1. ToxicologyToxicology
ToksikanToksikan terhadap fungsi seksual danterhadap fungsi seksual dan
menstruasimenstruasi
Kelompok 5
Aditya Wisnu W
Dyah Dwi A
Maulana Riansyah
DIV Kesehatan Lingkungan – Politeknik kesehatan
kementrian Kesehatan Jakarta II
2. Pendahuluan
• Fisiologis sistem reproduksi antara pria dan wanita berbeda, tetapi sistem
kedua jenis kelamin tersebut dikendalikan oleh suatu zat kimia yang disebut
hormon.
• Hormon adalah zat kimia yang disekresi oleh kelenjar dalam tubuh dan
mengendalikan sel-sel lain dalam tubuh. Sekresi hormon dikendalikan oleh
sistem saraf pusat (SSP).
• Pada laki-laki, hormon mengendalikan perkembangan organ-organ
reproduksi dan pembentukkan sperma (spermatogenesis).
• Pada wanita, hormon berfungsi dalam mengendalikan organ-organ
reproduksi, persiapan rahim untuk kehamilan dan perkembangan janin, dan
laktasi serta siklus reproduktifnya.
Dyah Dwi A
3. Jalur masuk toksikan
Ada tiga jalur pemaparan :
1. Inhalasi
2. Absorpsi Dermal
3. Ingestion (tertelan). Contohnya jika pekerja tidak
mencuci tangan dengan baik sebelum mereka makan
dan minum.
Dyah Dwi A
4. Target toksik
1. Toksikan tersebut dapat bekerja langsung di
sistem saraf pusat untuk mengubah sekresi
hormon (misalnya sintesis steroid).
2. Menghambat kerja sel Gonad (ovarium dan
testis) kemandulan, penurunan kesuburan.
3. Menghambat atau mengubah spermatogenesis.
Dyah Dwi A
5. • Menurut HJ Mukono, bahan kimia yang berasal dari lingkungan
maupun industri, dapat mempengaruhi hubungan pengendalian
proses reproduksi, yakni hypothalamus-pituitary-gonadal
relationship.
• Efek toksis dari bahan kimia tersebut akan mempengaruhi kelenjar
pituitary, dan secara tidak langsung akan menghambat proses
spermatogenesis dan steroidogenesis yang akan menyebabkan
abnormalitas dari perkembangan
seksual.
Dyah Dwi A
6. Laki-laki
Terganggunya:
• sistem interaksi
hipotalamo-pituitary-gonadal,
• proses spermatogenesis,
• kerja hormon,
• fungsi organ seks,
• potensi dan nafsu seks (libido)
dan ejakulasi,
• serta kelainan konginetal.
Terganggunya:
• sistem interaksi
hipotalamo-pituitary-gonadal,
• proses spermatogenesis,
• kerja hormon,
• fungsi organ seks,
• potensi dan nafsu seks (libido)
dan ejakulasi,
• serta kelainan konginetal.
Perempuan
Terganggunya :
• sistem interaksi hipotalamo-
pituitary-gonadal,
• proses oogenis,
• ovulasi,
• fungsi organ seks, dan
• kelainan konginetal
(bawaan).
Terganggunya :
• sistem interaksi hipotalamo-
pituitary-gonadal,
• proses oogenis,
• ovulasi,
• fungsi organ seks, dan
• kelainan konginetal
(bawaan).
Dyah Dwi A
8. Farmakokinetik• Sepanjang siklus reproduksi, toksikan dapat
mengganggu berbagai proses siklus reproduksi.
• Toksikan bekerja langsung pada sistem reproduksi atau
secara tidak langsung lewat organ endokrin tertentu.
• Sebelum zat kimia bekerja langsung, zat itu harus
,mencapai organ sasaran dalam konsentrasi yang cukup
tinggi dalam darah.
• Contohnya DDT konsentrasinya hampir 80 kali lebih
tinggi dalam ovarium daripada darah. Beberapa zat lain
terbukti dapat menembus oosit, saluran telur, cairan
uterus, dan blastosis.
• Sepanjang siklus reproduksi, toksikan dapat
mengganggu berbagai proses siklus reproduksi.
• Toksikan bekerja langsung pada sistem reproduksi atau
secara tidak langsung lewat organ endokrin tertentu.
• Sebelum zat kimia bekerja langsung, zat itu harus
,mencapai organ sasaran dalam konsentrasi yang cukup
tinggi dalam darah.
• Contohnya DDT konsentrasinya hampir 80 kali lebih
tinggi dalam ovarium daripada darah. Beberapa zat lain
terbukti dapat menembus oosit, saluran telur, cairan
uterus, dan blastosis.
Maulana Rian
9. • Berbeda dengan ovarium, testis dilindungi oleh sawar darah testis (blood
testis barrier) (Lee dan Dixon, 1978).
• Sawar darah testis merupakan suatu kompleks sistem multisel yang
terdiri atas sel mioid dan membran yang mengelililngi tubulus seminiferus
dan sel Sertoli yang terjalin rapat dalam tubulus.
• Testis mengandung sistem enzim yang dapat mengaktifkan dan
mendetoksikasi.
• Dua sistem ini masing-masing mampu meningkatkan dan menurunkan
toksisitas bahan kimia. Selain itu, ada suatu sistem perbaikan DNA yang
efisien dalam sel spermatogenik pra-meiosis, tetapi tidak ada dalam
spermatid maupun sprematozoa. Karena itu, mutasi dapat diinduksi oleh
zat-zat elektrofilik.
Maulana Rian
10. • Paparan terhadap zat kimia selama kehamilan dapat
mengakibatkan perkembangan yang defektif (menuju
kecacatan).
• Pada waktu-waktu tertentu, janin yang sedang tumbuh
dan berkembang menjadi sangat sensitif terhadap
paparan zat kimia toksik, misalnya saat perkembangan
sistem organ atau perkembangan sel-sel jenis tertentu.
• Pada manusia, fase kritis induksi malformasi struktural
biasanya terjadi 20-70 hari setelah pembuahan.
• Paparan terhadap zat kimia selama kehamilan dapat
mengakibatkan perkembangan yang defektif (menuju
kecacatan).
• Pada waktu-waktu tertentu, janin yang sedang tumbuh
dan berkembang menjadi sangat sensitif terhadap
paparan zat kimia toksik, misalnya saat perkembangan
sistem organ atau perkembangan sel-sel jenis tertentu.
• Pada manusia, fase kritis induksi malformasi struktural
biasanya terjadi 20-70 hari setelah pembuahan.
Maulana Rian
11. • Testis diatur secara hormonal oleh hipotalamus-pituitari : FSH
dibutuhkan dalam inisiasi spermatogenesis melalui produksi
ABP dalam sel sertoli, sementara LH bekerja pada sel Leydig
untuk mensintesis testoteron.
• Suatu toksikan dapat mempengaruhi proses reproduksi lewat
kelenjar-kelenjar endokrin ini. Contohnya adalah DBCP
(dibromokloropropoan), para pekerja yang terkena DPCB ini
dapat mengalami azoopernia dan oligospermia, serta kadar
LH dan FSH serum yang tinggi ( Miller dkk., 1987).
Maulana Rian
13. Alkohol
• Banyak orang yang mengira bahwa alkohol tidak memiliki efek pada
sistem reproduksi, karena orang cenderung mengingat alkohol lebih
berpengaruh pada hati.
• Faktanya, alkohol mengganggu fungsi hipotalamus, kelenjar
hipofisis anterior, dan testis, yang membentuk sistem reproduksi
laki-laki.Alkohol bila dikonsumsi dalam jumlah besar dapat
menghancurkan sel-sel sehat yang menghasilkan sperma, hal ini
menyebabkan rendahnya tingkat dorongan seksual atau libido.
Maulana Rian
14. • Jalur masuk inhalasi
Apa Pengaruh Alkohol pada Sistem Reproduksi Pria?
• Penyalahgunaan alkohol menyebabkan produksi
testosteron terganggu, dan membuat atrofi testis
menyusut, hal ini akan menghasilkan infertilitas dan
impotensi.
Maulana Rian
15. • Efek lain yang luar biasa dari alkohol pada sistem reproduksi laki-laki adalah
mengurangi tingkat glutathione.
• Glutathione adalah senyawa yang mengandung sulfur yang melindungi
membran dari peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid adalah proses destruktif
testis.
• Untuk beberapa alasan, alkohol diubah menjadi asetaldehida oleh enzim
dehidrogenase alkohol di dalam hati, hal ini dapat mengurangi tingkat
glutathione, sehingga kemungkinan akan meningkatkan peroksidasi lipid,
yang dapat menyebabkan cedera testis.
• Efek berbahaya alkohol yang paling diakui adalah penurunan libido atau
gairah seksual pada pria, penurunan gairah seks dan menghancurkan
fungsi seksual tubuh.Penurunan hasrat seksual tidak hanya merupakan
tanda efek samping alkohol pada pria saja, tetapi pada wanita juga.
Maulana Rian
16. NIKOTIN
• Di dalam otak, sebagai respon terhadap Nikotin, otak akan
memerintahkan tubuh untuk membuat zat endorphin lebih banyak
lagi. Endorphin adalah senyawa protein yang lebih tepat disebut
sebagai body’s natural pain killer. Struktur kimia Endorphin tidaklah
jauh berbeda dengan painkiller kelas atas seperti morphine.
Endorhpin dapat membuat seseorang merasa relaks dan euphoria.
• Jalur masuk inhalasi paru paru alveoli alveolus –
> difusi ke pembuluh darah terjadinya penyumbatan di pembuluh
darah pasokan darah ke organ (salah satunya organ reproduksi
laki laki) terjadinya disfungsional erektil
Aditya wisnu W
17. Impotensi
• Saat seseorang menghisap sebatang rokok, nikotin akan diserap
dalam tubuh (darah), diringi dengan pelepasan Adrenalin.
Pelepasan hormon ini mengakibatkan pembuluh darah menyempit,
sehingga terjadi meningkatnya tekanan darah.
• Nikotin merupakan salah satu kandungan zat didalam rokok yang
dapat mengakibatkan menyempitnya pembuluh darah dalam jangka
waktu yang lama. Sementara itu yang anda butuhkan ketika
berereksi adalah membesarnya pembuluh darah sehingga aliran
darah menjadi lancar, bukan menyempitnya pembuluh darah atau
meningkatnya tekanan darah. Nikotin dapat mengganggu fungsi
tubuh dan ikut berperan dalam melumpuhkan kemampuan erektil
alat kelamin. Terjadilah impotensi.
Aditya wisnu W
18. Infertilitas
• Infertilitas ialah terjadinya kegagalan konsepsi
setelah seorang wanita melakukan usaha
hubungan sexual selama 12 bulan.
• Penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat
meningkatkan resiko terjadinya infertilitas pada
wanita, baik infertilitas primer( dalam tubuh),
maupun infertilitas sekunder (diluar tubuh).
Aditya wisnu W
19. • Mekanisme untuk terjadinya infertilitas pada wanita yang merokok
bisa bermacam-macam. Pada wanita yang merokok, ditemukan
bahwa kadar estradiol yang rendah dalam darah dan cairan
folicular. Jumlah dosis total pada wanita yang merokok juga lebih
rendah dibandingkan wanita yang tidak merokok. Respon ovarium
terhadap clomifen pada wanita yang merokok juga lebih rendah
dibanding wanita yang tidak merokok.
• Merokok selain menyebabkan fertilitas yang rendah, juga
menyebabkan implantasi yang baik dan bisa menyebabkan aborsi,
sehingga angka keberhasilan kehamilan juga rendah.
Aditya wisnu W
20. Placenta Previa (PP)
• Placenta Previa ialah keadaan dimana letak placenta demikian rendahnya,
sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium internum.
• Faktor resiko terjadinya placenta previa antara lain, akibat kerusakan
dinding endometrium akibat myoma, atau riwayat kuretase, atau pada
kebutuhan perfusi yang meningkat, seperti pada kehamilan kembar.
• Merokok, merupakan faktor resiko terjadinya PP, diduga karena pada
wanita hamil yang merokok, terjadi hipoxiemi kronis yang akibat
vasokontriksi atau meningkatnya COHb. Hal ini membuat placenta akan
mencari tambatan aliran darah dengan cara meluaskan jaringannya
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium unternum.
Aditya wisnu W