SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Belajar dan Pemahaman dalam Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Sebagaimana yang diuraikan dalam buku Sardiman (2006: 20),
terdapat beberapa definisi tentang belajar, yaitu:
1) Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in
behavior as a result of experience.
2) Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to
read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow
direction.
3) Geoch, mengatakan: Learning is a change in performance as a
result of practice.
Ketiga definisi dari beberapa ahli di atas, dapat diterjemahkan
sebagai berikut:
1) Belajar dapat ditunjukkan dari adanya suatu perubahan dalam
perilaku atau penampilan sebagai suatu hasil dari suatu penelitian
atau latihan.
2) Belajar merupakan kegiatan untuk mengamati, membaca, meniru,
mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, untuk mendengarkan, dan
untuk mengikuti petunjuk yang ada.
12
3) Belajar merupakan suatu perubahan kinerja atau tindakan sebagai
hasil dari suatu latihan.
Dari berbagai definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar atau pembelajaran (learning) itu senantiasa merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan
lain sebagainya. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan
ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan,
sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.
Dari beberapa pengertian tersebut, juga dapat dinyatakan
bahwa kegiatan belajar memiliki beberapa maksud, antara lain:
1) Mengetahui suatu kepandaian, kecakapan, atau konsep yang
sebelumnya tidak pernah diketahui.
2) Dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dibuat,
baik tingkah laku maupun keterampilan.
3) Mampu mengkombinasikan dua pengetahuan (atau lebih) ke dalam
suatu pengertian baru baik keterampilan, pengetahuan, konsep,
maupun sikap dan tingkah laku.
4) Dapat memahami dan menerapkan pengetahuan yang telah
diperoleh.
Menurut Supriyadi (2005: 12), kegiatan belajar merupakan
kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman
terhadap suatu objek atau suatu peristiwa. Sedangkan kegiatan
13
mengajar, menurut Supriyadi (2005: 13) merupakan kegiatan dalam
upaya menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi, dan
tanggung jawab pada siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi
diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang
hayat.
Pendapat tentang pembelajaran yang lain disampaikan oleh
Suyitno (2004: 2), yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah
upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan,
potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi
interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan
siswa.
Dari beberapa pendapat tentang belajar dan pembelajaran
tersebut di atas, dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu bentuk kegiatan aktif untuk membangun atau
meningkatkan pemahaman atau pengetahuan terhadap suatu teori atau
hal-hal yang bersifat keilmuan. Sedangkan pembelajaran dapat
disimpulkan sebagai kegiatan penyampaian materi kepada siswa yang
belajar melalui penciptaan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi,
dan tanggung jawab pada siswa untuk menerapkan seluruh potensi diri
dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar. Adapun
bentuknya adalah sebagai bentuk interaksi optimal antara guru dengan
siswa serta antara siswa dengan siswa.
14
b. Hakikat Pemahaman dalam Pembelajaran
1) Pengertian Pemahaman
Menurut Hermawan (2005: 27), pemahaman mengandung
makna penguasaan pengetahuan yang diseleraskan dengan sikap
keterampilan. Menurut Teori Gestal, seperti yang disampaikan oleh
Hermawan (2005: 29), keterampilan menghubungkan bagian-
bagian pengetahuan untuk diperoleh suatu kesimpulan yang
merupakan salah satu wujud pemahaman.
Ali (2002: 4) juga mendefinisikan pemahaman sebagai
kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran seperti
menafsirkan, menjelaskan, meringkas, atau menerangkan suatu
pengertian. Sedangkan Zainal, dkk. (2004: 18) mendeskripsikan
pemahaman sebagai kemudahan memahami dalam menemukan
suatu pemecahan masalah. Pemahaman merupakan kemampuan
untuk memahami arti secara harfiah dari materi, kemampuan
merangkap arti dan maksud dari materi, dan menyatakan kembali
informasi dengan kata-katanya sendiri.
Pemahaman siswa terhadap materi materi pembelajaran
dapat dianggap sebagai keberhasilan perbaikan pembelajaran
ditetapkan guru di kelas. Menurut Depdiknas (2004: 218), kriteria
keberhasilan belajar mengajar di kelas apabila 85% siswa dalam
satu kelas mencapai ketuntasan belajar dengan nilai minimal 65.
15
Sedangkan untuk kriteria ketuntasan belajar siswa, menurut
Depdiknas (2004: 218) adalah siswa dianggap tuntas dalam
kegiatan belajar jika daya serap siswa mencapai 75%. Siswa secara
kelas dinyatakan tuntas dalam kegiatan belajar jika ketuntasan
kelas mencapai 75%.
2) Perlunya Pemahaman dalam Pembelajaran
Kohler (dalam Surya, 1999: 36) menyatakan bahwa
memahami memegang peranan penting dalam perilaku.
Sehubungan dengan hal itu, dalam proses pembelajaran,
hendaknya guru membantu siswa agar para siswa memiliki
kemampuan insight, yaitu kemampuan mengenal keterkaitan
unsur-unsur dalam suatu objek atau peristiwa.
c. Cara Meningkatkan Pemahaman dalam Pembelajaran
Untuk meningkatkan pemahaman siswa, usaha guru dalam
pembelajaran adalah:
1) Pembelajaran tatap muka akan lebih baik dengan menggunakan
alat peraga (Winataputra, dkk., 2004: 8).
2) Menggunakan media
Dengan menggunakan media, anak akan lebih jelas secara nyata.
Banyak temuan penelitian yang mengungkapkan keandalan media
pembelajaran. Seperti yang dilakukan oleh British Audio Visual
Association, bahwa rata-rata jumlah informasi yang diperoleh
16
seseorang menunjukkan 75% melalui indera penglihatan
(Winataputra, dkk., 2004: 12).
2. Konsep Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
a. Pengertian dan Dimensi Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan
Pada kurikulum 2004 sekolah dasar (SD)/madrasah ibtidaiyah
(MI) Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata
Pelajaran Kewarganegaraan, Depdiknas (2004: 1) menjelaskan bahwa:
Mata pelajaran kewarganegaraan (citizenship) adalah mata
pelajaran yang ingin membentuk warga negara yang ideal yaitu
warga negara yang memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, menguasai pengetahuan, keterampilan
dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip
kewarganegaraan.
Sehubungan dengan itu, dinyatakan bahwa mata pelajaran
kewarganegaraan mencakup tiga dimensi yaitu:
1) Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge)
yang mencakup bidang politik, hukum dan moral, meliputi
pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi,
lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional,
pemerintah berdasar hukum dan peradilan yang bebas dan
tidak memihak, konstitusi, sejarah nasioanal, hak dan
kewajiban warga negara, hak asasi manusia, hak sipil dan
hak politik;
2) Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civics skill) yang
meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Misalnya dalam mewujudkan
masyarakat madani (civil society), keterampilan
mempengruhi dan memonitoring jalannya pemerintahan,
dan proses pengambilan keputusan politik, keterampilan
memecahkan masalah sosial, keterampilan mengadakan
koalisi, kerja sama, dan mengelola konflik;
3) Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) yang
mencakup kepercayaan diri, komitmen, penguasaan atas
nilai-nilai religi, toleransi, kebebasan individual, kebebasan
17
berbicara, keberbasan pers, kebebasan berserikat dan
berkumpul dan perlindungan terhadap minoritas
(Depdiknas, 2004: 4).
b. Hakikat Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Kewarganegaraan (citizenship) adalah mata pelajaran yang
memfokuskan pada: “Pembentukan diri yang beragam dari segi agama,
sosio-kultural, bahas, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.” (Depdiknas, 2004:
6).
c. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Menurut uraian yang disampaikan Depdiknas (2004: 7), mata
pelajaran Kewarganegaraan berfungsi: “Sebagai wahana untuk
membentuk warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang
setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan
dirinya dalam kebiasaan berfikir sesuai dengan amanat Pancasila dan
UUD 1945.”
Tujuan mata pelajaran kewarganegaraan adalah untuk
memberikan kompetensi-kompetensi yang diuraikan sebagai berikut:
1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menggapai isu
kewarganegaraan;
2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara;
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk
ciri berdasarkan pada karakter-karakter Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; dan
18
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi (Depdiknas, 2004: 7).
3. Metode Pembelajaran
a. Hakikat Metode Pembelajaran
Metode berasal dari kata ”metha” dan ”hodos.” Metha berarti
melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Metode adalah
cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu
(Sugito, 2004:30). Disamping itu metode adalah cara yang digunakan
guru dalam mewujudkan hubungan dengan peserta didik pada saat
berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar
sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar (Nana
Sudjana, 2000: 76).
Menurut Soeparman (2003: 7), metode pembelajaran berfungsi
sebagai cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh, dan
memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan Gerlach dan Ely (2000: 23) mengemukakan
pendapat bahwa metode dalam kaitannya dengan pembelajaran
diidentifikasikan sebagai suatu rancangan sistematik untuk menyajikan
informasi dan merupakan cara atau alat yang digunakan guru untuk
mengatur aktifitas siswa dalam mencapai tujuan.
Metode dapat diartikan pula sebagai suatu cara kerja yang
sistematis dan umum yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai
19
suatu tujuan (Rohani dan Ahmadi, 2001: 6). Sejalan dengan pendapat
tersebut Surachmad (2006: 5) mengemukakan bahwa metode adalah
cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu
tujuan.
Menurut Joyce dan Weil dalam Surachmad (1996: 8), ada
banyak cara untuk belajar, sehingga dibutuhkan metode pembelajaran
yang berbeda pula. Dengan banyaknya ragam metode pembelajaran
yang ada, ternyata masing-masing metoda tersebut memiliki kelebihan
dan kelemahan. Oleh karena itu, ketepatan metoda pembelajaran yang
dipilih memainkan penerapan penting dan utama dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa/mahasiswa.
Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang disusun secara
sistematik yang dapat digunakan atau dipilih oleh guru/dosen untuk
menyajikan materi pelajaran dan mengatur efektivitas
siswa/mahasiswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari
beberapa pendapat tersebut juga dapat dilihat bahwa faktor utama yang
menentukan metode adalah tujuan yang akan dicapai.
b. Kategori Metode Mengajar dan Faktor-Faktor yang Dapat
Dipertimbangkan dalam Penggunaan Metode Belajar
Bruce Joyce (dalam Nana Sudjana, 2000: 47) mengemukakan
bahwa ada empat kategori metode mengajar, yakni metode informasi,
metode personal, metode diskusi, dan metode tingkah laku. Dari
20
keempat kategori tersebut, Bruce Joyce (dalam Nana Sudjana, 2000:
47) menguraikan sebagai berikut:
1) Metode Informasi
Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas
dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh
guru/pengajar. Hakekat mengajar menurut pandangan ini adalah
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Peserta
didik di sini dipandang sebagai subyek yang menerima apa yang
diberikan guru. Alur informasi mengalir satu arah yaitu dari guru
kepada peserta didik.
2) Metode Personal
Bahwa peserta didik dipandang sebagai subyek dan obyek dalam
belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara
optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses
pembelajaran dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang
peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih
banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin
belajar dan fasilitator belajar.
3) Metode Diskusi
Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara
individu/peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain
sehingga dalam konteks yang lebih luas terjadinya hubungan sosial
individu dengan masyarakat. Mengembangkan kemampuan dan
21
kesanggupan peserta didik untuk mengadakan hubungan dengan
orang lain/peserta didik lain, mengembangkan sikap dan prilaku
yang demokratis, serta menumbuhkan produktivitas kegiatan
belajar peserta didik.
4) Metode Tingkah Laku
Adalah pendekatan dengan melatih peserta didik dan memperkuat
respon
peserta didik yang paling tetap terhadap stimulus.
Dengan metode diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar
peserta didik sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata
lain terciptalah interaksi edukatif, yaitu interaksi yang bernilai
pendidikan. Interaksi edukatif adalah suatu gambaran, hubungan aktif
dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan
tujuan interaksi edukatif untuk mencapai tujuan pendidikan.
Semua guru di sekolah telah memiliki pengalaman mengajar,
dengan sendirinya telah banyak juga menggunakan sejumlah metode,
belajar mengajar seperti metode ceramah, tanya jawab, latihan, belajar
kelompok, diskusi, demonstrasi, dan sebagainya. Pemilihan metode
dalam pembelajaran erat hubungannya dengan tujuan pengajaran yang
telah ditentukan sebelumnya. Metode yang dipilih harus membantu
peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang efektif dan efisien.
Dalam praktiknya guru tidak hanya menggunakan satu metode
22
mengajar saja, karena sebetulnya tidak ada metode mengajar yang
paling baik atau paling tepat digunakan sendiri.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan guru dalam
menggunakan metode mengajar, yaitu: (1) kesesuaian dengan tujuan
pengajaran, (2) kesesuaian dengan materi pelajaran, (3) kesesuaian
dengan sumber dan fasilitas yang tersedia, (4) kesesuaian dengan
situasi kondisi belajar mengajar, (5) kesesuaian dengan kondisi peserta
didik, dan (6) kesesuaian dengan waktu yang tersedia (Ali, 2000: 88).
Selanjutnya ada beberapa faktor yang harus diperhatikan pula
oleh guru dalam menentukan metode mana yang akan diikuti, yaitu:
(1) tujuan sekolah, (2) bahan pengajaran, (3) tahapan-tahapan belajar,
(4) tingkat perkembangan, (5) keadaan perseorangan, dan (6) dasar
tertinggi (Pasaribu dan Simanjuntak, 2006: 64).
Metode pengajaran PKn tidak terbatas jumlahnya. Pada
prinsipnya penggunaan metode pangajaran berkaitan erat dengan
penguasaan guru terhadap metode yang digunakan dan materi yang
disampaikan. Di dalam pembelajaran Sejarah, seorang guru harus
mampu menerapkan metode pengajaran yang dapat membangkitkan
daya tarik dan minat peserta dididk untuk mengikuti pelajaran dengan
baik. Sedangkan di antara beberapa metode yang telah diuraikan
tersebut di atas, penulis memilih salah satu dari beberapa metode yaitu
metode latihan mandiri, dengan pertimbangan agar peserta didik tidak
merasa bosan, jenuh tertekan dan bersifat negatif terhadap materi yang
23
sedang dipelajari. Selain itu, dengan adanya penggunaan metode
latihan mandiri ini, akan mengarahkan siswa lebih kreatif dan mandiri
serta memiliki keberanian dan kemampuan dalam mengatasi berbagai
permasalahan yang ada.
4. Metode Latihan Mandiri
a. Pengertian Metode Latihan Mandiri
Salah satu metode yang digunakan dalam pengajaran PKn
adalah metode latihan mandiri. Imansjah Alipandie (2004:91)
mengemukakan bahwa metode latihan mandiri adalah cara untuk
mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada
siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran.
Pelaksanaannya bisa dirumah, diperpustakaan, dilaboratorium, dan
hasilnya dipertanggungjawabkan.
Sedangkan Slameto (2007:115) mengemukakan: Metode
latihan mandiri adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan
memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan diluar jadwal
sekolah dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus
dipertanggungjawabkan kepada guru.
Metode tugas dan latihan mandiri adalah suatu cara penyajian
pelajaran dengan cara guru memberi tugas tertentu kepada siswa dalam
waktu yang telah ditentukan dan siswa mempertanggungjawabkan tugas
yang dibebankan kepadanya (Moh. Uzer Usman, 2003 : 125).
24
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 21) menyatakan
bahwa metode tugas dan latihan mandiri adalah metode penyajian bahan
dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan
belajar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode latihan
mandiri adalah pemberian tugas kepada siswa di luar jadwal sekolah
atau diluar jadwal pelajaran yang pada akhirnya
dipertanggungjawabkan kepada guru yang bersangkutan.
Metode latihan mandiri merupakan salah satu pilihan metode
mengajar seorang guru, dimana guru memberikan sejumlah item tes
kepada siswanya untuk dikerjakan di luar jam pelajaran. Pemberian
item tes ini biasanya dilakukan pada setiap kegiatan belajar mengajar
di kelas, pada akhir setiap pertemuan atau akhir pertemuan di kelas.
Pemberian tugas ini merupakan salah satu alternatif untuk lebih
menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus. Hal ini
disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang harus disampaikan
sementara waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas. Dengan
banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan
mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa
utnuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Rostiyah
(2001:32) menyatakan bahwa untuk mengatasi keadaan seperti di atas,
guru perlu memberikan tugas-tugas diluar jam pelajaran. Sumiati Side
(2004:46) menyatakan bahwa pemberian tugas-tugas berupa PR
25
mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan prestasi
belajar PKn.
Salah satu strategi belajar PKn yang baik adalah memperbesar
frekuensi pengulangan materi/dengan memperbanyak latihan soal-soal
sehingga menjadi suatu keterampilan yang dapat melatih diri
mendayagunakan pikiran. Tampaknya pemberian tugas kepada siswa
untuk diselesaikan di rumah, di kelas, maupun diperpustakaan cocok
dalam hal ini, karena dengan tugas ini akan merangsang siswa untuk
melakukan latihan-latihan atau mengulangi materi pelajaran yang baru
didapat disekolah atau sekaligus mencoba ilmu pengetahuan yang telah
dimilikinya, serta membiasakan diri siswa mengisi waktu luangnya di
luar jam pelajaran. Dengan sendirinya telah berusaha memperdalam
pemahaman serta pengertian tentang materi pelajaran.
Teori Stimulus-Respon (S – R) mendukung dalam hal ini yaitu:
Prinsip utama belajar adalah pengulangan. Bila S diberikan kepada
obyek maka terjadilah R. Dengan latihan, asosiasi antara S dan R
menjadi otomatis. Lebih sering asossosiasi antara S dan R digunakan
makin kuatlah hubungan yang terjadi, makin jarang hubungan S dan R
dipergunakan makin lemahlah hubungan itu (Herman Hudoyo, 2002:
5).
Di dalam suatu kelas, tingkat kemampuan siswa cukup
heterogen, sebagian dapat langsung mengeri pelajaran hanya satu kali
penjelasan oleh guru, sebagian dapat mengerti bila diulangi dua atau
26
tiga kali materinya dan sebagian lagi baru dapat mengerti setelah
diulangi di rumah atau bahkan tidak dapat mengerti sama sekali.
b. Prosedur dan Penerapan Metode Latihan mandiri
Umumnya seorang guru mengatur kecepatan mengajarnya
sesuai dengan keadaan rata-rata siswa dengan beberapa penyesuaian
terhadap yang kurang mampu ataupun yang dianggap pandai.
Walaupun demikian kemungkinan sebagian besar siswa cara
belajarnya belum sesuai benar, bagi mereka masa belajar di kelas
merupakan ajang untuk memulai materi. Pemberian tugas-tugas untuk
diselesaikan di rumah, diperpustakaan maupun di laboratorium akan
memberikan kesempatan untuk belajar aktif yang sesuai dengan irama
kecepatan belajarnya. Hal ini merupakan pengalaman belajar yang
sejati bagi individu yang bersangkutan.
Memberikan tugas-tugas kepada siswa berarti memberi
kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan yang baru saja
mereka dapatkan dari guru disekolah, serta menghafal dan lebih
memperdalam materi pelajaran. Peranan penugasan kepada siswa
sangat penting dalam pengajaran, hal ini dijelaskan oleh I. L. Pasaribu:
Metode tugas merupakan suatu aspek dari metode-metode mengajar.
Karena tugas-tugas meninjau pelajaran baru, untuk menghafal
pelajaran yang sudah diajarkan, untuk latihan-latihan, dengan tugas
untuk mengumpulkkan bahan, untuk memecahkan suatu masalah dan
seterusnya (I. L. Pasaribu, 2006:108)
27
Dalam memberikan tugas kepada siswa, guru diharuskan
memeriksa dan memberi nilai. Rostiyah (2001:113) mengemukakan
bahwa dengan mengevaluasi tugas yang diberikan kepada siswa, akan
memberi motivasi belajar siswa.
Adapun prosedur metode latihan mandiri yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pengajaran PKn antara lain:
memperdalam pengertian siswa terhadap materi pelajaran yang telah
diterima, melatih siswa ke arah belajar mandiri, dapat membagi waktu
secara teratur, memanfaatkan waktu luang, melatih untuk menemukan
sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas dan
memperkaya pengalaman di sekolah melalai kegiatan di luar kelas (Sri
Anitah Wiryawan, 2000:30).
Tugas dan latihan mandiri merangsang siswa untuk aktif
belajar baik secara individu maupun kelompok. Adapun langkah-
langkah yang harus diikuti dalam penggunaan tugas dan latihan
mandiri adalah sebagai berikut.
1) Fase pemberian tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
a) Tujuan yang akan dicapai
Tujuan yang akan dicapai dalam pemberian tugas dan latihan
mandiri pada mata pelajaran PKn, yaitu untuk memacu siswa
agar selalu siap belajar tetapi jangan sampai terjadi kebiasaan
28
siswa baru akan melakukan belajar jika metode ini akan
diterapkan dalam pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
b) Jenis tugas yang jelas dan tepat
Jenis tugas yang diberikan khususnya pada mata pelajaran PKn
harus jelas dan tepat, sehingga siswa mampu menyelesaikan
tugas-tugas tersebut setelah guru memberikan materi pelajaran.
c) Tugas yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan siswa.
d) Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan
siswa seperti buku paket dari guru atau lembar kerja siswa
(LKS).
e) Diharapkan siswa menyediakan waktu yang cukup untuk
mengerjakan tugas khususnya PKn.
2) Fase pelaksanaan tugas.
Langkah ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
a) Diberi bimbingan berupa penjelasan materi pada pokok
bahasan tertentu dalam mata pelajaran PKn atau diberi
pengawasan dalam pelaksanaan tugas oleh guru.
b) Sebelum melaksanakan tugas seharusnya siswa diberikan
dorongan sehingga siswa mau bekerja.
c) Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri tidak menyuruh
orang lain
d) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang telah
dikerjakan dengan baik dan sistematik.
29
3) Fase mempertanggungjawabkan tugas
Hal-hal yang harus dikerjakan dalam fase ini adalah:
a) Laporan siswa baik lisan maupun tulisan dari apa yang telah
dikerjakan pada soal-soal PKn yang diberikan oleh guru.
b) Ada tanya jawab atau diskusi kelas tentang soal-soal yang
diberikan sehingga guru mengetahui apakah siswa mengerjakan
tugas tersebut sendiri atau menyuruh orang lain.
c) Penilaian hasil pekerjaan siswa dengan tes maupun non tes atau
cara lainnya. (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2002: 98)
Agar metode ini dapat berhasil mencapai tujuan pengajaran
sebaik-baiknya, maka ada beberapa faktor yang harus diingat, yaitu:
1) Materi pelajaran yang akan dilatihkan dengan metode ini harus
bermakna.
2) Metode ini jangan sampai menimbulkan verbalisme (menyebutkan
sesuatu yang benar tetapi tidak tahu artinya atau “membeo”).
3) Latihan atau tugas diberikan secara sistematis dan teratur.
4) Buatlah suasana kelas gembira atau santai.
5) Buatlah pertanyaan yang tidak saja menggali fakta (jawaban yang
reproduktif) tetapi juga yang meminta penalaran atau logika dan
pemikiran (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2002: 99).
Selanjutnya, metode latihan mandiri ini dianggap efektif bila
hal-hal berikut ini dapat dilaksanakan yaitu merumuskan tujuan khusus
yang hendak dicapai, tugas yang diberikan harus jelas, waktu yang
30
disediakan untuk menyelasaikan tugas harus cukup (Imansyah
Alipandie, 2004:93).
Sudirman (2002:145) menguraikan tentang langkah-langkah
yang dapat ditempuh dalam pendekatan pelaksanaan metode latihan
mandiri yaitu :
1) Tugas yang diberikan harus jelas
2) Tempat dan lama waktu penyelesaian tugas harus jelas.
3) Tugas yang diberikan terlebih dahulu dijelaskan/diberikan petunjuk
yang jelas, agar siswa yang belum mampu memahami tugas itu
berupaya untuk menyelesaikannya.
4) Guru harus memberikan bimbingan utamanya kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar atau salah arah dalam mengerjakan
tugas.
5) Memberi dorongan terutama bagi siswa yang lambat atau kurang
bergairah mengerjakan tugas (Sudirman, 2002 : 145)
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Latihan mandiri
Metode latihan mandiri mempunyai kelebihan dan kelemahan
dalam proses belajar mengajar. Adapun kelebihan metode latihan
mandiri adalah anak menjadi terbiasa mengisi waktu luangnya,
memupuk rasa tanggung jawab, melatih anak berfikir kritis, tekun, giat
dan rajin. Sedangkan kelemahan metode latihan mandiri antara lain:
tidak jarang pekerjaan yang ditugaskan itu diselesaikan dengan jalan
meniru, karena perbedaan individual anak tugas diberikan secara
31
umum mungkin beberapa orang diantaranya merasa sukar sedang yang
lain merasa mudah menyelesaikan tugas itu dan apabila tugas sering
diberikan maka ketenangan mental pada siswa terpengaruh (Imanjah
Alipandie, 2004:92).
Kelebihan metode tugas dan latihan mandiri, yaitu:
1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar
individual ataupun kelompok.
2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan
guru.
3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
4) Siswa bersungguh-sungguh mempelajari materi pelajaran karena
mereka akan ditanyai tentang materi tersebut.
5) Dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru akan memperkuat
asosiasi.
6) Dapat mengembangkan kreatifitas siswa.
7) Memperkuat kepercayaan diri akan kemampuan bila siswa mampu
menjawab pertanyaan dari guru.
8) Memupuk kesiapan pengetahuan yang dimiliki siswa.
Kekurangan tugas dan latihan mandiri, yaitu:
1) Pekerjaan siswa sulit dikontrol (apakah benar ia yang mengerjakan
tugas atau orang lain).
32
2) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif
mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja,
sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi.
3) Tidak mudah memberikan tugas dengan perbedaan individu siswa.
4) Sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan
kebosanan siswa.
5) Siswa hanya akan belajar jika ada perintah dari guru.
6) Ada suasana takut dari siswa bila akan menghadapi metode ini,
khususnya bagi siswa yang tidak siap.
Langkah-langkah untuk mengatasi kelemahan pada metode
latihan mandiri, yaitu:
1) Jika tugas dikerjakan dirumah, guru perlu memberitahukan kepada
orang tua bahwa anaknya mempunyai tugas yang harus dikerjakan
di rumah dengan cara menyertakan tanda tangan orang tua di atas
jawaban tugas siswa tersebut.
2) Jika tugas dikerjakan di lingkungan sekolah (misal: perpustakaan,
laboratorium) guru perlu mengawasi dan menilai pelaksanaan
tugas tersebut, sehingga tugas dikerjakan dengan baik, dikerjakan
oleh siswa sendiri.
3) Dalam memberikan tugas harus sesuai dengan tugas yang
dikerjakan oleh perorangan (tugas individual) dengan tugas
kelompok.
33
Kegiatan interaktif dan edukatif merupakan suatu kegiatan
yang didalamnya terjadi komunikasi dua arah antara guru dan siswa
yang diikat oleh suatu tujuan. Dengan banyaknya kegiatan edukatif
disekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi pelajaran,
maka banyak menyita waktu siswa untuk melaksanakan kegiatan
belajar mengajar tersebut.
Untuk mengatasi hal itu, guru memberikan tugas-tugas di luar
jam pelajaran. Tugas merupakan sesuatu yang harus wajib dikerjakan
atau yang ditentukan untuk dilakukan. Kokurikuler merupakan
kegiatan diluar jam pelajaran yang bertujuan agar siswa lebih
mendalam atau lebih menghayati apa yang dipelajari dalam kegiatan
intrakurikuler. Dalam penelitian ini, tugas dan latihan mandiri
termasuk tugas kokurikuler. Jadi tugas kokurikuler merupakan
merupakan sesuatu yang wajib dikerjakan di luar jam pelajaran yang
bertujuan agar siswa lebih memperdalam atau lebih menghayati apa
yang dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler.
Tugas kokurikuler diberikan secara teratur dan hasilnya ikut
menentukan nilai pada setiap mata pelajaran. Tugas kokurikuler dapat
meliputi:
1) Melakukan penelitian
2) Mempelajari dan merangkum buku
3) Membuat karangan
4) Mengerjakan tugas-tugas rumah.
34
Jenis tugas kokurikuler dapat dikembangkan sesuai dengan
kemampuan guru, kebutuhan siswa serta sarana dan prasarana yang
ada. Tugas kokurikuler yang diberikan memerlukan perencanaan mulai
dari persiapan sampai penilaian.
5. Prestasi Belajar
a. Pengertian prestasi belajar
Menurut Winkel (2001: 162), prestasi adalah bukti
keberhasilan usaha yang dicapai. Menurut Tulus Tu’u (2004:75),
prestasi belajar dijelaskan sebagai:
1) Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar siswa yang dicapai siswa
ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan
pembelajaran di sekolah.
2) Prestasi belajar tersebut terutama dinilai aspek kognitif, karena
bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan,
ingatan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis, dan evaluasi.
3) Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau
angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap
tugas siswa dalam ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
Belajar menurut Natawidjaja dan Moleong (2005:7) adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang.
Hamalik (2003: 52) mengatakan belajar adalah modifikasi untuk
memperkuat tingkah laku melalui pengalaman dan latihan serta suatu
35
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungannya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
beberapa perubahan tingkah laku tang relatif tetap sebagai suatu hasil
latihan atau pengalaman dengan lingkungannya. Prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai seorang siswa setelah mengikuti pelajaran di
sekolah sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dengan melihat hasil
penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh
guru setelah mengikuti asessment atau penilaian dan evaluasi.
Penilaian dan evaluasi ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar
siswa yang merupakan tujuan dari pembelajaran.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Sumadi Suryabrata (2003:249) menjelaskan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:
1) Faktor dari luar, yaitu: (1) faktor nonsosial yang meliputi keadaan
udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai
untuk belajar dan (2) faktor sosial, yaitu faktor lingkungan,
keluarga, masyarakat, dan sekolah.
2) Faktor dari dalam, yaitu:
a) Faktor fisiologis, yaitu faktor yang berhubungan dengan fisik
anak yang meliputi dua hal, yaitu:
36
(1) Kedaan jasmani pada umumnya, misalnya keadaan sehat,
sakit, segar, atau lelah.
(2) Keadaan fungsi fisiologis tertentu, misalnya berfungsi atau
tidaknya saraf-saraf yang berhubungan dengan panca indera
sebagai alat untuk belajar.
b) Faktor psikologis, yaitu:
(1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang
lebih luas.
(2) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang
tua, guru, dan teman.
(3) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk selalu maju.
(4) Adanya keinginan memperbaiki kegagalan yang lalu,
dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun
dengan kompetisi.
(5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila
menguasai pelajaran.
(6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.
Menurut Suprapto (2003:23), terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:
1) Faktor siswa
37
Faktor dari siswa sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
belajar. Faktor tersebut adalah bakat, minat, kemampuan, dan
motivasi untuk belajar.
2) Faktor kurikulum
Berupa bahan atau materi pelajaran yang dipelajari siswa.
3) Faktor guru
Guru bertugas mengarahkan dan membimbing cara-cara belajar
yang efektif dan tepat agar mencapai hasil yang optimal.
4) Faktor metode
Metode dan strategi mengajar guru sangat berpengaruh pada hasil
belajar siswa.
5) Faktor sarana dan prasarana
Yang termasuk ke dalam sarana, misalnya: buku pelajaran dan
penunjang, alat tulis menulis, mesin hitung, kamus bahasa, dan
sebagainya.
6) Faktor lingkungan
Berupa lingkungan alam (musim, suhu udara), lingkungan sosial
(keadaan masyarakat sekitar dan pergaulan), lingkungan budaya
(kebiasaan lingkungan terhadap sikap siswa dalam belajar).
Dari uraian di atas jelaslah bahwa prestasi belajar banyak
dipengaruhi oleh banyak hal. Antara faktor yang satu dengan yang lain
38
saling berpengaruh dan saling menunjang serta merupakan kesatuan
yang sangat erat hubungannya. Untuk itu, agar prestasi belajar PKn
dapat meningkat, perlu dilakukan penggunaan metode pembelajaran
yang tepat, termasuk dengan menggunakan metode latihan mandiri.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas dapat
disusun kerangka berpikir sebagai berikut:
Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan.
Siswa cenderung dituntut untuk mampu mengingat dan menghafal materi. Hal
ini membuat suasana belajar menjadi membosankan. Siswa tidak memiliki
ketertarikan dan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran ini. Kondisi ini
diperparah dengan model pembelajaran konvensional yang masih
dikembangkan guru, yang bersifat teacher centered. Pada pembelajaran yang
dilaksanakan, siswa cenderung pasif. Jika kondisi ini dibiarkan berlama-lama,
akan bermuara pada rendahnya prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran
PKn itu sendiri.
Metode latihan mandiri adalah salah satu metode pembelajaran yang
meliputi cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada
siswa untuk dikerjakan diluar jadwal sekolah dalam rentangan waktu tertentu
dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan kepada guru. Melalui metode ini,
diharapkan siswa termotivasi untuk menyelesaikan setiap tugas dari guru
dengan baik. Selain itu, dari tugas-tugas yang diberikan, secara tidak langsung
siswa juga belajar terhadap materi meskipun tidak harus sesuai dengan buku
39
diktat yang digunakan. Dari penggunaan metode latihan mandiri ini
diharapkan bahwa siswa tidak bosan terhadap pembelajaran PKn di kelas dan
pada akhirnya keaktifan siswa akan mengarahkan pada pencapaian prestasi
belajar yang maksimal.
Adapun kerangka berpikir dalam penelitian di atas dapat digambarkan
ke dalam skema sebagai berikut.
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu: “Penggunaan metode latihan
mandiri dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan
40
Pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan
Guru dan siswa
Metode Latihan Mandiri
Siswa harus bertanggung jawab
terhadap penyelesaian tugas
Siswa mengingat materi
sehingga perlu selalu belajar
Siswa aktif belajar dan tidak bosan
Prestasi belajar meningkat
pada siswa kelas III SDN Sangen 01 Geger Madiun tahun pelajaran
2008/2009.”
41

More Related Content

What's hot

Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasion...
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasion...Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasion...
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasion...
Rahma Siska Utari
 
3. pendekatan terpadu dalam pembelajaran bhs indo.
3. pendekatan terpadu dalam pembelajaran bhs indo.3. pendekatan terpadu dalam pembelajaran bhs indo.
3. pendekatan terpadu dalam pembelajaran bhs indo.
Faris Rusli
 
Sejarah pendidikan moral
Sejarah pendidikan moralSejarah pendidikan moral
Sejarah pendidikan moral
Norazah Mohamad
 
Integrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakterIntegrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakter
Sutikno Java
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikan
sha_macc
 
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumPengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
sman 2 mataram
 

What's hot (20)

Rpp ppkn x bab 2 1516 4 kali jp
Rpp ppkn x bab 2  1516 4 kali jpRpp ppkn x bab 2  1516 4 kali jp
Rpp ppkn x bab 2 1516 4 kali jp
 
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasion...
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasion...Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasion...
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasion...
 
Pendidikan karakter untuk generasi muda
Pendidikan karakter untuk generasi mudaPendidikan karakter untuk generasi muda
Pendidikan karakter untuk generasi muda
 
KBK dan KTSP
KBK dan KTSPKBK dan KTSP
KBK dan KTSP
 
3. pendekatan terpadu dalam pembelajaran bhs indo.
3. pendekatan terpadu dalam pembelajaran bhs indo.3. pendekatan terpadu dalam pembelajaran bhs indo.
3. pendekatan terpadu dalam pembelajaran bhs indo.
 
24217 silabus pkn
24217 silabus pkn24217 silabus pkn
24217 silabus pkn
 
Rpp ppkn x bab 5 1516 8 kali jp
Rpp ppkn x bab 5 1516 8 kali jpRpp ppkn x bab 5 1516 8 kali jp
Rpp ppkn x bab 5 1516 8 kali jp
 
Strategi Internalisasi Nilai Karakter Pada Anak Dalam Keluarga
Strategi Internalisasi Nilai Karakter Pada Anak Dalam KeluargaStrategi Internalisasi Nilai Karakter Pada Anak Dalam Keluarga
Strategi Internalisasi Nilai Karakter Pada Anak Dalam Keluarga
 
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanDasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
 
Pembelajaran PKn di SD
Pembelajaran PKn di SDPembelajaran PKn di SD
Pembelajaran PKn di SD
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran pkn xii kur 2013 bab 1
Rencana pelaksanaan pembelajaran pkn xii kur 2013 bab 1Rencana pelaksanaan pembelajaran pkn xii kur 2013 bab 1
Rencana pelaksanaan pembelajaran pkn xii kur 2013 bab 1
 
Curriculum Development
Curriculum DevelopmentCurriculum Development
Curriculum Development
 
Sejarah pendidikan moral
Sejarah pendidikan moralSejarah pendidikan moral
Sejarah pendidikan moral
 
Ppd
PpdPpd
Ppd
 
Teori dan konsep pendidikan
Teori dan konsep pendidikanTeori dan konsep pendidikan
Teori dan konsep pendidikan
 
Integrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakterIntegrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakter
 
Silabus pkn x semester 2
Silabus pkn x semester 2Silabus pkn x semester 2
Silabus pkn x semester 2
 
Rpp pkn smk kelas x sem 2
Rpp pkn smk kelas  x sem 2Rpp pkn smk kelas  x sem 2
Rpp pkn smk kelas x sem 2
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikan
 
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumPengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulum
 

Viewers also liked

13. bibliography
13. bibliography13. bibliography
13. bibliography
Alby Alyubi
 
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Antonius Lela Nihamaking
 
Pembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discoveryPembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discovery
Dewi Fitri
 
KTI -METHODE JIGSAW
KTI -METHODE JIGSAWKTI -METHODE JIGSAW
KTI -METHODE JIGSAW
ICHSAN
 
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryProposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Muhammad Syafrullah
 

Viewers also liked (19)

Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
 
BAB II
BAB IIBAB II
BAB II
 
Bab ii tps
Bab ii tpsBab ii tps
Bab ii tps
 
Bab II
Bab IIBab II
Bab II
 
Karya ilmiah faltin
Karya ilmiah faltinKarya ilmiah faltin
Karya ilmiah faltin
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
Daftarpustaka
DaftarpustakaDaftarpustaka
Daftarpustaka
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
13. bibliography
13. bibliography13. bibliography
13. bibliography
 
PPT PTK
PPT PTKPPT PTK
PPT PTK
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab 2 07405241037
Bab 2   07405241037Bab 2   07405241037
Bab 2 07405241037
 
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
 
Pembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discoveryPembelajaran inquiry dan discovery
Pembelajaran inquiry dan discovery
 
Kajian pustaka discovery learning
Kajian pustaka discovery learningKajian pustaka discovery learning
Kajian pustaka discovery learning
 
KTI -METHODE JIGSAW
KTI -METHODE JIGSAWKTI -METHODE JIGSAW
KTI -METHODE JIGSAW
 
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryProposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
 
Proposal PTK
Proposal PTKProposal PTK
Proposal PTK
 

Similar to Bab ii

PPT-4-Keterkaitan-PKn-dengan-IPS-dan-Matpel-Lain.ppt
PPT-4-Keterkaitan-PKn-dengan-IPS-dan-Matpel-Lain.pptPPT-4-Keterkaitan-PKn-dengan-IPS-dan-Matpel-Lain.ppt
PPT-4-Keterkaitan-PKn-dengan-IPS-dan-Matpel-Lain.ppt
RezaDarmayanti
 
P.p bab 11 created nila rahmadhani
P.p bab 11 created nila rahmadhaniP.p bab 11 created nila rahmadhani
P.p bab 11 created nila rahmadhani
nilarahmadhani
 
Ppt teknologi pendidikan
Ppt teknologi pendidikanPpt teknologi pendidikan
Ppt teknologi pendidikan
Lhya Baha
 
Rangkuman materi pp teknologi pendidikan
Rangkuman materi pp teknologi pendidikanRangkuman materi pp teknologi pendidikan
Rangkuman materi pp teknologi pendidikan
fery_antini
 
Ba' siti
Ba' sitiBa' siti
Ba' siti
sujiadi
 
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMakalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Mara Sutan Siregar
 
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahanPendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
endha96
 
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docxPENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
hasrinafebriani06
 
Makalah undang undang sistem pendidikan nasional
Makalah undang undang sistem pendidikan nasionalMakalah undang undang sistem pendidikan nasional
Makalah undang undang sistem pendidikan nasional
Firlita Nurul Kharisma
 

Similar to Bab ii (20)

PPT-4-Keterkaitan-PKn-dengan-IPS-dan-Matpel-Lain.ppt
PPT-4-Keterkaitan-PKn-dengan-IPS-dan-Matpel-Lain.pptPPT-4-Keterkaitan-PKn-dengan-IPS-dan-Matpel-Lain.ppt
PPT-4-Keterkaitan-PKn-dengan-IPS-dan-Matpel-Lain.ppt
 
PENDIDIKAN SEBAGIAN DARI PENGEMBANGAN TRADISI ILMU.pptx
PENDIDIKAN SEBAGIAN DARI PENGEMBANGAN TRADISI ILMU.pptxPENDIDIKAN SEBAGIAN DARI PENGEMBANGAN TRADISI ILMU.pptx
PENDIDIKAN SEBAGIAN DARI PENGEMBANGAN TRADISI ILMU.pptx
 
P.p bab 11 created nila rahmadhani
P.p bab 11 created nila rahmadhaniP.p bab 11 created nila rahmadhani
P.p bab 11 created nila rahmadhani
 
Ppt teknologi pendidikan
Ppt teknologi pendidikanPpt teknologi pendidikan
Ppt teknologi pendidikan
 
Komponen pendidikan
Komponen pendidikanKomponen pendidikan
Komponen pendidikan
 
Bab 3-menelusuri-dinamika-demokrasi
Bab 3-menelusuri-dinamika-demokrasiBab 3-menelusuri-dinamika-demokrasi
Bab 3-menelusuri-dinamika-demokrasi
 
Rpp ppkn sma xi kur13 bab 3-menelusuri-dinamika-demokrasi
Rpp ppkn sma xi kur13 bab 3-menelusuri-dinamika-demokrasiRpp ppkn sma xi kur13 bab 3-menelusuri-dinamika-demokrasi
Rpp ppkn sma xi kur13 bab 3-menelusuri-dinamika-demokrasi
 
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdfPENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
 
Ppt kurikulum
Ppt kurikulumPpt kurikulum
Ppt kurikulum
 
Rangkuman materi pp teknologi pendidikan
Rangkuman materi pp teknologi pendidikanRangkuman materi pp teknologi pendidikan
Rangkuman materi pp teknologi pendidikan
 
Ba' siti
Ba' sitiBa' siti
Ba' siti
 
hakikat pendidikan.docx
hakikat pendidikan.docxhakikat pendidikan.docx
hakikat pendidikan.docx
 
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMakalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
 
DDIP KEL 1(249).pptx
DDIP KEL 1(249).pptxDDIP KEL 1(249).pptx
DDIP KEL 1(249).pptx
 
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahanPendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
Pendidik atau guru pada dasarnya adalah agen pembelajaran atau perubahan
 
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docxPENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
PENGEMBANGAN KONTEN KURIKULUM PENDIDIKAN KLPK.8.docx
 
Makalah hakikat pendidikan
Makalah hakikat pendidikanMakalah hakikat pendidikan
Makalah hakikat pendidikan
 
Makalah undang undang sistem pendidikan nasional
Makalah undang undang sistem pendidikan nasionalMakalah undang undang sistem pendidikan nasional
Makalah undang undang sistem pendidikan nasional
 
tik herlinda
 tik herlinda tik herlinda
tik herlinda
 
Makalah generasi muda
Makalah generasi mudaMakalah generasi muda
Makalah generasi muda
 

More from Iwan Hariyanto (20)

DIAGRAM KEMAMPUAN LITERACY.docx
DIAGRAM KEMAMPUAN LITERACY.docxDIAGRAM KEMAMPUAN LITERACY.docx
DIAGRAM KEMAMPUAN LITERACY.docx
 
BAB III.docx
BAB III.docxBAB III.docx
BAB III.docx
 
BAB II.docx
BAB II.docxBAB II.docx
BAB II.docx
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
 
Proposal bab iii r4
Proposal bab iii r4Proposal bab iii r4
Proposal bab iii r4
 
Proposal bab iii r3
Proposal bab iii r3Proposal bab iii r3
Proposal bab iii r3
 
Proposal bab iii r2
Proposal bab iii r2Proposal bab iii r2
Proposal bab iii r2
 
Proposal bab iii r
Proposal bab iii rProposal bab iii r
Proposal bab iii r
 
Proposal bab iii
Proposal bab iiiProposal bab iii
Proposal bab iii
 
Proposal bab ii
Proposal bab iiProposal bab ii
Proposal bab ii
 
Proposal bab i
Proposal bab iProposal bab i
Proposal bab i
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Mengukur aktivitas fisik
Mengukur aktivitas fisikMengukur aktivitas fisik
Mengukur aktivitas fisik
 
Rpp bjawa kelas iv santa maria
Rpp bjawa kelas iv santa mariaRpp bjawa kelas iv santa maria
Rpp bjawa kelas iv santa maria
 
Rpp bind kelas iv santa maria
Rpp bind kelas iv santa mariaRpp bind kelas iv santa maria
Rpp bind kelas iv santa maria
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Bab v
Bab vBab v
Bab v
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 

Bab ii

  • 1. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Belajar dan Pemahaman dalam Pembelajaran a. Pengertian Belajar Sebagaimana yang diuraikan dalam buku Sardiman (2006: 20), terdapat beberapa definisi tentang belajar, yaitu: 1) Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. 2) Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. 3) Geoch, mengatakan: Learning is a change in performance as a result of practice. Ketiga definisi dari beberapa ahli di atas, dapat diterjemahkan sebagai berikut: 1) Belajar dapat ditunjukkan dari adanya suatu perubahan dalam perilaku atau penampilan sebagai suatu hasil dari suatu penelitian atau latihan. 2) Belajar merupakan kegiatan untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, untuk mendengarkan, dan untuk mengikuti petunjuk yang ada. 12
  • 2. 3) Belajar merupakan suatu perubahan kinerja atau tindakan sebagai hasil dari suatu latihan. Dari berbagai definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar atau pembelajaran (learning) itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Dari beberapa pengertian tersebut, juga dapat dinyatakan bahwa kegiatan belajar memiliki beberapa maksud, antara lain: 1) Mengetahui suatu kepandaian, kecakapan, atau konsep yang sebelumnya tidak pernah diketahui. 2) Dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dibuat, baik tingkah laku maupun keterampilan. 3) Mampu mengkombinasikan dua pengetahuan (atau lebih) ke dalam suatu pengertian baru baik keterampilan, pengetahuan, konsep, maupun sikap dan tingkah laku. 4) Dapat memahami dan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh. Menurut Supriyadi (2005: 12), kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman terhadap suatu objek atau suatu peristiwa. Sedangkan kegiatan 13
  • 3. mengajar, menurut Supriyadi (2005: 13) merupakan kegiatan dalam upaya menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi, dan tanggung jawab pada siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat. Pendapat tentang pembelajaran yang lain disampaikan oleh Suyitno (2004: 2), yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Dari beberapa pendapat tentang belajar dan pembelajaran tersebut di atas, dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu bentuk kegiatan aktif untuk membangun atau meningkatkan pemahaman atau pengetahuan terhadap suatu teori atau hal-hal yang bersifat keilmuan. Sedangkan pembelajaran dapat disimpulkan sebagai kegiatan penyampaian materi kepada siswa yang belajar melalui penciptaan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi, dan tanggung jawab pada siswa untuk menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar. Adapun bentuknya adalah sebagai bentuk interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. 14
  • 4. b. Hakikat Pemahaman dalam Pembelajaran 1) Pengertian Pemahaman Menurut Hermawan (2005: 27), pemahaman mengandung makna penguasaan pengetahuan yang diseleraskan dengan sikap keterampilan. Menurut Teori Gestal, seperti yang disampaikan oleh Hermawan (2005: 29), keterampilan menghubungkan bagian- bagian pengetahuan untuk diperoleh suatu kesimpulan yang merupakan salah satu wujud pemahaman. Ali (2002: 4) juga mendefinisikan pemahaman sebagai kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran seperti menafsirkan, menjelaskan, meringkas, atau menerangkan suatu pengertian. Sedangkan Zainal, dkk. (2004: 18) mendeskripsikan pemahaman sebagai kemudahan memahami dalam menemukan suatu pemecahan masalah. Pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami arti secara harfiah dari materi, kemampuan merangkap arti dan maksud dari materi, dan menyatakan kembali informasi dengan kata-katanya sendiri. Pemahaman siswa terhadap materi materi pembelajaran dapat dianggap sebagai keberhasilan perbaikan pembelajaran ditetapkan guru di kelas. Menurut Depdiknas (2004: 218), kriteria keberhasilan belajar mengajar di kelas apabila 85% siswa dalam satu kelas mencapai ketuntasan belajar dengan nilai minimal 65. 15
  • 5. Sedangkan untuk kriteria ketuntasan belajar siswa, menurut Depdiknas (2004: 218) adalah siswa dianggap tuntas dalam kegiatan belajar jika daya serap siswa mencapai 75%. Siswa secara kelas dinyatakan tuntas dalam kegiatan belajar jika ketuntasan kelas mencapai 75%. 2) Perlunya Pemahaman dalam Pembelajaran Kohler (dalam Surya, 1999: 36) menyatakan bahwa memahami memegang peranan penting dalam perilaku. Sehubungan dengan hal itu, dalam proses pembelajaran, hendaknya guru membantu siswa agar para siswa memiliki kemampuan insight, yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek atau peristiwa. c. Cara Meningkatkan Pemahaman dalam Pembelajaran Untuk meningkatkan pemahaman siswa, usaha guru dalam pembelajaran adalah: 1) Pembelajaran tatap muka akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga (Winataputra, dkk., 2004: 8). 2) Menggunakan media Dengan menggunakan media, anak akan lebih jelas secara nyata. Banyak temuan penelitian yang mengungkapkan keandalan media pembelajaran. Seperti yang dilakukan oleh British Audio Visual Association, bahwa rata-rata jumlah informasi yang diperoleh 16
  • 6. seseorang menunjukkan 75% melalui indera penglihatan (Winataputra, dkk., 2004: 12). 2. Konsep Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) a. Pengertian dan Dimensi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada kurikulum 2004 sekolah dasar (SD)/madrasah ibtidaiyah (MI) Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan, Depdiknas (2004: 1) menjelaskan bahwa: Mata pelajaran kewarganegaraan (citizenship) adalah mata pelajaran yang ingin membentuk warga negara yang ideal yaitu warga negara yang memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menguasai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip kewarganegaraan. Sehubungan dengan itu, dinyatakan bahwa mata pelajaran kewarganegaraan mencakup tiga dimensi yaitu: 1) Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral, meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintah berdasar hukum dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, sejarah nasioanal, hak dan kewajiban warga negara, hak asasi manusia, hak sipil dan hak politik; 2) Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civics skill) yang meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Misalnya dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society), keterampilan mempengruhi dan memonitoring jalannya pemerintahan, dan proses pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan masalah sosial, keterampilan mengadakan koalisi, kerja sama, dan mengelola konflik; 3) Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) yang mencakup kepercayaan diri, komitmen, penguasaan atas nilai-nilai religi, toleransi, kebebasan individual, kebebasan 17
  • 7. berbicara, keberbasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul dan perlindungan terhadap minoritas (Depdiknas, 2004: 4). b. Hakikat Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kewarganegaraan (citizenship) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada: “Pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahas, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.” (Depdiknas, 2004: 6). c. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Kewarganegaraan Menurut uraian yang disampaikan Depdiknas (2004: 7), mata pelajaran Kewarganegaraan berfungsi: “Sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.” Tujuan mata pelajaran kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi yang diuraikan sebagai berikut: 1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menggapai isu kewarganegaraan; 2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk ciri berdasarkan pada karakter-karakter Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; dan 18
  • 8. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Depdiknas, 2004: 7). 3. Metode Pembelajaran a. Hakikat Metode Pembelajaran Metode berasal dari kata ”metha” dan ”hodos.” Metha berarti melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu (Sugito, 2004:30). Disamping itu metode adalah cara yang digunakan guru dalam mewujudkan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar (Nana Sudjana, 2000: 76). Menurut Soeparman (2003: 7), metode pembelajaran berfungsi sebagai cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Gerlach dan Ely (2000: 23) mengemukakan pendapat bahwa metode dalam kaitannya dengan pembelajaran diidentifikasikan sebagai suatu rancangan sistematik untuk menyajikan informasi dan merupakan cara atau alat yang digunakan guru untuk mengatur aktifitas siswa dalam mencapai tujuan. Metode dapat diartikan pula sebagai suatu cara kerja yang sistematis dan umum yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai 19
  • 9. suatu tujuan (Rohani dan Ahmadi, 2001: 6). Sejalan dengan pendapat tersebut Surachmad (2006: 5) mengemukakan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Joyce dan Weil dalam Surachmad (1996: 8), ada banyak cara untuk belajar, sehingga dibutuhkan metode pembelajaran yang berbeda pula. Dengan banyaknya ragam metode pembelajaran yang ada, ternyata masing-masing metoda tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, ketepatan metoda pembelajaran yang dipilih memainkan penerapan penting dan utama dalam meningkatkan prestasi belajar siswa/mahasiswa. Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang disusun secara sistematik yang dapat digunakan atau dipilih oleh guru/dosen untuk menyajikan materi pelajaran dan mengatur efektivitas siswa/mahasiswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari beberapa pendapat tersebut juga dapat dilihat bahwa faktor utama yang menentukan metode adalah tujuan yang akan dicapai. b. Kategori Metode Mengajar dan Faktor-Faktor yang Dapat Dipertimbangkan dalam Penggunaan Metode Belajar Bruce Joyce (dalam Nana Sudjana, 2000: 47) mengemukakan bahwa ada empat kategori metode mengajar, yakni metode informasi, metode personal, metode diskusi, dan metode tingkah laku. Dari 20
  • 10. keempat kategori tersebut, Bruce Joyce (dalam Nana Sudjana, 2000: 47) menguraikan sebagai berikut: 1) Metode Informasi Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. Hakekat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik di sini dipandang sebagai subyek yang menerima apa yang diberikan guru. Alur informasi mengalir satu arah yaitu dari guru kepada peserta didik. 2) Metode Personal Bahwa peserta didik dipandang sebagai subyek dan obyek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. 3) Metode Diskusi Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara individu/peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain sehingga dalam konteks yang lebih luas terjadinya hubungan sosial individu dengan masyarakat. Mengembangkan kemampuan dan 21
  • 11. kesanggupan peserta didik untuk mengadakan hubungan dengan orang lain/peserta didik lain, mengembangkan sikap dan prilaku yang demokratis, serta menumbuhkan produktivitas kegiatan belajar peserta didik. 4) Metode Tingkah Laku Adalah pendekatan dengan melatih peserta didik dan memperkuat respon peserta didik yang paling tetap terhadap stimulus. Dengan metode diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar peserta didik sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif, yaitu interaksi yang bernilai pendidikan. Interaksi edukatif adalah suatu gambaran, hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan interaksi edukatif untuk mencapai tujuan pendidikan. Semua guru di sekolah telah memiliki pengalaman mengajar, dengan sendirinya telah banyak juga menggunakan sejumlah metode, belajar mengajar seperti metode ceramah, tanya jawab, latihan, belajar kelompok, diskusi, demonstrasi, dan sebagainya. Pemilihan metode dalam pembelajaran erat hubungannya dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Metode yang dipilih harus membantu peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang efektif dan efisien. Dalam praktiknya guru tidak hanya menggunakan satu metode 22
  • 12. mengajar saja, karena sebetulnya tidak ada metode mengajar yang paling baik atau paling tepat digunakan sendiri. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan guru dalam menggunakan metode mengajar, yaitu: (1) kesesuaian dengan tujuan pengajaran, (2) kesesuaian dengan materi pelajaran, (3) kesesuaian dengan sumber dan fasilitas yang tersedia, (4) kesesuaian dengan situasi kondisi belajar mengajar, (5) kesesuaian dengan kondisi peserta didik, dan (6) kesesuaian dengan waktu yang tersedia (Ali, 2000: 88). Selanjutnya ada beberapa faktor yang harus diperhatikan pula oleh guru dalam menentukan metode mana yang akan diikuti, yaitu: (1) tujuan sekolah, (2) bahan pengajaran, (3) tahapan-tahapan belajar, (4) tingkat perkembangan, (5) keadaan perseorangan, dan (6) dasar tertinggi (Pasaribu dan Simanjuntak, 2006: 64). Metode pengajaran PKn tidak terbatas jumlahnya. Pada prinsipnya penggunaan metode pangajaran berkaitan erat dengan penguasaan guru terhadap metode yang digunakan dan materi yang disampaikan. Di dalam pembelajaran Sejarah, seorang guru harus mampu menerapkan metode pengajaran yang dapat membangkitkan daya tarik dan minat peserta dididk untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Sedangkan di antara beberapa metode yang telah diuraikan tersebut di atas, penulis memilih salah satu dari beberapa metode yaitu metode latihan mandiri, dengan pertimbangan agar peserta didik tidak merasa bosan, jenuh tertekan dan bersifat negatif terhadap materi yang 23
  • 13. sedang dipelajari. Selain itu, dengan adanya penggunaan metode latihan mandiri ini, akan mengarahkan siswa lebih kreatif dan mandiri serta memiliki keberanian dan kemampuan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada. 4. Metode Latihan Mandiri a. Pengertian Metode Latihan Mandiri Salah satu metode yang digunakan dalam pengajaran PKn adalah metode latihan mandiri. Imansjah Alipandie (2004:91) mengemukakan bahwa metode latihan mandiri adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran. Pelaksanaannya bisa dirumah, diperpustakaan, dilaboratorium, dan hasilnya dipertanggungjawabkan. Sedangkan Slameto (2007:115) mengemukakan: Metode latihan mandiri adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan diluar jadwal sekolah dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan kepada guru. Metode tugas dan latihan mandiri adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara guru memberi tugas tertentu kepada siswa dalam waktu yang telah ditentukan dan siswa mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya (Moh. Uzer Usman, 2003 : 125). 24
  • 14. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 21) menyatakan bahwa metode tugas dan latihan mandiri adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode latihan mandiri adalah pemberian tugas kepada siswa di luar jadwal sekolah atau diluar jadwal pelajaran yang pada akhirnya dipertanggungjawabkan kepada guru yang bersangkutan. Metode latihan mandiri merupakan salah satu pilihan metode mengajar seorang guru, dimana guru memberikan sejumlah item tes kepada siswanya untuk dikerjakan di luar jam pelajaran. Pemberian item tes ini biasanya dilakukan pada setiap kegiatan belajar mengajar di kelas, pada akhir setiap pertemuan atau akhir pertemuan di kelas. Pemberian tugas ini merupakan salah satu alternatif untuk lebih menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus. Hal ini disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang harus disampaikan sementara waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa utnuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Rostiyah (2001:32) menyatakan bahwa untuk mengatasi keadaan seperti di atas, guru perlu memberikan tugas-tugas diluar jam pelajaran. Sumiati Side (2004:46) menyatakan bahwa pemberian tugas-tugas berupa PR 25
  • 15. mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan prestasi belajar PKn. Salah satu strategi belajar PKn yang baik adalah memperbesar frekuensi pengulangan materi/dengan memperbanyak latihan soal-soal sehingga menjadi suatu keterampilan yang dapat melatih diri mendayagunakan pikiran. Tampaknya pemberian tugas kepada siswa untuk diselesaikan di rumah, di kelas, maupun diperpustakaan cocok dalam hal ini, karena dengan tugas ini akan merangsang siswa untuk melakukan latihan-latihan atau mengulangi materi pelajaran yang baru didapat disekolah atau sekaligus mencoba ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya, serta membiasakan diri siswa mengisi waktu luangnya di luar jam pelajaran. Dengan sendirinya telah berusaha memperdalam pemahaman serta pengertian tentang materi pelajaran. Teori Stimulus-Respon (S – R) mendukung dalam hal ini yaitu: Prinsip utama belajar adalah pengulangan. Bila S diberikan kepada obyek maka terjadilah R. Dengan latihan, asosiasi antara S dan R menjadi otomatis. Lebih sering asossosiasi antara S dan R digunakan makin kuatlah hubungan yang terjadi, makin jarang hubungan S dan R dipergunakan makin lemahlah hubungan itu (Herman Hudoyo, 2002: 5). Di dalam suatu kelas, tingkat kemampuan siswa cukup heterogen, sebagian dapat langsung mengeri pelajaran hanya satu kali penjelasan oleh guru, sebagian dapat mengerti bila diulangi dua atau 26
  • 16. tiga kali materinya dan sebagian lagi baru dapat mengerti setelah diulangi di rumah atau bahkan tidak dapat mengerti sama sekali. b. Prosedur dan Penerapan Metode Latihan mandiri Umumnya seorang guru mengatur kecepatan mengajarnya sesuai dengan keadaan rata-rata siswa dengan beberapa penyesuaian terhadap yang kurang mampu ataupun yang dianggap pandai. Walaupun demikian kemungkinan sebagian besar siswa cara belajarnya belum sesuai benar, bagi mereka masa belajar di kelas merupakan ajang untuk memulai materi. Pemberian tugas-tugas untuk diselesaikan di rumah, diperpustakaan maupun di laboratorium akan memberikan kesempatan untuk belajar aktif yang sesuai dengan irama kecepatan belajarnya. Hal ini merupakan pengalaman belajar yang sejati bagi individu yang bersangkutan. Memberikan tugas-tugas kepada siswa berarti memberi kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan yang baru saja mereka dapatkan dari guru disekolah, serta menghafal dan lebih memperdalam materi pelajaran. Peranan penugasan kepada siswa sangat penting dalam pengajaran, hal ini dijelaskan oleh I. L. Pasaribu: Metode tugas merupakan suatu aspek dari metode-metode mengajar. Karena tugas-tugas meninjau pelajaran baru, untuk menghafal pelajaran yang sudah diajarkan, untuk latihan-latihan, dengan tugas untuk mengumpulkkan bahan, untuk memecahkan suatu masalah dan seterusnya (I. L. Pasaribu, 2006:108) 27
  • 17. Dalam memberikan tugas kepada siswa, guru diharuskan memeriksa dan memberi nilai. Rostiyah (2001:113) mengemukakan bahwa dengan mengevaluasi tugas yang diberikan kepada siswa, akan memberi motivasi belajar siswa. Adapun prosedur metode latihan mandiri yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengajaran PKn antara lain: memperdalam pengertian siswa terhadap materi pelajaran yang telah diterima, melatih siswa ke arah belajar mandiri, dapat membagi waktu secara teratur, memanfaatkan waktu luang, melatih untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas dan memperkaya pengalaman di sekolah melalai kegiatan di luar kelas (Sri Anitah Wiryawan, 2000:30). Tugas dan latihan mandiri merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok. Adapun langkah- langkah yang harus diikuti dalam penggunaan tugas dan latihan mandiri adalah sebagai berikut. 1) Fase pemberian tugas Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut. a) Tujuan yang akan dicapai Tujuan yang akan dicapai dalam pemberian tugas dan latihan mandiri pada mata pelajaran PKn, yaitu untuk memacu siswa agar selalu siap belajar tetapi jangan sampai terjadi kebiasaan 28
  • 18. siswa baru akan melakukan belajar jika metode ini akan diterapkan dalam pembelajaran pada pertemuan berikutnya. b) Jenis tugas yang jelas dan tepat Jenis tugas yang diberikan khususnya pada mata pelajaran PKn harus jelas dan tepat, sehingga siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas tersebut setelah guru memberikan materi pelajaran. c) Tugas yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan siswa. d) Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa seperti buku paket dari guru atau lembar kerja siswa (LKS). e) Diharapkan siswa menyediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas khususnya PKn. 2) Fase pelaksanaan tugas. Langkah ini meliputi hal-hal sebagai berikut. a) Diberi bimbingan berupa penjelasan materi pada pokok bahasan tertentu dalam mata pelajaran PKn atau diberi pengawasan dalam pelaksanaan tugas oleh guru. b) Sebelum melaksanakan tugas seharusnya siswa diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja. c) Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri tidak menyuruh orang lain d) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang telah dikerjakan dengan baik dan sistematik. 29
  • 19. 3) Fase mempertanggungjawabkan tugas Hal-hal yang harus dikerjakan dalam fase ini adalah: a) Laporan siswa baik lisan maupun tulisan dari apa yang telah dikerjakan pada soal-soal PKn yang diberikan oleh guru. b) Ada tanya jawab atau diskusi kelas tentang soal-soal yang diberikan sehingga guru mengetahui apakah siswa mengerjakan tugas tersebut sendiri atau menyuruh orang lain. c) Penilaian hasil pekerjaan siswa dengan tes maupun non tes atau cara lainnya. (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2002: 98) Agar metode ini dapat berhasil mencapai tujuan pengajaran sebaik-baiknya, maka ada beberapa faktor yang harus diingat, yaitu: 1) Materi pelajaran yang akan dilatihkan dengan metode ini harus bermakna. 2) Metode ini jangan sampai menimbulkan verbalisme (menyebutkan sesuatu yang benar tetapi tidak tahu artinya atau “membeo”). 3) Latihan atau tugas diberikan secara sistematis dan teratur. 4) Buatlah suasana kelas gembira atau santai. 5) Buatlah pertanyaan yang tidak saja menggali fakta (jawaban yang reproduktif) tetapi juga yang meminta penalaran atau logika dan pemikiran (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2002: 99). Selanjutnya, metode latihan mandiri ini dianggap efektif bila hal-hal berikut ini dapat dilaksanakan yaitu merumuskan tujuan khusus yang hendak dicapai, tugas yang diberikan harus jelas, waktu yang 30
  • 20. disediakan untuk menyelasaikan tugas harus cukup (Imansyah Alipandie, 2004:93). Sudirman (2002:145) menguraikan tentang langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pendekatan pelaksanaan metode latihan mandiri yaitu : 1) Tugas yang diberikan harus jelas 2) Tempat dan lama waktu penyelesaian tugas harus jelas. 3) Tugas yang diberikan terlebih dahulu dijelaskan/diberikan petunjuk yang jelas, agar siswa yang belum mampu memahami tugas itu berupaya untuk menyelesaikannya. 4) Guru harus memberikan bimbingan utamanya kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar atau salah arah dalam mengerjakan tugas. 5) Memberi dorongan terutama bagi siswa yang lambat atau kurang bergairah mengerjakan tugas (Sudirman, 2002 : 145) c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Latihan mandiri Metode latihan mandiri mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam proses belajar mengajar. Adapun kelebihan metode latihan mandiri adalah anak menjadi terbiasa mengisi waktu luangnya, memupuk rasa tanggung jawab, melatih anak berfikir kritis, tekun, giat dan rajin. Sedangkan kelemahan metode latihan mandiri antara lain: tidak jarang pekerjaan yang ditugaskan itu diselesaikan dengan jalan meniru, karena perbedaan individual anak tugas diberikan secara 31
  • 21. umum mungkin beberapa orang diantaranya merasa sukar sedang yang lain merasa mudah menyelesaikan tugas itu dan apabila tugas sering diberikan maka ketenangan mental pada siswa terpengaruh (Imanjah Alipandie, 2004:92). Kelebihan metode tugas dan latihan mandiri, yaitu: 1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok. 2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru. 3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa. 4) Siswa bersungguh-sungguh mempelajari materi pelajaran karena mereka akan ditanyai tentang materi tersebut. 5) Dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru akan memperkuat asosiasi. 6) Dapat mengembangkan kreatifitas siswa. 7) Memperkuat kepercayaan diri akan kemampuan bila siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru. 8) Memupuk kesiapan pengetahuan yang dimiliki siswa. Kekurangan tugas dan latihan mandiri, yaitu: 1) Pekerjaan siswa sulit dikontrol (apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain). 32
  • 22. 2) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi. 3) Tidak mudah memberikan tugas dengan perbedaan individu siswa. 4) Sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa. 5) Siswa hanya akan belajar jika ada perintah dari guru. 6) Ada suasana takut dari siswa bila akan menghadapi metode ini, khususnya bagi siswa yang tidak siap. Langkah-langkah untuk mengatasi kelemahan pada metode latihan mandiri, yaitu: 1) Jika tugas dikerjakan dirumah, guru perlu memberitahukan kepada orang tua bahwa anaknya mempunyai tugas yang harus dikerjakan di rumah dengan cara menyertakan tanda tangan orang tua di atas jawaban tugas siswa tersebut. 2) Jika tugas dikerjakan di lingkungan sekolah (misal: perpustakaan, laboratorium) guru perlu mengawasi dan menilai pelaksanaan tugas tersebut, sehingga tugas dikerjakan dengan baik, dikerjakan oleh siswa sendiri. 3) Dalam memberikan tugas harus sesuai dengan tugas yang dikerjakan oleh perorangan (tugas individual) dengan tugas kelompok. 33
  • 23. Kegiatan interaktif dan edukatif merupakan suatu kegiatan yang didalamnya terjadi komunikasi dua arah antara guru dan siswa yang diikat oleh suatu tujuan. Dengan banyaknya kegiatan edukatif disekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi pelajaran, maka banyak menyita waktu siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Untuk mengatasi hal itu, guru memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran. Tugas merupakan sesuatu yang harus wajib dikerjakan atau yang ditentukan untuk dilakukan. Kokurikuler merupakan kegiatan diluar jam pelajaran yang bertujuan agar siswa lebih mendalam atau lebih menghayati apa yang dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler. Dalam penelitian ini, tugas dan latihan mandiri termasuk tugas kokurikuler. Jadi tugas kokurikuler merupakan merupakan sesuatu yang wajib dikerjakan di luar jam pelajaran yang bertujuan agar siswa lebih memperdalam atau lebih menghayati apa yang dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler. Tugas kokurikuler diberikan secara teratur dan hasilnya ikut menentukan nilai pada setiap mata pelajaran. Tugas kokurikuler dapat meliputi: 1) Melakukan penelitian 2) Mempelajari dan merangkum buku 3) Membuat karangan 4) Mengerjakan tugas-tugas rumah. 34
  • 24. Jenis tugas kokurikuler dapat dikembangkan sesuai dengan kemampuan guru, kebutuhan siswa serta sarana dan prasarana yang ada. Tugas kokurikuler yang diberikan memerlukan perencanaan mulai dari persiapan sampai penilaian. 5. Prestasi Belajar a. Pengertian prestasi belajar Menurut Winkel (2001: 162), prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Menurut Tulus Tu’u (2004:75), prestasi belajar dijelaskan sebagai: 1) Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar siswa yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. 2) Prestasi belajar tersebut terutama dinilai aspek kognitif, karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis, dan evaluasi. 3) Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dalam ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya. Belajar menurut Natawidjaja dan Moleong (2005:7) adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang. Hamalik (2003: 52) mengatakan belajar adalah modifikasi untuk memperkuat tingkah laku melalui pengalaman dan latihan serta suatu 35
  • 25. proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh beberapa perubahan tingkah laku tang relatif tetap sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dengan lingkungannya. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang siswa setelah mengikuti pelajaran di sekolah sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dengan melihat hasil penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh guru setelah mengikuti asessment atau penilaian dan evaluasi. Penilaian dan evaluasi ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa yang merupakan tujuan dari pembelajaran. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Sumadi Suryabrata (2003:249) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: 1) Faktor dari luar, yaitu: (1) faktor nonsosial yang meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar dan (2) faktor sosial, yaitu faktor lingkungan, keluarga, masyarakat, dan sekolah. 2) Faktor dari dalam, yaitu: a) Faktor fisiologis, yaitu faktor yang berhubungan dengan fisik anak yang meliputi dua hal, yaitu: 36
  • 26. (1) Kedaan jasmani pada umumnya, misalnya keadaan sehat, sakit, segar, atau lelah. (2) Keadaan fungsi fisiologis tertentu, misalnya berfungsi atau tidaknya saraf-saraf yang berhubungan dengan panca indera sebagai alat untuk belajar. b) Faktor psikologis, yaitu: (1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. (2) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman. (3) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. (4) Adanya keinginan memperbaiki kegagalan yang lalu, dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi. (5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. (6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar. Menurut Suprapto (2003:23), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: 1) Faktor siswa 37
  • 27. Faktor dari siswa sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Faktor tersebut adalah bakat, minat, kemampuan, dan motivasi untuk belajar. 2) Faktor kurikulum Berupa bahan atau materi pelajaran yang dipelajari siswa. 3) Faktor guru Guru bertugas mengarahkan dan membimbing cara-cara belajar yang efektif dan tepat agar mencapai hasil yang optimal. 4) Faktor metode Metode dan strategi mengajar guru sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. 5) Faktor sarana dan prasarana Yang termasuk ke dalam sarana, misalnya: buku pelajaran dan penunjang, alat tulis menulis, mesin hitung, kamus bahasa, dan sebagainya. 6) Faktor lingkungan Berupa lingkungan alam (musim, suhu udara), lingkungan sosial (keadaan masyarakat sekitar dan pergaulan), lingkungan budaya (kebiasaan lingkungan terhadap sikap siswa dalam belajar). Dari uraian di atas jelaslah bahwa prestasi belajar banyak dipengaruhi oleh banyak hal. Antara faktor yang satu dengan yang lain 38
  • 28. saling berpengaruh dan saling menunjang serta merupakan kesatuan yang sangat erat hubungannya. Untuk itu, agar prestasi belajar PKn dapat meningkat, perlu dilakukan penggunaan metode pembelajaran yang tepat, termasuk dengan menggunakan metode latihan mandiri. B. Kerangka Berpikir Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut: Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan. Siswa cenderung dituntut untuk mampu mengingat dan menghafal materi. Hal ini membuat suasana belajar menjadi membosankan. Siswa tidak memiliki ketertarikan dan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran ini. Kondisi ini diperparah dengan model pembelajaran konvensional yang masih dikembangkan guru, yang bersifat teacher centered. Pada pembelajaran yang dilaksanakan, siswa cenderung pasif. Jika kondisi ini dibiarkan berlama-lama, akan bermuara pada rendahnya prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn itu sendiri. Metode latihan mandiri adalah salah satu metode pembelajaran yang meliputi cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan diluar jadwal sekolah dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan kepada guru. Melalui metode ini, diharapkan siswa termotivasi untuk menyelesaikan setiap tugas dari guru dengan baik. Selain itu, dari tugas-tugas yang diberikan, secara tidak langsung siswa juga belajar terhadap materi meskipun tidak harus sesuai dengan buku 39
  • 29. diktat yang digunakan. Dari penggunaan metode latihan mandiri ini diharapkan bahwa siswa tidak bosan terhadap pembelajaran PKn di kelas dan pada akhirnya keaktifan siswa akan mengarahkan pada pencapaian prestasi belajar yang maksimal. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian di atas dapat digambarkan ke dalam skema sebagai berikut. Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu: “Penggunaan metode latihan mandiri dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan 40 Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Guru dan siswa Metode Latihan Mandiri Siswa harus bertanggung jawab terhadap penyelesaian tugas Siswa mengingat materi sehingga perlu selalu belajar Siswa aktif belajar dan tidak bosan Prestasi belajar meningkat
  • 30. pada siswa kelas III SDN Sangen 01 Geger Madiun tahun pelajaran 2008/2009.” 41