SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
Download to read offline
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



                                     BAB IV

                             HASIL PENELITIAN



4.1 Deskripsi Data

       Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah penalaran formal dan

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains sebagai hasil

perlakuan antara penerapan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran

langsung. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen pre-test post-test

kelompok kontrol tanpa acak dengan menggunakan Manova sebagai alat analisis

datanya. Oleh karena itu, data penelitian ini dideskripsikan berdasarkan kelompok

data sebagai berikut.

4.1.1 Deskripsi Data Penalaran Formal Siswa pada Pelajaran Sains

       Variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains diukur dengan

kuesioner penalaran formal dengan jumlah pertanyaan 30 butir soal, dengan skor

minimum ideal = 0 dan skor maksimum ideal = 30, sehingga diperoleh rata-rata

ideal = 15, dan standar deviasi ideal = 5. Berdasarkan rata-rata ideal dan standar

deviasi ideal tersebut, skor penalaran formal siswa pada pelajaran sains dapat

diklasifikasikan sebagai tertera dalam Tabel 4.1

       Tabel 4.1 Klasifikasi Penalaran Formal siswa pada pelajaran sains

No Kriteria                                    Interval           Kualifikasi
1    > (Mi + 1,5 SDi)                          >22,50             Sangat Tinggi
2    (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi )        17,50 – 22,50      Tinggi
3    (Mi - 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi )        14,75 –17,49       Sedang
4    (Mi - 1,5 SDi) s/d (Mi - 0,5 SDi )        7,50 – 14,74       Rendah
5    < (Mi - 1,5 SDi)                          <7,50              Sangat Rendah




                                          75
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



Hasil pengukuran terhadap variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains

memberikan hasil seperti dalam Tabel 4.2.

       Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Penalaran Formal Siswa
                  pada Pelajaran Sains
        Statistik                          Model Pembelajaran
                                    Inkuiri             Pembelajaran Langsung
           N                          41                            41
           X                        19,804                         18,488
           SD                        2,064                         2,063
          SD2                        4,260                         4,256



       Hasil pengukuran penalaran formal siswa pada pelajaran sains, untuk

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri mempunyai rata–rata

19,804, sedangkan untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran

langsung mempunyai rata-rata 18,488. Hal ini berarti rata-rata penalaran formal

siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dan model

pembelajaran langsung tergolong tinggi.

       Hasil Pengukuran variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains

untuk setiap kelompok data dapat dideskripsikan sebagai berikut.

1) Data Penalaran Formal pada Pelajaran Sains Siswa yang mengikuti Model

         Pembelajaran Inkuiri

       Hasil pengukuran penalaran formal siswa pada pelajaran sains, untuk

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri mempunyai rata-rata

19,804 dan simpangan baku 2,064. Hal ini berarti rata-rata penalaran formal siswa

pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri tergolong tinggi,

dengan variasi perolehan skor pada kelompoknya sebesar 4,260.




                                       76
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



        Distribusi frekuensi data penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang

mengikuti model pembelajaran inkuiri dapat disajikan pada Tabel 4.3 di bawah

ini.

        Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Penalaran Formal pada Pelajaran
                  Sains Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri
       No       Kelas Interval   Nilai tengah            Frekuensi

                                                      Absolut          Relatif

       1            14 –15            14,5               1                2,44

       2            16 –17            16,5               3                7,31

       3            18 –19            18,5              12                29,27

       4            20 - 21           20,5              20                48,78

       5            22 - 23           22,5               3                7,32

       6            24 -25            24,5               2                4,88

                    Jumlah                              41             100,00



        Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa sebanyak 48,78% siswa memperoleh

skor sekitar rata-rata dalam penalaran formal pada pelajaran sains yang mengikuti

model pembelajaran inkuiri, sebanyak 39,02% siswa memperoleh skor di bawah

rata-rata, dan sebanyak 12,20% siswa memperoleh skor di atas rata-rata.

        Agar tampak jelas maka data dalam Tabel 4.3 disajikan dalam bentuk

gambar (histogram) seperti berikut.




                                        77
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



                        Gambar 4.1 Histogram Penalaran Formal Siswa pada
                     Pelajaran Sains yang Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri


                      20
                      19
                      18
                      17
                      16
                      15
                      14
                      13
                      12
                      11
            FREKUENSI 10
                       9
                       8                                                  FREK.ABSOLUT
                       7
                       6
                       5
                       4
                       3
                       2
                       1
                       0
                           14,5   16,5   18,5        20,5   22,5   24,5

                                         INTERVAL



          Dari histogram penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang

mengikuti model pembelajaran inkuiri, tampak bahwa frekuensi tertinggi terletak

pada rentangan skor 19,5 –21,5. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada

rentangan skor 13,5 – 15,5.

2) Data Penalaran Formal pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti

       Model Pembelajaran Langsung

          Hasil pengukuran penalaran formal siswa pada pelajaran sains, untuk

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung mempunyai rata

rata 18,488 dan simpangan baku 2,063. Hal ini berarti rata-rata penalaran formal

siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran langsung

tergolong tinggi, dengan variasi perolehan skor pada kelompoknya sebesar 4,256.

          Distribusi frekuensi data penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang

mengikuti model pembelajaran langsung dapat disajikan pada Tabel 4.4 di bawah

ini.




                                                78
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



      Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data Penalaran formal pada Pelajaran
                Sains         Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran
                Langsung
     No        Kelas Interval  Nilai tengah            Frekuensi

                                                     Absolut          Relatif

      1            13 - 14            13,5              1              2,44

      2            15 - 16            15,5              4              9,76

      3            17 - 18            17,5             19              46,34

      4            19 - 20            19,5             12              29,27

      5             21 -22            21,5              3              7,31

      6            23 – 24            23,5              2              4,88

                    Jumlah                             41             100,00



       Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa sebanyak 29,27% siswa memperoleh

skor sekitar rata-rata dalam penalaran formal pada pelajaran sains yang mengikuti

model pembelajaran langsung, sebanyak 58,542% siswa memperoleh skor di

bawah rata-rata, dan sebanyak 12,19% siswa memperoleh skor di atas rata-rata.

       Agar tampak lebih jelas maka data dalam Tabel 4.4 disajikan dalam

bentuk gambar (histogram) seperti berikut.




                                       79
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



                 Gambar 4.2 Histogram Penalaran Formal Siswa pada
               Pelajaran    Sains yang Mengikuti Model Pembelajaran
                                    Langsung

               19
               18
               17
               16
               15
               14
               13
               12
               11
   FREKUENSI   10
                9
                8
                7                                                FREK.ABSOLUT
                6
                5
                4
                3
                2
                1
                0
                    13,5   15,5    17,5   19,5    21,5   23,5

                                  INTERVAL


        Dari histogram penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang

mengikuti model pembelajaran langsung, tampak bahwa frekuensi tertinggi

terletak pada rentangan skor 16,5 – 18,5. Sedangkan frekuensi terendah terletak

pada rentangan skor 12,5 – 14,5.

4.1.2 Deskripsi Data Menulis Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran Sains

        Variabel kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains

diukur dengan penilaian proyek, dengan skor maksimum ideal = 32 dan skor

minimum ideal = 8, sehingga diperoleh rata-rata ideal = 20, dan standar deviasi

ideal = 4. Berdasarkan rata-rata ideal dan standar deviasi ideal tersebut, skor

kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains dapat diklasifikasikan

sebagai tertera dalam Tabel 4.5.




                                             80
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



       Tabel 4.5 Klasisfikasi Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Siswa pada
                  Pelajaran Sains
No                 Kriteria                   Interval        Kualifikasi

1    > (Mi + 1,5 SDi)                          > 26               Sangat Baik

2    (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi )        22 –26             Baik

3    (Mi - 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi )        18 – 22            Cukup

4    (Mi - 1,5 SDi) s/d (Mi - 0,5 SDi )        14 – 18            Kurang

5    < (Mi - 1,5 SDi)                          <14                Sangat Kurang

                                                                  Baik



Hasil pengukuran terhadap variabel kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada

pelajaran sains memberikan hasil seperti dalam Tabel 4.6

        Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Kemampuan Menulis
                   Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran Sains
Statistik                  Model Pembelajaran
                            Inkuiri                      Pembelajaran Langsung
N                           41                           41
X                           20,61                        19,15
SD                          2,33                         2,29



       Hasil pengukuran kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran

sains, untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri

mempunyai rata-rata 20,61 sedangkan untuk kelompok siswa yang mengikuti

model pembelajaran langsung mempunyai rata-rata 19,15. Hal ini berarti rata-rata

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang mengikuti

model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung tergolong cukup.




                                          81
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



       Hasil Pengukuran variabel kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada

pelajaran sains untuk setiap kelompok data dapat dideskripsikan sebagai berikut.

1) Data Kemampuan Menulis Karya Ilmiah pada Pelajaran Sains Siswa yang
          Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri

       Hasil pengukuran kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran

sains, untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri

mempunyai rata-rata 20,61 dan simpangan baku 2,33. Hal ini berarti rata-rata

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang mengikuti

model pembelajaran inkuiri tergolong cukup, dengan variasi perolehan skor pada

kelompoknya sebesar 5,43.

       Distribusi frekuensi data kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada

pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dapat disajikan pada

Tabel 4.7di bawah ini.

      Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Menulis Karya Imiah
                pada Pelajaran Sains         Siswa yang Mengikuti Model
                Pembelajaran Inkuiri
     No        Kelas Interval   Nilai tengah           Frekuensi
                                                     Absolut           Relatif
      1             15 –16            15,5               2              4,88
      2            17 – 18            17,5               7             17,07
      3            19 – 20            19,5               5             12,20
      4             21 –22            21,5              19             46,34
      5             23 –24            23,5               7             17,07
      6             25 - 26           25,5               1              2,44
                    Jumlah                              41             100,00



       Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa sebanyak 46,34% siswa memperoleh

skor sekitar rata-rata dalam kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains




                                       82
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



yang mengikuti model pembelajaran inkuiri, sebanyak 34,15% siswa memperoleh

skor di bawah rata-rata, dan sebanyak 19,51% siswa memperoleh skor di atas rata-

rata.

        Agar tampak jelas maka data dalam Tabel 4.7 disajikan dalam bentuk

gambar (histogram) seperti berikut.


                      Gambar 4.3 Histogram Kemampuan Menulis Karya ILmiah
                         Siswa pada Pelajaran Sains yang Mengikuti Model
                                       Pembelajaran Inkuiri


                      19
                      18
                      17
                      16
                      15
                      14
                      13
                      12
                      11
                      10
          FREKUENSI
                       9
                       8
                                                                        FREK.ABSOLUT
                       7
                       6
                       5
                       4
                       3
                       2
                       1
                       0
                           15,5    17,5    19,5   21,5   23,5   25,5

                                          INTERVAL



        Dari histogram kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran

sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri, tampak bahwa frekuensi

tertinggi terletak pada rentangan skor 20,5 – 22,5. Sedangkan frekuensi terendah

terletak pada rentangan skor 24,5 – 26,5.




                                             83
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



2) Data Kemampuan Menulis Karya Ilmiah pada Pelajaran Sains Siswa yang
       Mengikuti Model Pembelajaran Langsung

       Hasil pengukuran kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran

sains, untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung

mempunyai rata rata 19,15 dan simpangan baku 2,29. Hal ini berarti rata-rata

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang mengikuti

model pembelajaran langsung tergolong cukup, dengan variasi perolehan skor

pada kelompoknya sebesar 5,24.


       Distribusi frekuensi data kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada

pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran langsung dapat disajikan pada

Tabel 4.8 di bawah ini.

       Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Menulis Karya Ilmiah
                pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti Model
                Pembelajaran Langsung
 No      Kelas Interval      Nilai tengah         Frekuensi

                                             Absolut       Relatif
  1          14 -15              14,5          1            2,44

  2          16 - 17             16,5          9            21,94

  3          18 - 19             18,5          14           34,15

  4          20 - 21             20,5          11           26,83

  5          22 - 23             22,5          4            9,76

  6          24 - 25             24,5          2            4,88
                  Jumlah                       41          100,00




                                        84
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



         Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa sebanyak 26,83% siswa memperoleh

skor sekitar rata-rata dalam kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains

yang mengikuti model pembelajaran langsung, sebanyak 58,53 siswa memperoleh

skor di bawah rata-rata, dan sebanyak 14,64 siswa memperoleh skor di atas rata-

rata.

         Agar tampak lebih jelas maka data dalam Tabel 4.8 disajikan dalam

bentuk gambar (histogram) seperti berikut.


               Gambar 4.4 Histogram Kemampuan Menulis Karya ILmiah
                  Siswa pada Pelajaran Sains yang Mengikuti Model
                               Pembelajaran Langsung


               14
               13
               12
               11
               10
               9
               8
   FREKUENSI   7
               6
                                                                   FREK.ABSOLUT
               5
               4
               3
               2
               1
               0
                    14,5   16,5   18,5   20,5   22,5   24,5

                                  INTERVAL


         Dari histogram kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran

sains yang mengikuti model pembelajaran langsung, terlihat bahwa frekuensi

tertinggi terletak pada rentangan skor 17,5 – 19,5. Sedangkan, untuk frekuensi

terendah terletak pada rentangan 13,5 – 15,5.




                                                85
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



4.2 Pengujian Persyaratan Analisis

1) Uji Normalitas

       Uji normalitas dilakukan terhadap kelompok data penalaran formal dan

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains, yang diajarkan

dengan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung. Hasil uji

normalitas disajikan pada Tabel 4.9.

     Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data
               Penalaran Formal dan Kemampuan Menulis Karya Ilmiah
               Siswa pada Pelajaran Sains
Kelompok Data   Shapiro-Wilk       df             Sig

A1                   0.966                  41                0.395

A2                   0.947                  41                0.085

A3                   0.956                  41                0.214

A4                   0.914                  41                0.060

Keterangan:

       A1 = Data Penalaran Formal pada pelajaran sains untuk kelompok siswa

              yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri

       A2 = Data Penalaran Formal pada pelajaran sains untuk kelompok siswa

              yang diajar dengan model pembelajaran langsung

       A3 = Data Kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains untuk

              kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri

       A4= Data Kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains untuk

              kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung

       Hasil pengujian normalitas seperti tertera dalam Tabel 4.9 menunjukkan

bahwa nilai-nilai statistik Shapiro-Wilk semua menunjukkan angka signifikansi

yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, secara keseluruhan sebaran data



                                       86
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran

sains berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

       Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk menguji bahwa setiap kelompok

yang akan dibandingkan memiliki variansi yang sama. Dengan demikian

perbedaan yang terjadi dalam uji hipotesis benar-benar berasal dari perbedaan

antara kelompok, bukan akibat dari perbedaan yang terjadi di dalam kelompok.

Uji homogenitas dilakukan terhadap kelompok data penalaran formal dan

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains baik secara bersama-

sama menggunakan uji Box’M menghasilkan angka signifikansi = 0,996 dan

secara sendiri-sendiri dengan uji Levene Test menghasilkan angka signifikansi =

0,889 untuk variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains, dan angka

signifikansi = 0,997 untuk variabel kemampuan menulis karya ilmiah pada

pelajaran sains. Hasil analisis selengkapnya disajikan dalam Lampiran 24 halaman

279.

       Tampak bahwa angka signifikansi yang dihasilkan baik secara bersama-

sama maupun secara sendiri-sendiri lebih besar dari 0,05. Dengan demikian

berarti bahwa matrik varians-kovarians pada variabel penalaran formal dan

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains adalah homogen.

4.3 Hasil Manova dan Pengujian Hipotesis

4.3.1 Hasil Manova

       Uji multivariat adalah untuk meneliti pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat secara bersama-sama. Hasil analisis dengan Manova dapat

disajikan dalam Tabel 4.10




                                       87
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



               Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Uji Multivariat

Efek                  Statistik                F                Sig.
Model                 Pillai’s Trace           5,542            0,006
Pembelajaran          Wilks’ Lambda            5,542            0,006
                      Hotelling’s Trace        5,542            0,006
                      Roy’s Largest Root 5,542                  0,006
                                  ( Hasil analisis dalam Lampiran 25 halaman 280)

         Sedangkan uji pengaruh antar subjek adalah untuk meneliti pengaruh

variabel independent terhadap variabel dependen secara sendiri-sendiri. Hasil

analisis dengan manova dapat disajikan dalam Tabel 4.11

               Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Uji Pengaruh antar Subjek

Source                    Dependent Variabel                        F       Sig

Model Pembelajaran        Penalaran formal                          8,351   0,005

                          Kemampuan menulis Karya ilmiah            8,228   0,005

                                  ( Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281)

4.3.2 Pengujian Hipotesis

         Ada tiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk pengujian

ketiga hipotesis penelitian didasarkan pada hasil analisis Manova




                                          88
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



4.3.2.1 Uji Hipotesis 1

       Hasil multivariate test tentang penalaran formal dan kemampuan menulis

karya ilmiah pada pelajaran sains antara siswa yang diajar dengan model inkuiri

dengan model pembelajaran langsung menghasilkan angka signifikansi = 0,006

pada nilai F Pillai’s Trace, Wilks’Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest

Root = 5,542. Karena angka signifikansi lebih kecil dari 0,05, dapat disimpulkan

bahwa: hipotesis nol ditolak dan menerima hipotesis penelitian.

       Analisis deskriptif tentang penalaran formal dan kemampuan menulis

karya ilmiah siswa pada pelajaran sains menunjukkan: 1) rata-rata penalaran

formal pada pelajaran sains siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri

sebesar 19,80 lebih besar dari pada rata-rata penalaran formal siswa yang diajar

dengan model pembelajaran langsung yakni sebesar 18,48. Demikian juga untuk

rata-rata kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains siswa yang diajar

dengan model pembelajaran Inkuiri sebesar 20,61 lebih besar dari pada rata-rata

kemampuan menulis karya ilmiah siswa yang diajar dengan model pembelajaran

langsung yakni sebesar 19,15. Jadi, dari rata-rata yang dihasilkan menunjukkan

bahwa dengan pengajaran yang dilakukan dengan model inkuiri lebih baik

dibandingkan dengan yang dilakukan dengan model pembelajaran langsung

terhadap penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa.

       Dengan demikian hipotesis nol ditolak dan menerima hipotesis penelitian

yang menyatakan bahwa “ penalaran formal dan kemampuan menulis karya

ilmiah siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri

lebih baik dari pada yang diajar dengan model pembelajaran langsung”.




                                       89
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



4.3.2.2 Uji Hipotesis 2

       Tabel 4.12 Pengaruh Model pembelajaran terhadap Penalaran Formal

 Dependent         Sum of          df        Mean         F       Sig.
  Variable         Squares                  Square
  P.FORMAL Contrast 35.561                1   35.561      8.351      .005
             Error 340.683               80    4.259



       Berdasarkan hasil analisis pengaruh model pembelajaran terhadap

penalaran formal siswa pada pelajaran sains diperoleh nilai statistik F = 8,351

dengan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05.

Dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat perbedaan

penalaran formal pada pelajaran sains siswa yang diajar dengan model

pembelajaran inkuiri dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung,

ditolak. Dengan kata lain, bahwa terdapat perbedaan penalaran formal siswa pada

pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan siswa yang

diajar dengan model pembelajaran langsung.

       Selanjutnya untuk menganalisis signifikansi perbedaan penalaran formal

siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan

yang diajar dengan model pembelajaran langsung, disajikan nilai rata-rata ( µ )

dan simpangan baku (SB) penalaran formal siswa pada pelajaran sains dalam

Tabel 4.12.

      Tabel 4.13 Nilai Rata-rata Terestimasi dan Simpangan Baku Penalaran
                  Formal Siswa pada Pelajaran Sains
 Variabel       Model           µ        SB      Intervensi Konvidensi 95%

Devendent     Pembelajaran                               Terendah        Tertinggi

Penalaran     1.00              19,805    0,322        19,164            20,446

Formal        2.00              18,488    0,322        17,846            19,129




                                         90
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



                                      (Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281)

             Selanjutnya berdasarkan data nilai-rata-rata terestimasi dan simpangan

baku dalam Tabel 4.12, dapat dianalisis signifikansi perbedaan penalaran formal

siswa pada pelajaran sains antara yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri

dan yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Signifikansi perbedaan

nilai- rata-rata pasangan tersebut diuji dengan metode least significant difference

( LSD).

             Untuk jumlah kelompok model a = 2, jumlah sampel masing-masing

kelompok n = 41, jumlah sampel seluruhnya N = 82, dan pada taraf signifikansi α

= 0,05 diperoleh nilai statistik     t   tabel
                                                 = t ( 0,025:60) = 2,00. Dengan menggunakan nilai


t   tabel
            tersebut dan nilai MSε = 4,259 untuk variabel terikat penalaran formal siswa

pada pelajaran sains, diperoleh batas penolakan LSD = 0,456. Kriteria, penalaran

formal siswa pada pelajaran sains berbeda secara signifikan apabila ∆µ > LSD.

Rangkuman hasil uji signifikansi perbedaan penalaran formal siswa pada

pelajaran sains disajikan dalam Tabel 4.13.

      Tabel 4.14 Signifikansi Perbedaan Penalaran Formal Siswa pada
                 Pelajaran Sains
Variabel    (I)          (J)       µ (I) - µ (J) SB       Sig

dependent            Model         Model                  ∆µ

Penalaran            1.00          2.00             1,317             0,456         0.005

Formal               2.00          1.00             -1,317            0,456         0.005

                                           (Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281)

             Berdasarkan Tabel 4.13 harga mutlak ∆ µ = 1,317 dengan simpangan

baku 0,456 dan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih kecil




                                                    91
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



dari 0,05 dan ∆ µ lebih besar dari LSD, berarti penalaran formal siswa pada

pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi

dibandingkan dengan yang diajar dengan model pembelajaran langsung

4.3.2.3 Uji Hipotesis 3

       Tabel 4.15 Pengaruh Model pembelajaran terhadap Kemampuan
                      Menulis Karya Ilmiah Siswa
 Dependent           Sum of       df         Mean      F       Sig.
  Variable           Squares                Square
      K.M.KI Contrast 43.902              1   43.902   8.228      .005
               Error 426.878             80    5.336



        Berdasarkan hasil analisis pengaruh model pembelajaran terhadap

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains diperoleh nilai

statistik F = 8,228 dengan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut

lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan tidak

terdapat perbedaan kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains siswa

yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan siswa yang diajar dengan

model pembelajaran langsung, ditolak. Dengan kata lain, bahwa terdapat

perbedaan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang

diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan siswa yang diajar dengan model

pembelajaran langsung.

       Selanjutnya untuk menganalisis signifikansi perbedaan kemampuan

menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model

pembelajaran inkuiri dan yang diajar dengan model pembelajaran langsung,

disajikan nilai rata-rata ( µ ) dan simpangan baku (SB) penalaran formal siswa

pada pelajaran sains dalam Tabel 4.13.




                                         92
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



              Tabel 4.16 Nilai Rata-rata Terestimasi dan Simpangan Baku
                        Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran
                        Sains
            Variabel          Model                    Intervensi Konvidensi
        Devendent          Pembelajaran                 µ       SB                95%
                                                                       Terendah      Tertinggi
      Kemampuan                 1.00                20,610    0,361      19,892         21,328
    menulis Karya               2.00                19,146    0,361      18,428         19,864
            Ilmiah
                                       (Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281)



              Selanjutnya berdasarkan data nilai-rata-rata terestimasi dan simpangan

baku dalam Tabel 4.14, dapat dianalisis signifikansi perbedaan kemampuan

menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains antara yang diajar dengan model

pembelajaran inkuiri dan yang diajar dengan model pembelajaran langsung.

Signifikansi perbedaan nilai rata-rata pasangan tersebut diuji dengan metode least

significant difference ( LSD).

              Untuk jumlah kelompok model a = 2, jumlah sampel masing-masing

kelompok n = 41, jumlah sampel seluruhnya N = 82, dan pada taraf signifikansi α

= 0,05 diperoleh nilai statistik    t   tabel
                                                = t ( 0,025:60) = 2,00. Dengan menggunakan nilai


t   tabel
            tersebut dan nilai MSε = 5,336 untuk variabel terikat kemampuan menulis

karya ilmiah siswa pada pelajaran sains, diperoleh batas penolakan LSD = 0,51.

Kriteria kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains berbeda

secara signifikan apabila ∆µ > LSD. Rangkuman hasil uji signifikansi perbedaan

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains disajikan dalam

Tabel 4.14.




                                                   93
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



         Tabel 4.17 Signifikansi Perbedaan Kemampuan Menulis Karya Ilmiah
                    Siswa pada Pelajaran Sains
    Variabel dependent            (I)         (J)    µ (I) - µ (J)    SB    Sig

                                Model        Model      ∆µ

Kemampuan menulis Karya 1.00                 2.00    1,463           0,510 0,005

Ilmiah                         2.00          1.00    -1,463          0,510 0,005

                                 (Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281)

         Berdasarkan Tabel 4.15 harga mutlak ∆ µ = 1,463 dengan simpangan

baku 0,510 dan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih kecil

dari 0,05 dan ∆ µ lebih besar dari LSD, berarti kemampuan menulis karya ilmiah

siswa siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri

lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajar dengan model pembelajaran

langsung.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

         Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara penalaran formal dan kemampuan menulis karya

ilmiah pada pelajaran sains antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran

inkuiri dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Secara

keseluruhan kemampuan penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah

siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan

dengan yang menggunakan model pembelajaran langsung. Temuan ini

membuktikan bahwa model pembelajaran yang diterapkan guru sains dalam

proses belajar mengajar, utamanya model inkuiri dapat meningkatkan kemampuan

penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah.




                                        94
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



       Dalam membelajarkan siswa untuk menguasai sains bukan pada

banyaknya konsep yang harus dihapal, tetapi lebih kepada bagaimana agar siswa

berlatih menemukan konsep-konsep sains melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah,

dan siswa dapat melakukan kerja ilmiah mulai dari merumuskan masalah,

merencanakan    eksperimen,   melakukan    eksperimen,   mengumpulkan     dan

menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Merumuskan masalah merupakan

suatu pertanyaan yang jawabannya dicari melalui pengumpulan data. Melakukan

eksperimen merupakan kegiatan dengan menerapkan berbagai keterampilan

proses yang dilandasi oleh sikap ilmiah untuk menemukan atau mengklarifikasi

atau menemukan pengetahuan baru. Menginterpretasikan data merupakan

kegiatan yang meliputi membuat prediksi, membuat hipotesis berdasarkan data

yang diperoleh. Menarik kesimpulan merupakan kegiatan merumuskan penjelasan

yang paling mungkin terhadap suatu hasil pengamatan.Terkait dengan model

inkuiri, keuntungan yang bisa didapatkan adalah siswa memiliki kesempatan

untuk mengemukakan ide atau gagasan yang dimilikinya, sehingga hal itu akan

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah. Di samping

itu juga, dengan model inkuiri siswa sudah mulai diajarkan untuk menganalisa

dan mencari kebenaran dari suatu masalah yang sedang dibahas, telah mampu

berpikir sistematis, terarah dan mempunyai tujuan yang jelas, disamping mampu

berpikir induktif, deduktif, dan empiris rasional sehingga hal ini akan

menyebabkan siswa memiliki kemampuan dalam penalaran formal yang baik.

       Kaitannya dengan hasil penelitian ini, perlu disadari bahwa tidak semua

pokok bahasan dalam pelajaran sains dapat diajarkan dengan model pembelajaran

yang sama, terutama kaitannya dengan mengembangkan penalaran formal siswa




                                     95
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



pada pelajaran sains dan dalam usaha meningkatkan kemampuan menulis karya

ilmiah siswa pada pelajaran sains. Pemilihan model pembelajaran yang tepat

untuk suatu pokok bahasan tertentu akan dapat mengembangkan penalaran formal

siswa pada pelajaran sains. Model pembelajaran inkuiri merupakan model yang

tepat diterapkan guru dalam proses pembelajaran sains dalam rangka

meningkatkan penalaran formal siswa. Hal ini didasarkan atas hasil penelitian

Lawson (dalam Putrayasa, 2005) yang menunjukkan bahwa perkuliahan biologi

yang berorientasi inkuiri lebih berhasil meningkatkan penalaran formal siswa.

Pengalaman belajar yang didapatkan siswa dalam pembelajaran inkuiri akibat

diberikan siswa kesempatan untuk mengemukakan gagasan, diberikan kesempatan

untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri terhadap permasalahan yang

diberikan, memberikan dampak terhadap kemampuan siswa untuk dapat berpikir

dengan pola penetapan kemungkinan untuk dapat menemukan kenyataan. Hal

yang sama terhadap pembelajaran model inkuiri seperti diungkapkan oleh Bruner

(1978) bahwa keuntungan atau keunggulan model inkuiri salah satunya adalah

dapat meningkatkan potensi intelektual siswa. Sejalan dengan Bruner, Dahar

(1998: 126) menyatakan kebaikan pengetahuan yang diperoleh dengan belajar

penemuan adalah dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk

berpikir bebas.

       Pada kegiatan pembelajaran dengan inkuiri peran guru adalah sebagai

pemimpin, pembimbing dan fasilitator. Dalam pembelajaran sains dengan inkuiri

yang paling utama adalah memberikan kondisi yang seluas-luasnya kepada siswa

untuk memperoleh pengalaman bagaimana mengkonstruksi pengetahuan itu

sendiri. Oleh karena itu siswa ditempatkan sebagai pusat dalam proses kegiatan




                                     96
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



belajar mengajar, baik yang dilakukan secara individu maupun secara kelompok.

Melalui implementasi model inkuiri dapat memberikan kepada siswa kesempatan

untuk   bekerja   sebagai   ilmuan   yaitu    menemukan    masalah,   selanjutnya

merumuskan hipotesis, mengujinya melalui eksperimen dan menginformasikan

hasil penyelidikan dan penelitiannya. Oleh karena itu melalui impelementasi

model inkuiri, penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada

pelajaran sains diharapkan dapat meningkat.

        Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang

didasarkan pada behaviorisme. Paradigma behaviorisme memandang belajar

sebagai perubahan tingkah laku yang didasarkan kepada unsur stimulus-respon

(S-R). Oleh karena itu, teori ini juga disebut teori stimulus-respon (Burns, 1995:

102). Aspek yang mendorong S-R adalah kebutuhan dan stimulus kemudian

muncul respon. Unsur yang paling penting adalah reinforcement atau penguatan.

Penguatan berfungsi untuk memotivasi mahasiswa agar ia merasakan adanya

kebutuhan untuk melakukan tugas pelajaran melalui respons yang diberikan dalam

tugas itu. Guru dalam model pembelajaran ini lebih dominan dalam rangka

membantu siswa memperoleh pengetahuan deklaratif. Pengetahuan deklaratif

adalah pengetahuan yang terstruktur dengan baik. Oleh karena itu siswa akan

dapat mempelajari selangkah demi selangkah, misalnya dalam menghafal nama-

nama bagian dari suatu alat. Syarat penting yang perlu diperhatikan agar

pembelajaran efektif adalah perencanaan dan pelaksanaan yang ekstra hati- hati

dari guru, karena model ini berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran

yang dilakukan guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa.




                                       97
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



       Bagi siswa     yang mengikuti pembelajaran langsung,         pada   awal

pembelajarannya terpaksa harus melakukan transfer of knowledge, yakni berupa

konsep-konsep sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa dengan terpaksa

memahami konsep-konsep sains secara formal. Apabila timbul keraguan maka dia

bertanya hanya kepada guru, padahal konsep-konsep dalam sains dirumuskan dan

didefinisikan oleh ahli atau pakar dalam sains. Akibat pembelajaran langsung,

siswa tidak mendapat pengalaman untuk memahami konsep secara konkret, dan

jika terdapat keragu-raguan dalam memahami konsep secara formal, siswa tidak

akan bisa melakukan akomodasi dengan konsep-konsep yang bersifat konkret.

Efek langsung dari peristiwa ini, siswa terpaksa harus menghapal konsep-konsep.

       Secara empiris dalam penelitian ini adalah: terdapat perbedaan penalaran

formal dan kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains secara

bersama-sama antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri

dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Kedua, penalaran

formal pada pelajaran sains siswa yang diajar dengan model inkuiri lebih tinggi

daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Hal ini

disebabkan oleh model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan keterlibatan

siswa dalam pembelajaran. Dengan mengikuti langkah-langkah pembelajaran

yang telah ditetapkan, keterlibatan siswa mendapat porsi yang jelas. Misalnya,

siswa dihadapkan terhadap suatu masalah, kemudian siswa diminta sendiri

memecahkan masalah       melakukan pencarian data dan eksperimentasi dalam

rangka membuktikan kajian data yang mengarah pada penemuan konsep-konsep

yang sedang dipelajari, dan lain-lain. Dalam satu unit pembelajaran, siswa

mendapat    kesempatan   untuk    menggunakan     pengetahuan    yang   dimiliki




                                      98
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



sebelumnya dan melatih keterampilan mereka bekerja berdasarkan konsep kerja

ilmiah. Ketiga, kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains siswa yang

diajar dengan model inkuiri lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model

pembelajaran langsung. Hal ini disebabkan oleh rangkaian kegiatan pembelajaran

sains dengan inkuiri, sebagian besar, dilakukan sendiri oleh siswa baik secara

individu maupun berkelompok. Keadaan ini akan memberikan kesempatan yang

seluas-luasnya kepada siswa dalam mengembangkan kemampuan untuk berpikir

dan berbuat.

         Hasil yang dicapai dalam penelitian ini untuk kerja proyek pada

pembelajaran inkuiri, ternyata pada aspek pembuatan map/diagram terhadap topik

yang akan diinvestigasi, dan format laporan sangat baik. Sedangkan pada aspek

pembuatan rincian terhadap proses dengan hasil baik. Aspek pemilihan topik,

monitoring kerja proyek, deskripsi temuan, pembahasan, kesimpulan hasilnya

kurang baik.(lampiran 17 halaman 180-181).

         Pada pembelajaran langsung, aspek pembuatan map/diagram terhadap

topik yang akan diinvestigasi, dan format laporan sangat baik. Sedangkan pada

aspek pembuatan rincian terhadap proses dengan hasil baik. Aspek pemilihan

topik,   monitoring kerja proyek, deskripsi temuan, pembahasan, kesimpulan

hasilnya kurang baik.(lampiran 17 halaman 181). Hal ini mengindikasikan bahwa

pada aspek-aspek yang belum menyentuh pada penalaran tinggi diperoleh hasil

yang baik, sedangkan aspek yang menyentuh penalaran tinggi hasilnya kurang

baik.

         Pembelajaran sains akan menjadi lebih bermakna karena apa yang

dipelajari dari awal sampai akhir proses menyentuh bidang kehidupannya sehari-




                                     99
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



hari, dimana orientasinya lebih kepada kejadian dan pengalamannya sehari-hari

selama berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Melalui proses asimilasi dan

akomodasi yang terjadi selama siswa berinteraksi dengan lingkungan belajarnya

siswa secara individual membangun pengetahuannya berupa perumusan konsep-

konsep sains yang menjadi tujuan pembelajaran untuk ditemukan. Siswa dalam

pembelajaran inkuiri telah memiliki konsep awal terhadap kejadian-kejadian alam

yang berkaitan dengan konsep yang mereka pelajari. Konsep inilah yang nantinya

akan dirubah menjadi konsep ilmiah melalui proses asimilasi dan akomodasi.

Akibatnya siswa akan memiliki pengalaman dan menguasai metode ilmiah, yaitu

prosedur-prosedur penemuan yang bermanfaat dan berkemampuan untuk

menggeneralisasikannya ke dalam situasi baru. Karena pengetahuan diperoleh dari

pengalaman, maka hasil belajar akan terpendam lama dalam ingatan siswa.

       Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yang

diimplementasikan guru akan sangat mempengaruhi penalaran formal dan

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains.

4.5 Keterbatasan Penelitian

       Berbagai upaya telah dilakukan dalam penelitian ini untuk dapat mencapai

hasil yang optimal. Namun demikian, penelitian ini tetap memiliki berbagai

keterbatasan yang sekaligus merupakan kelemahan penelitian ini. Keterbatasan-

keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut:

       Pertama, variabel yang mempengaruhi penalaran formal dan kemampuan

menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains dalam penelitian ini hanya model

pembelajaran. Variabel lain seperti: intelegensi, sikap, prestasi, minat, motivasi,

gaya kognitif, dan lain-lain tidak dilibatkan karena keterbatasan kemampuan




                                       100
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



peneliti. Untuk itu, diharapkan kepada peneliti lain untuk mengadakan penelitian

sejenis dengan menggunakan rancangan eksperimen yang lebih kompleks,

sehingga dapat mengendalikan pengaruh variabel lain secara statistik.

       Kedua, materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi

sains kelas VIII semester ganjil hanya pada pokok bahasan suhu, pemuaian, dan

kalor. Dengan demikian, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini belum tentu

akan sama dengan hasil penelitian terhadap pelajaran sains secara keseluruhan.

Oleh karena itu, perlu ada peneliti lain dengan melibatkan semua pokok bahasan

pada pelajaran sains, sehingga dapat mencerminkan besarnya pengaruh model

pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung terhadap penalaran formal

dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains secara

keseluruhan.




                                       101
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



                                      BAB V

                   SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Simpulan

         Hasil pengukuran penalaran formal siswa pada pelajaran sains, untuk

kelompok yang mengikuti model pembelajaran inkuiri mempunyai rata-rata

19,804. Sedangkan untuk kelompok yang mengikuti model pembelajaran

langsung mempunyai rata-rata 18,44. Dalam tabel klasifikasi, interval 19,804 dan

18,44 termasuk dalam kualifikasi tinggi. Hal ini berarti rata-rata penalaran formal

siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dan model

pembelajaran langsung tergolong tinggi. Data dari hasil pengukuran kemampuan

menulis karya ilmiah siswa untuk kelompok siswa yang mengikuti model

pembelajaran inkuiri dan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung

tergolong dalam kualifikasi cukup. Dalam tabel klasifikasi, rata-rata kemampuan

menulis karya ilmiah siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri sebesar 20,61,

untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung mempunyai

rata-rata 19,15. Angka 20,61 dan 19,15 ini dalam termasuk dalam kualifikasi

cukup.

         Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat diambil kesimpulan bahwa

model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap penalaran formal dan

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains. Secara rinci dapat

disimpulkan sebagai berikut.

         Pertama, penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa

pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih baik

daripada yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Ini dibuktikan dengan




                                        102
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



uji F melalui Manova. Hasil multivariate test tentang penalaran formal dan

kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains antara siswa yang diajar

dengan model inkuiri dengan model pembelajaran langsung menghasilkan angka

signifikansi= 0,006 pada nilai F Pillai’s Trace, Wilks’Lambda, Hotelling’s Trace,

dan Roy’s Largest Root = 5,542. Karena angka signifikansinya lebih kecil dari

0,05, dengan demikian berarti bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri

dalam pembelajaran sains bisa menghasilkan kemampuan penalaran formal yang

lebih tinggi dan kemampuan menulis karya ilmiah yang lebih baik dibandingkan

dengan pengaruh penerapan model pembelajaran langsung.

       Kedua, penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan

model pembelajaran inkuiri lebih tinggi daripada yang diajar dengan model

pembelajaran langsung. Kesimpulan ini didapat dengan menggunakan uji metode

least significant difference ( LSD) yang menghasilkan harga mutlak ∆ µ = 1,317

dan dengan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi yang lebih kecil dari

0,05 dan ∆ µ lebih besar dari LSD (0,456), berarti penalaran formal siswa pada

pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi

dibandingkan dengan yang diajar dengan model pembelajaran langsung

Dengan demikian berarti penerapan model pembelajaran inkuiri dalam

pembelajaran sains bisa menghasilkan penalaran formal yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pengaruh penerapan model pembelajaran langsung.

       Ketiga, kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang

diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih baik daripada yang diajar dengan

model pembelajaran langsung. Kesimpulan ini didapat dengan menggunakan uji

metode least significant difference (LSD) yang menghasilkan        harga mutlak




                                      103
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



∆ µ = 1,463 dengan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih

kecil dari 0,05 dan ∆ µ lebih besar dari LSD (0,51). Ini berarti kemampuan

menulis karya ilmiah siswa siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model

pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajar dengan model

pembelajaran langsung. Dengan demikian berarti bahwa penerapan model

pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran sains bisa menghasilkan kemampuan

menulis karya ilmiah yang lebih baik dibandingkan dengan penerapan model

pembelajaran langsung.

              Hasil yang dicapai dalam penelitian ini untuk kerja proyek pada

pembelajaran inkuiri, ternyata pada aspek pembuatan map/diagram terhadap topik

yang akan diinvestigasi, dan format laporan sangat baik. Sedangkan pada aspek

pembuatan rincian terhadap proses dengan hasil sedang, monitoring kerja proyek

dengan hasil kurang baik. Aspek pemilihan topik, aspek deskripsi temuan,

pembahasan, kesimpulan hasilnya sangat kurang baik.

       Pada pembelajaran langsung pembuatan map/diagram terhadap topik yang

akan diinvestigasi, dan format laporan hasilnya sangat baik. Sedangkan aspek

pembuatan rincian terhadap proses hasilnya cukup. Aspek pemilihan topik, aspek

deskripsi temuan, monitoring kerja proyek, pembahasan, kesimpulan hasilnya

sangat kurang baik. Hal ini mengindikasikan bahwa pada aspek-aspek yang belum

menyentuh pada penalaran tinggi diperoleh hasil yang baik, sedangkan aspek yang

menyentuh penalaran tinggi hasilnya kurang baik.




                                     104
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



5.2 Implikasi

       Hasil penelitian ini berimplikasi terhadap: (1) Peran guru sains dalam

pembelajaran, (2) perencanaan dan pengembangan model pembelajaran sains, (3)

lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK).

1) Implikasi terhadap Peran Guru Sains

       Penerapan model inkuiri dalam pembelajaran sains menuntut banyak

perubahan pada guru sains khususnya dalam manajemen kelas. Dalam upaya

menumbuhkan dan mengaktifkan situasi belajar, guru berperan sebagai

pembimbing untuk menuntun siswa memulai proses, memimpin siswa agar hasil

dalam proses belajar sesuai dengan tujuan pengajaran serta sebagai fasilitator

dalam mempersiapkan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Semestinya

dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri siswa akan lebih tertarik dan

lebih memudahkannya memahami konsep-konsep sains. Karena siswa dituntut

untuk tetap aktif dan memungkinkan siswa menemukan konsep-konsep yang baru.

       Aplikasi dari model inkuiri menuntut seorang guru yang memiliki

kemampuan dalam melaksanakan tahapan-tahapan pembelajaran sesuai dengan

harapan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum yang berbasis kompetensi.

2) Implikasi terhadap Perencanaan dan Pengembangan Model Pembelajaran
   Sains
       Temuan bahwa penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah

pada pelajaran sains siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri lebih baik

daripada model pembelajaran langsung memberikan petunjuk bahwa model

pembelajaran inkuiri dibandingkan dengan pengajaran langsung memberikan

dampak yang signifikan dibandingkan dengan pengajaran langsung .




                                     105
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



       Implikasi terhadap perencanaan dan pengembangan model pembelajaran

sains meliputi: (1) pengaturan desain awal pembelajaran, (2) orientasi

pembelajaran (3) penyesuaian materi pembelajaran.

a) Pengaturan Desain Awal Pembelajaran

       Desain materi pembelajaran disusun dengan struktur yang dapat

mendukung pelaksanaan model pembelajaran inkuiri. Orientasi pembelajaran

dengan model ini bertumpu pada pengetahuan awal yang dimiliki siswa yang

dapat mengemukakan kejadian-kejadian alam yang biasa dialaminya.

b) Orientasi Pembelajaran

       Pembelajaran sains dengan model inkuiri berorientasi pada kemampuan

siswa untuk mengemukakan argumentasi dan mengorganisasikan pengalamannya,

serta mengaitkan dengan prinsip-prinsip, teori atau hukum dengan objek atau

kejadian-kejadian alam yang berupa fakta dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu dengan model inkuiri ini memungkinkan ditemukan konsep baru.

c) Penyesuaian materi Pembelajaran

       Materi pembelajaran disesuaikan dengan permasalahan yang ditemui siswa

dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pokok bahasan suhu, kalor, gaya dan

takanan, cahaya, listrik dan magnet yang kiranya cocok diajarkan dengan model

inkuiri. Sedangkan materi pencernaan, sumber daya alam, dan sebagainya yang

sifatnya pengetahuan deklaratif      lebih cocok diajarkan dengan model

pembelajaran langsung.

3) Implikasi terhadap lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

       Model-model pembelajaran yang telah diujicobakan melalui penelitian

maupun dari hasil pengembangan diupayakan untuk diajarkan kepada mahasiswa




                                     106
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



yang akan menjadi calon pendidik. Demikian juga kelebihan, kekuatan dan

kekurangan dari masing-masing model pembelajaran, sehingga calon guru sains

akan memiliki pengetahuan dan kemampuan awal yang lebih baik mengenai

model-model pembelajaran untuk dapat diterapkan setelah menjadi pendidik.

5.3 Saran

       Beberapa saran yang diajukan terkait dengan hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut.

       Kepada guru mata pelajaran sains, hendaknya memasukkan penulisan

karya ilmiah dalam pengalaman belajar siswa. Karena dalam kurikulum mata

pelajaran sains SMP, salah satu tujuan yang diharapkan adalah melakukan inkuiri

ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir anak.

       Apabila menerapkan penulisan karya ilmiah dalam pengalaman belajar,

langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Berikan kepada siswa

wawasan terlebih dahulu tentang karya tulis ilmiah, (2) Memberikan tugas kepada

siswa berkelompok mencari topik sains dalam kehidupan sehari-hari yang

dianggap menarik untuk diteliti, (3) Siswa ditugaskan melakukan penelitian

lapangan maupun eksperimen di laboratorium, (4)              Melaporkan hasil

penelitiannya dalam bentuk laporan tertulis (karya tulis), (5) Melakukan seminar

terhadap laporan penelitian siswa di kelas.

       Berdasarkan temuan dalam pelaksanaan penelitian ternyata masih adanya

keterbatasan yaitu masih ada siswa yang kurang mampu melakukan kegiatan yang

diharapkan guru, seperti mengamati, dan menarik kesimpulan . Kemampuan guru,

secara umum masih menunjukkan keterbatasan, seperti masih suka mendikte

siswa untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru maupun oleh




                                        107
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com



teman-temannya. Guru kurang memanfaatkan lingkungan sekolah. Oleh karena

itu guru diharapkan mampu membangkitkan semangat belajar siswa untuk

memecahkan masalah, menunjukkan rasa tanggung jawab yang tinggi,

menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi, berkomunikasi dengan baik, terbuka

terhadap pengalaman baru, dan mampu mengekplorasi hal-hal yang ada

dihadapannya.




                                    108

More Related Content

Viewers also liked

SUPP2Q07.FINAL
SUPP2Q07.FINALSUPP2Q07.FINAL
SUPP2Q07.FINALfinance25
 
Classroom Blog Math Conf 08
Classroom Blog Math Conf 08Classroom Blog Math Conf 08
Classroom Blog Math Conf 08Darren Mosley
 
Frozen Pensions - UK Residents - Expats
Frozen Pensions - UK Residents - ExpatsFrozen Pensions - UK Residents - Expats
Frozen Pensions - UK Residents - ExpatsUnite Limited
 
Internet i els drets fonamentals
Internet i els drets fonamentalsInternet i els drets fonamentals
Internet i els drets fonamentalsGrup8
 
Blended learning meets MOOCs: Education's Digital Future
Blended learning meets MOOCs:  Education's Digital Future Blended learning meets MOOCs:  Education's Digital Future
Blended learning meets MOOCs: Education's Digital Future Anthony Picciano
 
ETHERNET
ETHERNETETHERNET
ETHERNETCinthya
 
Curso: SIGA, logística y patrimonio.
Curso: SIGA, logística y patrimonio.Curso: SIGA, logística y patrimonio.
Curso: SIGA, logística y patrimonio.RC Consulting SRL
 
Kelompok 4-5-6 ospf dan backbone
Kelompok 4-5-6 ospf dan backboneKelompok 4-5-6 ospf dan backbone
Kelompok 4-5-6 ospf dan backboneWilly Winas
 
business communication
business communicationbusiness communication
business communicationswetanim
 
Antalya the city of sparkles
Antalya the city of sparklesAntalya the city of sparkles
Antalya the city of sparkles9holidays
 
台灣報業競爭環境研究
台灣報業競爭環境研究台灣報業競爭環境研究
台灣報業競爭環境研究hongruei
 
La nube y las herramientas web 2.0
La nube y las herramientas web 2.0La nube y las herramientas web 2.0
La nube y las herramientas web 2.0Angela Campaña diaz
 

Viewers also liked (19)

Oceanus Vista II
Oceanus Vista IIOceanus Vista II
Oceanus Vista II
 
Esn as a brand
Esn as a brandEsn as a brand
Esn as a brand
 
SUPP2Q07.FINAL
SUPP2Q07.FINALSUPP2Q07.FINAL
SUPP2Q07.FINAL
 
Classroom Blog Math Conf 08
Classroom Blog Math Conf 08Classroom Blog Math Conf 08
Classroom Blog Math Conf 08
 
Frozen Pensions - UK Residents - Expats
Frozen Pensions - UK Residents - ExpatsFrozen Pensions - UK Residents - Expats
Frozen Pensions - UK Residents - Expats
 
Internet i els drets fonamentals
Internet i els drets fonamentalsInternet i els drets fonamentals
Internet i els drets fonamentals
 
Sales Presentation
Sales PresentationSales Presentation
Sales Presentation
 
Blended learning meets MOOCs: Education's Digital Future
Blended learning meets MOOCs:  Education's Digital Future Blended learning meets MOOCs:  Education's Digital Future
Blended learning meets MOOCs: Education's Digital Future
 
ETHERNET
ETHERNETETHERNET
ETHERNET
 
Curso: SIGA, logística y patrimonio.
Curso: SIGA, logística y patrimonio.Curso: SIGA, logística y patrimonio.
Curso: SIGA, logística y patrimonio.
 
Kelompok 4-5-6 ospf dan backbone
Kelompok 4-5-6 ospf dan backboneKelompok 4-5-6 ospf dan backbone
Kelompok 4-5-6 ospf dan backbone
 
business communication
business communicationbusiness communication
business communication
 
Payton N Boyles
Payton N BoylesPayton N Boyles
Payton N Boyles
 
Antalya the city of sparkles
Antalya the city of sparklesAntalya the city of sparkles
Antalya the city of sparkles
 
Toc andragogi
Toc andragogiToc andragogi
Toc andragogi
 
台灣報業競爭環境研究
台灣報業競爭環境研究台灣報業競爭環境研究
台灣報業競爭環境研究
 
Scan0137
Scan0137Scan0137
Scan0137
 
шв апр 2014
шв апр 2014шв апр 2014
шв апр 2014
 
La nube y las herramientas web 2.0
La nube y las herramientas web 2.0La nube y las herramientas web 2.0
La nube y las herramientas web 2.0
 

Similar to Optimized Title for Research Findings Chapter

Materi Bab 3 Kelas 9 SMP
Materi Bab 3 Kelas 9 SMPMateri Bab 3 Kelas 9 SMP
Materi Bab 3 Kelas 9 SMPBudi Hartono
 
PPT SIDANG-1.pptx
PPT SIDANG-1.pptxPPT SIDANG-1.pptx
PPT SIDANG-1.pptxMuridX
 
Tugas Aplikasi Komputer Ms Word
Tugas Aplikasi Komputer Ms WordTugas Aplikasi Komputer Ms Word
Tugas Aplikasi Komputer Ms WordHurairoh Rhomodon
 
aplikom_unsri_orizazatifa_word_tabel&grafik
aplikom_unsri_orizazatifa_word_tabel&grafikaplikom_unsri_orizazatifa_word_tabel&grafik
aplikom_unsri_orizazatifa_word_tabel&grafikorizazatifa
 
Analisis jurnal dalam negeri
Analisis jurnal dalam negeriAnalisis jurnal dalam negeri
Analisis jurnal dalam negeriAzhari Umar
 
Tugas microsoft word aplikasi komputer
Tugas microsoft word aplikasi komputerTugas microsoft word aplikasi komputer
Tugas microsoft word aplikasi komputerSriut_16
 

Similar to Optimized Title for Research Findings Chapter (10)

Seminar hasil
Seminar hasilSeminar hasil
Seminar hasil
 
Materi Bab 3 Kelas 9 SMP
Materi Bab 3 Kelas 9 SMPMateri Bab 3 Kelas 9 SMP
Materi Bab 3 Kelas 9 SMP
 
Statistics
StatisticsStatistics
Statistics
 
Herlin 3
Herlin 3Herlin 3
Herlin 3
 
PPT SIDANG-1.pptx
PPT SIDANG-1.pptxPPT SIDANG-1.pptx
PPT SIDANG-1.pptx
 
Tugas Aplikasi Komputer Ms Word
Tugas Aplikasi Komputer Ms WordTugas Aplikasi Komputer Ms Word
Tugas Aplikasi Komputer Ms Word
 
aplikom_unsri_orizazatifa_word_tabel&grafik
aplikom_unsri_orizazatifa_word_tabel&grafikaplikom_unsri_orizazatifa_word_tabel&grafik
aplikom_unsri_orizazatifa_word_tabel&grafik
 
Analisis jurnal dalam negeri
Analisis jurnal dalam negeriAnalisis jurnal dalam negeri
Analisis jurnal dalam negeri
 
Bahan ajar statistika
Bahan ajar statistikaBahan ajar statistika
Bahan ajar statistika
 
Tugas microsoft word aplikasi komputer
Tugas microsoft word aplikasi komputerTugas microsoft word aplikasi komputer
Tugas microsoft word aplikasi komputer
 

More from guestf6b63af

Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar BiologiProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologiguestf6b63af
 
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi MahasiswaHubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswaguestf6b63af
 
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar MatematikaProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematikaguestf6b63af
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learningguestf6b63af
 
TESIS PENDIDIKAN AGAMA
TESIS PENDIDIKAN AGAMATESIS PENDIDIKAN AGAMA
TESIS PENDIDIKAN AGAMAguestf6b63af
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...guestf6b63af
 

More from guestf6b63af (6)

Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar BiologiProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
 
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi MahasiswaHubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
 
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar MatematikaProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learning
 
TESIS PENDIDIKAN AGAMA
TESIS PENDIDIKAN AGAMATESIS PENDIDIKAN AGAMA
TESIS PENDIDIKAN AGAMA
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
 

Optimized Title for Research Findings Chapter

  • 1. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Data Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains sebagai hasil perlakuan antara penerapan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen pre-test post-test kelompok kontrol tanpa acak dengan menggunakan Manova sebagai alat analisis datanya. Oleh karena itu, data penelitian ini dideskripsikan berdasarkan kelompok data sebagai berikut. 4.1.1 Deskripsi Data Penalaran Formal Siswa pada Pelajaran Sains Variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains diukur dengan kuesioner penalaran formal dengan jumlah pertanyaan 30 butir soal, dengan skor minimum ideal = 0 dan skor maksimum ideal = 30, sehingga diperoleh rata-rata ideal = 15, dan standar deviasi ideal = 5. Berdasarkan rata-rata ideal dan standar deviasi ideal tersebut, skor penalaran formal siswa pada pelajaran sains dapat diklasifikasikan sebagai tertera dalam Tabel 4.1 Tabel 4.1 Klasifikasi Penalaran Formal siswa pada pelajaran sains No Kriteria Interval Kualifikasi 1 > (Mi + 1,5 SDi) >22,50 Sangat Tinggi 2 (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi ) 17,50 – 22,50 Tinggi 3 (Mi - 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi ) 14,75 –17,49 Sedang 4 (Mi - 1,5 SDi) s/d (Mi - 0,5 SDi ) 7,50 – 14,74 Rendah 5 < (Mi - 1,5 SDi) <7,50 Sangat Rendah 75
  • 2. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Hasil pengukuran terhadap variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains memberikan hasil seperti dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Penalaran Formal Siswa pada Pelajaran Sains Statistik Model Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran Langsung N 41 41 X 19,804 18,488 SD 2,064 2,063 SD2 4,260 4,256 Hasil pengukuran penalaran formal siswa pada pelajaran sains, untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri mempunyai rata–rata 19,804, sedangkan untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung mempunyai rata-rata 18,488. Hal ini berarti rata-rata penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung tergolong tinggi. Hasil Pengukuran variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains untuk setiap kelompok data dapat dideskripsikan sebagai berikut. 1) Data Penalaran Formal pada Pelajaran Sains Siswa yang mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri Hasil pengukuran penalaran formal siswa pada pelajaran sains, untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri mempunyai rata-rata 19,804 dan simpangan baku 2,064. Hal ini berarti rata-rata penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri tergolong tinggi, dengan variasi perolehan skor pada kelompoknya sebesar 4,260. 76
  • 3. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Distribusi frekuensi data penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dapat disajikan pada Tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Penalaran Formal pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri No Kelas Interval Nilai tengah Frekuensi Absolut Relatif 1 14 –15 14,5 1 2,44 2 16 –17 16,5 3 7,31 3 18 –19 18,5 12 29,27 4 20 - 21 20,5 20 48,78 5 22 - 23 22,5 3 7,32 6 24 -25 24,5 2 4,88 Jumlah 41 100,00 Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa sebanyak 48,78% siswa memperoleh skor sekitar rata-rata dalam penalaran formal pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri, sebanyak 39,02% siswa memperoleh skor di bawah rata-rata, dan sebanyak 12,20% siswa memperoleh skor di atas rata-rata. Agar tampak jelas maka data dalam Tabel 4.3 disajikan dalam bentuk gambar (histogram) seperti berikut. 77
  • 4. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Gambar 4.1 Histogram Penalaran Formal Siswa pada Pelajaran Sains yang Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 FREKUENSI 10 9 8 FREK.ABSOLUT 7 6 5 4 3 2 1 0 14,5 16,5 18,5 20,5 22,5 24,5 INTERVAL Dari histogram penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri, tampak bahwa frekuensi tertinggi terletak pada rentangan skor 19,5 –21,5. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada rentangan skor 13,5 – 15,5. 2) Data Penalaran Formal pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Langsung Hasil pengukuran penalaran formal siswa pada pelajaran sains, untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung mempunyai rata rata 18,488 dan simpangan baku 2,063. Hal ini berarti rata-rata penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran langsung tergolong tinggi, dengan variasi perolehan skor pada kelompoknya sebesar 4,256. Distribusi frekuensi data penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran langsung dapat disajikan pada Tabel 4.4 di bawah ini. 78
  • 5. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data Penalaran formal pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Langsung No Kelas Interval Nilai tengah Frekuensi Absolut Relatif 1 13 - 14 13,5 1 2,44 2 15 - 16 15,5 4 9,76 3 17 - 18 17,5 19 46,34 4 19 - 20 19,5 12 29,27 5 21 -22 21,5 3 7,31 6 23 – 24 23,5 2 4,88 Jumlah 41 100,00 Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa sebanyak 29,27% siswa memperoleh skor sekitar rata-rata dalam penalaran formal pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran langsung, sebanyak 58,542% siswa memperoleh skor di bawah rata-rata, dan sebanyak 12,19% siswa memperoleh skor di atas rata-rata. Agar tampak lebih jelas maka data dalam Tabel 4.4 disajikan dalam bentuk gambar (histogram) seperti berikut. 79
  • 6. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Gambar 4.2 Histogram Penalaran Formal Siswa pada Pelajaran Sains yang Mengikuti Model Pembelajaran Langsung 19 18 17 16 15 14 13 12 11 FREKUENSI 10 9 8 7 FREK.ABSOLUT 6 5 4 3 2 1 0 13,5 15,5 17,5 19,5 21,5 23,5 INTERVAL Dari histogram penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran langsung, tampak bahwa frekuensi tertinggi terletak pada rentangan skor 16,5 – 18,5. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada rentangan skor 12,5 – 14,5. 4.1.2 Deskripsi Data Menulis Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran Sains Variabel kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains diukur dengan penilaian proyek, dengan skor maksimum ideal = 32 dan skor minimum ideal = 8, sehingga diperoleh rata-rata ideal = 20, dan standar deviasi ideal = 4. Berdasarkan rata-rata ideal dan standar deviasi ideal tersebut, skor kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains dapat diklasifikasikan sebagai tertera dalam Tabel 4.5. 80
  • 7. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Tabel 4.5 Klasisfikasi Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran Sains No Kriteria Interval Kualifikasi 1 > (Mi + 1,5 SDi) > 26 Sangat Baik 2 (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi ) 22 –26 Baik 3 (Mi - 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi ) 18 – 22 Cukup 4 (Mi - 1,5 SDi) s/d (Mi - 0,5 SDi ) 14 – 18 Kurang 5 < (Mi - 1,5 SDi) <14 Sangat Kurang Baik Hasil pengukuran terhadap variabel kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains memberikan hasil seperti dalam Tabel 4.6 Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran Sains Statistik Model Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran Langsung N 41 41 X 20,61 19,15 SD 2,33 2,29 Hasil pengukuran kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains, untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri mempunyai rata-rata 20,61 sedangkan untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung mempunyai rata-rata 19,15. Hal ini berarti rata-rata kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung tergolong cukup. 81
  • 8. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Hasil Pengukuran variabel kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains untuk setiap kelompok data dapat dideskripsikan sebagai berikut. 1) Data Kemampuan Menulis Karya Ilmiah pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri Hasil pengukuran kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains, untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri mempunyai rata-rata 20,61 dan simpangan baku 2,33. Hal ini berarti rata-rata kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri tergolong cukup, dengan variasi perolehan skor pada kelompoknya sebesar 5,43. Distribusi frekuensi data kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dapat disajikan pada Tabel 4.7di bawah ini. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Menulis Karya Imiah pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri No Kelas Interval Nilai tengah Frekuensi Absolut Relatif 1 15 –16 15,5 2 4,88 2 17 – 18 17,5 7 17,07 3 19 – 20 19,5 5 12,20 4 21 –22 21,5 19 46,34 5 23 –24 23,5 7 17,07 6 25 - 26 25,5 1 2,44 Jumlah 41 100,00 Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa sebanyak 46,34% siswa memperoleh skor sekitar rata-rata dalam kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains 82
  • 9. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com yang mengikuti model pembelajaran inkuiri, sebanyak 34,15% siswa memperoleh skor di bawah rata-rata, dan sebanyak 19,51% siswa memperoleh skor di atas rata- rata. Agar tampak jelas maka data dalam Tabel 4.7 disajikan dalam bentuk gambar (histogram) seperti berikut. Gambar 4.3 Histogram Kemampuan Menulis Karya ILmiah Siswa pada Pelajaran Sains yang Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 FREKUENSI 9 8 FREK.ABSOLUT 7 6 5 4 3 2 1 0 15,5 17,5 19,5 21,5 23,5 25,5 INTERVAL Dari histogram kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri, tampak bahwa frekuensi tertinggi terletak pada rentangan skor 20,5 – 22,5. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada rentangan skor 24,5 – 26,5. 83
  • 10. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 2) Data Kemampuan Menulis Karya Ilmiah pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Langsung Hasil pengukuran kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains, untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung mempunyai rata rata 19,15 dan simpangan baku 2,29. Hal ini berarti rata-rata kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran langsung tergolong cukup, dengan variasi perolehan skor pada kelompoknya sebesar 5,24. Distribusi frekuensi data kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran langsung dapat disajikan pada Tabel 4.8 di bawah ini. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Menulis Karya Ilmiah pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Langsung No Kelas Interval Nilai tengah Frekuensi Absolut Relatif 1 14 -15 14,5 1 2,44 2 16 - 17 16,5 9 21,94 3 18 - 19 18,5 14 34,15 4 20 - 21 20,5 11 26,83 5 22 - 23 22,5 4 9,76 6 24 - 25 24,5 2 4,88 Jumlah 41 100,00 84
  • 11. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa sebanyak 26,83% siswa memperoleh skor sekitar rata-rata dalam kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran langsung, sebanyak 58,53 siswa memperoleh skor di bawah rata-rata, dan sebanyak 14,64 siswa memperoleh skor di atas rata- rata. Agar tampak lebih jelas maka data dalam Tabel 4.8 disajikan dalam bentuk gambar (histogram) seperti berikut. Gambar 4.4 Histogram Kemampuan Menulis Karya ILmiah Siswa pada Pelajaran Sains yang Mengikuti Model Pembelajaran Langsung 14 13 12 11 10 9 8 FREKUENSI 7 6 FREK.ABSOLUT 5 4 3 2 1 0 14,5 16,5 18,5 20,5 22,5 24,5 INTERVAL Dari histogram kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran langsung, terlihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada rentangan skor 17,5 – 19,5. Sedangkan, untuk frekuensi terendah terletak pada rentangan 13,5 – 15,5. 85
  • 12. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 4.2 Pengujian Persyaratan Analisis 1) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan terhadap kelompok data penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains, yang diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung. Hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Penalaran Formal dan Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran Sains Kelompok Data Shapiro-Wilk df Sig A1 0.966 41 0.395 A2 0.947 41 0.085 A3 0.956 41 0.214 A4 0.914 41 0.060 Keterangan: A1 = Data Penalaran Formal pada pelajaran sains untuk kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri A2 = Data Penalaran Formal pada pelajaran sains untuk kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung A3 = Data Kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains untuk kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri A4= Data Kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains untuk kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung Hasil pengujian normalitas seperti tertera dalam Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai-nilai statistik Shapiro-Wilk semua menunjukkan angka signifikansi yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, secara keseluruhan sebaran data 86
  • 13. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains berdistribusi normal. 2) Uji Homogenitas Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk menguji bahwa setiap kelompok yang akan dibandingkan memiliki variansi yang sama. Dengan demikian perbedaan yang terjadi dalam uji hipotesis benar-benar berasal dari perbedaan antara kelompok, bukan akibat dari perbedaan yang terjadi di dalam kelompok. Uji homogenitas dilakukan terhadap kelompok data penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains baik secara bersama- sama menggunakan uji Box’M menghasilkan angka signifikansi = 0,996 dan secara sendiri-sendiri dengan uji Levene Test menghasilkan angka signifikansi = 0,889 untuk variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains, dan angka signifikansi = 0,997 untuk variabel kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains. Hasil analisis selengkapnya disajikan dalam Lampiran 24 halaman 279. Tampak bahwa angka signifikansi yang dihasilkan baik secara bersama- sama maupun secara sendiri-sendiri lebih besar dari 0,05. Dengan demikian berarti bahwa matrik varians-kovarians pada variabel penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains adalah homogen. 4.3 Hasil Manova dan Pengujian Hipotesis 4.3.1 Hasil Manova Uji multivariat adalah untuk meneliti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama. Hasil analisis dengan Manova dapat disajikan dalam Tabel 4.10 87
  • 14. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Uji Multivariat Efek Statistik F Sig. Model Pillai’s Trace 5,542 0,006 Pembelajaran Wilks’ Lambda 5,542 0,006 Hotelling’s Trace 5,542 0,006 Roy’s Largest Root 5,542 0,006 ( Hasil analisis dalam Lampiran 25 halaman 280) Sedangkan uji pengaruh antar subjek adalah untuk meneliti pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen secara sendiri-sendiri. Hasil analisis dengan manova dapat disajikan dalam Tabel 4.11 Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Uji Pengaruh antar Subjek Source Dependent Variabel F Sig Model Pembelajaran Penalaran formal 8,351 0,005 Kemampuan menulis Karya ilmiah 8,228 0,005 ( Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281) 4.3.2 Pengujian Hipotesis Ada tiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk pengujian ketiga hipotesis penelitian didasarkan pada hasil analisis Manova 88
  • 15. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 4.3.2.1 Uji Hipotesis 1 Hasil multivariate test tentang penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains antara siswa yang diajar dengan model inkuiri dengan model pembelajaran langsung menghasilkan angka signifikansi = 0,006 pada nilai F Pillai’s Trace, Wilks’Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root = 5,542. Karena angka signifikansi lebih kecil dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa: hipotesis nol ditolak dan menerima hipotesis penelitian. Analisis deskriptif tentang penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains menunjukkan: 1) rata-rata penalaran formal pada pelajaran sains siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri sebesar 19,80 lebih besar dari pada rata-rata penalaran formal siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung yakni sebesar 18,48. Demikian juga untuk rata-rata kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains siswa yang diajar dengan model pembelajaran Inkuiri sebesar 20,61 lebih besar dari pada rata-rata kemampuan menulis karya ilmiah siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung yakni sebesar 19,15. Jadi, dari rata-rata yang dihasilkan menunjukkan bahwa dengan pengajaran yang dilakukan dengan model inkuiri lebih baik dibandingkan dengan yang dilakukan dengan model pembelajaran langsung terhadap penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa. Dengan demikian hipotesis nol ditolak dan menerima hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa “ penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih baik dari pada yang diajar dengan model pembelajaran langsung”. 89
  • 16. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 4.3.2.2 Uji Hipotesis 2 Tabel 4.12 Pengaruh Model pembelajaran terhadap Penalaran Formal Dependent Sum of df Mean F Sig. Variable Squares Square P.FORMAL Contrast 35.561 1 35.561 8.351 .005 Error 340.683 80 4.259 Berdasarkan hasil analisis pengaruh model pembelajaran terhadap penalaran formal siswa pada pelajaran sains diperoleh nilai statistik F = 8,351 dengan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat perbedaan penalaran formal pada pelajaran sains siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung, ditolak. Dengan kata lain, bahwa terdapat perbedaan penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Selanjutnya untuk menganalisis signifikansi perbedaan penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan yang diajar dengan model pembelajaran langsung, disajikan nilai rata-rata ( µ ) dan simpangan baku (SB) penalaran formal siswa pada pelajaran sains dalam Tabel 4.12. Tabel 4.13 Nilai Rata-rata Terestimasi dan Simpangan Baku Penalaran Formal Siswa pada Pelajaran Sains Variabel Model µ SB Intervensi Konvidensi 95% Devendent Pembelajaran Terendah Tertinggi Penalaran 1.00 19,805 0,322 19,164 20,446 Formal 2.00 18,488 0,322 17,846 19,129 90
  • 17. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com (Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281) Selanjutnya berdasarkan data nilai-rata-rata terestimasi dan simpangan baku dalam Tabel 4.12, dapat dianalisis signifikansi perbedaan penalaran formal siswa pada pelajaran sains antara yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Signifikansi perbedaan nilai- rata-rata pasangan tersebut diuji dengan metode least significant difference ( LSD). Untuk jumlah kelompok model a = 2, jumlah sampel masing-masing kelompok n = 41, jumlah sampel seluruhnya N = 82, dan pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh nilai statistik t tabel = t ( 0,025:60) = 2,00. Dengan menggunakan nilai t tabel tersebut dan nilai MSε = 4,259 untuk variabel terikat penalaran formal siswa pada pelajaran sains, diperoleh batas penolakan LSD = 0,456. Kriteria, penalaran formal siswa pada pelajaran sains berbeda secara signifikan apabila ∆µ > LSD. Rangkuman hasil uji signifikansi perbedaan penalaran formal siswa pada pelajaran sains disajikan dalam Tabel 4.13. Tabel 4.14 Signifikansi Perbedaan Penalaran Formal Siswa pada Pelajaran Sains Variabel (I) (J) µ (I) - µ (J) SB Sig dependent Model Model ∆µ Penalaran 1.00 2.00 1,317 0,456 0.005 Formal 2.00 1.00 -1,317 0,456 0.005 (Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281) Berdasarkan Tabel 4.13 harga mutlak ∆ µ = 1,317 dengan simpangan baku 0,456 dan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih kecil 91
  • 18. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com dari 0,05 dan ∆ µ lebih besar dari LSD, berarti penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajar dengan model pembelajaran langsung 4.3.2.3 Uji Hipotesis 3 Tabel 4.15 Pengaruh Model pembelajaran terhadap Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Siswa Dependent Sum of df Mean F Sig. Variable Squares Square K.M.KI Contrast 43.902 1 43.902 8.228 .005 Error 426.878 80 5.336 Berdasarkan hasil analisis pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains diperoleh nilai statistik F = 8,228 dengan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat perbedaan kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung, ditolak. Dengan kata lain, bahwa terdapat perbedaan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Selanjutnya untuk menganalisis signifikansi perbedaan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan yang diajar dengan model pembelajaran langsung, disajikan nilai rata-rata ( µ ) dan simpangan baku (SB) penalaran formal siswa pada pelajaran sains dalam Tabel 4.13. 92
  • 19. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Tabel 4.16 Nilai Rata-rata Terestimasi dan Simpangan Baku Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran Sains Variabel Model Intervensi Konvidensi Devendent Pembelajaran µ SB 95% Terendah Tertinggi Kemampuan 1.00 20,610 0,361 19,892 21,328 menulis Karya 2.00 19,146 0,361 18,428 19,864 Ilmiah (Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281) Selanjutnya berdasarkan data nilai-rata-rata terestimasi dan simpangan baku dalam Tabel 4.14, dapat dianalisis signifikansi perbedaan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains antara yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Signifikansi perbedaan nilai rata-rata pasangan tersebut diuji dengan metode least significant difference ( LSD). Untuk jumlah kelompok model a = 2, jumlah sampel masing-masing kelompok n = 41, jumlah sampel seluruhnya N = 82, dan pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh nilai statistik t tabel = t ( 0,025:60) = 2,00. Dengan menggunakan nilai t tabel tersebut dan nilai MSε = 5,336 untuk variabel terikat kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains, diperoleh batas penolakan LSD = 0,51. Kriteria kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains berbeda secara signifikan apabila ∆µ > LSD. Rangkuman hasil uji signifikansi perbedaan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains disajikan dalam Tabel 4.14. 93
  • 20. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Tabel 4.17 Signifikansi Perbedaan Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran Sains Variabel dependent (I) (J) µ (I) - µ (J) SB Sig Model Model ∆µ Kemampuan menulis Karya 1.00 2.00 1,463 0,510 0,005 Ilmiah 2.00 1.00 -1,463 0,510 0,005 (Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281) Berdasarkan Tabel 4.15 harga mutlak ∆ µ = 1,463 dengan simpangan baku 0,510 dan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 dan ∆ µ lebih besar dari LSD, berarti kemampuan menulis karya ilmiah siswa siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajar dengan model pembelajaran langsung. 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Secara keseluruhan kemampuan penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran langsung. Temuan ini membuktikan bahwa model pembelajaran yang diterapkan guru sains dalam proses belajar mengajar, utamanya model inkuiri dapat meningkatkan kemampuan penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah. 94
  • 21. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Dalam membelajarkan siswa untuk menguasai sains bukan pada banyaknya konsep yang harus dihapal, tetapi lebih kepada bagaimana agar siswa berlatih menemukan konsep-konsep sains melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah, dan siswa dapat melakukan kerja ilmiah mulai dari merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Merumuskan masalah merupakan suatu pertanyaan yang jawabannya dicari melalui pengumpulan data. Melakukan eksperimen merupakan kegiatan dengan menerapkan berbagai keterampilan proses yang dilandasi oleh sikap ilmiah untuk menemukan atau mengklarifikasi atau menemukan pengetahuan baru. Menginterpretasikan data merupakan kegiatan yang meliputi membuat prediksi, membuat hipotesis berdasarkan data yang diperoleh. Menarik kesimpulan merupakan kegiatan merumuskan penjelasan yang paling mungkin terhadap suatu hasil pengamatan.Terkait dengan model inkuiri, keuntungan yang bisa didapatkan adalah siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan ide atau gagasan yang dimilikinya, sehingga hal itu akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah. Di samping itu juga, dengan model inkuiri siswa sudah mulai diajarkan untuk menganalisa dan mencari kebenaran dari suatu masalah yang sedang dibahas, telah mampu berpikir sistematis, terarah dan mempunyai tujuan yang jelas, disamping mampu berpikir induktif, deduktif, dan empiris rasional sehingga hal ini akan menyebabkan siswa memiliki kemampuan dalam penalaran formal yang baik. Kaitannya dengan hasil penelitian ini, perlu disadari bahwa tidak semua pokok bahasan dalam pelajaran sains dapat diajarkan dengan model pembelajaran yang sama, terutama kaitannya dengan mengembangkan penalaran formal siswa 95
  • 22. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com pada pelajaran sains dan dalam usaha meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains. Pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk suatu pokok bahasan tertentu akan dapat mengembangkan penalaran formal siswa pada pelajaran sains. Model pembelajaran inkuiri merupakan model yang tepat diterapkan guru dalam proses pembelajaran sains dalam rangka meningkatkan penalaran formal siswa. Hal ini didasarkan atas hasil penelitian Lawson (dalam Putrayasa, 2005) yang menunjukkan bahwa perkuliahan biologi yang berorientasi inkuiri lebih berhasil meningkatkan penalaran formal siswa. Pengalaman belajar yang didapatkan siswa dalam pembelajaran inkuiri akibat diberikan siswa kesempatan untuk mengemukakan gagasan, diberikan kesempatan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri terhadap permasalahan yang diberikan, memberikan dampak terhadap kemampuan siswa untuk dapat berpikir dengan pola penetapan kemungkinan untuk dapat menemukan kenyataan. Hal yang sama terhadap pembelajaran model inkuiri seperti diungkapkan oleh Bruner (1978) bahwa keuntungan atau keunggulan model inkuiri salah satunya adalah dapat meningkatkan potensi intelektual siswa. Sejalan dengan Bruner, Dahar (1998: 126) menyatakan kebaikan pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan adalah dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Pada kegiatan pembelajaran dengan inkuiri peran guru adalah sebagai pemimpin, pembimbing dan fasilitator. Dalam pembelajaran sains dengan inkuiri yang paling utama adalah memberikan kondisi yang seluas-luasnya kepada siswa untuk memperoleh pengalaman bagaimana mengkonstruksi pengetahuan itu sendiri. Oleh karena itu siswa ditempatkan sebagai pusat dalam proses kegiatan 96
  • 23. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com belajar mengajar, baik yang dilakukan secara individu maupun secara kelompok. Melalui implementasi model inkuiri dapat memberikan kepada siswa kesempatan untuk bekerja sebagai ilmuan yaitu menemukan masalah, selanjutnya merumuskan hipotesis, mengujinya melalui eksperimen dan menginformasikan hasil penyelidikan dan penelitiannya. Oleh karena itu melalui impelementasi model inkuiri, penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains diharapkan dapat meningkat. Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada behaviorisme. Paradigma behaviorisme memandang belajar sebagai perubahan tingkah laku yang didasarkan kepada unsur stimulus-respon (S-R). Oleh karena itu, teori ini juga disebut teori stimulus-respon (Burns, 1995: 102). Aspek yang mendorong S-R adalah kebutuhan dan stimulus kemudian muncul respon. Unsur yang paling penting adalah reinforcement atau penguatan. Penguatan berfungsi untuk memotivasi mahasiswa agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk melakukan tugas pelajaran melalui respons yang diberikan dalam tugas itu. Guru dalam model pembelajaran ini lebih dominan dalam rangka membantu siswa memperoleh pengetahuan deklaratif. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan yang terstruktur dengan baik. Oleh karena itu siswa akan dapat mempelajari selangkah demi selangkah, misalnya dalam menghafal nama- nama bagian dari suatu alat. Syarat penting yang perlu diperhatikan agar pembelajaran efektif adalah perencanaan dan pelaksanaan yang ekstra hati- hati dari guru, karena model ini berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. 97
  • 24. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Bagi siswa yang mengikuti pembelajaran langsung, pada awal pembelajarannya terpaksa harus melakukan transfer of knowledge, yakni berupa konsep-konsep sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa dengan terpaksa memahami konsep-konsep sains secara formal. Apabila timbul keraguan maka dia bertanya hanya kepada guru, padahal konsep-konsep dalam sains dirumuskan dan didefinisikan oleh ahli atau pakar dalam sains. Akibat pembelajaran langsung, siswa tidak mendapat pengalaman untuk memahami konsep secara konkret, dan jika terdapat keragu-raguan dalam memahami konsep secara formal, siswa tidak akan bisa melakukan akomodasi dengan konsep-konsep yang bersifat konkret. Efek langsung dari peristiwa ini, siswa terpaksa harus menghapal konsep-konsep. Secara empiris dalam penelitian ini adalah: terdapat perbedaan penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains secara bersama-sama antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Kedua, penalaran formal pada pelajaran sains siswa yang diajar dengan model inkuiri lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Hal ini disebabkan oleh model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dengan mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang telah ditetapkan, keterlibatan siswa mendapat porsi yang jelas. Misalnya, siswa dihadapkan terhadap suatu masalah, kemudian siswa diminta sendiri memecahkan masalah melakukan pencarian data dan eksperimentasi dalam rangka membuktikan kajian data yang mengarah pada penemuan konsep-konsep yang sedang dipelajari, dan lain-lain. Dalam satu unit pembelajaran, siswa mendapat kesempatan untuk menggunakan pengetahuan yang dimiliki 98
  • 25. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com sebelumnya dan melatih keterampilan mereka bekerja berdasarkan konsep kerja ilmiah. Ketiga, kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains siswa yang diajar dengan model inkuiri lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Hal ini disebabkan oleh rangkaian kegiatan pembelajaran sains dengan inkuiri, sebagian besar, dilakukan sendiri oleh siswa baik secara individu maupun berkelompok. Keadaan ini akan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa dalam mengembangkan kemampuan untuk berpikir dan berbuat. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini untuk kerja proyek pada pembelajaran inkuiri, ternyata pada aspek pembuatan map/diagram terhadap topik yang akan diinvestigasi, dan format laporan sangat baik. Sedangkan pada aspek pembuatan rincian terhadap proses dengan hasil baik. Aspek pemilihan topik, monitoring kerja proyek, deskripsi temuan, pembahasan, kesimpulan hasilnya kurang baik.(lampiran 17 halaman 180-181). Pada pembelajaran langsung, aspek pembuatan map/diagram terhadap topik yang akan diinvestigasi, dan format laporan sangat baik. Sedangkan pada aspek pembuatan rincian terhadap proses dengan hasil baik. Aspek pemilihan topik, monitoring kerja proyek, deskripsi temuan, pembahasan, kesimpulan hasilnya kurang baik.(lampiran 17 halaman 181). Hal ini mengindikasikan bahwa pada aspek-aspek yang belum menyentuh pada penalaran tinggi diperoleh hasil yang baik, sedangkan aspek yang menyentuh penalaran tinggi hasilnya kurang baik. Pembelajaran sains akan menjadi lebih bermakna karena apa yang dipelajari dari awal sampai akhir proses menyentuh bidang kehidupannya sehari- 99
  • 26. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com hari, dimana orientasinya lebih kepada kejadian dan pengalamannya sehari-hari selama berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Melalui proses asimilasi dan akomodasi yang terjadi selama siswa berinteraksi dengan lingkungan belajarnya siswa secara individual membangun pengetahuannya berupa perumusan konsep- konsep sains yang menjadi tujuan pembelajaran untuk ditemukan. Siswa dalam pembelajaran inkuiri telah memiliki konsep awal terhadap kejadian-kejadian alam yang berkaitan dengan konsep yang mereka pelajari. Konsep inilah yang nantinya akan dirubah menjadi konsep ilmiah melalui proses asimilasi dan akomodasi. Akibatnya siswa akan memiliki pengalaman dan menguasai metode ilmiah, yaitu prosedur-prosedur penemuan yang bermanfaat dan berkemampuan untuk menggeneralisasikannya ke dalam situasi baru. Karena pengetahuan diperoleh dari pengalaman, maka hasil belajar akan terpendam lama dalam ingatan siswa. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yang diimplementasikan guru akan sangat mempengaruhi penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains. 4.5 Keterbatasan Penelitian Berbagai upaya telah dilakukan dalam penelitian ini untuk dapat mencapai hasil yang optimal. Namun demikian, penelitian ini tetap memiliki berbagai keterbatasan yang sekaligus merupakan kelemahan penelitian ini. Keterbatasan- keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, variabel yang mempengaruhi penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains dalam penelitian ini hanya model pembelajaran. Variabel lain seperti: intelegensi, sikap, prestasi, minat, motivasi, gaya kognitif, dan lain-lain tidak dilibatkan karena keterbatasan kemampuan 100
  • 27. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com peneliti. Untuk itu, diharapkan kepada peneliti lain untuk mengadakan penelitian sejenis dengan menggunakan rancangan eksperimen yang lebih kompleks, sehingga dapat mengendalikan pengaruh variabel lain secara statistik. Kedua, materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi sains kelas VIII semester ganjil hanya pada pokok bahasan suhu, pemuaian, dan kalor. Dengan demikian, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini belum tentu akan sama dengan hasil penelitian terhadap pelajaran sains secara keseluruhan. Oleh karena itu, perlu ada peneliti lain dengan melibatkan semua pokok bahasan pada pelajaran sains, sehingga dapat mencerminkan besarnya pengaruh model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung terhadap penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains secara keseluruhan. 101
  • 28. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Hasil pengukuran penalaran formal siswa pada pelajaran sains, untuk kelompok yang mengikuti model pembelajaran inkuiri mempunyai rata-rata 19,804. Sedangkan untuk kelompok yang mengikuti model pembelajaran langsung mempunyai rata-rata 18,44. Dalam tabel klasifikasi, interval 19,804 dan 18,44 termasuk dalam kualifikasi tinggi. Hal ini berarti rata-rata penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung tergolong tinggi. Data dari hasil pengukuran kemampuan menulis karya ilmiah siswa untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung tergolong dalam kualifikasi cukup. Dalam tabel klasifikasi, rata-rata kemampuan menulis karya ilmiah siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri sebesar 20,61, untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung mempunyai rata-rata 19,15. Angka 20,61 dan 19,15 ini dalam termasuk dalam kualifikasi cukup. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains. Secara rinci dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih baik daripada yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Ini dibuktikan dengan 102
  • 29. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com uji F melalui Manova. Hasil multivariate test tentang penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains antara siswa yang diajar dengan model inkuiri dengan model pembelajaran langsung menghasilkan angka signifikansi= 0,006 pada nilai F Pillai’s Trace, Wilks’Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root = 5,542. Karena angka signifikansinya lebih kecil dari 0,05, dengan demikian berarti bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran sains bisa menghasilkan kemampuan penalaran formal yang lebih tinggi dan kemampuan menulis karya ilmiah yang lebih baik dibandingkan dengan pengaruh penerapan model pembelajaran langsung. Kedua, penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi daripada yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Kesimpulan ini didapat dengan menggunakan uji metode least significant difference ( LSD) yang menghasilkan harga mutlak ∆ µ = 1,317 dan dengan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dan ∆ µ lebih besar dari LSD (0,456), berarti penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajar dengan model pembelajaran langsung Dengan demikian berarti penerapan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran sains bisa menghasilkan penalaran formal yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengaruh penerapan model pembelajaran langsung. Ketiga, kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih baik daripada yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Kesimpulan ini didapat dengan menggunakan uji metode least significant difference (LSD) yang menghasilkan harga mutlak 103
  • 30. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com ∆ µ = 1,463 dengan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 dan ∆ µ lebih besar dari LSD (0,51). Ini berarti kemampuan menulis karya ilmiah siswa siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Dengan demikian berarti bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran sains bisa menghasilkan kemampuan menulis karya ilmiah yang lebih baik dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran langsung. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini untuk kerja proyek pada pembelajaran inkuiri, ternyata pada aspek pembuatan map/diagram terhadap topik yang akan diinvestigasi, dan format laporan sangat baik. Sedangkan pada aspek pembuatan rincian terhadap proses dengan hasil sedang, monitoring kerja proyek dengan hasil kurang baik. Aspek pemilihan topik, aspek deskripsi temuan, pembahasan, kesimpulan hasilnya sangat kurang baik. Pada pembelajaran langsung pembuatan map/diagram terhadap topik yang akan diinvestigasi, dan format laporan hasilnya sangat baik. Sedangkan aspek pembuatan rincian terhadap proses hasilnya cukup. Aspek pemilihan topik, aspek deskripsi temuan, monitoring kerja proyek, pembahasan, kesimpulan hasilnya sangat kurang baik. Hal ini mengindikasikan bahwa pada aspek-aspek yang belum menyentuh pada penalaran tinggi diperoleh hasil yang baik, sedangkan aspek yang menyentuh penalaran tinggi hasilnya kurang baik. 104
  • 31. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 5.2 Implikasi Hasil penelitian ini berimplikasi terhadap: (1) Peran guru sains dalam pembelajaran, (2) perencanaan dan pengembangan model pembelajaran sains, (3) lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). 1) Implikasi terhadap Peran Guru Sains Penerapan model inkuiri dalam pembelajaran sains menuntut banyak perubahan pada guru sains khususnya dalam manajemen kelas. Dalam upaya menumbuhkan dan mengaktifkan situasi belajar, guru berperan sebagai pembimbing untuk menuntun siswa memulai proses, memimpin siswa agar hasil dalam proses belajar sesuai dengan tujuan pengajaran serta sebagai fasilitator dalam mempersiapkan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Semestinya dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri siswa akan lebih tertarik dan lebih memudahkannya memahami konsep-konsep sains. Karena siswa dituntut untuk tetap aktif dan memungkinkan siswa menemukan konsep-konsep yang baru. Aplikasi dari model inkuiri menuntut seorang guru yang memiliki kemampuan dalam melaksanakan tahapan-tahapan pembelajaran sesuai dengan harapan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum yang berbasis kompetensi. 2) Implikasi terhadap Perencanaan dan Pengembangan Model Pembelajaran Sains Temuan bahwa penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri lebih baik daripada model pembelajaran langsung memberikan petunjuk bahwa model pembelajaran inkuiri dibandingkan dengan pengajaran langsung memberikan dampak yang signifikan dibandingkan dengan pengajaran langsung . 105
  • 32. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com Implikasi terhadap perencanaan dan pengembangan model pembelajaran sains meliputi: (1) pengaturan desain awal pembelajaran, (2) orientasi pembelajaran (3) penyesuaian materi pembelajaran. a) Pengaturan Desain Awal Pembelajaran Desain materi pembelajaran disusun dengan struktur yang dapat mendukung pelaksanaan model pembelajaran inkuiri. Orientasi pembelajaran dengan model ini bertumpu pada pengetahuan awal yang dimiliki siswa yang dapat mengemukakan kejadian-kejadian alam yang biasa dialaminya. b) Orientasi Pembelajaran Pembelajaran sains dengan model inkuiri berorientasi pada kemampuan siswa untuk mengemukakan argumentasi dan mengorganisasikan pengalamannya, serta mengaitkan dengan prinsip-prinsip, teori atau hukum dengan objek atau kejadian-kejadian alam yang berupa fakta dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dengan model inkuiri ini memungkinkan ditemukan konsep baru. c) Penyesuaian materi Pembelajaran Materi pembelajaran disesuaikan dengan permasalahan yang ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pokok bahasan suhu, kalor, gaya dan takanan, cahaya, listrik dan magnet yang kiranya cocok diajarkan dengan model inkuiri. Sedangkan materi pencernaan, sumber daya alam, dan sebagainya yang sifatnya pengetahuan deklaratif lebih cocok diajarkan dengan model pembelajaran langsung. 3) Implikasi terhadap lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Model-model pembelajaran yang telah diujicobakan melalui penelitian maupun dari hasil pengembangan diupayakan untuk diajarkan kepada mahasiswa 106
  • 33. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com yang akan menjadi calon pendidik. Demikian juga kelebihan, kekuatan dan kekurangan dari masing-masing model pembelajaran, sehingga calon guru sains akan memiliki pengetahuan dan kemampuan awal yang lebih baik mengenai model-model pembelajaran untuk dapat diterapkan setelah menjadi pendidik. 5.3 Saran Beberapa saran yang diajukan terkait dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Kepada guru mata pelajaran sains, hendaknya memasukkan penulisan karya ilmiah dalam pengalaman belajar siswa. Karena dalam kurikulum mata pelajaran sains SMP, salah satu tujuan yang diharapkan adalah melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir anak. Apabila menerapkan penulisan karya ilmiah dalam pengalaman belajar, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Berikan kepada siswa wawasan terlebih dahulu tentang karya tulis ilmiah, (2) Memberikan tugas kepada siswa berkelompok mencari topik sains dalam kehidupan sehari-hari yang dianggap menarik untuk diteliti, (3) Siswa ditugaskan melakukan penelitian lapangan maupun eksperimen di laboratorium, (4) Melaporkan hasil penelitiannya dalam bentuk laporan tertulis (karya tulis), (5) Melakukan seminar terhadap laporan penelitian siswa di kelas. Berdasarkan temuan dalam pelaksanaan penelitian ternyata masih adanya keterbatasan yaitu masih ada siswa yang kurang mampu melakukan kegiatan yang diharapkan guru, seperti mengamati, dan menarik kesimpulan . Kemampuan guru, secara umum masih menunjukkan keterbatasan, seperti masih suka mendikte siswa untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru maupun oleh 107
  • 34. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com teman-temannya. Guru kurang memanfaatkan lingkungan sekolah. Oleh karena itu guru diharapkan mampu membangkitkan semangat belajar siswa untuk memecahkan masalah, menunjukkan rasa tanggung jawab yang tinggi, menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi, berkomunikasi dengan baik, terbuka terhadap pengalaman baru, dan mampu mengekplorasi hal-hal yang ada dihadapannya. 108