Se ha denunciado esta presentación.
Se está descargando tu SlideShare. ×

laporan kasus 18 des 2021 andriani edit.pptx

Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Cargando en…3
×

Eche un vistazo a continuación

1 de 48 Anuncio

Más Contenido Relacionado

Similares a laporan kasus 18 des 2021 andriani edit.pptx (20)

Más reciente (20)

Anuncio

laporan kasus 18 des 2021 andriani edit.pptx

  1. 1. ‘’COMBUTIO’’ LUKA BAKAR ANDRIANI AGUSTIN Pembimbing: dr. Novi Kurniasari dr. Arief Fatoni PROGRAM DOKTER INTERNSIP KEMENKES RS MUHAMMADIYAH JOMBANG KABUPATEN JOMBANG JAWA TIMUR 2021 LAPORAN KASUS
  2. 2. BAB I LAPORAN KASUS 2
  3. 3. Identitas ◦ Nama : Tn ND ◦ Usia : 51 tahun ◦ Jenis Kelamin : laki-laki ◦ Alamat : jl. Sisingamangaraja no 62 jagalan Jombang ◦ Suku : Jawa ◦ Agama : Islam ◦ Tanggal MRS : 12-nov-2021 ◦ Tanggal Pemeriksaan : 12-nov-2021 ◦ Pekerjaan : Wiraswasta 3
  4. 4. Anamnesis ◦ Keluhan Utama Nyeri terkena air panas ◦ Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengaan keluhan nyeri karena luka bakar pada badan, tangan,dan kaki. 20 menit sebelum pasien sampai ke IGD pasien memasak air panas karena hendak mandi dan shalat subuh, namun saat mengangkat panci yang berisi air panas penyakit vertigo pasien kambuh, dan akhirnya air panas itu jatuh ke arah tubuh pasien. 4
  5. 5. Tanda dan Gejala K esimpulan Penanganan Hasil A (airway)  Snoring (-)  Gargling (-)  Crowing (-)  C- Spine : stabil  Maxillofacial injury (-)  Airway clear Observasi jalan napas Airway clear c-spine stabil maxillofacial injury (-) B (breathing) Inspeksi  Napas spontan  Thorax simetris, tidak ada bagian yang tertinggal Perkusi:  Sonor pada kedua lapangan paru Auskultasi  PD/PS: Ves/Ves, Rh -/-. Wh -/-  SaO2: 97% RR : 24 x/menit  RR: 24 x/menit Oksigen via nasal kanul 3 L/menit  RR : 20x/menit  SaO2: 100% C (circulation)  Capillary Refill Time< 2 detik  Akral hangat, merah, kering  T/V cukup  TD: 150/100 mmHg  HR:111 bpm Circulation dalam keadaan baik. Waspada kompensasi tubuh terhada p kemungkinan hipovolemia (HR : 111 bpm)  Pasang IV line  Pemberian cairan RL  CRT <2”  Akral hangat, merah, kering D (disability)  Kesadaran: GCS 14 (E3V5M6) Ø pupil : 3 mm / 3 mm, reaktif. Mempertahankan A-B-C tetap lancar  GCS 15 (E4V5M6) E (exposure)  Oedema (-)  Fraktur (-) Luka (+) : Luka bakar akibar air panas Perawatan luka bakar pz, burnazin, kasa
  6. 6. B. Secondary Survey B1 : airway clear dengan nasal kanul terpasang, O2 3L/menit RR: 20x/menit, Suara paru: ves ǀ ves, suara tambahan (rh & wh): - ǀ - B2 : akral : H/M/K, CRT: < 2 detik, T : 36.7°C B3 : GCS 14-15 B4 : tidak terpasang kateter B5 : Abdomen : Simetris, soepel, timpani, peristaltik (+) normal. Mual (-), muntah (-) B6 : Oedem(-), fraktur : (-), Luka : (+),(-), luka bakar pada bagian ekstremitas atas dan bawah , inguinal, gluteus.
  7. 7. ◦ Riwayat Penyakit Dahulu vertigo ◦ Riwayat Keluarga - ◦ Riwayat Sosial - ◦ Riwayat Pengobatan - 7
  8. 8. Pemeriksaan fisik a. Pemeriksaan Umum ◦ Keadaan umum : pasien tampak sakit sedang-berat ◦ Kesadaran : compos mentis ◦ Tanda vital - Tekanan darah : 150/100 - Nadi : 111 x/menit - Laju pernapasan : 20 x/menit - Suhu : 36 0C - SpO2 : 97% ◦ Berat Badan : 67 kg 8
  9. 9. Pemeriksaan Fisik ◦ Kepala : Normosefal, a/i/c/d -/-/-/- ◦ Kulit dan wajah : sianosis (-), jaundice (-), luka bakar (-) ◦ Mata : Edema periorbital D/S (-/-), anemis -/- , cowong -/- , ikterik -/- , pupil bulat isokor ϴ 3 mm, reflek cahaya +/+ ◦ Hidung : luka bakar/ obstruksi airway (-) ◦ Lidah dan bibir : luka bakar/ obstruksi airway (-) ◦ Leher : luka bakar/ obstruksi airway (-) 9
  10. 10. Pemeriksaan Fisik ◦ Inspeksi : retraksi suprasternal (-), bentuk dada simetris,luka bakar (-) ◦ Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, nyeri tekan (-) ◦ Perkusi : suara sonor lapang paru dextra dan sinistra ◦ Auskultasi Ves + + Rh - - Wh - - 10
  11. 11. Pemeriksaan Fisik 11 Thorax Cor ◦ Inspeksi : ictus kordis tidak tampak ◦ Palpasi : ictus kordis tidak kuat angkat ◦ Perkusi : Batas jantung dalam batas normal ◦ Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-),
  12. 12. Pemeriksaan Fisik ◦ Inspeksi : fatty (+), terdapat luka bakar (+) ◦ Auskultasi : Bising usus (+) normal ◦ Perkusi : Timpani ◦ Palpasi : soeple , Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa 12 Akral hangat/kering/merah, CRT < 2 detik, terdapat luka bakar (+)
  13. 13. STATUS LOKALIS -Bisep Dextra : 4,5% (2 A) -Manus Dextra : 1% (1) -Gluteus+Bisepfemur : 9 % (2 A) -Gluteus Sinistra 2 % (2A) -Inguinal Dextra : 1 % (1) -Tibialis Sinistra 2 % (1) -Gastrocnemius Dextra 4,5 (1) -Pedis Dextra 1 % (1) -Pedis Sinistra 1 % (1) Total 26 % derajat 2 A dan 15 % derajat 2 A 10,5% derajat 1
  14. 14. Pemeriksaan Penunjang DL Hb 14,6 Leukosit 6.600 Hct 33,6 Eritrosit 5.210.000 Trombosit 250.000 Hitung Jenis - Eosinofil - - Basofil - - Batang - - Segmen 50 - Limfosit 41 - Monosit 8 14 GDA : 164%
  15. 15. Diagnosis Combutio TERAPI  inf RL 3.484 8 jam  Inf RL 3.484 16 jam  Rawat luka pz dan burnazin  Inj ketorolac 3x1 kp  Inj ranitidin 3x1  Inj ondansetron 3x1  Inj cefo 3x1  Salep mebo 1x1 ue setiap sehari sekali ganti 16
  16. 16. PENDAHULUAN 17
  17. 17. LATAR BELAKANG Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi, yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal pada fase syok sampai fase lanjut (Young et al, 2019).
  18. 18. Latar Belakang ◦ World Health Organization (WHO) tahun 2012,trauma luka bakar termasuk kedalam peringkat ke 15 penyebab utama kematian pada anak-anak dan dewasa muda (5-29 tahun). Angka mortalitas akibat trauma luka bakar sekitar 195.000 jiwa pertahun. ◦ Asia Tenggara merupakan wilayah penyumbang terbesar kasus luka bakar di dunia dengan angka kematian tertinggi adalah perempuan dan anak-anak dibawah usia 5 tahun serta orang tua yang berusia lebih dari 70 tahun (Hasdianah & Suprapto, 2014).
  19. 19. TUJUAN ◦ Tingginya angka kejadian luka bakar dan komplikasinya menjadikan pemahaman tentang terapi pada kasus luka bakar menjadi hal yang penting dalam menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien dengan luka bakar
  20. 20. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21
  21. 21. Definisi 22 ◦ Luka bakar (combustio) adalah hilang atau rusaknya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem tubuh (Nina, 2008).
  22. 22. Epidemiologi 23 • Angka kejadian luka bakar di Indonesia sangat tinggi, lebih dari 250 jiwa per tahun meninggal akibat luka bakar (Kemenkes RI, 2013a). • Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013), menyatakan bahwa di Indonesia dari tahun 2014-2018 telah terjadi peningkatan kejadian luka bakar sebanyak 35%. Tahun presentase tahun 2018 1.701 (20,19%), tahun 2017 1.570 (18,64%) tahun 2016 1.432 (17,03%) tahun 2015 1.387 (16,46%) tahun 2014 1.209 (14,35%)
  23. 23. Etiologi Luka Bakar 24 1.Paparan Api (Thermal Burn) 2.Bahan Kimia (Chemical Burn) 3.Listrik (Electrical Burn) 4.Radiasi (Radiasi Injury)
  24. 24. Klasifikasi Luka Bakar ◦ Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, antara lain: 1 Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab 2 Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar 3 Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka
  25. 25. klasifikasi 26 1.Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab a. Luka Bakar Termal ◦karena cairan panas, kontak dengan benda padat panas, kontak dengan zat kimia dan aliran listrik (WHO, 2008). b. Luka Bakar Inhalasi ◦karena terhirupnya gas panas, cairan panas atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang
  26. 26. 2. Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar
  27. 27. 3.Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka ◦ Luas luka dapat diklasifikasikan menjadi tiga, diantaranya: ◦ a.Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I dengan luas <10% atau derajat II dengan luas <2%. ◦ b.Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I dengan luas 10-15% atau derajat II dengan luas 5-10%. ◦ c.Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II dengan luas >20% atau derajat III dengan luas >10% .
  28. 28. Patofisiologi 30 • Panas mengakibatkan kerusakan lokal dan gangguan systemic. • peningkatan permeabilitas kapiler • plasma bocor keluar dari kapiler ke ruang interstitial • permeabilitas kapiler kembali normal atau membentuk trombus menjadikan tidak adanya aliran sirkulasi darah. • Hilangnya plasma merupakan penyebab hypovolemic shock Orang dewasa dengan luka bakar lebih dari 15% dan pada anak-anak lebih dari 10% dapat terjadi hypovolemic shock jika resuscitation tidak memadai. (Tiwari, 2012).
  29. 29. Pemeriksaan Penunjang Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan : 1.Hitung darah lengkap 2. Leukosit 2.Analisa Gas Darah ( AGD ) 3.Elektrolit Serum 4.Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan. 5.Kreatinin meningkat menunjukan perfusi jaringan. 6.EKG 7.Fotografi luka bakar 31
  30. 30. Gambaran klinis ◦ Pada daerah sekitar luka akan ditemukan warna kemerahan, bulla, edema, nyeri atau perubahan sensasi. Efek systemic yang ditemukan pada luka bakar berat seperti hypovolemic shock, hipotermia dan perubahan uji metabolik (Rudall dan Green, 2010).
  31. 31. proses penyembuhan luka
  32. 32. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka a.Infeksi b.Nutrisi. c.Obat d.Benda Asing e.Diabetes Melitus f..Keadaan Luka g.Usia h.Iskemia i.Sirkulasi (Hipovolemia) dan Oksigenasi (Rulam, 2011).
  33. 33. Komplikasi 1. Segera Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkumferensial (luka bakar pada ekstremitas iskemia ekstremitas, luka bakar pada toraks hipoksia dari gagal napas restriktif) (cegah dengan eskaratomi segera). 2. Awal a. Infeksi (waspadai steptococcus) obati infeksi yang timbul (10% organisme pada biopsi luka) dengan antibiotik sistemis. b. Ulkus akibat stres (ulkus cerling) ( cegah dengan antasida,broker H2 atau inhibitor pompa protonprofilaksis) c. Hiperkalsemia (dari sitolisis pada luka bakar luas). Obati dengan insulin,dekstrosa. 35
  34. 34. Penatalaksanaan 36 menurut Advanced Trauma Life Support (ATLS) secara khusus menurut Advanced Burn Life Support (ABLS) dijabarkan sebagai berikut. A.Survei primer 1.Penilaian jalan nafas (Airway) ◦ cedera inhalasi ◦ Terdapat tanda-tanda radang akut daerah orofaring, seperti eritema, Suara Serak ◦ Ledakan yang disertai api yang mengenai kepala dan badan ◦ Adanya penurunan kesadaran pada pasien.
  35. 35. 2.Penilaian mekanisme bernafas (Breathing) Ventilasi membutuhkan paru, dinding dada, dan diafragma dalam keadaan yang fungsional dan harus dievaluasi pada survey primer. ◦ Melihat dinding dada atau diafragma mengembang ◦ Mendengar dan merasakan suara napas. ◦ Memberikan terapi oksigen
  36. 36. C.Penilaian sirkulasi (Circulation) ◦ Perhatian utama pada adanya manifestasi klinis syok hipovolemik (yaitu: gangguan kesadaran, pucat, takikardia, nadi cepat, dan tidak teratur disertai pengisian kapilar yang tidak adekuat atau uji pengisian kapilar >2 detik, suhu tubuh turun naik). ◦ Resusitasi awal pada pasien luka bakar menggunakan cairan ringer laktat dengan menggunakan rumus baxter.
  37. 37. Contoh: untuk pasien dengan berat badan 100 kg dengan luka bakar 80%. Total cairan dalam waktu 24 jam pertama = 2-4 x 80 x 100 = 16.000 – 32.000 mL dalam 24 jam = 8.000 – 16.000 mL dalam 8 jam pertama (1.000 - 2.000 mLper-jam) dan sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada anak cairan yang diberikan Ringer Laktat : Dextran = 17 : 3 dengan total cairan 2 cc x berat badan x % luas luka bakar ditambah kebutuhan faali diberikan ½ pada 8 jam pertama sisanya pada 16 jam berikutnya13.
  38. 38. B.Survei Sekunder Komponen utama secondary survey adalah anamnesis, pemeriksaan fisik ulang, dokumentasi, pemeriksaan laboratorium dan radiologi, pemeliharaan sirkulasi perifer pada daerah yang terbakar, pemasangan NGT, kontrol infeksi dan penanganan nyeri, pengaturan nutrisi dan perawatan luka. 1.Anamnesis Hal-hal yang perlu ditanyakan berupa : A : Alergi M : Mekanisme dan sebab trauma M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini) P : Past illness L : Last meal (makan minum terakhir) E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
  39. 39. Edukasi Planning Monitoring 1.Vital sign 2.Fotografi luka bakar 3.Pemeriksaan lab 4.Efek samping terapi 5.Komplikasi 6.Nutrisi Planning Edukasi 1.Menjelaskan tentang penyakit pasien, komplikasi, pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan, terapi yang akan diberikan. 2.Langkah promotif/preventif agar luka tidak bertambah berat dan mencegah terjadinya komplikasi seperti menjaga agar luka tidak basa dan kotor, kemudian diperhatikan juga nutrisinya. 3.Setelah KRS diminta untuk kontrol guna mengetahui perkembangan kesembuhan 41
  40. 40. PEMBAHASAN 42
  41. 41. ◦ pasien atas nama Tn ND, usia 51 tahun datang dengan keluhan nyeri karena terkena air panas. Keadaan umum pasien tampak sakit sedang-berat. ◦ pemeriksaan fisik tidak didapatkan gangguan jalan nafas (airway, breathing). status lokalis luka bakar yaitu Bisep Dextra : 4,5% (2 A) , Manus Dextra : 1% (1) , Gluteus+Bisepfemur : 9 % (2 A), Gluteus Sinistra 2 % (2A), Inguinal Dextra : 1 % (1), Tibialis Sinistra 2 % (1), Gastrocnemius Dextra 4,5 (1), Pedis Dextra 1 % (1), Pedis Sinistra 1 % (1). Total 26 % derajat 1 dan 2 A.
  42. 42. Pada Kasus Keterangan dan Teori • inf RL 3.484 8 jam • Inf RL 3.484 16 jam Rawat luka pz dan burnazin • Berdasarkan rumus baxter • Cairan yang dipilih adalah Ringer Laktat karena kandungan Ringer Laktat meliputi natrium 130 mmol/L, kalium 4mmol/L, klorida 109mmol/L mEq, kalsium1,5 mmol/L, laktat 28 mmol/L yang digunakan untuk mengganti elektrolit yang terbuang. • Dingin menghambat produksi laktase dan asidosis, meningkatkan fungsi katekolamin dan homeostasis kardiovaskular. • menghambat pelepasan histamin pada luka bakar, memblokir kenaikan mediasi histamin ditempat luka dan tempat-tempat lainnya dalam segi permeabilitas vaskular sehingga meminimalkan terjadinya edema dan kebocoran cairan intravaskular. • Dingin menekan produksi tromboksan yang merupakan mediator kemacetan vaskular dan berkembangnya iskemik dermal setelah terjadinya luka bakar. 44
  43. 43. Pada Kasus Keterangan dan Teori • injeksi Ranitidin 3x 50 mg iv • Inj ondansetron 3x4 mg iv • sebagai terapi simptomatik untuk mengatasi keluhan mual dan muntah. • injeksi ketorolac • Ketorolac adalah obat untuk meredakan nyeri dan peradangan. Obat ini sering digunakan setelah operasi atau prosedur medis yang bisa menyebabkan nyeri. Ketorolac merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) 45
  44. 44. Pada Kasus Keterangan dan Teori Inj cefotaxim 3x1 • golongan antibiotik sefalosporin yang bekerja dengan cara membunuh bakteri dan menghambat pertumbuhannya. Salep mebo 1x1 ue setiap sehari sekali ganti • MEBO SALEP 20 GR salep herbal luka bakar yang diformulasikan dengan bahan-bahan herbal alami seperti : Ekstrak Akar mangkokan, ekstrak kulit chinensis Phellodendri, Ekstrak rimpang Coptidis 46
  45. 45. Daftar Pustaka 1. Rittenhouse, B.A et al,. (2019) Predicting wound healing rates and survival with the use of automated serial evaluations of burn wounds. Diakses pada tanggal 14 desember 2021. 2. Hasdianah & Suprapto, S.I. (2014). Patologi & Patofisiologi Penyakit.Yogyakarta:NuhaMedika 3. Lewis, et al. (2014). Medical Surgical Nursing : Assessent And Management Of Clinical Problems. St. Louis, Missouri: Elsevier Mosby. 4. Hultman, C. S., Edkins, R.E., Lee, C.N., Calvert, C.T., Cairns, B.A. (2012). Shine on: Review of Laser-and Light-Based Therapies for the Treatment of Burn Scars. Dermatol Res Pract, 2(4): 36-51 Hultman, C. S., Juhász. I, et al. (2012) Treatment Of Partial Thickness Burns With ZnHyaluronan: Lessons Of A Clinical Pilot Study. Diakses pada tanggal 1 Februari 2019. 5. Kaplan NE, Hentz VR. 2006. Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, An Illustrated Guide, LittleBrown. Boston : USA 6. Gurtner, GC 2007, Wound Healing: Normal and Abnormal Grabb and Smith’s Plastic Surgery, 6th edn, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp. 15-22. 7. Nina, R 2008, ‘Efek Penyembuhan Luka Bakar dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanol 70% Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L.) pada Kulit Pungung Kelinci New Zealand’, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Solo. 8. Moenadjat 2009, Luka Bakar, Penatalaksanan Awal & Penatalaksanaannya, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, pp. 62-70. Moenadjat 2005, Pengetahuan Klinik Praktis, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, pp. 84-91. 9. Sjamsuhidajat, R & de Jong W 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, pp. 114-122. 10. Brunner & Suddarth 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, pp. 1293 11. Barbara, AB, Glen, G & Marjojie, S 2013, Williard and Spackmans’s Occupational Theraphy 12th edn, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp. 101- 109. 12. Tiwari, VK 2012. ‘Burn Wound: How it Differs from Other Wounds’, Indian Jurnal of Plastic Surgery, vol. 45, pp. 364-373, diakses 22 Agustus 2016, 13. Rudall, N & Green, A 2010, ‘Burns Clinical Features and Prognosis’, Clinical Pharmacist Journal, pp. 245-248, diakses 30 Juni 2017, . 14. Kaplan, NE & Hentz, VR 2006, Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, an Illustrated Guide, Little Brown, Boston, USA, pp. 112-116.

Notas del editor

  • Akut : kurang dari 7 hari
    Kronik : diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dan bukan disebabkan oleh bakterial seperti penyakit sensitive terhadap glutein dan gangguan metabolism
    Persisten : diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan penyebab infeksi
  • Gangguan sekretorik terjadi bila absorbsi natrium oleh villi gagal sedangkan sekresi klorida oleh sel epitel berlangsung terus atau meningkat.
    Osmotik : suatu bahan yang secara osmotik aktif dan tidak dapat diserap.
    Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare

×