Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan dan penerapan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) di Indonesia, mulai dari sejarah perumusan PUGS, tujuan dan pesan-pesannya, serta hasil penelitian terkait penerapan PUGS di masyarakat. PUGS dirumuskan pertama kali pada tahun 1995 untuk meningkatkan gizi masyarakat berdasarkan konferensi FAO tahun 1992 dan telah mengalami beberapa revisi sej
6.
Bagaimana perkembangan Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) dalam berperan meningkatkan
kesehatan gizi di masyarakat saat ini?
Bagaimana penerapan Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) dalam berperan meningkatkan
kesehatan gizi di masyarakat saat ini?
Bagaimana merencanakan program gizi
seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) untuk
menuju masyarakat sehat di masa mendatang?
7. Tujuan Umum
Merencanakan program gizi seimbang berdasarkan
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang berguna
untuk membantu mengatasi permasalahan gizi agar
dapat tercapai masyarakat yang sehat.
Tujuan Khusus
Mengkaji perkembangan Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) dalam berperan meningkatkan
kesehatan gizi masyarakat saat ini.
Mengevaluasi penerapan Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) dalam berperan meningkatkan
kesehatan gizi di masyarakat hingga saat ini.
Merencanakan program gizi seimbang berdasarkan
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) agar tercapai
masyarakat yang sehat di masa mendatang.
8.
Mengetahui perkembangan dan penerapan
program gizi seimbang berdasarkan
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
Mengetahui perencanaan program gizi yang
tepat untuk masyarakat.
Dapat membantu mengatasi dan
mengurangi permasalahan gizi agar
tercapai masyarakat sehat dengan program
gizi seimbang sesuai Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS).
9.
Upaya membantu pemerintah, ahli gizi dan
tenaga kesehatan lainnya dalam pelaksanaan
program gizi seimbang.
Mengenalkan Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS) kepada masyarakat agar dapat
menerapkan gizi seimbang dengan baik.
Dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian
selanjutnya.
10. 1.
Perencanaan dan Intervensi Gizi
Perencanaan Gizi : suatu proses dimana
masalah-masalah gizi didefinisikan,
penyebab diidentifikasikan, ukuran-ukuran
yang dapat digunakan sebagai pengendali
pengalokasian sumber-sumber daya yang
terbatas untuk perbaikan makanan,
pencegahan gizi salah dan peningkatan
kesehatan diseleksi (Suhardjo,1989)
11. Intervensi gizi adalah suatu kegiatan yang
terencana dengan tujuan memperbaiki gizi dari
suatu grup populasi yang spesifik. Ada beberapa
tipe intervensi, yaitu:
Produksi Pertanian
Fortifikasi
Makanan Formulasi
Infrastruktur Pemasaran
Subsidi Harga Pangan
Dosis Tinggi
Pemberian Makanan Tambahan
Pendidikan Gizi
Program Terpadu
12.
WHO (1978), pendidikan gizi adalah usaha yang terencana
untuk meningkatkan status gizi melalui perubahan
perilaku. Perubahan dan modifikasi perilaku berhubungan
dengan produksi pangan, persiapan makanan, distribusi
makanan dalam keluarga, dan pencegahan penyakit gizi.
Bapak Gizi Indonesia, Poerwo Soedarmo (1995),
menyatakan bahwa nutrition education merupakan
tindakan penting dalam usaha memperbaiki makanan.
Tujuan pendidikan gizi adalah membuat masyarakat
nutrition-minded, agar masyarakat mengerti hubungan
antara kesehatan dan makanan dan mengerti pula
bagaimana menyusun makanan lengkap yang sesuai
dengan kemampuannya.
Pengertian pendidikan gizi secara umum berdasarkan para
pakar edukator gizi adalah suatu proses yang berdimensi
luas untuk mengubah perilaku masyarakat sehingga
kebiasaan makan yang baik dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
13. Tujuan Pendidikan/ Edukasi Gizi
Menurut WHO, secara umum pendidikan gizi bertujuan
mendorong terjadinya perubahan perilaku yang positif
yang berhubungan denagn makanan dan gizi.
Dalam Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan pada Bab VIII Pasal 141 menyatakan bahwa
upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk
peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat.
Peningkatan mutu gizi dilakukan melalui: 1) Perbaikan
pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi
seimbang; 2) Perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik,
dan kesehatan; 3) Peningkatan akses dan mutu pelayanan
gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi; 4)
Peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
14.
1.
2.
3.
4.
5.
Ada lima langkah merencanakan pendidikan
gizi, yaitu
identifikasi masalah,
diagnosis masyarakat,
penetapan tujuan,
pengembangan rencana operasional, dan
pengembangan kegiatan.
15.
Berdasarkan fungsinya dalam tubuh, zat gizi
digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
Zat energi (penghasil tenaga), yaitu
karbohidrat, lemak, dan protein.
Zat pembangun, berupa protein dan mineral.
Zat pengatur, berupa protein, mineral, dan
vitamin.
16.
17.
Gizi seimbang adalah anjuran susunan makanan
yang sesuai kebutuhan gizi seseorang untuk
hidup sehat, tumbuh, berkembang cerdas dan
produktif berdasarkan pedoman umum gizi
seimbang.
Susunan makanan sehari–hari yang mengandung
zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan
prinsip keanekaragaman atau variasi makanan,
aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB)
ideal.
18.
Tahun 1950 : pedoman makan 4 Sehat 5
Sempurna yang dikenalkan oleh Prof. Poerwo
Soedarmo
Tahun 1992 : Konferensi Gizi Internasional di
Roma yang diadakan oleh FAO, dalam rangka
menghadapi beban ganda masalah gizi di
negara berkembang, antara lain ditetapkan
agar semua negara berkembang yang semula
menggunakan pedoman “Nutrition Guide for
Balance Diet” dan merekomendasikan agar
setiap negara menyusun Pedoman Gizi
Seimbang (PGS) untuk mencapai dan
memeliharan kesehatan dan kesejahteraan
gizi (nutritional well-being).
19.
Tahun 1993 : PUGS dibahas pertama kali dalam Widya
Karya Nasional Pangan dan Gizi V sebagai
penyempurnaan slogan 4 sehat 5 sempurna.
Tahun 1995: Indonesia menerapkan keputusan FAO
tersebut dalam kebijakan Repelita V tahun 1995
sebagai Pedoman Gizi Seimbang dan menjadi bagian
dari program perbaikan gizi. Indonesia menyusun
PGS tersebut dan menjabarkannya sebagai 13 pesan
dasar yang disebut Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS). PUGS ini dikeluarkan oleh Direktorat Gizi,
Depkes.
Tahun 2009: Secara resmi PGS diterima oleh
masyarakat, sesuai dengan Undang-Undang
Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang menyebutkan
secara eksplisit “Gizi Seimbang” dalam program
perbaikan gizi.
20.
Tujuan PUGS adalah memperbaiki perilaku
hidup sehat dengan memahami dan
mempraktekkan pedoman gizi seimbang
dalam kehidupan sehari-hari. PUGS yang
digunakan sebagai dietary guidelines
Indonesia ini memiliki pesan universal
membiasakan makan beraneka ragam dengan
jenis dan porsi yang tepat. Pesan tersebut di
antaranya adalah:
21. 1. Makanlah beraneka ragam makanan.
2. Makanlah makanan untuk memenuhi
kecukupan energi.
3. Makanlah sumber karbohidrat setengah dari
kebutuhan energi.
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak seperempat
dari kebutuhan energi.
22. 5. Gunakan garam beryodium.
6. Makanlah makanan sumber zat besi
7. Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI
Eksklusif) sampai bayi umur 6
bulan dan MP-ASI sesudahnya.
24. 10. Lakukan aktivitas fisik dan
olahraga secara teratur.
11. Hindari minum minuman
berakohol
25. 12. Makanlah makanan yang aman
bagi kesehatan
13. Bacalah label pada makanan yang
dikemas.
26. 1
. Pengembangan Pesan-Pesan Gizi Seimbang dalam
PUGS yang Lebih Praktis Digunakan Petugas Gizi
Lapangan
(Nurfi Afriansyah, Trintin T., Tjetjep S. Hidayat.,dkk.
tahun 2003)
Modifikasi 13 pesan gizi seimbang dalam PUGS
menghasilkan10 pesan gizi seimbang yang
dianggap lebih tepat dan praktis digunakan oleh
petugas gizi puskesmas setempat. Ke-10 pesan
gizi seimbang itu adalah:
Makanlah aneka ragam makanan bergizi setiap
hari;
Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan
energi;
Batasilah makanan berlemak dan berminyak;
Gunakanlah garam beriodium;
27.
Makanlah makanan sumber zat besi;
Berikanlah ASI saja sampai bayi berumur 4
bulan;
Biasakanlah makan pagi;
Konsumsilah makanan dan minuman yang
bersih, aman, dan sehat;
Lakukanlah kegiatan fisik atau olahraga
secara teratur;
Hindarilah minum minuman beralkohol dan
merokok.
28. (Esi Emilia, tahun 2003)
Kelahiran PUGS pada dasarnya
merupakan suatu proses dinamisasi
dan penjabaran secara operasional dari
slogan empat sehat lima sempurna.
Faktor-faktor yang diperhatikan
sebagai dasar penyusunan PUGS adalah
: a) Masalah gizi yang dihadapi, b)
Keadaan sosial budaya, c) Penemuanpenemuan mutakhir dibidang gizi dan
d) Slogan empat sehat lima sempurna.
29. Kesimpulan dari penelitian ini dapat
dikemukakan hal-hal berikut ini :
1) Dengan pergeseran gaya hidup dan
perubahan perilaku makan telah
menimbulkan masalah gizi ganda yaitu
masalah gizi lebih dan gizi kurang.
2) 13 pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang
merupakan pedoman untuk berperilaku
makan dan perilaku hidup sehat yang
diharapkan dapat mencegah permasalahan
gizi dan menghindari terjadinya penyakit
yang menyertainya.
30.
Penerapan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
dalam Pemeliharaan Kesehatan Jantung pada Ibu
Peserta dan Bukan Peserta Klub Jantung Sehat di
Kalurahan Pleret Bantul Yogyakarta
(Rizqie Auliana dan Hainur Fardatin tahun 2007)
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan
semua sampel penelitian baik kelompok senam
maupun kelompok bukan senam telah
menerapkan 13 pesan dasar PUGS dengan baik
dalam kehidupan sehari-hari, hal ini bagi
kelompok senam telah sesuai dengan teori
perilaku bahwa pengetahuan yang baik
merupakan dasar untuk melakukan suatu
tindakan atau perilaku.
31. Perilaku Gizi Masyarakat Bidang Gizi Fakultas
Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB
Tentang Pesan-Pesan Pedoman Umum Gizi
Seimbang
(Novika Tri Afianti tahun 2008)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh yang
mempraktekkan pesan-pesan PUGS dengan baik hanya
terdapat 3.3%. Secara umum praktek contoh tentang
pesan-pesan PUGS tergolong cukup dan kurang. Terdapat
kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
contoh di perguruan tinggi, maka prakteknya tentang
pesan-pesan PUGS akan semakin baik.
Hasil uji Regresi Logistik menunjukkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi praktek tentang pesan-pesan
PUGS adalah pendidikan ayah, keikutsertaan contoh
terhadap organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan
dan gizi serta akses informasi pangan dan gizi.
32. Analisis Hubungan Penerapan Pesan Gizi Seimbang
Keluarga dan Perilaku Keluarga Sadar Gizi dengan
Status Gizi Balita di Provinsi Kalimantan Barat
(Didik Hariyadi tahun 2010)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Provinsi
Kalimantan Barat menghadapi masalah gizi akutkronis dengan indikasi tingginya prevalensi status
gizi kurus dan sangat kurus (wasting) mencapai
17,0% (> 5%), balita pendek dan sangat pendek
(stunting) sebesar 43,4% (> 20%) dan balita status
gizi kurang dan buruk (underweight) sebesar 24,1%
(> 10%). Tiga pesan gizi seimbang yang belum
terpenuhi di masyarakat yaitu konsumsi lemak dan
minyak ¼ dari kecukupan energi, makan makanan
sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
dan makan makanan untuk memenuhi energi.
33.
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kepustakaan. Desain penelitian yang
dirancang adalah penelitian deskriptif dengan
mengandalkan penelitian-penelitian
terdahulu. Pengumpulan data yang didapat
bersumber dari buku-buku dan media
teknologi internet.
34. 1.
Perkembangan Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) dalam berperan
meningkatkan kesehatan gizi di
masyarakat saat ini
Perubahan Pesan 7 yang awalnya berbunyi,
“Berikan ASI ekslusif kepada bayi sampai
berumur 4 bulan MP-ASI sesudahnya”
menjadi “Berikan ASI ekslusif kepada bayi
sampai berumur 6 bulan MP-ASI
sesudahnya”.
35.
Dari sumber yang didapat yaitu website resmi
Depkes Gizi
(http://gizi.depkes.go.id/pugs/index.shtml)
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang
awalnya terdiri dari 13 pesan gizi seimbang
sekarang menjadi 12 pesan gizi seimbang
dengan menghilangkan pesan ke-3 yaitu,
“Makanlah makanan sumber karbohidrat
setengah dari kebutuhan sehari”.
36. 2. Penerapan Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS) dalam berperan meningkatkan
kesehatan gizi di masyarakat saat ini
Penerapan Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS) masih belum bisa diterapkan dengan
baik dikarenakan kurangnya sosialisasi
kepada masyarakat luas. Hal ini terbukti
dari rendahnya pengetahuan masyarakat
seperti yang tercantum pada penelitian
Didik Hariyadi pada tahun 2010 dengan
judul “Analisis Hubungan Penerapan Pesan
Gizi Seimbang Keluarga dan Perilaku
Keluarga Sadar Gizi dengan Status Gizi
Balita di Provinsi Kalimantan Barat”.
37. 3. Perencanaan program gizi
seimbang melalui edukasi gizi
berdasarkan Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) untuk menuju
masyarakat sehat di masa
mendatang
Identifikasi Masalah
Pengkajian yang dilakukan adalah
terhadap:
a. Keberadaan dan penyebab masalah
b. Karakteristik populasi
c. Kondisi Geografis
38. Diagnosis Masyarakat
Dalam rangka perencanaan materi dan teknik
pendidikan, beberapa hal yang harus diketahui, yaitu:
1. Pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat.
2. Perilaku spesifik yang berhubungan dengan masalah
gizi
3. Masalah politik, sosial, budaya, ekonomi,
kependudukan, pendidikan dapat mempengaruhi
teknik dan pendidikan gizi.
4. Organisasi sosial yang ada di masyarakat
5. Tokoh masyarakat atau key person
6. Tenaga, keuangan, dan fasilitas yang tersedia.
39. Penetapan Tujuan
Pengembangan Rencana Operasional
Ada beberapa hal yang perlu dikembangkan
secara operasional, yaitu:
1) Materi
2) Sasaran
3) Pendidik
4) Saluran
5) Metode
6) Evaluasi
40.
1)
2)
Kesimpulan
Perubahan Pesan 7 yang awalnya berbunyi,
“Berikan ASI ekslusif kepada bayi sampai
berumur 4 bulan dan MP-ASI sesudahnya”
menjadi “Berikan ASI ekslusif kepada bayi
sampai berumur 6 bulan dan MP-ASI
sesudahnya”.
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang
awalnya terdiri dari 13 pesan gizi seimbang
sekarang menjadi 12 pesan gizi seimbang
dengan menghilangkan pesan ke-3 yaitu,
“Makanlah makanan sumber karbohidrat
setengah dari kebutuhan sehari”.
41. 3) Pada penelitian Didik Haryadi tahun 2010
dengan judul “Analisis Hubungan Penerapan
Pesan Gizi Seimbang Keluarga dan Perilaku
Keluarga Sadar Gizi dengan Status Gizi Balita di
Provinsi Kalimantan Barat” tiga pesan gizi
seimbang yang belum terpenuhi di masyarakat
yaitu konsumsi lemak dan minyak ¼ dari
kecukupan energi, makan makanan sumber
karbohidrat setengah dari kebutuhan energi dan
makan makanan untuk memenuhi energi.
4) Lima langkah dalam merencanakan pendidikan
gizi berdasarkan PUGS, yaitu identifikasi
masalah, diagnosis masyarakat, penetapan
tujuan,pengembangan rencana operasional, dan
pengembangan kegiatan.
42. 1)
2)
3)
4)
Pada penelitian ini hanya mengandalkan penelitian
kepustakaan sehingga penulis belum mengkaji lebih
jauh mengenai pemahaman masyarakat tentang gizi
seimbang berdasarkan PUGS di lapangan.
Diharapkan untuk di masa mendatang peneliti lain
dapat meneliti tentang pemahaman dan penerapan
PUGS di masyarakat.
Peran serta pemerintah dan para ahli gizi diperlukan
untuk mengembangkan PUGS agar lebih mudah
dimengerti dan dapat diterapkan dengan baik oleh
masyarakat.
Pemerintah khususnya Direktorat Bina Gizi
seharusnya mengenalkan dan mensosialisasikan
PUGS kepada masyarakat luas melalui edukasi gizi.
Perubahan PUGS harus diketahui oleh masyarakat
secara umum dan ahli gizi secara khusus.