SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
IDENTIFIKASI WISATA BUDAYA DAERAH ISTIMEWA
                YOGYAKARTA


                     JURNAL ILMIAH
     Disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah PPP dan GPI




                               Disusun oleh:

       Adri Zervia Laurens                     201117301

       Birgita Nursuci C. P.                   201117308

       Hanas Yordi Pratama                     201117314

       Imakulata Nadia Andita                  201117316




   PROGRAM STUDI STUDI DESTINASI PARIWISATA

              JURUSAN KEPARIWISATAAN

      SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG

                                  2012
BAGIAN 1: GAMBARAN UMUM PARIWISATA D. I. YOGYAKARTA

       Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi di
Indonesia dengan ibukota propinsinya adalah Yogyakarta, sebuah kota dengan berbagai predikat,
baik dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan,
kota pelajar, dan kota pariwisata.

       Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potensi propinsi ini dalam
kacamata kepariwisataan. Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali.
Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah,
wisata budaya, wisata pendidikan, wisata belanja, bahkan yang terbaru wisata malam. Wisata
belanja yang dari dulu dan sampai sekarang ini selalu diminati para wisatawan baik domestik
maupun mancanegara adalah wisata belanja di kawasan Malioboro.

      Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian tengah
dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah Istimewa yang
memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kota dan empat kabupaten, yang terbagi lagi
menjadi 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki jumlah
penduduk 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan, serta
memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2.

        Berdasarkan bentang alam, wilayah DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan
fisiografi, yaitu satuan fisiografi Gunungapi Merapi, satuan fisiografi Pegunungan Selatan atau
Pegunungan Seribu, satuan fisiografi Pegunungan Kulon Progo, dan satuan fisiografi Dataran
Rendah.

Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, yang terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga
dataran fluvial gunung api termasuk juga bentang lahan vulkanik, meliputi Sleman, Kota
Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan
lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Satuan bentang alam ini terletak di Sleman
bagian utara. Gunung Merapi yang merupakan gunungapi aktif dengan karakteristik khusus,
mempunyai daya tarik sebagai obyek penelitian, pendidikan, dan pariwisata.

Satuan Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, yang terletak di wilayah Gunungkidul,
merupakan kawasan perbukitan batu gamping (limestone) dan bentang alam karst yang tandus
dan kekurangan air permukaan, dengan bagian tengah merupakan cekungan Wonosari (Wonosari
Basin) yang telah mengalami pengangkatan secara tektonik sehingga terbentuk menjadi Plato
Wonosari (dataran tinggi Wonosari). Satuan ini merupakan bentang alam hasil proses solusional
(pelarutan), dengan bahan induk batu gamping dan mempunyai karakteristik lapisan tanah
dangkal dan vegetasi penutup sangat jarang.
Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang
lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi
air tanah kecil.

Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses pengendapan sungai)
yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang di bagian selatan DIY, mulai dari Kulon
Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Satuan ini merupakan daerah
yang subur. Termasuk dalam satuan ini adalah bentang lahan marin dan eolin yang belum
didayagunakan, merupakan wilayah pantai yang terbentang dari Kulon Progo sampai Bantul.
Khusus bentang lahan marin dan eolin di Parangtritis Bantul, yang terkenal dengan gumuk
pasirnya, merupakan laboratorium alam untuk kajian bentang alam pantai.

       Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk,
ketersediaan prasarana dan sarana wilayah, dan kegiatan sosial ekonomi penduduk, serta
kemajuan pembangunan antar wilayah yang timpang. Daerah-daerah yang relatif datar, seperti
wilayah dataran fluvial yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten
Bantul (khususnya di wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta) adalah wilayah dengan
kepadatan penduduk tinggi dan memiliki kegiatan sosial ekonomi berintensitas tinggi, sehingga
merupakan wilayah yang lebih maju dan berkembang.

Dua daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar di DIY adalah DAS Progo di barat dan DAS
Opak-Oya di timur. Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY antara lain adalah Sungai Serang,
Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah Wong,
Sungai Opak, dan Sungai Oya.

        Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY. Banyaknya obyek dan daya tarik wisata di
DIY telah menyerap kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan
nusantara. Pada 2010 tercatat kunjungan wisatawan sebanyak 1.456.980 orang, dengan rincian
152.843 dari mancanegara dan 1.304.137 orang dari nusantara. Bentuk wisata di DIY meliputi
wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition), wisata budaya, wisata alam,
wisata minat khusus dan berbagai fasilitas wisata lainnya, seperti resort, hotel, dan restoran.
Tercatat ada 37 hotel berbintang dan 1.011 hotel melati di seluruh DIY pada 2010. Adapun
penyelenggaraan MICE sebanyak 4.509 kali per tahun atau sekitar 12 kali per hari.
Keanekaragaman upacara keagamaan dan budaya dari berbagai agama serta didukung oleh
kreatifitas seni dan keramahtamahan masyarakat, membuat DIY mampu menciptakan produk-
produk budaya dan pariwisata yang menjanjikan. Pada tahun 2010 tedapat 91 desa wisata dengan
51 diantaranya yang layak dikunjungi.

       DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun
yang intangible (non fisik). Potensi budaya yang tangible antara lain kawasan cagar budaya dan
benda cagar budaya sedangkan potensi budaya yang intangible seperti gagasan, sistem nilai atau
norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku sosial yang ada dalam masyarakat.

DIY memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13 Kawasan
Cagar Budaya. Keberadaan aset-aset budaya peninggalan peradaban tinggi masa lampau
tersebut, dengan Kraton sebagai institusi warisan adiluhung yang masih terlestari keberadaannya,
merupakan embrio dan memberi spirit bagi tumbuhnya dinamika masyarakat dalam
berkehidupan kebudayaan terutama dalam berseni budaya dan beradat tradisi. Selain itu, Provinsi
DIY juga mempunyai 30 museum, yang dua diantaranya yaitu museum Ullen Sentalu dan
museum Sonobudoyo diproyeksikan menjadi museum internasional. Pada 2010, persentase
benda cagar budaya tidak bergeak dalam kategori baik sebesar 41,55%, seangkan kunjungan ke
museum mencapai 6,42%.
BAGIAN 2: GAMBARAN PRODUK WISATA BUDAYA DI KAWASAN D. I.
          YOGYAKARTA

     A. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

      Kawasan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ( KNH ) terletak di desa babringin yang
  dahulu bernama desa gajiwuti, kota Yogyakarta. Latar belakang kebudayaan masyarakat
  setempat telah bercampur dengan masyarakat dari luar daerah. Suku jawa mendominasi
  komposisi penduduk di kawasan ini sehingga tak heran bahasa yang digunakan adalah bahasa
  jawa dan agama yang dianut kebanyakan merupakan agama islam kejawen.

      Pola kehidupan masyarakat setempat kebanyakan wiraswasta, namun diantara mereka
  juga banyak yang menjadi pegawai kerajaan. Di kalangan pegawai kerajaan terdapat susunan
  sistem stratifikasi sosial yaitu susunan abdi dalem yang terdiiri dari : magang, jajan, bekel
  muda, bekel tua, lurah, wedana, riau muda, riau tua, dan kanjeng sebagai tingkatan tertinggi.

      Terdapat sistem kekerabatan dalam kehidupan kemasyarakatan di kawasan ini, yaitu
  perkumpulan abdi dalem keluarga kerajaan, tepas krido mardowo ( group sendratari ) dan
  serikat pedagang cinderamata. Tidak ada perpecahan di dalam sistem kekerabatan tersebut
  dan pariwisata cukup berpengaruh karena masyarakat juga bertanggapan positif tentang
  pariwisata. Di kawasan ini juga terdapat hukum adat yang mengikat kuat setiap kehidupan
  masyarakat.

      Jenis atraksi yang ditampilkan di kawasan ini sangat beragam diantaranya upacara adat
  yaitu pingitan. Pingitan adalah siraman pengantin yang dilakukan di keraton. Terdapat pula
  upacara keagamaan yaitu sekaten ( penyambutan hari besar islam ), upacara Labuan (
  pembuangan kesialan ), dan siraman pusaka setiap malam selasa dan jumat kliwon.

      Disini terdapat juga atraksi kesenian yaitu seni tari ( golek dan bedoyo ), seni batik untuk
  dipamerkan dan seni instrumental ( uyon-uyon dan wiyogo ). Seni bangunan yang
  ditampilakn berupa tempat beribadah ( mesjid penepen ), gedung-gedung pemerintahan
  semasa kesultanan Yogyakarta ( parintah hageng keraton purworetno ), dan museum tribadi
  Hamengkubuwono IX yang berisi barang-barang pribadi milik Sri Sultan Hamengkubuwono
  IX.

      Pemerintah setempat berkontribusi dalam usaha mempertahankan nilai-nilai budaya di
  kawasan ini yang memiliki kekhasan budaya daerah jawa dengan cara membentuk badan
  khusus yang bertugas untuk mengurus kawasan ini yaitu BPPP ( Badan Pengelolaan
  Peninggalan Purbakala ). Usaha-usaha pengembangan kebudayaan daerah juga terdapat
  disini demi meningkatkan nilai jual pariwisata di kawasan ini.
B. Museum Ullen Sentalu

    Kawasan Museum Ullen Sentalu terletak di kecamatan Kaliurang Kabupaten Sleman.
Latar belakang kebudayaan masyarakat setempat telah bercampur dengan masyarakat dari
luar daerah. Suku jawa mendominasi komposisi penduduk di kawasan ini sehingga tak heran
bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa dan agama yang dianut kebanyakan merupakan
agama islam kejawen.

    Museum ini didirikan oleh keluarga Haryono 1994 dan diresmikan pada tanggal 1 maret
1997. Nama Ullen Sentalu merupakan singkatan dari bahasa Jawa: “ULating bLENcong
SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya adalah “Nyala lampu blencong merupakan
petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Filsafah ini diambil dari sebuah
lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukkan wayang kulit (blencong) yang
merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup
kita.

    Atraksi yang disuguhkan di museum ini diantaranya adalah kesenian yaitu seni tari ( tari
golek menak dengan reservasi terlebih dahulu ), seni lukis, seni pahat, dan seni membatik.
Sementara untuk seni musik dan seni anyaman hanya merupakan diorama, Terdapat pula
peninggalan arkeologis berupa arca. Di museum ini juga terdapat tradisi “Asia Tri Jogja”
yaitu kumpulan budaya dari tiga Negara : Indonesia ( jawa ), jepang, dan korea.

  Museum ini merupakan yayasan pribdai sehingga tidak disubsidi oleh pemerintah.
Masyarakat juga mendukung kegiatan pariwisata di museum ini karena factor untuk
mempertahankan kebudayaan khas daerah setempat.

   C. Desa Wisata Kasongan

    Kawasan Desa Wisata Kasongan terletak di Desa Kasongan, Kabupaten Bantul. Latar
belakang kebudayaan masyarakat setempat telah bercampur dengan masyarakat luar daerah.
Suku Jawa mendominasi komposisi penduduk di kawasan ini sehingga tak heran bahasa yang
digunakan adalah bahasa jawa dan agama yang dianut kebanyakan merupakan Islam.

    Pola kehidupan masyarakat di kawasan ini, kebanyakan bermata pencaharian
pertukangan dan wiraswasta. Di kawasan ini juga terdapat sistem kekerabatan berupa
koperasi para pengrajin gerabah yang berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata.

    Jenis atraksi yang ditawarkan di kawasan ini, berupa seni gerabah dan juga terdapat
makam Kyai Song yang merupakan sesepuh kawasan ini. Beberapa waktu yang lalu, sempat
terselenggara festival Kasongan yang berisi pameran seni gerabah dan pertunjukan tari serta
instrumental khas Jawa.

   Usaha yang dilakukan pemerintah untuk kawasan ini diantaranya yaitu pendirian koperasi
untuk menunjang para pengrajin yang juga didukung oleh masyarakat setempat.
D. Candi Prambanan

    Kawasan Candi Prambanan terletak di Desa Prambanan, Kabupaten Sleman dan
Kabupaten Klaten. Latar belakang kebudayaan masyarakat setempat telah bercampur dengan
masyarakat dari luar daerah. Suku jawa mendominasi komposisi penduduk di kawasan ini
sehingga tak heran bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa dan agama yang dianut
kebanyakan merupakan agama Islam.

    Mayoritas mata pencaharian masyarakat setempat adalah pedagang, namun sebagian
besar dari mereka menjadikan bertani sebagai mata pencaharian utama. Terdapat pula sistem
kekerabatan sosial berupa organisasi sosial yaitu serikat pedagang, Kopapra (komunitas
pencinta photography), dan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan
Candi Ratu Baka serta Badan Pengelola Peninggalan Purbakala (BP3) sebagai pengelola
serta merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

    Jenis atraksi yang dipertunjukkan di kawasan ini adalah di kumpulan candi (candi Shiwa,
Candi Brahma, Candi Wisnu, dan beberapa candi kecil lainnya) yang merupakan atraksi
andalan dikawasan ini. Selain itu terdapat pula atraksi lain yaitu tawur agung, upacara
keagamaan umat Hindu yang dilaksanakan satu hari sebelum peringatan Nyepi. Lalu juga
terdapat seni tari (Kuda Lumping), seni instrumental (karawitan), dan museum
Kepurbakalaan yang berisi benda-benda arkeologis yang ditemukan di luar candi.

    Usaha yang dilakukan pemerintah untuk pengurusan dikawasan ini berupa pengelolaan
dari PT Taman Wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Ratu Baka serta
Badan Pengelolaan Peninggalan Purbakala (BP3). Hal ini didukung masyarakat karena telah
terbukti meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

   E. Candi Borobudur

    Kawasan Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang. Latar
belakang kebudayaan masyarakat setempat telah bercampur dengan masyarakat dari luar
daerah. Suku jawa mendominasi komposisi penduduk di kawasan ini sehingga tak heran
bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa dan agama yang dianut kebanyakan merupakan
agama Islam.

    Mata pencaharian masyarakat setempat mayoritas merupakan petani yang melakukan
sambilan menjadi pedagang. Masih terdapat pula sistem kemasyarakatan golongan
bangsawan di sekitar kawasan candi yaitu di daeran Candi Rejo. Terdapat pula sistem
kekerabatan namun bersifat minoritas dan tidak berpengaruh terhadap pengembangan
pariwisata walaupun rasa kebersamaan masyarakat di kawasan ini sangat besar.

    Jenis atraksi yang ditampilkan di kawasan ini adalah Candi Borobudur yang merupakan
candi Budha terbesar di dunia. Selain itu terdapat pula atraksi lain yaitu upacara adat berupa
merti desa, yaitu upacara pencurahan terimakasih kepada bumi yang telah memberikan
kehidupan. Terdapat juga upacara keagamaan Waisak setahun sekali pada bulan Safar
(kalender Islam). Atraksi kesenian yang ditampilkan yaitu seni tari (Jatilan), seni
instrumental (Karawitan), dan seni pahat yang dilakukan oleh Komunitas Seniman
  Borobudur. Di sini juga terdapat beberapa museum diantara Museum Arkeologi (berisi
  10.000 batu patahan candi), Museum Kapal dan Museum Rekor Indonesia. Di Candi
  Borobudur mulai di galakan pula tradisi memakai kain batik yang disediakan pengelola sejak
  tahun 2011, yang dimaksudkan untuk menghormati Candi Borobudur sebagai tempat suci
  umat Budha.

     Usaha pemerintah untuk pengelolaan di kawasan ini berupa dua BUMN yaitu PT Taman
  Wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Ratu Baka serta Badan Pengelola
  Peninggalan Purbakala sebagai pengelola utama kawasan ini. Usaha pemerintah ini didukung
  masyarakat larena mempunyai alasan yang sama yaitu melestarikan, merawat, dan menjaga
  Candi Borobudur.



BAGIAN 3: KESIMPULAN

      Wisata budaya di kawasan D. I. Yogyakarta dan sekitarnya memiliki karakteristik khas
  Jawa yang sangat kental. Ini terlihat dari setiap unsur atraksi yang dipertunjukkan dan para
  pekerja pariwisata di setiap destinasi yang menggunakan bahasa pergaulan lokal: bahasa
  Jawa. Pengelolaan di setiap destinasi juga sangat baik karena telah menggunakan konsep
  pembangunan pariwisata tertentu. Namun beberapa kelemahan masih bisa ditemukan seperti
  contohnya pelayanan para pedagang yang buruk. Para pedagang terlalu memaksakan dalam
  menawarkan barang dagangannya sehingga membuat wisatawan menjadi risih. Selain itu
  pengembangan tata ruang kota mutlak dilakukan demi pengembangan pariwisata yang lebih
  baik lagi terutama di kawasan Malioboro.
BAGIAN 4 : LAMPIRAN




                        Akomodasi di Yogyakarta




                 Malioboro wisata belanja di Yogyakarta
Keraton Ngahadiningrat Yogyakarta




  Koleksi Keraton Ngahadiningrat
Toko Kerajinan Perak Kota Gede




       Kerajinan Perak
Pedagang Souvenir




Abdi Dalem Keraton Ngahadiningrat
Pabrik Coklat Monggo




Wisatawan membeli produk
Desa Wisata Kasongan




Kerajinan gerabah Kasongan
Benteng Vredeburg




Museum benteng Vredeburg
Wisatawan memakai kain Batik sebelum
      memasuki kawasan Candi




          Candi Borobudur
Relief Candi Borobudur




Tiket Masuk Candi Prambanan
Candi Perambanan




Candi Prambanan
Wisata Budaya Yogyakarta
Wisata Budaya Yogyakarta
Wisata Budaya Yogyakarta

More Related Content

What's hot

Klaster industri dan aglomerasi
Klaster industri dan aglomerasiKlaster industri dan aglomerasi
Klaster industri dan aglomerasi
Himpunan Mahasiswa Planologi ITS
 
Aglomerasi dan Deglomerasi dalam lokasi industri by Pangestu chaesar
Aglomerasi dan Deglomerasi dalam lokasi industri by Pangestu chaesarAglomerasi dan Deglomerasi dalam lokasi industri by Pangestu chaesar
Aglomerasi dan Deglomerasi dalam lokasi industri by Pangestu chaesar
Pangestu S
 
Kebijakan perencanaan pembangunan regional
Kebijakan perencanaan pembangunan regional Kebijakan perencanaan pembangunan regional
Kebijakan perencanaan pembangunan regional
Hamid Zukhair
 
Geografi pariwisata
Geografi pariwisataGeografi pariwisata
Geografi pariwisata
Agustina Riski
 
pendapatan nasional
pendapatan nasionalpendapatan nasional
pendapatan nasional
Edo Setiawan
 
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMakalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Mutiara Shifa
 
Pasar oligopoli
Pasar oligopoliPasar oligopoli
Pasar oligopoli
Juni Effendi
 

What's hot (20)

Ppt perdagangan internasional
Ppt perdagangan internasionalPpt perdagangan internasional
Ppt perdagangan internasional
 
Rasio modal output (cor), materi ekonomi makro
Rasio modal output (cor), materi ekonomi makroRasio modal output (cor), materi ekonomi makro
Rasio modal output (cor), materi ekonomi makro
 
Klaster industri dan aglomerasi
Klaster industri dan aglomerasiKlaster industri dan aglomerasi
Klaster industri dan aglomerasi
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerah
 
Arti, Elemen, dan Jenis Perencanaan
Arti, Elemen, dan Jenis PerencanaanArti, Elemen, dan Jenis Perencanaan
Arti, Elemen, dan Jenis Perencanaan
 
Aglomerasi dan Deglomerasi dalam lokasi industri by Pangestu chaesar
Aglomerasi dan Deglomerasi dalam lokasi industri by Pangestu chaesarAglomerasi dan Deglomerasi dalam lokasi industri by Pangestu chaesar
Aglomerasi dan Deglomerasi dalam lokasi industri by Pangestu chaesar
 
Teori-teori Pembangunan: Sebuah Analisis Komparatif
Teori-teori Pembangunan: Sebuah Analisis KomparatifTeori-teori Pembangunan: Sebuah Analisis Komparatif
Teori-teori Pembangunan: Sebuah Analisis Komparatif
 
Kebijakan perencanaan pembangunan regional
Kebijakan perencanaan pembangunan regional Kebijakan perencanaan pembangunan regional
Kebijakan perencanaan pembangunan regional
 
Geografi pariwisata
Geografi pariwisataGeografi pariwisata
Geografi pariwisata
 
Ekonomi internasional (1)
Ekonomi internasional (1)Ekonomi internasional (1)
Ekonomi internasional (1)
 
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
 
Proses Perencanaan
Proses Perencanaan Proses Perencanaan
Proses Perencanaan
 
pendapatan nasional
pendapatan nasionalpendapatan nasional
pendapatan nasional
 
Penerapan teori perencanaan dan pembangunan negara berkembang
Penerapan teori perencanaan dan pembangunan negara berkembangPenerapan teori perencanaan dan pembangunan negara berkembang
Penerapan teori perencanaan dan pembangunan negara berkembang
 
7 pembangunan ekonomi daerah.
7 pembangunan ekonomi daerah.7 pembangunan ekonomi daerah.
7 pembangunan ekonomi daerah.
 
Redistribusi
RedistribusiRedistribusi
Redistribusi
 
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian IndonesiaDampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia
 
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMakalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
 
Sistem Ekonomi Indonesia
Sistem Ekonomi IndonesiaSistem Ekonomi Indonesia
Sistem Ekonomi Indonesia
 
Pasar oligopoli
Pasar oligopoliPasar oligopoli
Pasar oligopoli
 

Similar to Wisata Budaya Yogyakarta

Selling indonesia konsep dan strategi membumikan pariwisata indonesia
Selling indonesia konsep dan strategi membumikan pariwisata indonesiaSelling indonesia konsep dan strategi membumikan pariwisata indonesia
Selling indonesia konsep dan strategi membumikan pariwisata indonesia
JambuMaduHijauMakass
 
Desa dayak pampang.docx
Desa dayak pampang.docxDesa dayak pampang.docx
Desa dayak pampang.docx
SILVI VIA
 
Cagar budaya sebagai haluan pembangunan nasional
Cagar budaya sebagai haluan pembangunan nasionalCagar budaya sebagai haluan pembangunan nasional
Cagar budaya sebagai haluan pembangunan nasional
WisselMeren
 
Tugas geografi nanda julitama dan julio bihoten ( tugas bu eva )
Tugas geografi nanda julitama dan julio bihoten ( tugas bu eva )Tugas geografi nanda julitama dan julio bihoten ( tugas bu eva )
Tugas geografi nanda julitama dan julio bihoten ( tugas bu eva )
ElgradostSmancil
 
Refleksi antropologi devy r
Refleksi antropologi devy rRefleksi antropologi devy r
Refleksi antropologi devy r
Devy Ramputi
 
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gununglaporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
samerdanta sinulingga
 

Similar to Wisata Budaya Yogyakarta (20)

Culture tuorisme dieng plateau and tana toraja
Culture tuorisme dieng plateau and tana torajaCulture tuorisme dieng plateau and tana toraja
Culture tuorisme dieng plateau and tana toraja
 
ekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdf
ekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdfekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdf
ekowil_A_Rohana juita ramah lumban tobing.pdf
 
Makna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptx
Makna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptxMakna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptx
Makna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptx
 
Kelompok geo Gilang Mahesa &Nicko Caesar XII IPS 3 SMANCIL
Kelompok geo Gilang Mahesa &Nicko Caesar XII IPS 3 SMANCILKelompok geo Gilang Mahesa &Nicko Caesar XII IPS 3 SMANCIL
Kelompok geo Gilang Mahesa &Nicko Caesar XII IPS 3 SMANCIL
 
Makalah kosmetik jogja
Makalah  kosmetik jogjaMakalah  kosmetik jogja
Makalah kosmetik jogja
 
Selling indonesia konsep dan strategi membumikan pariwisata indonesia
Selling indonesia konsep dan strategi membumikan pariwisata indonesiaSelling indonesia konsep dan strategi membumikan pariwisata indonesia
Selling indonesia konsep dan strategi membumikan pariwisata indonesia
 
Desa dayak pampang.docx
Desa dayak pampang.docxDesa dayak pampang.docx
Desa dayak pampang.docx
 
Cagar budaya sebagai haluan pembangunan nasional
Cagar budaya sebagai haluan pembangunan nasionalCagar budaya sebagai haluan pembangunan nasional
Cagar budaya sebagai haluan pembangunan nasional
 
Pemberdayaan masyarakat berbasis_kearifa (1)
Pemberdayaan masyarakat berbasis_kearifa (1)Pemberdayaan masyarakat berbasis_kearifa (1)
Pemberdayaan masyarakat berbasis_kearifa (1)
 
Tugas geografi nanda julitama dan julio bihoten ( tugas bu eva )
Tugas geografi nanda julitama dan julio bihoten ( tugas bu eva )Tugas geografi nanda julitama dan julio bihoten ( tugas bu eva )
Tugas geografi nanda julitama dan julio bihoten ( tugas bu eva )
 
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KAROREVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
REVITALISASI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO
 
Rafles Tarihoran. Tan 1B
Rafles Tarihoran. Tan 1B Rafles Tarihoran. Tan 1B
Rafles Tarihoran. Tan 1B
 
Gambaran umum desa wisata
Gambaran umum desa wisataGambaran umum desa wisata
Gambaran umum desa wisata
 
BI Institute - Pariwisata dan Narasi Kota Tua
BI Institute - Pariwisata dan Narasi Kota TuaBI Institute - Pariwisata dan Narasi Kota Tua
BI Institute - Pariwisata dan Narasi Kota Tua
 
Cultural resource management
Cultural resource managementCultural resource management
Cultural resource management
 
Biogeografi dan sosioantropologi jawa barat
Biogeografi dan sosioantropologi jawa baratBiogeografi dan sosioantropologi jawa barat
Biogeografi dan sosioantropologi jawa barat
 
Refleksi antropologi devy r
Refleksi antropologi devy rRefleksi antropologi devy r
Refleksi antropologi devy r
 
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gununglaporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung
 
Destinasi wisata
Destinasi wisataDestinasi wisata
Destinasi wisata
 
PTT MINIRISET KELOMPOK 1 GEO PARIWISATA new.pptx
PTT MINIRISET KELOMPOK 1 GEO PARIWISATA new.pptxPTT MINIRISET KELOMPOK 1 GEO PARIWISATA new.pptx
PTT MINIRISET KELOMPOK 1 GEO PARIWISATA new.pptx
 

Wisata Budaya Yogyakarta

  • 1. IDENTIFIKASI WISATA BUDAYA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA JURNAL ILMIAH Disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah PPP dan GPI Disusun oleh: Adri Zervia Laurens 201117301 Birgita Nursuci C. P. 201117308 Hanas Yordi Pratama 201117314 Imakulata Nadia Andita 201117316 PROGRAM STUDI STUDI DESTINASI PARIWISATA JURUSAN KEPARIWISATAAN SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG 2012
  • 2. BAGIAN 1: GAMBARAN UMUM PARIWISATA D. I. YOGYAKARTA Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi di Indonesia dengan ibukota propinsinya adalah Yogyakarta, sebuah kota dengan berbagai predikat, baik dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, dan kota pariwisata. Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potensi propinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, wisata belanja, bahkan yang terbaru wisata malam. Wisata belanja yang dari dulu dan sampai sekarang ini selalu diminati para wisatawan baik domestik maupun mancanegara adalah wisata belanja di kawasan Malioboro. Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian tengah dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah Istimewa yang memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kota dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki jumlah penduduk 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2. Berdasarkan bentang alam, wilayah DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi Gunungapi Merapi, satuan fisiografi Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, satuan fisiografi Pegunungan Kulon Progo, dan satuan fisiografi Dataran Rendah. Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, yang terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial gunung api termasuk juga bentang lahan vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Satuan bentang alam ini terletak di Sleman bagian utara. Gunung Merapi yang merupakan gunungapi aktif dengan karakteristik khusus, mempunyai daya tarik sebagai obyek penelitian, pendidikan, dan pariwisata. Satuan Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, yang terletak di wilayah Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan batu gamping (limestone) dan bentang alam karst yang tandus dan kekurangan air permukaan, dengan bagian tengah merupakan cekungan Wonosari (Wonosari Basin) yang telah mengalami pengangkatan secara tektonik sehingga terbentuk menjadi Plato Wonosari (dataran tinggi Wonosari). Satuan ini merupakan bentang alam hasil proses solusional (pelarutan), dengan bahan induk batu gamping dan mempunyai karakteristik lapisan tanah dangkal dan vegetasi penutup sangat jarang.
  • 3. Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil. Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses pengendapan sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang di bagian selatan DIY, mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Satuan ini merupakan daerah yang subur. Termasuk dalam satuan ini adalah bentang lahan marin dan eolin yang belum didayagunakan, merupakan wilayah pantai yang terbentang dari Kulon Progo sampai Bantul. Khusus bentang lahan marin dan eolin di Parangtritis Bantul, yang terkenal dengan gumuk pasirnya, merupakan laboratorium alam untuk kajian bentang alam pantai. Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan prasarana dan sarana wilayah, dan kegiatan sosial ekonomi penduduk, serta kemajuan pembangunan antar wilayah yang timpang. Daerah-daerah yang relatif datar, seperti wilayah dataran fluvial yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul (khususnya di wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta) adalah wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi dan memiliki kegiatan sosial ekonomi berintensitas tinggi, sehingga merupakan wilayah yang lebih maju dan berkembang. Dua daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar di DIY adalah DAS Progo di barat dan DAS Opak-Oya di timur. Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY antara lain adalah Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai Opak, dan Sungai Oya. Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY. Banyaknya obyek dan daya tarik wisata di DIY telah menyerap kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Pada 2010 tercatat kunjungan wisatawan sebanyak 1.456.980 orang, dengan rincian 152.843 dari mancanegara dan 1.304.137 orang dari nusantara. Bentuk wisata di DIY meliputi wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition), wisata budaya, wisata alam, wisata minat khusus dan berbagai fasilitas wisata lainnya, seperti resort, hotel, dan restoran. Tercatat ada 37 hotel berbintang dan 1.011 hotel melati di seluruh DIY pada 2010. Adapun penyelenggaraan MICE sebanyak 4.509 kali per tahun atau sekitar 12 kali per hari. Keanekaragaman upacara keagamaan dan budaya dari berbagai agama serta didukung oleh kreatifitas seni dan keramahtamahan masyarakat, membuat DIY mampu menciptakan produk- produk budaya dan pariwisata yang menjanjikan. Pada tahun 2010 tedapat 91 desa wisata dengan 51 diantaranya yang layak dikunjungi. DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun yang intangible (non fisik). Potensi budaya yang tangible antara lain kawasan cagar budaya dan
  • 4. benda cagar budaya sedangkan potensi budaya yang intangible seperti gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku sosial yang ada dalam masyarakat. DIY memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13 Kawasan Cagar Budaya. Keberadaan aset-aset budaya peninggalan peradaban tinggi masa lampau tersebut, dengan Kraton sebagai institusi warisan adiluhung yang masih terlestari keberadaannya, merupakan embrio dan memberi spirit bagi tumbuhnya dinamika masyarakat dalam berkehidupan kebudayaan terutama dalam berseni budaya dan beradat tradisi. Selain itu, Provinsi DIY juga mempunyai 30 museum, yang dua diantaranya yaitu museum Ullen Sentalu dan museum Sonobudoyo diproyeksikan menjadi museum internasional. Pada 2010, persentase benda cagar budaya tidak bergeak dalam kategori baik sebesar 41,55%, seangkan kunjungan ke museum mencapai 6,42%.
  • 5. BAGIAN 2: GAMBARAN PRODUK WISATA BUDAYA DI KAWASAN D. I. YOGYAKARTA A. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Kawasan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ( KNH ) terletak di desa babringin yang dahulu bernama desa gajiwuti, kota Yogyakarta. Latar belakang kebudayaan masyarakat setempat telah bercampur dengan masyarakat dari luar daerah. Suku jawa mendominasi komposisi penduduk di kawasan ini sehingga tak heran bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa dan agama yang dianut kebanyakan merupakan agama islam kejawen. Pola kehidupan masyarakat setempat kebanyakan wiraswasta, namun diantara mereka juga banyak yang menjadi pegawai kerajaan. Di kalangan pegawai kerajaan terdapat susunan sistem stratifikasi sosial yaitu susunan abdi dalem yang terdiiri dari : magang, jajan, bekel muda, bekel tua, lurah, wedana, riau muda, riau tua, dan kanjeng sebagai tingkatan tertinggi. Terdapat sistem kekerabatan dalam kehidupan kemasyarakatan di kawasan ini, yaitu perkumpulan abdi dalem keluarga kerajaan, tepas krido mardowo ( group sendratari ) dan serikat pedagang cinderamata. Tidak ada perpecahan di dalam sistem kekerabatan tersebut dan pariwisata cukup berpengaruh karena masyarakat juga bertanggapan positif tentang pariwisata. Di kawasan ini juga terdapat hukum adat yang mengikat kuat setiap kehidupan masyarakat. Jenis atraksi yang ditampilkan di kawasan ini sangat beragam diantaranya upacara adat yaitu pingitan. Pingitan adalah siraman pengantin yang dilakukan di keraton. Terdapat pula upacara keagamaan yaitu sekaten ( penyambutan hari besar islam ), upacara Labuan ( pembuangan kesialan ), dan siraman pusaka setiap malam selasa dan jumat kliwon. Disini terdapat juga atraksi kesenian yaitu seni tari ( golek dan bedoyo ), seni batik untuk dipamerkan dan seni instrumental ( uyon-uyon dan wiyogo ). Seni bangunan yang ditampilakn berupa tempat beribadah ( mesjid penepen ), gedung-gedung pemerintahan semasa kesultanan Yogyakarta ( parintah hageng keraton purworetno ), dan museum tribadi Hamengkubuwono IX yang berisi barang-barang pribadi milik Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Pemerintah setempat berkontribusi dalam usaha mempertahankan nilai-nilai budaya di kawasan ini yang memiliki kekhasan budaya daerah jawa dengan cara membentuk badan khusus yang bertugas untuk mengurus kawasan ini yaitu BPPP ( Badan Pengelolaan Peninggalan Purbakala ). Usaha-usaha pengembangan kebudayaan daerah juga terdapat disini demi meningkatkan nilai jual pariwisata di kawasan ini.
  • 6. B. Museum Ullen Sentalu Kawasan Museum Ullen Sentalu terletak di kecamatan Kaliurang Kabupaten Sleman. Latar belakang kebudayaan masyarakat setempat telah bercampur dengan masyarakat dari luar daerah. Suku jawa mendominasi komposisi penduduk di kawasan ini sehingga tak heran bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa dan agama yang dianut kebanyakan merupakan agama islam kejawen. Museum ini didirikan oleh keluarga Haryono 1994 dan diresmikan pada tanggal 1 maret 1997. Nama Ullen Sentalu merupakan singkatan dari bahasa Jawa: “ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya adalah “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Filsafah ini diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukkan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita. Atraksi yang disuguhkan di museum ini diantaranya adalah kesenian yaitu seni tari ( tari golek menak dengan reservasi terlebih dahulu ), seni lukis, seni pahat, dan seni membatik. Sementara untuk seni musik dan seni anyaman hanya merupakan diorama, Terdapat pula peninggalan arkeologis berupa arca. Di museum ini juga terdapat tradisi “Asia Tri Jogja” yaitu kumpulan budaya dari tiga Negara : Indonesia ( jawa ), jepang, dan korea. Museum ini merupakan yayasan pribdai sehingga tidak disubsidi oleh pemerintah. Masyarakat juga mendukung kegiatan pariwisata di museum ini karena factor untuk mempertahankan kebudayaan khas daerah setempat. C. Desa Wisata Kasongan Kawasan Desa Wisata Kasongan terletak di Desa Kasongan, Kabupaten Bantul. Latar belakang kebudayaan masyarakat setempat telah bercampur dengan masyarakat luar daerah. Suku Jawa mendominasi komposisi penduduk di kawasan ini sehingga tak heran bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa dan agama yang dianut kebanyakan merupakan Islam. Pola kehidupan masyarakat di kawasan ini, kebanyakan bermata pencaharian pertukangan dan wiraswasta. Di kawasan ini juga terdapat sistem kekerabatan berupa koperasi para pengrajin gerabah yang berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata. Jenis atraksi yang ditawarkan di kawasan ini, berupa seni gerabah dan juga terdapat makam Kyai Song yang merupakan sesepuh kawasan ini. Beberapa waktu yang lalu, sempat terselenggara festival Kasongan yang berisi pameran seni gerabah dan pertunjukan tari serta instrumental khas Jawa. Usaha yang dilakukan pemerintah untuk kawasan ini diantaranya yaitu pendirian koperasi untuk menunjang para pengrajin yang juga didukung oleh masyarakat setempat.
  • 7. D. Candi Prambanan Kawasan Candi Prambanan terletak di Desa Prambanan, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Klaten. Latar belakang kebudayaan masyarakat setempat telah bercampur dengan masyarakat dari luar daerah. Suku jawa mendominasi komposisi penduduk di kawasan ini sehingga tak heran bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa dan agama yang dianut kebanyakan merupakan agama Islam. Mayoritas mata pencaharian masyarakat setempat adalah pedagang, namun sebagian besar dari mereka menjadikan bertani sebagai mata pencaharian utama. Terdapat pula sistem kekerabatan sosial berupa organisasi sosial yaitu serikat pedagang, Kopapra (komunitas pencinta photography), dan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Ratu Baka serta Badan Pengelola Peninggalan Purbakala (BP3) sebagai pengelola serta merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Jenis atraksi yang dipertunjukkan di kawasan ini adalah di kumpulan candi (candi Shiwa, Candi Brahma, Candi Wisnu, dan beberapa candi kecil lainnya) yang merupakan atraksi andalan dikawasan ini. Selain itu terdapat pula atraksi lain yaitu tawur agung, upacara keagamaan umat Hindu yang dilaksanakan satu hari sebelum peringatan Nyepi. Lalu juga terdapat seni tari (Kuda Lumping), seni instrumental (karawitan), dan museum Kepurbakalaan yang berisi benda-benda arkeologis yang ditemukan di luar candi. Usaha yang dilakukan pemerintah untuk pengurusan dikawasan ini berupa pengelolaan dari PT Taman Wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Ratu Baka serta Badan Pengelolaan Peninggalan Purbakala (BP3). Hal ini didukung masyarakat karena telah terbukti meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. E. Candi Borobudur Kawasan Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang. Latar belakang kebudayaan masyarakat setempat telah bercampur dengan masyarakat dari luar daerah. Suku jawa mendominasi komposisi penduduk di kawasan ini sehingga tak heran bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa dan agama yang dianut kebanyakan merupakan agama Islam. Mata pencaharian masyarakat setempat mayoritas merupakan petani yang melakukan sambilan menjadi pedagang. Masih terdapat pula sistem kemasyarakatan golongan bangsawan di sekitar kawasan candi yaitu di daeran Candi Rejo. Terdapat pula sistem kekerabatan namun bersifat minoritas dan tidak berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata walaupun rasa kebersamaan masyarakat di kawasan ini sangat besar. Jenis atraksi yang ditampilkan di kawasan ini adalah Candi Borobudur yang merupakan candi Budha terbesar di dunia. Selain itu terdapat pula atraksi lain yaitu upacara adat berupa merti desa, yaitu upacara pencurahan terimakasih kepada bumi yang telah memberikan kehidupan. Terdapat juga upacara keagamaan Waisak setahun sekali pada bulan Safar (kalender Islam). Atraksi kesenian yang ditampilkan yaitu seni tari (Jatilan), seni
  • 8. instrumental (Karawitan), dan seni pahat yang dilakukan oleh Komunitas Seniman Borobudur. Di sini juga terdapat beberapa museum diantara Museum Arkeologi (berisi 10.000 batu patahan candi), Museum Kapal dan Museum Rekor Indonesia. Di Candi Borobudur mulai di galakan pula tradisi memakai kain batik yang disediakan pengelola sejak tahun 2011, yang dimaksudkan untuk menghormati Candi Borobudur sebagai tempat suci umat Budha. Usaha pemerintah untuk pengelolaan di kawasan ini berupa dua BUMN yaitu PT Taman Wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Ratu Baka serta Badan Pengelola Peninggalan Purbakala sebagai pengelola utama kawasan ini. Usaha pemerintah ini didukung masyarakat larena mempunyai alasan yang sama yaitu melestarikan, merawat, dan menjaga Candi Borobudur. BAGIAN 3: KESIMPULAN Wisata budaya di kawasan D. I. Yogyakarta dan sekitarnya memiliki karakteristik khas Jawa yang sangat kental. Ini terlihat dari setiap unsur atraksi yang dipertunjukkan dan para pekerja pariwisata di setiap destinasi yang menggunakan bahasa pergaulan lokal: bahasa Jawa. Pengelolaan di setiap destinasi juga sangat baik karena telah menggunakan konsep pembangunan pariwisata tertentu. Namun beberapa kelemahan masih bisa ditemukan seperti contohnya pelayanan para pedagang yang buruk. Para pedagang terlalu memaksakan dalam menawarkan barang dagangannya sehingga membuat wisatawan menjadi risih. Selain itu pengembangan tata ruang kota mutlak dilakukan demi pengembangan pariwisata yang lebih baik lagi terutama di kawasan Malioboro.
  • 9. BAGIAN 4 : LAMPIRAN Akomodasi di Yogyakarta Malioboro wisata belanja di Yogyakarta
  • 10. Keraton Ngahadiningrat Yogyakarta Koleksi Keraton Ngahadiningrat
  • 11. Toko Kerajinan Perak Kota Gede Kerajinan Perak
  • 12. Pedagang Souvenir Abdi Dalem Keraton Ngahadiningrat
  • 14. Desa Wisata Kasongan Kerajinan gerabah Kasongan
  • 16. Wisatawan memakai kain Batik sebelum memasuki kawasan Candi Candi Borobudur
  • 17. Relief Candi Borobudur Tiket Masuk Candi Prambanan