1. Soal :
1. Pengertian seismik gravity & seismik magnetik beserta metode dan teknik pengukurannya !
2. Pengertian logging untuk air tanah,sumur minyak & keadaan geologinya !
3. Metode eksplorasi di perminyakan !
Jawaban :
1. Seismik gravity adalah :
Metode seismik sering digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon, batubara, pencarian
airtanah(ground water),kedalaman serta karakterisasi permukaan batuan dasar
(characterization bedrock surface), pemetaan patahan dan stratigrafi lainnya dbawah
permukaan dan aplikasi geoteknik.
salah satu metoda eksplorasi yang didasarkan pada gaya tarik-menarik yang ada antara dua
massa, dua benda, setiap dua partikel. pengukuran respon gelombang seismik (suara) yang
dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian direleksikan atau direfraksikan sepanjang
perbedaan lapisan tanah atau batas-batas batuan.
Perkembangan di bidang eksplorasi gravitasi telah signifikan dari Galileo ke adaptasi terbaru
dari sistem navigasi inersia. kesemimbangan torsi ke gravitimeter adalah salah satu saat yang
paling menarik dalam eksplorasi geofisika,. Gravity meter telah dibuat untuk beroperasi jauh
di bawah air, di permukaan laut, di udara, dan di lubang bor. keakuratan akhir umumnya
dibatasi oleh kesalahan dalam data posisi bukan presisi instrumen gravitasi. Pencapaian
presisi microgal (beberapa bagian per miliar) merupakan salah satu perkembangan teknik
paling luar biasa. Interpretasi hampir terus kecepatan dengan pengembangan instrumen,
namun laporan pada metode dan keberhasilan serius ( setidaknya 10 tahun) dalam literatur.
2. Seismik magnetik adalah :
Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa
dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh
lebih kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan.
Teramatinya medan magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik
yang dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada
anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral
maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga tahap :
akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa perlakuan
atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik pengamatan dan pengukuran
dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap processing.
Koreksi pada metode magnetik terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi
(terrain) dan koreksi lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan yang
diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan sifat
kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari suseptibilitas
magnetik masing-masing batuan. Harga suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian
benda anomali karena sifat yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam.
Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin
banyak.
Pengukuran magnetik dilakukan pada lintasan ukur yang tersedia dengan interval
antar titik ukur 10 m dan jarak lintasan 40 m. Batuan dengan kandungan mineral-mineral
tertentu dapat dikenali dengan baik dalam eksplorasi geomagnet yang dimunculkan sebagai
3. anomali yang diperoleh merupakan hasil distorsi pada medan magnetik yang diakibatkan oleh
material magnetik kerak bumi atau mungkin juga bagian atas mantel.
Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika denga metode gravitasi,
kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori potensial, sehingga keduanya sering
disebut sebagai metode potensial. Namun demikian, ditinjau ari segi besaran fisika yang
terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar. Dalam magnetik harus
mempertimbangkan variasi arah dan besaran vektor magnetisasi, sedangkan dalam gravitasi
hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih
menunjukkan sifat residual kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi
terhadap waktu lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui
darat, laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan
minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian prospek
benda-benda arkeologi.
2. Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari formasi dan lubang sumur dengan
menggunakan instrumen khusus. Pekerjaan yang dapat dilakukan meliputi pengukuran data-
data properti elektrikal (resistivitas dan konduktivitas pada berbagai frekuensi), data nuklir
secara aktif dan pasif, ukuran lubang sumur, pengambilan sampel fluida formasi, pengukuran
tekanan formasi, pengambilan material formasi (coring) dari dinding sumur, dsb.
Loging sumur (well logging) juga dikenal dengan borehole logging adalah cara untuk
mendapatkan rekaman log yang detail mengenai formasi geologi yang terpenetrasi
dalam lubang bor. Log dapat berupa pengamatan visual sampel yang diambil dari
lubang bor (geological log), atau dalam pengukuran fisika yang dieroleh dari respon
piranti instrumen yang di pasang didalam sumur (geohysical log). Well loging dapat
4. digunakan dalam bidang eksplorasi minyak dan gas, groundwater, mineral,
environmental and geotechnical.
Industri minyak dan gas merekam properti batuan dan fluida untuk mencari zona hidrokarbon
dalam formasi geologi yang menarik dengan borehole. Prosedur logging terdiri dari
menurunkan “logging tool”pada wireline kedalam sumur minyak atau lubang, untuk
mengukur properti batuan dan fluida pada formasi. Interpretasi dari pengukuran ini
digunakan untuk menentukan letak kedalaman potensial dari zona yang mengandung minyak
dan gas (hydrocarbon). Alat loging dikembangkan selama puluhan tahun untuk mengukur
kelistikan, akustik, radioaktif, elektromagnetik, dan properti lain pada batuan. Logging
biasanya dilakukan dengan menggunakan alat logging yang ditarik keluar dari lubang sumur.
Data direkam dalam bentuk print kertas yang biasa disebut sebagai „Well log‟ dan dikirim ke
kantor dalam bentuk digital. Log sumur merekam pada interval tertentu saat pengeboran pada
lubang sumur dan kedalaman pengeboran berkisar antara 300m sampai 8000m (1000 ft
sampai25000ft)ataulebih.
Logging sumur adalah pengukuran dalam lubang sumur menggunakan instrumen yang
ditematkan pada ujung kabel wireline dalam lubang bor. Wireline terdiri atas outer wire rope
dan inner wire group of wires. Kabel luar memberikan kekuatan untuk menurunkan dan
mengangkat instrumen dan kabel dalam berupa transmisi untuk mengatur peralatan logging
dan untukmentelemetrikan data uphole ke perangkat perekaman di permukaan.
Pada tahun 1980an, teknik baru ditemukan, Logging While Drilling (LWD), diperkenalkan
degan menghasilkan informasi tentang sumur. Pada sensor yang terletak diujung kabel
wireline, sensor terintegrasi dengan drill string dan pengukuran dilakuka saat pengeboran.
Ketika melakukan loging sumur setelah drill string dikeluarkan dari sumur. LWD mengukur
parameter geologi didalam sumur yang telah dibor. Karena terdapat dua kabel yang
terkoneksi dengan permukaan, data direkam kebawah dan diangkat kembali ketika drill string
5. dikeluarkan dalam lubang. Subset kecil dari data pengukuran dapat ditransmisikan ke
permukaan real time menggunakan pressure pulses dalam wells mud fluid colomn. data
telemetri dari dalam tanah mempunyai bandwidth yang kecil kurang dari 100bit per detik,
sehingga informasi dapat didapat real time dengan bandwidth yang kecil.
Dalam industri perminyakan, log geologi umumnya disebut mud logs, mud loging digunakan
untuk membawa cutting dari batuan yang hancur akibat terkena mata bor (bits), ke
permukaan melalui rotari driling.
Wellsite Geologist atau mudloger, mendiskripsikan cutting, memonitor jejak gas alam
didalam lumpur (mud), didalam operasi rig baik dalam fase peneboran ataupun tidak.
geologist menganalisa cutting yang merambat ke atas dalam lubang bor yang bercampur
dengan lumpur (mud) atau drilling fluid yang terpompa kedalam lubang bor melalui drilling
string/ pipa dan kembali ke permukaan melalui „flow line‟. Cutting kemudian terpisah dari
drilling fluid yang bergerak melewati shale shakers dan tersempel pada interval kedalaman
pengeboran (dideterminasi dengan menggunakan operator, tetapi interval 10′, 20′, 30′ dan 50′
adalah interval yang bisananya digunakan pada penampang yang berbeda dari lubang bor), di
analisis dan didiskripsikan oleh logging geologist pada saat tugas. Tipikal mud log
memperlihatkan formasi gas (unit gas atau ppm), rata rata penetrasi (ROP, dalam unit dari
inverse kecepatan, atau T/L); sempel lithologi didiskripsikan, geologi interpretatif berbasis
ROP, formasi gas/oil cut-stain-flourescense, dan kurva gas termasuk kurva total gas (unit gas
= ppm/1000) dan berat methane, dan informasi tambahan dari wellbore (deviasi survey),
casing shoe depth dan formation top.
6. Logging untuk air tanah di bawah pemukaan juga terdiri dari beberapa metode, yaitu :
1. Pengeboran : yaitu dengan melakukan pemboran tanah untuk mengetahui kondisi batuan
yang berkaitan dengan air tanah. Pengeboran ini terdiri dari :
(a) Log geologi, yaitu mengumpulkan sampel tanah secara berurutan pada tiap waktu dan
kedalaman tertentu, sehingga dapat diketahui stratigrafi batuannya.
(b) Log waktu pengeboran, yaitu mengukur kecepatan pengeboran pada interval waktu
tertentu dan merupakan data pelengkap dalam kegiatan pengeboran.
2. Pengukuran muka air tanah untuk mengetahui arah aliran air tanah dan pengaruh pemompaan
di suatu sumur.
3. Logging Geofisika, yaitu dengan memasukkan elektroda arus dalam sumur dan mengukur
tahanan jenis batuannya. Logging geofisika terdiri dari Logging resistivity dan Logging
spontaneous potential.
4. Logging radiasi yang disebut pula logging nuklir atau logging radioaktif yaitu penggunaan
isotop radioaktif untuk menyelidiki kondisi air tanah. Ada 3 tipe logging radiasi, yaitu
logging gamma-alami, logging gamma-gamma dan logging neutron.
5. Pengukuran suhu air, yaitu dengan mengukur suhu air tanah pada tiap kedalaman sumur.
Dengan metode ini dapat diketahui kondisi geologi sumur.
6. Logging kapiler, yaitu dengan mengukur diameter sumur pada tiap kedalaman.
7. Logging konduktivitas cairan, yaitu dengan mengukur konduktivitas cairan di dalam sumur
bor.
7. 3 . Metode eksplorasi minyak :
Proses pembentukan:
Minyak dan gas dihasilkan dari pembusukan organisma, kebanyakannya tumbuhan laut
(terutama ganggang dan tumbuhan sejenis) dan juga binatang kecil seperti ikan, yang
terkubur dalam lumpur yang berubah menjadi bebatuan. Proses pemanasan dan tekanan di
lapisan-lapisan bumi membantu proses terjadinya minyak dan gas bumi. Cairan dan gas yang
membusuk berpindah dari lokasi awal dan terperangkap pada struktur tertentu. Lokasi
awalnya sendiri telah mengeras, setelah lumpur itu berubah menjadi bebatuan.
Minyak dan gas berpindah dari lokasi yang lebih dalam menuju bebatuan yang cocok.
Tempat ini biasanya berupa bebatuan-pasir yang berporos (berlubang-lubang kecil) atau juga
batu kapur dan patahan yang terbentuk dari aktifitas gunung berapi bisa berpeluang
menyimpan minyak. Yang paling penting adalah bebatuan tempat tersimpannya minyak ini,
paling tidak bagian atasnya, tertutup lapisan bebatuan kedap. Minyak dan gas ini biasanya
berada dalam tekanan dan akan keluar ke permukaan bumi, apakah dikarenakan pergerakan
alami sebagian lapisan permukaan bumi atau dengan penetrasi pengeboran. Bila tekanan
cukup tinggi, maka minyak dan gas akan keluar ke permukaan dengan sendirinya, tetapi jika
tekanan tak cukup maka diperlukan pompa untuk mengeluarkannya.
Proses Eksplorasi:
Pemetaan Lineaments, Lithologic dan Geo-botanic
Eksplorasi sumber minyak dimulai dengan pencarian karakteristik pada permukaan bumi
yang menggambarkan lokasi deposit. Pemetaan kondisi permukaan bumi diawali dengan
pemetaan umum (reconnaissance), dan apabila ada indikasi tersimpannya mineral, dimulailah
pemetaan detil. Kedua pemetaan ini membutuhkan kerja validasi lapangan, akan tetapi kerja
pemetaan ini sering lebih mudah jika dibantu foto udara atau citra satelit. Setelah proses
8. pemetaan, kerja eksplorasi lebih intensif pada metoda-metoda geo-fisika, terutama seismik,
yang dapat memetakan konstruksi bawah permukaan bumi secara 3-dimensi untuk
menemukan lokasi deposit secara tepat. Kemudian dilakukan uji pengeboran.
Sumbangan teknik remote sensing terutama diberikan pada proses pemetaan, yaitu pemetaan
lineaments, jenis bebatuan di permukaan bumi dan jenis tetumbuhan.
Eksplorasi minyak dan gas bumi selalu bergantung pada peta permukaan bumi dan peta jenis-
jenis bebatuan serta struktur-struktur yang memberi petunjuk akan kondisi di bawah
permukaan bumi dengan yang cocok untuk terjadinya akumulasi minyak dan gas. Remote
sensing berpotensi dalam penentuan lokasi deposit mineral ini melalui pemetaan lineaments.
Lineaments adalah penampakan garis dalam skala regional sebagai akibat sifat geo-
morfologis seperti alur air, lereng, garis pegunungan, dan sifat menonjol lain yang menampak
dalam bentuk zona-zona patahan. Dengan menggunakan citra satelit gambaran keruangan
alur air misalnya dapat dilihat dalam skala luas, sehingga kemungkinan mencari relasi
keruangan untuk lokasi deposit mineral lebih besar.
Pemetaan lineament walaupun dapat dilakukan secara monoskopik (menggunakan satu citra),
tetapi akan lebih produktif jika digabungkan dengan pemetaan lithologic atau pemetaan unit-
unit bebatuan yang dilakukan secara stereoskopik (yang dapat mendeteksi ketinggian, karena
dilakukan pada dua buah citra stereo). Kalangan ahli geologi meyakini bahwa refleksi
gelombang elektromagnetik pada kisaran 1,6 sampai 2,2 mikrometer (=10-6 meter) atau pada
spektrum pertengahan infra-merah (1,3 •3,0 mikrometer) sangat cocok untuk eksplorasi
mineral dan pemetaan lithologic. Keberhasilan pemetaan ini bergantung pada bentuk
topografi dan karakteristik spektral sebagaimana diamati citra satelit. Untuk kawasan yang
dipenuhi tumbuhan, mesti dilakukan pendekatan geo-botanic, yaitu pengetahuan tentang
hubungan antara jenis tetumbuhan dengan kebutuhan nutrisi serta air pada tanah tempat
tumbuhan ini tumbuh. Dengan demikian distribusi tetumbuhan pun dapat menjadi indikator
9. dalam mendeteksi komposisi tanah dan material bebatuan di bawahnya.
Interpretasi citra dalam menemukan garis-garis patahan geologis memang membutuhkan
keahlian tersendiri. Jika hanya mengandalkan lineaments, maka beberapa riset menunjukkan
cukup banyak perbedaan interpretasi. Karenannya data garis ini dikorelasikan dengan
karakteristik lain yang tertangkap sensor remote sensing, yaitu jenis bebatuan, yang
merupakan cerminan mineralisasi permukaan bumi. Studi tentang jenis bebatuan dan respon
spektral sangat membantu pencarian permukaan di mana deposit mineral tersimpan.
10. TUGAS EKSPLORASI LANJUT
OLEH:
LYDIA VICTORIA NENOBAHAN
NIM:0906102642
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2012