1. Menuju Keluarga Akrab Lingkungan
Mengelola Sisa Peradaban: Sampah dan Limbah Air Bersih
Latar Belakang
Konsekuensi peradaban adalah adanya aktiftas manusia. Aktifitas manusia
adalah gaya hidupnya sehari-hari, konsekuensi itu semua adalah adanya sisa
buangan atau limbah.Limbah ada yang padat dan cair. Kebnayakan kita juga
lebih sering limbah ini dengan sampah. Volume dan jenis sampah yang
dihasilkan sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang atau
material yang kita pakai sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat
tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Demikian pula dengan limbah
cair dari sisa dari aktifitas kita yang menggunakan air, semakin banyak air kita
gunakan, semakin banyak juga limbah cair ini terbuang.
Pengolahan sampah dalam keluarga
Sebagai ilustrasi, dalam sehari, total produksi sampah kota DKI mencapai 6.000
ton lebih yang terdiri dari sampah organik (+60 %) dan anorganik (+40 %). Jika
dihitung secara metrik, maka perbandingan yang didapatkan adalah dalam
sehari sampah di DKI menyamai gundukan Candi Borobudur. Data Bapelda
tahun 2000 saja menyebutkan volume sampah DKI mencapai 25.700 m3 perhari,
itu berarti hampir separuh volume Candi Borobudur yang 55.000 m3. Bagaimana
tahun 2010 ini, di mana peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup begitu
pesat akselerasinya?
Lalu, bagaimana memecahkan persoalan yang ditimbulkan oleh sampah,
dengan angka-angka yang menakutkan itu?Ttak perlu lagi kita bicara data,
faktanya adalah bahwa sampah yang ada di lingkungan kita dan hampir selalu
menjadi persoalan harus segera dicarikan solusinya segera, bertahap dan
terintegrasi.
Dalam rangka membantu pemikiran dan (mungkin juga) tenaga, kami sampaikan
bahan ajuan kegiatan yang terkait dengan solusi pengelolaan sampah mandiri
bebasis keluarga.
1
2. Bentuk Kegiatan
Kegiatan yang akan kita lakukan adalah "Pengelolaan Sampah berbasis
Keluarga”.
Fokus dari kegiatan ini adalah adanya kepedulian setiap keluarga terhadap
limbah yang dihasilkannya sendiri. Hal pertama yang mesti dilakukan adalah
menggugah kesadaran anggota keluarga untuk berperan aktif dalam
pengelolaan sampah yang dimulai dari dirinya sendiri dan memahami prinsip 4R,
yaitu:
• Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin meminimalisasi barang atau
material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan
material, maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan.
• Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang
bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable
(sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian
barang sebelum ia menjadi sampah.
• Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak
berguna lagi, bisa didaur ulang di rumah sendiri.
• Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah
barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih
tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang
lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan
keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena
kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
Proses Kegiatan
Proses kegiatan ini sebagian besar berada di tangan masyarakat, penentuan
kegiatannya pun tergantung dari peran serta masyarakat. Peran pemerintah
dituntut untuk melengkapi suksesnya program ini dengan membantu dukungan
secara politis dan kebijakan dan juga pada proses pascaproduksinya.
Setelah sosialisasi ke masyarakat dilakukan, maka proses kegiatan ini akan
bergulir sebagai berikut:
1. Sebelum memulai pengolahan sampah, sebaiknya kita mempersiapkan
dulu beberapa hal yang mendukung program ini: tempat sampah 2 pilah,
Lubang Resapan Biopori, dan alat-alat lain yang dibutuhkan dalam
mendaur ulang sampah-sampah kering. (lihat: pengolahan limbah air)
2. Karena di setiap rumah telah ada tempat sampah 2 pilah, sampah basah
dan sampah kering, maka seluruh anggota keluarga wajib memahami
2
3. fungsi masing-masing. Tempat sampah bisa berbentuk keranjang atau
pun kantong-kantong plastik;
3. Bila perlu, sampah kering yang telah terkumpul diclustering/pemisahan
sampah sesuai dengan sifat dan kelompoknya.
4. Jenis sampah basah berupa sisa makanan dan benda-benda organik
lainnya bisa langsung dimasukkan ke Lubag Resapan Biopori untuk
diproses secara alami menjadi kompos. Namun sebaiknya dilakukan
pencacahan terlebih dahulu untuk mempercepat pembusukkan oleh
bakteri ataupun cacing;
5. Sedangkan sampah kering dipilah dan dikelompokkan berdasarkan bahan
dasarnya: kertas, plastik, kayu, besi, styrofoam, kaca, dan lain-lain.
6. Setiap kelompok bahan dasar itu masing-masing telah disiapkan untuk
dialihbentuk menjadi barang-barang yang telah siap desainnya.
7. Desain produk daur ulang ini tergantung dari kreatifitas kita, semakin
tinggi kreatifitas semakin beragam produknya;
8. Namun, bila tak ada waktu dalam pemilahan sampah kering ini, kita dapat
menggunakan jasa pemulung untuk memanfaatkan sampah jenis ini. Bisa
jadi ini akan menjadi nilai tukar yang lumayan bagi setiap keluarga;
9. Sedangkan sampah yang secara fisik dan alihguna tak bisa dimanfaatkan
lagi, dipilah untuk dibuang ke TPS yang selanjutnya akan berakhir di TPA.
Produk yang Dihasilkan
Pengolahan sampah daur ulang ini memungkinkan setiap keluarga untuk
berkreasi dalam menghasilkan produk sesuai dengan bahan bakunya. Dari studi
dan pemikiran yang selama ini dilakukan sesungguhnya banyak produk yang
dapat dibuat dari sampah ini, di antaranya:
1. pupuk kompos, ini merupakan produk wajib untuk sampah organik.
2. kertas daur ulang
3. Batako
4. Arang briket
5. alat peraga sekolah
6. tirai pintu
7. vas bunga
8. kap lampu kamar
9. kap lampu gantung
10. kaligrafi
11. celengan
12. gantungan kunci
13. bingkai foto
14. peredam suara untuk tembok kamar
15. bantal
16. dompet
17. dan masih banyak lagi produk hingga mencapai ratusan variasi
tergantung dari kreatifitas komunitas pengelola
3
4. Kegiatan Tingkat Lanjut
Bila memungkinkan, dari setiap keluarga yang memiliki kesadaran yang sama
membentuk komunitas sendiri dalam pengelolaan sampah tingkat lanjut. Hal itu
membutuhkan ruang lingkup yang lebih luas, maka lahan untuk pengolahan pun
dibutuhkan. Sesungguhnya lahan untuk itu tidak harus luas, sekitar 25-100 m2.
Atau bisa meminjam dari pemilik "lahan tidur" yang ada di wilayah masing-
masing. Setiap komunitas bisa memiliki kekhasan produk sendiri, artinya mereka
punya priduk unggulan yang bisa dibanggakan sebagai karya mereka sendiri.
Benefit
Kalau dilakukan secara kontinyu dan menyeluruh, kegiatan ini berpotensi untuk:
1. Mengurangi timbunan sampah di TPA hingga 90 % atau sekitar 10 %
perhari residu sampah yang dibuang;
2. Dengan demikian dapat mengurangi beban operasional dan transportasi
Dinas Kebersihan;
3. Otomatis, risiko penyebaran bau tak sedap makin berkurang. Udara
sekitar lingkungan keluarga makin segar, karena dunia persampahan tak
lagi menjijikkan;
4. Menciptakan lapangan pekerjaan;
5. Memacu kreatifitas masyarakat untuk berpikir produktif;
6. Menambah khasanah produk kerajinan Jakarta;
7. Meningkatkan penghasilan masyarakat, dan
8. Masih banyak lagi keuntungan yang bisa kita raih bila kita mau, insya
Allah.
Pengolahan limbah air dengan Lubang Resapan Biopori
Limbah air yang dihasilkan dari aktifitas kita terbagi 2: kotor dan bersih. Limbah
cair kotor adalah yang sudah bercampur dengan bahan-bahan kimia berbahaya
bagi kesehatan lingkungan seperti detergen dan lain sebagainya. Sedangkan
limbah bersih adalah yang relatif terhindar dari bahan-bahan kimia seperti air
bekas mencuci sayuran, beras dan bahan makanan serta sisa cucian yang tidak
menggunakan bahan kimiawi.
Limbah air yang kotor bisa langsung kita alirkan ke dalam saluran buangan
drainase, karena ia tak bisa di serap oleh biota tanah. Sedangkan limbah air
bersih kita salurkan ke Lubang Resapan Biopori.
Lubang resapan biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal
ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau
dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi
4
5. kedalaman muka air tanah. Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang
(terowongan kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman
Cara Pembuatan
1. Tentukan lokasi yang strategis yang bisa dijadikan saluran limbah air
bersih dari rumah tangga kita dan atau sering dilalui oleh air hujan. Bagi
rumah tangga yang memiliki halam luas akan lebih leluasa dalam
menentukan lokasi ini.
2. Buat lubang silindris secara vertikal dengan bor ke dalam tanah dengan
diamter 10 cm. Kedalaman kurang lebih 100 cm atau tidak sampai
melampaui muka air tanah bila air tanahnya dangkal sehingga tidak
sampai mengeluarkan air. Jarak antar lubang antara 50 - 100 cm
3. Bila permukaan tanah telah tertutup oleh beton atau aspal, hancurkan
dulu seluas diameter yang dibutuhkan dengan linggis atau pahat beton
hingga terlihat permukaan tanahnya.
4. Putar bor searah jarum jam. Bila bor telah penuh terisi tanah, angkat dan
buang. Ulangi hingga mencapai kedalam yang cukup. Untuk membantu
mempermudah pengeboran, siramlah dengan air sedikit demi sedikit
seiring dengan bertambahnya kedalaman lubang
5. Mulut lubang dapat diperkuat dengan pipa paralon dan disemen
pinggirannya selebar 2 - 3 cm dengan tebal 2 cm di sekeliling mulut
lubang, hal ini untuk menjaga agar mulut lubang tidak mudah gembur oleh
aktifitas di sekitarnya.
6. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa
tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput.
7. Untuk menjaga agar lubang tidak
terisi oleh benda non organik
yang tidak terurai, maka perlu
ditutup dengan tutup plat
berlubang. Tutup ini juga
berfungsi sebagai penahan agar
fisik lubang tidak mudah rusak
bila terinjak. Tutup ini harus
mudah dibuka pasang dalam
rangka proses pemeliharaan.
8. Secara berkala sampah organik
perlu selalu ditambahkan ke
dalam lubang yang isinya sudah
berkurang dan menyusut akibat
proses pelapukan dan
pengomposan. Hal ini berguna
untuk memancing fauna tanah
untuk membuat biopori dalam
lubang.
5
6. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim
kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.
KEUNGGULAN DAN MANFAAT LRB
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk
mengatasi banjir dengan cara (1) meningkatkan daya resapan air, (2) mengubah
sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2
dan metan), dan (3) memanfaatkan peran aktifitas fauna tanah dan akar
tanaman, dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti
penyakit demam berdarah dan malaria
Meningkatkan Daya Resapan Air
Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang
resapan air, setidaknya sebesar luas kolom/dinding lubang.. Sebagai contoh bila
lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka luas bidang
resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm 2 atau hampir 1/3 m 2. Dengan
kata lain suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diamater 10 cm,
yang semula mempunyai bidang resapan 78.5 cm 2 setelah dibuat lubang
resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi
3218 cm 2.
Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori akan
terbentuk dan senantiasa terpelihara keberadaannya. Oleh karena itu bidang
resapan ini akan selalu terjaga kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan
demikian kombinasi antara luas bidang resapan dengan kehadiran biopori
secara bersama-sama akan meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air.
Mengubah Sampah Organik Menjadi Kompos
Lubang resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah organik
kedalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme
tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang
telah didekompoisi ini dikenal sebagai kompos.. Dengan melalui proses seperti
itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap air
juga sekaligus berfungsi sebagai "pabrik" pembuat kompos. Kompos dapat
dipanen pada setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
organik pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, dan jenis
tanaman lainnya. Bagi mereka yang senang dengan budidaya tanaman/sayuran
organik maka kompos dari LRB adalah alternatif yang dapat digunakan sebagai
pupuk sayurannya.
6
7. Memanfaatkan Fauna Tanah dan atau Akar Tanaman
Seperti disebutkan di atas. Lubang Resapan Biopori diaktikan oleh organisme
tanah, khususnya fauna tanah dan perakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang
selanjutnya akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah
yang akan dijadikan "saluran" air untuk meresap ke dalam tubuh tanah. Dengan
memanfaatkan aktivitas mereka maka rongga-rongga atau liang-liang tersebut
akan senantiasa terpelihara dan terjaga keberadaannya sehingga kemampuan
peresapannya akan tetap terjaga tanpa campur tangan langsung dari manusia
untuk pemeliharaannya. Hal ini tentunya akan sangat menghemat tenaga dan
biaya. Kewajiban faktor manusia dalam hal ini adalah memberikan pakan kepada
mereka berupa sampah organik pada periode tertentu. Sampah organik yang
dimasukkan ke dalam lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah,
tidak cepat diemisikan ke atmosfir sebagai gas rumah kaca; berarti mengurangi
pemanasan global dan memelihara biodiversitas dalam tanah.
JUMLAH YANG DISARANKAN
Dalam skala rumah tangga, LRB dibuat sesuai dengan kebutuhan dengan
limbah air bersih yang dihasilkannya. Namun sebagai fungsi penyerap air hujan,
jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Jumlah LRB = intensitas hujan(mm/jam) x luas bidang kedap (m2) / Laju
Peresapan Air per Lubang (liter/jam)
Sebagai contoh, untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat),
dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m2
bidang kedap perlu dibuat sebanyak (50 x 100) / 180 = 28 lubang.
BIla lubang yang dibuat berdiameter 10 cm dengen kedalaman 100 cm, maka
setiap lubang dapat menampung 7.8 liter sampah organik. Ini berarti bahwa
setiap lubang dapat diisi dengan sampah organik selama 2-3 hari. Dengan
demikian 28 lubang baru dapat dipenuhi dengan sampah organik yang dihasilkan
selama 56 - 84 hari. Dalam selang waktu tersebut lubang yang pertama diisi
sudah terdekomposisi menjadi kompos sehingga volumenya telah menyusut.
Dengan demikian lubang-lubang ini sudah dapat diisi kembali dengan sampah
organik baru dan begitu seterusnya.
Penutup
7
8. Kombinasi program pengolahan sampah dan LRB di tingkat rumah tangga akan
menimbulkan hasil yang luar biasa bagi lingkugan rumah dan wilayah sekitarnya.
Daur ulang sampah dengan produk yang dihasilkannya akan memunculkan daya
kreatifitas yang tak terbatas, tentunya akan berdampak pula pada aspek
ekonomi pelakunya. Selain itu, kompos yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai
penyubur tanah dan tanaman sekita rumah. Apalagi dengan Lubang Resapan
Biopori yang memadai, maka lingkungan rumah akan terjamin pasokan air
tanahnya melalui siklus air secara alami dan kesuburan tanah beserta biota di
dalamnya kan menabah asri lingkungan rumah.
Inti dari kegiatan ini adalah kemauan dan kreatifitas. Kemauan dari setiap
anggota keluarga untuk bisa melakukan sesuatu agar lingkungannya bersih dan
sehat. Bagi Pemerintah Daerah, kegiatan ini akan lebih banyak menghemat dana
dan tenaga. Sesungguhnya, bila saja sampah dijadikan prioritas utama dalam
kebijakan dan implementasi, insya Allah kegiatan ini bisa membantu pemerintah
daerah untuk mewujudkan program zero waste di setiap lingkungan dengan
beban yang tidak terlalu berat.
Wallahu a'lam bish shawab.
Sanusi
8