      1) Nistagmus
                      2) Diplopia
                      3) Gangguan mental
                   f. Kardiovaskuler
                     1) Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
                   g. Gastrointestinal
                     1) Ikterus semakin berat
                     2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
                   h. Ginjal
                      1) Oliguria semakin parah dan menjadi anuria


2.5     Pencegahan Hyperemesis Gravidarum

                 Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis
      gravidarum dengan cara :

            1.   Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
                 proses yang fisiologik
2.   Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan
                gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
                kehamilan 4 bulan.
           3.   Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah
                kecil tapi sering
           4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,
                terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat.
           5.   makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
           6.   Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
           7. Defekasi teratur
           8.   Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan
                makanan yang banyak mengandung gula.

       Wanita yang mulai mengkonsumsi vitamin sejak kehamilan dini dapat menurunkan
  risiko hiperemesis gravidarum. Satu kali gejala HG muncul, maka perlu penatalaksanaan
  sejak dini agar tidak terjadi perburukan.

2.6. Penatalaksanaan Hyperemesis Gravidarum

       Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan
gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
mengajurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih
sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.

Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman
sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.




   1. Obat-obatan
          Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan
       Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin
hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti
   Dramamin, Avomin
2. Isolasi
      Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara
   yang baik. Tidak diberikan makan / minuman selama 24 -28 jam. Kadang-kadang
   dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologik
      Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
   rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan
   masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Cairan parenteral
       Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
   Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu
   dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C.
   Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
5. Penghentian kehamilan
      Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
   mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium,
   kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi
   komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
   mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit
   diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain
   pihak tak
   boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
6. Diet
   a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat I
       Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
       bersama makanan tetapi 1 – 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua
       zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
   b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
       berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak
       diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi
       kecuali vitamin A dan D.
c.   Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
         Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.
         Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.

7. Prognosis
   Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat,
penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
ABORTUS

2.1. DEFINISI ABORTUS

     Definisi Abortus (aborsi, abortion) adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun
  sebelum janin mampu bertahan hidup. Di Amerika Serikat, definisi ini terbatas pada
  terminasi kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid
  normal terakhir. Definisi lain yang sering digunakan adalah keluarnya janin-neonatus
  yang beratnya kurang dari 500 g. (Obstetri Willliams, Edisi 21 , hal : 951). Abortus
  adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar. Anak baru
  mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur
  kehamilan 28 minggu. (Obstetri Patologi, hal: 7). Abortus adalah ancaman atau
  pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
  kurang dari 500 gram(FKUI : Kapita Selekta Kedokteran (2001:260)).Istilah abortus
  dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
  kandungan.

     Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable
  (yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus
  sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan
  20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu).

     Jenis- jenis aborsi :

   Aborsi Spontan
     Didefinisikan sebagai hilangnya kehamilan sebelum tercapai vibialitas janin (22
     minggu gestasi).Abortus ini terjadi dengan tidak didahului factor-faktor mekanis atau
     pun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh factor-faktor alamiah.
      Tahap-tahap aborsi spontan meliputi :
     a. Abortus Imminen
         Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya
         (keguguran mengancam). Diagnosis abortus imminen dipikirkan apabila terjadi
         perdarahan pervaginaam pada paruh pertama kehamilan. Hal ini sangat sering
         dijumpai dan satu dari empat atau lima wanita mengalami bercak(spotting).
Abortus tingkat awal, dimana ostium uteri tertutup dan hasil konsepsi masih
   dalam kandungan.




                              Gambar 1. Abortus iminens
b. Abortus Insipien
   Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi(keguguran
   berlangsung). Abortus mengancam, dimana serviks mendatar, ostium membuka,
   tapi hasil konsepsi masih di dalam kavum uteri.




                              Gambar 2. Abortus insipiens
c. Abortus Inkomplit
   Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan
   plasenta) masih tertinggal di dalam rahim ( keguguran tidak lengkap).      Atau
   sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri.
   Gejala : didapati amenore, sakit perut, dan mulas-mulas; perdarahan yang bias
           sedikit atau banyak, dan biasanya berupa stolsel (darah beku); sudah ada
           fetus atau jaringan yang keluar; pada abortus yang sudah lama terjadi
           sering terjadi infeksi. Pada pemeriksaan dalam, untuk abortus yang baru
           terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa
           jaringan dalam kanalis servikalisatau kavum uteri, serta uterus yang
           berukuran lebih kecil dari yang seharusnya.
Gambar 3. Abortus incompletus
   d. Abotus complitus
       Seluruh buah kehamilan telah di lahirkan dengan lengkap (keguguran lengkap)
       atau seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri.




                                  Gambar 4. Abortus complitus




 Missed Abortion
   Adalah keadaan dimana janin sudah matipada umur kehamilan kurang dari 22
   minggu, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau
   lebih.
   Fetus yang meninggal ini (a) bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah
   fetus mati; (b) bisa diresobsi kembali sehingga hilang; (c) bisa terjadi mengering dan
   menipis yang disebut dengan fetus papyraceus; (d) bisa jadi mola kamosa, dimana
fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air ketubannya
   direarbsorbsi.
   Gejala : didapati amenore, perdarahan sedikit-sedikit selama observasi fundus tidak
            bertambah tinggi, malah bertambah rendah.Kalau tedinya da tanda-tanda
            gejala kehamilan, belakangan menghilang, diiringi dengan reaksi kehamilan
            yang menjadi negative pada 2-3 minggu sesudah fetus mati.Pada
            pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit.Sekali-sekali
            pasien merasa perutnya dingin atau kosong.




 Abortus tidak aman
   Prosedur yang di lakukan oleh individu yang kurang terampil atau dilakukan di
   tempat yang tidak memiliki standar medis minimal atau keduanya sehingga dapat
   membahayakan keselamatan jiwa pasien.
Gambar 7. Unsafe abortion


 Abortus Infeksiosa
   Abortus Infeksiosa adalahAbortus yang disertai infeksi genital.
   Diagnosis :
   a. adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong
      dirumah sakit.
   b. Pemeriksaan : kanalis servikalis terbuka, terba jaringan, perdarahan
   c. Tanda-tanda infeksi alat genital : demam, nadi cepat, perdarahan berbau, nyeri
      tekan, uterus besar dan lembek




 Abortus septik
   Abortus yang di persulit oleh infeksi. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi jika ada
   organisme di saluran genital bagian bawah setelah aborsi spontan atau aborsi tidak
   aman. Sepsis lebih cenderung terjadi jika terdapat retensi hasil konsepsi dan evakuasi
   terlambat.
Keguguran ini di sertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau       toksinnya
   kedalam peredaran darah atau peritoneum.
   Diagnosis : kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat,
              tekanan darah turun sampai syok. Perlu di observasi apakah ada tanda
              perforasi atau akut abdomen.




 Abortus Habitualis
   Terjadi abortus sampai 3 kali berturut turu atau lebih. Menurut HERTIG abortus
   spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan abortus habitualis 3,6-9,8 % dari
   abortus spontan. Kalau seorang penderita telah mengalami abortus dua kali berturut-
   turut maka optimism untuk kehamilan berikutnya berjalan normal sekitar 63%.Kalau
   abortus 3 kali berturut-turt, maka kemungkinan kehamilan ke empat berjalan normal
   hanya sekitar 16%.
   Pemeriksaan :
   1. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus subjmukosa
      dan anomaly kongenital.
   2. BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
      gangguan glandula tyroidea.
   3. Psikoanalisis.
 Abortus yang di sengaja (abortusprovokatus)
   Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.
   Abortus ini terbagi menjadi 2 :
   a. Abortus medisinalis
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alas an bila kehamilan
   dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
   Biasanya perlu mendapatkan persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.




b. Abortus Kriminalis
   Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
   tidak berdasarkan indikasi medis.




               Diagnosis perdarahan per vagina pada awal kehamilan
 Gejala yang timbul serta       Tanda dan gejala yang     Kemungkinan diagnosis
tanda dan gejala lain yang       kadang kala timbul
     biasanya timbul
      Perdarahan ringan                Kram       /nyeri Aborsi Imminen
      Serviks tertutup                 abdomen   bagian
Uterus sesuai usia          bawah
             kehamilan                   Uterus lebih lunak
                                         dari normal
             Perdarahan berat            Kram/nyeri              Aborsi insipien
             Serviks membuka             abdomen       bagian
             Uterus sesuai usia          bawah
             kehamilan                   Nyeri tekan uterus
                                         Tidak            ada
                                         pengeluaran     hasil
                                         konsepsi
             Perdarahan ringan           Kram/nyeri              Abortus komplit
             Serviks tertutup            abdomen       bagian
             Uterus lebih kecil          bawah yang ringan
             dari usia kehamilan         Riwayat
             Uterus lebih lunak          pengeluaran     hasil
             dari normal                 konsepsi
             Perdarahan berat            Kram/nyeri              Abortus inkomplit
             Serviks membuka             abdomen       bagian
             Uterus lebih kecil          bawah
             dari usia kehamilan         Pengeluaran
                                         sebagian        hasil
                                         konsepsi




2.2. ETIOLOGI

        Factor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah factor ovum sendiri, factor
   ibu, dan factor bapak.

    1. Kelainan Ovum
       Menurut HERTIG dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan
       abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan maka
       48,9% disebabkan karena ovum yang patologis, 3,2% disebbakan oleh letak embrio,
dan 9,6% disebabkan oleh plasenta yang abnormal. Pada ovum abnormal 6%
   diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh
   karena kelainan ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari
   1 bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar
   kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80 %).
2. Kelainan Genetalia Ibu
   Misalnya pada ibu yang menderita:
       -   Anomaly kongeenital(hypoplasia uteri, uterus bikornis, dll)
       -   Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
       -   Tidak semuanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang
           sudah dibuahi, seperti kurangnya progesterone atau estrogen, endometritis,
           mioma submukosa.
       -   Uterus terlalu cepat teregang(kehamilan ganda, mola)
3. Gangguan sirkulasi plasenta
    Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakitt nefritis, hipertensi, toxemia
    gravidarum, anomaly plasenta, dan endarteritis oleh karena luwes.
4. Penyakit-penyakit ibu
    Misalnya pada :
       -   Penyakit ifeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia,
           lifoid,pielitis, rubeola, demam malta, dsb. Kematian fetu dapat disebabkan
           karena toksin dari ibu atau infasi kuman atau virus pada fetus.
       -   Keracunan PB , nikotin, gas racun, alcohol, dll
       -   Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat,
           anemi grafis
       -   Malnutrisi, avitaminosis, dan gangguan metabolism, hypotiroidisme,
           kekurangan vitamin A,C, atau E, diabetes mellitus
5. Antagonis Rhesus
    Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus
    sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
6. Terlalu cepatnya korpus luteum mnejadi atrofis atau factor serviks
7. Rangsangan pada ibuyang menyebabkan uterus berkontraksi
    Misalnya: sangat terkejut, obat-obatan uterotonika, ketakutan, laparotomy, dll.
    Atau dapat juga krena trauma langsung terhadap fetus : selaput janin rusak karena
    instrument, benda, dan obat-obatan.
8. Penyakit bapak
                  Umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemi, dekompensasi kordis,
                  malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan(alcohol, nikotin,PB, dll), sinar rontgen,
                  avitaminosis

       2.3. PATOFISOLOGI

                                          Kehamilan < 20 minggu

                                    Faktor – faktor yang mempengaruhi

                                        Perdarahan desidua basalis

                                       Nekrois jaringan disekitarnya

                                           Hasil konsepsi lepas

                                           Kontraksi pada uterus

Kehamilan < 8 minggu                                                             Kehamilan > 14 minggu
                                          Kehamilan 8-14 minggu
(villi cerviks belum menembus             (villi conealis sudah menembus
                                          lebih dalam)
Dinding basalis secara dalam)



Hasil konsepsi dikeluarkan                Placenta hanya lepas sebagian       Janin dikeluarkan lebih dahulu
seluruhnya (abortus completus)                                                (abortus incomplete)

                                         Abortus                 Abortus
                                        insipiens               imminen
   Perdarahan padaibu                 (corpus uteri           (corpus uteri
                                       membuka)                 menutup)                Perdarahan pada ibu



      anemia                                                                                  anemia
                                                                Janin masi
                                                                   bisa
                                                              dipertahankan




                                                      Janin mati



                                              Gangguan psikologi
                                                  pada ibu
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus.Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

    Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara
dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Terjadi perdarahan pada ibu
dimana dapat menyebabkan anemia serta janin mati, sehingga dapat menyebabkan
gangguan psikologis pada ibu karena merasa kehilangan calon bayinya.

    Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta
tidak dilepaskan sempurna sehingga jika corpus uteri masih menutup kemungkinan janin
masi bisa dipertahankan namun jika corpus uteri membuka terjadi abortus insipiens,
dimana janin sudah mati, ibu merasa kehilangan calon bayi dan kemungkinan besar dapat
terjadi gangguan psikologis pada ibu.

    Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada
plasenta.Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion
atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus sehingga janin mati dan kemungkinan
besar mengakibatkan terjadinya gangguan psikologis pada ibu.

Manifetasi Kliniss

    Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
    Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
    tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
    badan normal atau meningkat.
    Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
    Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
    akibat kontraksi uterus
    Pemeriksaan ginekologi :

    a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi,
       tercium/tidak bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
        ada/tidak jaringan keluardari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk
        dario ostium.

     c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
        dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
        nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi,
        tidak menonjol dan tidak nyeri.

     Diagnosis

        Amenore pada masa reproduksi dengan plano test(+) atau pernah (+)
        Perdarahan pervaginaam dan mungkin dengan pengeluaran hasil konsepsi
        Rasa sakit atau kram pada perut diatas simfisis

     Pemeriksaan Penunjang

        Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah
        abortus
        Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
        Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

     Komplikasi

        Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
        Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
        pembekuan darah.

2.4. PENATALAKSANAAN

  1. Abortus Iminens

     Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
     sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
     dilatasi serviks.Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi,
     serviks masih tertutup Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan
     sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam waktu
singkat dapat terjadi abortus spontan.Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal
   dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dan gerakan janin. Jika
   sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba
   didengarkan dengan alat Doppler atau Laennec. Keadaan janin sebaiknya segera
   ditentukan, karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan / tindakan.

   Penatalaksanaan

       Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
       berkurang.
       Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan
       tiap empat jam bila pasien panas
       Tes kehamilan dapat dilakuka.Bila hasil negatif mungkin janin sudah
       mati.Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
       Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat
       hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg
       Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
       Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
       mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

2. Abortus Insipiens

   Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
   sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil
   konsepsi masih berada di dalam uterus.Ciri : perdarahan pervaginam, dengan
   kontraksi makin lama makin kuat makin sering, serviks terbuka.

   Penatalaksanaan :

    Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa
      pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
    Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,
      tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus,
      disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg
      intramuskular.
 Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam
      deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus
      sampai terjadi abortus komplit.
    Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
      plasenta secara manual.

3. Abortus Inkomplit

   Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
   kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
   Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan
   keluar.
   Penatalaksanaan :

     Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau
       ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
     Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan
       ergometrin 0,2 mg intramuscular
     Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
       plasenta secara manual.
     Berikan antibiotik untuk mencegah infeks

4. Abortus Komplit

   Abortus kompletus adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi
   sebelum usia kehamilan 20 minggu. Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus,
   ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
   Diagnosis   komplet   ditegakkan     bila   jaringan   yang   keluar   juga   diperiksa
   kelengkapannya.

   Penatalaksanaan :

       Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari
       Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah
       Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
       Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
5. Abortus Abortion

   Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran selama lebih
   dari 4 minggu atau lebih (beberapa buku : 8 minggu). Biasanya didahului tanda dan
   gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah
   pengobatan.

   Penatalaksaan :

     Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam
       ovum lalu dengan kuret tajam
     Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat
       sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi
     Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan
       gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator
       Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret
       tajam.
     Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus
       oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan
       naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100
       IU dalam 8 jam.Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat
       satu hari.
     Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
       menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
6. Abortus Septik

   Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh dukun atau
   awam).Bahaya terbesar adalah kematian ibu.Abortus septik harus dirujuk kerumah
   sakit

    Penanggulangan infeksi :

      a. Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam
           ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam
      b. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam
           ditambah metronidazol 5000 mg tiap 6 jam
      c. Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan
           metronidazol, ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.

    Tingkatkan asupan cairan
    Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah
    Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi
      bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.

   Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan samadengan yang diberikan pada
   pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari .

   Di rumah sakit :

     Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi
     Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g
     Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan
     Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan
     Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit
     Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin
     Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta
       reaksi silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.
     Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan
       sumber infeksi
 Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-
         tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran
         menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas




2.5. TEKNIK PENGELUARAN ABORTUS (KURETASE)

     Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok
 kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam
 untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus.Gunanya untuk
 mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi.

     Persiapan Sebelum Kuretase:

            Persiapan Penderita
            Lakukanlah pemeriksaan umum : Tekanan Darah, Nadi, Keadaan Jantung, dan
            Paru – paru dan sebagainya.
            Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis
            Persiapan Alat – alat Kuretase
            Alat – alat kuretase hendaknya telah tersedia alam bak alat dalam keadaan
            aseptic (suci hama) berisi :Speculum dua buah, Sonde (penduga) uterus,
            Cunam muzeus atau Cunam porsio, Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar,
            Bermacam – macam ukuran sendok kerokan (kuret), Cunam abortus kecil dan
            besar
            Pinset dan klem, Kain steril, dan sarung tangan dua pasang.
            Penderita ditidurkan dalam posisi lithotomi
            Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara IV
            dengan ketalar.
Set kuretase pada abortus:

   1 cunam tampon
   1 tenakulum
   2 klem ovum lurus dan lengkung
   1 set sendok kuret
   1 penala kavum uteri(sonde uterus)
   2 spekulum sim’s atau L
   1 kateter karet


   Cara Kuretase :
1. Pasien dalam posisi litotomi
2. Suntikkan valium 10 mg dan atropine sulfat 0,25 mg intravena
3. Tindakan antisepsis genetalia eksterna, vagina, dan seerviks
4. Kosongkan kandung kemih
5. Pasang speculum vagina, selanjutnya serviks dipresentasikan dengan tenakulum
   menjepit dinding dengan porsio pada jam 12. Angkat speculum depan dan dan
   speculum belakang dipegang oleh seorang asisten.
6. Masukkan sonde uterus dengan hati-hati untuk menentukan besar dan arah uterus
7. Keluarkan jaringan dengan cunam abortus, dilanjutkan dengan kuret tumpul secara
   sistematis menurut putaran jarum jam. Usahakan seluruh kavum uteri dikerok.
8. Setelah diyakini tidak ada perdarahan, tindakan dihentikan. Awasi tanda vital 15 – 30
   menit pascatindakan.
KET

2.1   DEFINISI
         Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
         Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan ―berada di
         luar tempat yang semestinya‖. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau
         pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan
         ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
         Adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh dan
         berkembang di luar endometrium cavum uteri. ( Chrisdiono : 100)
         Adalah kehamilan yang berimplantasi di luar endometrium normal. (Ida Bagus Gde
         Manuaba: 232)
         Ialah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh tidak di
         tempat yang normal yakni dalam endometrium cavum uteri. (Sarwono : 250)
         Ialah kehamilan dimana hasil implantasi (blastokis) tertanam di luar cavum uteri.
         (obstetri william : 599)
         Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga
         uterus , tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi
         kehamilan ektopik, sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang
         terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk
         uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus. Sebagian besar wanita yang
         mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata
         30 tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara
         0%-14,6%. (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2005)
         Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
         endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
         Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi,berimplantasi dan
         tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.
         Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang
         masih juga dipakai,oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang
         berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang normal. (Sarwono
         prawirohardjo, ilmu kandungan, 2005)
2.2   KLASIFIKASI
1.    Kehamilan Tuba




                              Gambar 2.2 kehamilan tuba

     Sebab- sebab kehamilan tuba ialah :
     a. Hal – hal yang mempersulit perjalanan telur ke dalam cavum uteri, diantaranya :
            salphinginitis kronika
            perlekatan tuba dengan alat alat sekitarnya
            kelainan kongenital tuba
            tumor –tumor yang menekan pada tuba
            migratio eksterna : perjalan telur panjang dan lama, hingga sudah terbentuk
            trofoblast sebelum telur ada dalam cavum uteri
     b. Tuba yang panjang seperti pada hipoplasia uteri
     c. Hal – hal yang memudahkan nidasi
      adanya endometrium yang ektopik di dalam tuba namun hal ini jarang terjadi




     Menurut tempat implantasinya:

       1. Kehamilan ampuler : dalam ampula tuba
       2. Kehamilan isthmik : dalam istmus tuba
       3. Kehamilan interstisiil (intramularis) : dalam pars interstitialis tuba
          Karena dinding agak tebal, dapat menahan khamilan samapai 4 bulan atau
          lebih, kadang kala samapai aterm. Kalau pecah dapat menyebabkan perdaran
          yang banyak dan keluarnya janin dalam rongga perut.
Gambar 2.2 Lokasi Kehamilan Ektopik

Berakhirnya kehamilan tuba ada dua cara :

    1. abortus tuber

           Pada abortus tuber, telur karena bertambah besar menenmbus endoslping
       (selaput lendir tuba) masuk ke dalam liang tuba dan di keluarkan ke arah
       infundibulum. Hal ini terutama terjadi kalau telur berimplantasi di daerah
       ampula tuba. Disini biasanya telur tertanam kolumner karena lipatan –
       lipatan selaput lendir tinggi dan banyak. Selain itu rongga tuba agak besar
       hingga telur mudah tumbuh ke arah rongga tuba dan lebih mudah menembus
       desidua kapsularis yang tipis dari pada lapisan otot tubuh. Abortus tuber kira
       – kira terjadi pada minggu ke-6 sampai 12.

    2. ruptura tuba

           Pada ruptura tuba telur menembus lapisan otot tuba ke arah cavum
       peritonium. Terjadi terutama kalau implantasi telur dalam istmus tuba. Disini
       lipatan-lipatan selaput lendir tidak seberapa, jadi besar kemungkinan
       implantasi interkolumner. Trofoblasr cepat sampai ke lapisan otot tuba,
       kemungkinan pertumbuhan ke arah rongga tuba kecil karena rongga tuba
       sempit maka telur menembus dinding tuba ke arah rongga perut. Terjadilah
       luka pada dinding tuba dan perdarahan dalam rongga perut.
2.    Kehamilan Ovarial

         Kehamilan ini jarang terdapat. Terjadi apabila spermatozoa memasuki folikel de
     graaf yang baru saja pecah dan menyatukan diri dengan ovum yang masih tinggal di
     dalam folikel. Nasib kehamilan ini adalah ovum yang di buahi mati atau terjadi
     ruptura.

         Untuk dapat membuat diagnosis kehamilan ovarial murni, harus di penuhi
     beberapa syarat (Spiegelberg) yaitu:

         1. Tuba pada tempat kehamilan harus normal, bebas dan terpisah dari ovarium
         2. kantong janin harus terletak dalam ovarium
         3. ovarium yang mengandung kantong janin, harus berhubungan denga uterus
         lewat ligamentum ovarii proprium
         4. harus ditemukan jaringa ovarium dalam dinding kantong janiN
3.    Kehamilan Servikal

         Jarang terjadi, nidasi terjadi dalam selaput lendir serviks. Dengan tumbuhnya
     telur, serviks menggembung. Kehamilan serviks biasanya berakhir pada kehamo;an
     muda, karena menimbulkan perdarahan hebat yang memaksa pengguguran.
     Kehamilan ini jarang sekali berlangsung lewatr 20 minggu. Perdarahan yang banyak
     merupakan indikasi untuk mengambil tindakan terdiri atas kerokan kavum uteri dan
     kanalis servikalis.

4.    Kehamilan Abdominal

         Kehamilan abdominal ada dua macam:

        Primer : dimana telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut
        Sekunder : yang asalnya kehamilan tuba dan setelah ruptur menjadi kehamilan
        abdominal


         Kebanyakan kehamilan abdominal adalah kehamilan abdominal sekunder, maka
     biasanya plasenta terdapat pada daerah tuba, permukaan belakang rahim dan
     ligamentum latum. Walaupun ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur
     cukup bulan, hal ini jarang terjadi, yang lazim adalah bahwa janin mati sebelum
tercapai maturitas (bulan ke-5 atau ke-6) karena pengambilan makanan yang kurang
sempurna.

    Kalau kehamilan sampai terjadi aterm maka akan timbul his, artinya pasien
merasa nyeri dengan teratur seperti pada persalinan biasa. Pada pemeriksaan dalam
ditemukan bahwa pembukaan tidak menjadi besar, paling-paling sebesar 1-2 jari dan
serviks tidak merata. Jika kita masukkan jari ke dalam cavum uteri maka teraba
uterus kosong.




                      Gambar 2.2 kehamilan abdominal

    Gejala klinis :

  Pasien lebih kesakitan karena perangsangan peritonium, misalnya sering mual,
  muntah, gembung perut, obsstipasi dan nyeri perut sering ditemukan
  Mengalami sakit perut hebat disertai pusing atau pingsan
  Tumor yang mengandung janin tidak pernah mengeras (tidak ada kontraksi
  braxton hicks)
  Pergerakan anak dirasakan nyeri oleh ibu
  Bunyi jantung janin lebih jelas terdengar
  Bagian janin lebih mudah teraba karena hanya terpisah oleh lapisan dinding perut
2.3   EPIDEMIOLOGI
           Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40
      tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi pada
      wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal didaerah dengan
      prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi (Wibowo, 2007).



2.4   ETIOLOGI
           Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba, sehingga setiap gangguan
      pada tuba yang disebabkan infeksi akan menimbulkan gangguan dalam perjalanan hasil
      konsepsi menuju rahim. Sebagai gambaran penyebab kehamilan ektopik dapat
      dijabarkan sebagai berikut :

      a. Faktor-faktor mekanis yang mencegah atau menghambat perjalanan ovum yang
         telah di buahi ke dalam cavum uteri.
           Salpingitis, khususnya endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi lipatan
           arboressen mukosa tuba dengan penyempitan lumen / pembentukan kantong-
           kantong buntu. Berkurangnya siliasi mukosa tuba akibat infeksi dapat turut
           menyebabkan implantasi zigot dalam tuba falopi.
           Adesi peritubal, setelah infeksi pasca abortus atau infeksi masa nifas, apendisitis
           ataupun endometriesis menyebabkan tertekukknya tuba dan penyempitan
           lumennya.
           Kelainan pertumbuhan tuba, khususnya divertikulum, osthium assesorius dan
           hypoplasia.
           Kehamilan ektopik sebelumnya, sesudah sekali mengalami kehamilan ektopik
           insiden kehamilan ektopik berikutnya akan menjadi 7 hingga 15% (Breen dkk,
           1970.)
           Pembedahan sebelumnya pada tuba.
           Aborrtus induksi yang dilakukan lebih dari 1 kali, akan memperbesar resiko
           terjadinya kehamila ektopik yang kemungkinan terjadi akibat peningkatan yang
           kecil tetapi bermakna pada angka insiden salpingitis.
           Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim.
           Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan
           kontrasepsi spiral (3 – 4%),Karena alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) dapat
mengganggu mortilitas tuba dan memperlambat transportasi ovum, atau
           menyebabkan infeksi, dan sebagai akibatnya dapat menyebabkan kemungkinan
           terjadinya kehamilan ektopik. Pil yang mengandung hormon progesteron juga
           meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu
           pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah
           dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim
      b. Faktor-faktor fungsional yang memperlambat perjalanan ovum yang telah dibuahi
         kedalam cavum uteri.
           Migrasi eksternal ovum, kelambatan pengangkutan ovum yang telah dibuahi
           lewat saluran tuba / oviduk akibat migrasi eksternal akan meningkatkan sifat-sifat
           invasif blastokis saat masih berada di dalam oviduk.
           Refluks menstrual, kelambatan fertilisasi ovum dengan perdarahan menstruasi
           pada waktu sebagaimana biasanya, secara teoritis dapat mencegah masuknya
           ovum ke dalam uterus / menyebabkan ovum tersebut berbalik kembali ke dalam
           tuba.
           Berubahnya motilitas tuba, dapat terjadi mengikuti perubahan pada kadar
           estrogen dan progesteron dalam serum.


2.5   PATOFISIOLOGI
              Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba (lokasi
      tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen,
      serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar
      tuba maupun secara interkolumnar.
              Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot
      endosalping yang relatif sedikit mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan
      kemudian diresorbsi. Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua
      jonjot. Zigot yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang
      menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah
      menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas
      pembuluh darah di tempat tersebut. Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang, dan
      perkembangannya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi,
      ketebalan tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami
hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda
kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometrium pun
berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometrium
menjadi hipertrofik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya
bervakuol. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
         Karena tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk
berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan ektopik tersebut akan terkompromi.
Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah:
1) hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi,
2) abortus ke dalam lumen tuba, dan
3) ruptur dinding tuba.
         Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars
ampullaris, sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamilan pars isthmica. Pada
abortus tuba, bila pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna atau tuntas, maka
perdarahan akan terus berlangsung. Bila perdarahan terjadi sedikit demi sedikit,
terbentuklah mola kruenta. Tuba akan membesar dan kebiruan (hematosalping), dan
darah akan mengalir melalui ostium tuba ke dalam rongga abdomen hingga berkumpul
di kavum Douglas dan membentuk hematokel retrouterina.
         Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya ruptur tuba terjadi lebih awal,
karena pars isthmica adalah bagian tuba yang paling sempit. Pada kehamilan di pars
interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16 minggu) karena lokasi tersebut berada di
dalam kavum uteri yang lebih akomodatif, sehingga sering kali kehamilan pars
interstitialis disangka sebagai kehamilan intrauterin biasa.
         Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars interstitialis cepat berakibat fatal
karena suplai darah berasal dari arteri uterina dan ovarika. Oleh sebab itu kehamilan
pars interstitialis adalah kehamilan ektopik dengan angka mortalitas tertinggi.
Kerusakan yang melibatkan kavum uteri cukup besar sehingga histerektomi pun
diindikasikan.
         Ruptur, baik pada kehamilan fimbriae, ampulla, isthmus maupun pars
interstitialis, dapat terjadi secara spontan maupun akibat trauma ringan, seperti koitus
dan pemeriksaan vaginal. Bila setelah ruptur janin terekspulsi ke luar lumen tuba,
masih terbungkus selaput amnion dan dengan plasenta yang masih utuh, maka
kehamilan dapat berlanjut di rongga abdomen. Untuk memenuhi kebutuhan janin,
plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, seperti uterus,
usus dan ligamen (Rachimhadhi, 2005).


PATOGENESIS
          Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi
secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan
telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara
dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot
endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh
lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena
pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis
menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan
dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor,
yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi
oleh invasi trofoblas.
          Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum
graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah
menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar,
nukleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang
dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma
mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis.
Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
          Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian
dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada
kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang
degeneratif.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10
minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin
tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi
adalah:
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
    Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena
    vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresobsi total.
2. Abortus ke dalam lumen tuba
            Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili
            korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari
            dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Segera setelah
            perdarahan, hubungan antara plasenta serta membran terhadap dinding tuba
            terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui
            ujung fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut
            perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang.
        3. Ruptur dinding tuba
            Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis ke dalam
            lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila ovum
            yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada kehamilan
            muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih
            lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan
            seperti pada koitus dan pemeriksaan vagina.


2.6     GAMBARAN KLINIK
        Gambaran klinik dari kehamilan ektopik terganggu tergantung pada lokasinya. Tanda
        dan gejalanya sangat bervariasi tergantung pada ruptur atau tidaknya kehamilan
        tersebut. Adapun gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium antara lain:
      a. Keluhan gastrointestinal
         Keluhan yang paling sering dikemukakan oleh pasien kehamilan ektopik terganggu
         adalah nyeri pelvis. Dorfman menekankan pentingnya keluhan gastrointestinal dan
         vertigo atau rasa pening. Semua keluhan tersebut mempunyai keragaman dalam hal
         insiden terjadinya akibat kecepatan dan taraf perdarahannya di samping keterlambatan
         diagnosis.
      b. Nyeri tekan abdomen dan pelvis
         Nyeri tekan yang timbul pada palpasi abdomen dan pemeriksaan, khususnya dengan
         menggerakkan servik, dijumpai pada lebih dari tiga per empat kasus kehamilan
         ektopik sudah atau sedang mengalami ruptur, tetapi kadang-kadang tidak terlihat
         sebelum ruptur terjadinya.
      c. Amenore
         Riwayat amenore tidak ditemukan pada seperempat kasus atau lebih. Salah satu
         sebabnya adalah karena pasien menganggap perdarahan pervaginam yang lazim pada
kehamilan ektopik sebagai periode haid yang normal, dengan demikian memberikan
   tanggal haid terakhir yang keliru.


d. Spotting atau perdarahan vaginal
   Selama fungsi endokrin plasenta masih bertahan, perdarahan uterus biasanya tidak
   ditemukan, namun bila dukungan endokrin dari endometrium sudah tidak memadai
   lagi, mukosa uterus akan mengalami perdarahan. Perdarahan tersebut biasanya
   sedikit-sedikit, bewarna cokelat gelap dan dapat terputus-putus atau terus-menerus.
e. Perubahan Uterus
   Uterus pada kehamilan etopik dapat terdorong ke salah satu sisi oleh masa ektopik
   tersebut. Pada kehamilan ligamentum latum atau ligamentum latum terisi darah,
   uterus dapat mengalami pergeseran hebat. Uterine cast akan dieksresikan oleh
   sebagian kecil pasien, mungkin 5% atau 10% pasien. Eksresi uterine cast ini dapat
   disertai oleh gejala kram yang serupa dengan peristiwa ekspulsi spontan jaringan
   abortus dari kavum uteri.
f. Tekanan darah dan denyut nadi
   Reaksi awal pada perdarahan sedang tidak menunjukkan perubahan pada denyut nadi
   dan tekanan darah, atau reaksinya kadang-kadang sama seperti yang terlihat pada
   tindakan flebotomi untuk menjadi donor darah yaitu kenaikan ringan tekanan darah
   atau respon vasovagal disertai bradikardi serta hipotensi.
g. Hipovolemi
   Penurunan nyata tekanan darah dan kenaikan denyut nadi dalam posisi duduk
   merupakan tanda yang paling sering menunjukkan adanya penurunan volume darah
   yang cukup banyak. Semua perubahan tersebut mungkin baru terjadi setelah timbul
   hipovolemi yang serius.
h. Suhu tubuh
   Setelah terjadi perdarahan akut, suhu tubuh dapat tetap normal atau bahkan menurun.
   Suhu yang lebih tinggi jarang dijumpai dalam keadaan tanpa adanya infeksi. Karena
   itu panas merupakan gambaran yang penting untuk membedakan antara kehamilan
   tuba yang mengalami ruptura dengan salpingitis akut, dimana pada keadaan ini suhu
   tubuh umumnya diatas 38oC.
i. Masa pelvis
   Masa pelvis dapat teraba pada ± 20% pasien. Masa tersebut mempunyai ukuran,
   konsistensi serta posisi yang bervariasi. Biasanya masa ini berukuran 5-15 cm, sering
teraba lunak dan elastis. Akan tetapi dengan terjadinya infiltrasi dinding tuba yang
         luas oleh darah masa tersebut dapat teraba keras. Hampir selalu masa pelvis
         ditemukan di sebelah posterior atau lateral uterus. Keluhan nyeri dan nyeri tekan
         kerap kali mendahului terabanya masa pelvis dalam tindakan palpasi.
      j. Hematokel pelvik
         Pada kehamilan tuba, kerusakan dinding tuba yang terjadi bertahap akan diikuti oleh
         perembesan darah secara perlahan-lahan ke dalam lumen tuba, kavum peritonium atau
         keduanya. Gejala perdarahan aktif tidak terdapat dan bahkan keluhan yang ringan
         dapat mereda, namun darah yang terus merembes akan berkumpul dalam panggul,
         kurang lebih terbungkus dengan adanya perlekatan dan akhirnya membentuk
         hematokel pelvis.


2.7    DIAGNOSIS
             Gejala-gejala kehamilan ektopik terganggu beraneka ragam, sehingga pembuatan
       diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya pada kasus-kasus
       kehamilan ektopik yang belum mengalami atau ruptur pada dinding tuba sulit untuk
       dibuat diagnosis.
             Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnosis kehamilan
       ektopik:
       1. HCG-β
          Pengukuran subunit beta dari HCG-β (Human Chorionic Gonadotropin-Beta)
          merupakan tes laboratorium terpenting dalam diagnosis. Pemeriksaan ini dapat
          membedakan antara kehamilan intrauterin dengan kehamilan ektopik.
       2. Kuldosintesis
          Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas. Adanya darah yang diisap berwarna
          hitam (darah tua) biar pun sedikit, membuktikan adanya darah di kavum Douglasi.
       3. Dilatasi dan Kuretase
          Biasanya kuretase dilakukan apabila sesudah amenore terjadi perdarahan yang
          cukup lama tanpa menemukan kelainan yang nyata disamping uterus.
       4. Laparaskopi
          Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosis terakhir apabila hasil-
          hasil penilaian prosedur diagnostik lain untuk kehamilan ektopik terganggu
          meragukan. Namun beberapa dekade terakhir alat ini juga dipakai untuk terapi.
       5. Ultrasonografi
Keunggulan cara pemerikssan ini terhadap laparoskopi ialah tidak invasif, artinya
  tidak perlu memasukkan rongga dalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri,
  kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan kiri uterus dan
  apakah kavum Douglas berisi cairan.
6. Tes Oksitosin
  Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan adanya
  kehamilan ektopik lanjut. Dengan pemeriksaan bimanual, di luar kantong janin dapat
  diraba suatu tumor.
7. Foto Rontgen
  Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa. Pada
  foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi vertebra Ibu.
8. Histerosalpingografi
  Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan janin
  diluar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik terganngu
  sudah dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI (Magnetic Resonance
  Imagine)
  Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina
  abnormal, dan amenore.


Adapun gejala-gejala yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosis ialah :
a. Adanya amenorhea.
  Sering ditemukan walaupun hanya pendek saja sebelum diikuti oleh perdarahan,
  malah kadang-kadang tidak ada amenorhea.
b. Perdarahan
  Ganguuan kehamilan sedikit saja sudah dapat menimbulkan perdarahn yang berasala
  dari uterus. Perdarahan dapat berlangsung continue dan biasanya berwarna hitam.
c. Rasa nyeri
  Nyeri perut merupakan gejala penting. Pada kehamilan ektopik yang terganggu rasa
  nyeri perut bawah bertambah sering dan keras.
d. Keadaan umum penderita
  Tergantung dari banyaknya darah yang keluar dari tuba , keadaan umum ialah
  kurang lebih normal sampai gawat dengan syok berat dan anemi. Pada abortus tuba
  yang sudah berlangsung beberapa waktu, suhu badan agak meningkat dan terdapat
leukositosis. Hb dan hematokrit perlu diperiksa pada dugaan kehamilan ektopik
         terganggu.


      e. Perut
         Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah di sisi uterus, dan pada
         pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanual ditemukan tumor yang tidak begitu
         padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata di samping uterus. Pada
         ruptura tuba perut menegang dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas
         dalam peritoneum.


2.8   DIAGNOSA BANDING
      1. Salpingitis
         Pada salpingitis, perdarahan abnormal tidak begitu sering seperti gejala spoting yang
         menjadi ciri khas kehamilan tuba. Rasa nyeri tekan lebih besar kemungkinannya
         terdapat bilateral pada salpingitis.
      2. Abortus pada Kehamilan Intrauteri
         Pada abortus imminens atau incomplete kehamilan intrauteri, perdarahan uterus
         biasanya lebih banyak dan syok yang terjadi karena hipovolemia, biasanya
         sebanding dengan derajat perdarahan pervaginam. Namun, pada kehamilan ektopik
         syok hipovolemik yang terjadi hampir selalu melebihi derajat yang diperkirakan dari
         pengeluaran darah pervaginam yang terlihat. Rasa nyeri pada abortus uteri umumnya
         tidak begitu hebat, kemungkinan berirama, dan terletak rendah pada garis tengah
         abdomen; sementara itu pada kehamilan tuba bersifat unilateral atau menyeluruh,
         nyeri yang sangat hebat.
      3. Ruptura Korpus Luteum atau Kista Folikuler
         Perdarahan intraperitoneal dari kista ovari mungkin sulit dibedakan dengan
         perdarahan ruptura kehamilan tuba. Meskipun hasil pemeriksaan korionik
         ginadotropin kadang-kadang membangtu menegakkan diagnosis pra bedah namun
         diagnosis sering baru bisa dibuat pada saat dilakukan laparotomi eksplorasi untuk
         hemoperitoneum.
      4. Torsi Kista atau Apendisitis
         Massa yang terbentuk akibat torsi kista ovarii biasanya lebih diskrit, sedangkan pada
         kehamilan tuba batasnya tidak begitu jelas. Pada apendisitis, kadang-kadang lewat
pemeriksaan pervaginam dapat diraba benjolan, dan rasa nyeri ketika serviks
        digerakkan jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan ruptura kehamilan tuba.




      5. Gangguan Gastrointerstisial
        Pada sebagian wanita dengan ruptura kehamilan ektopik, keluhan yang menonjol
        adalah diare, nausea, dan vomitus bersama nyeri abdomen.
      6. IUD
        Nyeri panggul bersifat kram dan perdarahan dari uterus, yang keduanya merupakan
        gambaran khas untuk kehamilan ektopik, dapat disebabkan oleh IUD.
      7. Riwayat tubektomi
        Operasi tubektomi tidak secara mutlak mencegah kehamilan. Kurang lebih 16% dari
        kehamilan yang terjadi setelah kegagalan tubektomi merupakan kehamilan ektopik.
        (Tatum dan Schmidt : 1977)


2.9   KOMPLIKASI
      Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
        Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama
        berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi
        Infeksi
        Sterilitas
        Pecahnya tuba falopii
        Sub ileus karena masa pelvik
        Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio




                                                                    Gambar 2.9
                                                           komplikasi kehamilan ektopik
                                                                    (perdarahan)
2.10 PENANGANAN DAN PENATALAKSAAN
   1. Setelah diagnosis di tegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif
     gawat darurat
   2. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan
     opertif karena sumber perdaran harus segera di hentikan
   3. Upaya stbilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan
     kristaloid NS atau RL ( 500 ml dalm 15 menit pertama ) atau 2 liter dalam 2 jam
     pertama ( termasuk selama tindakan berlangsung )
   4. Bila darah pengganti belm terssedia, berikan autotransfusion berikut ini :
        Pastikan darah yang dihisap dalam rongga abdomen telah melalui alat penghisap
        dan wadah penampung yang steril
        Saring darah yang tertampung dalam kain steril dan masukkan kedalam kantung
        daraah,.Apa bila kantung darah tida tersedia, masukkan dalam botol bekas cairan
        infuse ( yang baru terpakai dan bersih ) dengna diberikan larutan sodium siltrat 10
        ml untuk setiap 90 ml darah
        Transfusikan darah melalui selang transfuse yang mempunyai saringan pada
        bagian tabung tetesan.
   5. Tindakan pada tuba dapat berupa :
        Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung
        hasil konsepsi
        Salpingostomi ( hanya dilakukan sebagai upaya konserfasi dimana tuba tersebut
        erupakn salah satu yang masih ada )yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu
        sekmen tuba kemudian di ikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan
        ini adalah kontol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi ( hamil
        ektopik ulangan )
   6. Mengingat kehamian ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transfortasi tuba
     yag disebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien diberi antibiotika
     kombinasi atau tunggal dengan spectrum yang luas.
   7. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan :
        Ketoproven 100 mg supositorial
        Tramadol 200 mg IV
        Pethidin 50 mg IV
8. Atasi anemia dengan tablet besi ( SF) 600 mg per hari
9. Konseling pasca tindakan
       Kelanjutan fungsi reproduksi
       Resiko hamilo ektopik ulangan
       Kontasepsi yang sesuai
       Asuhan mandiri selama di rumah
       Jadwal kunjungan ulang.


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang,
sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
a.   Pemeriksaan panggul untuk mengkonfirmasi ukuran rahim dalam masa kehamilan
     dan merasakan perut yang keras
b.   Tes Kehamilan: Apabila tesnya positif, itu dapat membantu diagnosis khususnya
     terhadap tumor-tumor adneksa yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehamilan
c.   Pemeriksaan laboratorium : yaitu dengan cara pemeriksaa darah untuk mengecek
     hormon ß-hCG. Pemeriksaan ini diulangi 2 hari kemudian. Pemeriksaan Hb setiap 1
     jam menunjukkan penurunan kadar Hb, ditemukan juga adanya leukositosis. Pada
     kehamilan muda, level hormon ini meningkat sebanyak 2 kali setiap 2 hari. Kadar
     hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik
d.   Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari
     rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan
     seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
     Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantung gestasi di luar uterus yang di
     dalamnya tampak denyut jantung janin.
e.   Kuldosintesis : Adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam
     kavum Douglas ada darah. Jika darah segar berwarna merah yang dalam beberapa
     menit akan membeku; darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk,
     sedangkan darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang
     berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.
     Dilakukan dengan menusukkan jarum dengan lumen yang agak besar di kavum
     douglas di garis tengah di belakang serviks uteri, serviks di tarik ke atas dan keluar.
     Adanya darah yang dihisap berwarna hitam (darah tua) biarpun sedikit,
membuktikan adanya darah di dalam kavum douglas. Jika yang dihisap darah baru,
     ini mungkin dari pembuluh darah dinding vagina yang di coblos. Jika hasilnya
     positive, sebaiknya segera dilakukan laparotomi karena dengan tindakan itu dapat
     dibawa kuman dari luar kedalam darah yang terkumpul di kavun douglas dan dapat
     terjadi infeksi.
f.   Laparoskopi : Hanya digunakan sebagai alat diagnosis terakhir untuk kehamilan
     ektopik. Dikerjakan apabila pada pemeriksaan klinik tidak dijumpai tanda klasik dari
     kehamilan ektopik yang pecah, ataupun hasil kuldosintesis tidak positif.
g.   Dilatasi dan kerokan : Biasanya dilakukan apabila setelah amenorea terjadi
     perdarahan yang cukup lama tanpa ditemukan kelainan nyata disamping uterus,
     sehingga dipikirkan abortus inkompletus atau perdarahan uterus disfungsional.
     Apabila pada spesimen kerokan itu tidak dijumpai villus korealis sekalipun terdapat
     desidua dengan atau tanpa reaksi Arias-Stella pada endometriumnya, maka diagnosis
     kehamilan ektopik dapat ditegakkan.
h.   Histerosalpingogravi dan test pitosin.
     Dua pemeriksaan ini mempunyai tempatnya pada kehamilan ektopik yang lanjut.


TATALAKSANA
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan
pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan
dapat dilakukan melalui:
1. Obat-obatan
     Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
     digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker)
2. Operasi
     Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah
     tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada
     obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi
3. Salpingektomi
     Pengangkatan tuba falopii yang koyak dan mengalami perdarahan.
4. Ooforektomi ipsilateral
     Pengangkatan ovarium di sebelahnya pada saat dilakukan salpingektomi pernah di
     anjurkan sebagai prosedur yang mungkin dapat memperbaiki kesuburan penderita
maupun menurunkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik berikutnya (Jef –
   fcoate, 1967)
5. Sterilisasi
6. Menyelamatkan tuba falopii
7. Salpingostomi
   Teknik ini digunakan untuk mengangkat kehamilan yang kecil dengan panjang yang
   biasanya kurang dari 2 cm dan terletak dalam bagian distal tuba falopii.
8. Reseksi segmental dan anastomosis
   Prosedur ini di anjurkan untuk kehamilan ektopik yang mengalami ruptur dalam
   bagian istmus tuba, mengingatsalpingotomi atau salpingostomi kemungkinan akan
   menimbulkan jaringan parut dan selanjutnya penyempitan lumen tuba yang kecil
   (Stangel dkk, 1976)
9. Evakuasi fimbrie
   Pada kehamilan tuba yang implantasinya di bagian distal di usahakan untuk
   mengosongkan hasil konsepsi dengan cara mengurut atau menghisap implantasi
   ektopik tersebut dari dalam lumen tuba. Tindakan ini tidak di anjurkan karena akan
   disertai dengan angka kehamilan ektopik rekuren yang besarnya dua kali lipat bila di
   bandingkan denagn salpingotomi (Sherman dkk, 1982 ; Stromme, 1953)
10. Salpingotomi
   Prosedur ini pertama – tama di kemukakan oleh Stromme dalam tahun 1953. Suatu
   insisi longitudinal dilakukan pada batas antimesentrik tuba falopii langsung di
   daerah implantasi ektopik.




                         Gambar 2.10 Operasi Salpingostomi
KEMUNGKINAN KEHAMILAN DI MASA DEPAN
     Adalah suatu kewajaran untuk khawatir menganai masalah kesuburan setelah
mengalami kehamilan ektopik. Seseorang yang mengalami kehamilan ektopik bukan
berarti tidak dapat mengalami kehamilan normal namun berarti seseorang memiliki
kemungkinan untuk mengalami kehamilan ektopik lagi di masa depan.
     Apabila saluran tuba ruptur (pecah) akibat kehamilan ektopik dan diangkat
melalui operasi, seorang wanita akan tetap menghasilkan ovum (sel telur) melalui
saluran tuba sebelahnya namun kemungkinan hamil berkurang sebesar 50 %. Apabila
salah satu saluran tuba terganggu (contoh karena perlekatan) maka terdapat
kemungkinan saluran tuba yang di sebelahnya mengalami gangguan juga. Hal ini dapat
menurunkan angka kehamilan berikutnya dan meningkatkan angka kehamilan ektopik
selanjutnya. Pada kasus yang berkaitan dengan pemakaian spiral, tidak ada peningkatan
risiko kehamilan ektopik apabila spiral diangkat.
Infeksi         Tumor yg      Hipoplasia       Operasi plastic tuba     Endometri        Ganggua             Migrasi     Pemakaian alkon yg
  pada           menekan                                                                                                                       Fertilisasi in
                               tuba ( pertu   ( rekontruksi yg gaggal)   osis pada         n fungsi          eksternal   mengandung hormone
  tuba         dinding tuba                                                                                                                       vitro
                                                                            tuba          pada cilia         dr ovum        progresteron
                               mbuhan                                      fallopi           tuba
                               tuba yg
                               abnormal)
                                                                                                                              Motilitas tuba
                                                                                     Cilia bergerak lambat                     menurun
Perlengketan
 pada tuba




                      Tuba menyempit




                                                                          Terjadi pembuahan (ovum + sperma)


                                                       Ovum yang telah dibuahi tak sampai berimplantasi diendometrium cavum uteri


                                                                                   Kehamilan ektopik


                                                                                      Rupture tuba


                                                                                         abortus
Perdarahan di lumen tuba



                             Tumor dalam rongga perut         kumpulan darah di tuba dan sekitarnya )



                                                        Merangsang peritonium


                    anemia    infeksi                          Gangguan                         Nyeri tekan      Syok
                                                                kencing                                       hypovolumia




PATOFISIOLOGI KET
ANEMIA

A. Pengertian anemia
         Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya
   hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital
   pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika
   konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney H, 2006).
   Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari
   10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut
   anemia gravis.Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit
   adalah 35,00-45,00%. (Mellyna,2005).
         Anemia dalam kandungan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr%. Pada
   trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Adanya perbedaan
   dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II
   (Sarwono P, 2002).
         Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin
   yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas.
   Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan
   dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang
   memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for
   disease control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11
   g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua
   (Suheimi, 2007).
         Darah bertambah banyak dalam kehamilan,yang lazim disebut hidremia atau
   hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan
   bertambahnya plasma,sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut
   berbanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%.
   Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan
   dan bermanfaat bagi wanita.Pertama-tama pengenceran itu merigankan beban jantung
   yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremia
   cardiacoutput meningkat.Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah



                                          49
sehingga resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik.Kedua pada
       perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit
       dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental.




   B. Klasifikasi anemia
             Klasifikasi Derajat Anemia Menurut WHO yang dikutip dalam buku Handayani
           W, dan Haribowo A S, (2008):
                      1. Ringan sekali Hb 10 gr% -13 gr%
                      2. Ringan Hb 8 gr% -9,9 gr%
                      3. Sedang Hb 6gr% -7,9 gr%
                      4. Berat Hb < 6 gr%
  Klasifikasi anemia menurut Setiawan Y (2006), anemia dalam kehamilan dapat dibagi
menjadi:

                 1. Anemia Zat Besi (kejadian 62,30%)
                     Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat
                     kekurangan zat besi.Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya
                     unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan
                     terlalu banyaknya zat besi.
                 2. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%)
                     Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi
                     asam folat.
                 3. Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%). Anemia pada wanita hamil yang
                     disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah
                     merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis,
                     sinar rontgen, racun dan obat-obatan.
                 4. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%)
                     Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah
                     berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria.




                                              50
5. Anemia Lain
                    Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut
                    Manuaba (2007), adalah :
                        a. Tidak anemia : Hb 11,00 gr%.
                        b. Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 gr%.
                        c. Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 gr%.
                        d. Anemia berat : Hb < 7,00 gr%



      Menurut Prof.Dr.SpOG.Sarwono Prawirohardjo anemia dapat digolongkan menjadi :

          a. Anemia Defisiensi Besi (Fe) Anemia yang disebabkan kekurangan zat besi
          b. Anemia Megaloblastik Anemia yang disebabkan kekurangan asan folik
          c. Anemia Hipoplastik Anemia yang disebabkan karena hipofungsi sumsum tulang
          d. Anemia Hemolitik Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah
             merah yang lebih cepat dari pembuatannya.

       Menurut http://www.tabloidnova.com/artisle.asp?id=12496 terdapat dua tipe anemia
yang dikenal:

          a. Anemia Gizi Biasanya terjadi akibat adanya defisiensi zat besi yang diperlukan
             dalam pembentukan dan produksi sel darah merah. Anemia gizi sendiri ada
             beberapa macam seperti anemia besi, anemia gizi vitamin E, Anemia gizi asam
             folat, anemia gizi vitamin B12, Anemia gizi vitamin B6.
          b. Anemia Non Gizi adalah kurang darah yang disebabkan karena adanya
             perdarahan ( luka, menstruasi, dan lain-lain) atau penyakit darah yang bersifat
             genetik seperti hemofilia, thalasemia, penyakit ini dapat menimbulkan kondisi
             anemia.


   C. Etiologi anemia
             Etiologi   anemia    defisiensi    besi   pada   kehamilan,   yaitu:Hipervolemia,
          menyebabkan terjadinya pengenceran darah.Pertambahan darah tidak sebanding

                                               51
dengan pertambahan plasma.Kurangnya zat besi dalam makanan.Kebutuhan zat besi
meningkat.Gangguanpencernaan dan absorbsi. Anemia umumnya disebabkan :
a. Kekurangan zat besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C dan asam folat
b. Kerusakan pada sumsum tulang atau ginjal
c. Perdarahan kronik
d. Penghancuran sel darah merah
e. Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid wanita
f. Penyakit kronik : TBC, Paru, Cacing Usus
g. Penyakit darah yang bersifat genetik : hemofilia. Thalasemia
h. Parasit dan penyakit lain yang merusak darah : malaria
i. Terlalu sering menjadi donor darah
j. Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorbsi)
k. Infeksi HIV




   Etiologi Terjadinya AnemiaMenurut Mochtar (1998), disebutkan bahwa penyebab
terjadinya anemia adalah :
   a. Kurang Gizi (Mal Nutrisi)
       Disebabkan karena kurang nutrisi kemungkinan menderita anemia.Kurang
       Zat Besi Dalam DietDiet berpantang telur, daging, hati atau ikan dapat
       membuka kemungkinan menderita anemia karena diet.
   b. Mal Absorbsi
       Penderita gangguan penyerapan zat besi dalam usus dapat menderita
       anemia.Bisa terjadi karena gangguan pencernaan atau dikonsumsinya

                                   52
substansi penghambat seperti kopi, teh atau serat makanan tertentu tanpa
               asupan zat besi yang cukup.
            c. Kehilangan banyak darah
               persalinan yang lalu, dan lain-lainSemakin sering seorang anemia mengalami
               kehamilan dan melahirkan akan semakin banyak kehilangan zat besi dan akan
               menjadi anemia. Jika cadangan zat besi minimal, maka setiap kehamian akan
               menguras persediaan zat besi tubuh dan akan menimbulkan anemia pada
               kehamilan berikutnya.
            d. Penyakit-Penyakit Kronis
               Penyakit-penyakit kronis seperti : TBC Paru, Cacing usus, dan Malaria dapat
               menyebabkan anemia.
D. Patofisiologi anemia
            Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau
   hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan
   bertambahnya plasma, sehingga pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding
            a. plasma 30,00%,
            b. sel darah merah 18,00% dan
            c. Hemoglobin 19,00%.
            Tetapi pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat sehingga menyebabkan
   kekurangan sel darah merah atau anemia.Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri
   secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran
   dapat meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan,
   karena sebagai akibat hidremia cardiac output untuk meningkatkan kerja jantung lebih
   ringan apabila viskositas rendah.Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah
   tidak naik, kedua perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih
   sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental.Tetapi pengenceran darah
   yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang seimbang dapat menyebabkan
   anemia.Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak kehamilan 10
   minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan 36 minggu (Setiawan Y,
   2006).



                                             53
Menurut barbara R. Stright dalam keperawatan ibu-bayi baru lahir edidi 3 hal
249:
          a. Kadar hemoglobin untuk wanita tidak hamil biasanya adalah 13,5 gr/dl.
             Namun, kadar hemoglobin selama trimester kedua dan ketiga kehamilan
             berkisar 11,6 gr/dl sebagai akibat pengenceran darah ibu karena
             peningkatan volume plasma. Ini disebut sebagai anemia fisiologi dan
             merupakan keadaan normal selama kehamilan.
          b. Selama kehamilan, zat besi tidak dapat dipenuhi secara adekuat dalam
             makanan sehari-hari. Zat dalam makanan seperti susu, teh, dan kopi,
             menurunkan absorbsi besi. Selama kehamilan, tambahan zat besi
             diperlukan untuk meningkatkan sel-sel darah merah ibu dan transer ke
             janin untuk penimpan cukup zat besi pada 4 sampai 6 bulan terakhir
             selama kehamilan.
          c. Selama trimester 3, jika asupan besi wanita tersebut tidak memadai,
             hemoglobinnya tidak akan meningkat sampai nilai 12,5g/dl dan dapat
             terjadi anemia karen nutrisi. Ini akan mengakibatkan penurunan transfer
             zat besi ke janin.
          d. Hemoglobinopati, seperti thalasemia, penyakit sel sabit, dan G-6-PD
             mengakibatkan anemia melalui hemolisis atau peningkatan penghancuran
             sel-sel darah merah.




                                    54
E. Diagnosis dan gambaran klinis anemia
    & Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat
       bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang
       menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala
       penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-
       kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu,
       lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah

                                          55
disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda
  anemia akan jelas.
& Gejala Yang Sering TerjadiKelelahan dan kelemahan umum dapat merupakan satu-
  satunya gejala kapasitas oksigen. Banyak pasien asimtomatik, bahkan dengan anemia
  derajat sedang.
        1.   Riwayat Penyakit Dahulu
        Riwayat penyakit dahulu anemia refrakter, sering infeksi atau kolelitiasis atau
    riwayat keluarga anemia menggambarkan kemungkinan Hemoglobinopati genetik.
        2.   Pemeriksaan Fisik
        Pemeriksaan umum : Takikardi, takipnea, dan tekanan nadi yang melebar
    merupakan mekanisme kompensasi untuk meningkatkan aliran darah dan
    pengangkutan oksigen ke organ utama. Ikterus dapat dilihat pada anemia hemolitik.
    Gambaran fisik lain yang menyertai anemia berat meliputi kardiomegali, bising,
    hepatomegali dan splenomegali.
        3.   Tes LaboratoriumHitung sel darah merah dan asupan darah : untuk tujuan
    praktis maka anemia selama kehamilan dapat didefinisikan sebagai Hb < 10,00 atau
    11,00 gr% dan hemotokrit < 30,00-33,00%. Asupan darah tepi memberikan
    evaluasi morfologi, eritrosit, hitung jenis leukosit dan perkiraan kekuatan trombosit
    (Taber, 1994).

        Bila Hb < 11 g/dL atau hematorit < 33%, harus dilakukan investigasi klinik
yang baik untuk menghindari tranfusi darah kelak. Sebagian besar AG adalah akibat
defisiensi zat besi, tetapi di belahan dunia lain dapat pula disebabkan oleh thalassemia
atau ―sickle cell‖ anaemia. Pada anemia yang berat (kurang dari 6.5 g/L) hal ini
mungkin disebabkan oleh anemia megaloblastik.Pemeriksaan hemoglobin dilakukan
pada kunjungan ANC pertama, minggu ke 30 dan minggu ke 36 .Jenis tes bervariasi
tergantung pada kondisi lokal (tabel 35.2).Bila anemia terdeteksi secara klinis ( Hb< 10
g/L) maka MCV dan serum ferritin harus diperiksa. Pemeriksaan MCV penting untuk
menyingkirkan thalasemia. Bila terdapat batas: MCV <80 uL dan kadar RDW(red cell
distrubution width)>14% mencurigai akan penyakit ini. Kadar HbF>2% dan HbA2 yang
abnormal akan menentukan jenis thalasemia.


                                      56
& Kebutuhan Zat Besi selama Kehamilan:


      Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari pada laki – laki karena terjadi
menstruasi dengan perdarahan sebanyak kurang lebih 50 cc – 80 cc setiap bulan pada
wanita dan kehamilan, zat besi yang berkurang sebesar 30 – 40 mg.
      Pada saat kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk menambahkan sel
darah merah dan membentuk sel darah merah pada janin dan placenta. Semakin sering
wanita hamil dan melahirkan maka akan semakin banyak wanita itu kehilangan zat besi
dan menjadi semakin anemis.
      Gambaran banyaknya kebutuhan zat besi setiap kehamilan :
      Meningkatkan sel darah Ibu 500 mg Fe
      Terdapat dalam placenta      300 mg Fe
      Untuk darah janin            100 mg Fe +
             Jumlah                       900 mg Fe


      Jika persediaan Fe minimal, maka disetiap kehamilan akan menguras Fe dan
akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada setiap kehamilan
relatif mengalami anemia dikarenakan darah Ibu mengalami Hemodilusi (pengenceran)
dan meningkatkan volume 38 % - 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 – 34
mgu.Jumlah pertambahan sel darah 18 % - 30 % dan HB sekitar 19 %. Bila HB sebelum
hamil sekitar 11 gr maka dengan terjadinya Hemodilusi akan mengakibatkan anemia
fisiologi, dan HB Ibu akan turun menjadi kurang lebih 9,5 – 10 gr %.
      Setelah persalinan dengan lahirnya Bayi dan placenta maka akan kehilangan zat
besikurang lebih900 mg dari perdarahan yang dialami Ibu saat persalinan. Saat laktasi
Ibu memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI
unntuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.Dalam keadaan anemia laktasi tidak dapat
terlaksana dengan baik maka dari itu sbisa mungkin ibu tidak anemis.




                                     57
Catatan :

   1. Kebutuhan maternal total dihitung dari:

            o   Kehilangan zat besi dari epitel yang mati 1 mg/hari
            o   Kenaikan masa eritrosit dan perkembangan otot 1.6 mg /hari
            o   Simpanan akibat amenorea 0.6 mg/hari
            o   Kebutuhan harian 2.0 mg / hari




   2. Anggapan penggunaan harian adalah 20 – 25% dari asupan zat besi dasar




                                                 58
& The Diagnosis of Anemia in Pregnancy




F. Pengaruh anemia pada kehamilan
       Pengaruh terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas
             1. Keguguran
             2. Partus prematurus
             3. Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
             4. Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan
             5. Syok
             6. Afibrinogenemia dan hipofibrinogemia
             7. Infeksi intra partum dan dalam nifas
             8. Bila terjadi anemia grafis(hb <4%) terjadi payah jantung, yang bukan saja
                menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal.
       Pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi
            Hasil konsepsi(janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah
          besar untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, yaitu
          sebanyak berat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh.

                                         59
Terjadinya anemi dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi
               dalam hati, limfa, dan sumsum tulang.
                Selama masih mempunyai cukup persediaan besi, hb tidak akan turun dan bila
               persediaan ini habis, hb akan turun. Ini terjadi pada bulan kelima sampai enam
               kehamilan, pada waktu janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia,
               pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah:
                 1. Kematian mudigah(keguguran)
                 2. Kematian janin dalam kandungan
                 3. Kematian janin waktu lahir(stillbirt)
                 4. Kematian perinatal tinggi
                 5. Prematuritas
                 6. Dapat terjadi cacat bawaan
                 7. Cadangan besi kurang


  Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin,
sedangkan pengaruh komplikasi pada kehamilan dapat diuraikan, sebagai berikut :

                 1. Bahaya Pada Trimester I
                     Pada trimester I, anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion,
                     kelainan congenital, abortuskeguguran
                 2. BahayaPada Trimester II
                     Pada trimester II, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature,
                     perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim,
                     asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi,
                     dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu.
                 3. Bahaya Saat Persalinan
                     Pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his primer,
                     sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan
                     tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu
                     tindakan operatif (Mansjoer dkk, 2008).
   G. Penanganan anemia


                                              60
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum
Hipermesis Gravidarum

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Bab i bbl.normal
Bab  i bbl.normalBab  i bbl.normal
Bab i bbl.normalrasyid_
 
Askep anak-dengan-bblr
Askep anak-dengan-bblrAskep anak-dengan-bblr
Askep anak-dengan-bblrS Hidayatullah
 
PPT Perubahan Fisiologi BBL
PPT Perubahan Fisiologi BBLPPT Perubahan Fisiologi BBL
PPT Perubahan Fisiologi BBLChiyapuri
 
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)pjj_kemenkes
 
Pp pengantar pengembangan anb
Pp pengantar pengembangan anbPp pengantar pengembangan anb
Pp pengantar pengembangan anbFitriKhana
 
BBLR ( BAYI BERAT LAHIR RENDAH )
BBLR ( BAYI BERAT LAHIR RENDAH )BBLR ( BAYI BERAT LAHIR RENDAH )
BBLR ( BAYI BERAT LAHIR RENDAH )reni rohaniah
 
Kb1 konsep adaptasi neonatus
Kb1 konsep adaptasi neonatusKb1 konsep adaptasi neonatus
Kb1 konsep adaptasi neonatuspjj_kemenkes
 
Kb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuh
Kb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuhKb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuh
Kb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuhpjj_kemenkes
 
Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir
Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru LahirKonsep dan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir
Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahirpjj_kemenkes
 
Asuhan keperawatan bayi baru lahir normal
Asuhan keperawatan bayi baru lahir normalAsuhan keperawatan bayi baru lahir normal
Asuhan keperawatan bayi baru lahir normalSiee Apriel
 

La actualidad más candente (19)

145599463 lp-asfiksia-pada-bayi
145599463 lp-asfiksia-pada-bayi145599463 lp-asfiksia-pada-bayi
145599463 lp-asfiksia-pada-bayi
 
Askep bblr
Askep bblrAskep bblr
Askep bblr
 
Bab i bbl.normal
Bab  i bbl.normalBab  i bbl.normal
Bab i bbl.normal
 
LP BBLR
LP BBLRLP BBLR
LP BBLR
 
Irds AKPER PEMKAB MUNA
Irds AKPER PEMKAB MUNA Irds AKPER PEMKAB MUNA
Irds AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep bblr
Askep bblrAskep bblr
Askep bblr
 
Askep bayi bblr
Askep bayi bblrAskep bayi bblr
Askep bayi bblr
 
Askep bblr
Askep bblrAskep bblr
Askep bblr
 
Askep anak-dengan-bblr
Askep anak-dengan-bblrAskep anak-dengan-bblr
Askep anak-dengan-bblr
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
PPT Perubahan Fisiologi BBL
PPT Perubahan Fisiologi BBLPPT Perubahan Fisiologi BBL
PPT Perubahan Fisiologi BBL
 
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
 
Pp pengantar pengembangan anb
Pp pengantar pengembangan anbPp pengantar pengembangan anb
Pp pengantar pengembangan anb
 
BBLR ( BAYI BERAT LAHIR RENDAH )
BBLR ( BAYI BERAT LAHIR RENDAH )BBLR ( BAYI BERAT LAHIR RENDAH )
BBLR ( BAYI BERAT LAHIR RENDAH )
 
Kb1 konsep adaptasi neonatus
Kb1 konsep adaptasi neonatusKb1 konsep adaptasi neonatus
Kb1 konsep adaptasi neonatus
 
139642472 repro-bbl-post-matur
139642472 repro-bbl-post-matur139642472 repro-bbl-post-matur
139642472 repro-bbl-post-matur
 
Kb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuh
Kb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuhKb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuh
Kb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuh
 
Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir
Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru LahirKonsep dan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir
Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir
 
Asuhan keperawatan bayi baru lahir normal
Asuhan keperawatan bayi baru lahir normalAsuhan keperawatan bayi baru lahir normal
Asuhan keperawatan bayi baru lahir normal
 

Destacado

Hasil Laporan Kasus
Hasil Laporan KasusHasil Laporan Kasus
Hasil Laporan Kasuspjj_kemenkes
 
Sindroma antifosfolipid [compatibility mode]
Sindroma antifosfolipid [compatibility mode]Sindroma antifosfolipid [compatibility mode]
Sindroma antifosfolipid [compatibility mode]andreei
 
Sindroma anti phospholipid
Sindroma anti phospholipidSindroma anti phospholipid
Sindroma anti phospholipidSofie Krisnadi
 
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Septian Muna Barakati
 
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Operator Warnet Vast Raha
 
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Penemuan Penyakit Secara Screening
Penemuan Penyakit Secara ScreeningPenemuan Penyakit Secara Screening
Penemuan Penyakit Secara Screeningpie-pien
 
Presentasi dahi
Presentasi dahiPresentasi dahi
Presentasi dahipie-pien
 
Penyelidikan Wabah
Penyelidikan WabahPenyelidikan Wabah
Penyelidikan Wabahpie-pien
 
6. askeb pada kehamilan penyulit komplikasi
6. askeb pada kehamilan penyulit komplikasi6. askeb pada kehamilan penyulit komplikasi
6. askeb pada kehamilan penyulit komplikasipjj_kemenkes
 
Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Dokter Tekno
 

Destacado (15)

Askep Kwashiorkor
Askep KwashiorkorAskep Kwashiorkor
Askep Kwashiorkor
 
Hasil Laporan Kasus
Hasil Laporan KasusHasil Laporan Kasus
Hasil Laporan Kasus
 
Sindroma antifosfolipid [compatibility mode]
Sindroma antifosfolipid [compatibility mode]Sindroma antifosfolipid [compatibility mode]
Sindroma antifosfolipid [compatibility mode]
 
Sindroma anti phospholipid
Sindroma anti phospholipidSindroma anti phospholipid
Sindroma anti phospholipid
 
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
 
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
 
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Penemuan Penyakit Secara Screening
Penemuan Penyakit Secara ScreeningPenemuan Penyakit Secara Screening
Penemuan Penyakit Secara Screening
 
Presentasi dahi
Presentasi dahiPresentasi dahi
Presentasi dahi
 
Penyelidikan Wabah
Penyelidikan WabahPenyelidikan Wabah
Penyelidikan Wabah
 
6. askeb pada kehamilan penyulit komplikasi
6. askeb pada kehamilan penyulit komplikasi6. askeb pada kehamilan penyulit komplikasi
6. askeb pada kehamilan penyulit komplikasi
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)
 
KEP
KEPKEP
KEP
 

Similar a Hipermesis Gravidarum

Laporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
Laporan pendahuluan Hiperemesis GravidarumLaporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
Laporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarumnorrahmahacik
 
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
Hyperemesis gravidarum
Hyperemesis gravidarumHyperemesis gravidarum
Hyperemesis gravidarummizuyo heni
 
bahan heg.docx
bahan heg.docxbahan heg.docx
bahan heg.docxcwpklinik
 
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
Hiperemesis gravidarum pada ibu hamil
Hiperemesis gravidarum pada ibu hamilHiperemesis gravidarum pada ibu hamil
Hiperemesis gravidarum pada ibu hamilDian Setyawan
 
PPT HIPEREMESIS GRAVIDARUM.pptx
PPT HIPEREMESIS GRAVIDARUM.pptxPPT HIPEREMESIS GRAVIDARUM.pptx
PPT HIPEREMESIS GRAVIDARUM.pptxfotocopy6
 
hiperemesis gravidarum
hiperemesis gravidarumhiperemesis gravidarum
hiperemesis gravidarumekafilia
 
SAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ DiareSAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ DiareYusuf Saktian
 
Askep diare anak
Askep diare anakAskep diare anak
Askep diare anakf' yagami
 

Similar a Hipermesis Gravidarum (20)

4 isi ok.docx
4 isi ok.docx4 isi ok.docx
4 isi ok.docx
 
Hiperemesis
HiperemesisHiperemesis
Hiperemesis
 
Laporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
Laporan pendahuluan Hiperemesis GravidarumLaporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
Laporan pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
 
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA
 
Tugas mata kuliah pak nassssssssssssssss
Tugas mata kuliah pak nassssssssssssssssTugas mata kuliah pak nassssssssssssssss
Tugas mata kuliah pak nassssssssssssssss
 
Hyperemesis gravidarum
Hyperemesis gravidarumHyperemesis gravidarum
Hyperemesis gravidarum
 
bahan heg.docx
bahan heg.docxbahan heg.docx
bahan heg.docx
 
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA
Tgas pak nasssssssssssssssssss AKBID PARAMATA RAHA
 
Hiperemesis gravidarum pada ibu hamil
Hiperemesis gravidarum pada ibu hamilHiperemesis gravidarum pada ibu hamil
Hiperemesis gravidarum pada ibu hamil
 
PPT HIPEREMESIS GRAVIDARUM.pptx
PPT HIPEREMESIS GRAVIDARUM.pptxPPT HIPEREMESIS GRAVIDARUM.pptx
PPT HIPEREMESIS GRAVIDARUM.pptx
 
hiperemesis gravidarum
hiperemesis gravidarumhiperemesis gravidarum
hiperemesis gravidarum
 
SAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ DiareSAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ Diare
 
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
Askep diare anak
Askep diare anakAskep diare anak
Askep diare anak
 
173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis
 
173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis
 
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada anak dengan diare
Askep pada anak dengan diareAskep pada anak dengan diare
Askep pada anak dengan diare
 
Hipermesis
HipermesisHipermesis
Hipermesis
 

Último

AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptxbahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptxvincentptk17
 
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxMateri Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxc9fhbm7gzj
 
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf
 
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story with Life Lessons (En...
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story  with Life Lessons (En...The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story  with Life Lessons (En...
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story with Life Lessons (En...OH TEIK BIN
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuKarticha
 
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptxMateri B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptxafkarzidan98
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxjohan effendi
 
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...Kanaidi ken
 
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3SatriaPamungkas18
 
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal FaizinKanaidi ken
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Kanaidi ken
 
Perbedaan CARA PANDANG _Training "Effective MARKETING and PERSONAL SELLING".
Perbedaan CARA PANDANG _Training "Effective MARKETING and PERSONAL SELLING".Perbedaan CARA PANDANG _Training "Effective MARKETING and PERSONAL SELLING".
Perbedaan CARA PANDANG _Training "Effective MARKETING and PERSONAL SELLING".Kanaidi ken
 
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++BayuYudhaSaputra
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdf
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdfEstetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdf
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdfHendroGunawan8
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxMATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxwulandaritirsa
 

Último (20)

AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptxbahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
bahasa-indonesia-penyusunan-paragraf.pptx
 
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptxMateri Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
Materi Kuliah Ramadhan WARISAN SYAWAL 1444.pptx
 
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdfAminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 21_11 April 2024.pdf
 
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story with Life Lessons (En...
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story  with Life Lessons (En...The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story  with Life Lessons (En...
The Wolf, The Buffalo and The Shepherd ~ A Kids' Story with Life Lessons (En...
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
 
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptxMateri B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
Materi B.indo (Penyusunan Paragraf).pptx
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
 
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
Ringkasan Isi & Pokok Bahasan_ Buku_ "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN da...
 
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
Penyusunan Paragraf Primakara Informatika IFPagi3
 
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal  Faizin
“Mohon Maaf Lahir & Batin” ... Minal Aidin Wal Faizin
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
Silabus Pelatihan _Peranan dan Implementasi "Dual Banking Leverage Model (DBL...
 
Perbedaan CARA PANDANG _Training "Effective MARKETING and PERSONAL SELLING".
Perbedaan CARA PANDANG _Training "Effective MARKETING and PERSONAL SELLING".Perbedaan CARA PANDANG _Training "Effective MARKETING and PERSONAL SELLING".
Perbedaan CARA PANDANG _Training "Effective MARKETING and PERSONAL SELLING".
 
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
02.17. Menentukan Temperatre Wind-Chill Menggunakan Bahasa Pemrograman C++
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdf
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdfEstetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdf
Estetika Humanisme Ringkasan Pertemuan 1.pdf
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptxMATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
MATERI PEMBELAJARAN SENI BUDAYA.KELOMPOK 5.pptx
 

Hipermesis Gravidarum

  • 1. HIPEREMESIS 2.1 Definisi Hyperemesis Gravidarum Hyperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana seorang wanita hamil yang memuntahkan sagala apa yang dimakan dan diminum Hingga berat badan sangat turun,Turgor kulit kurang,diereses kurang dan timbul aceton dalam air kencing .(Obstetri patologi Unpad 1984). Hyperemesis Gravidarum adalah keluhan mual muntah yang dikategorikan berat jika jika ibu hamil selalu muntah setiap kali minum ataupun makan.Akibatnya,Tubuh sangat lemas,muka pucat,dan frekuensi buang air kecil menurun drastis aktifitas sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum terganggu (Cunningham 2005). 2.2 Etiologi hyperemisis gravidarum Penyebab pasti keluhan mual dan muntah selama kehamilan masih belum jelas. Sebagian besar bukti memperlihatkan bahwa keadaan ini disebabkan oleh perubahan kadar hormone yang sangat cepat. Fluktuasi ini mengakibatkan perubahan pada pola kontraksi dan relaksasi otot polos lambung dan usus sehingga menyebabkan keluhan mual dan muntah Hormon yang berperan dalam kejadian ini adalah human chorionic gonadotropin (hCG), estrogen, dan progesterone. Kadar abnormal dari hormon tiroid dijumpai pada hyperemesis gravidarum, meskipun hubungan sebab akibat dalam hal ini juga tidak jelas. Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa keluhan mual dan muntah ini semakin hebat bila kadar gula darah rendah Peneliti juga menemukan kenyataan bahwa wanita yang mengalami komplikasi mual akibat pemakaian pil kontrasepsi oral, migraines, ataur mabuk kendaraan memiliki resiko tinggi untuk mengalami keluhan hyperemesis gravidarum Teori penyebab dari hiperemesia gravidarum : Faktor-faktor penyebab hyperemesis Gravidarum 1. Hormonal: Meningkatnya kadar human chorionic gonadotropin (hCG) atau komponen dari hormone ini berperan dalam menginduksi EG. Thyrotoxicosis atau
  • 2. hyperthyroidism diduga memiliki kaitan dengan EG.Hormon lain yang terkait adalah serotonin. Serotonin adalah bahan kimiawi dalam otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat dan saluran gastrointestinal (GI) . Selama kehamilan , aktivitas saluran gastrointestinal bagian atas menurun dan menyebabkan terjadinya mual dan muntah. Peningkatan level estrogen. Mempengaruhi bagian otak yang mengontrol mual dan muntah .Hal ini terjadi karena peningkatan kadar hormon estrogen dan HCG serum yang membuat motilitas gastrointestinal, terutama lambung dan usus menjadi lebih lambat. Dan peningkatan tersebut dapat merangsang reseptor di otak, yaitu reseptor CTZ di hipotalamus untuk merangsang muntah. Oleh karena itu pada pasien ini diterapi dengan berpuasa yang bertujuan untuk pengosongan lambung, sehingga perut tak terasa penuh dan pemberian neurobion untuk memperbaiki respon otak untuk menghentikan respon muntah dan memberikan ketenangan pada pasien. 2. Gastrointestinal: Helicobacter pylori bakteri dalam usus yang dapat menyebabkan ulcus peptikum atau tukak lambung. Bakteri ini dijumpai pada sebagian besar wanita hamil dan lebih banyak lagi pada kasus EG.Untuk mengatasi keadaan ini seringkali digunakan antibiotika. 3. Psikosiosial : Masih merupakan kontroversi , sejumlahpeneliti menemukan kaitan antara EG dengan reaksi penolakan wanita terhadap kehamilan akibat konflik keluarga atau lingkungannya. Dengan demikian maka pada kasus HG seringkali diperlukan konsultasi psikologis.
  • 3. Hiperemesis Gravidarum: Keadaan ini terjadi bila keluhan mual dan muntah menyebabkan berat badan turun > 5% dan terjadinya dehidrasi. HG adalah keadaan ekstrim yang menyebabkan terganggunya aktivitas keseharian pasien dan memerlukan perawatan di rumah sakit. 2.3 Patofisiologi hyperemesis gravidarum Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. 1. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. 2. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang 3. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati yang menyebabkan terjadinya degenerasi lemak dan nekrosis (kematian sel sebagai akibat dari kerusakan sel akut atau trauma) sehingga terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan 4. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal
  • 4. 2.4 Tanda dan Gejala Hyperemesis Gravidarum Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi : 1. Tingkatan I a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan : 1) Dehidrasi : turgor kulit turun 2) Nafsu makan berkurang 3) Berat badan turun 4) Mata cekung dan lidah kering b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit e. Tampak lemah dan lemas 2. Tingkatan II a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya : 1) Turgor kulit makin turun 2) Lidah kering dan kotor 3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris b. Kardiovaskuler 1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit 2) Nadi kecil karena volume darah turun
  • 5. 3) Suhu badan meningkat 4) Tekanan darah turun c. Liver 1) Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus d. Ginjal Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan : 1) Oliguria 2) Anuria 3) Terdapat timbunan benda keton aseton Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus 3. Tingkatan III a. Keadaan umum lebih parah b. Muntah berhenti c. Sindrom mallory weiss d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma e. Terdapat ensefalopati werniche : 1) Nistagmus 2) Diplopia 3) Gangguan mental f. Kardiovaskuler 1) Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat g. Gastrointestinal 1) Ikterus semakin berat 2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam h. Ginjal 1) Oliguria semakin parah dan menjadi anuria 2.5 Pencegahan Hyperemesis Gravidarum Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis gravidarum dengan cara : 1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik
  • 6. 2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan. 3. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering 4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat. 5. makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan 6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin 7. Defekasi teratur 8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula. Wanita yang mulai mengkonsumsi vitamin sejak kehamilan dini dapat menurunkan risiko hiperemesis gravidarum. Satu kali gejala HG muncul, maka perlu penatalaksanaan sejak dini agar tidak terjadi perburukan. 2.6. Penatalaksanaan Hyperemesis Gravidarum Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. 1. Obat-obatan Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin
  • 7. hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin 2. Isolasi Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan / minuman selama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan. 3. Terapi psikologik Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini. 4. Cairan parenteral Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena. 5. Penghentian kehamilan Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital. 6. Diet a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat I Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 – 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari. b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
  • 8. c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium. 7. Prognosis Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
  • 9. ABORTUS 2.1. DEFINISI ABORTUS Definisi Abortus (aborsi, abortion) adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup. Di Amerika Serikat, definisi ini terbatas pada terminasi kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir. Definisi lain yang sering digunakan adalah keluarnya janin-neonatus yang beratnya kurang dari 500 g. (Obstetri Willliams, Edisi 21 , hal : 951). Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar. Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu. (Obstetri Patologi, hal: 7). Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram(FKUI : Kapita Selekta Kedokteran (2001:260)).Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu). Jenis- jenis aborsi :  Aborsi Spontan Didefinisikan sebagai hilangnya kehamilan sebelum tercapai vibialitas janin (22 minggu gestasi).Abortus ini terjadi dengan tidak didahului factor-faktor mekanis atau pun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh factor-faktor alamiah. Tahap-tahap aborsi spontan meliputi : a. Abortus Imminen Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya (keguguran mengancam). Diagnosis abortus imminen dipikirkan apabila terjadi perdarahan pervaginaam pada paruh pertama kehamilan. Hal ini sangat sering dijumpai dan satu dari empat atau lima wanita mengalami bercak(spotting).
  • 10. Abortus tingkat awal, dimana ostium uteri tertutup dan hasil konsepsi masih dalam kandungan. Gambar 1. Abortus iminens b. Abortus Insipien Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi(keguguran berlangsung). Abortus mengancam, dimana serviks mendatar, ostium membuka, tapi hasil konsepsi masih di dalam kavum uteri. Gambar 2. Abortus insipiens c. Abortus Inkomplit Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim ( keguguran tidak lengkap). Atau sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri. Gejala : didapati amenore, sakit perut, dan mulas-mulas; perdarahan yang bias sedikit atau banyak, dan biasanya berupa stolsel (darah beku); sudah ada fetus atau jaringan yang keluar; pada abortus yang sudah lama terjadi sering terjadi infeksi. Pada pemeriksaan dalam, untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalisatau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari yang seharusnya.
  • 11. Gambar 3. Abortus incompletus d. Abotus complitus Seluruh buah kehamilan telah di lahirkan dengan lengkap (keguguran lengkap) atau seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri. Gambar 4. Abortus complitus  Missed Abortion Adalah keadaan dimana janin sudah matipada umur kehamilan kurang dari 22 minggu, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang meninggal ini (a) bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati; (b) bisa diresobsi kembali sehingga hilang; (c) bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut dengan fetus papyraceus; (d) bisa jadi mola kamosa, dimana
  • 12. fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air ketubannya direarbsorbsi. Gejala : didapati amenore, perdarahan sedikit-sedikit selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malah bertambah rendah.Kalau tedinya da tanda-tanda gejala kehamilan, belakangan menghilang, diiringi dengan reaksi kehamilan yang menjadi negative pada 2-3 minggu sesudah fetus mati.Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit.Sekali-sekali pasien merasa perutnya dingin atau kosong.  Abortus tidak aman Prosedur yang di lakukan oleh individu yang kurang terampil atau dilakukan di tempat yang tidak memiliki standar medis minimal atau keduanya sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.
  • 13. Gambar 7. Unsafe abortion  Abortus Infeksiosa Abortus Infeksiosa adalahAbortus yang disertai infeksi genital. Diagnosis : a. adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong dirumah sakit. b. Pemeriksaan : kanalis servikalis terbuka, terba jaringan, perdarahan c. Tanda-tanda infeksi alat genital : demam, nadi cepat, perdarahan berbau, nyeri tekan, uterus besar dan lembek  Abortus septik Abortus yang di persulit oleh infeksi. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi jika ada organisme di saluran genital bagian bawah setelah aborsi spontan atau aborsi tidak aman. Sepsis lebih cenderung terjadi jika terdapat retensi hasil konsepsi dan evakuasi terlambat.
  • 14. Keguguran ini di sertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah atau peritoneum. Diagnosis : kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun sampai syok. Perlu di observasi apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.  Abortus Habitualis Terjadi abortus sampai 3 kali berturut turu atau lebih. Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan abortus habitualis 3,6-9,8 % dari abortus spontan. Kalau seorang penderita telah mengalami abortus dua kali berturut- turut maka optimism untuk kehamilan berikutnya berjalan normal sekitar 63%.Kalau abortus 3 kali berturut-turt, maka kemungkinan kehamilan ke empat berjalan normal hanya sekitar 16%. Pemeriksaan : 1. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus subjmukosa dan anomaly kongenital. 2. BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula tyroidea. 3. Psikoanalisis.  Abortus yang di sengaja (abortusprovokatus) Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi menjadi 2 : a. Abortus medisinalis
  • 15. Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alas an bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapatkan persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli. b. Abortus Kriminalis Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis. Diagnosis perdarahan per vagina pada awal kehamilan Gejala yang timbul serta Tanda dan gejala yang Kemungkinan diagnosis tanda dan gejala lain yang kadang kala timbul biasanya timbul Perdarahan ringan Kram /nyeri Aborsi Imminen Serviks tertutup abdomen bagian
  • 16. Uterus sesuai usia bawah kehamilan Uterus lebih lunak dari normal Perdarahan berat Kram/nyeri Aborsi insipien Serviks membuka abdomen bagian Uterus sesuai usia bawah kehamilan Nyeri tekan uterus Tidak ada pengeluaran hasil konsepsi Perdarahan ringan Kram/nyeri Abortus komplit Serviks tertutup abdomen bagian Uterus lebih kecil bawah yang ringan dari usia kehamilan Riwayat Uterus lebih lunak pengeluaran hasil dari normal konsepsi Perdarahan berat Kram/nyeri Abortus inkomplit Serviks membuka abdomen bagian Uterus lebih kecil bawah dari usia kehamilan Pengeluaran sebagian hasil konsepsi 2.2. ETIOLOGI Factor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah factor ovum sendiri, factor ibu, dan factor bapak. 1. Kelainan Ovum Menurut HERTIG dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan maka 48,9% disebabkan karena ovum yang patologis, 3,2% disebbakan oleh letak embrio,
  • 17. dan 9,6% disebabkan oleh plasenta yang abnormal. Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari 1 bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80 %). 2. Kelainan Genetalia Ibu Misalnya pada ibu yang menderita: - Anomaly kongeenital(hypoplasia uteri, uterus bikornis, dll) - Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata - Tidak semuanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesterone atau estrogen, endometritis, mioma submukosa. - Uterus terlalu cepat teregang(kehamilan ganda, mola) 3. Gangguan sirkulasi plasenta Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakitt nefritis, hipertensi, toxemia gravidarum, anomaly plasenta, dan endarteritis oleh karena luwes. 4. Penyakit-penyakit ibu Misalnya pada : - Penyakit ifeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, lifoid,pielitis, rubeola, demam malta, dsb. Kematian fetu dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau infasi kuman atau virus pada fetus. - Keracunan PB , nikotin, gas racun, alcohol, dll - Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemi grafis - Malnutrisi, avitaminosis, dan gangguan metabolism, hypotiroidisme, kekurangan vitamin A,C, atau E, diabetes mellitus 5. Antagonis Rhesus Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus. 6. Terlalu cepatnya korpus luteum mnejadi atrofis atau factor serviks 7. Rangsangan pada ibuyang menyebabkan uterus berkontraksi Misalnya: sangat terkejut, obat-obatan uterotonika, ketakutan, laparotomy, dll. Atau dapat juga krena trauma langsung terhadap fetus : selaput janin rusak karena instrument, benda, dan obat-obatan.
  • 18. 8. Penyakit bapak Umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemi, dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan(alcohol, nikotin,PB, dll), sinar rontgen, avitaminosis 2.3. PATOFISOLOGI Kehamilan < 20 minggu Faktor – faktor yang mempengaruhi Perdarahan desidua basalis Nekrois jaringan disekitarnya Hasil konsepsi lepas Kontraksi pada uterus Kehamilan < 8 minggu Kehamilan > 14 minggu Kehamilan 8-14 minggu (villi cerviks belum menembus (villi conealis sudah menembus lebih dalam) Dinding basalis secara dalam) Hasil konsepsi dikeluarkan Placenta hanya lepas sebagian Janin dikeluarkan lebih dahulu seluruhnya (abortus completus) (abortus incomplete) Abortus Abortus insipiens imminen Perdarahan padaibu (corpus uteri (corpus uteri membuka) menutup) Perdarahan pada ibu anemia anemia Janin masi bisa dipertahankan Janin mati Gangguan psikologi pada ibu
  • 19. Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Terjadi perdarahan pada ibu dimana dapat menyebabkan anemia serta janin mati, sehingga dapat menyebabkan gangguan psikologis pada ibu karena merasa kehilangan calon bayinya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga jika corpus uteri masih menutup kemungkinan janin masi bisa dipertahankan namun jika corpus uteri membuka terjadi abortus insipiens, dimana janin sudah mati, ibu merasa kehilangan calon bayi dan kemungkinan besar dapat terjadi gangguan psikologis pada ibu. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta.Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus sehingga janin mati dan kemungkinan besar mengakibatkan terjadinya gangguan psikologis pada ibu. Manifetasi Kliniss Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu. Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus Pemeriksaan ginekologi : a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
  • 20. b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluardari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dario ostium. c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri. Diagnosis Amenore pada masa reproduksi dengan plano test(+) atau pernah (+) Perdarahan pervaginaam dan mungkin dengan pengeluaran hasil konsepsi Rasa sakit atau kram pada perut diatas simfisis Pemeriksaan Penunjang Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion Komplikasi Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah. 2.4. PENATALAKSANAAN 1. Abortus Iminens Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi, serviks masih tertutup Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam waktu
  • 21. singkat dapat terjadi abortus spontan.Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dan gerakan janin. Jika sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler atau Laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan / tindakan. Penatalaksanaan Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas Tes kehamilan dapat dilakuka.Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati.Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat. 2. Abortus Insipiens Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus.Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering, serviks terbuka. Penatalaksanaan :  Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin  Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
  • 22.  Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.  Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual. 3. Abortus Inkomplit Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan keluar. Penatalaksanaan :  Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah  Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular  Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.  Berikan antibiotik untuk mencegah infeks 4. Abortus Komplit Abortus kompletus adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu. Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus. Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya. Penatalaksanaan : Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
  • 23. 5. Abortus Abortion Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran selama lebih dari 4 minggu atau lebih (beberapa buku : 8 minggu). Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan. Penatalaksaan :  Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam  Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi  Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.  Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam.Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.  Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
  • 24. 6. Abortus Septik Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh dukun atau awam).Bahaya terbesar adalah kematian ibu.Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit  Penanggulangan infeksi : a. Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam b. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah metronidazol 5000 mg tiap 6 jam c. Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol, ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.  Tingkatkan asupan cairan  Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah  Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus. Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan samadengan yang diberikan pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari . Di rumah sakit :  Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi  Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g  Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan  Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan  Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit  Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin  Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.  Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan sumber infeksi
  • 25.  Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda- tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas 2.5. TEKNIK PENGELUARAN ABORTUS (KURETASE) Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus.Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi. Persiapan Sebelum Kuretase: Persiapan Penderita Lakukanlah pemeriksaan umum : Tekanan Darah, Nadi, Keadaan Jantung, dan Paru – paru dan sebagainya. Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis Persiapan Alat – alat Kuretase Alat – alat kuretase hendaknya telah tersedia alam bak alat dalam keadaan aseptic (suci hama) berisi :Speculum dua buah, Sonde (penduga) uterus, Cunam muzeus atau Cunam porsio, Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar, Bermacam – macam ukuran sendok kerokan (kuret), Cunam abortus kecil dan besar Pinset dan klem, Kain steril, dan sarung tangan dua pasang. Penderita ditidurkan dalam posisi lithotomi Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara IV dengan ketalar.
  • 26. Set kuretase pada abortus: 1 cunam tampon 1 tenakulum 2 klem ovum lurus dan lengkung 1 set sendok kuret 1 penala kavum uteri(sonde uterus) 2 spekulum sim’s atau L 1 kateter karet Cara Kuretase : 1. Pasien dalam posisi litotomi 2. Suntikkan valium 10 mg dan atropine sulfat 0,25 mg intravena 3. Tindakan antisepsis genetalia eksterna, vagina, dan seerviks 4. Kosongkan kandung kemih 5. Pasang speculum vagina, selanjutnya serviks dipresentasikan dengan tenakulum menjepit dinding dengan porsio pada jam 12. Angkat speculum depan dan dan speculum belakang dipegang oleh seorang asisten. 6. Masukkan sonde uterus dengan hati-hati untuk menentukan besar dan arah uterus 7. Keluarkan jaringan dengan cunam abortus, dilanjutkan dengan kuret tumpul secara sistematis menurut putaran jarum jam. Usahakan seluruh kavum uteri dikerok. 8. Setelah diyakini tidak ada perdarahan, tindakan dihentikan. Awasi tanda vital 15 – 30 menit pascatindakan.
  • 27. KET 2.1 DEFINISI Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan ―berada di luar tempat yang semestinya‖. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu. Adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh dan berkembang di luar endometrium cavum uteri. ( Chrisdiono : 100) Adalah kehamilan yang berimplantasi di luar endometrium normal. (Ida Bagus Gde Manuaba: 232) Ialah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium cavum uteri. (Sarwono : 250) Ialah kehamilan dimana hasil implantasi (blastokis) tertanam di luar cavum uteri. (obstetri william : 599) Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus , tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik, sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus. Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%. (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2005) Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001) Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi,berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga dipakai,oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang normal. (Sarwono prawirohardjo, ilmu kandungan, 2005) 2.2 KLASIFIKASI
  • 28. 1. Kehamilan Tuba Gambar 2.2 kehamilan tuba Sebab- sebab kehamilan tuba ialah : a. Hal – hal yang mempersulit perjalanan telur ke dalam cavum uteri, diantaranya : salphinginitis kronika perlekatan tuba dengan alat alat sekitarnya kelainan kongenital tuba tumor –tumor yang menekan pada tuba migratio eksterna : perjalan telur panjang dan lama, hingga sudah terbentuk trofoblast sebelum telur ada dalam cavum uteri b. Tuba yang panjang seperti pada hipoplasia uteri c. Hal – hal yang memudahkan nidasi adanya endometrium yang ektopik di dalam tuba namun hal ini jarang terjadi Menurut tempat implantasinya: 1. Kehamilan ampuler : dalam ampula tuba 2. Kehamilan isthmik : dalam istmus tuba 3. Kehamilan interstisiil (intramularis) : dalam pars interstitialis tuba Karena dinding agak tebal, dapat menahan khamilan samapai 4 bulan atau lebih, kadang kala samapai aterm. Kalau pecah dapat menyebabkan perdaran yang banyak dan keluarnya janin dalam rongga perut.
  • 29. Gambar 2.2 Lokasi Kehamilan Ektopik Berakhirnya kehamilan tuba ada dua cara : 1. abortus tuber Pada abortus tuber, telur karena bertambah besar menenmbus endoslping (selaput lendir tuba) masuk ke dalam liang tuba dan di keluarkan ke arah infundibulum. Hal ini terutama terjadi kalau telur berimplantasi di daerah ampula tuba. Disini biasanya telur tertanam kolumner karena lipatan – lipatan selaput lendir tinggi dan banyak. Selain itu rongga tuba agak besar hingga telur mudah tumbuh ke arah rongga tuba dan lebih mudah menembus desidua kapsularis yang tipis dari pada lapisan otot tubuh. Abortus tuber kira – kira terjadi pada minggu ke-6 sampai 12. 2. ruptura tuba Pada ruptura tuba telur menembus lapisan otot tuba ke arah cavum peritonium. Terjadi terutama kalau implantasi telur dalam istmus tuba. Disini lipatan-lipatan selaput lendir tidak seberapa, jadi besar kemungkinan implantasi interkolumner. Trofoblasr cepat sampai ke lapisan otot tuba, kemungkinan pertumbuhan ke arah rongga tuba kecil karena rongga tuba sempit maka telur menembus dinding tuba ke arah rongga perut. Terjadilah luka pada dinding tuba dan perdarahan dalam rongga perut.
  • 30. 2. Kehamilan Ovarial Kehamilan ini jarang terdapat. Terjadi apabila spermatozoa memasuki folikel de graaf yang baru saja pecah dan menyatukan diri dengan ovum yang masih tinggal di dalam folikel. Nasib kehamilan ini adalah ovum yang di buahi mati atau terjadi ruptura. Untuk dapat membuat diagnosis kehamilan ovarial murni, harus di penuhi beberapa syarat (Spiegelberg) yaitu: 1. Tuba pada tempat kehamilan harus normal, bebas dan terpisah dari ovarium 2. kantong janin harus terletak dalam ovarium 3. ovarium yang mengandung kantong janin, harus berhubungan denga uterus lewat ligamentum ovarii proprium 4. harus ditemukan jaringa ovarium dalam dinding kantong janiN 3. Kehamilan Servikal Jarang terjadi, nidasi terjadi dalam selaput lendir serviks. Dengan tumbuhnya telur, serviks menggembung. Kehamilan serviks biasanya berakhir pada kehamo;an muda, karena menimbulkan perdarahan hebat yang memaksa pengguguran. Kehamilan ini jarang sekali berlangsung lewatr 20 minggu. Perdarahan yang banyak merupakan indikasi untuk mengambil tindakan terdiri atas kerokan kavum uteri dan kanalis servikalis. 4. Kehamilan Abdominal Kehamilan abdominal ada dua macam: Primer : dimana telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut Sekunder : yang asalnya kehamilan tuba dan setelah ruptur menjadi kehamilan abdominal Kebanyakan kehamilan abdominal adalah kehamilan abdominal sekunder, maka biasanya plasenta terdapat pada daerah tuba, permukaan belakang rahim dan ligamentum latum. Walaupun ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur cukup bulan, hal ini jarang terjadi, yang lazim adalah bahwa janin mati sebelum
  • 31. tercapai maturitas (bulan ke-5 atau ke-6) karena pengambilan makanan yang kurang sempurna. Kalau kehamilan sampai terjadi aterm maka akan timbul his, artinya pasien merasa nyeri dengan teratur seperti pada persalinan biasa. Pada pemeriksaan dalam ditemukan bahwa pembukaan tidak menjadi besar, paling-paling sebesar 1-2 jari dan serviks tidak merata. Jika kita masukkan jari ke dalam cavum uteri maka teraba uterus kosong. Gambar 2.2 kehamilan abdominal Gejala klinis : Pasien lebih kesakitan karena perangsangan peritonium, misalnya sering mual, muntah, gembung perut, obsstipasi dan nyeri perut sering ditemukan Mengalami sakit perut hebat disertai pusing atau pingsan Tumor yang mengandung janin tidak pernah mengeras (tidak ada kontraksi braxton hicks) Pergerakan anak dirasakan nyeri oleh ibu Bunyi jantung janin lebih jelas terdengar Bagian janin lebih mudah teraba karena hanya terpisah oleh lapisan dinding perut
  • 32. 2.3 EPIDEMIOLOGI Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal didaerah dengan prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi (Wibowo, 2007). 2.4 ETIOLOGI Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba, sehingga setiap gangguan pada tuba yang disebabkan infeksi akan menimbulkan gangguan dalam perjalanan hasil konsepsi menuju rahim. Sebagai gambaran penyebab kehamilan ektopik dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Faktor-faktor mekanis yang mencegah atau menghambat perjalanan ovum yang telah di buahi ke dalam cavum uteri. Salpingitis, khususnya endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi lipatan arboressen mukosa tuba dengan penyempitan lumen / pembentukan kantong- kantong buntu. Berkurangnya siliasi mukosa tuba akibat infeksi dapat turut menyebabkan implantasi zigot dalam tuba falopi. Adesi peritubal, setelah infeksi pasca abortus atau infeksi masa nifas, apendisitis ataupun endometriesis menyebabkan tertekukknya tuba dan penyempitan lumennya. Kelainan pertumbuhan tuba, khususnya divertikulum, osthium assesorius dan hypoplasia. Kehamilan ektopik sebelumnya, sesudah sekali mengalami kehamilan ektopik insiden kehamilan ektopik berikutnya akan menjadi 7 hingga 15% (Breen dkk, 1970.) Pembedahan sebelumnya pada tuba. Aborrtus induksi yang dilakukan lebih dari 1 kali, akan memperbesar resiko terjadinya kehamila ektopik yang kemungkinan terjadi akibat peningkatan yang kecil tetapi bermakna pada angka insiden salpingitis. Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim. Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi spiral (3 – 4%),Karena alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) dapat
  • 33. mengganggu mortilitas tuba dan memperlambat transportasi ovum, atau menyebabkan infeksi, dan sebagai akibatnya dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik. Pil yang mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim b. Faktor-faktor fungsional yang memperlambat perjalanan ovum yang telah dibuahi kedalam cavum uteri. Migrasi eksternal ovum, kelambatan pengangkutan ovum yang telah dibuahi lewat saluran tuba / oviduk akibat migrasi eksternal akan meningkatkan sifat-sifat invasif blastokis saat masih berada di dalam oviduk. Refluks menstrual, kelambatan fertilisasi ovum dengan perdarahan menstruasi pada waktu sebagaimana biasanya, secara teoritis dapat mencegah masuknya ovum ke dalam uterus / menyebabkan ovum tersebut berbalik kembali ke dalam tuba. Berubahnya motilitas tuba, dapat terjadi mengikuti perubahan pada kadar estrogen dan progesteron dalam serum. 2.5 PATOFISIOLOGI Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba (lokasi tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang relatif sedikit mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi. Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut. Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang, dan perkembangannya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
  • 34. Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometrium pun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometrium menjadi hipertrofik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuol. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan ektopik tersebut akan terkompromi. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah: 1) hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi, 2) abortus ke dalam lumen tuba, dan 3) ruptur dinding tuba. Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars ampullaris, sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamilan pars isthmica. Pada abortus tuba, bila pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna atau tuntas, maka perdarahan akan terus berlangsung. Bila perdarahan terjadi sedikit demi sedikit, terbentuklah mola kruenta. Tuba akan membesar dan kebiruan (hematosalping), dan darah akan mengalir melalui ostium tuba ke dalam rongga abdomen hingga berkumpul di kavum Douglas dan membentuk hematokel retrouterina. Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya ruptur tuba terjadi lebih awal, karena pars isthmica adalah bagian tuba yang paling sempit. Pada kehamilan di pars interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16 minggu) karena lokasi tersebut berada di dalam kavum uteri yang lebih akomodatif, sehingga sering kali kehamilan pars interstitialis disangka sebagai kehamilan intrauterin biasa. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars interstitialis cepat berakibat fatal karena suplai darah berasal dari arteri uterina dan ovarika. Oleh sebab itu kehamilan pars interstitialis adalah kehamilan ektopik dengan angka mortalitas tertinggi. Kerusakan yang melibatkan kavum uteri cukup besar sehingga histerektomi pun diindikasikan. Ruptur, baik pada kehamilan fimbriae, ampulla, isthmus maupun pars interstitialis, dapat terjadi secara spontan maupun akibat trauma ringan, seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Bila setelah ruptur janin terekspulsi ke luar lumen tuba, masih terbungkus selaput amnion dan dengan plasenta yang masih utuh, maka kehamilan dapat berlanjut di rongga abdomen. Untuk memenuhi kebutuhan janin,
  • 35. plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, seperti uterus, usus dan ligamen (Rachimhadhi, 2005). PATOGENESIS Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nukleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah: 1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresobsi total.
  • 36. 2. Abortus ke dalam lumen tuba Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan antara plasenta serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang. 3. Ruptur dinding tuba Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus dan pemeriksaan vagina. 2.6 GAMBARAN KLINIK Gambaran klinik dari kehamilan ektopik terganggu tergantung pada lokasinya. Tanda dan gejalanya sangat bervariasi tergantung pada ruptur atau tidaknya kehamilan tersebut. Adapun gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium antara lain: a. Keluhan gastrointestinal Keluhan yang paling sering dikemukakan oleh pasien kehamilan ektopik terganggu adalah nyeri pelvis. Dorfman menekankan pentingnya keluhan gastrointestinal dan vertigo atau rasa pening. Semua keluhan tersebut mempunyai keragaman dalam hal insiden terjadinya akibat kecepatan dan taraf perdarahannya di samping keterlambatan diagnosis. b. Nyeri tekan abdomen dan pelvis Nyeri tekan yang timbul pada palpasi abdomen dan pemeriksaan, khususnya dengan menggerakkan servik, dijumpai pada lebih dari tiga per empat kasus kehamilan ektopik sudah atau sedang mengalami ruptur, tetapi kadang-kadang tidak terlihat sebelum ruptur terjadinya. c. Amenore Riwayat amenore tidak ditemukan pada seperempat kasus atau lebih. Salah satu sebabnya adalah karena pasien menganggap perdarahan pervaginam yang lazim pada
  • 37. kehamilan ektopik sebagai periode haid yang normal, dengan demikian memberikan tanggal haid terakhir yang keliru. d. Spotting atau perdarahan vaginal Selama fungsi endokrin plasenta masih bertahan, perdarahan uterus biasanya tidak ditemukan, namun bila dukungan endokrin dari endometrium sudah tidak memadai lagi, mukosa uterus akan mengalami perdarahan. Perdarahan tersebut biasanya sedikit-sedikit, bewarna cokelat gelap dan dapat terputus-putus atau terus-menerus. e. Perubahan Uterus Uterus pada kehamilan etopik dapat terdorong ke salah satu sisi oleh masa ektopik tersebut. Pada kehamilan ligamentum latum atau ligamentum latum terisi darah, uterus dapat mengalami pergeseran hebat. Uterine cast akan dieksresikan oleh sebagian kecil pasien, mungkin 5% atau 10% pasien. Eksresi uterine cast ini dapat disertai oleh gejala kram yang serupa dengan peristiwa ekspulsi spontan jaringan abortus dari kavum uteri. f. Tekanan darah dan denyut nadi Reaksi awal pada perdarahan sedang tidak menunjukkan perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, atau reaksinya kadang-kadang sama seperti yang terlihat pada tindakan flebotomi untuk menjadi donor darah yaitu kenaikan ringan tekanan darah atau respon vasovagal disertai bradikardi serta hipotensi. g. Hipovolemi Penurunan nyata tekanan darah dan kenaikan denyut nadi dalam posisi duduk merupakan tanda yang paling sering menunjukkan adanya penurunan volume darah yang cukup banyak. Semua perubahan tersebut mungkin baru terjadi setelah timbul hipovolemi yang serius. h. Suhu tubuh Setelah terjadi perdarahan akut, suhu tubuh dapat tetap normal atau bahkan menurun. Suhu yang lebih tinggi jarang dijumpai dalam keadaan tanpa adanya infeksi. Karena itu panas merupakan gambaran yang penting untuk membedakan antara kehamilan tuba yang mengalami ruptura dengan salpingitis akut, dimana pada keadaan ini suhu tubuh umumnya diatas 38oC. i. Masa pelvis Masa pelvis dapat teraba pada ± 20% pasien. Masa tersebut mempunyai ukuran, konsistensi serta posisi yang bervariasi. Biasanya masa ini berukuran 5-15 cm, sering
  • 38. teraba lunak dan elastis. Akan tetapi dengan terjadinya infiltrasi dinding tuba yang luas oleh darah masa tersebut dapat teraba keras. Hampir selalu masa pelvis ditemukan di sebelah posterior atau lateral uterus. Keluhan nyeri dan nyeri tekan kerap kali mendahului terabanya masa pelvis dalam tindakan palpasi. j. Hematokel pelvik Pada kehamilan tuba, kerusakan dinding tuba yang terjadi bertahap akan diikuti oleh perembesan darah secara perlahan-lahan ke dalam lumen tuba, kavum peritonium atau keduanya. Gejala perdarahan aktif tidak terdapat dan bahkan keluhan yang ringan dapat mereda, namun darah yang terus merembes akan berkumpul dalam panggul, kurang lebih terbungkus dengan adanya perlekatan dan akhirnya membentuk hematokel pelvis. 2.7 DIAGNOSIS Gejala-gejala kehamilan ektopik terganggu beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya pada kasus-kasus kehamilan ektopik yang belum mengalami atau ruptur pada dinding tuba sulit untuk dibuat diagnosis. Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnosis kehamilan ektopik: 1. HCG-β Pengukuran subunit beta dari HCG-β (Human Chorionic Gonadotropin-Beta) merupakan tes laboratorium terpenting dalam diagnosis. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara kehamilan intrauterin dengan kehamilan ektopik. 2. Kuldosintesis Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas. Adanya darah yang diisap berwarna hitam (darah tua) biar pun sedikit, membuktikan adanya darah di kavum Douglasi. 3. Dilatasi dan Kuretase Biasanya kuretase dilakukan apabila sesudah amenore terjadi perdarahan yang cukup lama tanpa menemukan kelainan yang nyata disamping uterus. 4. Laparaskopi Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosis terakhir apabila hasil- hasil penilaian prosedur diagnostik lain untuk kehamilan ektopik terganggu meragukan. Namun beberapa dekade terakhir alat ini juga dipakai untuk terapi. 5. Ultrasonografi
  • 39. Keunggulan cara pemerikssan ini terhadap laparoskopi ialah tidak invasif, artinya tidak perlu memasukkan rongga dalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan kiri uterus dan apakah kavum Douglas berisi cairan. 6. Tes Oksitosin Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan adanya kehamilan ektopik lanjut. Dengan pemeriksaan bimanual, di luar kantong janin dapat diraba suatu tumor. 7. Foto Rontgen Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa. Pada foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi vertebra Ibu. 8. Histerosalpingografi Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan janin diluar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik terganngu sudah dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI (Magnetic Resonance Imagine) Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina abnormal, dan amenore. Adapun gejala-gejala yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosis ialah : a. Adanya amenorhea. Sering ditemukan walaupun hanya pendek saja sebelum diikuti oleh perdarahan, malah kadang-kadang tidak ada amenorhea. b. Perdarahan Ganguuan kehamilan sedikit saja sudah dapat menimbulkan perdarahn yang berasala dari uterus. Perdarahan dapat berlangsung continue dan biasanya berwarna hitam. c. Rasa nyeri Nyeri perut merupakan gejala penting. Pada kehamilan ektopik yang terganggu rasa nyeri perut bawah bertambah sering dan keras. d. Keadaan umum penderita Tergantung dari banyaknya darah yang keluar dari tuba , keadaan umum ialah kurang lebih normal sampai gawat dengan syok berat dan anemi. Pada abortus tuba yang sudah berlangsung beberapa waktu, suhu badan agak meningkat dan terdapat
  • 40. leukositosis. Hb dan hematokrit perlu diperiksa pada dugaan kehamilan ektopik terganggu. e. Perut Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah di sisi uterus, dan pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanual ditemukan tumor yang tidak begitu padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata di samping uterus. Pada ruptura tuba perut menegang dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas dalam peritoneum. 2.8 DIAGNOSA BANDING 1. Salpingitis Pada salpingitis, perdarahan abnormal tidak begitu sering seperti gejala spoting yang menjadi ciri khas kehamilan tuba. Rasa nyeri tekan lebih besar kemungkinannya terdapat bilateral pada salpingitis. 2. Abortus pada Kehamilan Intrauteri Pada abortus imminens atau incomplete kehamilan intrauteri, perdarahan uterus biasanya lebih banyak dan syok yang terjadi karena hipovolemia, biasanya sebanding dengan derajat perdarahan pervaginam. Namun, pada kehamilan ektopik syok hipovolemik yang terjadi hampir selalu melebihi derajat yang diperkirakan dari pengeluaran darah pervaginam yang terlihat. Rasa nyeri pada abortus uteri umumnya tidak begitu hebat, kemungkinan berirama, dan terletak rendah pada garis tengah abdomen; sementara itu pada kehamilan tuba bersifat unilateral atau menyeluruh, nyeri yang sangat hebat. 3. Ruptura Korpus Luteum atau Kista Folikuler Perdarahan intraperitoneal dari kista ovari mungkin sulit dibedakan dengan perdarahan ruptura kehamilan tuba. Meskipun hasil pemeriksaan korionik ginadotropin kadang-kadang membangtu menegakkan diagnosis pra bedah namun diagnosis sering baru bisa dibuat pada saat dilakukan laparotomi eksplorasi untuk hemoperitoneum. 4. Torsi Kista atau Apendisitis Massa yang terbentuk akibat torsi kista ovarii biasanya lebih diskrit, sedangkan pada kehamilan tuba batasnya tidak begitu jelas. Pada apendisitis, kadang-kadang lewat
  • 41. pemeriksaan pervaginam dapat diraba benjolan, dan rasa nyeri ketika serviks digerakkan jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan ruptura kehamilan tuba. 5. Gangguan Gastrointerstisial Pada sebagian wanita dengan ruptura kehamilan ektopik, keluhan yang menonjol adalah diare, nausea, dan vomitus bersama nyeri abdomen. 6. IUD Nyeri panggul bersifat kram dan perdarahan dari uterus, yang keduanya merupakan gambaran khas untuk kehamilan ektopik, dapat disebabkan oleh IUD. 7. Riwayat tubektomi Operasi tubektomi tidak secara mutlak mencegah kehamilan. Kurang lebih 16% dari kehamilan yang terjadi setelah kegagalan tubektomi merupakan kehamilan ektopik. (Tatum dan Schmidt : 1977) 2.9 KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat terjadi yaitu : Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi Infeksi Sterilitas Pecahnya tuba falopii Sub ileus karena masa pelvik Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio Gambar 2.9 komplikasi kehamilan ektopik (perdarahan)
  • 42. 2.10 PENANGANAN DAN PENATALAKSAAN 1. Setelah diagnosis di tegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat 2. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan opertif karena sumber perdaran harus segera di hentikan 3. Upaya stbilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL ( 500 ml dalm 15 menit pertama ) atau 2 liter dalam 2 jam pertama ( termasuk selama tindakan berlangsung ) 4. Bila darah pengganti belm terssedia, berikan autotransfusion berikut ini : Pastikan darah yang dihisap dalam rongga abdomen telah melalui alat penghisap dan wadah penampung yang steril Saring darah yang tertampung dalam kain steril dan masukkan kedalam kantung daraah,.Apa bila kantung darah tida tersedia, masukkan dalam botol bekas cairan infuse ( yang baru terpakai dan bersih ) dengna diberikan larutan sodium siltrat 10 ml untuk setiap 90 ml darah Transfusikan darah melalui selang transfuse yang mempunyai saringan pada bagian tabung tetesan. 5. Tindakan pada tuba dapat berupa : Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi Salpingostomi ( hanya dilakukan sebagai upaya konserfasi dimana tuba tersebut erupakn salah satu yang masih ada )yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu sekmen tuba kemudian di ikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah kontol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi ( hamil ektopik ulangan ) 6. Mengingat kehamian ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transfortasi tuba yag disebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien diberi antibiotika kombinasi atau tunggal dengan spectrum yang luas. 7. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan : Ketoproven 100 mg supositorial Tramadol 200 mg IV Pethidin 50 mg IV
  • 43. 8. Atasi anemia dengan tablet besi ( SF) 600 mg per hari 9. Konseling pasca tindakan Kelanjutan fungsi reproduksi Resiko hamilo ektopik ulangan Kontasepsi yang sesuai Asuhan mandiri selama di rumah Jadwal kunjungan ulang. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan: a. Pemeriksaan panggul untuk mengkonfirmasi ukuran rahim dalam masa kehamilan dan merasakan perut yang keras b. Tes Kehamilan: Apabila tesnya positif, itu dapat membantu diagnosis khususnya terhadap tumor-tumor adneksa yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehamilan c. Pemeriksaan laboratorium : yaitu dengan cara pemeriksaa darah untuk mengecek hormon ß-hCG. Pemeriksaan ini diulangi 2 hari kemudian. Pemeriksaan Hb setiap 1 jam menunjukkan penurunan kadar Hb, ditemukan juga adanya leukositosis. Pada kehamilan muda, level hormon ini meningkat sebanyak 2 kali setiap 2 hari. Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik d. Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain. Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantung gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak denyut jantung janin. e. Kuldosintesis : Adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah. Jika darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku; darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk, sedangkan darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Dilakukan dengan menusukkan jarum dengan lumen yang agak besar di kavum douglas di garis tengah di belakang serviks uteri, serviks di tarik ke atas dan keluar. Adanya darah yang dihisap berwarna hitam (darah tua) biarpun sedikit,
  • 44. membuktikan adanya darah di dalam kavum douglas. Jika yang dihisap darah baru, ini mungkin dari pembuluh darah dinding vagina yang di coblos. Jika hasilnya positive, sebaiknya segera dilakukan laparotomi karena dengan tindakan itu dapat dibawa kuman dari luar kedalam darah yang terkumpul di kavun douglas dan dapat terjadi infeksi. f. Laparoskopi : Hanya digunakan sebagai alat diagnosis terakhir untuk kehamilan ektopik. Dikerjakan apabila pada pemeriksaan klinik tidak dijumpai tanda klasik dari kehamilan ektopik yang pecah, ataupun hasil kuldosintesis tidak positif. g. Dilatasi dan kerokan : Biasanya dilakukan apabila setelah amenorea terjadi perdarahan yang cukup lama tanpa ditemukan kelainan nyata disamping uterus, sehingga dipikirkan abortus inkompletus atau perdarahan uterus disfungsional. Apabila pada spesimen kerokan itu tidak dijumpai villus korealis sekalipun terdapat desidua dengan atau tanpa reaksi Arias-Stella pada endometriumnya, maka diagnosis kehamilan ektopik dapat ditegakkan. h. Histerosalpingogravi dan test pitosin. Dua pemeriksaan ini mempunyai tempatnya pada kehamilan ektopik yang lanjut. TATALAKSANA Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan melalui: 1. Obat-obatan Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker) 2. Operasi Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi 3. Salpingektomi Pengangkatan tuba falopii yang koyak dan mengalami perdarahan. 4. Ooforektomi ipsilateral Pengangkatan ovarium di sebelahnya pada saat dilakukan salpingektomi pernah di anjurkan sebagai prosedur yang mungkin dapat memperbaiki kesuburan penderita
  • 45. maupun menurunkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik berikutnya (Jef – fcoate, 1967) 5. Sterilisasi 6. Menyelamatkan tuba falopii 7. Salpingostomi Teknik ini digunakan untuk mengangkat kehamilan yang kecil dengan panjang yang biasanya kurang dari 2 cm dan terletak dalam bagian distal tuba falopii. 8. Reseksi segmental dan anastomosis Prosedur ini di anjurkan untuk kehamilan ektopik yang mengalami ruptur dalam bagian istmus tuba, mengingatsalpingotomi atau salpingostomi kemungkinan akan menimbulkan jaringan parut dan selanjutnya penyempitan lumen tuba yang kecil (Stangel dkk, 1976) 9. Evakuasi fimbrie Pada kehamilan tuba yang implantasinya di bagian distal di usahakan untuk mengosongkan hasil konsepsi dengan cara mengurut atau menghisap implantasi ektopik tersebut dari dalam lumen tuba. Tindakan ini tidak di anjurkan karena akan disertai dengan angka kehamilan ektopik rekuren yang besarnya dua kali lipat bila di bandingkan denagn salpingotomi (Sherman dkk, 1982 ; Stromme, 1953) 10. Salpingotomi Prosedur ini pertama – tama di kemukakan oleh Stromme dalam tahun 1953. Suatu insisi longitudinal dilakukan pada batas antimesentrik tuba falopii langsung di daerah implantasi ektopik. Gambar 2.10 Operasi Salpingostomi
  • 46. KEMUNGKINAN KEHAMILAN DI MASA DEPAN Adalah suatu kewajaran untuk khawatir menganai masalah kesuburan setelah mengalami kehamilan ektopik. Seseorang yang mengalami kehamilan ektopik bukan berarti tidak dapat mengalami kehamilan normal namun berarti seseorang memiliki kemungkinan untuk mengalami kehamilan ektopik lagi di masa depan. Apabila saluran tuba ruptur (pecah) akibat kehamilan ektopik dan diangkat melalui operasi, seorang wanita akan tetap menghasilkan ovum (sel telur) melalui saluran tuba sebelahnya namun kemungkinan hamil berkurang sebesar 50 %. Apabila salah satu saluran tuba terganggu (contoh karena perlekatan) maka terdapat kemungkinan saluran tuba yang di sebelahnya mengalami gangguan juga. Hal ini dapat menurunkan angka kehamilan berikutnya dan meningkatkan angka kehamilan ektopik selanjutnya. Pada kasus yang berkaitan dengan pemakaian spiral, tidak ada peningkatan risiko kehamilan ektopik apabila spiral diangkat.
  • 47. Infeksi Tumor yg Hipoplasia Operasi plastic tuba Endometri Ganggua Migrasi Pemakaian alkon yg pada menekan Fertilisasi in tuba ( pertu ( rekontruksi yg gaggal) osis pada n fungsi eksternal mengandung hormone tuba dinding tuba vitro tuba pada cilia dr ovum progresteron mbuhan fallopi tuba tuba yg abnormal) Motilitas tuba Cilia bergerak lambat menurun Perlengketan pada tuba Tuba menyempit Terjadi pembuahan (ovum + sperma) Ovum yang telah dibuahi tak sampai berimplantasi diendometrium cavum uteri Kehamilan ektopik Rupture tuba abortus
  • 48. Perdarahan di lumen tuba Tumor dalam rongga perut kumpulan darah di tuba dan sekitarnya ) Merangsang peritonium anemia infeksi Gangguan Nyeri tekan Syok kencing hypovolumia PATOFISIOLOGI KET
  • 49. ANEMIA A. Pengertian anemia Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney H, 2006). Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia gravis.Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah 35,00-45,00%. (Mellyna,2005). Anemia dalam kandungan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr%. Pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Adanya perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II (Sarwono P, 2002). Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for disease control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Suheimi, 2007). Darah bertambah banyak dalam kehamilan,yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma,sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita.Pertama-tama pengenceran itu merigankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremia cardiacoutput meningkat.Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah 49
  • 50. sehingga resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik.Kedua pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental. B. Klasifikasi anemia Klasifikasi Derajat Anemia Menurut WHO yang dikutip dalam buku Handayani W, dan Haribowo A S, (2008): 1. Ringan sekali Hb 10 gr% -13 gr% 2. Ringan Hb 8 gr% -9,9 gr% 3. Sedang Hb 6gr% -7,9 gr% 4. Berat Hb < 6 gr% Klasifikasi anemia menurut Setiawan Y (2006), anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi: 1. Anemia Zat Besi (kejadian 62,30%) Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat kekurangan zat besi.Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi. 2. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%) Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat. 3. Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%). Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan. 4. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%) Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria. 50
  • 51. 5. Anemia Lain Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Manuaba (2007), adalah : a. Tidak anemia : Hb 11,00 gr%. b. Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 gr%. c. Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 gr%. d. Anemia berat : Hb < 7,00 gr% Menurut Prof.Dr.SpOG.Sarwono Prawirohardjo anemia dapat digolongkan menjadi : a. Anemia Defisiensi Besi (Fe) Anemia yang disebabkan kekurangan zat besi b. Anemia Megaloblastik Anemia yang disebabkan kekurangan asan folik c. Anemia Hipoplastik Anemia yang disebabkan karena hipofungsi sumsum tulang d. Anemia Hemolitik Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Menurut http://www.tabloidnova.com/artisle.asp?id=12496 terdapat dua tipe anemia yang dikenal: a. Anemia Gizi Biasanya terjadi akibat adanya defisiensi zat besi yang diperlukan dalam pembentukan dan produksi sel darah merah. Anemia gizi sendiri ada beberapa macam seperti anemia besi, anemia gizi vitamin E, Anemia gizi asam folat, anemia gizi vitamin B12, Anemia gizi vitamin B6. b. Anemia Non Gizi adalah kurang darah yang disebabkan karena adanya perdarahan ( luka, menstruasi, dan lain-lain) atau penyakit darah yang bersifat genetik seperti hemofilia, thalasemia, penyakit ini dapat menimbulkan kondisi anemia. C. Etiologi anemia Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu:Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.Pertambahan darah tidak sebanding 51
  • 52. dengan pertambahan plasma.Kurangnya zat besi dalam makanan.Kebutuhan zat besi meningkat.Gangguanpencernaan dan absorbsi. Anemia umumnya disebabkan : a. Kekurangan zat besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C dan asam folat b. Kerusakan pada sumsum tulang atau ginjal c. Perdarahan kronik d. Penghancuran sel darah merah e. Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid wanita f. Penyakit kronik : TBC, Paru, Cacing Usus g. Penyakit darah yang bersifat genetik : hemofilia. Thalasemia h. Parasit dan penyakit lain yang merusak darah : malaria i. Terlalu sering menjadi donor darah j. Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorbsi) k. Infeksi HIV Etiologi Terjadinya AnemiaMenurut Mochtar (1998), disebutkan bahwa penyebab terjadinya anemia adalah : a. Kurang Gizi (Mal Nutrisi) Disebabkan karena kurang nutrisi kemungkinan menderita anemia.Kurang Zat Besi Dalam DietDiet berpantang telur, daging, hati atau ikan dapat membuka kemungkinan menderita anemia karena diet. b. Mal Absorbsi Penderita gangguan penyerapan zat besi dalam usus dapat menderita anemia.Bisa terjadi karena gangguan pencernaan atau dikonsumsinya 52
  • 53. substansi penghambat seperti kopi, teh atau serat makanan tertentu tanpa asupan zat besi yang cukup. c. Kehilangan banyak darah persalinan yang lalu, dan lain-lainSemakin sering seorang anemia mengalami kehamilan dan melahirkan akan semakin banyak kehilangan zat besi dan akan menjadi anemia. Jika cadangan zat besi minimal, maka setiap kehamian akan menguras persediaan zat besi tubuh dan akan menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. d. Penyakit-Penyakit Kronis Penyakit-penyakit kronis seperti : TBC Paru, Cacing usus, dan Malaria dapat menyebabkan anemia. D. Patofisiologi anemia Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding a. plasma 30,00%, b. sel darah merah 18,00% dan c. Hemoglobin 19,00%. Tetapi pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat sehingga menyebabkan kekurangan sel darah merah atau anemia.Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran dapat meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output untuk meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas rendah.Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik, kedua perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental.Tetapi pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang seimbang dapat menyebabkan anemia.Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan 36 minggu (Setiawan Y, 2006). 53
  • 54. Menurut barbara R. Stright dalam keperawatan ibu-bayi baru lahir edidi 3 hal 249: a. Kadar hemoglobin untuk wanita tidak hamil biasanya adalah 13,5 gr/dl. Namun, kadar hemoglobin selama trimester kedua dan ketiga kehamilan berkisar 11,6 gr/dl sebagai akibat pengenceran darah ibu karena peningkatan volume plasma. Ini disebut sebagai anemia fisiologi dan merupakan keadaan normal selama kehamilan. b. Selama kehamilan, zat besi tidak dapat dipenuhi secara adekuat dalam makanan sehari-hari. Zat dalam makanan seperti susu, teh, dan kopi, menurunkan absorbsi besi. Selama kehamilan, tambahan zat besi diperlukan untuk meningkatkan sel-sel darah merah ibu dan transer ke janin untuk penimpan cukup zat besi pada 4 sampai 6 bulan terakhir selama kehamilan. c. Selama trimester 3, jika asupan besi wanita tersebut tidak memadai, hemoglobinnya tidak akan meningkat sampai nilai 12,5g/dl dan dapat terjadi anemia karen nutrisi. Ini akan mengakibatkan penurunan transfer zat besi ke janin. d. Hemoglobinopati, seperti thalasemia, penyakit sel sabit, dan G-6-PD mengakibatkan anemia melalui hemolisis atau peningkatan penghancuran sel-sel darah merah. 54
  • 55. E. Diagnosis dan gambaran klinis anemia & Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang- kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah 55
  • 56. disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas. & Gejala Yang Sering TerjadiKelelahan dan kelemahan umum dapat merupakan satu- satunya gejala kapasitas oksigen. Banyak pasien asimtomatik, bahkan dengan anemia derajat sedang. 1. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit dahulu anemia refrakter, sering infeksi atau kolelitiasis atau riwayat keluarga anemia menggambarkan kemungkinan Hemoglobinopati genetik. 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan umum : Takikardi, takipnea, dan tekanan nadi yang melebar merupakan mekanisme kompensasi untuk meningkatkan aliran darah dan pengangkutan oksigen ke organ utama. Ikterus dapat dilihat pada anemia hemolitik. Gambaran fisik lain yang menyertai anemia berat meliputi kardiomegali, bising, hepatomegali dan splenomegali. 3. Tes LaboratoriumHitung sel darah merah dan asupan darah : untuk tujuan praktis maka anemia selama kehamilan dapat didefinisikan sebagai Hb < 10,00 atau 11,00 gr% dan hemotokrit < 30,00-33,00%. Asupan darah tepi memberikan evaluasi morfologi, eritrosit, hitung jenis leukosit dan perkiraan kekuatan trombosit (Taber, 1994). Bila Hb < 11 g/dL atau hematorit < 33%, harus dilakukan investigasi klinik yang baik untuk menghindari tranfusi darah kelak. Sebagian besar AG adalah akibat defisiensi zat besi, tetapi di belahan dunia lain dapat pula disebabkan oleh thalassemia atau ―sickle cell‖ anaemia. Pada anemia yang berat (kurang dari 6.5 g/L) hal ini mungkin disebabkan oleh anemia megaloblastik.Pemeriksaan hemoglobin dilakukan pada kunjungan ANC pertama, minggu ke 30 dan minggu ke 36 .Jenis tes bervariasi tergantung pada kondisi lokal (tabel 35.2).Bila anemia terdeteksi secara klinis ( Hb< 10 g/L) maka MCV dan serum ferritin harus diperiksa. Pemeriksaan MCV penting untuk menyingkirkan thalasemia. Bila terdapat batas: MCV <80 uL dan kadar RDW(red cell distrubution width)>14% mencurigai akan penyakit ini. Kadar HbF>2% dan HbA2 yang abnormal akan menentukan jenis thalasemia. 56
  • 57. & Kebutuhan Zat Besi selama Kehamilan: Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari pada laki – laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak kurang lebih 50 cc – 80 cc setiap bulan pada wanita dan kehamilan, zat besi yang berkurang sebesar 30 – 40 mg. Pada saat kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk menambahkan sel darah merah dan membentuk sel darah merah pada janin dan placenta. Semakin sering wanita hamil dan melahirkan maka akan semakin banyak wanita itu kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis. Gambaran banyaknya kebutuhan zat besi setiap kehamilan : Meningkatkan sel darah Ibu 500 mg Fe Terdapat dalam placenta 300 mg Fe Untuk darah janin 100 mg Fe + Jumlah 900 mg Fe Jika persediaan Fe minimal, maka disetiap kehamilan akan menguras Fe dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada setiap kehamilan relatif mengalami anemia dikarenakan darah Ibu mengalami Hemodilusi (pengenceran) dan meningkatkan volume 38 % - 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 – 34 mgu.Jumlah pertambahan sel darah 18 % - 30 % dan HB sekitar 19 %. Bila HB sebelum hamil sekitar 11 gr maka dengan terjadinya Hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologi, dan HB Ibu akan turun menjadi kurang lebih 9,5 – 10 gr %. Setelah persalinan dengan lahirnya Bayi dan placenta maka akan kehilangan zat besikurang lebih900 mg dari perdarahan yang dialami Ibu saat persalinan. Saat laktasi Ibu memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI unntuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.Dalam keadaan anemia laktasi tidak dapat terlaksana dengan baik maka dari itu sbisa mungkin ibu tidak anemis. 57
  • 58. Catatan : 1. Kebutuhan maternal total dihitung dari: o Kehilangan zat besi dari epitel yang mati 1 mg/hari o Kenaikan masa eritrosit dan perkembangan otot 1.6 mg /hari o Simpanan akibat amenorea 0.6 mg/hari o Kebutuhan harian 2.0 mg / hari 2. Anggapan penggunaan harian adalah 20 – 25% dari asupan zat besi dasar 58
  • 59. & The Diagnosis of Anemia in Pregnancy F. Pengaruh anemia pada kehamilan  Pengaruh terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas 1. Keguguran 2. Partus prematurus 3. Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah 4. Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan 5. Syok 6. Afibrinogenemia dan hipofibrinogemia 7. Infeksi intra partum dan dalam nifas 8. Bila terjadi anemia grafis(hb <4%) terjadi payah jantung, yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal.  Pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi Hasil konsepsi(janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh. 59
  • 60. Terjadinya anemi dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati, limfa, dan sumsum tulang. Selama masih mempunyai cukup persediaan besi, hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, hb akan turun. Ini terjadi pada bulan kelima sampai enam kehamilan, pada waktu janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah: 1. Kematian mudigah(keguguran) 2. Kematian janin dalam kandungan 3. Kematian janin waktu lahir(stillbirt) 4. Kematian perinatal tinggi 5. Prematuritas 6. Dapat terjadi cacat bawaan 7. Cadangan besi kurang Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin, sedangkan pengaruh komplikasi pada kehamilan dapat diuraikan, sebagai berikut : 1. Bahaya Pada Trimester I Pada trimester I, anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan congenital, abortuskeguguran 2. BahayaPada Trimester II Pada trimester II, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu. 3. Bahaya Saat Persalinan Pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk, 2008). G. Penanganan anemia 60