1. BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
Perkembangan makanan jajanan di Indonesiayang berbasishome
industrytelah semakin maju, tak terkecualiyang dijajakan di sekolah-sekolah,
hal ini dapatdilihat dengan semakin beragamnya makananjajanan
yangditawarkan di setiapsekolah.Hampir di setiap sekolah, pasti dijumpai
para pedagang makanan jajanan.Hal ini mendorong timbulnya kebiasaan
mengkonsumsi makanan jajanan padaanak sekolah, terutama pada jeda jam
istirahat sekolah.Namun kebiasaanmengkonsumsi makanan jajanan sehat
masih belum banyak dimiliki oleh anaksekolah (Devi, 2012 : 31).
Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2010, anak sekolah
yangdimaksudkan di sini adalah anak usia 7-15tahun, dimana saat ini mereka
sedangduduk dibangku SD dan SMP. Anak usia ini sedang menjalani
pendidikan dasaryang merupakan titik awal anak mengenal sekolah yang
sesungguhnya dengankurikulum dan mata pelajaran yang serius.Pengetahuan
gizi memegang peranan yang pentingdalam memberikancara menggunakan
pangan yang baik sehingga dapatmencapai keadaan gizi yangcukup. Tingkat
pengetahuan yang menentukan perilaku konsumsi pangan didapatsalah
satunya melalui pendidikan gizi. Pendidikan gizi berusaha
menambahpengetahuan dan memperbaiki kebiasaan konsumsi panganyang
pada umumnya dipandang lebih baik diberikan sedini mungkin (Suharjo,
1989).
Hal ini patut mendapatkan perhatian mendalam sebagai suatu unsur
dalam strategi gizi yang menyeluruh. Tingkat pengetahuan seseorang banyak
menentukan pemilihan makan. Ketidaktahuan tentang makan dapat
menyebabkan kekurangan gizi. Pengetahuan gizi seseorang biasanya
diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber misalnya media
massa, media elektronik, buku petunjuk, dan kerabat dekat. Pengetahuan ini
2. dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga berperilaku sesuai kenyataan
tersebut (Yuwono, 1999).
Jajanan yang dimakan oleh siswa biasanya tersedia dikantin sekolah.
Kantin sekolah merupakan salah satu tempat yang menyediakan berbagai
kebutuhan baik bagi siswa maupun staf pengajar seperti, makanan dan
minuman.Para pemilik kantin sekolah haruslah memiliki pengetahuan yang
baik tentang jajanan yang sehat, aman, dan bergizi sehingga jajanan yang
disediakan memiliki kandungan gizi baik bagi yang mengonsumsinya.
Menurut Data Badan POM tahun 2010 menunjukkan adanya jajanan yang
tidak memenuhi syarat dengan ditemukannya dari 2.984 sampel yang diuji,
45% diantaranya tidak memenuhi syarat karena mengandung BTP (Bahan
Tambahan Pangan) yang dilarang seperti boraks, formalin, rhodamin B,
methanil yellowatau BTP yang diperbolehkan seperti benzoat, sakarin, dan
siklamat namun penggunaannya melebihi batas, serta ada yang tidak
memenuhi uji cemaran mikroba karena mengandung Escherichia coli. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan rendahnya perlindungan pada anak sekolah,
padahal mengonsumsi jajanan saat bersekolah sudah jadi aktivitas rutin
mereka (Permata, 2010 ).
Oleh karena itu, keberadaan makanan jajanan anak sekolah
perlumendapat perhatian khusus. Hal ini sejalan denganGerakan Jajanan
Sehat AnakSekolah yang dicanangkan oleh Wakil Presiden Republik
Indonesia pada tanggal31 Januari 2011. Fokus pengawasan diberikan pada
jajanan anak sekolah karenadata KLB keracunan pangan Badan POM
(Pengawas Obat-obatan dan Makanan)menunjukkan setiap tahun selalu
terjadi keracunan di sekolah dengan anakSekolah Dasar (SD) menjadi
kelompok yang palingsering mengalami keracunan(Mei, 2011).
Keputusan pembelian yang relatif tinggi dari anak sekolah
terhadapmakanan jajanan tidak disertaidengan keamanan dari makanan
jajanan tersebut.Makanan jajanan anak sekolah yang diproduksi secara
tradisional dalam bentukindustri rumah tangga diragukan keamanannya.
Meskipun jajanan yangdiproduksi industri makanan tersebut berteknologi
2
3. tinggi,belum tentu terjamin keamanannya. Penelitian yang mengangkat topik
pernah dilakukan oleh Yulianingsih(2009) tentang hubungan pengetahuan
gizi dengan sikap anak Sekolah Dasar dalam memilih makanan jajanan. Hasil
penelitian menunjukkan tidak ada hubunganantara pengetahuan gizi dan sikap
anak dalam memilih makanan jajanan.Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi pengetahuan tidak berartisikap yang diambil tepat.Persamaan
penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan saatini terletak pada
masalah makanan jajanan. Adapun perbedaannya adalah pada uji analisis,
tempat penelitian sertapopulasi dan sampel penelitian.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis ingin memberitahukan kepada
pembaca mengenai jajanan sehat di kantin sekolah serta bahaya atau penyakit
yag ditimbulkan apabila mengonsumsi makanan atau jajanan yang tidak
sehat.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perilaku hidup bersih dan sehat?
2. Apa pengertian jajanan sehat di kantin sekolah?
3. Bagaimana kriteria kantin sehat di sekolah?
4. Apa saja peranan kantin sekolah dalam menyediakan makanan sehat dan
aman?
5. Bagaimana makanan yang aman dan sehat untuk anak sekolah?
6. Apa saja dampak negatif dan bahaya jajanan anak sekolah?
7. Bagaimana cara mengajarkan dan melatih anak memilih jajanan sehat?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian dari perilaku hidup bersih dan sehat
2. Menjelaskan pengertian jajanan sehat di kantin sekolah
3. Menjelaskan kriteria kantin sehat di sekolah
4. Menjelaskan peranan kantin sekolah dalam menyediakan makanan
sehat dan aman
5. Menjelaskan makanan yang aman dan sehat untuk anak sekolah
4. 6. Mengetahui dampak negatif dan bahaya jajanan anak sekolah
7. Mengetahui cara mengajarkan dan melatih anak memilih jajanan sehat
4
5. BAB II
JAJANAN SEHAT DI KANTIN SEKOLAH
A. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk
perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan
masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan,
memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual,
maupun sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat
bertujuan memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka jalur
komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan
pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan
masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya
masing-masing (Depkes RI, 2002).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan individu/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat (Dinkes Jabar, 2010).
B. Pengertian Jajanan Sehat di Kantin Sekolah
Makanan Yang Sehat harus memiliki ciri sebagai berikut seperti yang
pernah diutarakan oleh Dra. Zulaimah Msi Apt selaku Kepala BPOM
Semarang yaitu terbebas dari bahaya fisik, kimia dan biologis.
1. Bahaya jajanan dalam hal fisik antara lain adalah benda asing yang ada
dalam makanan. Seperti halnya kuku, rambut, serangga yang mati,
potongan plastik maupun yang lainnya.
5
6. 2. Bahaya Kimia Makanan antara lain adalah merupakan dan adanya
pencemaran zat kimia seperti halnya cairan pembersih, pestisida dan
lainnya yang tentunya akan membahayakan kesehatan anak anak kita
nantinya. Atau juga diakibatkan racun di bahan makanan sendiri sepeti
halnya jamur racun, singkong racun dan lainnya.
3. Bahaya Biologis maksudnya adalah dapat disebabkan mikroba patogen.
Karena mikroba jenis ini akan bisa menyebabkan keracunan makanan.
Bentuknya bisa berupa virus, parasit atau pun bakteri.
Jajanan yang terbebas dari bahan kimiawi dan berbahaya memang
mempunyai ciri kriteria tertentu. Seperti contohnya warna jajanan yang tidak
terlalu mencolok. Karena pada umumnya makanan yang berwarna mencolok
ditambahi dengan zat pewarna makanan yang bukan untuk makanan. Tidak
jarang ditemukan bahan pewarna tekstil yang digunakan untuk menarik minat
anak-anak sekolah.
6
C. Kriteria Kantin Sehat di Sekolah
Jika kita bicara kesehatan lingkungan sekolah, maka kantin menjadi
salah satu ruang lingkup penting hygiene dan sanitasi sekolah. Tentu kita juga
paham, bahwa aspek sanitasi lain di sekolah akan banyak berbicara masalah
lingkungan fisik secara umum, fasilitas sanitasi, aspek konstruksi umum
(ventilasi, jarak tempat duduk siswa dan papan tulis, ergonomi, dan lainnya.
Sementara pada kantin, banyak aspek kesehatan lingkungan terkait pada
kantin, seperti aspek perilaku penjamah, aspek peralatan, aspek sanitasi
tempat, sanitasi air bersih, dan lain-lain.
Salah satu fungsi dari kantin adalah sebagai tempat memasak atau
membuat makanan dan selanjutnya dihidangkan kepada konsumen, maka
kantin dapat menjadi tempat menyebarnya segala penyakit yang medianya
melalui makanan dan minuman. Dengan demikian makanan dan minuman
yang dijual di kantin berpotensi menyebabkan penyakit bawaan makanan bila
tidak dikelola dan ditangani dengan baik (Mukono, 2000).
7. Kantin adalah tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya.
Kantin merupakan salah satu bentuk fasilitas umum, yang keberadaannya
selain sebagai tempat untuk menjual makanan dan minuman juga sebagai
tempat bertemunya segala macam masyarakat dalam hal ini siswa yang
berada di lingkungan sekolah, dengan segala penyakit yang mungkin
dideritanya (Depkes RI, 2003).
Persyaratan sanitasi kantin antara lain di jelaskan pada Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003,
tentang kelayakan higiene sanitasi pada kantin. Namun sebelum kita
berbicara lebih jauh tentang sanitasi kantin, perlu kita ingatkan kembali
pengertian sanitasi yang merupakan upaya kesehatan dengan cara memelihara
dan melindungi kebersihan lingkungan (Depkes, 2001).
Persyaratan sanitasi kantin sesuai Kepmenkes diatas meliputi faktor
bangunan, konstruksi, dan fasilitas sanitasi, sebagai berikut :
1. Bangunan
a. Bangunan kantin kokoh, kuat dan permanen.
b. Ruangan harus ditata sesuai fungsinya, sehingga memudahkan arus
tamu, arus siswa, arus bahan makanan dan makanan jadi serta barang
- barang lainnya yang dapat mencemari makanan.
7
2. Konstruksi
a. Lantai harus dibuat kedap air, rata, tidak licin, kering dan bersih.
b. Dinding
Permukaan dinding harus rata, kedap air dan dibersihkan.
c. Ventilasi
Ventilasi alam harus cukup menjamin peredaran udara dengan baik,
dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau dan debu dalam ruangan.
Ventilasi buatan diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi
persyaratan.
d. Pencahayaan
8. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan
pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan kegiatan
pembersihan ruangan.
8
e. Atap
Tidak bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang tikus dan
serangga lainnya.
f. Langit- langit
Permukaan rata, bersih, tidak terdapat lubang-lubang.
3. Fasilitas sanitasi
a. Air bersih
Kualitas air bersih harus memenuhi syarat fisik (tidak berbau, tidak
berasa, tidak berwarna, jernih), serta jumlahnya cukup memadai
untuk seluruh kegiatan.
b. Air limbah
Air limbah mengalir dengan lancar, sistem pembuangan air limbah
harus baik, saluran terbuat dari bahan kedap air, saluran pembuang
air limbah tertutup.
c. Toilet
Tersedia toilet, bersih. Di dalam toilet harus tersedia jamban,
peturasan dan bak air. Tersedia sabun untuk mencuci tangan. Di
dalam toilet harus tersedia bak dan air bersih dalam keadaan cukup.
d. Tempat sampah
Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat,
mempunyai tutup. Tersedia pada setiap tempat atau ruang yang
memproduksi sampah. Sampah dibuang tiap 24 jam atau bila sudah
penuh.
e. Tempat cuci tangan
Fasilitas cuci tangan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah
dicapai oleh tamu dan siswa. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan
air mengalir, sabun, bak penampungan yang permukaanya halus,
9. mudah dibersihkan dan limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan
yang tertutup.
9
f. Tempat mencuci peralatan
Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah
dibersihkan. Bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 bilik atau bak
pencuci yaitu untuk mengguyur, menyabun dan membilas.
g. Tempat mencuci bahan makanan. Terbuat dari bahan yang kuat,
aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan.
h. Tempat penyimpanan air bersih (tandon air) harus tertutup sehingga
dapat menahan masuknya tikus dan serangga.
4. Ruang dapur, ruang makan dan penyajian
a. Dapur
Dapur harus bersih, ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan
hewan lainnya.
b. Ruang makan
Ruang makan bersih, perlengkapan ruang makan (meja, kursi, taplak
meja), tempat peragaan makanan jadi harus tertutup, perlengkapan
bumbu kecap, sambal, merica, garam dan lain-lain bersih.
Penerapan beberapa parameter diatas pada dasarnya bertujuan untuk
meminimalisasi faktor makanan sebagai media penularan penyakit dan
masalah kesehatan. Persyaratan sanitasi tersebut juga sebagai salah satu
bentuk sistem kewaspadaan dini, juga sebagai alat untuk menilai faktor
resiko. Prosedur ini umum, dalam kaitan dengan hygiene dan sanitasi
makanan, kita kenal sebagai system Hazard Analysis and Critical Control
Point (HACCP). Sistem ini pada dasarnya merupakan pendekatan yang
mengidentifikasikan hazard spesifik dan tindakan untuk mengendalikannya.
Yang dimaksud dengan hazard – dapat berupa agens biologis, kimiawi, atau
agen fisik – pada makanan yang berpotensi menyebabkan efek yang buruk
pada kesehatan.
10. D. Peranan Kantin Sekolah Dalam Menyediakan Makanan Sehat dan
Aman
1. Kantin atau warung sekolah merupakan salah satu tempat jajan anak
sekolah selain penjaja makanan jajanan di luar sekolah.
2. Kantin sekolah mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan
pesan-pesan kesehatan dan dapat menentukan perilaku makan siswa
sehari-hari melalui penyediaan makanan jajanan di sekolah.
3. Kantin sekolah dapat menyediakan makanan sebagai pengganti makan
pagi dan makan siang di rumah serta camilan dan minuman yang sehat,
aman dan bergizi.
E. Makanan yang Sehat dan Aman untuk Anak Sekolah
1. Makanan yang sehat, aman dan bergizi adalah makanan yang
mengandung zat gizi yang diperlukan seorang anak untuk dapat hidup
sehat dan produktif. Makanan tersebut harus bersih, tidak kadaluarsa, dan
tidak mengandung bahan kimia maupun mikroba berbahaya bagi
kesehatan.
2. Gizi yang baik dan cukup akan membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal, dan akan meningkatkan kemampuan
kecerdasan seorang anak. Sebaliknya, jika anak kurang gizi maka
pertumbuhan dan perkembangannya akan terhambat.
3. Selain masalah gizi, keamanan pangan juga merupakan masalah yang
tidak kalah penting bagi anak-anak sekolah. Makanan yang tidak bersih
dan tidak aman dapat menimbulkan keracunan dengan gejala seperti
diare, mual, pusing dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan
penyakit.
4. Kondisi sanitasi dan higiene yang masih rendah, penggunaan bahan kimia
berbahaya secara ilegal dalam proses pengolahan pangan, adanya
kandungan cemaran mikroba dan kimia, dan penambahan bahan
tambahan pangan yang melebihi ambang batas pada makanan jajanan
10
11. anak sekolah akan sangat membahayakan kesehatan jutaan anak-anak
sekolah.
5. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI melaporkan bahwa
sumber terbesar keracunan makanan yang terjadi di Indonesia adalah
makanan olahan rumah tangga, jasa boga dan makanan jajanan anak
sekolah.
6. Penyediaan makanan yang sehat, aman dan bergizi di sekolah penting
untuk mendukung kebutuhan gizi dan kesehatan anak sekolah
Contoh makanan yang dijual di kantin sekolah :
a. Makanan Sepinggan
Makanan sepinggan merupakan kelompok makanan utama, yang
dapat disiapkan di rumah terlebih dahulu atau disiapkan di kantin.
Contoh makanan sepinggan seperti gado-gado, nasi uduk, siomay,
bakso, mie ayam, lontong sayur dan lain-lain
11
b. Makanan camilan
Makanan camilan adalah makanan yang dikonsumsi di antara dua
waktu makan. Makanan camilan terdiri dari:
1) Makanan camilan basah, seperti pisang goreng, lemper, lumpia,
risoles, dan lain-lain. Makanan camilan ini dapat disiapkan di
rumah terlebih dahulu atau disiapkan di kantin.
2) Makanan camilan kering, seperti produk ekstrusi (brondong),
keripik, biskuit, kue kering, dan lain-lain. Makanan camilan ini
umumnya diproduksi oleh industri pangan baik industri besar,
industri kecil, dan industri rumah tangga.
c. Kelompok minuman yang biasanya dijual di kantin meliputi:
1) Air putih, baik dalam kemasan maupun yang disiapkan sendiri
2) Minuman ringan:
Dalam kemasan, misalnya teh, minuman sari buah, minuman
berkarbonasi, dan lain-lain
3) Disiapkan sendiri oleh kantin, misalnya es sirup, teh
12. 4) Minuman campur, seperti es buah, es campur, es cendol, es doger,
12
dan lain-lain
d. Buah merupakan salah satu jenis makanan sumber vitamin dan
mineral yang penting untuk anak usia sekolah. Buah-buahan
sebaiknya dikonsumsi setiap hari. Buah-buahan dapat dijual dalam
bentuk :
1) Utuh, misalnya pisang, jambu, jeruk, dan lain-lain
2) Kupas dan potong, misalnya pepaya, nanas, melon, mangga, dan
lain-lain
F. Dampak Negatif dan Bahaya Jajanan Anak Sekolah
Bukan kali pertama kalau diberitakan jajanan anak sekolah (dan orang
dewasa) tidak menyehatkan. Bahaya makanan jajanan sekolah dan makanan
umum lainnya bisa muncul untuk jangka pendek, bisa juga pada jangka
panjang.Jangka pendek, terjadi keracunan makanan sebab tercemar
mikroorganisme, parasit, atau bahan racun kimiawi (pestisida). Muntah dan
diare sehabis mengonsumsi jajanan paling sering ditemukan.
Bahaya jangka panjang jajanan yang tidak menyehatkan apabila bahan
tambahan dalam makanan-minuman bersifat pemantikan kanker, selain
kemungkinan gangguan kesehatan lainnya.
Kita menyaksikan hampir semua kalangan di Indonesia, baik anak
sekolah, orang kantoran di kota besar, apalagi yang di pedesaan, rata-rata
sudah tercemar oleh beragam bahan kimiawi berbahaya dalam makanan,
kudapan, atau penganan jajanan mereka.
1. Mengandung Zat Warna Tekstil
Sebagai contoh adalah saus tomat. Tidak sedikit saus tomat yang
beredar terbuat dari ubi, cuka, dan zat warna tekstil (rhodomin-B). Zat
warna tekstil inilah yang diperkirakan berpotensi menimbulkan keluhan
tersebut. Tidak hanya sekadar pusing belaka yang ditakutkan, melainkan
juga bahaya jangka panjangnya. Zat warna tekstil jenis itu bersifat
13. pemantik munculnya kanker bila dikonsumsi rutin untuk waktu yang
sama.
Kita menyaksikan yang ada di meja makan warung nasi, penjual
bakmi bakso, dan kantin sekolah, kemungkinan besar jenis saus tomat
semacam itu. Bukan cuma dalam saut tomat, zat warna tekstil rhodomin-
B juga konon pernah ditemukan dalam lipstik dan pemerah pipi, selain
bahan pewarna panganan dan jajanan, termasuk mungkin dalam sirup
murah. Dalam sebuah reportase sebuah stasiun TV swasta menyiarkan
tayangan pembuatan sirup yang dijajakan di sekolah tersebut kurang
higienis, memakai air mentah (belum dimasak) dan zat warna buatan
yang diduga rhodomin-B juga. Sirup dan limun murah di jajanan sekolah
ini yang membuat kita prihatin. Generasi anak sekolah (pinggiran, dari
ekonomi kurang mampu) kita tengah menanggung risiko terkena kanker
saat dewasa, selain bahaya infeksi perut lainnya.
13
2. Bahaya Cacing
Melihat kondisi seperti ini, semakin murah suatu jajanan, boleh
disimpulkan semakin besar berisiko membahayakan kesehatan. Bahaya
jangka panjang yang lain juga muncul bila jajanan sampai tercemar
cacing. Kebanyakan sayur mayur mentah (pernah diselidiki) di
supermarket mengandung telur cacing perut karena konon sebelum
dibawa ke kota, dibersihkan memakai air selokan di gunung. Air selokan
umumnya sudah tercemar tinja berpenyakit (penderita penyakit cacing
perut). Telur cacing juga dapat pula dibawa oleh jemari penjaja makanan
(gado-gado, rujak, buah dingin, karedok, ketoprak) bila penjaja makanan
(food handle) mengidap penyakit cacing. Sehabis penjaja makanan buang
air besar dan tidak membasuh tangan dulu tetapi langsung menyajikan
makanan, telur cacing di kuku jemarinya akan mencemari makanan
jajanannya. Di sela-sela kuku jemari tangan telur cacing mengendon dan
pindah ke makanan jajanan. Cacing kremi, cacing tambang, cacing
gelang, cacing cambuk, jenis-jenis cacing yang lazim ditularkan dari
14. makanan jajanan. Sering pengidap cacing tidak merasakan keluhan apa-apa,
termasuk orang gedongan dan pekerja kantoran.
Biasanya baru kedapatan cacingan kalau iseng melakukan
pemeriksaan laboratorium tinja. Tahu-tahu ada telur cacingnya.
Pada anak sekolah, cacingan bisa berakibat kekurangan darah (anemia).
Baru-baru ini diberitakan bahwa lebih separuh anak sekolah dasar
(sampel sebuah yayasan LSM) menderita anemia. Besar kemungkinan,
selain sanitasi yang buruk, penyebabnya bersumber dari jajanan harian
yang tercemar cacing perut.
14
3. Bahan-Bahan Berbahaya
Pada intinya adalah sudah saatnya kita selaku orang tua maupun orang
dewasa hendaknya berhati-hati apabila kita atau anak kita jajan di luar.
Sebagai tambahan wawasan, berikut ini beberapa bahan-bahan berbahaya
yang sering digunakan oleh penjual jajanan yang tidak bertanggung
jawab. Semoga dengan mengetahui jenis dan bahayanya, kita lebih
berhati-hati di kemudian hari.
a. Gula bibit
Selain pewarna, jajanan kaki lima yang memang buat kantong
ekonomi lemah, dengan harga yang lebih terjangkau, tak mungkin
sepenuhnya menggunakan gula asli (gula pasir maupun gula merah),
melainkan memilih gula bibit. Kita tahu gula bibit tidak semuanya
aman bagi kesehatan. Sebut saja gula sakarin dan aspartam, yang jauh
lebih murah dibanding gula asli. Bisa dipastikan jenis gula bibit
murah begini, yang sudah dilarang digunakan, masih saja dipakai
oleh rata-rata pembuat makanan dan minuman rumahan.
Limun, sirup, saus dan kecap murah, hampir pasti mencamprukan
gula bibit, kalau bukan seluruhnya bahan kimiawi berbahaya ini.
Pemanis buatan lain tentu ada yang lebih aman, dari daun stevia,
misalnya. Namun, karena harganya tidak terjangkau untuk membuat
kudapan murah, pedagang memilih gula buatan yang lebih
15. murah.Belakangan pemanis buatan aspartam juga gencar dilarang,
lantaran efek buruknya, antara lain diduga terhadap otak. Namun,
masih banyak jajanan dan penganan, selain industri makanan yang
menggunakan aspartam.
15
b. Penyedap
Perhatikan bagaimana tukang bakso pinggir jalan
menambahkan bumbu penyedap (sodium gluamic). Dahulu, untuk
menuangkan bumbu penyedap (disebut mecin, vetsin) memakai
sendok khusus terbuar dari kayu dengan penampang seujung
kelingking. Maksudnya paling banyak disedok pun, takarannya hanya
seujung kelingking itu. Tidak demikian hal sekarang, rata-rata
dituang langsung dari kantong plastik kemasan atau memakai sendok
makan. Semakin banyak penyedap dituangkan, semakin gurih rasa
barang jualannya. Dari kacamata ekonomi, akan lebih
menguntungkan bila menuangkan lebih banyak penyedap karena
menambah lezat cita rasa jajanan. Air putih (bukan kaldu) yang
dibubuhi penyedap banyak-banyak dengan cara murah dan mudah
menjadi sangat menyerupai kuah kaldu yang harus tinggi modalnya.
Bila dikonsumsi rutin untuk jangka waktu lama, penyedap buruk
efeknya terhadap susunan saraf pusat, selain efek alergi bagi yang
tidak tahan (post resntaurant syndrome), juga pusing-pusing sehabis
makan di restoran (akibat penyedap). Bagi mereka yang ingin aman,
selain minta tidak pakai penyedap bila memeasan makanan restoran,
masakan di rumah sendiri sama sekali bebas penyedap buatan. Rasa
gurih sehatnya cukup hanya mengandalkan bahan alami, seperti rasa
kaldu ayam, sapi atau ikan belaka. tanpa perlu menambahkan bumbu
penyedap buatan.
c. Formalin
Kita juga mengenal bahan formalin. Selain digunakan buat
pengawet mayat agar tidak lekas membusuk, formalin juga masuk ke
indsutri makanan (rumahan). Bukan baru sekarang kita mendengar
16. atau mungkin membaca kalau formalin juga masuk industri
pembuatan tahu. Agar awet tidak lekas rusak (basi), industri tahu
(murah) juga memanfaatkan formalin, agar tidak sampai merugi.
Tahu yang berformalin dijajakan di mana-mana. Padahal, formalin
juga tidak menyehatkan. Formalin juga dimanfaatkan untuk proses
pembuatan ikan asin. Penjualan ikan asin di suatu daerah, baru-baru
ini diberitakan menurun akibat kedapatan pembuatannya memakai
formalin agar lebih awet. Selain formalin kita juga membaca atau
mendengar pembuatan bakso mencampurkan bahan kimiawi boraks
juga, selain beberapa jenis bahan kimiawi yang sudah terbukti
membahayakan kesehatan, masih lolos tak terkontrol.
Betapa longgarnya kendali terhadap pemakaian bahan-bahan
berbahaya karena memang tidak mudah rentang kendali untuk ribuan
industri makanan dan minuman rumahan, termasuk jamu rumahan.
16
d. Minyak goreng bekas
Disinyalir, kebanyakan jajanan gorengan pinggir jalan juga
menggunakan minyak goreng bekas, kalau minyak goreng yang
sudah dioplos dengan minyak lain yang lebih murah. Minyak goreng
oplosan ini yang diduga membahayakan kesehatan.
Kita sudah tahu kalau minyak goreng bekas (jelantah) bersifat
karsinogenik juga. Restoran ayam goreng yang tidak memakai lagi
minyak goreng habis pakainya, menjualnya ke penjual gorengan
pinggir jalan.Kalau dikonsumsi rutin untuk jangka waktu lama, tentu
sama tidak sehatnya dengan bahan karsinogenik lainnya. Termasuk
jika kita melakukannya juga di rumah sendiri.
Demikian Dampak Negatif dan Bahaya Jajanan Anak Sekolah yang di
jual bebas. diharapkan orang tua dan guru senantiasa mengingatkan anak-anaknya
untuk menjauhi makanan yang tidak sehat. Sebaiknya sosialisasikan
makanan yang sehat dengan memberi penyedap rasa non MSG
17. G. Mengajarkan dan Melatih Anak Memilih Jajanan Sehat
Ada beberapa tips yang bisa dilakukan oleh para orang tua dalam hal
menjaga kesehatan anak dengan cara memilih jajanan yang sehat antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Orangtua harus mengedukasi anak agar selalu memilih jajanan yang
aman,salah satunya adalah dengan membawakan bekal yang dipilih dan
disiapkan sendiri oleh orang tua.Orang tua juga dapat menunjukkan
kepada anak-anak tempat-tempat yang higienis dan sehat untuk membeli
makanan, misalnya di kantin sekolah yang memenuhi syarat kebersihan.
2. Biasanya di sekolah, anak-anak akan memilih jajanan yang dijajakan di
pinggir jalan atau dekat sekolah. Ajari anak untuk memilih jajanan yang
bersih, tidak dihinggap lalat, yang penjualnya menjaga kebersihan diri, dan
kemasan makanannya aman. Kalau perlu, sesekali datang ke lingkungan
sekolah dan amati jajanan mana saja yang aman bagi anak anda
3. Jajanan harus memenuhi syarat keseimbangan gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh untuk dapat beraktivitas. Jajanan harus mengandung karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral yang porsinya berimbang. Makanan
bergizi seimbang sangat penting untuk pertumbuhan yang optimal pada
anak-anak dan sebagai dasar fondasi hidup sehat untuk masa yang akan
datang
4. Tidak ada satu makanan yang sempurna, yang mampu memenuhi seluruh
kebutuhan gizi seseorang. Oleh karena itu, makan harus bervariasi, agar
kebutuhan akan setiap zat gizi terpenuhi. Nasihati anak agar tidak hanya
memilih satu jenis jajanan saja.
5. Dengan selalu menyediakan jajanan atau penganan sehat bagi anak.
17
18. BAB III
TINJAUAN KASUS
MEDAN | DNA - Angggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Medan Khairudin Salim mengatakan, masih terjadinya kasus
keracunan akibat dari jajajan di lingkungan sekolah terhadap anak-anak di
Sekolah Daerah (SD), menunjukkan lemahnya pengawasan dari pihak-pihak
terkait.
"Masih terjadinya kasus keracunan makanan dan minuman akibat
jajanan di lingkungan sekolah terhadap sejumlah siswa SD di Kota Medan
dan sekitarya menunjukkan masih lemahnya pengawasan pihak tekait dseperti
Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan maupun Balai Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM)," ujar Khairuddin Salim kepada wartawan Jum'at
(25/02/2011).
Sebab kalau ketiga lembaga pemerintah ini tetap konsisten
memberikan pengawasan sebagaimana mestinya., niscaya kasus keranunan
yang dialami anak-anak sekolah ini mungkin tidak lagi terjadi, ungkap Wakil
Sektretaris Fraksi Partai Demokrat DPRD Medan tersebut.
"Kita menilai ini merupakan kelalaian dari pihak Dinas Pendidikan,
Dinas Kesehatan maupun BPOM dalam melakukan pengawasan terhadap
makanan dan minuman di lingkungan sekolah, karena diduga banyak jajanan
anak-anak yang tidak sesuai standar kesehatan," ujarnya.
Dinas Pendidikan kata Khairudin tidak saja mengawasi para guru dan
sekolah, namun juga termasuk keselamatan para siswanya, terumana terhadap
jajanan yang ada di lingkungan sekolah, sebab semua makanan dan minuman
yang dijual di lingkungan sekolah harus mempunyai standar kesehatan.
Kasus keracunan terhadap 14 di SD Aljamiyatul Wasliyah Jalan
Bromo Gang Santun Medan ini akibat lemahnya pengawasan yang dilakukan
pihak-pihak terkait terhadap kesahatan jajanan di lingkungan sekolah.
18
19. Padahal lanjut Khairuddin, kasus seperti ini sudah sering terjadi di
kota Medan, untuk oleh Walikota Medan, selaku orang nomor satu di
Pemerintah Kota (Pemko) Medan harus menyikapi persoalan ini secara
serius, sebab persoalan ini akan meresahkan para orangtua murid.
Karena karacunan makanan dan minuman akibat jajanan ini bisa
merenggut nyawa manusia, untuk itu harus ada tindakan prefentif yang
dilakukan oleh pihak terkait baik Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan maupun
BPOM, imbuhnya.
Seperti diketahui belasan siswa SD SD Aljamiyatul Wasliyah Jalan
Bromo Gang Santun Medan mengalami keracunan setelah mengkomsumsi
minuman kemasan yang dijual di kantin sekolah, sehingga harus mendapat
perawatan secara intensif oleh pihak rumah sakit terdekat.
19
20. BAB IV
ANALISA KASUS
Dari kasus diatas, dibutuhkah peranan dari berbagai pihak untuk
membantu mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi pada anak- anak
disekolah lain. Upaya untuk menrungari dampak tersebut diantaranya:
A. Didik Anak Untuk Tidak Jajan
Kebiasaan jajan pada anak memang susah distop. Apalagi bila
sejak kecil (balita) sudah dibiasakan jajan. Perlu pemahaman kepada anak
sejak dini untuk tidak membiasakan jajan atau beli jajan sembarangan.
Orangtua harus selektif kalaupun mau membelikan jajanan anak.
Seyogyanya memang lebih baik menyiapkan bekal makanan-minuman
dari rumah untuk dibawa anak ke sekolah. Kebiasaan membawakan bekal
makanan-minuman dari rumah bisa dimulai ketika anak mulai masuk
pendidikan prasekolah (PAUD/Play Group).
20
B. Peran Sekolah
Pihak sekolah juga harus ikut terlibat dalam hal pengawasan
jajanan yang dijual di sekitar lingkungan sekolah. Dengan pendekatan,
para penjaja/penjual makanan-minuman harus diingatkan soal kebersihan
makanan-minuman yang dibuat atau dijajakannya. Bila diingatkan tak
bisa, pihak sekolah harus mengingatkan siswanya untuk berhati-hati
memilih jajanan. Berikan pemahaman kepada siswa tentang jajanan sehat
dan yang berpotensi membahayakan kesehatan yang dijual di lingkungan
sekolahnya. Pihak sekolah juga harus melaporkan ke Dinas terkait bila
menemukan penjual jajanan pangan yang terindikasi membahayakan
kesehatan. Ada baiknya, lakukan pengujian sampel jajanan yang dijual di
lingkungan sekolah di laboratorium sekolah masing-masing.
C. BPOM & Dinas Kesehatan Harus Turun Tangan
BPOM dan Dinas Kesehatan setempat merupakan institusi yang
harus respek dengan pengawasan jajanan sekolah. Bila perlu bentuk Satgas
Perlindungan dan Pengawasan Jajanan Anak. BPOM maupun Dinas
21. Kesehatan harus turun lapangan melakukan pengecekan sampel makanan-minuman
yang dijual di lingkungan sekolah. Para penjual jajanan di
sekolah harus didata dan bila harus disurvei atau si dak untuk mengetahui
proses pembuatan makanan-minuman yang akan dijual di sekolah. Bila
ada yang membandel dengan menjajakan jajanan yang berpotensi
membahayakan kesehatan, si pedagang bersangkutan harus diproses
hukum untuk pembelajaran dan penyadaran pentingnya jajanan yang
sehat.
D. Dinas Terkait Lain Harus Peduli
Tak hanya Dinas Kesehatan setempat yang harus dilibatkan, peran
Dinas terkait lain, seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan juga harus
bersama-sama melakukan pendataan dan pembinaan sesuai tupoksinya.
Para penjual jajanan di sekolah harus dibina karena mereka juga bagian
dari pelaku UKM (Usaha Kecil & Menengah). Apakah ada pembinaan
terhadap mereka selama ini? Entahlah.
E. Bentuk Kader Peduli Jajanan Sehat
Jajanan di sekolah bisa menjadi mesin pembunuh bagi anak kalau
tidak dikontrol. Si penjual ada yang tidak tahu apakah jajanannya sehat
atau tidak namun ada juga yang nekat mencari untung banyak dengan
mengabaikan soal kesehatan makanan yang dijual atau dibuatnya. Mereka
tanpa rasa dosa, melakukan perbuatan dengan menggunakan minyak
goreng yang sudah berulang kali dipakai, bahan pengawet dan bahan
pewarna makanan-minuman yang berbahaya bagi kesehatan. Kader Peduli
Jajanan Sehat bisa dibentuk oleh Dinas terkait dengan melibatkan orangtua
siswa, guru, masyarakat setempat, termasuk juga penjual jajanan sekolah.
Keberadaan Kader tersebut bisa diberdayakan untuk turut serta
menyosialisasikan jajanan yang bersih, sehat dan bergizi termasuk saling
mengawasi soal jajanan pangan yang dijual di lingkungan sekolah.
21
F. Dirikan Kantin Sekolah
Agar anak tidak jajan sembarangan, sekolah juga bisa
memfasilitasi dengan menyediakan ruang untuk kantin. Kantin dengan
22. jajanan yang bersih, sehat, bergizi dan murah tentunya. Dengan adanya
Kantin Sekolah, rangkul para penjual jajanan namun dengan seleksi
terhadap makanan-minuman yang dijual harus bersih, sehat dan juga
bergizi.
22
23. BAB III
PENUTUP
23
A. KESIMPULAN
Jajanan sehat di kantin sangat dibutuhkan bagi siswa karena jajanan
sehat mempengaruhi dalam tumbuh kembang anak. Kebanyakan anak
sekolah lebih menyukai jajanan yang dijual di luar lingkungan sekolah
dengan warna yang mencolok. Padahal, jajanan tersebut mengandung bahan
pengawet yang berbahaya bagi kesehatan mereka. Bahan pengawet
makanan adalah bahan yang ditambahkan pada makanan untuk mencegah
atau menghambat menjadi rusak atau busuknya makanan. Bahan pengawet
yang dilarang digunakan pada makanan meliputi:Asam Borat, Asam Salisilat,
Kloramfenikol, Formalin.
Sehingga peran orang tua dan pihak sekolah dalam menciptakan
jajanan sehat sangat dibutuhkan. Orang tua mempunyai peran penting dalam
mengajarkan anak dalam memilih jajanan sehat.
B. SARAN
1. Kerja sama serta peran serta dari pihak sekolah, pemerintah dan orangtua
sangat dibutuhkan dalam hal ini. Bukan hanya himbauan untuk anak atau
siswa tetapi tindakan nyata dan sanksi tegas untuk para pedagang patut
dicontohkan kepada siswa, sehingga kebiasaan jajan sembarangan dapat
diminimalisir.
2. Diharapkan orang tua mau mendidik anak agar lebih cerdasdalam
memilih jajanan yang sehat.
24. DAFTAR PUSTAKA
Heru,adi(1993).Kader kesehatan masyarakat.Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Wahab,Samak (1996). Ilmu kesehatan anak Nelson. Jakarta:Buku Kedokteran
24
EGC.
http://www.lifebuoy.co.id/berita-sehat/health-alert/cegah-anak-sakit-karena-jajan-sembarangan/
http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/837