Bahagianya hati saya ketika ada sebuah sayembara tentang aspirasi
1. Aspirasi Lilis Holisah, seorang ibu dari Bojonggede
Bahagianya hati saya ketika ada sebuah sayembara tentang aspirasi rakyat. Saya sebagai seorang ibu
dari daerah Bojonggede merasa ini adalah saatnya saya dapat menyampaikan kesulitan dan harapan
saya. Sayembara ini mengajak saya untuk berpikir kembali tentang masalah kemiskinan. Sebenarnya
apa yang akan saya sampaikan mungkin masalah saya sendiri tapi sebenarnya juga dirasakan oleh ibu-
ibu lainnya.
Berbicara kemiskinan, menurut saya adalah sebuah keadaan dimana seseorang tidak dapat
mengembangkan kesejahteraannya sehingga tidak dapat mengembangkan kualitas hidupnya karena
tuntutan dan biaya hidup lainnya. Pendapat saya ini merupakan sebuah perenungan dan hasil membaca
saya dari koran-koran juga bagaimana anak-anak kami.
Saya adalah ibu dengan empat orang anak. Alhamdulillah, dengan kesabaran mencari rezeki kami
dapat menyekolahkan anak-anak kami. Apakah dengan begini saya juga termasuk miskin ? Dalam
keluarga kami, hanya suami yang bekerja. Suami yang sudah berumur cukup tua dan berkorban tubuh
serta jiwa mencari pendapatan dengan menjadi sopir kendaraan umum. Saya sendiri ? Saya hanya
menjadi seorang ibu rumah tangga yang mendidik dan membina anak-anak.
Kami sekeluarga paham dengan kebutuhan pendidikan. Karenanya kami tidak membiarkan anak-anak
kami ikut bekerja mencari uang padahal mereka masih usia sekolah. Saya dan suami menetapkan
bahwa anak-anak kami tidak boleh bekerja bahkan sama dengan apa yang kami kerjakan. Anak-anak
kami tidak boleh putus sekolah sebagaimana kami dulu tidak menyelesaikan sekolah.
Harapan kami pada anak-anak kami agar dapat lebih baik daripada kami , orang tuanya. Karenanya
banyak kegiatan berutang sana-sini agar kami dapat mendukung pendidikan anak-anak kami. Apakah
dengan begini saya (dan keluarga) juga termasuk miskin ?
Saya adalah ibu rumah tangga yang sebenarnya ingin membantu suami dengan mencari pendapatan
lain. Namun sebagai ibu rumah tangga yang pendapatan suami pas-pasan bahkan tidak jelas selama
beberapa hari, tidak ada yang dapat saya lakukan. Apakah dengan begini saya juga termasuk miskin ?
2. Saya ingin sekali membantu perekonomian keluarga. Apa yang saya bisa lakukan ? Saya bisa memasak
dan membuat makanan ringan seperti gorengan dan lontong. Saya dapat menjahit baju. Bahkan saya
juga dapat menggunakan mesin jahit. Namun apa daya, tiada pendapatan keluarga yang dapat
digunakan untuk menjadi modal melakukan itu.
Saya yakin ketiadaan pendapatan atau uang yang bisa dijadikan modal untuk usaha merupakan kendala
terbesar kaum ibu-ibu yang ingin sekali membantu perekonomian keluarganya. Saya sebagai ibu rumah
tangga yang ingin sekali dapat bekerja dan membantu suami dan keluarga tidak mungkin dapat bekerja
diluar rumah dengan pekerjaan yang baik dan sesuai dengan kemampuan saya.
Saya pernah mendengar pemerintah memberikan kredit usaha untuk warga miskin. Sejenak saya
mendapatkan secercah harapan agar saya dapat membantu perekonomian keluarga. Namun apa yang
terjadi ? Ada banyak syarat-syarat yang tidak mungkin dapat saya penuhi. Salah satu syarat itu adalah
bagi para peminjam dana dari pemerintah yang disebut dana bergulir itu harus memiliki usaha setahun
sebelumnya dan masih berjalan. Bagaimana mungkin saya yang membutuhkan modal dana untuk usaha
dapat memenuhi syarat tersebut.
Saya juga mendapat informasi dari sebuah bank perkreditan rakyat. Bank ini memberikan pinjaman
bagi warga miskin yang mau berusaha. Syarat memiliki usaha sebelumnya tidak menjadi kendala
asalkan kita—peminjam, memiliki jaminan sejumlah dana yang kita pinjam atau berupa tanah dan atau
rumah. Bagaimana mungkin saya yang tidak memiliki rumah dan pendapatan keluarga yang pas-pasan
bisa mendapatkan pinjaman dari bank ?? Apakah dengan begini saya juga termasuk miskin ?
Saya harap sayembara “Wiranto Mendengar Aspirasi Rakyat” bukan isapan jempol saja bagi rakyat
yang memang ingin menyampaikan kesulitan hidupnya. Saya satu dari sekian ibu-ibu yang hanya
sekedar ingin membantu perekonomian keluarga. Masalah miskin atau tidak miskin itu merupakan
masalah yang terlalu rumit bagi saya sebagai ibu rumah tangga. Bagi saya dan mungkin juga ibu-ibu
rumah tangga lainnya yang ingin membantu perekonomian keluarga, masalah kami adalah bagaimana
kami bisa mendapatkan modal usaha tanpa harus melalui syarat yang memang tidak bisa kami penuhi
sebagai rakyat biasa. Saran saya, bila memang ada sebuah program pengentasan kemiskinan dan atau
pemberdayaan ekonomi keluarga, tidak perlu dengan syarat yang jelas-jelas tidak dapat dipenuhi oleh
kami—rakyat kecil.