2. KONSEP BELAJAR DARI PANDANGAN
BEBERAPA AHLI BELAJAR
• Belajar menurut Pandangan B.F. Skiner (1958), adalah suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif.
• Belajar Menurut Pandangan Robert M. Gagne (1970), merupakan
kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya
kapabilitas disebab oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan
proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.
• Belajar Menurut Pandangan Carl R. Rogers (Ahli Psikoterapi), adalah
untuk membimbing anak kearah kebebasan dan kemerdekaan,
mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat melakukan pilihan
tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab sebagai
hasil belajar.
• Belajar Menurut Pandangan Benjamin Bloom (1956), adalah perubahan
kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk
meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, masyarakat, maupun
sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
• Belajar Menurut Pandangan Jerome S. Bruner (1960), dalam proses
belajar dapat dibedakan dalam tiga fase yaitu : informasi, transformasi
dan evaluasi.
3. BEBERAPA ALIRAN TEORI BELAJAR
• Smith (2003): belajar itu selain sebuah
produk juga proses, yang dalam
prosesnya menurut Merriam and
Caffarella (1991: 138) berorientasi kepada
empat aliran antara lain (1) aliran
behaviorisme, (2) aliran kognitivisme, (3)
aliran humanisme, (4) aliran sosial dan
situasional.
5. Aspect Behaviourist Cognitivist Humanist Social and situati
Learning
theorists
Thorndike,
Pavlov,
Watson,
Guthrie, Hull,
Tolman,
Skinner
Koffka, Kohler,
Lewin, Piaget,
Ausubel,
Bruner, Gagne
Maslow,
Rogers Bandura, Lave
and Wenger,
Salomon
View of the
learning
process
Change in
behaviour
Internal mental
process
(including
insight,
information
processing,
memory,
perception)
A Personal act
to fulfil
potential
Interaction/
observation in
social
contexts.
Movement
from the
periphery to
the centre of a
community of
practice
6. Aspect Behaviourist Cognitivist Humanist Social and
situational
Locus of
Learning
Stimuli in
external
environment
Internal
cognitive
structuring
Affective
and
cognitive
needs
Learning is
in
relationship
between
people and
environment
Purpose in
education
Produce
behavioural
change in
desired
direction
Develop
capacity and
skills to
learn better
Become
self-
actualized,
autonomous
Full
participation
in
communities
of practice
and
utilization of
resources
7. Aspect Behaviourist Cognitivist Humanist Social and
situational
Educator’s
role
Arrange
environment to
elicit desired
response
Structures
content of
learning activity
Facilitates
development of
the whole
person
Works to establish
communities of
practice in which
conversation and
participation can
occur
Manifestatio
ns in adult
learning
• Behavioural
objectives.
• Competency-
based
education.
• Skill
development
and training.
• Cognitive
development
•Intelligence,
learning and
memory as
fungction of age
•Learning how
to learn
• Andragogy
•Self-directed
learning
• Socialzation
•Social
participation
•Associationalism
•Conversation
8. KONSEP BELAJAR ABAD 21
• Belajar merupakan salah satu aktivitas manusia yang
dianggap vital. Tanpa belajar manusia akan sulit
memiliki kecakapan dalam kehidupan.
• Melalui belajar lah manusia memperoleh pengalaman
dan perkembangan dalam kehidupannya
• Manusia membutuhkan kepandaian yang bersifat
jasmaniah dan rohaniah, dan semua ini hanya dapat
dicapai melalui belajar.
• Belajar akan efektif kalau anda dalam keadaan ”Fun”.
• Mata pelajaran apa pun yang diambil para siswa, tolok
ukur sesungguhnya dalam sistem pendidikan masa
depan adalah seberapa besar kemampuannya dalam
membangkitkan gairah belajar secara menyenangkan.
9. 13 Langkah Menuju Masyarakat Pembelajar di Abad ke-21
1. Posisikan kembali peran komunikasi elektronik di dunia pendidikan,
2. Pelajari komputer dan internet,
3. Perbaiki secara total pendidikan bagi orangtua, khususnya orangtua baru,
4. Galakkan layanan kesehatan bagi anak-anak demi menghindarkan mereka dari
kesulitan belajar,
5. Ciptakan program pertumbuhan anak-anak yang bermutu bagi setiap orang,
6. Laksanakan program pengejaran ketinggalan pelajaran di setiap sekolah,
7. Temukan gaya belajar dan kecerdasan individu, dan layani setiap gaya yang ada,
8. Agendakan bagi setiap orang: belajar tentang cara belajar dan berpikir,
9. Definisikan ulang apa yang harus diajarkan di sekolah,
10. Polakan kurikulum dalam empat bagian, dengan penilaian diri dan pelatihan
keterampilan hidup sebagai komponen kunci,
11. Terapkan tiga tujuan untuk sebagian besar studi,
12. Definisikan ulang tempat-tempat terbaik untuk pengajaran-bukan hanya di sekolah,
13. Bukalah pikiran, dan ciptakan komunikasi yang segar.
10. KONSEP PEMBELAJARAN
• Pembelajaran merupakan padanan kata dari kata bahasa
Inggris Instruction. Kata Instruction mempunyai pengertian
yang lebih luas daripada pengajaran.
• Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru dan murid di
kelas formal, pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar
mengajar yang tak dihadiri guru secara fisik.
• Dalam Instruction yang ditekankan adalah proses belajar
maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri
siswa disebut pembelajaran.
• Pembelajaran merupakan terjemahan dari ”instruction”, yang
banyak digunakan dalam dunia pendidikan di Amerika
Serikat.
11. Karakteristik Penting dari
Istilah Pembelajaran
1. Pembelajaran berarti membelajarkan siswa,
2. Proses pembelajaran berlangsung dimana saja,
3. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan,
4. Pembelajaran adalah proses berpikir,
5. Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi
otak,
6. Pembelajaran berlangsung sepanjang hayat,
7. Pembelajaran itu juga pengajaran. Yaitu proses
interaksi antara siswa dan guru dalam kegiatan belajar-
mengajar
12. Rumusan Mengajar
• Kenneth D. Moore (2001) menyatakan bahwa ”mengajar adalah sebuah tindakan dari seseorang
yang mencoba untuk membantu orang lain mencapai kemajuan dalam berbagai aspek seoptimal
mungkin sesuai dengan potensinya.”
• Madeline Hunter (1994) menjelaskan ”mengajar adalah sebuah proses membuat dan
melaksanakan sebuah keputusan sebelum, selama dan sesudah proses pengajaran.”
• Mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman kecakapan kepada
anak didik kita. Atau usaha mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi yang berikut
sebagai generasi penerus.
• De Queluy dan Gazali mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan
cara paling singkat dan tepat.
• Definisi modern di negara-negara yang sudah maju, mengajar adalah bimbingan kepada anak
dalam proses belajar. Dalam konteks ini maknanya anak yang mengalami proses belajar,
sedangkan guru membimbing.
• Kilpatrik mendefinisikan mengajar adalah suatu gambaran perjuangan hidup umat manusia.
Melalui metode problem solving anak dapat mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya.
• Alvin W. Howard mendefinisikan mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong,
membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan keterampilan,
perilaku, cita-cita, penghargaan, dan pengetahuan.
• A Morrison D. Mc. Intrye mendefinisikan mengajar adalah aktivitas personal yang unik.
• John R. Pancella memberi gambaran mengajar dapat dilukiskan sebagai pembuat keputusan
(desicion-making) dalam interaksi, dan hasil dari keputusan guru adalah jawaban murid-murid,
kepada siapa guru berinteraksi.
• Mursell menggambarkan mengajar sebagai alat untuk mengorganisasikan belajar.
13. Prinsip-Prinsip Mengajar
1. Prinsip psikologis pendidikan, digunakan untuk
memahami berbagi aspek psikologis
pembelajaran yang meliputi; perkembangan
intelektual, belajar dilihat sebagai perubahan
perilaku, tingkatan kecerdasan, tingkatan
intelektual, dan motivasi dalam belajar; dan
2. Prinsip pedagogis dalam pembelajaran,
meliputi berbagai teori dan pendekatan
pembelajaran.
14. Barbara Kerns (2005), terdapat 10 prinsip penting yang
dianggap efektif dalam mengajar yaitu:
1. Menciptakan lingkungan belajar yang aktif,
2. Memusatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek yang lebih
bermakna,
3. Menghubungkan pengetahuan yang satu dengan pengetahuan
lainnya,
4. Membantu siswa dalam mengorganisasi pengetahuannya,
5. Menyediakan umpan balik secara tepat,
6. Mengarah kepada kualitas,
7. Menyeimbangkan harapan yang tinggi dengan dukungan siswa,
8. Meningkatkan motivasi belajar,
9. Mendorong siswa agar mampu berinteraksi dan komunikasi
dengan siswa lainnya, dan
10. Membantu siswa dalam mengatur produktivitas waktu mereka.
15. IMPLIKASI TEORI BELAJAR TERHADAP
PROSES BELAJAR MENGAJAR GERAK
BEHAVIORISTIK
• Teori Keterhubungan (Contiguity) dari Guthrie
• Teori Koneksionisme dari Thorndike
• Teori Operant dari Skinner
16. Teori Keterhubungan Guthrie
• Guthrie lebih menekankan pada
hubungan antara stimulus dan respons,
dan beranggapan bahwa setiap respons
yang didahului atau dibarengi suatu
stimulus atau gabungan dari beberapa
stimulus akan timbul lagi bila stimulus
tersebut diulang lagi.
• Guthrie menekankan pada pentingnya
ulangan atau drill.
17. Implikasi Teori Keterhubungan Guthrie
Terhadap PBM Gerak
1. Keterampilan motorik dapat dikembangkan melalui ulangan
dalam kegiatan tersebut.
2. Hadiah atau ganjaran dapat bermanfaat hanya bila
menyebabkan kesinambungan kegiatan dalam situasi
belajar yang diharapkan.
3. Respons yang baru akan mengganggu respons yang telah
dipelajari, oleh karena itu kegagalan atau respons yang
salah akan menyebabkan lupa terhadap kebiasaan yang
benar.
4. Kondisi situasi belajar hendaknya lebih menyerupai keadaan
sebenarnya sehingga respons yang telah dipelajari dapat
mengatasi stimuli yang baru secara efektif.
18. Teori Koneksionisme Thorndike
• Thorndike merupakan tokoh utama aliran
teori belajar koneksionisme, yang juga
dijuluki teori S – R bond Theory.
• Thorndike menjadi terkenal karena hukum
belajarnya, yaitu hukum kesiapan, hukum
akibat, dan hukum latihan.
19. Implikasi Teori Koneksionisme Thorndike
Terhadap PBM Gerak
1. Praktik hendaknya dilaksanakan dalam kondisi yang
menguntungkan agar proses belajar mengajar menjadi efektif.
Drill atau ulangan respons semata-mata tidak menjamin proses
belajar yang diharapkan, apabila hadiah atau ganjaran dan
distribusi waktu serta bahan latihan tidak diatur secara nyata.
2. Hukum kesiapan merangsang dan berpengaruh terhadap
kematangan kesiapan psikologi, dan kesiapan keterampilan.
3. Dalam mengorganisasikan pengalaman belajar siswa, sebaiknya
beranjak dari kegiatan yang sederhana dan berlanjut dengan
kegiatan yang lebih kompleks.
4. Transfer atau alihan belajar hanya mungkin terjadi bila ada unsur
yang identik.
5. Hadiah atau ganjaran dapat membantu proses belajar karena
memperkuat hubungan stimulus-respons.
20. Teori Operant Skinner
• Skinner tergolong tokoh teori belajar behavioristik yang menonjol
dewasa ini.
• Skinner beranggapan bahwa ganjaran merupakan aktor penting
dalam belajar dan teorinya tentang belajar sering disebut teori
kondisioning operan.
• Suatu operan adalah seperangkat tindakan atau respons
• Kondisioning operan adalah proses belajar yang menjadikan suatu
respons itu lebih mungkin atau sering muncul dengan jalan
memantapkan tindakan yang diharapkan.
• Berbeda dengan Thorndike yang beranggapan bahwa ganjaran itu
memperkuat hubungan stimulus-respons, sedangkan Skinner
menganggap bahwa ganjaran itu semata-mata memperkuat
respons.
21. Implikasi Teori Operant Skinner
Terhadap PBM Gerak
1. Oleh karena guru dalam suatu situasi belajar
tidak sepenuhnya merupakan faktor pemantap
atau reinforcement siswa, maka perlu dicarikan
alat bantu mekanik, pengajaran berprogram,
dan mesin belajar tertentu.
2. Guru hendaknya mengusahakan penggunaan
Self-testing (penilaian sendiri) sebagai upaya
pemantapan respons
22. IMPLIKASI TEORI BELAJAR TERHADAP
PROSES BELAJAR MENGAJAR GERAK
KOGNITIF
• Teori Gestalt dari Wertheimer, dkk.
• Teori Medan dari Kurt Lewin
23. Teori Gestalt dari Wertheimer, dkk.
• Teori Gestalt telah menemukan beberapa
hukum Gestalt yang berpengaruh
terhadap teori belajar.
• Hukum Gestalt meliputi: hukum sinergis,
hukum keterdekatan, hukum kesamaan,
hukum ketertutupan, dan hukum
kesinambungan.
24. Implikasi Teori Gestalt Wertheimer
Terhadap PBM Gerak
1. Oleh karena penumpukan pengetahuan dan keterampilan tidak
sama dengan keseluruhan, maka kegiatan olahraga lebih baik
diamati dan dihayati secara keseluruhan (gestalt/global) daripada
bagian demi bagian.
2. Pola atau hubungan antar bagian suatu obyek atau teknik
keterampilan yang dipahami dalam situasi tertentu dapat
ditemukan dan digunakan dalam situasi yang lain.
3. Pemahaman atau struktur kognitif yang lebih baik tentang gerak
akan dapat terjadi apabila masalah yang dihadapi ini ada dalam
jangkauan siswa.
4. Pengertian atau pemahaman tentang hubungan antar bagian
merupakan hal penting dalam belajar gerak agar dapat menjadi
efektif.
25. Teori Medan-Kurt Lewin
• Anggapan dasar teori Medan-Kurt Lewin adalah
pola yang utuh atau medan dari suatu peristiwa
dapat menentukan proses belajar.
• Medan itu merupakan struktur kognitif atau
kesadaran karena terjadi adanya proses
interaksi antara personal dengan lingkungannya.
• Lingkungan itu terdiri dari lingkungan psikologik,
yaitu segala sesuatu yang dihayati pribadi
secara keseluruhan.
26. Implikasi Teori Medan-Kurt Lewin
Terhadap PBM Gerak
1. Guru hendaknya membantu siswanya menyusun tujuan
yang mempunyai kemungkinan untuk dicapai siswa.
2. Perkembangan sosial siswa hanya mungkin terlaksana
apabila siswa turut serta dalam situasi yang beriklim
sosial yang menyenangkan.
3. Perilaku siswa tidak semata-mata respons terhadp
stimuli dari luar pribadinya, tetapi juga respons
terhadap stimuli yang datang dari pribadinya sendiri.
27. IMPLIKASI TEORI BELAJAR TERHADAP
PROSES BELAJAR MENGAJAR GERAK
HUMANISTIK
• Menekankan kepada pandangan manusia seutuhnya.
• Tujuannya: lebih menekankan kepada perkembangan pribadi
yang mampu menyatakan dirinya sebagai individu yang
berbeda dengan individu lain.
• Tujuan belajar: mengembangkan pribadi untuk aktualisasi diri
(self-actualizing person).
• Bersifat eklektik, atau sering juga lebih mirip dengan teori
belajar fungsionalistik.
• Ada 3 hal utama dampak dari teori belajar humanistik
terhadap PBM gerak: (1) proses, (2) isi atau bahan pelajaran,
dan (3) hubungan manusiawi yang menjembatani antara
proses dan isi.
28. Implikasi Teori Belajar Humanistik
Terhadap PBM Gerak
1. Proses hendaknya dilaksanakan dengan kepercayaan dan kesabaran.
2. Motivasi terkait dengan dirinya dalam keperluan pribadi, kemampuan dan insentif
dari peserta didik.
3. Kondisi pengajaran ditetapkan oleh fasilitator yang dimulai dengan perumusan
tujuan pendidikan, kemudian satuan pelajaran, atau modul.
4. Program dikembangkan dengan memasukkan kompetensi yang diharapkan dari
peserta didik, dan menentukan alat untuk diagnosis bakat, minat, gaya belajar dan
tujuan.
5. Bimbingan dan penyuluhan menjadi sangat penting dalam membantu siswa untuk
memperlancar proses belajarnya.
6. Klasifikasi pengajaran berdasarkan taksonomi perilaku yang meliputi kognitif,
afektif, dan psikomotor.
7. Tujuan yang bersifat perilaku yang nampak dan dapat diukur menjadi perhatian
penting.
8. Tahap-tahap PBM dikembangkan menjadi tiga tahapan yaitu perumusan rencana
pelajaran, pemantapan PBM praktik, dan penampilan secara otomatis.
29. Rangkuman Karakteristik
Cara Belajar-Mengajar Gerak
• Cara belajar-mengajar Behavioristik menunjukkan ciri-ciri demikian:
1. Mengutamakan ulangan atau repetisi;
2. Mengutamakan faktor eksternal atau luar, yaitu hadiah atau ganjaran memegang
peranan yang menentukan
3. Bahan pelajaran diuraikan menjadi bagian terkecil yang harus dipelajari menurut
aturan tertentu, atau bersifat molekuler; dan
4. Mengabaikan faktor mental siswa.
• Cara belajar-mengajar Kognitif menunjukkan ciri-ciri demikian:
1. Pemahaman tentang pola atau keseluruhan merupakan faktor yang menentukan;
2. Bahan pelajaran diberikan secara keseluruhan atau bagian-bagian yang utuh;
3. Memperhatikan faktor mental seperti persepsi, motivasi, kemampuan pribadi, dan
tujuan yang jelas
• Cara belajar-mengajar Humanistik menunjukkan ciri-ciri demikian:
1. Perlakuan kepada setiap individu memiliki perbedaan yang khas;
2. Tidak melahirkan suatu metode mengajar yang khusus;
3. Lebih banyak bersifat eklektis
4. Lebih banyak menerapkan dan memanfaatkan teori.