SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 23
KEHALUSAN SERAT
 Kehalusan dan panjang merupakan dimensi
  terpenting serat tekstil.
 Flexibility comes from fineness, length provides
  coherence.
 Menentukan mutu dan sifat-sifat fisik serat
  lainnya dan sifat-sifat benang maupun kain.
PARAMETER KEHALUSAN
 Kehalusan serat pada awalnya dinyatakan dengan
   ukuran diameter penampang lintangnya.
 Tidak semua serat memiliki bentuk penampang yang
   teratur maka kehalusan lebih tepat dinyatakan menurut
   “berat jenis linier”-nya, yaitu perbandingan berat dan
   panjangnya: (berat/panjang)
 Parameter kehalusan serat:
   – Berat (g)
   – Panjang (m)
TERMINOLOGI KEHALUSAN SERAT
 Denier
  – Berat serat untuk tiap 9000 m panjangnya
  – Banyak digunakan di AS dan Inggris
  – Berasal dari kata dalam bahasa Perancis yang berarti
    koin (Latin: denarius).
 Tex
  – Berat serat untuk tiap 1000 m panjangnya
  – banyak digunakan di Canada dan Eropa daratan.
CONTOH: DENIER
 Denier :
  – Hasil penimbangan serat A sepanjang 27.000 meter
    menunjukkan berat sebesar 27 gram.
  – Kehalusan serat     =      27/(27.000/9000)
                        =      27 x (9000/27.000)
                        =      9 denier
 Kehalusan serat (denier) = [B (g)/P (m)] x 9000
CONTOH: DENIER
1.   Panjang serat = 36.000 m
     Beratnya = 27 g
     Tentukan kehalusan seratnya dalam denier
     Kehalusan serat = 27 x (9000/36.000) = 6,75 denier
2.   Panjang serat = 27.000 m
     Beratnya = 21 g
     Tentukan kehalusan seratnya dalam denier
     Kehalusan serat = 21 x (9000/27.000) = 7 denier
CONTOH: TEX
 Contoh:
  – Hasil penimbangan serat A sepanjang 27.000 meter
    menunjukkan berat sebesar 27 gram.
  – Kehalusan serat     =      27/(27.000/1000)
                        =      27 x (1000/27.000)
                        =      1 tex
 Kehalusan serat (tex) = [B (g)/P (m)] x 1000
KONVERSI DENIER ↔ TEX
 9 denier = 1 tex
 Dalam praktek industri dikenal juga istilah
  desitex atau disingkat dtex.
 1 tex = 10 dtex
              ?
 1 denier = 1,1 dtex
  – 1 denier     = 1/9 tex
                 = (1/9) x 10 dtex
                 = 1,1 dtex
PENGARUH KEHALUSAN SERAT TERHADAP
         SIFAT-SIFAT BENANG DAN KAIN
1.   Kekakuan, pegangan dan kelangsaian
     – Bending atau tekukan lebih mudah terjadi pada benang atau
       kain yang tersusun atas serat-serat halus.
     – Kain yang terbuat dari serat halus memiliki pegangan supel
       dan kelangsaian yang baik.
1.   Kekakuan torsional
     – Serat kasar memiliki resistensi lebih besar terhadap puntiran.
     – Benang yang terbuat dari serat kasar memiliki energi torsional
       dan internal stress lebih besar  kain krep dan benang tekstur
3.   Pemantulan cahaya
     – Kain yang terbuat dari serat halus memiliki lebih banyak serat,
       sehingga bidang pantulnya pun lebih banyak.
     – Kehalusan serat ikut menentukan sifat kilau kain:
        •   Serat halus menghasilkan kilau yang lembut
        •   Serat kasar menghasilkan kilau yang kuat
     – Kehalusan serat juga menentukan kedalaman warna kain
       berwarna:
        •   Serat halus membuat warna kain tampak menjadi lebih muda.

4.   Daya serap
     – Kain yang terbuat dari serat halus memiliki jumlah luas
       permukaan lebih besar sehingga daya serapnya terhadap
       larutan juga lebih besar.
5.   Kohesi serat dan puntiran
     – Kohesi serat dalam struktur benang ditentukan oleh friksi antar
       serat yang berdempetan akibat puntiran.
     – Tekanan yang dibutuhkan agar tidak terjadi slip ditentukan oleh
       pµS, dimana
        •   p adalah tekanan normal pada permukaan serat yang besar-
            kecilnya ditentukan oleh derajat puntiran benang
        •   µ adalah koefisien friksi antar serat
        •   S luas permukaan spesifik serat
     – Serat halus tidak memerlukan puntiran tinggi untuk
       menghasilkan benang dengan kohesi serat baik.
6.   Keseragaman benang
     – Serat halus menghasilkan benang dengan diameter yang lebih
       seragam di sepanjang benang.
     – Keseragaman benang merupakan salah satu sifat terpenting
       benang karena ikut menentukan:
        •   kekuatan benang,
        •   mulur dan kilau,
        •   jumlah putus benang dalam pemintalan, winding, warping dan
            pertenunan,
        •   ketahanan gosoknya.
KEKUATAN SERAT
TERMINOLOGI
       Tenacity adalah gaya tetap
        (steady force) yang dibutuhkan
        untuk memutuskan satu helai
        serat atau beban maksimum yang
        dapat ditahan oleh serat sebelum
        putus. (N/tex, g/denier).
       Mulur saat putus, yaitu
        perpanjangan maksimum hingga
        putus saat serat mengalami
        penarikan. (%)
       Keliatan, yaitu jumlah energi yang
        dibutuhkan untuk memutuskan
        serat. (J = joules)
MULUR DAN ELASTISITAS
 Mulur saat putus: kemampuan serat bertambah
  panjang sebelum putus
 Elastisitas: kemampuan serat/bahan untuk
  kembali ke bentuknya semula setelah beban
  dihilangkan
 Elastisitas baik  stabilitas dimensi baik,
  mudah kembali ke bentuk semula, tidak mudah
  kusut.
KURVA REGANG-TEGANG BAHAN
•   Menyatakan kekuatan suatu
    bahan harus memperhatikan
    kondisi yang menyebabkan
    putusnya bahan tersebut:
    – Tenacity, untuk menyatakan
      kekuatan bahan yang putus
      akibat tarikan tetap (steady
      pull).
    – Mulur saat putus, biasanya
      berlaku pada kondisi
      peregangan.
    – Keliatan, berlaku pada kondisi
      dimana bahan mengalami
      hentakan dengan energi
      tertentu secara tiba-tiba
PERHITUNGAN KEKUATAN SERAT
 CONTOH 1                        CONTOH 2
  – Serat B mempunyai kekuatan      – Serat C memiliki kehalusan
    2 g/denier                        sebesar 25 denier. Ketika
  – Jika kehalusannya 1 denier        diberi beban serat tersebut
    maka serat B mampu                putus saat beban tarik
    menahan tarikan sebesar 2         mencapai 75 gram.
    gram.                           – Berapakah kekuatan tarik
  – Jika serat B dibuat dengan        serat tersebut ?
    kehalusan 10 denier, maka         75 g/25 denier = 3 g/denier
    serat tersebut mampu
    menahan beban 20 gram
KEHALUSAN SERAT

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGINPENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGINaji indras
 
Sistem penomoran benang
Sistem penomoran benangSistem penomoran benang
Sistem penomoran benangSholihin GPaa
 
Textile fabrics analysis
Textile fabrics analysisTextile fabrics analysis
Textile fabrics analysisroellys
 
textile testing in fabric rizwan
textile testing in fabric rizwantextile testing in fabric rizwan
textile testing in fabric rizwanMulti Addiction
 
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG aji indras
 
STANDARD FOR FABRICS (SUITING) PER SNI
STANDARD FOR FABRICS (SUITING) PER SNISTANDARD FOR FABRICS (SUITING) PER SNI
STANDARD FOR FABRICS (SUITING) PER SNIroellys
 
Test for Textile Fibers Dr.Ash
Test for Textile Fibers Dr.AshTest for Textile Fibers Dr.Ash
Test for Textile Fibers Dr.AshDr.S.Aishwariya
 
Rangkaian evaluasi secara kimia terhadap kain tekstil
Rangkaian evaluasi secara kimia terhadap kain tekstilRangkaian evaluasi secara kimia terhadap kain tekstil
Rangkaian evaluasi secara kimia terhadap kain tekstilToko Jaket Bola
 
FIBER LENGTH TESTING
FIBER LENGTH TESTINGFIBER LENGTH TESTING
FIBER LENGTH TESTINGNitish Sharma
 
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifAnalisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifOperator Warnet Vast Raha
 

La actualidad más candente (20)

PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGINPENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
PENCELUPAN KAIN KAPAS SECARA BATCHING (CPB) DENGAN ZAT WARNA REAKTIF DINGIN
 
Sistem penomoran benang
Sistem penomoran benangSistem penomoran benang
Sistem penomoran benang
 
Proses merserisasi dan kostisasi nyeh
Proses merserisasi dan kostisasi nyehProses merserisasi dan kostisasi nyeh
Proses merserisasi dan kostisasi nyeh
 
Textile fabrics analysis
Textile fabrics analysisTextile fabrics analysis
Textile fabrics analysis
 
Identifikasi serat 1
Identifikasi serat 1Identifikasi serat 1
Identifikasi serat 1
 
Sutera
SuteraSutera
Sutera
 
textile testing in fabric rizwan
textile testing in fabric rizwantextile testing in fabric rizwan
textile testing in fabric rizwan
 
Poliester weight reduce
Poliester weight reducePoliester weight reduce
Poliester weight reduce
 
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
 
Yarn count
Yarn countYarn count
Yarn count
 
STANDARD FOR FABRICS (SUITING) PER SNI
STANDARD FOR FABRICS (SUITING) PER SNISTANDARD FOR FABRICS (SUITING) PER SNI
STANDARD FOR FABRICS (SUITING) PER SNI
 
Shrinkage Control
Shrinkage ControlShrinkage Control
Shrinkage Control
 
Scouring
ScouringScouring
Scouring
 
Test for Textile Fibers Dr.Ash
Test for Textile Fibers Dr.AshTest for Textile Fibers Dr.Ash
Test for Textile Fibers Dr.Ash
 
Rangkaian evaluasi secara kimia terhadap kain tekstil
Rangkaian evaluasi secara kimia terhadap kain tekstilRangkaian evaluasi secara kimia terhadap kain tekstil
Rangkaian evaluasi secara kimia terhadap kain tekstil
 
Laporan simultan pada kain kapas by benkur
Laporan simultan pada kain kapas by benkurLaporan simultan pada kain kapas by benkur
Laporan simultan pada kain kapas by benkur
 
FIBER LENGTH
FIBER LENGTHFIBER LENGTH
FIBER LENGTH
 
High volume instrument
High volume instrumentHigh volume instrument
High volume instrument
 
FIBER LENGTH TESTING
FIBER LENGTH TESTINGFIBER LENGTH TESTING
FIBER LENGTH TESTING
 
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatifAnalisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
Analisa kerusakan serat selulosa scr kualitatif
 

Similar a KEHALUSAN SERAT

Similar a KEHALUSAN SERAT (7)

Fisika Kelas X: Sifat Mekanik Bahan
Fisika Kelas X: Sifat Mekanik BahanFisika Kelas X: Sifat Mekanik Bahan
Fisika Kelas X: Sifat Mekanik Bahan
 
Lap 2. pita potong & kekakuan
Lap 2. pita potong & kekakuanLap 2. pita potong & kekakuan
Lap 2. pita potong & kekakuan
 
Lap 2. pita potong & kekakuan
Lap 2. pita potong & kekakuanLap 2. pita potong & kekakuan
Lap 2. pita potong & kekakuan
 
Media pembelajaran.pptx
Media pembelajaran.pptxMedia pembelajaran.pptx
Media pembelajaran.pptx
 
Handout pengujian-benang
Handout pengujian-benangHandout pengujian-benang
Handout pengujian-benang
 
Peta minda mengenai tali
Peta minda mengenai taliPeta minda mengenai tali
Peta minda mengenai tali
 
Uji tarik rayon
Uji tarik rayonUji tarik rayon
Uji tarik rayon
 

Más de Daud Sulaeman

Bab 7 penggunaan turunan
Bab 7 penggunaan turunanBab 7 penggunaan turunan
Bab 7 penggunaan turunanDaud Sulaeman
 
Bab 6 turunan fungsi
Bab 6 turunan fungsiBab 6 turunan fungsi
Bab 6 turunan fungsiDaud Sulaeman
 
Bab 5 limit 2 dan kekontinuan
Bab 5 limit 2 dan kekontinuanBab 5 limit 2 dan kekontinuan
Bab 5 limit 2 dan kekontinuanDaud Sulaeman
 
Bab 3(2) determinan dan i nvers matriks
Bab 3(2) determinan dan i nvers matriksBab 3(2) determinan dan i nvers matriks
Bab 3(2) determinan dan i nvers matriksDaud Sulaeman
 

Más de Daud Sulaeman (9)

Bab 7 penggunaan turunan
Bab 7 penggunaan turunanBab 7 penggunaan turunan
Bab 7 penggunaan turunan
 
Bab 6 turunan fungsi
Bab 6 turunan fungsiBab 6 turunan fungsi
Bab 6 turunan fungsi
 
Bab 5 limit 2 dan kekontinuan
Bab 5 limit 2 dan kekontinuanBab 5 limit 2 dan kekontinuan
Bab 5 limit 2 dan kekontinuan
 
Bab 5 limit (1)
Bab 5 limit (1)Bab 5 limit (1)
Bab 5 limit (1)
 
Bab 3(3) spl
Bab 3(3) splBab 3(3) spl
Bab 3(3) spl
 
Bab 3(2) determinan dan i nvers matriks
Bab 3(2) determinan dan i nvers matriksBab 3(2) determinan dan i nvers matriks
Bab 3(2) determinan dan i nvers matriks
 
Bab 3(1) matriks
Bab 3(1) matriksBab 3(1) matriks
Bab 3(1) matriks
 
Bab 2 vektor
Bab 2 vektorBab 2 vektor
Bab 2 vektor
 
Bab 8 integral
Bab 8 integralBab 8 integral
Bab 8 integral
 

KEHALUSAN SERAT

  • 1. KEHALUSAN SERAT  Kehalusan dan panjang merupakan dimensi terpenting serat tekstil.  Flexibility comes from fineness, length provides coherence.  Menentukan mutu dan sifat-sifat fisik serat lainnya dan sifat-sifat benang maupun kain.
  • 2. PARAMETER KEHALUSAN  Kehalusan serat pada awalnya dinyatakan dengan ukuran diameter penampang lintangnya.  Tidak semua serat memiliki bentuk penampang yang teratur maka kehalusan lebih tepat dinyatakan menurut “berat jenis linier”-nya, yaitu perbandingan berat dan panjangnya: (berat/panjang)  Parameter kehalusan serat: – Berat (g) – Panjang (m)
  • 3. TERMINOLOGI KEHALUSAN SERAT  Denier – Berat serat untuk tiap 9000 m panjangnya – Banyak digunakan di AS dan Inggris – Berasal dari kata dalam bahasa Perancis yang berarti koin (Latin: denarius).  Tex – Berat serat untuk tiap 1000 m panjangnya – banyak digunakan di Canada dan Eropa daratan.
  • 4. CONTOH: DENIER  Denier : – Hasil penimbangan serat A sepanjang 27.000 meter menunjukkan berat sebesar 27 gram. – Kehalusan serat = 27/(27.000/9000) = 27 x (9000/27.000) = 9 denier  Kehalusan serat (denier) = [B (g)/P (m)] x 9000
  • 5. CONTOH: DENIER 1. Panjang serat = 36.000 m Beratnya = 27 g Tentukan kehalusan seratnya dalam denier Kehalusan serat = 27 x (9000/36.000) = 6,75 denier 2. Panjang serat = 27.000 m Beratnya = 21 g Tentukan kehalusan seratnya dalam denier Kehalusan serat = 21 x (9000/27.000) = 7 denier
  • 6. CONTOH: TEX  Contoh: – Hasil penimbangan serat A sepanjang 27.000 meter menunjukkan berat sebesar 27 gram. – Kehalusan serat = 27/(27.000/1000) = 27 x (1000/27.000) = 1 tex  Kehalusan serat (tex) = [B (g)/P (m)] x 1000
  • 7. KONVERSI DENIER ↔ TEX  9 denier = 1 tex  Dalam praktek industri dikenal juga istilah desitex atau disingkat dtex.  1 tex = 10 dtex ?  1 denier = 1,1 dtex – 1 denier = 1/9 tex = (1/9) x 10 dtex = 1,1 dtex
  • 8.
  • 9. PENGARUH KEHALUSAN SERAT TERHADAP SIFAT-SIFAT BENANG DAN KAIN 1. Kekakuan, pegangan dan kelangsaian – Bending atau tekukan lebih mudah terjadi pada benang atau kain yang tersusun atas serat-serat halus. – Kain yang terbuat dari serat halus memiliki pegangan supel dan kelangsaian yang baik. 1. Kekakuan torsional – Serat kasar memiliki resistensi lebih besar terhadap puntiran. – Benang yang terbuat dari serat kasar memiliki energi torsional dan internal stress lebih besar  kain krep dan benang tekstur
  • 10. 3. Pemantulan cahaya – Kain yang terbuat dari serat halus memiliki lebih banyak serat, sehingga bidang pantulnya pun lebih banyak. – Kehalusan serat ikut menentukan sifat kilau kain: • Serat halus menghasilkan kilau yang lembut • Serat kasar menghasilkan kilau yang kuat – Kehalusan serat juga menentukan kedalaman warna kain berwarna: • Serat halus membuat warna kain tampak menjadi lebih muda. 4. Daya serap – Kain yang terbuat dari serat halus memiliki jumlah luas permukaan lebih besar sehingga daya serapnya terhadap larutan juga lebih besar.
  • 11. 5. Kohesi serat dan puntiran – Kohesi serat dalam struktur benang ditentukan oleh friksi antar serat yang berdempetan akibat puntiran. – Tekanan yang dibutuhkan agar tidak terjadi slip ditentukan oleh pµS, dimana • p adalah tekanan normal pada permukaan serat yang besar- kecilnya ditentukan oleh derajat puntiran benang • µ adalah koefisien friksi antar serat • S luas permukaan spesifik serat – Serat halus tidak memerlukan puntiran tinggi untuk menghasilkan benang dengan kohesi serat baik.
  • 12. 6. Keseragaman benang – Serat halus menghasilkan benang dengan diameter yang lebih seragam di sepanjang benang. – Keseragaman benang merupakan salah satu sifat terpenting benang karena ikut menentukan: • kekuatan benang, • mulur dan kilau, • jumlah putus benang dalam pemintalan, winding, warping dan pertenunan, • ketahanan gosoknya.
  • 14. TERMINOLOGI  Tenacity adalah gaya tetap (steady force) yang dibutuhkan untuk memutuskan satu helai serat atau beban maksimum yang dapat ditahan oleh serat sebelum putus. (N/tex, g/denier).  Mulur saat putus, yaitu perpanjangan maksimum hingga putus saat serat mengalami penarikan. (%)  Keliatan, yaitu jumlah energi yang dibutuhkan untuk memutuskan serat. (J = joules)
  • 15. MULUR DAN ELASTISITAS  Mulur saat putus: kemampuan serat bertambah panjang sebelum putus  Elastisitas: kemampuan serat/bahan untuk kembali ke bentuknya semula setelah beban dihilangkan  Elastisitas baik  stabilitas dimensi baik, mudah kembali ke bentuk semula, tidak mudah kusut.
  • 16.
  • 17.
  • 18. KURVA REGANG-TEGANG BAHAN • Menyatakan kekuatan suatu bahan harus memperhatikan kondisi yang menyebabkan putusnya bahan tersebut: – Tenacity, untuk menyatakan kekuatan bahan yang putus akibat tarikan tetap (steady pull). – Mulur saat putus, biasanya berlaku pada kondisi peregangan. – Keliatan, berlaku pada kondisi dimana bahan mengalami hentakan dengan energi tertentu secara tiba-tiba
  • 19.
  • 20.
  • 21.
  • 22. PERHITUNGAN KEKUATAN SERAT  CONTOH 1  CONTOH 2 – Serat B mempunyai kekuatan – Serat C memiliki kehalusan 2 g/denier sebesar 25 denier. Ketika – Jika kehalusannya 1 denier diberi beban serat tersebut maka serat B mampu putus saat beban tarik menahan tarikan sebesar 2 mencapai 75 gram. gram. – Berapakah kekuatan tarik – Jika serat B dibuat dengan serat tersebut ? kehalusan 10 denier, maka 75 g/25 denier = 3 g/denier serat tersebut mampu menahan beban 20 gram

Notas del editor

  1. Sifat-sifat mekanik serat tekstil, yaitu responnya terhadap gaya-gaya luar, merupakan sifat-sifat teknis terpenting yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan pemrosesan serat dan kinerja produk akhir.