Lima kesalahan dalam K3 yang masih sering dilakukan pekerja adalah: 1) berasumsi bahwa pekerjaan aman dan tidak akan terjadi kecelakaan, 2) tidak melaporkan kecelakaan kerja yang terjadi, 3) menggunakan peralatan kerja yang salah atau cara penggunaannya yang keliru, 4) tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja, 5) terburu-buru dalam menyelesaikan pekerjaan.
2. Upaya perbaikan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3), baik dari sisi
engineering atau teknis untuk mengurangi kecelakaan kerja sudah dilakukan,
namun mengapa angka kecelakaan kerja di perusahaan masih tinggi? Apakah
perusahaan Anda mengalami permasalahan serupa?
Sumber: lawyertime.com
Menanggapi permasalahan di atas, ahli K3 di Amerika Serikat menyatakan
bahwa peran kesalahan manusia atau human error dalam kecelakaan kerja
ternyata sangat signifikan. Human error menjadi sebab 80% sampai 90%
kecelakaan kerja. Faktor manusia memang memegang peranan penting dalam
sistem K3, juga sebaliknya dalam menentukan terjadinya kecelakaan kerja.
3. Kecelakaan kerja tidak hanya mengakibatkan cedera pada pekerja, namun juga
berdampak pada kerusakan alat bahkan bisa menghilangkan nyawa pekerja. Hal
ini tentu saja berpengaruh terhadap hal yang lebih besar, yakni kualitas,
produksi, dan profitabilitas (kemampuan memperoleh laba atau keuntungan)
perusahaan.
Kesalahan dalam K3 apa saja yang sering dilakukan pekerja? Berikut
penjelasannya!
1. Pekerja memiliki kebiasaan berasumsi atau mengira-ngira
"Kecelakaan tidak akan pernah terjadi pada saya" atau "lingkungan kerja ini
sudah aman kok, pasti tidak akan terjadi masalah"
Kebiasaan berasumsi atau terlalu percaya diri (over-confident), mungkin masih
sering dilakukan kebanyakan pekerja. Berasumsi atau mengira-ngira bahwa
kondisi kerja sudah aman dan tidak akan terjadi masalah, sehingga tidak
diharuskan bertindak apapun adalah perilaku yang keliru dan tidak tepat.
Menerka-nerka atau merasa diri akan selalu aman saat bekerja hanya akan
membuat Anda celaka.
Perilaku pekerja yang suka berasumsi atau mengira-ngira memang disebabkan
4. banyak faktor, di antaranya pengalaman pekerja, pelatihan pekerja, tingkat
pendidikan, serta budaya di tempat kerja. Hindari berasumsi atau mengira-
ngira, pastikan kondisi lingkungan dan prosedur kerja benar-benar aman dengan
rutin memeriksanya. Organisasi dengan budaya K3 yang kuat selalu waspada
dan percaya bahwa kondisi yang aman sekalipun dapat bermasalah.
2. Membiarkan kecelakaan kerja yang terjadi dan tidak melaporkannya
kepada atasan
Ada saja pekerja yang enggan atau dilema untuk melaporkan setiap kecelakaan
kerja yang telah terjadi di perusahaannya. Apakah Anda salah satunya, sobat pro
safety? Alhasil, banyak sekali kasus kecelakaan kerja yang tidak muncul ke
permukaan dan terbiarkan menjadi rahasia atau tim tersebut. Dilema
melaporkan kecelakaan kerja biasanya disebabkan karena masih banyak pekerja
yang berasumsi bahwa kecelakaan kerja dapat berpengaruh terhadap performa
pada individu yang mengalami insiden tersebut atau pada departemen dari
individu tersebut.
Perlu Anda pahami sobat pro safety, setiap kecelakaan atau potensi kecelakaan
yang muncul, sebaiknya jangan dibiarkan begitu saja karena bisa menimbulkan
masalah yang lebih besar di masa mendatang. Setiap pekerja wajib melaporkan
5. kecelakaan kerja, near miss, atau penyakit akibat kerja (PAK) kepada atasannya.
Dengan begitu, atasan Anda bersama tim akan melakukan investigasi dan
melakukan perbaikan agar kecelakaan kerja serupa tidak terulang kembali.
Tindakan pencegahan inilah yang diperlukan untuk meminimalkan angka
kecelakaan kerja.
3. Menggunakan peralatan kerja yang salah dan/atau cara penggunaannya
yang keliru
Kesalahan ini juga termasuk sering terjadi di tempat kerja. Baik pekerja lama
atau baru suka menggunakan peralatan kerja yang tidak tepat sesuai
peruntukan pekerjaannya atau menggunakan peralatan kerja yang benar tapi
cara penggunaannya yang keliru. Akibatnya, kecelakaan yang tidak terduga-
duga atau kerusakan dan cacat pada pekerja, hasil pekerjaan, atau kerusakan
pada alat tersebut sangat mungkin terjadi. Kebiasaan ini biasanya disebabkan
kurangnya pengetahuan pekerja, pengalaman pekerja, dan kurangnya
pengawasan.
Maka dari itu, pastikan perusahaan melakukan pengawasan agar peralatan kerja
yang dipakai sesuai dengan jenis pekerjaan, peralatan terawat dengan baik, dan
pastikan pekerja yang menggunakan peralatan itu juga terlatih. Pemilihan
6. peralatan kerja yang tepat sangat penting untuk mendapatkan hasil pekerjaan
yang maksimal. Biasakan menggunakan peralatan yang sesuai dengan ukuran
dan fungsinya. Jika sudah menggunakan peralatan kerja, pastikan Anda
menyimpannya ke tempat semula agar tidak membahayakan pekerja lain.
4. Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja
Mungkin safety officer di tempat kerja Anda sering mendapati para pekerjanya
tidak menggunakan APD saat melakukan suatu pekerjaan. Entah tidak
menggunakan safety helmet, tidak menggunakan alat pelindung jatuh saat
bekerja di ketinggian atau tidak menggunakan pelindung mata dan wajah saat
melakukan pekerjaan las. Banyak alasan yang melatarbelakangi pekerja enggan
menggunakan APD, di antaranya:
• APD yang digunakan tidak cocok atau tidak nyaman saat dipakai
• Ketidaktahuan pekerja harus memakai APD
• Tidak memiliki waktu untuk memakai APD atau memakai APD hanya
menghabiskan waktu dan merepotkan
• Pekerja sering berasumsi atau terlalu percaya diri bahwa dirinya tidak
akan celaka
• Lupa kalau harus memakai APD
7. Peran safety officer atau pengawas sangat penting untuk mengatasi
permasalahan ini. Di samping itu, pihak perusahaan juga harus menyediakan
APD yang nyaman dan cocok untuk pekerja, memberikan pelatihan pemilihan
dan penggunaan APD, memasang rambu K3 APD di area kerja, serta melakukan
pengawasan dan berani menegur pekerja yang lalai menggunakan APD.
5. Terburu-buru dalam menyelesaikan pekerjaan
Efisiensi dan efektivitas terkadang dijadikan alasan pekerja untuk melakukan
pekerjaannya dengan terburu-buru. Padahal hal ini bisa membuat pekerja
tersebut melakukan kesalahan yang nantinya akan membahayakan dirinya
sendiri. Terlebih jika pekerjaan itu memerlukan konsentrasi tinggi, bekerja
dengan terburu-buru hanya akan mengurangi konsentrasi pekerja dan
berpotensi menyebabkan kecelakaan. Melakukan short cut tanpa
mempertimbangkan faktor keselamatan juga bisa meningkatkan terjadinya
kecelakaan.
Lakukan pekerjaan sesuai prosedur dan hindari mengambil jalan pintas (short
cut). Jika Anda memang diharuskan melaksanakan pekerjaan dengan cepat,
pastikan Anda juga mempertimbangkan faktor keselamatannya juga dan
mengikuti prosedur bekerja aman yang sudah diterapkan.
8. Itulah lima kesalahan dalam K3 yang masih sering dilakukan pekerja. Apakah
Anda pernah atau malah sering melakukan salah satu kesalahan di atas, sobat
pro safety?
Semoga Bermanfaat, Salam safety!