1. Al-Quran dan hadis bersama-sama menjadi sumber hukum Islam dengan Al-Quran menetapkan prinsip-prinsip dasar dan hadis melengkapi dengan penjelasan rinciannya.
2. Hadis memberikan rincian terhadap ayat-ayat Al-Quran yang bersifat umum seperti tata cara pelaksanaan ibadah.
3. Keduanya saling memperkuat dan melengkapi untuk membentuk syariat Islam secara utuh dan sempurna.
2. Secara etimolgis, al-Quran berasal dari kata bahasa Arab yaitu qa-ra-a yang
berarti bacaan.
Secara istilah, Al-Qur’an merupakan kumpulan firman Allah atau wahyu
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Didalamnya penuh dengan
cahaya hidayah dan rahmat bagi alam semesta.
Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia untuk
menciptakan keadaan tertib dan damai dalam kehidupan manusia.
Al Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang utama.
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur (mutawattir) selama 22 tahun
2 bulan 22 hari kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.
Al Quran terdiri dari 30 Juz, 114 surat, 6.666 ayat, 323.015 huruf dan 77.439
kosa kata.
3. Al-Qur’an berisi berbagai hal, seperti tarikh (sejarah), keimanan
(aqidah), akhlak, dan hal hal yang berhubungan dengan
muamalah (kehidupan bermasyarakat).
Keistimewaan Al-Qur’an :
1. Al-Qur’an tidak dapat ditiru oleh siapa pun.
2. Kemurnian Al-Qur’an dijaga sampai hari kiamat, karena
Allah yang menjaganya.
3.Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat Nabi
Muhammad Saw. yang terbesar.
4. Barang siapa yang membaca ayat-ayat di dalam Al-
Qur’an, maka akan mendapat pahala.
4. A. AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER HUKUM
Hukum yang berkaitan dengan ibadah : hukum yang
mengatur hubungan rohaniyah dengan Allah SWT dan yang
berkaitan dengan keimanan. Ilmu yang mempelajarinya disebut
Ilmu Tauhid atau Ilmu Kalam
Hukum yang berhubungan dengan Amaliyah yang mengatur
hubungan dengan Allah, dengan sesama dan alam sekitar.
Hukum ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut hukum
syariat. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fiqih
Hukum yang berkaitan dngan akhlak. Yakni tuntutan agar
setiap muslim memiliki sifat – sifat mulia
Hukum yang berkaitan dengan amal ibadah seperti shalat,
puasa, zakat, haji, nadzar, sumpah dan sebagainya yang
berkaitan dengan hubungan manusia dengan tuhannya.
KEDUDUKAN AL-QUR’AN
5. Hukum yang berkaitan dengan muamalah meliputi:
Kehidupan manusia dalam berkeluarga, yaitu perkawinan
dan warisan
Perjanjian yaitu berhubungan dengan (perdagangan) ,
gadai-menggadai, dll. Maksud utamanya agar hak setiap orang
dapat terpelihara dengan tertib
Gugat menggugat, yaitu berhubungan dengan keputusan,
persaksian dan sumpah
Jinayat, yaitu berhubungan dengan penetapan hukum atas
pelanggaran pembunuhan dan kriminalitas
Hubungan antar agama, yaitu hubungan antar kekuasan
Islam dengan non-Islam sehingga tercapai kedamaian
Batasan pemilikan harta benda, seperti zakat, infaq dan
sedekah.
6. B. AL-QUR’ANSEBAGAI PEDOMANHIDUP
Tuntunan yang berkaitan dengan keimanan/akidah,
yaitu ketetapan yang berkaitan dengan iman kepada
Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-
rasul, hari akhir, serta qadha dan qadar.
Tuntunan yang berkaitan dengan akhlak, yaitu agar
orang muslim memilki budi pekerti yang baik
Tuntunan yang berkaitan dengan ibadah.
Tuntunan yang berkaitan dengan amal perbuatan
7. 1. Menjadikan kehidupan manusia yang lebih aman,
tentram, damai, sejahtera, serta selamat dunia dan
akhirat, karena mendapat ridha Allah dalam
menjalani kehidupan.
2. Untuk mencegah dan mengatasi perselisihan di
antara sesama manusia yang disebabkan
perselisihan pendapat dan merasa bangga terhadap
apa yang dimilikinya masing-masing.
3. Al-Qur’an sebagai petunjuk dan rahmat bagi orng
yang beriman dan bertaqwa.
8. 4.Memberitahukan kepada setiap umat bahwa nabi
dan rasul terdahulu mempunyai syariat (aturan)
dan jalannya masing-masing dalam menyembah
Allah.
5. Memberitahu bahwa Al-Qur’an berisi perintah-
peritah Allah, larangan-larangan Allah, hukum-
hukum Allah, kisah-kisah teladan, dan juga
kumpulan informasi tentang takdir dan sunatullah
untuk seluruh manusia dan pelajaran bagi orang-
orang yang bertaqwa.
10. H
A
D
I
S
T
HADIST
QAULIYAH
HADIST FI’LIYAH
Hadist yang didasarkan
pada ucapan Nabi
Muhammad Saw.
Hadist yang didasarkan
pada perbuatan Nabi
Muhammad Saw.
Hadist yang didasarkan
pada persetujuan nabi
terhadap perilaku para
sahabatnya dalam suatu
hukum Allah Swt.
11. 1. Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al Qur’an, sehingga kedunya (Al
Qur’an dan Hadits) menjadi sumber hukum untuk satu hal yang sama.
ْيَخ َوُهَف ِ هاَّلل ِتاَمُرُح ْمِِّظَعُي ْنَم َو َكِلَذْتهل ِحُأ َو ِهِِّب َر َدْنِع ُهَل ٌرُمُكَل
ا واُبِنَتْاجَف ْمُكْيَلَع ىَلْتُي اَم الِإ ُماَعْناألُبِنَتْاج َو ِانَث ْاألو َنِم َسْجِِّلروا
ِورُّالز َل ْوَق
Artinya :"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan, apa-
apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi
Rabb-nya. Dan telah dihalalkan bagi kamu, semua binatang ternak, terkecuali
yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-
berhala yang najis itu, dan jauhilah perkataan-perkataan yang dusta," –
(QS.22:30)
12. 2. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al
Qur’an yang masih bersifat umum.
Misalnya, ayat Al Qur’an yang memerintahkan shalat,
membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji,
semuanya bersifat garis besar.
Rincian semua itu telah dijelaskan oelh rasullah SAW
dalam haditsnya. Contoh lain, dalam Al Qur’an Allah
SWT mengharamkan bangkai, darah dan daging babi.
13. Firman Allah sebagai berikut:
ِّخْلا ُمْحَل َو ُمَّدال َو ُةَتْيَمْلا ُمُكْيَلَع ْتَم ِّرُحِّهِّب ِّ َّاَّلل ِّرْيَغِّل َّلِّهُأ ما َو ِّزيرْنَو ُةَقِّنَخْنُمْلا َو
َكَأ ما َو ُةَحطيَّنال َو ُةَيِّدَرَتُمْلا َو ُةَذوُق ْوَمْلاما َو ْمُتْيَّكَذ ما َّالِّإ ُعُبَّسال َلىَلَع َحِّبُذ
ِّف ْمُكِّلذ ِّالمْزَ ْاْلِّب واُمِّسْقَتْسَت ْنَأ َو ِّبُصُّنالَفَك َذينَّلا َسِّئَي َم ْوَيْلا ٌقْسالَف ْمُكِّندي ْنِّم واُر
دي ْمُكَل ُتْلَمْكَأ َم ْوَيْلا ِّن ْوَشْاخ َو ْمُه ْوَشْخَتَمْعِّن ْمُكْيَلَع ُتْمَمْتَأ َو ْمُكَنتيُمُكَل ُضيتَر َو
في َّرُطْضا ِّنَمَف ًادين َمالْسِّْاْلُم َرْيَغ ٍةَصَمْخَمَغ َ َّاَّلل َّنَِِّف ٍمِّْْ ِّْل ٍٍِّنااَتٌمحيَر ٌروُف(3)
Artinya : “Diharamkan bagimu ( memakan ) bangkai, darah, daging babi, ( daging
hewan ) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan ( diharamkan bagimu ) yang disembelih untuk berhala. Dan (
diharamkan juga ) mengundi nasib dengan anak panah, ( mengundi nasib dengan
anak panah itu ) adalah kefasikan. Pada h ari ini orang- orang kafir telah putus asa
untuk ( mengalahkan ) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka
dan takutlah kepada- Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah Ku- cukupkan kepadamu nikmat- Ku, dan telah Ku- ridai Islam itu jadi
agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
14. Dalam ayat tersebut, bangkai itu haram dimakan, tetap tidak dikecualikan bangkai mana yang
boleh dimakan. Kemudian datanglah hadits menjelaskan bahwa ada bangkai yang boleh
dimakan, yakni bangkai ikan dan belalang. Sabda Rasulullah SAW:
ْتَّل ِّحُااَنَلِّانَتَتْيَمَوِّانَمَد , اَّماَفِّانَتَتْيَمْلا : ُت ْوُحْلاُداَرَاْلاَو , اَّمَاَو
ِّانَمَّد:ال ُدِّبَكْلاَفِّلاَحِّالطَو ( رواهابنالمااهوالحاكم )
Artinya: “Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Adapun dua macam
bangkai adalah ikan dan belalalng, sedangkan dua macam darah adalah hati dan limpa…
” (HR Ibnu Majjah)
3. Menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak didapati dalam Al Qur’an.
Misalnya, cara menyucikan bejana yang dijilat anjing, dengan membasuhnya tujuh
kali, salah satunya dicampur dengan tanah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
ُر ْوُهُطِّاءَنِّاْمُكِّدَحَااَذِّاَغِّلَوِّهْيِّفُبْلَكْلاْنَاَلِّسْغُيَعْبَسٍتاَّرَمَّنِّهَل ْوَاِّبِّباَرُّتال
( رواهمسلموهحمدوهبوداودوالبيهقى )
Artinya: “Menyucikan bejanamu yang dijilat anjing adlah dengan cara membasuh sebanyak
tujuh kali salah satunya dicampur dengan tanah” (HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan Baihaqi).
4. Sebagai pembatas hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an
15. Hadits menurut sifatnya mempunyai klasifikasi sebagai
berikut:
1. Hadits Shohih, adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi
yang adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung, tidak
ber illat, dan tidak janggal. Illat hadits yang dimaksud adalah
suatu penyakit yang samar-samar yang dapat menodai
kesholehan suatu hadits.
Adapun syarat-syarat suatu hadits dikatakan hadits yang
shohih, yaitu:
Rawinya bersifat adil
Sempurna ingatan
Sanadnya tidak terputus
Hadits itu tidak berilat, dan
Hadits itu tidak janggal
16. 2. Hadits Hasan, adalah hadits yang diriwayatkan
oleh rawi yang adil, tapi tidak begitu kuat ingatannya
(hafalannya), bersambung sanadnya, dan tidak terdapat
illat dan kejanggalan pada matannya. Hadits Hasan
termasuk hadits yang makbul biasanya dibuat hujjah
untuk sesuatu hal yang tidak terlalu penting
3. Hadits Dhoif, adalah hadits yang kehilangan satu syarat
atau lebih syarat-syarat hadits shohih atau hadits hasan.
17. PEMBAGIAN HADIST BERDASARKAN KUALITASNYA
NO KATEGORI HADIST KETERANGAN
1. Hadist Sahih (Sehat,
Benar)
Hadist yang memiliki matan dan sanad yang
terpercaya.
2. Hadist Hasan Hadist yang memenuhi syarat hadist sahih akan tetapi
tingkathafalan atau daya ingat periwayatnya berkurang.
3. Hadist Daif (Lemah) Hadist yang memiliki kelemahan, baik pada matan,
maupun sanadnya.
4. Hadist Maudu’ (Palsu) Hadist yang merupakan buatan orang semata.
18. PEMBAGIAN HADIST BERDASARKAN
JUMLAH PERAWINYA
NO KATEGORI HADIST KETERANGAN
1. Hadist Mutawatir Hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi, mereka
melihat atau mendengar sendiri dengan jumlah yang
banyak sehingga tidak memungkinkan para perawi
berdusta.
2. Hadist Hasan Hadist yang memenuhi syarat hadist sahih akan tetapi
tingkat hafalan atu daya ingat periwayatnya kurang.
3. Hadist Ahad Hadist yang diriwayatkan oleh seseorang, dua atau lebih.
Akan tetapi derajat hadistnya tidaj sampai kepada derajat
mutawatir.
4. Hadist Maudu’ (palsu) Hadist yang merupakan buatan orang semata.
5. Hadist Masyhur Hadist yang termasuk kepada golongan Ahad. Hadist
Masyhur diriwayatkan 0leh paling sedikit tiga orang
periwayat.
19. 1. Periwayat umat Muslim
Shahih Bukhari, disusun oleh Bukhari (194-256 H).
Shahih Muslim, disusun oleh Muslim (204-262 H).
Sunan Abu Dawud, disusun oleh Abu Dawud (202-275 H).
Sunan at-Turmudzi, disusun oleh At-Turmudzi(209-279 H).
Sunan an-Nasa'i, disusun oleh an-Nasa'i (215-303 H).
Sunan Ibnu Majah, disusun oleh Ibnu Majah (209-273).
Musnad Ahmad, disusun oleh Imam Ahmad
bin Hambal (164-241 H).
Muwatta Malik, disusun oleh Imam Malik (93-179 H).
Sunan Darimi, disusun oleh Ad-Darimi (181-255 H).
PERIWAYAT
HADIST
20. 2. Periwayat umat Syi'ah
Umat Syi'ah hanya mempercayai hadits yang diriwayatkan oleh
keturunan Muhammad , melalui Fatimah az-Zahra, atau oleh
pemeluk Islam awal yang memihak Ali bin Abi Thalib. Syi'ah
tidak menggunakan hadits yang berasal atau diriwayatkan oleh
mereka yang menurut kaum Syi'ah diklaim memusuhi Ali,
seperti Aisyah, yang melawan Ali pada Perang Jamal.
Ada beberapa sekte dalam Syi'ah, tetapi sebagian besar
menggunakan:
=> Ushul al-Kafi
=> Al-Istibshar
=> Al-Tahdzib
=> Man La Yahduruhu al-Faqih
21. Mukhtashar
(ringkasan)
•Untuk Shahih Bukhari
diantaranya Tajridush
Shahih oleh Al Husain
bin Mubarrak (546-
631 H / 1152-1233 M)
•Untuk Shahih Muslim
diantaranya
Mukhtashar oleh Al
Mundziri (581-656 H /
1185-1258 M)
Lain-lain
•Kitab Al Kalimuth
Thayyib oleh Ibnu
Taimiyah (661-728 H /
1263-1328 M) berisi
hadits-hadits tentang
doa.
•Kitab Al Mustadrak
oleh Al Hakim (321-405
H / 933-1014 M) berisi
hadits yang dipandang
shahih menurut syarat
Bukhari atau Muslim
dan menurut dirinya
sendiri.
22. IJTIHAD
Ijtihad ialah berusaha dengan sungguh-sungguh
untuk memecahkan suatu masalah yang tidak ada
ketetapannya baik dalam Al-Qur’an maupun Hadist
dengan menggunakan akal pikiran yang sehat dan
jernih, serta berpedoman kepada cara-cara menetapkan
hukum yang telah ditentukan
Hasil ijtihad dapat dijadikan sumber hukum yang
ketiga.
23. -- Hasil ini berdasarkan dialog nabi Muhammad SAW
dengan sahabat yang bernama muadz bin jabal
-- Ijtihad bertujuan untuk memenuhi keperluan umat
manusia akan pegangan hidup dalam beribadah pada
Allah di suatu tempat dan keadaan tertentu
-- Ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama
Islam.
24. Umat Islam memerlukan ijtihad jika penyelesaian
terhadap suatu masalah ketentuannya tidak dijabarkan
secara jelas di dalam Al-Qur’an atau Hadist.
Yang berhak membuat ijtihad adalah mereka yang
mengerti dan paham Al-Qur’an dan Hadist, kecuali jika
solusinya ditemukan dalam Al-Qur’an atau Hadist.
FUNGSI DAN
KEDUDUKAN IJTIHAD
25. • Nilai kebenaran hukum atau pendapat ijtihad bersifat relatif.
Maksudnya hukum hasil ijtihad dapat berubah berdasarkan
situasi dan kondisi. Selain itu hasil ijtihad mungkin saja hanya
berlaku bagi seseorang, kelompok, dan hanya pada masa
tertentu.
• Allah akan memberikan pahala kepada seorang mujtahid
walaupu tidak semua dapat mencapai kebenaran.
• Adapun orang ang berijtihad kemudian mencapai kebenaran
maka ia mendapat dua pahala.
Sedangkan apabila soseorang setelah berijtihad tidak
mencapai nilai kebenaran, maka tetap akan mendapat satu
pahala.
26. CARA BERIJTIHAD DAN SYARAT-SYARAT MUJTAHID
1. Memerhatikan dalil yang tinggi tangkatannya, kemudian menggunakan dalil
berikutnya.
2. Memperhatikan perbuatan-perbuatan Nabi, kemudian taqrirnya.
3. Memerhatikan fatwa-fatwa sahabat.
4. Menetapkan hukum dengan qiyas atau dengan salah satu dalil yang dibenarkan
dengan syara sambil memerhatikan kemaslahatan dan menolak kemafsadatan.
5. Apabila mendapatkan dalil yang berlawanan hendaknya mengumpulkan dalil
dengan cara yang dibenarkan kaidah.
6. Menarjih salah satu dalil.
7. Menasakhkan, mencari mana yang dahulu mana dan yang kemudian. Dalil yang
dahulu yang dibatalkan dan yang kemudian yang membatalkan.
8. Apabila tidak diketahui juga landasan hukumnya maka hendaklah berhenti.
27. 1. Bersifat adil dan taqwa.
2. Memahami Al-Qur’an dan Hadist yang bersangkutan dengan
hukum yang sedang dibahas dengan luas dan mendalam.
3. Mengetahui hukum-hukum yang ditetapkan oleh Ijma’.
4. Mengetahui serta memahami bahasa Arab beserta ilmu yang
menunjangnya,
5. Mengetahui ilmu Ushul Fiqih dengan kuat, karena ilmu ini
menjadi dasar dan pokok ijtihad.
6. Memiliki motivasi yang tinggi dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan.
7. Berpikir terbuka dan selalu ingin belajar.
28. 1. Ijma’
Adl kesepakatan yakni
kesepakatan para ulama dalam
Menetapkan suatu hukum dalam
agama berdasarkan Al-Qur'an
dan Hadits dalam suatu perkara
yang terjadi.
keputusan bersama yang
dilakukan oleh para ulama
dengan cara ijtihad untuk
Kemudian dirundingkan dan
disepakati. Hasil dari ijma adalah
fatwa, yaitu keputusan bersama
para ulama yang berwenang
untuk diikuti seluruh umat.
JENIS-JENIS
IJTIHAD
2. Sududz
Dzariah
Adalah tindakan
memutuskan suatu
yang mubah menjadi
makruh atau haram
demi kepentingan
umat.
3. Istishab
Adalah tindakan
menetapkan
berlakunya
suatu ketetapan
sampai ada
alasan yang bisa
mengubahnya.
29. 4. Qiyâs
Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan
artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara
yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya
namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat,
bahaya dan berbagai aspek dengan perkara
terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam,
Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang
terdapat hal hal yang ternyata belum ditetapkan
pada masa-masa sebelumnya
30. Beberapa definisi qiyâs (analogi) :
ᵜ Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada
cabangnya, berdasarkan titik persamaan di antara keduanya.
ᵜMembuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya,
melalui suatu persamaan di antaranya.
ᵜTindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan
di dalam [Al-Qur'an] atau [Hadis] dengan kasus baru yang
memiliki persamaan sebab (iladh).
ᵜMenetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yg belum
diterangkan oleh al-qur'an dan hadits.
31. 5. Istihsân
Beberapa definisi Istihsân :
Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli
fikih), hanya karena dia merasa hal itu adalah benar.
Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa
diekspresikan secara lisan olehnya
Mengganti argumen dengan fakta yang dapat
diterima, untuk maslahat orang banyak.
Tindakan memutuskan suatu perkara untuk
mencegah kemudharatan.
Tindakan menganalogikan suatu perkara di
masyarakat terhadap perkara yang ada sebelumnya.
32. 6. Maslahah
Murshalah
Adalah tindakan
memutuskan masalah
yang tidak ada naskahnya
dengan pertimbangan
kepentingan hidup
manusia berdasarkan
prinsip menarik manfaat
dan menghindari
kemudharatan.
7. Urf
Adalah tindakan
menentukan masih
bolehnya suatu adat-istiadat
dan kebiasaan masyarakat
setempat selama kegiatan
tersebut tidak bertentangan
dengan aturan-aturan
prinsipal dalam Alquran dan
Hadis.