2. PROFESI APOTEKER
Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
Apoteker merupakan tenaga kesehatan selain Dokter, Dokter Gigi,
Perawat dan Bidan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51
tahun 2009, Apoteker adalah pelaku utama pelayanan kefarmasian
yang memiliki kewenangan untuk melakukan praktik kefarmasian.
Praktik kefarmasian tersebut meliputi pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Berdasarkan
hal tersebut terlihat jelas bahwa kompetensi yang dimiliki Apoteker
berbeda dengan kompetensi yang dimiliki oleh Dokter dan Dokter
Gigi sebagai tenaga medis, Perawat dan Bidan.
Kompetensi tersebut diperoleh melalui pendidikan profesi
apoteker. Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) merupakan
jenjang pendidikan profesi untuk memperoleh keahlian dengan
sebutan Apoteker/Farmasis.
4. Program pendidikan seorang apoteker
Program Pendidikan Profesi Apoteker merupakan
program pendidikan profesi sebagai kelanjutan
studi dari Program Sarjana (S1) Farmasi
5. Tempat bekerja apoteker
peluang lapangan kerja,
baik di sektor pemerintah
maupun swasta, baik
dalam bidang pelayanan,
industri, distribusi,
pendidikan, penelitian dan
bidang lainnya yang
berkaitan dengan bidang
ilmu kefarmasian
6. Apoteker, tak sekadar menunggu Profesi Apoteker juga merupakan profesi dengan
dasar filosofi “asuhan kefarmasian” atau pharmaceutical care. Asuhan kefarmasian
adalah proses kolaborasi antara apoteker dan tenaga kesehatan lain dengan pasien
atau masyarakat untuk mencapai tujuan penggunaan sediaan farmasi secara optimal,
dengan menghormati hak-hak azasi pasien/masyarakat, menjaga kerahasiaan,
melaksanakan kode etik, dan menghargai kemampuan tenaga kesehatan yang terlibat
7. Program Pendidikan Profesi
Apoteker merupakan program
pendidikan lanjut bagi para
sarjana farmasi yang telah
menyelesaikan jenjang akademik
sebagai upaya meningkatkan
kualitas pendidikan di bidang
kefarmasian dan
mempersiapkan mahasiswa
untuk memiliki pekerjaan
dengan persyaratan keahlian
khusus. Mahasiswa yang telah
menyelesaikan P3A akan
mendapatkan gelar “Apoteker
8. Tak hanya di Jepang,da Megara lain
nya umumnya masyarakat Indonesia
juga mengidentikkan tenaga kesehatan
dengan sosok dokter atau perawat,
dua profesi yang dianggap sebagai
garda terdepan dalam pelayanan
kesehatan. Padahal, dengan
kompetensinya di bidang penyediaan
farmasi (obat, bahan obat, dan obat
tradisional), profesi apoteker juga tak
kalah penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan
menyelamatkan nyawa pasien.
9. Baik pada masa normal maupun wabah, apoteker memberikan
pelayanan kefarmasian yang tak tergantikan. Ketika rumah sakit
dan puskesmas menutup layanan sementara akibat tenaga
kesehatan yang terdampak COVID-19, apotek tetap memenuhi
kebutuhan masyarakat terhadap obat dan alat kesehatan.
10. Untuk menjadi apoteker, seseorang
harus lulus sarjana (S1) program farmasi
(per Oktober 2019 ada 264 program
studi S1 Farmasi di Indonesia), ditambah
dua semester pendidikan profesi
apoteker dan mengucapkan sumpah
profesi sebagai apoteker
11. Apoteker merupakan sebutan bagi profesi farmasi di
Indonesia. Di negara-negara berbahasa
Inggris disebut pharmacist, sementara di Belanda, Jerman,
dan Belgia dinamakan apotheker
12. Saat ini, ada sekitar
80.000 apoteker di
Indonesia yang bekerja
dalam berbagai bidang
pekerjaan kefarmasian
meliputi produksi,
distribusi, dan
pelayanan obat dan
obat tradisional.
13. Di industri farmasi, apoteker
umumnya bekerja dalam
pengendalian mutu, pemastian mutu,
dan produksi obat. Peran apoteker
juga sangat dibutuhkan
dalam penelitian dan pengembangan
(R&D), seiring dengan ditemukannya
obat-obatan baru bagi berbagai
penyakit.
14. Obat-obatan yang diproduksi oleh
industri farmasi Indonesia maupun
obat impor didistribusikan oleh
distributor atau Pedagang Besar
Farmasi (PBF). Di Indonesia ada sekitar
2.000 PBF per Februari 2020. Setiap
PBF setidaknya memiliki satu apoteker
sebagai penanggung jawab.
Pendistribusian obat harus dilakukan
sesuai dengan cara distribusi obat
yang baik (CDOB) agar produk sampai
dalam kondisi yang baik, aman dan
khasiatnya terjaga.
15. Di apotek, puskesmas, dan rumah sakit, apoteker tidak hanya
melayani resep dan menyerahkan obat. Apoteker juga melakukan
penelusuran riwayat penggunaan obat, evaluasi penggunaan obat,
pemantauan terapi obat, pelayanan informasi obat, dan konseling
16. Dalam memberikan
pelayanan, apoteker
kerap berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan
lain seperti dokter,
perawat, atau ahli gizi
agar pengobatan yang
diberikan aman dan
efektif bagi pasien
17. Selain memberikan pelayanan
langsung kepada pasien,
apoteker juga berperan
dalam pengelolaan obat dan
alat kesehatan. Tanpa ada
apoteker yang bergerak di
bidang pengelolaan, pelayanan
kesehatan akan terkena
imbasnya karena kekurangan
stok obat, atau stok obat
menumpuk sehingga
kedaluwarsa.
18. Di Kementerian Kesehatan, apoteker terlibat
dalam menyusun regulasi farmasi, mensupervisi
perusahaan farmasi dan apotek, dan mengendalikan
ketersediaan obat-obatan bagi masyarakat.
19. Di Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM), apoteker berperan dalam
mengevaluasi obat, obat tradisional,
suplemen kesehatan, kosmetik, dan
pangan. Apoteker juga mengawasi obat
yang beredar di pasar melalui audit rutin,
pengujian sampel, dan monitoring efek
samping obat dan obat tradisional.
Apoteker juga berperan dalam mengawasi
penggunaan narkotika dan psikotropika.
20. Apoteker juga berperan di BPJS Kesehatan, industri kosmetik, lembaga
penelitian, universitas, hingga sebagai entrepreneur apotek. Ada banyak
pekerjaan yang bisa dimasuki oleh apoteker. Peran apoteker di berbagai
sektor ini saling berhubungan dalam mewujudkan ketersediaan sediaan
farmasi dan pelayanan kefarmasian berkualitas bagi masyarakat.