Makalah ini membahas tentang aspek sosial dan budaya maritim di Indonesia. Ia menjelaskan tentang peradaban maritim Indonesia pada masa lalu seperti zaman Sriwijaya dan Majapahit, sumber daya manusia maritim Indonesia, dan masyarakat pesisir maritim Indonesia beserta karakteristiknya.
1. PENGANTAR KEMARITIMAN
ASPEK SOSIAL BUDAYA MARITIM
DOSEN PEMBIMBING : DEDY KURNIAWAN, S.Pi ,M.Si
`
RU
RUZANA
NIM : 140384204007
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
K02
2014
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA MARITIM”.
3. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa,
penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan
maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian penulis berusaha sebisa mungkin
menyelesaikan makalah meskipun tersusun sangat sederhana.
Penulis menyadari tanpa kerja sama antara dosen serta beberapa kerabat
memberi masukan yang bermanfaat bagi penulis demi tersusunnya makalah ini.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak tersebut di atas yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi
kelancaran penyusunan makalah.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca pada umumnya. Penulis mengharapkan saran serta kritik dari berbagai
pihak yang bersifat membangun.
Tanjung Pinang , 15 November 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................ ii
4. Daftar Isi.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN …….......................................................... 3
2.1 Peradaban Maritim Di Indonesia................................................ 3
2.2 Sumber Daya Manusia................................................................ 5
2.3 Masyarakat Pesisir...................................................................... 7
BAB III PENUTUP............................................................................... 11
3.1 Kesimpulan............................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ iv
BAB I
PENDAHULUAN
5. 1.1 Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan luas wilayah 5,8 juta
km per segi dan panjang garis pantai 95.181 km, sudah sepatutnya Indonesia
memiliki strategi maritim yang baik. Hal tersebut mencakup aspek ekonomi,
sosial, budaya, politik, keamanan dan pertahanan.
Jika dipetakan di belahan bumi lain, luas wilayah Nusantara sama dengan jarak
antara Irak hingga Inggris (Timur-Barat) atau Jerman hingga Aljazair (Utara-
Selatan). Letaknya yang seksi, ditopang potensi sumber daya alam berlimpah,
membuat negara-negara yang berkepentingan tergoda menguasai kekayaan alam
bumi khatulistiwa. Tak heran, ancaman dan gangguan terus menerpa Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam mengatasi tantangan tersebut, seluruh komponen bangsa harus
segera membangkitkan maritime domain awareness, atau kesadaran lingkungan
maritim. Hal itu dibutuhkan karena bangsa Indonesia sekarang tidak lagi memiliki
budaya bahari. Sehingga, perlu dibangun kembali upaya penyadaran. Upaya ini
harus sampai pada penyadaran efektif terhadap segala sesuatu yang menyangkut
lingkungan maritim merupakan hal vital bagi keamanan, keselamatan, ekonomi
dan lingkungan hidup bangsa Indonesia, serta menunjang upaya menegakkan
harga diri bangsa.
Dari aspek kehidupan sosial dan budaya, sejarah menunjukkan bahwa
bangsa Indonesia pada masa lalu memiliki pengaruh besar di wilayah Asia
Tenggara. Terutama melalui kekuatan maritim di bawah Kerajaan Sriwijaya dan
6. Majapahit. Tak heran, wilayah laut Indonesia dengan luas dua pertiga Nusantara
diwarnai banyak pergumulan kehidupan di laut. Dalam catatan sejarah terekam
bukti-bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia menguasai lautan besar.
Bahkan, mampu mengarungi samudra luas hingga ke pesisir Madagaskar, Afrika
Selatan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana peradaban maritim di Indonesia?
Bagaimana sumber daya manusia di Indonesia?
Bagaimana masyarakat pesisir maritim di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui peradaban maritim di Indonesia
Untuk mengetahui sumber daya maritim di Indonesia
Untuk mengetahui masyarakat pesisir maritim di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peradaban Maritim di Indonesia
7. Sejarah mencatat bangsa Indonesia telah berlayar jauh dengan kapal
bercadik. Dengan alat navigasi seadanya, mereka telah mamapu berlayar ke utara,
lalu ke barat memotong lautan Hindia hingga Madagaskar dan berlanjut ke timur
hingga Pulau Paskah. Dengan kian ramainya arus pengangkutan komoditas
perdagangan melalui laut, mendorong munculnya kerajaan-kerajaan di Nusantara
yang bercorak maritim dan memiliki armada laut yang besar.
Memasuki masa kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga Demak, Nusantara
adalah negara besar yang disegani di kawasan Asia, maupun di seluruh dunia.
Sebagai kerajaan maritim yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya (683-1030 M)
telah mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur
perdagangan serta menguasai wilayah-wilayah strategis yang digunakan sebagai
pangkalan kekuatan lautnya.
Tidak hanya itu, Ketangguhan maritim kita juga ditunjukkan oleh
Singasari di bawah pemerintahan Kertanegara pada abad ke-13. Dengan kekuatan
armada laut yang tidak ada tandingannya, pada tahun 1275 Kertanegara
mengirimkan ekspedisi bahari ke Kerajaan Melayu dan Campa untuk menjalin
persahabatan agar bersama-sama dapat menghambat gerak maju Kerajaan Mongol
ke Asia Tenggara. Tahun 1284, ia menaklukkan Bali dalam ekspedisi laut ke
timur.
Puncak kejayaan maritim nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit
(1293-1478). Di bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada,
Majapahit berhasil menguasai dan mempersatukan nusantara. Pengaruhnya
8. bahkan sampai ke negara-negara asing seperti Siam, Ayuthia, Lagor, Campa
(Kamboja), Anam, India, Filipina, China.
Kilasan sejarah itu tentunya memberi gambaran, betapa kerajaan-kerajaan di
Nusantara dulu mampu menyatukan wilayah nusantara dan disegani bangsa lain
karena, paradigma masyarakatnya yang mampu menciptakan visi Maritim sebagai
bagian utama dari kemajuan budaya, ekonomi, politik dan sosial.
Bukti kebesaran bangsa Indonesia sebagai negara maritim yang kuat
diungkapkan ahli sejarah dari Universitas Indonesia, Ali Akbar. Menurutnya,
sejarah kekuatan maritim di Tanah Air sudah ada sejak zaman dahulu, dan
sentralnya berada di wilayah pesisir dan laut. Namun, banyak juga kerajaan yang
bediri dan hidup di wilayah pedalaman. Misalnya, Banten yang bisa berjaya selain
karena di dalamnya kuat, juga tidak terlepas dari kekuatan maritim.
Menurut Ali Akbar yang menjabat sebagai Ketua Kajian Pendirian
Museum Maritim, dahulu sistem religi yang dianut sebagian kerajaan tidak lepas
dengan gunung dan dewa. Bahkan, dewa tertinggi mereka percaya ada di
ketinggian, yaitu gunung-gunung. Kehidupan religi zaman dahulu sangat kuat.
Tapi, kemudian beberapa mausia menyadari, kehidupan itu bukan hanya religi,
harus ada interaksi dengan dunia luar.
Terdapat banyak bukti-bukti prasejarah di mana bangsa Indonesia adalah
bangsa yang hebat di dunia maritim. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
lukisan perahu di dalam gua di Sulawesi. Kehebatan pelaut-pelaut Indonesia
9. dibuktikan dengan adanya perubahan kebudayaan yang tadinya berorientasi pada
daratan kemudian memiliki kemampuan berlayar.
Menurut Ali, di saat pelaut Yunani dan China Selatan datang ke Indoneia
pada periode 3000 sebelum masehi atau 5000 tahun yang lalu dan pelaut Blanda
yang jago mengelola budaya maritim baru datang 400 tahun sesudah masehi,
bangsa Indonesia sudah lebih dahulu berlayar ke luar.
Kekuatan maritim bangsa Indonesia sejak dahulu sudah tidak diragukan lagi. Itu
dibuktikan dengan adanya pelabuhan dan syahbandar. Bisa dikatakan bahwa
karakter maritim bangsa Indonesia sudah kuat sejak dahulu sebelum kebudayaan
Eropa. Namun, nenek moyang bangsa Indonesia malas mencatat sejarah.
2.2 Sumber Daya Manusia
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan sumber daya alam
berlimpah, bangsa Indonesia belum mapu memanfaatkan potensi yang
dimilikinya. Kondisi ini terjadi karena rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) di bidang maritim. Salah satunya, Indonesia masih kekurangan tenaga
pelaut.
Krisis tenaga pelaut di Tanah Air hingga kini masih menjadi masalah
serius. Jumlah lulusan pendidikan tersebut belum seimbang dengan kebutuhan di
bidang pelayaran. Di sektor angkatan laut minim tenaga pelaut. Para lulusan
pelaut tingkat perwira hampir 75 persen memilih bekerja di kapal asing atau
berbendera asing ketimbang mengabdikan diri untuk perusahaan pelayaran
nasional dengan alasan yang masuk akal yakni penghasilan yang lebih besar.
10. Kondisi seperti ini, membuat miris dan menjadi perhatina penuh Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementrian Perhubungan.
Lima tahun kedepan, kebutuhan pelaut nasional mencapai 43.806 orang atau
8.600 orang setiap tahunnya, yang terdiri dari 18.774 pelaut kelas perwira dan
25.032 pelaut kelas dasar. Namus, suplai pelaut saat ini di Tanah Air baru
mencapai 3.000 orang per tahun karena kapasitasnya yang belum mencukupi.
Namun begitu, jumlah tersebut bisa segera bertambah dengan peningkatan jumlah
sekolah yang akan direalisasikan dua tahun mendatang.
Rendahnya SDM bangsa ini terjadi karena fokus pmbangunan pemerintah
masih berkiblat pada sektor darat atau agraris. Pemerintah tidak berupaya
mengubah arah pembangunan sesuai dengan kondisi geografis yang dimiliki
bangsa ini.
Berpijak pada sejarah bangsa Indonesia yang pernah berjaya di masa
kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menggambarkan bahwa masyarakat ini maju
sebagai negara maritim, bukan negara agraris. Selama ini kebudayaan Indonesia
di konsep dengan format kebudayaan agraris, yang cenderung terpaku pada alam,
kekuatan adikodrati, feodalistik, yang membagi masyarakat pada sastra-sastra
kekuasaan.
2.3 Masyarakat Pesisir
2.3.1 Pengertian Masyarakat
11. Menurut PETER L. BERGER, masyarakat adalah suatu keseluruhan
kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Keseluruhan yang
kompleks sendiri berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian
yang membentuk suatu kesatuan.
Menurut HAROLD J. LASKI Masyarakat adalah suatu kelompok manusia
yang hidup dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-
keinginan mereka bersama.
Jadi dapat di simpulkan bahwa Masyarakat adalah sekelompok manusia yang
saling berinteraksi dan berhubungan serta memiliki nilai-nilai dan kepercayaan
yang kuat untuk mencapai tujuan dalam hidupnya.
2.3.2 Pengertian Pesisir
Menurut (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001), Pesisir merupakan daerah
pertemuan antara darat dan laut. ke arah darat meliputi bagian daratan,
baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut
seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke
arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran.
12. Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-
sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas
yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya pesisir.
Secara teoritis, masyarakat pesisir didefinisikan sebagai masyarakat yang
tinggal dan melakukan aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan sumberdaya
wilayah pesisir dan lautan. Dengan demikian, secara sempit masyarakat pesisir
memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan kondisi
sumberdaya pesisir dan lautan. Namun demikian, secara luas masyarakat pesisir
dapat pula didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal secara spasial di wilayah
pesisir tanpa mempertimbangkan apakah mereka memiliki aktifitas sosial
ekonomi yang terkait dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan.
2.3.3 Karakteristik Masyarakat Pesisir
Penduduk dan Mata Pencaharian
Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan (marine resource
based). Tetapi, penduduk di Desa Margacinta Kecamatan Cijulang pada
tahun 2013 berpenduduk ± 3.168 jiwa, sekitar 50 % merupakan nelayan
sedangkan sisanya terdiri dari pedagang dan petani.
Pola pemukiman dan kehidupan Sehari-hari
Berdasarkan kondisi fisiknya, rumah di pesisir dibagi dalam tiga kategori.
Rumah permanen (memenuhi syarat kesehatan)
13. Rumah semi permanen (cukup memenuhi syarat kesehatan)
Rumah non permanen (kurang atau tidak memenuhi syarat kesehatan)
Sistem Kekerabatan
Hubungan-hubungan sosial antar kerabat dalam masyarakat pesisir masih
cukup kuat. Perbedaan status sosial ekonomi yang mencolok antar kerabat
tidak dapat menjadi penghalang terciptanya hubungan sosial yang akrab di
antara mereka.
Ekonomi Lokal
Sumber daya laut adalah potensi utama yang mengerakan kegiatan perekonomian
desa. Secara umum kegiatan perekonomian tinggi-rendahnya produktivitas
perikanan. Jika produktivitas tinggi, tingkat penghasilan nelayan akan meningkat
sehingga daya beli masyarakat yang semakin besar nelayan juga akan meningkat.
Sebaliknya, jika produktivitas rendah, tingkat penghasilannya nelayan akan
menurun sehingga tingkat daya beli masyarakat rendah. Kondisi demikian sangat
mempengaruhi kuat lemahnya kegiatan perekonomian desa.
BAB III
PENUTUP
14. 3.1 Kesimpulan
1. Bukti kebesaran bangsa Indonesia sebagai negara maritim yang kuat
diungkapkan ahli sejarah dari Universitas Indonesia, Ali Akbar. Menurutnya,
sejarah kekuatan maritim di Tanah Air sudah ada sejak zaman dahulu, dan
sentralnya berada di wilayah pesisir dan laut. Namun, banyak juga kerajaan yang
bediri dan hidup di wilayah pedalaman.
2. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan sumber daya alam
berlimpah, bangsa Indonesia belum mapu memanfaatkan potensi yang
dimilikinya. Kondisi ini terjadi karena rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) di bidang maritim. Salah satunya, Indonesia masih kekurangan tenaga
pelaut.
3. Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-
sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas
yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya pesisir.
DAFTAR PUSTAKA
15. Burger, D.H. 1980. Sejarah sosiologis-ekonomis Indonesia. Jakarta:
Prajnyaparamita.
Koentjaraningrat. 1969. Rintangan-rintangan mental dalam pembangunan
ekonomi di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Wertheim, W.F. 1959. Indonesian society in transition. 2nd rev., ed.,The Hague
and Bandung.